You are on page 1of 21

KESEHATAN DAN KEAMANAN KERJA

A. KESEHATAN KERJA
1. Pendahuluan
Perlindungan ini berawal pada abad 19 ketika berlangsungnya Revolusi
Industri sekitar 1850-1870.
Undang-Undang pertama dalam perburuhan adalah bidang kesehatan
kerja yang berawal dari Eropa Barat, yaitu Inggris tahun 1802, Jerman dan
Perancis sekitar tahun 1840, sedangkan Nederland setelah tahun 1870.
Undang-Undang perlindungan pertama, memuat aturan-aturan yang
disebut sebagai arbeidsbechermingsrecht. Menurut H.L. Bakels perlindungan
buruh merupakan norma-norma hukum publik.
Aspek material menyangkut keamanan kerja dan perawatan fisik, aspek
immaterial adalah waktu kerja, peningkatan perkembangan jasmani dan rohani
bagi perkembangan anak arbeidsomstadighedenrecht.
MG. Rood berpendapat contoh yang menunjukkan ciri utama dari hukum
asli yang didasari pada Teori Ketidakseimbangan kompensasi. Teori ini bertitik
tolal pada pemikiran bahwa antara pemberi kerja dengan penerima kerja secara
sosial ekonomi tidak sama kedudukanya, dimana pihak penerima kerja sangat
tergantung pada pemberi kerja.
Iman Soepomo berpendapat istilah kesehatan kerja lebih tepat daripada
perlindungan buruh karena hukum perburuhan bertujuan melindungi buruh
sebagai pihak yang ekonominya lemah terhadap majikan yang ekonominya
kuat.

2. Pengertian
Iman Soepomo menjelaskan apa yang dimaksud dengan kesehatan
kerja :
“Aturan-aturan dan usaha-usaha untuk melindungi buruh dari kejadian
atau keadaan perburuhan yang merugikan atau dapat merugikan kesehatan
dan kesusilaan dalam seseorang itu melakukan pekerjaan dalam hubungan
kerja”
Berhubung tujuan kesehatan kerja terletak di bidang kemasyarakatan
atau sosial maka ada yang menamakannya sebagai perlindungan sosial bagi
buruh. Sebutan ini dibedakan dengan sebutan perlindungan ekonomis berupa
usaha-usaha untuk memberikan kepada buruh serta keluarganya suatu
penghasilan yang cukup bagi kehidupan sehari-hari atau dikenal pula sebagai
usaha memperbaiki ekonomi buruh.
Selain itu ada perlindungan teknis, yaitu usaha agar buruh terhindar dari
bahaya kecelakaan. Oleh Iman Soepomo istilah keamanan kerja dipandang
lebih tepat daripada keselamatan kerja karena peraturan-peraturannya
mengatur tentang usaha untuk mencegah timbulnya bahaya kecelakaan.
Iman Soepomo memaparkan bahwa peraturan-peraturan perburuhan
dalam bidang kesehatan kerja mengatur tentang larangan pekerjaan anak,
syarat bagi pekerjaan orang muda dan wanita, jam kerja, waktu makan dan
mengaso (istirahat) sehingga materi kesehatan kerja meliputi :
(1) Pekerjaan anak
(2) Pekerjaan orang muda
(3) Pekerjaan wanita
(4) Waktu kerja
(5) Waktu istirahat
(6) Tempat kerja

Soetiksno, berpendapat :
“ Pada hekekatnya semua peraturan di bidang perburuhan bersifat
memberi perlindungan kepada pihak buruh (pihak yang lemah), baik terhadap
pihak majikan maupun terhadap tempat dimana buruh bekerja dan terhadap
alat-alat kerjanya”.
Perlindungan demikian dianggap sebagai perlindungan dalam arti luas,
sedangkan dalam arti sempit adalah peraturan-peraturan mengenai kesehatan
kerja yang oleh Iman Soepomo dinamakan sebagai hukum perburuhan bidang
kesehatan kerja. Soetiksno memasukkan pula peraturan-peraturan tentang
keamanan kerja, yaitu perlindungan bagi buruh terhadap tempat dan alat kerja
ke dalam pengertian sempit.
JKM Gevers mengulas perihat timbulnya kesehatan dan keamanan kerja
yang terjadi setelah berlalunya revolusi industri, pada mulanya campur tangan
negera memberi perlindungan atas kesehatan dan keamanan kerja buruh
merupakan suatu perjuangan politis.
Peraturan perundang-undangan tradisional merupakan ketentuan utama
untuk membatasi gangguan kerja khususnya perlindungan terhadap kesehatan
fisik.
Konsep yang dapat dijadikan acuan yang tepat adalah yang di
kemukakan oleh Iman Soepomo bahwa perlindungan buruh sebenarnya adalah
hakekat hukum perburuhan itu sendiri.
Pertumbuhan perlindungan buruh di kedua bidang tersebut perlu diikuti
perkembangannya. Pertama adalah sejarah perlindungan hukum bagi buruh di
Inggris, yang memelopori perlindungan buruh ketika berlangsungnya Revolusi
Industri. Inggris menjadi model bagi negara-negara lain, yang kemudian
mengikutinnya dengan memberikan usaha perlindungan bagi buruh. Usaha
tersebut kemudian diakui dan diterima secara internasional, khususnya oleh
International Labour Organization (ILO)

