You are on page 1of 121

Laporan Kerja Praktek

PT. Kimia Manufaktur Semarang

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Perkembangan teknologi saat ini sangatlah pesat, sehingga perkembangan dunia
industri juga secara otomatis mengalami kemajuan, hal ini berpengaruh terhadap
permintaan kebutuhan. Untuk itu perusahaan-perusahaan yang bergerak dibidang
industri berlomba-lomba meningkatkan jumlah produksinya dalam rangka memehuhi
kebutuhan masyarakat tersebut. Kebutuhan akan peningkatan produksi pada suatu
industri tentunya diimbangi pula dengan kebutuhan akan daya dan energi yang tinggi.
Salah satu alat yang biasanya digunakan sebagai sumber daya pada industri-industri
sekarang ini adalah boiler atau ketel uap.
Peralatan industri yang berupa sistem boiler merupakan asset yang sangat
penting bagi perusahaan. Boiler disini mempunyai peranan penting dalam proses
produksi uap, dimana uap ini nantinya akan digunakan untuk menjalankan berbagai
macam proses dalam industri maupun untuk penggerak turbin. Di PT KIMIA FARMA
Manufaktur Semarang, boiler utamanya digunakan sebagai pemanas pada
pengolahan/ekstraksi biji jarak menjadi minyak jarak.
Apabila terjadi gangguan pada sistem Boiler tersebut maka kelancaran dan
kontinuitas produksi uap akan terganggu sehingga produksi minyak jarak yang
dihasilkan juga akan mengalami gangguan. Untuk mengetahui kinerja boiler yang ada
di PT.KIMIA FARMA Manufaktur Semarang maka penulis akan menganalisa dan
menghitung efisiensi boiler di perusahaan tersebut.
Disamping itu, sering kali effisiensi kualitas kerja boiler tersebut diabaikan
padahal peningkatan efisiensi kualitas kerja boiler itu sendiri akan memberikan nilai
ekonomis tersendiri bagi perusahaan. Oleh karena itu peningkatan efisiensi boiler ini
sangat penting guna mendapatkan output yang baik.

Universitas Diponegoro
Semarang
12
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
1.2 Alasan Pemilihan Judul
Alasan pengambilan judul laporan ini adalah untuk mengetahui efisiensi/kinerja
dari boiler di PT.KIMIA FARMA Manufaktur Semarang agar kita dapat
memperkirakan kemungkinan untuk meningkatkan kinerja atau efisiensi boiler tersebut.
Dalam penulisan laporan ini penulis tidak lupa menjelaskan tentang pengetahuan boiler
secara umum.

1.3 Ruang Lingkup Kerja Praktek


Ruang lingkup atau batasan masalah yang akan di bahas dalam laporan ini
adalah mengenai efisiensi boiler di PT KIMIA FARMA Manufakturing Semarang,

1.4 Tujuan Kerja Praktek


Tujuan dari kegiatan kerja praktek ini adalah :

1. Menganalisis performance /efisiensi boiler di PT.KIMIA FARMA Manufaktur


Semarang
2. Mengetahui perandingan efisiensi teoritis dengan efisiensi boiler sesungguhnyadi
lapangan di PT.KIMIA FARMA Manufaktur Semarang
3. Menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi boiler di PT. KIMIA
FARMA Manufaktur Semarang

1.5 Metoda Penulisan


Metode yang dipakai pada penulisan laporan Kerja Praktek ini adalah sebagai
berikut:
1. Studi literatur
Metode ini dilaksanakan dengan studi dari buku-buku maupun instruction manual
book dan pustaka lainnya yang berkaitan. Metode ini dilakukan untuk keperluan
dasar teori dan analisa pembahasan.

Universitas Diponegoro
Semarang
13
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang

2. Tinjauan Lapangan
Yakni dengan melakukan pengambilan data terhadap objek yang diteliti secara
langsung di lapangan.
3. Metode wawancara
Dalam metode ini penulis memperoleh data melalui wawancara, diskusi dan tanya
jawab dengan pembimbing lapangan serta operator.

1.6 Sistematika Penyusunan


Laporan kerja praktek ini dibagi menjadi enam bab yang saling berhubungan satu
sama lain. Adapun sistematika penulisan laporan kerja praktek ini adalah sebagai
berikut:

 BAB I PENDAHULUAN
Pembahasan mengenai latar belakang kerja pratek, alasan pemilihan judul, ruang
lingkup/ batasan masalah, tujuan kerja praktek, metodologi penyusunan laporan dan
sistematika laporan.

 BAB IIPROFIL PT KIMIA FARMA MANUFAKTUR SEMARANG


Berisikan tentang sejarah singkat perusahaan.

 BAB III PENGETAHUAN UMUM BOILER


Pembahasan mengenai pengertian boiler, klasifikasi boiler, bagian-bagian boiler,
pengoperasian ketel uap, pengolahan air umpan boiler, serta daftar periksa opsi,

 BAB IV DASAR TEORI PERHITUNGAN EFISIENSI BOILER


Pembahasan mengenai nilai pembakaran bahan bakar, kebutuhan udara
pembakaran, gas asap, karbon yang tidak terbakar, karbon aktual yang habis

Universitas Diponegoro
Semarang
14
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
terbakar (Ct), rumus perhitungan efisiensi ketel uap, rumus perhitungan kapasitas
produksi ketel uap (Mu), serta perhitungan efisiensi berdasarkan neraca kalor.

 BAB V PERHITUNGAN EFISIENSI DAN KAPASITAS PRODUKSI UAP


SERTA PELUANG MENINGKATKAN EFISIENSI BOILER
Pembahasan mengenai spesifikasi ketel uap di PT.KIMIA FARMA Semarang,
data ketel uap di PT.KIMIA FARMA Semarang, perhitungan pembakaran,
perhitungan efisiensi ketel uap, perhitungan kapasitas produksi uap, efisiensi
berdasarkan neraca kalor, peluang meningkatkan efisiensi boiler

 BAB VI PENUTUP
berisi kesimpulan dan saran

Universitas Diponegoro
Semarang
15
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Singkat Berdirinya Perusahaan


PT. Kimia Farma Unit Produksi Semarang pada mulanya merupakan
Perusahaan milik Swasta.Setelah dikeluarkannya UU No. 58 Tahun 1958, maka
perusahaan milik Belanda ini mengalami Nasionalisasi menjadi milik pemerintah
Republik Indonesia.
Setelah musyawarah Kabinet Kerja dengan terlebih dahulu membentuk
Badan Pimpinan Umum (BPU), maka di tetapkan bentuk Perusahaan Negara
Farmasi (PNF). Berdasarkan Inpres No. 17 Tahun 1967 dan Perpu No. 3 Tahun
1967, maka pada tanggal 23 Januari 1968 semua PNF, kecuali PNF Bio Farma,
di satukan dengan PNF Bhineka Kimia Farma.
Dengan PP No. 16 Tahun 1971 yang berlaku pada tanggal 19 Maret 1971,
maka PNF Bhineka Kimia Farma berubah menjadi Perseroan Terbatas (PT)
Kimia Farma. Status PT. Kimia Farma baru berlaku 16 Agustus 1971 setelah di
sahkan oleh akte notaries Soloeman Adjasasmita, SH., No. 18 (Lembar Negara
No. 508 Tahun 1971, tambahan berita RI tanggal 19 November 1971 No. 91),
yang kemudian mendapatkan pengesahan Menteri Kehakiman dengan Surat
Penetapan No. 1 A5/184/21, tanggal 14 Oktober 1971.
Secara umum PT. Kimia Farma terbagi menjadi dua unit besar, yaitu unit
poduksi dan unit perdagangan. PT. Kimia Farma Unit Produksi Semarang
merupakan salah satu unit produksi yang ada di Indonesia.PT. Kimia Farma Unit
Produksi Semarang semula bernama Pabrik Castrol Oil. Pabrik resmi di buka
tanggal 1 Juni 1971. Sejak tanggal 1 April 1974, Pabrik Castrol Oil berubah

Universitas Diponegoro
Semarang
16
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
nama menjadi Pabrik Minyak dan Lemak. Perubahan nama ini di harapkan lebih
sesuai dengan keadaan produk yang di hasilkan, karena pabrik ini tidak hanya
memproduksi minyak jarak saja, tetapi juga mengolah minyak nabati lainnya
seperti minyak kelapa, minyak kelapa sawit, dan minyak kacang.
Pada tanggal 1 Maret 1991, PT. Kimia Farma Pabrik Minyak dan Lemak di
ubah menjadi PT. Kimia Farma Unit Produksi Semarang. Pada tahun yang sama,
PT. Kimia Farma Unit Produksi Semarang juga memproduksi Kosmetika Bedak
Marcks, di samping memproduksi minyak dan lemak. Pada tahun 1994, PT.
Kimia Farma Unit Produksi Semarang di percaya oleh direksi untuk
memproduksi Lysol untuk sarana kesehatan.
PT. Kimia Farma Unit Produksi Semarang, yang memperingati hari ulang
tahunnya setiap tanggal 16 Agustus, mendapatkan ISO 9001 versi 1994
mengenai system manajemen mutu dan disain produk pada November 1997.
Sertifikat ISO 9001 ini di perbarui pada tahun 2000 menjadi versi 2000, dan
setiap tiga tahun di perbarui, dan akan di perbarui lagi pada November 2006.

2.2 Tujuan Berdirinya Perusahaan


Tujuan di dirikannya PT. Kimia Farma Unit Produksi Semarang antara lain
:
1. Untuk memanfaatkan potensi sumber alam Indonesia yang belum di
manfaatkan secara optimal.
2. Menciptakkan kemampuan pengadaan minyak dan lemak negeri.
3. Menciptakkan kesempatan kerja bagi masyarakat di sekitar pabrik, yang
berarti pula meningkatkan taraf hidup.
4. Memupuk keuntungan bagi perusahaan.
5. Menambah sumber devisa Negara.
6. Menambah pendapatan di bidang pertanian, transportasi, dan lain-lain.

Universitas Diponegoro
Semarang
17
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
2.3 Visi dan Misi.
Visi PT. Kimia Farma : Menjadi perusahaan farmasi utama di Indonesia
dan bardaya saing di pasar global.

Misi PT. Kimia Farma :


 Menyediakan, mengadakan, dan menyalurkan persediaan farmasi,
alat kesehatan, dan jasa kesehatan lainnya yang berkualitas dan
bernilai tambah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
 Mengembangkan bisnis farmasi dengan cara meningkatkan nilai
perusahaan untuk kepentingan pemegang saham dan pihak lain yang
berkepentingan tanpa meninggalkan prinsip-prinsip “good corporate
governance”.
 Mengembangkan sumber daya manusia perusahaan untuk
meningkatkan kompetensi dan komitmen guna pengembangan
industry farmasi.

2.4 Lokasi dan Letak Perusahaan.


PT. Kimia Farma Unit Produksi Semarang terletak di jalan Simongan
Nomor 169, Desa Manyaran, Kecamatan Semarang Barat, Kota Madya
Semarang. PT. Kimia Farma juga dapat di akses melalui
http://www.kimiafarma.co.id//.
Di tinjau dari lokasinya, PT. Kimia Farma Unit Produksi Semarang cukup
baik. Pemilihan lokasi tersebut di dasarkan pada pertimbangan-pertimbangan
sebagai berikut :
 Jawa Tengah di kenal sebagai daerah penghasil bahan baku biji jarak yang
di butuhkan.

