You are on page 1of 13

Hormon adalah bahan kimia pembawa sinyal.

Hormon dibentuk dalam sel-sel khusus yang


terdapat dalam kelenjar endokrin. Hormon disekresikan ke dalam darah dan kemudian oleh darah
disalurkan ke organ-organ yang ditujunya. Pada organ tersebut terdapat sel-sel sasaran yang
menerima sinyal hormon didalam organ sasaran. Sel-sel tersebut memilki reseptor yang mengikat
hormon. Melalui reseptor hormon, informasi diterusakan ke sel-sel dan menghasilkan suatu respon.
Oleh karena itu kerja hormon pada tingkat sel dimulai dengan pengikatan hormon pada reseptor
spesifiknya. Berperan mengkoordinasi aktifitas berbagai jaringan tubuh dengan dua cara:
1. Mengatur aktifitas protein yang sudah ada di dalam sel saat hormon bekerja
2. Mengatur sintesis atau degradasi protein.

Hasil dari kedua cara tersebut adalah terjadinya perubahan kapasitas enzimatik sel. Pada
cara (1) perubahannya berlangsung cepat, sedangkan pada cara (2) terjadi perubahan yang berjalan
lambat (jam/hari).Reseptor pada sel sasaran dapat dibagi 2 golongan:
Reseptor pada permukaan sel: terutama untuk hormon polipeptida dan katekolamin
Reseptor di dalam sel: terutama untuk steroid dan tiroksin.

Hormon dihasilkan oleh kelenjar endokrin atau kelenjar buntu. Hal itu disebabkan kelenjar
yang menghasilkan hormon tidak mempunyai saluran khusus. Hormon yang dihasilkan oleh suatu
kelenjar dilepaskan ke cairan ekstraseluler kemudian memasuki pembuluh darah untuk dibawa ke
sel atau organ target. Agar hormon dalam kerjanya tidak salah sasaran, pada sel atau organ target
mempunyai protein khusus yang berfungsi untuk mengenali hormon tersebut yaitu reseptor.

1. Struktur dan mekanisme kerja hormon

Berdasarkan strukturnya, hormon dikelompokkan menjadi 3 golongan yaitu hormon turunan


steroid, hormon turunan protein dan hormon turunan asam amino. Steroid adalah lipid turunan
senyawa kolesterol. Hormon-hormon ini dihasilkan oleh gonad korteks adrenal dan plasenta.
Hormon yang dihasilkan di dalam tubuh umumnya tersusun oleh senyawa protein. Hormon yang
berasal dari turunan protein ialah pituitary, paratiroid, lambung, hati dan ginjal. Hormon yang
tersusun oleh turunan asam amino, misalnya tiroksin yang berasal dari asam amino tirosin. Tiroksin
merupakan hormon yang disekresi oleh kelenjar tiroid. Mekanisme kerja hormon pada sel target
dapat digolongkan menjadi dua yaitu :

a. Hormon nonsteroid

Hormon non steroid adalah hormon yang tersusun antara turunan protein dan asam amino.
Hormon nonsteriod merupakan hormon yang larut dalam air dan tidak dapat melewati membran sel,
sehingga mempunyai reseptor pada membran sel target. Sel kelenjar menghasilkan hormon
kemudian melalui pembuluh darah, hormon akan dibawa ke sel target dan berikatan dengan reseptor
yang ada di membran sel.