3. Sejarah Perlindungan Buruh (Kesehatan Kerja)


a. Inggris
Bersumber dari peraturan perundang-undangan Pengetasan kemiskinan
(The Poor Laws) pada jaman Ratu Elisabeth I. Peraturannya adalah Undang-
Undang Tentang Bantuan Kepada Kaum Miskin tahun 1601, yang merupakan
dasar dari peraturan pengentasan kemiskinan hingga undang-undang
perubahan tahun 1843. Falsafah peraturan tersebut bertujuan mencegah
terjadinya kemalasan, serta meyakini bahwa kerja keras merupakan dasar
hidup bermasyarakat.
Dalam perkembangannya peraturan pengentasan kemiskinan tersebut
memperkenalkan konsep rumah kerja yang berada di bawah pengawasan
gereja. Dalam rumah/pabrik tersebut anak-anak miskin/panti asuhan
diperkerjakan siang malam dengan jam kerja yang sangat panjang dengan
maksud belajar untuk memperoleh keterampilan suatu pekerjaan tertentu.
Sebagaimana diungkapkan Bob Hepple, peraturan tersebut oleh para
pakar ekonomi politik klasik seperti Adam Smith, dipandang sebagai penyebab
meningkatnya kependudukan dan kemiskinan, serta menjadi penghalang
mobilisasi kerja.
Perkembangan penggunaan pekerja anak dimulai sekitar abad 18 dan
awal abad 19 ketika pabrik-pabrik dimekanisasi. Pada masa itu berlaku doktrin
Laissez-Faire dalam paham liberal ekonomi masyarakat Inggris. Doktrin ini
berarti tiada intervensi negara di bidang ekonomi, dimana kepentingan hanya
terletak pada kebebasan perdagangan dan industri, termasuk kebebasan
berkontrak maupun bekerja.

b. Belanda
Revolusi Perancis 1789 yang memunculkan paham liberalisme,
sedangkan yang kedua adalah Revolusi Industri yang menimbulkan ekses-
ekses, khususnya yang menimpa kaum pekerja. Sifat kerakyatan revolusi
Perancis tercermin pada hak asasi manusia yang dinyatakan dalam Declaration
des droits de l’homme et du citoyen yang memuat pengakuan hak atas benda.
Pasal 1 Deklerasi dasar Yuridis bagi kebebasan dan persamaan derajat bagi
semua orang membawa akibat dihapusnya serikat pekerja dan larangan
pendirian perserikatan baru. Sehingga perlindungan sangat minim yang
dinikmati para buruh selama itu justru dihapuskan. Ciri khas dari Revolusi
Perancis yaitu menonjolkan Hak Eigendom. Sejak akhir abad 18 timbul
pandangan yuridis bahwa hubungan kerja didasarkan pada suatu kontrak yang
bebas, sehingga pemberi dan penerima kerja akan menentukan sendiri isi
kontrak kerja.
Paham liberalisme abad 19, berasal dari asas Liberte. Asas lainnya
(Egalite dan Fraternite) ternyata tidak dapat disatukan dengan asas kebebasan
itu. Di Belanda, tahun 1874 campur tangan pemerintah belum ada, tahun 1850
terdapat perubahan sosial ekonomi diawali dengan industrialisasi beserta
sistem produksi bersifat kapitalistis. Pada masa itu disebut sebagai revolusi
dalam industri. Stagnasi perekonomian meluas sehingga pengangguran secara
kronis melanda dimana-mana puncaknya pada masa pemerintahan Raja
Willem II. 15 Oktober 1874 atas usul Samuel Van Houten, diundangkanlah
undang-undang mengenai anak bekerja yang dinamakan Het Kinderwetje Van
Houten. Merupakan langkah awal ditinggalkannya doktrin Laissez Faire. Tahun
1872 perserikatan buruh mulai mendapat kesempatan untuk berkonsolidasi.
Selanjutnya Arbeidswet 1889 memuat perlindungan kerja bagi remaja
dan wanita. Perlindungan buruh pria menghadapi bahaya kecelakaan dimulai
mengundangkan Veiligheidswet (undang-undang keamanan kerja) pada tahun
1895.

4. Sifat Peraturan Perburuhan Bidang Kesehatan Kerja


Perlindungan oleh negara dituangkan perundang-undangan bersifat
publik, sebagai pembatasan bersifat memaksa terhadap asas kebebasan
berkontrak. Negara yang menganut paham demokrasi liberal berdasarkan
laissez faire laissez passer), timbul pendapat bahwa perlindungan sosial bagi
buruh merupakan pelanggaran atas pengekangan hak tiap orang untuk
mendapat perlakuan dan perlindungan yang sama oleh undang-undang.
Terhadap pendapat yang menentang perlindungan hukum oleh negara.
Levenbach menanggapi :
“Peraturan perburuhan dapat disebut sebagai pengecualian darurat,
karena peraturan itu memuat campur tangan negara yang ditujukan kepad
ahubungan yang seharusnya merupakan kebebasan para pihak”
S.Mok mengemukakan :
“Pada umumnya orang tidak melihat lagi bahwa pemberi dan penerima
kerja dalam hukum perburuhan bukan mitra yang sederajat”.