Universitas Diponegoro
Semarang
18
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang

 Semarang memiliki pelabuhan yang memungkinkan sebagai sarana


transportasi laut, misalnya dalam pengadaan bahan baku maupun
pemasaran produk.
 Persedian air tawar yang dapat memenuhi syarat untuk proses.
 Dekat dengan sungai Kaligarang, yang dapat di gunakan sebagai tempat
pembuangan air limbah yang telah diolah.

Luas lokasi PT. Kimia Farma Unit Produksi Semarang sekitar 2,67 Ha,
yang meliputi :
o Bangunan Pabrik : 10.000 m²
o Gudang apenyimpanan Minyak : 1.200 m²
o Laboratorium dan Perpustakaan : 500 m²
o Sarana Olahraga dan lain-lain : 15.000 m²
Untuk lebih jelas lokasi dan tata letak PT. Kimia Farma Unit Produksi
Semarang dapat di lihat pada gambar 2.1 dan gambar 2.2.

Universitas Diponegoro
Semarang
19
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang

Gambar 2.1 Lokasi Perusahaan.

Universitas Diponegoro
Semarang
20
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang

Gambar 2.2 Tata Letak / Lay Out Perusahaan.

Universitas Diponegoro
Semarang
21
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
2.5 Struktur Organisasi Perusahaan.
Organisasi perusahaan sangat penting dalam rangka pengelolaan
perusahaan dan mengaktifkan kerja untuk mencapai tujuan perusahaan.
Administrasi perusahaan mencakup struktur organisasi perusahaan, hak dan
kewajiban pengusaha dan pegawai, tata cara dan pegangan praktis yang
berhubungan dengan tugas.
PT. Kimia Farma Unit Produksi Semarang di pimpin oleh seorang Kepala
Unit Produksi Semarang dan di bantu oleh Tenaga Ahli, Kepala Bagian, serta
Kepala Sub Bagian dan Kepala Seksi. Bagan Organisasi PT. Kimia Farma Unit
Produksi Semarang dapat di lihat pada gambar 2.3.

Universitas Diponegoro
Semarang
22
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
PT.Kimia Farma Semarang

KSEP KSBPS

KSPR

KSBR

KSPPK KBPD
KSBPK
KSPFT

KSPP
KSBPR
KSGK KSPPPP KUPS

KSGM
KBSMP
KSBP
KSAK

KSKU KSBKU

KSPU

KSESP
KSBPE
KSCL

KSPK
KBPM
KSPML KSBPPP
Gambar 2.3 Struktur Organisasi Perusahaan.

Universitas Diponegoro
Semarang
23
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
Berikut ini penjelasan struktur organisasi PT. Kimia Farma Unit Produksi
Semarang :
1. Kepala Unit Produksi Semarang
Kepala Unit Produksi Semarang (KUPS) memegang kekuasaan dalam
struktur organisasi di PT. Kimia Farma Unit Produksi Semarang.
Tugas dan kewajiban Kepala Unit Produksi Semarang antara lain :
 Mengelola pelaksanaan operasional produksi dan pemeliharaan system
mutu yang di tetapkan di PT. Kimia Farma Unit Produksi Semarang.
 Mengelola pelaksanaan operasional dalam perencanaan dan
pengendalian investasi.
 Mengelola pelaksanaan kebijakan operasional dalam keuangan dan
anggaran serta personalia dan rumah tangga.

2. Bagian Sistem Mutu dan Produktivitas (BSMP)


Bagian Sistem Mutu dan Produktivitas terdiri dari staf (tenaga ahli)
yang di kepalai oleh seorang Kepala Bagian Sistem Mutu dan Produktivitas
(KBSMP), yang bertanggung jawab langsung kepada Kepala Unit Produksi
Semarang.
Tugas dan kewajiban Bagian Sistem Mutu dan Produktivitas yaitu :
 Merencanakan, melaksanakan, memantau dan menyempurnakan
penerapan system mutu dan peningkatan produktivitas.
 Melaporkan kinerja system mutu dan peningkatan produktivitas dalam
rapat tinjauan manajemen.
 Menjamin pelaksanaan rapat tinjauan manajemen dan tindak lanjut
hasilnya sesuai dengan prosedur rapat tinjauan manajemen.

Universitas Diponegoro
Semarang
24
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
3. Sub Bagian Pengadaan (SBP)
Sub Bagian Pengadaan dipimpin oleh Kepala Sub Bagian Pengadaan
yang bertanggung jawab kepada Kepala Unit Produksi Semarang.
Tugas dan kewajiban Sub Bagian Pengadaan adalah :
 Menerima rencana kebutuhan bahan baku, bahan penolong, dan bahan
kemasan serta barang lain sesuai permintaan unit kerja.
 Menerima permintaan kebutuhan sarana dan prasarana sesuai
permintaan unit kerja.
 Mengusulkan pemasok dengan mempertimbangkan legalitas pemasok,
ketetapan , jumlah, harga, dan waktu pengiriman barang sesuai
prosedur yang telah ditetapkan.

4. Bagian Produksi (BPD)


Bagian Produksi dipimpin oleh Kepala Bagian Produksi KBPD) yang
bertanggung jawab langsung kepada Kepala Unit Produksi Semarang.
Tugas dan kewajiban Bagian Produksi antara lain :
 Merencanakan dan mengevaluasi jadwal kebutuhan dan penggunaan
bahhan baku, bahan penolong, dan bahan kemasan.
 Mengkoordinasi dan mengendalikan pelaksanaan proses produksi
minyak, kosmetik, bedak, dan kemasan produk.
 Mengevaluasi, mengendalikan permintaan dan penggunaan bahan
baku, bahan penolong serta bahan kemasan untuk produksi dan produk
jadi.

Universitas Diponegoro
Semarang
25
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
Bagian Produksi membawahi tiga seksi, yaitu :
o Seksi Pressing (SPR)
Seksi Pressing berada dibawah wewenang Bagian Produksi,
dipimpin oleh Kepala Seksi Pressing (KSPR) yang bertanggung jawab
kepada Kepala Bagian Produksi.
Tugas dan kewajiban Seksi Pressing adalah :
 Melakukan permintaan (bon) bahan baku, bahan penolong,
bahan kemasan ke gudang sesuai kebutuhan dan mencatat pada
catatan pengolahan dan pengemasan.
 Memantau penyerahan sample crude oil hasil jadi untuk
pemeriksaan mutu.
 Menyerahkan produk jadi ke Kepala Seksi Bagian Refining atau
Gudang Minyak (KGSM).

o Seksi Pengemasan Produk Bedak dan Kosmetik (SPPBK)


Seksi Pengemasan Produk Bedak dan Kosmetik berada di bawah
wewenang Bagian Produksi, dan dipimpin oleh Kepala Seksi
Pengemasan Produk Bedak dan Kosmetik yang bertanggung jawab
kepada Kepala Bagian Produksi.
Tugas dan kewajiban Seksi Pengemasan Produk Bedak dan
Kosmetik adalah sebagai berikut :
 Merencanakan jadwal kebutuhan dan memantau penggunaan
bahan kemasan untuk kegiatan pengemasan.
 Melakukan permintaan (bon) bahan kemasan ke gudang sesuai
kebutuhan dan mencatat pada catatan pengolahan atau
pengemasan batch.
 Mengawasi dan mengatur pelaksanaan kegiatan pengemasan.

Universitas Diponegoro
Semarang
26
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang

o Seksi Produk Farmasi Terbatas (SPFT)


Seksi Produksi Farmasi Terbatas dipimpin oleh Kepala Seksi
Produk Farmasi Terbatas (KSPFT) yang bertanggung jawab kepada
Kepala Seksi Produksi. Seksi Produk Farmasi Terbatas berada di
bawah departemen Bagian Produksi.
Tugas dan kewajiban Seksi Produk Farmasi Terbatas yaitu :
 Merencanakan jadwal, kebutuhan dan memantau penggunaan
bahan baku, bahan kemasan untuk kegiatan produksi farmasi
terbatas.
 Melakukan permintaan (bon) bahan baku, bahan kemasan ke
gudang sesuai kebutuhan dan mencatat pada catatan pengolahan.
 Mengawasi dan mengatur pelaksanaan kegiatan produksi dan
pengawasan produk farmasi terbatas.

Bagian Produksi juga di bantu oleh :


 Sub Bagian Refining (SBR)
Sub Bagian Refining dipimpin oleh Kepala Sub Bagian Refining
(KSBR) yang bertanggung jawab langsung kepada Kepala Bagian
Produksi.
Tugas dan kewajiban Sub Bagian Refining yaitu :
 Merencanakan jadwal kebutuhan dan memantau bahan baku dan
bahan penolong untuk kegiatan refining dan untuk produksi
lainnya.
 Melakukan permintaan (bon) bahan baku dan bahan kemasan ke
gudang sesuai dengan kebutuhan dan mencatat pada catatan
pengolahan atau pengemasan.

Universitas Diponegoro
Semarang
27
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
 Mengawasi dan mengatur pelaksanaan proses refining.

 Sub Bagian Produksi Kosmetik (SBPK)


Sub Bagian Produksi Kosmetik dipimpin oleh Kepala Sub Bagian
Produksi Kosmetik dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala
Bagian Produksi.
Tugas dan kewajiban Sub Bagian Produksi Kosmetik adalah :
 Merencanakan jadwal kebutuhan dan memantau kebutuhan bahan
baku dan bahan kemasan untuk kegiatan produksi kosmetik dan
bedak.
 Menerima penyerahan bahan baku, bahan kemasan , dan gudang
(SGF) sesuai kebutuhan dan mencatat pada catatan pengolahan
batch.
 Mengawasi dan mengatur pelaksanaan kegiatan proses produksi
kosmetik dan bedak.

5. Bagian Perencanaan, Pengendalian Produk dan Persediaan (BPPPP)


Bagian Perencanaan, Pengendalian Produk dan Persediaan dipimpin
oleh Kepala Bagian Perncanaan, Pengendalian Produk dan Persediaan, yang
bertanggung jawab langsung kepada Kepala Unit Produksi Semarang.
Tugas dan kewajiban Bagian Perencanaan, Pengendalian Produk dan
Persediaan yaitu :
 Merencanakan mengendalikan, dan mengevaluasi jadwal produksi
kebutuhan bahan baku, bahan penolong, dan bahan kemasan proses
produksi dan persediaan secara berkala.

Universitas Diponegoro
Semarang
28
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang

 Membantu dan mengendalikan permintaan dan penggunaan bahan baku,


bahan penolong, dan bahan kemasan, serta waktu proses produksi.
 Memantau pelaksanaan permintaan, penyimpanan, persediaan dan
penyerahan bahan baku, bahan penolong, bahan kemasan , dan produk
jadi sarana dan prasarana produksi lainnya.