b. Hormon steroid

Hormon yang tersusun dari turunan steroid merupakan hormon yang tidak larut dalam air
dan mempunyai reseptor di sitoplasma sel target. Hormon steroid dihasilkan oleh kelenjar endrokrin
kemudian melalui pembuluh darah, hormon ini akan melewati membran sel target dan berikatan
dengan reseptor di sitoplasma. Hormon ini memicu terjadinya proses transkripsi dan translasi.
Mekanisme kerja hormon steroid
• Konversi dari T4  T3
• T3 dan T4 masuk ke dalam sel target
• Konversi T4  T3 dalam sel target
• Pengikatan T3 oleh reseptor dalam inti sel dan aktivasi DNA sel target
• Sintesis protein
Keterangan :
T3 = triiodotironin, merupakan hormone turunan asam amino tirosin yang berasal dari kelenjar
tiroid
T4 = tetraiodotironin, merupakan hormone turunan asam amino tirosin yang berasal dari
kelenjar tiroid
Mekanisme kerja hormon steroid
• Hormon steroid bersifat larut dalam lemak danberukuran relatif kecil sehingga dapat dengan bebas
berdifusi melewati membran sel.
• Pada sel/organ target, hormon steroid berikatandengan protein reseptor sitoplasmik .

• Kompleks hormon-reseptor ditranslokasi ke dalaminti sel melekat pada protein kromosom nonhiston

dan mempengaruhi ekspresi gen untuk memproduksiprotein yang spesifik.

• Produksi protein spesifik ini menandai tahap akhirmekanisme kerja hormon steroid.

• Ada dua bentuk kompleks steroid-reseptor dalamsitoplasma 8S dan 4S sedangkan dalam inti berupa

5S.

• Pada saat kompleks 5S berikatan dengan kromatinterjadi perubahan aktifitas DNA-dependent RNA
polimerase, perubahan produksi mRNA dan proteinspesifik.

KLASIFIKASI HORMON
Hormon dapat diklasifikasikan melalui berbagai cara yaitu menurut komposisi kimia, sifat
kelarutan, lokasi reseptor dan sifat sinyal yang mengantarai kerja hormon di dalam sel

• Klasifikasi hormon berdasarkan senyawa kimia pembentuknya

1. Golongan Steroid → turunan dari kolestrerol

2. Golongan Eikosanoid yaitu dari asam arachidonat

3. Golongan derivat Asam Amino dengan molekul yang kecil


→Thyroid, Katekolamin

Golongan Polipeptida / Protein → Insulin,Glukagon,GH,TSH

• Berdasarkan sifat kelarutan molekul hormon

1. Lipofilik : kelompok hormon yang dapat larut dalam lemak

2. Hidrofilik : kelompok hormon yang dapat larut dalam air

• Berdasarkan lokasi reseptor hormon

1.Hormon yang berikatan dengan hormon dengan reseptor intraseluler

2.Hormon yang berikatan dengan reseptor permukaan sel (plasma membran)


• Berdasarkan sifat sinyal yang mengantarai kerja hormon di dalam
sel:kelompok

Hormon yang menggunakan kelompok second messenger senyawa cAMP, cGMP, Ca2+,
Fosfoinositol, Lintasan Kinase sebagai mediator intraseluler
PERTANYAAN :

1. Bagaimanakah mekanisme kerja hormon ?

a. Mekanisme kerja Hormon Insulin

Pankreas merupakan kelenjar endokrin yang sekaligus berfungsi sebagai kelenjar


endokrin. Berdasarkan strukturnya, sebagian besar organ pancreas atau sekitar 98%an
berfungsi sebagai kelenjar eksokrin yang menghasilkan senyawa bikarbonat dan getah
pancreas yang berperan dalam proses pencernaan.
Dimulai dengan berikatnya insulun dengan reseptor glikoprotein yang spesifik pada
permukaan sel sasaran. Reseptor ini terdiri dari 2 subunit yaitu:
- subunit α yang besar dengan BM 130.000 yang meluas ekstraseluler terlibat
pada pengikatan molekul insulin

- subunit β yang lebih kecil dengan BM 90.000yang dominan di dalam

sitoplasma mengandung suatu kinase yang akan teraktivasi pada pengikatan

insulin dengan akibat fosforilasi terhadap subunit β itu sendiri (autofosforilasi)