5. Pekerjaan Anak
Dalam UU No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan terdapat
larangan bagi anak untuk melakukan pekerjaan. Dihubungkan dengan wajib
belajar di seluruh Indonesia. Pendidikan 6 tahun sekolah dasar dan 3 tahun
sekolah lanjutan tingkat pertama atau sederajat.
Ordonnantie 1925 Stb. No. 647 jo Stb. 1949 No. 8 yang disebut
Maatregelen. Isinya anak dibawah umur 14 tahun tidak boleh menjalankan
pekerjaan antara pukul 20.00 hingga pukul 05.00 di perusahaan manapun.
Anak di bawah umur 12 tahun tidak boleh menjalankan pekerjaan di tempat-
tempat tertentu yang diperinci dalam pasal-pasalnya.
Selanjutnya Ordonnantie 1926 Stb. No. 87, yang disebut Bepalingen.
Bahwa anak di bawah umum 12 tahun tidak boleh menjalankan pekerjaan di
kapal, kecuali di bawah pengawasan orang tua atau keluarga sampai derajat
ketiga. Pengawasan di tambang, Regeringsver ordening 1930, Stb. No. 341.
hanya boleh dijalankan laki-laki di atas umur 16 tahun.

6. Pekerjaan Orang Muda


Bepalingen ; dibawah 16 tahun tidak boleh menjalankan pekerjaan
sebagai tukang api aau tukang batubara di kapal, kecuali kapal tersebut adalah
kapal pendidikan yang berada dibawah pengawasan pemerintah atau alat
penggerak kapalnya bukanlah mesi uap. Mijnpolitie-reglement melarang kurang
dari 16 tahun menjalankan pekerjaan di tanah.

7. Pekerjaan Wanita
Larangan bagi wanita untuk bekerja pada malam hari

8. Waktu Kerja
Buruh umumnya menjalankan pekerjaan selama 7 jam per hari selama 6
hari kerja atau 40 jam seminggu selama 5 hari kerja.

9. Waktu Istirahat
Menjalankan pekerjaan selama 4 jam terus menerus harus diadakan
waktu istirahat sedikitnya setengah jam lamanya, tidak termasuk dalam jam
kerja. Materinya lebih pada aspek kesejahteraan buruh.
Mengenai istirahat (Cuti) hamil melahirkan ditentukan bahwa tubuh
wanita memperoleh cuti satu setengah bulan sebelum dan sesudah melahirkan
atau gugur kandung.
10. Tempat Kerja
Tempat kerja dan perumahan buruh harus memenuhi syarat.

11. Tanggung Jawab Pengusaha


Pengusaha dikenai sanksi pidana jika tidak melaksanakannya. Pegawai
yang mengusut pelanggaran adalah pegawai pengawas instansi yang
bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan yang menurut undang-undang
ditunjuk serta diberi kewenangan untuk itu. Pengawasan yang dilakukan
meliputi pengawasan preventif dan represif.
Terdapat kewajiban memberikan laporan tahunan tentang kondisi
ketenagakerjaan.

B. KEAMANAN KERJA
Pemerintah menetapkan syarat-syarat perlindungan di tempat kerja agar
buruh terhindar dari bahaya kecelakaan, tanggung jawab dibebankan kepada
pengusaha melalui ancaman hukuman kurungan atau denda jika tidak
melaksanakannya.
Asas pokok terdapat pada Pasal 1602 W KUH Perdata, majikan
(pengusaha) wajib mengatur dan memelihara ruangan, alat dan perkakas,
dimana atau dengan mana ia menyuruh buruhnya melakukan pekerjaan
sedemikian rupa, agar buruh tersebut terlindung dari bahaya yang mengancam
badan, kehormatan, dan harta bendanya.
Peraturan pertama Veiligheidsregrlement, Stb. 1905 No. 521, kemudian
Stb. 1910 No. 406. diganti dengan UU Keselamatan Kerja No. 1 Tahun 1970
terdapat dalam UU No. 13 Tahun 2003.
JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA

Mengembangkan penanggulangan kemiskinan, mengembangkan sistem


Undang-Undang Kemiskinan (Poor Law). Berlakunya Poor Law, orang miskin
berhak mendapat bantuan secara sah dari negara. Tidak efektif karena terlalu
merendahkan martabat orang yang menerima bantuan.
Terjadinya mobilisasi pertanian dari desa-desa pada masa revolusi
industri menuju sentra-sentra industri telah menyebabkan timbulnya kelas baru.
Ciri khas adalah kehidupan yang sangat rentan karena sama sekali
(completely) tergantung kepada pembayaran upah secara reguler. Upaya
memberikan perlindungan kepada kelas pekerja kota dilakukan dengan cara :
(1) fasilitas tabungan bank yang disponsori oleh pemerintah
(2) usaha mewajibkan pengusaha untuk merawat pekerja yang sakit atau
kecelakaan.
(3) membentuk masyarakat tolong menolong yang di organisasikan untuk
memberikan bantuan uang dalam keadaan sakit atau hari tua.
(4) mengusahakan asuransi yang mengembangkan program tunjangan
kematuan dan penguburan.