Bagian Perencanaan, Pengendalian Produk dan Persediaan


membawahi departemen – departemen :
o Seksi Pengendalian dan Pelaporan (SPP)
Seksi Pengendalian dan Pelaporan dipimpin oleh Kepala Seksi
Pengendalian dan Pelaporan, yang bertanggung jawab kepada Kepala
Bagian Perencanaan, Pengendalian Produk dan Persediaan.
Tugas dan kewajiban Seksi Pengendalian dan Pelaporan yaitu :
 Mengevaluasi rencana produksi tahunan, triwulan, bulanan dan
mingguan.
 Mengawasi rencana kebutuhan pemakaian bahan baku kemasan
sesuai dengan rencana produksi.
 Mengevaluasi jadwal kedatangan bahan baku, bahan kemasan,
produk setengah jadi, dan produk jadi.

o Seksi Gudang Kosmetik dan Bedak (SGK)


Seksi Gudang Kosmetik dan Bedak dipimpin oleh Kepala Seksi
Gudang Kosmetik dan Bedak, yang bertanggung jawab kepada bagian
Perencanaan, Pengendalian Produk dan Persediaan.
Tugas dan kewajiban Seksi Gudang Kosmetik dan Bedak yaitu :

Universitas Diponegoro
Semarang
29
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang

 Mengawasi dan mengatur pelaksanaan kegiatan penerimaan,


penyimpanan, pengeluaran bahan baku, bahan kemasan, produk
jadi, sarana dan prasarana lainnya.
 Mengawasi pelaksanaan penimbangan dan pengeluaran bahan
baku, bahan kemasan, dan produk jadi.
 Memantau kualitas bahan baku, bahan kemasan, dan produk jadi
oleh gudang sesuai dengan hasil pemeriksaan dan pengawasan
mutu.

o Seksi Gudang Minyak (SGM)


Seksi Gudang Minyak dipimpin oleh Kepala Seksi Gudang
Minyak, yang bertanggung jawab kepada Kepala Bagian Perencanaan,
Pengendalian Produk dan Persediaan.
Tugas dan kewajiban Seksi Gudang Minyak yaitu :
 Mengawasi dan mengatur pelaksanaan kegiatan penerimaan,
penyimpanan bahan baku dan bahan penolong.
 Mengawasi pengeluaran bahan baku, bahan penolong, dan bahan
kemasan produk jadi.
 Mengawasi pelaksanaan penimbangan dan pengeluaran bahan
baku, bahan penolong, bahan kemasan dan produk jadi sesuai
dengan hasil pemeriksaan pengawasan mutu.
 Memantau kualitas bahan baku, bahan penolong, bahan kemasan
dan produk jadi sesuai dengan hasil pengawasan pemeriksaan
mutu.
Bagian Perencanaan, Pengendalian Produk dan Persediaan,
dibantu oleh staf dari Sub Bagian Perencanaan (SBPR), yang dipimpin

Universitas Diponegoro
Semarang
30
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
oleh Kepala Sub Bagian Perencanaan, yang bertanggung jawab kepada
Kepala Bagian Perencanaan, Pengendalian Produk dan Persediaan.
Tugas dan kewajiban Sub Bagian Perencanaan yaitu ;
 Menyusun rencana produksi tahunan, triwulan, bulanan, dan
minguan.
 Menyusun rencana kebutuhan bahan baku, bahan penolong,
bahan kemasan sesuai dengan rencana produksi.
 Menyusun rencana jadwal kedatangan bahan baku, bahan
penolong, bahan kemasan untuk keperluan produksi.

6. Bagian Pengawasan Mutu (BPM)


Bagian Pengawasan Mutu dipimpin oleh Kepala Bagian Pengawasan
Mutu, yang bertanggung jawab kepada Kepala Unit Produksi Semarang.
Tugas dan kewajiban Bagian Pengawasan Mutu yaitu :
 Mengkoordinasi dan melaksanakan pemeriksaan bahan baku , bahan
penolong , bahan kemasan, produk setengah jadi, dan produk jadi
sesuai dengan prosedur Inspeksi dan Tes.
 Mengevaluasi dan menindaklanjuti bahan baku, bahan penolong,
bahan kemasan, produk jadi, dan produk setengah jadi yang tidak
memenuhi syarat sesuai dengan prosedural pengendalian produk
yang sesuai.
 Membuat standar mutu bahan dan produk jadi.

Bagian Pengawasan Mutu membawahi departemen – departemen :


o Seksi Pemeriksaan Produk Kosmetik dan Bedak (SPK)

Universitas Diponegoro
Semarang
31
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
Seksi Pemeriksaan Produk Kosmetik dan Bedak dipimpin oleh
Kepala Seksi Pemeriksaan Produk Kosmetik dan Bedak yang
bertanggung jawab kepada Kepala Bagian Pengawasan Mutu (KBPM).
Tugas dan kewajiban Seksi Pemeriksaan Produk Kosmetik dan
Bedak yaitu :
 Memantau pengambilan dan pendalaman sample bahan baku,
bahan kemasan, produk setengah jadi, dan produk jadi yang akan
diperiksa.
 Mengatur dan mengawasi pelaksanaan pemeriksaan mutu bahan
baku, bahan penolong, produk setengah jadi, dan poduk jadi.
 Menjamin kebenaran hasil analisa pemeriksaan mutu yang
dilaporkan.

o Seksi Pemeriksaan Produk Minyak dan Limbah (SPML)


Seksi Pemeriksaan Produk Minyak dan Limbah dipimpin oleh
Kepala Seksi Pemeriksaan Produk Minyak dan Limbah, yang
bertanggung jawab kepada Kepala Bagian Pengawasan Mutu
(KBPM).
Tugas dan kewajiban Seksi Pemeriksaan Produk Minyak dan
Limbah yaitu :
 Memantau pengambilan dan pendapatan sample bahan baku,
bahan penolong, bahan kemasan, produk setengah jadi, produk
jadi, dan limbah cair.
 Mengatur dan mengawasi pelaksanaan pemeriksaan mutu bahan
baku, bahan penolong, produk setengah jadi, dan produk jadi.
 Menjamin kebenaran hasil analisa pemeriksaan mutu yang akan
dilaporkan.

Universitas Diponegoro
Semarang
32
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang

Kepala Bagian Pengawasan Mutu (KBPM) dibantu oleh staf


Sub Bagian Penelitian dan Pengembangan Pabrik (SBPPP), yang
dipimpin oleh Kepala Sub Bagian Penelitian dan Pengembangan
Pabrik, yang bertanggung jawab kepada Kepala Bagian Pengawasan
Mutu.
Tugas dan kewajiban Sub Bagian Penelitian dan
Pengembangan Pabrik yaitu :
 Mengkoordinasi dan melaksanakan peelitian dan pengembangan
produk serta membantu Kepala Bagian Pengawasan Mutu dalam
pemeriksaan bahan baku, bahan kemasan, produk setengah jadi,
dan produk jadi yang tidak memenuhi syarat sesuai dengan
prosedur inspeksi dan tes.
 Membantu Kepala Bagian Pengawasan Mutu dengan
mengevaluasi dan menindaklanjuti bahan baku, bahan kemasan,
produk setengah jadi, dan produk jadi yang tidak sesuai.
 Membuat standar mutu dan produk hasil penelitian
pengembangan.

7. Sub Bagian Pemasaran (SBPS)


Sub Bagian Pemasaran dipimpin oleh Kepala Sub Bagian Pemasaran,
yang bertanggung jawab kepada Kepala Unit Produksi Semarang.
Tugas dan kewajiban Sub Bagian Pemasaran yaitu :
 Melaksanakan pembianaan pelanggan dan menjaga kepuasan
pelanggan.
 Memasarkan produk jadi didalam dan luar negeri.

Universitas Diponegoro
Semarang
33
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
 Menerima dan menginventarisasi pesanan produk jadi berdasarkan
permintaan pelanggan.
Kepala Sub Bagian Pemasaran membawahi Seksi Ekspedisi dan
Pelayanan, yang dipimpin oleh Kepala Seksi Ekspedisi dan Pelayanan, yang
mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk merencanakan jadwal
pengiriman produk kepada pelanggan.

8. Sub Bagian Keuangan dan Umum (SKBU)


Sub Bagian Keuangan dan Umum dipimpin oleh Kepala Sub Bagian
Keuangan dan Umum, yang bertanggung jawab kepada Kepala Unit
Produksi Semarang.
Tugas dan kewajiban Sub Bagian Keuangan dan Umum yaitu :
 Menyusun perencanaan anggaran belanja dan cash flow tahunan.
 Merencanakan dan mengendalikan keuangan sesuai dengan
cashflow.
 Bertanggung jawab atas kebenaran pemeriksaan dan pengeluaran
uang.
Kepala Sub Bagian Keuangan dan Umum membawahi departemen –
departemen :
o Seksi Akutansi (SAK)
Seksi Akutansi dipimpin oleh Kepala Seksi Akutansi, yang
bertanggung jawab kepada Kepala Sub Bagian Keuangan dan
Umum.
Tugas dan kewajiban Seksi Akutansi yaitu :
 Melaksanakan pemberian rekening, pembukuan, dan
pengolahan data yang masuk dari seluruh perusahaan sesuai
dengan kaidah akutansi.

Universitas Diponegoro
Semarang
34
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
 Melaksanakan kegiatan pencatatan kredit nota dan debit nota.
 Melaksanakan perhitungan penyusutan.

o Seksi Keuangan (SPU)


Seksi Keuangan dipimpin oleh Kepala Seksi Keuangan, yang
bertanggung jawab kepada Kepala Sub Bagian Keuangan dan
Umum.
Tugas dan kewajiban Seksi Keuangan yaitu ;
 Menyusun inventarisasi dan pengolahan data pegawai untuk
penyusunan pengadaan mutasi, promosi, dan pemberhentian
personil.
 Memantau, mengevaluasi, dan mengolah data presensi
personil, hasil kerja lembur, cuti personil, hasil penelitian
prestasi personil dan biaya kesehatan.
 Menyusun daftar perhitungan pendapatan dan asuransi, iuran
pajak dan pinjaman.
9. Sub Bagian Pemeliharaan Energi (SBPE)
Sub Bagian Pemeliharaan Energi dipimpin oleh Kepala Sub Bagian
Pemeliharaan Energi, yang bertanggung jawab kepada Kepala Unit Produksi
Semarang.
Tugas dan kewajiban Sub Bagian Pemeliharaan Energi yaitu :
 Merencanakan pelaksanaan kegiatan pemeliharaan dan perbaikan
bangunan, sarana dan prasarana produksi serta instalasi energi dan
kendaraan.
 Mengatur dan mengawasi pelaksanaan kegiatan pemeliharaan dan
perbaikan bangunan, sarana dan prasarana produksi serta instalasi
energi dan kendaraan.

Universitas Diponegoro
Semarang
35
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
 Merencanakan kebutuhan dan memantau penggunaan peralatan dan
suku cadang untuk pemeliharaan dan perbaikan sarana dan prasarana.

Kepala Sub Bagian Pemeliharaan dan Energi membawahi departemen


– departemen ;
o Seksi Civil dan Lingkungan (SCL)
Seksi Civil dan Lingkungan dipimpin oleh Kepala Seksi Civil
dan Lingkungan, yang bertanggung jawab kepada Kepala Sub Bagian
Pemeliharaan Energi.
Tugas dan kewajiban Seksi Civil dan Lingkungan yaitu :
 Memantau kegiatan pemeliharaan, perbaikan bangunan dan
lingkungan beserta kelengkapannya.
 Pemantauan pemanfaatan untuk pemeliharaan, perbaikan
bangunan dan lingkungan beserta kelengkapannya.
 Mengevaluasi dan melaporkan secara berkala mengenai hasil
kegiatan pemeliharaan, perrbaikan gedung dan lingkungan
beserta kelengkapannya.

o Seksi Energi dan Sarana Produksi (SESP)


Seksi Energi dan Sarana Produksi dipimpin oleh Kepala Seksi
Energi dan Sarana Produksi, yang bertanggung jawab kepada Kepala
Sub Bagian Pemeliharaan Energi.
Tugas dan kewajiban Seksi Energi dan Sarana Produksi yaitu :
 Membuat rencana kegiatan pemeliharaan, perbaikan instalasi
energi, sarana dan prasarana produksi.