Reseptor insulin yang sudah terfosforilasi melakukan reaksi fosforilasi terhadap


substrat reseptor insulin ( IRS -1).IRS-1 yang terfosforilasi akan terikat dengan domain
SH2 pada sejumlah proteinyang terlibat langsung dalam pengantara berbagai efek insulin
yang berbeda.
Pada dua jaringan sasaran insulin yang utama yaitu otot lurik dan jaringan adiposa,
serangkaian proses fosforilasi yang berawal dari daerah kinase teraktivasi tersebut akan
merangsang protein-protein intraseluler, termasuk Glukosa Transpoter 4 untuk berpindah
ke permukaan sel. Jika proses ini berlangsung pada saat pemberian makan, maka
akan mempermudah transport zat-zat gizi ke dalam jaringan-jaringan sasaran insulin
tersebut.

Kelainan reseptor insulin dalam jumlah, afinitas ataupun keduanya akan


berpengaruh terhadap kerja insulin. Down Regulation adalah fenomena dimana
jumlah ikatan reseptor insulin jadi berkurang sebagai respon terhadap kadar insulin dalam
sirkulasi yang meninggi kronik, contohnya pada keadaan adanya kortisol dalam jumlah
berlebihan. Sebaliknya jika kadar insulin rendah,maka ikatan reseptor akan
mengalami peningkatan.Kondisi ini terlihat pada keadaan latihan fisik dan puasa.
Kerja hormon insulin yang beragam dapat terjadi dalam waktu beberapa detik atau
beberapa menit (kerja pengangkutan, fosforilasi protein, aktivasi dan inhibisi enzim,
sintesis RNA) atau sesudah beberapa jam (kerja sintesis protein serta DNA dan
pertumbuhan sel)
Resepto insulin ditemukan pada sebagian besar sel mamalia dengan
konsentrasi sampai 20.000 per sel, dan sering pula terdapat pada sel yang secara khusus
tidak diperkirakan sebagai sasaran insulin. Insulin mempunyai seprangkat efek yang
diketahui benar terhadap berbagai proses metabolik kendati juga terlibat dalam
pertumbuhan dan replikasi sel (lihat atas) disamping dalam organogenesis serta
difensiasi janin dan dalam perbaikan serta regenerasi jaringan.
Struktur reseptor insulin dan kemampuan insulin yang berbeda untuk terikat dengan
reseptor serta mencetuskan berbagai respons biologik, pada hakekatnya identik dalam
semua sel dan semua spesies. Jadi, insulin babi selalu lebih efektif 10-20 kali daripada
proisulin habit yang selanjutnya lebih efektif 10-20 kali lipat daripada insulin marmut
bahkan di dalam tubuh marmut itu sendiri. Reseptor insulin tampaknya sangat dilestarikan
yang bahkan melebihi insulinnya sendiri.
Kalau insulin terikat dengan reseptor, beberapa peristiwa akan terjadi (1).
Terjadi perubahan bentuk reseptort (2), reseptor akan berikatan silang dan
membentuk mikroagregat, 3). Reseptor akan mengalami penyatuan (intenalisasi) dan 4).
Dihasilkan satu atau lebih sinyal. Kepentingan perubahan bentuk tersebut tidak
diketahui dan interanlisasi mungkin merupakan sarana untuk mengendalikan
konsentrasi serta pergantian reseptor. Dalam kondisi dengan kadar insulin yang
tinggi,misalnya obesitas atau akromegaIi, jumlah reseptor insulin berkurang dan
jaringan sasaran menjadi kurang peka terhadap insulin. Regulasi ke bawah ini terjadi
akibat hilangnya reseptor oleh proses internalisasi yang dengan proses ini, kompleks
reseptor insulin akan masuk ke dalam sellewat endositosis dalam vesike bersalut
klatrin. Regulasike bawah menjelaskan bagian dari resistansi insulin pada obesitas dan
diabetes melitus tipe II.
Peranan utama insulin dalam metabolisme karbohidrat, lipid dan protein
dapat dipahami paling jelas dengan memeriksa berbagai akibat defisiensi insulin pada
manusia. Manifestasi utama penyakit diabetes melitus adalah hiperglikemia, yang terjadi
akibat (1) berkurangnya jumlah glukosa yang masuk ke dalam sel; (2). Berkurangnya
penggunaan glukosa oleh pelbagai jaringan, dan(3) peningkatan produksi glukosa
(glukoneogenesis) oleh hati.
Efek Insulin
Efek pada hati - membantu glikogenesis
- meningkatkan sintesis trigliserida, kolesterol, VLDL
- meningkatkan sintesis protein