Jaminan sosial mencakup ruang lingkup yang cukup luas, meliputi setiap
usaha dalam bidang kesejahteraan sosial yang dimaksudkan untuk
peningkatan taraf hidup manusia, mengatasi keterbelakangan, ketergantungan,
keterlantaran serta kemiskinan pada umumnya.
Jaminan sosial adalah perlindungan yang diberikan oleh masyarakat dari
economic & social distress yang disebabkan oleh penghentian pembayaran
upah diberikan melalui program-program tertentu.
Social security dipakai pertama kali pada judul undang-undang di
Amerika Serikat (The Social Security Act of 1935), Program Jaminan sosial
terbatas hanya pada resiko ketuaan, kematian,ketidakmampuan dan
pengangguran. New Zealand pada tahun 1938 mempunyai program tunjangan
jaminan sosial yang baru. Tahun 1941 dipakai lagi dalam dokumen perang
sebagai Atlantic Charter. Jaminan sosial bermanfaat oleh ILO adalah asuransi
sosial, bantuan sosial, tunjangan yang didanai oleh keuangan negara,
tunjangan keluarga.

1. Sistem Asuransi Sosial


Mula-mula diciptakan negara Jerman dibawah Kanselur Bismark antara
1883-1889. Prinsip asuransi wajib telah dilaksanakan walaupun dalam tahap ini
penyumbang dana satu-satunya adalah pekerja yang diasuransikan.
Asuransi sakit pada tahun 1883, asuransi kecelakaan kerja, organisasi
pengusaha pada tahun 1884, asuransi cacat dan usia lanjut tahun 1889 oleh
pemerintah lokal. Asuransi sosial didanai oleh iuran peserta sendiri.
Prinsip asuransi sosial memberikan tekanan pada rasa solidaritas
kepada pekerja, setiap pembayaran teratur dimaksudkan untuk membantu
teman sejawat-sekerja. Pada saat mereka memerlukan dan kepada
kepentingan kedua belah pihak dalam mendanai asuransi sosial yang hasilnya
akan bermanfaat tidak hanya bagi pekerja tetapi juga bagi perusahaan.
Model asuransi sosial Jerman ini ditiru Eropa pada tahun 1930 asuransi
sosial telah menyebar sesudah perang dunia kedua berakhir, asuransi sosial
telah dikenal oleh banyak negara Afrika, Asia dan negara-negara dikawasan
Karibia. Unsur pokok dari asuransi sosial adalah :
(1) Asuransi sosial didanai oleh iuran yang dibayar oleh pengusaha dan
pekerja, sedangkan partisipasi negara adalah bersifat pelengkap yang
dibayarkan dari anggaran negara.
(2) Partisipasi pekerja dan pengusaha adalah merupakan kewajiban
dengan beberapa pengecualian
(3) Iuran dari peserta di akumulasikan dalam suatu dana khusus dan
dipakai untuk pembayaran tunjangan.

Kelebihan dana diinvestasikan untuk mendapatkan tambahan


pendapatan. Hak setiap orang untuk mendapatkan tunjangan ditentukan oleh
dokumen pembayaran iuran.
2. Sistem Bantuan Sosial
Skandinavis memulai bantuan sosial yang didanai lebih banyak dari
anggaran negara. Orang-orang yang dilindungi adalah orang tua, orang sakit,
cacat, mendapat kecelakaan, pengangguran secara berturut-turut. Negara
Australia, New Zealand sistem jaminan sosialnya dibangun dengan
menggabungkan beberapa program bantuan sosial. Model bantuan sosial
dipakai sebagai “jaring pengaman sosial” untuk membantu orang-orang yang
tidak/belum mendapat perlindungan dari asuransi sosial atau orang-orang yang
tidak tersentuh oleh sistem asuransi sosial.
Ciri utama bantuan sosial :
(1) Pembiayaan adalah pendapatan negara
(2) Bukanlah hak bagi penerima karena pemberian bantuan didasarkan atas
tes kebutuhan atau menurut kriteria tertentu dianggap membutuhkan.

Di Indonesia diatur Undang-Undang Nomor 6 tahun 1974 tentang


kesejahteraan sosial, tidak setiap anggota kelompok itu yang akan mendapat
bantuan, tetapi hanya mereka yang tidak mampu memenuhi kebutuhan
hidupnya saja.