Universitas Diponegoro
Semarang
36
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
 Mengawasi, mengatur, dan mengkoordinasi pelaksanaan
pemeliharaan, perbaikan instalasi energi, sarana dan prasarana
produksi.
 Mengevaluasi dan melaporkan secara berkala mengenai hasil
kegiatan pemeliharaan, perbaikan instalasi energi, sarana dan
prasarana produksi.

2.6 Kepegawaian.
Menurut data pada Agustus 2006, diketahui bahwa jumlah Sumber Daya
Manusia PT. Kimia Farma Unit Produksi Semarang adalah 153 orang. Status
karyawan di PT. Kimia Farma Unit Produksi Semarang meliputi :
1. Pegawai Tetap.
2. Pegawai Tidak Tetap.
3. Pegawai Honorer, Tenaga Borongan, dan Harian Lepas.

2.7 Pelaksanaan Jam Kerja.


Peraturan kerja dibedakan antara karyawan masuk pagi (bukan shift)
dengan hari kerja dari Senin sampai Jumat. Karyawan shift dibagi dalam empat
group dengan jam kerja bergantian selama enam hari, dan hari libur satu hari
setelah bekerja tiga hari berturut – turut.
Pembayaran gaji pegawai diatur dalam tiga tahap setiap bulan pada tanggal
5, 15, 25.

2.8 Faasilitas Perusahaan.


Karyawan adalah kekayaan yang paling berharga dan berperan penting
dalam perusahaan. PT. Kimia Farma Unit Produksi Semarang memandang perlu
memberikan dan menyediakan fasilitas penunjang untuk meningkatkan
kesejahteraan karyawannya, diantaranya dengan :

Universitas Diponegoro
Semarang
37
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
1) Memberikan jaminan hari tua (pesiun) dan memberikan jaminan
sosial tenaga kerja.
Jaminan sosial meliputi :
a. Asuransi pegawai.
b. Bantuan sosial hari tua (pensiun).
c. Kebutuhan lain yang ditetapkan pemerintah.
Usaha yang dilakukan oleh perusahaan adalah kerja sama
dengan ASTEK (Asuransi Sosial dan Tenaga Kerja) yang meliputi
Asuransi Kecelakaan Kerja (AKK), Asuransi Kematian (AK),
Tunjangan Hari Tua (THT).
Jaminan kesejahteraan sosial diberikan dengan kriteria :
1. Pegawai tetap, calon pegawai tetap dan calon pegawai
penuh.
Fasilitas yang diberikan adalah sebagai berikut :
 Uang pakaian dinas, satu tahun sekali.
 Penggantian biaya perawatan dan pengobatan.
 Rekreasi untuk seluruh pegawai.
2. Pegawai honorer paruh waktu, tenaga borongan, harian
lepas.
Fasilitas yang diberikan adalah sebagai berikut :
 Gaji.
 Asuransi kecelakaan kerja.
 Asuransi kematian.
3. Pegawai tetap bulananyang telah berumur 55 tahun dan
masa kerja mencapai 15 tahun berhak mendapat pensiun.
Ada juga yang tidak berhak atas pensiun tetapi berhak atas
jaminan sosial pensiun (jaminan hari tua), yaitu pegawai

Universitas Diponegoro
Semarang
38
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
bulanan yang berumur 55 tahun tetapi masa kerja belum
mencapai 15 tahun.
2) Sumbangan kematian akan diberikan kepada pegawai maupun
keluarganya yang pada daftar perusahaan sesuai dengan peraturan
yang berlaku.
3) Perumahan bagi pejabat.
4) Koperasi yang menyediakan kebutuhan sehari – hari.
5) Tunjangan Hari Raya (THR)
6) Tunjangan Bonus.
7) Perlengkapan kerja yang meliputi pakaian kerja, sepatu, seragam,
serta perlengkapan keselamatan (masker, helm, dan sebagainya).
8) Hadiah dan penghargaan bagi karyawan.
9) Masjid lengkap dengan perpustakaannya.
Ditinjau dari peraturan yang dikeluarkan pemerintah melalui Departemen
Tenaga Kerja, PT. Kimia Farma Unit Produksi Semarang telah memberikan
fasilitas yang cukup bagi karyawan.

2.9 Bahan Baku dan Produk yang Dihasilkan.


2.9.1 Bahan Baku
PT. Kimia Farma Unit Produksi Semarang menggunakan biji jarak
sebagai bahan baku pembuatan minyak jarak, crude oil untuk pembuatan
minyak kelapa sawit, dan minyak kacang. Pembuatan minyak jarak juga
menggunakan bahan – bahan pembantu antara lain soda kaustik, bleaching
earth, karbon aktif, asam sitrat, garam, asam sulfat. Sedangkan bahan baku
pembuatan bedak didatangkan dari supplier.
2.9.2 Produk yang Dihasilkan
 Minyak Telon Bayi

Universitas Diponegoro
Semarang
39
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
Produk jadi minyak telon bayi memiliki dua macam kemasan
yaitu 37 ml dan 67 ml. Produk jadi minyak telon bayi yang dihasilkan
memiliki pemerian sebagai berikut : cairan kuning, bau aromatis
seperti kamfer, rasa menusuk seperti kamfer diikuti rasa hangat.
 Minyak Kayu Putih
Produk jadi minyak kayu putih memiliki tiga macam kemasan
yaitu 37 ml, 67 ml, dan 127 ml. Produk jadi minyak kayu putih yang
dihasilkan memiliki pemerian sebagai berikut : cairan kuning
kehijauan, bau aromatis seperti kamfer, rasa menusuk seperti kamfer
diikuti rasa hangat.
 Minyak Telon Anak
Produk jadi minyak telon anak memiliki dua macam kemasan
yaitu 37 ml dan 67 ml. Produk jadi minyak telon anak yang dihasilkan
memiliki pemerian sebagai berikut : cairan kuning, bau aromatis
seperti kamfer, rasa menusuk seperti kamfer diikuti rasa hangat.
 RBD M V O III
RBD M V O III yang dihasilkan memiliki pemerian sebagai
berikut : cairan berwarna kuning muda, tidak berbau, tidak tengik,
tidak tercampur minyak babi atau minyak lainnya.
 RBD SPC III
RBD SPC III yang dihasilkan memiliki pemerian sebagai
berikut : cairan berwarna kuning muda, tidak berbau, tidak tengik,
tidak bercampur minyak babi atau minyak lainnya.
 RBD Fat Blend 933
RBD Fat Blend 933 yang dihasilkan memiliki pemerian
sebagai berikut: cairan berwarna kuning muda, tidak berbau, tindak
tengik, tidak tercampur minyak babi atau minyak lainnya.

Universitas Diponegoro
Semarang
40
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
 RBD FB 21
RBD FB 21 yang dihasilkan memiliki pemerian sebagai berikut
: cairan berwarna kuning muda, tidak berbau, tidak tengik, tidak
tercampur minyak babi atau minyak lainnya.
 RBD FB 23
RBD FB 23 yang dihasilkan memiliki pemerian sebagai berikut
: cairan berwarna kuning muda, tidak berbau, tidak tengik, tidak
tercampur minyak babi atau minyak lainnya.
 RBD Soyabean Oil
RBD Soyabean Oil yang dihasilkan memiliki pemerian sebagai
berikut : cairan berwarna kuning muda, tidak berbau, tidak tengik,
tidak tercampur minyak babi atau minyak lainnya.
 RBD Palm Oleia Oil
RBD Palm Oleia Oil yang dihasilkan memiliki pemerian
sebagai berikut : cairan berwarna kuning muda, jernih pada temperatur
ruangan, tidak tengik, tidak tercampur minyak babi atau minyak
lainnya.
 RBD Peanut Oil
RBD Peanut Oil yang dihasilkan memiliki pemerian sebagai
berikut : cairan berwarna kuning muda, tidak berbau, tidak tengik,
tidak tercampur minyak babi atau minyak lainnya.
 RBD Coconut Oil
RBD Coconut Oil yang dihasilkan memiliki pemerian sebagai
berikut : cairan berwarna kuning muda, tidak berbau, tidak tengik,
tidak bercampur minyak babi atau minyak lainnya.
 Bedak Salicyl ‘2%

Universitas Diponegoro
Semarang
41
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
Bedak Salicyl ‘2% yang dihasilkan memiliki pemerian sebagai
berikut : bubuk halus berwarna agak putih.
 Marck Body Talk Scarlet
Marck Body Talk Scarlet yang dihasilkan memiliki pemerian
sebagai berikut : bubuk halus berwarna putih, berbau harum yang khas
scarlet.
 Marck Body Talk Fressia
Marck Body Talk Fressia yang dihasilkan memiliki pemerian
sebagai berikut : bubuk halus berwarna putih, berbau harum yang khas
fressia.
 Marck Bedak Creme
Marck Bedak Creme yang dihasilkan memiliki pemerian
sebagai berikut : bubuk halus berwarna creme, berbau harum yang
khas.
 Marck Bedak Rose
Marck Bedak Rose yang dihasilkan memiliki pemerian sebagai
berikut : bubuk halus berwarna rose, berbau harum yang khas.
 Marck Bedak Putih
Marck Bedak Putih yang dihasilkan memiliki pemerian sebagai
berikut : bubuk halus berwarna putih, berbau harum yang khas.
 Marck Venus Loose Powder Active 03 Ivory
Marck Venus Loose Powder Active 03 Ivory yang dihasilkan
memiliki pemerian sebagai berikut : powder halus berwarna salem /
kuning langsat, dengan bau harum yang khas.
 Marck Venus Loose Powder Active 02 Beige

Universitas Diponegoro
Semarang
42
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
Marck Venus Loose Powder Active 02 Beige yang dihasilkan
memiliki pemerian sebagai berikut : powder halus berwarna kuning
kecokelatan, dengan bau harum yang khas.
 Marck Venus Loose Powder Active 01 Invisible
Marck Venus Loose Powder Active 01 Invisible yang
dihasilkan memiliki pemerian sebagai berikut : powder halus berwarna
peach / kuning natural, dengan bau harum yang khas.
 Marck Venus Loose Powder Dynamic 03 Ivory
Marck Venus Loose Powder Dynamic 03 Ivory yang dihasilkan
memiliki pemerian sebagai berikut : powder halus berwarna salem /
kuning langsat, dengan bau harum yang khas.
 Marck Venus Loose Powder Dynamic 02 Beige
Marck Venus Loose Powder Dynamic 02 Beige yang
dihasilkan memiliki pemerian sebagai berikut : powder halus berwarna
kuning kecokelatan, dengan bau harum yang khas.
 Marck Venus Loose Powder Dynamic 01 Invisible
Marck Venus Loose Powder Dynamic 01 Invisible yang
dihasilkan memiliki pemerian sebagai berikut : powder halus berwarna
peach / kuning natural, dengan bau yang khas.
 Refined Bleached Deodorized (RBD) Castrol Oil
Refined Bleached Deodorized (RBD) Castrol Oil yang
dihasilkan memiliki pemerian sebagai berikut : cairan kental, kuning
muda, tidak berbau, tidak tengik.
 Produk Samping
Produk samping yang dihasilkan berupa ampas biji jarak.
Ampas biji jarak memiliki sepsifikasi sebagai berikut :
Warna : cokelat muda

Universitas Diponegoro
Semarang
43
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
Kadar air : maksimal 11%
Kadar minyak : 5,5 – 11%
Kadar Nitrogen : minimal 5,5%
Kadar P2O5 : 1 – 1,5%
Kadar Kalium : 1 – 4%
Kadar Asam Lemak : 1 – 4%

Universitas Diponegoro
Semarang
44
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
BAB III

Pengetahuan Umum Boiler

3.1 Pengertian Boiler

Boiler adalah bejana tertutup dimana panas pembakaran dialirkan ke air


sampai terbentuk air panas atau steam. Air panas atau steam pada tekanan tertentu
kemudian digunakan untuk mengalirkan panas ke suatu proses. Air adalah media yang
berguna dan murah untuk mengalirkan panas ke suatu proses. Jika air didihkan sampai
menjadi steam, volumenya akan meningkat sekitar 1.600 kali, menghasilkan tenaga
yang menyerupai bubuk mesiu yang mudah meledak, sehingga boiler merupakan
peralatan yang harus dikelola dan dijaga dengan sangat baik.