- menghambat glikogenolisis

- menghambat ketogenesis

- menghambat glukoneogenesis

Efek pada otot - membantu sintesis protein dengan :


- meningkatkan transport asam amino
- merangsang sintesis protein ribosomal
- membantu sintesis glikogen

Efek pada lemak - membantu penyimpanan triglserida


- meningkatkan transport glukosa ke dalam sel lemak
- menghambat lipolisis intraseluler
b. Mekanisme Kerja Hormon Peptida

• Sebagian besar hormon peptida dan protein bekerja


pada permukaan sel target melalui pembentukan
ikatan dengan reseptor spesifik pada membran sel.

• Terbentuknya ikatan kompleks hormon-reseptor mengaktifkan enzim adenylcyclase,


yang melepaskan fosfat dari ATP dan membentuk cAMP

• cAMP (messenger kedua) melekat pada subunit


regulator dari protein kinase inaktif

 protein kinase aktif

• Adanya ion kalsium dan ATP, protein kinase aktif


melakukan fosforilasi produk seluler sebagai tanda awal
reaksi sel terhadap induksi hormon
• cAMP dapat diinaktifkan oleh enzim fosfodiesterase yang aktifitasnya memerlukan
ion magnesium. Enzim ini memiliki berbagai bentuk tergantung pada tipe sel/jaringan.
Fosfodiesterase dapat dihambat oleh theophylline, caffeine dan metyl santhine.

c. Mekanisme Kerja Hormon Tiroid

Hormon T3 dan T4 berikatan dengan reseptor spesifiknya dengan afinitas yang tinggi

di nukleus sel sasaran. Di sitoplasma hormon ini berikatan pada tempat dengan
afinitas yang rendah dengan reseptor spesifiknya. Kompleks hormon reseptor
berikatan pada suatu regio spesifik DNA, menginduksi atau merepresi sintesis protein
dengan meningkatkan atau menurunkan transkripsi gen. Dari transkripsi gen-gen ini
timbul perubahan dari tingkat transkripsi m RNA mereka. Perubahan tingkat mRNA
ini mengubah tingkatan dari produk protein dari gen ini. Protein ini kemudian
memperantarai respon hormon Thyroid. Hormon Thyroid dikenal sebagai modulator
tumbuh kembang → penting pada usia balita Patofisiologi

• Pembesaran Thyroid → goiter

• Simple goiter : usaha mengkompensasi produksi hormon thyroid yang kurang

• Jika berat → Hypothyroidisme


• Therapi dengan hormon thyroid eksogen (Levotiroksin) Hipothyroidisme

• Dibedakan : - Kreatinisme

- Miksedema

- hipertensi diastolik

- kulit dan rambut kering

- sensitif terhadap dingin

Hiperthyroidisme

• Produksi thyroid berlebihan

• Penyebab bermacam -macam : - Penyakit Grave → produksi thyroid merangsang IgG


mengaktifkan reseptor TSH, pembesaran difus kelenjar thyroid
- Penyakit Plumer → thyroid membesar di satu nodul
Mekanisme terinci bagaimana hormone-hormon tiroid ini dalam mengatur laju
metabolisme aerobic masih merupakan misteri, walaupun sudah dilakukan berbagai
percobaan. Walaupun mitokondria adalah tempat kegiatan respirasi yang teratur dan tempat
pembentukan ATP di dalam sel-sel, tidaklah jelas benar bagaimana hormone-hormon tiroid
mempengaruji kegiatan tertentu. Hormone-hormon tiroid juga mempercepat pendewasaan
dan pengembangan jaringan tertentu. Contoh : metamorfosis berudu menjadi katak dewasa
dirangsang oleh hormone tiroid.