3. Sistem Dana Cadangan


Negara menyelenggarakan program jaminan sosial secara
komprehensif, yang menginginkan kesederhanaan administrasi mendirikan
dana cadangan negara dengan sistem tabungan wajib.
Dana dipakai untuk membayar tunjangan kepada pekerja yang berhenti
bekerja juga dapat dipinjamkan kepada para pekerja dengan alasan, dana
cadangan yang diterima pekerja bukanlah merupakan pengganti upah yang
pembayarannya berhenti karena pemutusan hubungan kerja atau cacat badan.
4. Sistem Kewajiban Pengusaha
Baru muncul pada akhir abad ke -19. Prinsipnya adalah meletakkan
tanggung jawab hukum kepada pengusaha untuk memberikan konpensasi dan
perawatan medis dalam hal pekerja ditimpa kecelakaan. Dalam hal ini
pengusaha dapat menanggung sendiri pada sebuah asuransi komersial.
Kebaikan sistem ini pada kesederhanaan dalam penyelenggaraannya dan
pemerintah cukup mengawasi saja, kelemahannya terletak pada kemampuan
perusahaan sebab tidak semua perusahaan mampu membayar konpensasi.
Di Indoensia terkandung Undang-Undang Nomor 33 tahun 1947 tentang
kecelakaan kerja.

5. Sistem Kepesertaan Universal


Seluruh penduduk suatu negara. Pembiayaan berasal dari pendapatan
negara, negara maju menyelenggarakan program yang diharapkan dapat
memberikan tunjangan pensiun, tunjangan kesehatan serta bantuan untuk
tambahan penghasilan bagi tiap penduduk.
Indonesia diwujudkan dalam bentuk program pelayanan kesehatan
dengan biaya rendah bagi setiap penduduk. Kebaikan sistem keluasan
pesertanya, kelemahannya terletak pada segi pembiayaan.

6. Sistem Pelayanan Sosial


Jaminan sosial dan pelayanan sosial, berkembang secara bersamaan.
Pelayanan sosial misalnya : pelayanan kesehatan.

B. JAMINAN SOSIAL SEBAGAI HAK ASASI


10 Desember 1948. Perserikatan Bangsa-Bangsa mengesahkan The
Universal Declaration of Human Rights bahwa jaminan sosial telah merupakan
hak asasi manusia pada artikel 22.
Organisasi perburuhan internasional memainkan peranan dalam
perumusan kebijaksanaan serta program perbaikan terhadap syarat-syarat
kerja dan syarat-syarat kehidupan.
Konvensi adalah merupakan suatu patokan yang perlu diperhatikan oleh
pejabat pembuat undang-undang setiap negara anggota organisasi perburuhan
internasional. Beberapa putusan yang telah diambil baik dalam bentuk konvensi
atau dalam bentuk rekomendasi.
(1) Social security (minimum standards) conventions, 1952 (No. 102)
(2) Employment Injury Benefits Conventions, 1964 (No. 121)
(3) Invalidity, Old-Age and Survivors, Benefits Conventions, 1967 (No. 128)
(4) Medical care and sickness benefits recommendations, 1969 (No. 134)
(5) Maitenance of social security rights recommendations, 1983 (No. 167)

C. JAMINAN SOSIAL DI INDONESIA


1. Pegawai Negeri Sipil
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1969 tentang Pensiun Pegawai dan
Pensiunan Janda/Duda,.
a. Pegawai
Mendapat hak pensiun adalah pegawai diberhentikan dengan hormat dan
memenuhi syarat:
(1) Mencapai usia sekurang-kurangnya 50 tahun
(2) Telah diberhentikan secara hormat sebagai pegawai negeri
(3) Memiliki masa kerja untuk pensiun sekurang-kurangnya 20 tahun.
Dalam hal pengecualian.

b. Janda / Duda
Kalau pegawai negeri meninggal dunia, istrinya atau suaminya yang telah
terdaftar pada Badan Administrasi Kepegawaian Negara berhak menerima
pensiun janda atau pensiun duda.

c. Anak
Diberikan kepada anak-anaknya yang belum berusia 25 tahun, atau
menikah dan belum mempunyai penghasilan sendiri.
Suami/istri atau ahli waris seorang pegawai negeri tewas diberikan uang
duka sebesar tiga kali penghasilan sebulan serendah-rendahnya
Rp. 100.000,- dan yang tewas diberikan uang duka enam kali penghasilan
sebulan dengan ketentuan serendah-rendahnya Rp. 500.000,-. Diatur
Peraturan Pemerintah Nomor 12 yang pelaksanaannya di tetapkan dengan
surat Edaran Bersama Menteri Kesehatan dan Kepala Badan Administrasi
Kepegawaian Negara Nomor 368/Men.Kes/EB/VII/1981 dan Nomor
09/SE/1981 tanggal 7 Juli 1981.
Pensiun menurut undang-undang nomor 11 tahun 1956 dibiayai oleh
negara. Iuran pensiun ditanggung oleh negara, sejak berlakunya Peraturan
Pemerintah Nomor 29 tahun 1964 tentang Penanggungan Iuran Pensiun
Pegawai Negeri / Janda, Yatim Piatu oleh Negara.
Program Tabungan hari tua berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 11
tahun 1963 tentang Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (TASPEN)
yang kemudian diubah Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1981
tentang Asuransi Pegawai Negeri Sipil.
Program (pemeliharaan kesehatan) keputusan Presiden Nomor 230 tahun
1968 diubah Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 1984 tentang
Pemeliharaan Kesehatan Pegawai Negeri Sipil dan Penerima Pensiun
beserta anggota keluarganya. Pembiayaan berasal dari iuran para peserta
Keputusan Presiden Nomor 8 tahun 1977.