Sistem boiler terdiri dari: sistem air umpan, sistem steam, dan sistem bahan
bakar. Sistem air umpan menyediakan air untuk boiler secara otomatis sesuai dengan
kebutuhan steam. Berbagai kran disediakan untuk keperluan perawatan dan perbaikan.
Sistem steam mengumpulkan dan mengontrol produksi steam dalam boiler. Steam
dialirkan melalui sistem pemipaan ke titik pengguna. Pada keseluruhan sistem, tekanan
steam diatur menggunakan kran dan dipantau dengan alat pemantau tekanan. Sistem
bahan bakar adalah semua peralatan yang digunakan untuk menyediakan bahan bakar
untuk menghasilkan panas yang dibutuhkan. Peralatan yang diperlukan dalam sistem
bahan bakar tergantung pada jenis bahan bakar yang digunakan pada system [8].

Air yang disuplai ke boiler untuk dirubah menjadi steam disebut air umpan.
Dua sumber air umpan adalah:

1. Kondensat atau steam yang mengembun yang kembali ke proses

Universitas Diponegoro
Semarang
45
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
2. Air make up (air baku yang sudah diolah) yang harus diumpankan dari luar
ruang boiler ke plant proses.

Untuk mendapatkan efisiensi boiler yang lebih tinggi, digunakan economizer


untuk memanaskan awal air umpan menggunakan limbah panas pada gas buang.

Uap dibagi menjadi 3 jenis yakni:

1. uap jenuh basah (wet saturated steam)

Adalah uap yang masih bercampur atau berhubungan dengan bagian air yang
mempunyai temperatur sama

2. Uap Jenuh kering (dry saturated steam)

Adalah uap yang tidak bercampur atau tidak mengandung bagian air.

3. Uap lewat panas (superheated steam)

Adalah uap yang didapat dari pemanasan lanjut uap jenuh

3.2 Klasifikasi Boiler


Setelah mengetahui proses singkat sistem boiler dan komponen pembentuk
sitem boiler, selanjutnya kita perlu mengetahui jenis-jenis boiler. Berbagai jenis boiler
yang telah berkembang mengikuti kemajuan teknologi dan evaluasi dari produk-
produk boiler sebelumnya. Berikut adalah klasifikasi boiler:

Universitas Diponegoro
Semarang
46
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
 Menurut kontruksi dan cara kerjanya
1. Fire Tube Boiler

Gambar 3.1 fire tube boiler


( Sumber: www.eneryefficienyasia.org )

Cara kerja:
Proses pengapian terjadi di dalam pipa, kemudian panas yang dihasilkan
dihantarkan langsung kedalam boiler yang berisi air. Besar dan konstruksi boiler
mempengaruhi kapasitas dan tekanan yang dihasilkan boiler tersebut.
Karakteristik:
- Biasanya digunakan untuk kapasitas steam yang relatif kecil (12.000
kg/jam) dengan tekanan rendah sampai sedang (18 kg/cm2).
- Dalam operasinya dapat menggunakan bahan bakar minyak, gas atau bahan
bakar padat.
- Untuk alasan ekonomis, sebagian besar fire tube boiler dikonstruksi sebagai
paket boiler (dirakit oleh pabrik) untuk semua bahan bakar

Universitas Diponegoro
Semarang
47
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
2. Water Tube Boiler

Gambar 3.2 Diagram sederhana Water Tube Boiler


( Sumber: www.eneryefficienyasia.org )

Cara kerja:
Proses pengapian terjadi di luar pipa. Panas yang dihasilkan digunakan untuk
memanaskan pipa yang berisi air. Air umpan itu sebelumnya dikondisikan
terlebih dahulu melalui economizer. Steam yang dihasilkan kemudian
dikumpulkan terlebih dahulu di dalam sebuah steam drum sampai sesuai.
Setelah melalui tahap secondary superheater dan primary superheater, baru
steam dilepaskan ke pipa utama distribusi.
Karakteristik:
- Tingkat efisiensi panas yang dihasilkan cukup tinggi.
- Kurang toleran terhadap kualitas air yang dihasilkan dari plant pengolahan
air. Sehingga air harus dikondisikan terhadap mineral dan kandungan-
kandungan lain yang larut dalam air.

Universitas Diponegoro
Semarang
48
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
- Boiler ini digunakan untuk kebutuhan tekanan steam yang sangat tinggi
seperti pada pembangkit tenaga.
- Kapasitas steam antara 4.500-12.000 kg/jam dengan tekanan sangat tinggi.
- Menggunakan bahan bakar minyak dan gas untuk water tube boiler yang
dirakit dari pabrik
- Menggunakan bahan bakar padat untuk water tube boiler yang tidak dirakit
di pabrik.

Tabel 3.1 Keuntungan Dan Kerugian Boiler Berdasarkan Tipe Pipa

N
Tipe boiler Keuntungan Kerugian
O
Proses pemasangan mudah Tekanan operasi steam
dan cepat. terbatas untuk tekanan
Tidak membutuhkan setting rendah
khusus
Investasi awal boiler ini Kapasitas steam relatif kecil
murah jika dibandingkan dengan
water tube
1 Fire tube boiler
Bentuknya lebih compact Tempat pembakarannya sulit
dan portabel dijangkau untuk dibersihkan,
diperbaiki dan diperiksa
kondisinya.
Tidak membutuhkan area Nilai efisiensinya rendah,
yang besar untuk 1 HP karena banyak energi kalor
boiler yang terbuang
2 Water Tube Kapasitas steam besar Proses konstruksi lebih detail
Tekanan operasi mencapai Investasi awal relatif lebih
Boiler
100 bar mahal
Nilai efisiensinya relatif Penanganan air yang masuk

Universitas Diponegoro
Semarang
49
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang

lebih tinggi dari fire tube ke dalam boiler perlu dijaga,


boiler karena lebih sensitif untuk
sistem ini. Perlu komponen
pendukung untuk hal ini.
Tungku mudah dijangkau Karena mampu
untuk melakukan menghasilkan kapasitas dan
pemeriksaan, pembersihan, steam yang lebih besar, maka
dan perbaikan konstruksinya membutuhan
area yang lebih luas.

 Klasifikasi boiler berdasarkan bahan bakar yang digunakan.


1. Solid fuel
Pemanasan yang terjadi akibat pembakaran antara percampuran bahan bakar
padat (batu bara, baggase, rejected product, sampah kota, kayu) dengan oksigen
dan sumber panas.
Karakteristik:
- Harga bahan baku relatif lebih murah dari boiler yang menggunakan bahan
bakar cair dan listrik
- Nilai efisiensinya lebih baikdari boiler tipe listrik.
2. Oil fuel
Pemanasan yang terjadi akibat pembakaran antara percampuran bahan bakar
cari (solar, IDO, residu, kerosin) dengan oksigen dan sumber panas.
Karakteristik:
- Harga bahan baku pembakaran paling mahal dibandingkan dengan semua
tipe boiler.
- Nilai efisiensinya lebih baik dari boiler berbahan bakar padat dan listrik

Universitas Diponegoro
Semarang
50
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
3. Gaseous Fuel
Pembakaran yang terjadi akibat percampuran bahan bakar gas (LNG) dengan
oksigen dan sumber panas.
Karakteristik:
- Harga bahan baku pembakaran paling murah dibandingkan semua tipe boiler
- Nilai efisiensi lebih baik jika dibandingkan dengan semua tipe boiler

4. Elektrik
Pemanasan yang terjadi akibat sumber listrik yang menyuplai sumber panas.
Karakteristik:
- Harga bahan baku relatif lebih murah dibandingkan dengan boiler yang
menggunakan bahan bakar cair
- Nilai efisiensinya paling rendah dari semua tipe boiler

Tabel 3.2 Keuntungan Dan Kerugian Boiler Berdasarkan Bahan Bakar

No Tipe boiler Keuntungan Kerugian


Bahan baku mudah Sisa pembakaran sulit
didapatkan dibersihkan
1 Solid fuel
Murah konstruksinya Sulit mendapatkan bahan
baku yang baik
Sisa pembakaran tidak Harga bahan baku paling
banyak dan lebih mudah mahal
2 Oil fuel dibersihkan
Bahan bakunya mudah Mahan konstruksinya
didapatkan
3 Gaseous fuel Harga bahan bakar paling Mahal konstruksinya
murah
Paling banyak nilai Sulit didapatkan bahan
efisiensinya bakunya, harus ada jalur

Universitas Diponegoro
Semarang
51
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang

distribusi
Paling mudah perawatannya Paling buruk nilai
efisiensinya
4 Electric Mudah konstruksinya dan Temperatur pembakaran
mudah didapatkan paling rendah
sumbernya

 Klasifikasi Boiler Berdasarkan Kegunaan Boiler


1. Power Boiler
Steam yang dihasilkan boiler ini menggunakan tipe water tube boiler, hasil
steam yang dihasilkan memiliki tekanan dan kapasitas yang besar, sehingga
mampu memutar steam turbin dan menghasilkan listrik dari generator.
Karakteristik:
- Kegunaan utamanya sebagai penghasil steam untuk pembangkit listrik
- Sisa steam digunakan sebagai proses industri.
2. Industrial Boiler
Steam yang dihasilkan boiler ini dapat menggunakan tipe water tube boiler atau
fire tube boiler.
Karakteristik:
- Kegunaan steam utamanya untuk menjalankan proses industri dan sebagai
tambahan panas.
- Steam memiliki kapasitas yang besar dan tekanan yang sedang.
3. Komersial Boiler
Steam yang dihasilkan boiler ini dapat menggunakan tipe water tube boiler atau
fire tube boiler.
Karakteristik:
- Kegunaan steam utamanya untuk menjalankan proses operasi komersial.
- Steam memiliki kapasitas yang besar dan tekanan rendah.

Universitas Diponegoro
Semarang
52
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
4. Residential Boiler
Steam yang dihasilkan boiler ini menggunakan boiler tipe fire tube boiler.
Karakteristik:
- Memiliki tekanan dan kapasitas steam yang rendah
- Kegunaan utamanya yaitu sebagai penghasil steam tekanan rendah yang
digunakan untuk perumahan.
5. Heat Recovery Boiler
Steam yang dihasilkan boiler ini menggunakan tipe water tube boiler atau fire
tube boiler.
Karakteristik:
- Steam yang dihasilkan memiliki tekanan dan kapasitas yang besar
- Kagunaan utamanya sebagai penghasil steam dari uap panas yang tidak
terpakai
- Hasil steam ini digunakan untuk menjalankan proses industri.