c. Mekanisme Kerja Hormon Adrenalin

Mekanisme kerja hormon adrenalin sudah diketahui dengan baik dijadikan model
penelitian hormon-hormon yang lain. Jaringan target bagi adrenalin adalah hati dan otot
kerangka, demikian juga jantung dan system vaskuler.

Adrenalin berikatan dengan reseptor khusus tertentu pada permukaan luar hati dan sel-sel
otot, dan meningkatkan aktivitas adenilat siklase pada permukaan dalam untuk mengubah
ATP menjadi siklik sdenilat (cAMP). cAMP kemudian berikatan dengan subunit pengatur
protein kinase menyebabkan melepaskan diri dari subunit katalaitik yang kemudian menjadi
aktif. Protein kinase melakukan fosforilasi kinase tidak aktif yang melalui yahap selanjutnya
mengaktifkan glikogen fosforilase. Siklik adenilat diuraikan oleh fosfodiesterase, yang
diaktifkan oleh Ca2+ dan kalmodulin, yaitu suatu protein pengatur Ca
2+
, dan dihambat oleh
teofiolen.

Pemecah glikogen oleh adrenalin menjadi glukosa darah didalam hati terjadi melalui
mekanisme amplikasi berurutan. Adrenalin tiba dipermukaan sel hati, dimana hormon ini
melekat pada reseptor adrenalin yang spesifik. Pengikatan adrenalin, yang sesungguhnya
tidak pernah memasuki sel, menyebabkan perubahan terhadap protein reseptor. Akan tetapi
perubahan itu disalurkan melalui membrane dan “Mengaktifkan adenilat siklase” yang terikat
pada permukaan dalam membrane. Bentuk aktif adalah adenilat siklase sekarang mengubah
ATP menjadi cAMP, pembawa pesan kedua, yang dengan cepat mencapai konsentrasi
puncak kira-kira 10-6 M dalam Sitosol. Sebaliknya, cAMP berkaitan dengan subunit pengatur
protein kinase, menyebabkan bagian katalisnya terbebas menjadi bentuk aktifnya.

Adrenalin Penghambat Sintesis glikogen

Adrenalin juga dapat menghambat sintesis glikogen dari glukosa di dalam hati. Dengan
demikaian hormone ini, menimbulkan aktivitas yang saling berbalasan yang menghasilkan
tersedianya glukosa secara maksimal didalam darah. Penghambatan atas glikogen sintase
disebabkan oleh serangkaian peristiwa yang dipacu oleh senyawa perangsang yang sama
dengan yang menyebabkan percepatan pemecahan glikogen untuk menghasilkan glukosa
darah. Dengan jalan ini semua glikogen, glukosa 6-fosfat dan precursor lain yang tersedia
diarahkan menuju produksi glukosa darah bebas, dengan demikian menyediakan otot dengan
bahan baker maksimal, siap untuk menghadapi keadaan darurat.