2. Angkatan Bersenjata Republik Indonesia


Diatur dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1959. Keluarnya Undang-
Undang Nomor 6 tahun 1966 tentang Pemberian Pensiun, Tunjangan, bersifat
Pensiun dan Tunjangan kepada Militer Sukarela, Undang-Undang tersebut
diatas tidak berlaku lagi. Penghargaan kepada militer dibedakan atas :

a. Pensiun
Diberikan selama hidup kalau bersangkutan meninggal dunia, maka
istri/suami dan anak-anaknya yang berhak menerima pensiun waraka wuri
dan tunjangan anak yatim piatu :
(1) tunjangan yang bersifat pensiun
diberikan kepada yang diberhentikan dengan hormat namun belum
memenuhi syarat untuk menerima pensiun.
(2) Tunjangan
Kepada militer yang berlaku dalam beberapa tahun sesudah dia
diberhentikan dengan hormat.

Seorang anggota militer menurut undang-undang nomor 2 tahun 1959


harus mengajukan permohonan untuk mendapat hak pensiun, undang-undang
nomor 6 tahun 1966, hak pensiun diberikan secara otomatis.
Peraturan pemerintah nomor 44 tahun 1971 yemyamh (ASABRI)
diselenggarakan pula program asuransi sosial bagi anggota ABRI dan Pegawai
Sipil yang dipekerjakan dalam satu jabatan dilingkungan Departemen
Pertahanan dan Keamanan dan unit-unit ABRI.
ABRI semula mengikuti program TASPEN karena sifat berbeda maka
diatur secara tersendiri. ABRI wajib membayar iuran sebanyak 1,25% dari
penghasilan setiap bulan.
Program Asuransi Sosial terdiri dari :
(1) Asuransi dengan pembayaran berkala yang dibayarkan kepada peserta
pada akhir jangka waktu kalau masih hidup dan kepada orang yang ditunjuk
atau ahli warisnya dalam hal peserta meninggal dunia sebelum akhir
jangka waktu.
(2) Asuransi resiko kematian yang dibayarkan kepada ahli warisnya.
(3) Biaya penguburan yang dibayarkan kepada ahli warisnya.

Keputusan Presiden Nomor 8 tahun 1977 yang menentukan bahwa


setiap Pegawai Negeri dan Pejabat Negara dipungut iuran sebanyak 10% dari
penghasilan setiap bulan, penerima pensiun dipungut iuran untuk kesehatan
sebanyak 7%.
3. Umum
a. Penumpang Kendaraan Bermotor
Menurut Undang-Undang Nomor 33 tahun 1964 tentang Dana
Pertanggungan wajib Kecelakaan Penumpang kendaraan bermotor umum
yang meninggal dunia atau yang mendapat cacat tetap sebagai akibat
kecelakaan penumpang berhak atas pembayaran ganti kerugian yang
besarnya ditetapkan oleh peraturan pemerintah.
Uang pembayaran ganti rugi itu berasal dari Dana pertanggungan Wajib
Kecelakaan Penumpang yang dihimpun dari iuran para penumpang. Setiap
penumpang kendaraan yang sah kendaraan bermotor umum wajib
membayar iuran.

b. Korban Lalu Lintas.


Menurut Undang-Undang Nomor 34 tahun 1964 tentang Dana Kecelakaan
Lalu Lintas Jalan, Ahli waris dari setiap orang yang meninggal dunia, berhak
atas sejumlah ganti kerugian menurut ketentuan berdasarkan Peraturan
Pemerintah. Uang pembayaran ganti kerugian berasal dari sumbangan
wajib para pengusaha/pemilik alat angkutan ahli lalu lintas.
Undang-Undang Nomor 33 dan nomor 34 tahun 1964 ditetapkan sebagai
langkah pertama menuju suatu sistem jaminan sosial.

c. Bantuan Sosial
Dalam undang-undang nomor 6 tahun 1974 tentang ketentuan-ketentuan
Pokok Kesejahteraan Sosial, usaha kesejahteraan sosial itu adalah
pemberian bantuan :
(1) Pemberian bantuan kepada kelompok orang yang kehilangan
kemampuan sosial, misalnya korban banjir, kelaparan, huru-hara,
rapatriasi, pengungsi dan lain-lain.
(2) Pemberian bantuan kepada kelompok orang tertentu mendapat
gangguan kemampuan hidupnya menjadi terasing, misalnya
penyandang berbagai macam ketunaan, jompo, yatim piatu, fakir miski,
gelandangan serta bermacam-macam kesesatan lainnya.
(3) Pemberian bantuan kepada kelompok masyarakat tertentu untuk
meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab sosial, taraf hidup.
(4) Pemberian penghargaan dan terima kasih kepada
pahlawan/pejuang nasional, perintis kemerdekaan beserta
keluarganya.

Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1974, usaha-usaha


kesejahteraan sosial idealnya diselenggarakan menurut mekanisme
asuransi sosial dengan melibatkan partisipasi masyarakat secara luas.

4. Pekerjan Swasta
Ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 3 tahun 1992 tentang jaminan
sosial tenaga kerja (Lembaran Negara Nomor 14 tahun 1992). Setiap tenaga
kerja berhak atas Jaminan Sosial Tenaga Kerja didalam maupun diluar
hubungan kerja. Program jaminan sosial yang diatur dalam undang-undang
tersebut adalah :
(a) Jaminan Kecelakaan Kerja
(b) Jaminan Hari Tua
(c) Jaminan Kematian
(d) Jaminan Pelayanan Kesehatan

a. Jaminan Kecelakaan Kerja


Jaminan Kecelakaan Kerja diatur dalam Undang-Undang Nomor 33
tahun 1947 jo. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1951.
Kalau terjadi suatu kecelakaan kerja yang menimpa buruh maka majikan
pada perusahaan tersebut wajib membayar sejumlah ganti kerugian kepada
buruh tersebut atau keluarganya.
Di Inggris dengan The Moral Apprentices Act 1802 penguran jam kerja
anak dan diadakan pengawasan terhadap setiap pabrik.
Di Perancis dengan undang-undang pabrik tanggal 3 Maret 1839
diadakan pengaturan tentang pengawasan terhadap pekerja anak di pabrik.
DI Jerman Utara dengan industrial code 1869 diadakan aturan
perlindungan buruh terhadap kecelakaan kerja.
Di Rusia dengan peraturan 1872 diadakan pengawasan keselamatan
dan kesehatan kerja bagi buruh di pabrik. Peningkatan biaya produksi maka
majikan hanya berkenan menerima tanggung jawab atas kecelakaan kerja
dengan segala akibatnya secara terbatas, yaitu hanya dalam hal kecelakaan
yang terjadi semata mata karena kesalahan atau kelalaian dari pihak majikan
sendiri.
Karena itulah dalam Undang-Undang Nomor 33 tahun 1947 kewajiban
majikan untuk membayar ganti kerugian kepada buruh atau keluarganya yang
mengalami kecelakaan kerja atas prinsip resiko profesional (risque
professionel).
Pengertian kecelakaan kerja dalam Undang-Undang tersebut adalah
kecelakaan yang berhubung dengan hubungan kerja.
Pada tahun 1977 pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 33 tahun 1977 tentang Asuransi Sosial Tenaga Kerja, Program Jaminan
Sosial yang diatur dalam peraturan pemerintah ini :
(1) Jaminan kecelakaan kerja
(2) Tabungan hari tua
(3) Jaminan kematian
Setiap program tersebut dikelola oleh PT. Asuransi Sosial Tenaga Kerja.
Salah satu dasar hukum dari peraturan pemerintah ini adalah Undang-Undang
Nomor 33 tahun 1947, yaitu Pasal 36. disebut dalam pasal itu bahwa dengan
Peraturan Pemerintah, perusahaan yang diwajibkan membayar tunjangan,
diwajibkan membayar iuran guna mendirikan suatu dana. Hal jaminan
kecelakaan kerja, Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 1977 tersebut adalah
merupakan peraturan pelaksana dari Undang-Undang Nomor 33 tahun 1947.
Peraturan pemerintah nomor 33 tahun 1977 kewajiban dilimpahkan
badan Penyelenggara yaitu PT. Asuransi Sosial Tenaga Kerja, yang didirikan
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 34 tahun 1977. Dalam UU No. 3 tahun
1992, Jaminan Kecelakaan Kerja yang akan diberikan kepada pekerja yang
tertimpa kecelakaan meliputi :
(1) biaya pengangkutan
(2) biaya pemeriksaan, pengobatan dan perawatan
(3) biaya rehabilitasi
(4) santunan berupa uang, yang meliputi :
a) santunan sementara tidak mampu bekerja
b) santunan cacat sebahagian untuk selama-lamanya (cacat badan
ringan)
c) santunan cacat total untuk selama-lamanya baik fisik maupun
mental (cacat badan berat)

b. Jaminan Hari Tua


Tua merupakan tabungan wajib memberikan bekal uang bagi hari tua.
Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 1977. Jaminan hari tua ini dibayarkan
sekaligus atau secara berkala kepada tenaga kerja :
(1) telah mencapai usia 55 tahun
(2) cacat total tetap menurut yang ditetapkan dokter ditanggung secara
pekerja dan perusahaan

c. Jaminan Kematian
Jaminan kematian pekerja yang meninggal dunia sebelum usia 55 tahun,
Jaminan kematian yang diberikan meliputi :
(1) biaya pemakaman
(2) santunan berupa uang
kematian ditanggung oleh pengusaha.

d. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan


Dalam Undang-Undang Nomor 3 tahun 1992. Pemeliharaan kesehatan
adalah upaya penanggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang
memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan perawatan termasuk pemeriksaan
kehamilan dan pertolongan persalinan.
Jaminan pemeliharaan kesehatan meliputi :
1) rawat jalan tingkat pertama
2) rawat jalan tingkat lanjutan
3) rawat inap
4) pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan
5) penunjang diagnostik
6) pelayanan khusus
7) pelayanan gawat darurat

Prosedur penanganan keresahan atau keluh kesah pekerja pada tingkat


perusahaan (grievance procedure) dapat diatur dalam peraturan perusahaan
atau perjanjian kerja bersama.

D. PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL


Dua bentuk perselisihan. Pertama perselisihan hak (rechtsgeschillen),
termasuk bidang hubungan kerja adalah suatu perjanjian kerja, perjanjian
perburuhan, peraturan perusahaan atau dalam suatu peraturan perundang-
undangan. Kedua, perselisihan kepentingan (belangengeschillen), tidak adanya
persuasian paham mengenai syarat-syarat kerja dan / atau keadaan
perburuhan, biasanya berupa tuntutan perubahan atau perbaikan syarat-syarat
kerja dan/atau keadaan perburuhan.
Lebih lanjut di dalam UU Nomor 2 tahun 2004 tentang penyelesaian
perselisihan hubungan industrial (PPHI). Masing-masing perselisihan
disebutkan :
Perselisihan hak, yaitu perbedaan penafsiran atau pelaksanaan terhadap
ketentuan peraturan perundang-undangan, perjanjian kerja, peraturan
perusahaan atau perjanjian kerja bersama
Perselisihan kepentingan, adalah pertentangan mengenai pembuatan atau
perubahan syarat-syarat kerja dalam perjanjian kerja.
Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja, yaitu tidak ada kesesuaian
pendapat mengenai pengakhiran hubungan kerja
Perselisihan antar Serikat Pekerja, sebagai perselisihan antara Serikat
Pekerja/Serikat Buruh dengan tidak ada kesesuaian pendapat mengenai
keanggotaan.
E. HAK MOGOK
Di pihak pekerja, senjata yang dimaksud adalah penggunaan hak
mogok. Sebaliknya pengusaha mempunyak hak lock out (menutup perusahaan)
Disamping itu, juga harus diperhatikan ketentuan mengenai larangan
mengadakan mogok kerja/lock bagi perusahaan yang melayani kepentingan
umum (rs, air bersih, listrik, telekomunikasi, minyak & gas, kereta api)

F. PENYELESIAN PERSELISIHAN
Teoritis ada 3 model hubungan :
1. Harmonie Arbeidsoverhoudingen model
2. Coalitie Arbeidsoverhoudingen model
3. Conflict Arbeidsoverhoudingen model
Harmonie Arbeidsoverhoudingen model ditandai dengan tingkat
konsensus yang tinggi dan tingkat konflik yang rendah.
Coalitie Arbeidsoverhoudingen model ditandai dengan tingkat konsensus
yang sedang dan tingkat konflik yang sedang pula. Conflict
Arbeidsoverhoundingen model ditandai dengan tingkat konsensus yang rendah
dan tingkat konflik yang tinggi.

Proses penyelesaian perselisihan :


Mediasi, yaitu suatu proses penyelesaian perselisihan yang melibatkan pihak
ketiga yang netral.
Konsilidasi, yaitu suatu proses penyelesaian perselisihan yang melibatkan
pihak ketiga yang berperan sebagai perantara.
Arbitrase, yaitu proses penyelesaian perselisihan yang melibatkan pihak ketiga
yang netral. Keputusan yang dibuat oleh pihak ketiga adalah bersifat final dan
mengikat pihak-pihak.
Nomor 2 tahun 2004 tentang penyelesaian Perselisihan Hubungan
Industrial, memberikan batasan siapa yang dapat menangani perselisihan
hubungan.
Mediator, yang dimaksud dalam UU tersebut adalah pegawai negeri sipil di
bidang ketenagakerjaan
Konsiliator, seseorang atau lebih yang memenuhi syarat dan ditetapkan oleh
Menteri tenaga Kerja
Arbiter, seorang atau lebih yang dipilih oleh para pihak yang berselisih.

Mediator berkewajiban memberi anjuran tertulis kepada pihak yang


berselisih. Konsiliator wajib memberikan anjuran tertulis kepada pihak yang
berselisih.
Di pengadilan hubungan industrial, perselisihan hubungan industrial
akan diperiksa dan diputus oleh hakim, terdiri dari hakim karier dan hakim ad-
hoc.

G. PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DAN AKIBAT HUKUMNYA


1. Hubungan kerja putus demi hukum, diadakan untuk waktu tertentu
2. Hubungan kerja yang diputuskan oleh buruh/pekerja, melalui
pengunduran diri
3. Hubungan kerja yang diputuskan oleh pengusaha, misalnya pekerja
melakukan kesalahan berat atau bahkan ringan.
4. Hubungan kerja yang diputuskan oleh pengadilan yaitu kondisi dan
situasi yang menyebabkan hubungan kerja tidak berlangsung terus.

Pekerja berhak untuk mempunyai hak untuk pesangon dan hak lainnya
sesuai dengan ketentuan atau berdasarkan putusan pengadilan setelah
memeriksa perselisihan.

You might also like