Tabel 3.3 Keuntungan Dan Kerugian Boiler Berdasarkan Kegunaan.

No Tipe Boiler Keuntungan Kerugian

Dapat menghasilkan listrik Konstruksi awal relatif


dan sisa steam dapat untuk mahal
menjalankan proses
1 Power Boiler
industri

Steam yang dihasilkan Perlu diperhatikan factor


memiliki tekanan tinggi safety

2 Industrial Boiler Penanganan boiler lebih Steam yang dihasilkan


mudah memiliki tekanan rendah.

Konstruksi awal relatif

Universitas Diponegoro
Semarang
53
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang

murah

Penanganan boiler lebih Steam yang dihasilkan


Commercial mudah memiliki tekanan rendah
3
Boiler Konstruksi awal relatif
murah

Penanganan boiler lebih Steam yang dihasilkan


mudah memiliki tekanan rendah
4 Residential Boiler
Konstruksi awal relatif
murah

Penanganan boiler lebih Steam yang dihasilkan


Heat Recovery mudah memiliki tekanan rendah
5
Boiler Konstruksi awal relatif
murah

 Klasifikasi Boiler Berdasarkan Konstruksi Boiler

1. Package Boiler

Disebut package boiler karena sudah tersedia sebagai paket yang lengkap
pada saat dikirim ke pabrik. Hanya memerlukan pipa steam, pipa air, suplai
bahan bakar dan sambungan listrik untuk dapat beroperasi. Paket boiler

Universitas Diponegoro
Semarang
54
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
biasanya merupakan tipe fire tube boiler dengan transfer panas yang tinggi baik
radiasi maupun konveksi.

Ciri-ciri package boiler:


- Kecilnya ruang pembakaran dan tingginya panas yang dilepas menghasilkan
penguapan yang lebih cepat.
- Banyaknya jumlah pipa yang berdiameter kecil membuatnya memiliki
perpindahan panas konvektif yang baik.
- Sejumlah lintasan/pass menghasilkan perpindahan panas keseluruhan yang
baik.
- Tingkat efisiensi thermisnya yang lebih tinggi dibandingkan dengan boiler
lainnya.

Boiler tersebut dikelompokkan berdasarkan jumlah pass nya yaitu berapa


kali gas pembakaran melintasi boiler. Ruang pembakaran ditempatkan sebagai
lintasan pertama setelah itu kemudian satu, dua, atau tiga set pipa api. Boiler
yang paling umum dalam kelas ini adalah unit tiga pass dengan dua set fire tube
dan gas buangnya keluar dari belakang boiler.

Universitas Diponegoro
Semarang
55
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang

Gambar 3.3 Jenis Boiler 3 pass, bahan bakar minyak


( Sumber: www.eneryefficienyasia.org )

2. Site Erected Boiler

Tipe site erected boiler perakitannya biasanya dilakukan ditempat akan


berdirinya boiler tersebut. Pengiriman dilakukan per komponen.

Tabel 3.4 Keuntungan Dan Kerugian Boiler Berdasarkan Konstruksi.

No Tipe Boiler Keuntungan Kerugian

Mudah pengirimannya Terbatas tekanan dan


1 Package Boiler
kapasitas kerjanya

Dibutuhkan waktu yang Komponen-komponen


singkat untuk boiler tergantung pada
pengoperasian setelah produsen boiler
pengiriman

Tekanan dan kapasitas Sulit pengirimannya,


Site Erected
2 kerjanya dapat disesuaikan memakan biaya yang mahal.
Boiler
keinginan.

Komponen-komponen Perlu waktu yang cukup


boiler dapat dipadukan lama setelah boiler berdiri,

Universitas Diponegoro
Semarang
56
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang

dengan produsen lain. setelah proses pengiriman.

 Klasifikasi Boiler Berdasarkan Tekanan Kerja Boiler


a. Low pressure boiler : 5 atm abs
b. Medium pressure boiler : 5-40 atm
c. High pressure boiler : 30-225 atm

Tabel 3.5 Keuntungan dan Kerugian Boiler berdasarkan tekanan kerja

No Tipe Boiler Keuntungan Kerugian

Tekanan rendah sehingga Tekanan yang dihasilkan


1 Low Pressure penanganannya tidak rendah, tidak dapat
terlalu rumit membangkitkan listrik.

Area yang dibutuhkan


tidak terlalu besar, dan
biaya konstruksi tidak
lebih mahal dari high
pressure boiler

Tekanan yang dihasilkan Tekanan tinggi sehingga


tinggi sehingga dapat penanganannya perlu
membangkitkan listrik diperhatikan aspek
2 High Pressure dan sisanya dapat didaur keselamatannya
ulang untuk
mengoperasikan proses
industri

Area yang dibutuhkan


besar dan biaya konstruksi

Universitas Diponegoro
Semarang
57
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang

lebih mahal dari low


pressure boiler

3.3 Bagian-Bagian Boiler

3.3.1 Bagian Utama Boiler

Boiler atau ketel uap terdiri dari berbagai komponen yang membentuk satu
kesatuan sehingga dapat menjalankan operasinya, diantaranya:

1. Burner

Burner adalah tempat bahan bakar dan udara bercampur supaya terjadi pengabutan
dan pembakaran dapat berlangsung sempurna.
Caranya adalah dengan menyemprotkan kedalam ruang dapur melalui mulut-mulut
pembakar atau brander, sedangkan udara dimasukkan lewat sekeliling mulut
pembakar tersebut.
Ada beberapa macam sistem brender tergantung pada sistem pengabutannya ,yaitu
sistem pengabut uap/udara dan sistem pengabut tekan.
Pada sistem pengabut uap/udara caranya adalah uap/udara dipancarkan melalui
mulut pembakar (brender) dan akibat dari pancaran ini minyak akan terisap.

Universitas Diponegoro
Semarang
58
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang

Gambar 3.4 Sistem Pengabut uap


( Sumber: STEAM its Generation and Use, Babcock & Wilcox, edisi 40.)
Sistem ini sudah jarang digunakan sebab kurang ekonomis, akibat kerugian uap
maupun tenaga untuk menekan udara.
Pada sistem pengabut tekan, minyak langsung ditekan melalui diafragma dan plat
pengabut. Contoh brander dengan sistem pengabut tekan adalah brander buatan
Wallsand dan Babcock & Wilcock.

Gambar 3.5 Pengabut Buatan Wallsend

Universitas Diponegoro
Semarang
59
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
( Sumber: STEAM its Generation and Use, Babcock & Wilcox, edisi 40.)

Gambar diatas adalah pengabut buatan wallsend. Jenis pengabut ini mempunyai
diafragma dan plat pengabut yang disambungkan pada badan pembakar oleh mur
tarik. Pada diafragma terdapat 4 buah luban kecil yang miring, sedang plat pengabut
hanya mempunyai sebuah lubang pusat yang kecil garis tengahnya. Minyak tekanan
yang bermuara dikamar minyak akan menyemprot keluar melalui lubang kecil
dengan gerakan berputar dan lintasannya berbentuk mantel kerucut yang menganga.

Gambar 3.6 Pengabut buatan B & W


( Sumber: STEAM its Generation and Use, Babcock & Wilcox, edisi 40.)

Gambar diatas adalah pengabut buatan Babcock & Willcock. Diafragma pengabut
ini mempunyai lubang-lubang yang lurus. Disebelah muka diafragma dibuat saluran
silinder gelang, tempat muara minyak yang keluar dari lubang-lubang diafragma.
Dari saluran selinder ini dibuat 2 buah alur yang mengarah tangensial kepada muara
minyak. Karena kedua alur ini mengalirkan minyak dalam arah tangensial (miring)
dimuara A, maka gerak minyak keluar brander mempunyai bentuk mantel kerucut
[6].

2. Furnace

Universitas Diponegoro
Semarang
60
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
Dapur pembakaran adalah suatu ruangan tempat terjadinya proses pembakaran dari
bahan bakar. Kedudukan dapur pada ketel uap harus direncanakan sedemikian rupa
sehingga panas yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar didalam ruang dapur
dapat diserap dengan baik oleh air ketel. Selain itu kerugian panas diruang dapur
harus diusahakan sekecil mungkin .

Pada dasarnya dapur pembakaran dibagi menjadi 2 jenis:

1. Dapur dengan pengapian diatas kisi panggangan (grate fired furnace)


Dapur ini digunakan untuk ketel-ketel yang menggunakan bahan bakar padat,
dimana bahan bakar tersebut dibakar diatas sejumlah kisi-kisi yang mempunyai
celah-celah udara untuk pembakar. Kisi panggangan ini sering disebut rangka
bakar.

2. Dapur dengan pengapian disemburkan (pulverized fuel furnace)


Digunakan untuk ketel-ketel yang menggunakan bahan bakar cair, gas atau
powder, dimana bahan bakar tersebut disuspenskan dan berbentuk nyala (flame).

Gambar 3.7 Furnace

( Sumber: www.globalvation.com )

Universitas Diponegoro
Semarang
61
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang

3. Steam Drum
Komponen ini merupakan tempat penampungan air panas dan pembangkitan
steam. Steam masih bersifat jenuh (saturated steam).
Tangki atau drum sering disebut juga badan ketel uap yaitu tempat
beroperasinya ketel uap di dalamnya terdapat instrumen-instrumen yang
menjalankan proses pemindah panas seperti lorong api dan pipa api, dalam badan
ketel inilah sejumlah air ditampung untuk dipanaskan.

4. fan
Force Draft Fan adalah alat untuk mendorong udara yang diperlukan untuk
pembakaran pada boiler yang melalui lorong udara (duct) sebelum bercampur
dengan bahan bakar.
5. Superheater
Superheater adalah alat yang berbentuk heat exchanger dimana panas dari gas
asap (combustion product) digunakan untuk mengeringkan uap jenuh, kemudian
menaikkan temperaturnya. Jalannya penyerapan panas adalah sebagai berikut:
Gas asap menyerahkan panas pada bidang superheater secara konveksi,
konduksi selanjutnya dari pipa bagian dalam superheater panas dipindahkan secara
konveksi ke uap yang ada dalam pipa tersebut.

Bahan yang digunakan untuk pipa coil adalah dari baja carbon (carbon steel)
untuk suhu 450oC, sedangkan untuk suhu diatas 450oC digunakan baja campuran
(alloy steel).
Susunan coil terhadap gas asap ada bermacam-macam:
a. Counter flow (aliran berlawanan)
b. Parallel flow (aliran searah)
c. Combine flow (gabungan searah dan lawan arah)

Universitas Diponegoro
Semarang
62
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang

Gambar 3.8 Susunan Coil Superheater


( Sumber: STEAM its Generation and Use, Babcock & Wilcox, edisi 40.)

6. Air Heater

Udara yang dipergunakan untuk pembakaran sebelum masuk kedalam ruang bakar
terlebih dahulu dilewatkan pada alat yang namanya air heater atau luvo, dimana
tujuannya adalah untuk menaikkan suhu udara pembakaran sehingga dapat
menaikkan effisiensi pembakaran.
Luvo ini biasanya diletakkan dibelakang economizer, sehingga sebagai media
pemanas di luvo adalah gas asap yang keluar dari economizer

Universitas Diponegoro
Semarang
63
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang

Gambar 3.9 Air Heater


( Sumber: STEAM its Generation and Use, Babcock & Wilcox, edisi 40.)