Selain itu adrenali juga mendorong pemecahan glikogen di dalam otot kerangka dan
jantung, juga dengan merangsang fosforilase otot melali camp. Di dalam otot, pemecahan
glikogen dirangsang, dengan demikian mempercepat glikolisis dan pembentukan ATP untuk
memungkinkan peningkatan yang cepat pada kegiatan otot.

d. Mekanisme Kerja Hormon Glukagon

Glukagon mendorong peningkatan konsentrasi gula darah, karena itu kegiatannya


merupakan kebalikan dari insulin. Pengaruh hiperglikemia glukagon terhadap 2 hal :

1. Glukagon mendorong penguraian glikogen didalam hati untuk menghasilkan glukosa


darah, dengan mekanisme yang sama dengan adrenalin. Permukaan membrane plasma sel
hati mengandung reseptor spesifik untuk glukagon. Ketika reseptor ini berikatan dengan
hormone tersebut, adenilat siklase di dalam membrane plasma diaktifkan dan timbul
suatu mekanisme amplikasi yang serupa dengan yang ditimbulkan oleh adrenalin.

2. Glukagon tidak seperti adrenalin, menghambat perombakan glukosa menjadi laktat dan
glikolisis. Pengaruh ini disebabkan oleh hambatan tidak langsung isozim-L hati pada
piruvat kinase urutan reaksi glikolitik. Glukagoin berbeba dari adrenalin juga karena
hormone ini mempunyai masa kerja yang lebih panjang dan tidak merangsang kontraksi
jantung atau kenaikkan tekanan darah.

e. Mekanisme Kerja Hormon Adenohipofise

Merupakan kelenjar yang menghasilkan hormone yang dapat menggiatkan sel target
(kelenjar endokrin) lainnya untuk menghasilkan hormone, oleh karena itu sering disebut
Master of gland . Hormon yang dihasilkan ialah TSH (Tyroid stimulating hormone), FSH
(follicle stimulating hormone), ACTH (Adenocortocortropic hormone), dll.

TSH merupakan hormone yang memacu kelenjar tiroid untuk mensekresi hormone
tiroksin, sedangkan ACTH merangsang produksi produksi dan sekresi hormone dari bagian
korteks adrenal. FSH dan LHdisebut jugaGonaotropin karena merangsang aktivitas gonad
jantan dan betina, yaitu testis dan ovarium.

f. Mekanisme Kerja Hormon Hipotalamus


Hormon hipotalamus atau biasa disebut hormone pembebasReleasing
( hormone)yang
bekerja menggiatkan kelenjar pituitary hormone, dan hormone penghambatInhibiting
(
hormone) yang bekerja untuk menghentikan kelenjar pituitary mensekresi hormone. Selain
itu bagian ini juga menghasilkan ADH Antidiuretik
( Hormone). ADH merupakan hormone
yang mampu mengubah permeabilitas tubulus kolektivus terhadap air. Ketika tubuh
membutuhkan air maka kelenjar hipofisis bagian posterior akan menghasilkan ADH dan
hormone ini memiccu absorbsi air ditubulus kolektivus. Hasilnya berupa urine dengan
konsentrasi lebih pekat. Sebaliknya, ketika kebutuhan tubuh terhadap air rendah maka ADH
tidak terproduksi. Akibatnya, reabsorbsi air karena pengaruh hormone ini tidak terjadi
sehingga hasilnya urine menjadi encer.

g. Mekanisme kerja Hormon Paratiroid

Kelenjar ini adalah PTH (Paratyroid Hormone) dihasilkan oleh kelenjar paratiroid.
Hormone ini berperan dalam menaikkan kadar kalsium dalam darah. Apabila 2+
Cadalam
darah kurang maka kelenjar paratiroid akan mensekresi PTH ked ala darah. Tiga mekanisme
PTH yaitu memacu reabsorbsi Ca2+ di tubulus ginjal, meningkatkan pengambilan Ca
2+
oleh
usus, dan menginduksi osteoklas pada tulang sejati untuk merombak matrik tulang dalam
melepaskan Ca2+ ke dalam darah.
2+
Difisiensi PTH menyebabkan kadar Ca dalam darah menurun sehingga memacu
kontraksi otot rangka secara berlebihan. Kondisi ini dikenal sebagai Tetanus.

h. Mekanisme Kerja Hormon Gonad

You might also like