7. Economizer

Economizer adalah alat yang berbentuk heat exchanger yang digunakan untuk
menaikkan temperatur feed water (air umpan boiler). Sebagai pemanas biasanya digunakan
gas panas yang keluar dari superheater.
Dengan memakai economizer didapat keuntungan :
- Memanfaatkan gas asap (exhaust gas) yang masih mempunyai kalor.
- Menurunkan atau memperkecil perbedaan temperatur antara feed water dan saturated
steam, dengan demikian tegangan (external stress) yang terdapat didalam ketel dapat
diperkecil sehingga bisa menaikan efisiensi.
Dengan menggunakan economizer, selain untuk menaikkan suhu air umpan ketel
juga dimaksudkan untuk menurunkan suhu gas asap sebab gas asap menyalurkan panasnya
pada air dalam economizer, dimana setiap kenaikan suhu 1oC feed water selalu diikuti
penurunan suhu gas asap sebesar 2-3oC.

Universitas Diponegoro
Semarang
64
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
Economizer biasanya terbuat dari susunan pipa-pipa yang membentuk heat
exchanger dan terbuat dari besi tuang (cast iron pipe) ataupun terbuat dari pipa baja (steel
tube). Untuk pipa-pipa dari besi, tekanan yang diizinkan adalah sampai 22 atm. Untuk
tekanan yang lebih besar lagi maka digunakan steel tube economizer.

Umumnya economizer dari besi banyak digunakan pada ketel pipa api karena
tekanan yang dihasilkan rendah.

Steel tube yang digunakan sebagai economizer kadang-kadang juga menghasilkan


uap. Apabila economizer yang digunakan juga berfungsi untuk menghasilkan uap maka
disebut steaming economizer.

Pada prakteknya pemanasan feed water dapat dilakukan dengan dua cara yakni:

1. Pemanasan dengan memanfaatkan gas asap


Alatnya disebut : economizer

2. Pemanasan dengan exhaust steam


Uap yang masih mempunyai panas atau kalor disalurkan untuk pemanasan
lagi. Alat yang dipergunakan untuk memanasi feed water dengan exhaust
steam disebut feed water heater.
Feed water heater ada 2 macam:
1. Open type feed waterheater (direct contact)
Disini antara feed water dan exhaust steam terjadi pencampuran. Uap
yang tak mengembun dikeluarkan melalui pipa pernapasan (vent pipe) yang
letaknya diatas.

2.Close type (surface feed water heater)


Disini antara exhaust steam dan feed water tak ada kontak langsung.
Perpindahan panas melalui bidang permanen. Close type water heater

Universitas Diponegoro
Semarang
65
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
berbentuk selinder dimana dalam selinder terdapat pipa-pipa berisi feed
water.

- Memperbesar efisiensi ketel karena memperkecil kerugian panas yang


dialami ketel uap.

Gambar 3.10 economizer

8. Cerobong Asap
Yaitu perangkat dari ketel uap yang berfungsi meneruskan atau membuang
asap sisa reaksi pembakaran yang terjadi di dalam boiler dengan tujuan
menyalurkan gas asap bekas supaya tidak mengotori atau mengganggu lingkungan
sekitar. Di dalam cerobong asap ini terdapat water spray yang fungsinya untuk
menyemprotkan air di dalam cerobong supaya abu dari sisa pembakaran jatuh ke
bawah dan mengalir ke bak sedimen.

Universitas Diponegoro
Semarang
66
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang

Gambar 3.11 Cerobong Asap

3.3.2 Alat Bantu Ketel Uap

Appendages adalah alat-alat perlengkapan ketel uap/boiler yang dapat bekerja


sendiri dan dipasang dengan maksud untuk menjamin agat ketel uap/boiler dapat
bekerja dengan aman. Adapun yang termasuk alat bantu ketel uap sebagai berikut:

1. Gelas Penduga

Gelas penduga adalah suatu alat yang digunakan untuk mengetahui ketinggian
permukaan air dalam pesawat ketel uap. Pemasangan gelas penduga pada pesawat
ketel uap sekurang-kurangnya 2 buah

Universitas Diponegoro
Semarang
67
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang

Gambar 3.12 Gelas Penduga

2. Pengukur level air (water level gauge)

Level air pada drum ketel biasanya dipertahankan pada kondisi sedikit
dibawah garis tengah drum. Level yang tinggi dapat menyebabkan air memasuki
turbin sehingga menimbulkan kerusakan yang serius serta valve-valve pada sistem
pipa uap akan menderita kerusakan pula.Sebaliknya bila air terlalu rendah (kosong)
kerusakan pada ketel (pipa) dapat terjadi.

3. Katup Pengaman (Safety Valve)

Katup pengaman mempunyai fungsi untuk menjaga tekanan kerja ketel uap
agar tidak melebihi tekanan maksimum.

Katup pengaman ini akan bekerja dengan sendirinya apabila terjadi kelebihan
tekanan kerja yaitu uap akan dikeluarkan sehingga ketel bekerja sesuai dengan
tekanan yang diinginkan. Namun apabila melebihi tekanan maksimal dan katup ini
tidak berfungsi maka akan menyebabkan peledakan.

Universitas Diponegoro
Semarang
68
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang

Gambar 3.13 Safety valve

4. Relief Valve

Relief valve dapat digolongkan sebagai pengaman seperti halnya safety valve
tapi relief valve ini berfungsi sebagai pembatas atau pengaman tekanan maksimal
pada daerah kerja zat cair/liquid. Penggunaan pengaman relief valve ini ditempatkan
pada daerah sebagai berikut:

- Header reheat/HP bypass spray water


- Header auxiliary steam spray
-  Ignitor oil level header
-  Heavy fuel oil level header
5. Pneumatic Valve
Pneumatic valve sebagaimana juga safety valve berfungsi sebagai pengaman
tekanan uap lebih pada boiler hanya dilengkapi dengan alat sensor tekanan yang
disampaikan melalui signal elektronik ke elektro mekanik untuk membuka pilot
valve.

6. Pengaman Boiler Drum Level


Berfungsi untuk mengontrol tinggi rendahnya permukaan air pada boiler drum
sebagai pengaman terjadinya “boiler drum level high trip” dan “boiler drum level
low trip”. Adapun alasan pengamanan terjadinya “boiler drum level high trip”

Universitas Diponegoro
Semarang
69
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
adalah mengamankan boiler drum dari terjadinya carry over di drum yang akan
mengakibatkan deposit pada area superheater dan sudu turbin. Deposit akan
menghambat heat transfer pada superheater yang mengakibatkan overheating pada
tube superheater dan pada sudu turbin akan mengakibatkan terjadinya unbalance
dan vibrasi pada turbin. Sedangkan kondisi “boiler drum level low trip” dapat
mengakibatkan terganggunya sirkulasi alami yang akan berakibat overheating di
steam drum dan produksi uap terhambat.
7. Pengaman Boiler Furnace
Berfungsi untuk mengontrol tekanan ruang bakar/boiler sebagai pengaman
terjadinya:
-    Furnace pressure
-    Furnace draft
Sehubungan dengan tipe boiler dengan desain balance draft dimana desain
pressure yang diizinkan -10mmWg, hal ini untuk menjamin kestabilan proses
pembakaran. Transportasi bahan bakar ke ruang bakar dan proses pengeluaran abu
dari dalam ruang bakar menuju alat penangkap debu dan lain-lain. Bila batasan
pengamanan terlampaui dan menyimpang maka proses diatas akan terganggu.
Hal-hal yang harus dijaga untuk menghindari kondisi diatas adalah dengan
cara:
1) Periksa level water seal through pada bottom hopper boiler harus berada pada
posisi diatas normal level. Periksa LCV an bypass valve water supplynya.
2) Periksa kondisi manhole boiler sebelum startup boiler harus pada kondisi
tertutup termasuk desorvation door.
3)  Level air pada SDCC boiler bottom kondisi normal.

8. Pengaman Boiler Main Steam Temperature

Universitas Diponegoro
Semarang
70
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
Fungsinya adalah mengontrol tinggi temperatur uap utama keluar superheater
tingkat ke 2 sebagai pengaman terjadinya temperatur uap utama melebihi batas
desain yang diijinkan.
Pengamanan ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya thermal stress
pada suatu turbin tingkat pertama akibat perbedaan temperatur terlalu tinggi antara
temperatur uap utama yang masuk dengan temperatur metal pada sudu turbin.
Selain itu untuk menghindari terjadinya kelelahan bahan pada tube superheater
akibat temperatur uap yang melebihi kemampuan maksimum tube-tube superheater.

9. Pengaman Total Air Flow


Berfungsi untuk mengamankan jumlah total udara yang masuk ke
windbox/ruang bakar pada saat proses pembilasan (purge) boiler. Pada saat startup
boiler dan normal operasi harus memenuhi jumlah total flow lebih besar daripada
minimal (30% saat purge boiler).
Pada saat pembilasan boiler kita mengharapkan seluruh gas-gas sisa
pembakaran yang terakumulasi dalam ruang bakar dan saluran-saluran gas buang
dapat didorong/dikeluarkan oleh udara sejumlah 30% atau kira-kira 600 ton/jam
dibuang ke udara luar minimal gas-gas sisa pembakaran bersih dalam waktu 3 menit
(desain) kemudian pengamanan pada saat startup dan normal operasi toral udara ini
memegang peranan sebagai udara pembakaran (combustion air) jadi pabila total
udara pembakaran minimal 30% maka jumlah perbandingan antara udara dan bahan
bakar tidak akan sempurna dengan pasti kita mengkhawatirkan akan terjadinya
kegagalan penyalaan yang berulang-ulang dan salah satu penyebab combusable in
flue gas.

10. Pengaman Instrument Air Pressure Header

Universitas Diponegoro
Semarang
71
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
Udara instrumen adalah sebagai kebutuhan utama dalam sistem kontrol
pneumatic PLTU. Pasokan udara instrumen harus betul-betul terjaga dan sangat
spesial mengingat sumber tenaga seluruh kontrol boiler turbin dan alat bantunya
terletak pada keandalan supply udara instrumen yang kontinyu dan tetap pada
tekanan kerjanya.
Mengingat keutamaan dan fungsi udara instrumen sebagai sumber tenaga bagi
seluruh kontrol boiler turbin dan alat bantunya maka apabila terjadi tekanan udara
turun dibawah titik kerjanya hal ini akan mengakibatkan seluruh fungsi kontrol
pneumatic terhenti dan akan melumpuhkan kegiatan operasi boiler dan turbin.
Antisipasi pada saat terjadinya gangguan udara instrumen pressure low alarm
diantaranya:
- Segera buka backup valve SAC menuju header udara instrumen.
- Segera periksa kondisi kompresor udara instrumen dan proses supplynya.
- Lokalisir kemungkinan terjadinya kebocoran udara instrumen pada seluruh
line.
- Lokalisir kemungkinan ada valve drain/vent udata yang terbuka.

11. Pengaman Scanner Cool Pressure


Fungsinya adalah untuk mengamankan sistem pendingin pada scanner sensor
flame. Pentingnya deteksi nyala api pada suatu boiler untuk meyakinkan adanya
pembakaran, sehingga tidak akan terjadi penumpukan bahan bakar akibat kegagalan
penyalaan api. Pendeteksi nyala api diamankan dari panasnya area ruang bakar
dengan jalan memberikan pendinginan berupa perapat udara bertekanan pada
seluruh permukaan alat pendeteksi api tersebut.
Terganggunya sistem pendinginan ini akan mengakibatkan melting point pada
alat pendeteksi nyala api karena terjadi kontak langsung antara alat dengan
panasnya api yang dideteksi kerusakan. Pendeteksi api/scanner akan memberi

Universitas Diponegoro
Semarang
72
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
isyarat pada burner-burner yang sedang beroperasi untuk trip sehingga boiler akan
trip.
Apabila terjadi flame scanner blower discharge pressure low alarm lakukan
hal seperti dibawah ini:
- Periksa select auto start scanner blower yang standby pada posisi auto.
-  Periksa saringan/filter udara blower inlet kemungkinan kotor.
- Periksa kemungkinan kebocoran pada line joint

12. Katup Uap Induk


Katup ini berfungsi untuk mengalirkan uap hasil dari pesawat ketel uap. Katup
ini diletakkan tepat di atas tangki ketel. Pengaturan kapasitas uap yang disalurkan
dapat dilakukan dengan mengatur kran katup uap induk.

Gambar 3.14 Katup Uap Induk

13. Manometer
Manometer ini digunakan sebagai alat untuk menunjukkan tekanan uap pada
ketel uap. Pemasangan manometer ini ditujukan agar besar kecilnya tekanan di
dalam ketel uap dapat diketahui sehingga memudahkan untuk mengontrolnya.

Universitas Diponegoro
Semarang
73
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
Penempatan manometer adalah pada bagian dimana uap hampir tidak mengalir,
kebanyakan manometer yang dipasang adalah manometer bourdon.

Gambar 3.15 Manometer

14. Soot Blower

Pipa-pipa ketel dan permukaan bidang perpindahan panas dapat menjadi kotor
oleh akumulasi jelaga dan abu terbang (fly-ash). Karena ia menjadi sebuah isolator,
maka perpindahan panas dapat terganggu. Oleh karena itu perlu dibersihkan dengan
Soot blower.
Soot blower adalah alat yang dipergunakan untuk membersihkan permukaan
bidang-bidang pemanas dengan mempergunakan uap atau udara sebagai media
penghembus jelaga.

15. Katup Buang (Blow Down Valve)

Katup buang adalah katup untuk membuang segala kotoran-kotoran yang


mengendap pada dasar tangki, endapan ini apabila tidak dibersihkan atau dibuang
maka akan menyebabkan aliran buntu dan akhirmya membahayakan boiler tersebut.

Universitas Diponegoro
Semarang
74
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
Katup ini juga berfungsi untuk membuang sebagian air dari dalam ketel karena
permukaan terlalu tinggi. Permukaan air yang terlalu tinggi menyebabkan uap yang
dihasilkan terlalu banyak mengandung air.

Gambar 3.16 Blow Down Valve

16. Lubang Laluan Orang (Man Hole) dan Lubang Tangan (Hand Hole)

Man hole adalah suatu lubang laluan orang dengan ukuran tubuh manusia
berfungsi untuk memeriksa bagian dalam ketel dengan cara masuk ke dalam ketel
dan melihat bagian dalam ketel. Man hole ini dibuka hanya pada saat boiler ini tidak
beroperasi atau overhaule.

Sedangkan handhole berfungsi untuk memeriksa bagian dalam ketel dengan


cara meraba melalui luar ketel. Letak dari manhole biasanya di atas dari badan ketel
dan hand hole terletak pada bagian samping badan ketel.

17. Tanda Bahaya/Peluit Bahaya

Universitas Diponegoro
Semarang
75
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
Peluit ini terisi oleh udara yang ditekan air. Jika level air rendah sehingga
pipa tidak terendam air, uap akan memasuki pipa sampai ketabung peluit. Sumbat
akan menjadi panas dan melebur sehingga peluit akan berbunyi. Setiap kali sumbat
melebur, harus diganti dengan sumbat yang baru.

3.3.3 Perlengkapan Elektronik Boiler

Pada sebuah boiler kegunaan dari sistem elektronik sangatlah penting sekali
karena sebuah boiler tidak akan beroperasi bila tidak ada sistem elektroniknya.
Instrumen elektronik yang ada pada boiler digunakan untuk sistem kontrol operasional
boiler. Sistem kontrol pada boiler dengan pola elektrik diantaranya:

1. Sensor
Sensor adalah instrument untuk memberi informasi bahwa kondisi yang kita
inginkan telah tercapai dan sekaligus menginstruksikan agar sistem itu bekerja.
Macam-macam sensor yang ada pada boiler diantaranya: Floater switch, elektrik
floater switch, foto elektrik floater switch, sensor temperatur dan thermostat,
pressure controller, dan flame detector.
2. Monitor
Monitor adalah alat pemantau kondisi suatu proses karena dengan indera
manusia tidak dapat mengetahui kondisi tersebut. Pada ketel uap, lingkup kerja
monitor diantaranya: memonitor tinggi permukaan air, monitor aliran, monitor
tekanan, monitor suhu, monitor fungsi instrumen, monitor peringatan fungsi
kerusakan sistem dan monitor langkah kerja.
3. Actuator/Servo Motor
Adalah alat gerak yang berfungsi untuk mengerjakan instruksi dan sumber
gerak untuk alat lain. Jenis actuator ini diantaranya: actuator elektro magnetic,
actuator motor listrik, dan actuator tenaga angin.
4. Kontaktor

Universitas Diponegoro
Semarang
76
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
Adalah alat yang digunakan untuk mengalirkan arus listrik dari satu jaringan
ke jaringan yang lain.
5. Recorder
Adalah instrumen yang digunakan untuk mengetahui debit yang mengalir
pada suatu saluran, hal ini sangat dibutuhkan guna mengetahui efisiensi dan biaya
produksi. Macam dari recorder ini diantaranya: flow rate recorder, flow recorder
jarak jauh, temperatur jarak jauh, dan recorder terpadu.
6. Vacum flame
Adalah alat yang berfungsi untuk mensensor rangkaian api yang ada di ruang
bakar.
7. Timer/Program Relay
Yaitu komponen yang mengatur sequence operasi instrument lainnya sesuai
dengan rangsangan yang diterima.
8. Safety Relay
Safety relay ini berupa 2 buah kontak relay yang bekerja memutuskan atau
menghubungkan 2 buah terminal bila waktu kerja relay terlampaui yang dapat
disebut dengan pembatas waktu kerja.
9. Power Supply
Power supply ini berfungsi untuk menyesuaikan tegangan listrik untuk
mengerjakan peralatan lainnya.

3.3.4 Perlengkapan Boiler Lainnya

1. Blower
Adalah instrument yang berbentuk kipas yang digunakan untuk menghasilkan
udara yang bertekanan dari motor listrik juga berfungsi sebagai penghisap udara

Universitas Diponegoro
Semarang
77
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
luar sebagai udara pembakaran yang diteruskan ke dalam ruang bakar boiler sebagai
penekan bahan bakar yang telah membara sehingga pembakaran berlangsung
dengan cepat.
2. Header
Adalah sebuah tabung atau pipa yang digunakan untuk terminal uap hasil dari
ketel uap yang kemudian dari header ini uap akan dibagi ke bagian-bagian yang
memerlukan dengan melakukan pengaturan tekanan yang sesuai dengan kebutuhan.
3. Thermometer
Thermometer ini digunakan untuk mengetahui temperatur pada air pengisi
ketel uap yang dihasilkan, temperatur asap keluar cerobong, temperatur ruang bakar
dan lain sebagainya.
4. Pompa Air
Pompa air ini digunakan untuk menaikkan air pengisi dari tangki cadangan
yang berada di sisi yang airnya berasal dari tangki induk bila terjadi keterlambatan
pengisian air umpan dari tangki induk.
5. Safety Test
Adalah suatu bejana/tabung yang akan dipanaskan pada boiler yang sesuai
dengan tekanan pada ketel uap yang baru di overhaule. Masih normalkah dan
masih amankah safety valve itu digunakan untuk operasi lagi.
Prinsip Kerja Boiler

Bagan Boiler seperti yang ditunjukkan pada gambar .

Universitas Diponegoro
Semarang
78
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang

Gambar 3.17 Bagan Boiler

(sumber: http://oneimagic.blogspot.com )

Air yang ada didalam boiler dipanasi oleh kalor hasil reaksi pembakaran di furnace.
Uap jenuh yang dihasilkan boiler dipanaskan lebih lanjut pada superheater untuk
menghasilan uap superheated. Sebagai pemanas disuperheater adalah gas panas dari boiler
yang masih tinggi suhunya. Gas panas yang keluar dari superheater karena masih tinggi
suhunya maka dimanfaatkan lagi sebagai pemanas air umpan boiler (BFW) di alat yang
namanya economizer. BFW yang sudah dipanaskan dalam economizer ini kemudian baru
dimasukkan ke boiler.

Gas panas yang keluar economizer kemudian dipakai untuk pemanasan udara di air
heater (luvo) untuk selanjutnya dibuang melalui cerobong sebagai gas buang (flue gas/ gas
buang).

Universitas Diponegoro
Semarang
79
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
Udara panas hasil pemanasan di air heater selanjutnya dipakai sebagai udara
pembakaran dan bersama bahan bakar masuk dapur (furnace) untuk menghasilkan gas
pembakaran yang panas.

3.4 Pengoperasian Ketel Uap

Pada umumnya setiap mesin yang diproduksi oleh pabrik selalu dilengkapi
dengan handbook/ buku petunjuk cara pemasangan, perawatan dan pengoperasiannya.
Begitu juga dengan ketel uap yang ada di PT. KIMIA FARMA Unit Manfaktur
Semarang terdapat buku petunjuk tentang spesifikasi pengoperasian, perawatan,
pemasangan dan lain-lain.

Secara garis besar penulis akan menjelaskan pengoperasian boiler berdasarkan


petunjuk yang ada dari buku petunjuk dan penjelasan dari operator, diantaranya:

 Ketentuan Umum

Sebelum mengoperasikan boiler ada beberapa hal yang harus diperhatikan


demi kelancaran dan keselamatan kerja, diantaranya:

- Tekanan ketel uap maksimum yang dijinkan


- Tekanan uap yang diperlukan
- Kapasitas produksi uap maksimum
- Luas pemanasan boiler
- Pemeriksaan visual pada bagian luar dan dalam
- Hydrostatis test atau pamadatan dengan air dingin
- Percobaan alat perlengkapan dan pengaman
- Mengecek ulang gambar konstruksi dengan pesawat uapnya
- Percobaan jalan atau pemanasan

Universitas Diponegoro
Semarang
80
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
- Steam test atau uji dengan uap

 Prosedur Operasional Boiler

Sebelum mengoperasikan boiler hal yang harus diperhatikan oleh seorang


operator adalah:
1. Ketel uap tersebut sudah diperiksa oleh tim K-3 atau ahli K-3 bidang uap dengan
nilai baik.
2. Alat-alat perlengkapan dan pengamannya sudah terpasang dengan baik dan telah
dicoba serta dapat bekerja sebagaimana mestinya dan khusus manometer harus
dikalibrasi lebih dahulu untuk menentukan nilainya.
3. Instalasi pipa-pipa air, pipa buang harus dalam kondisi baik. Jangan sampai bocor
atau kerusakan lainnya.
4. Diadakan pengecekan instalasi listrik pada tahanan isolasinya dan panel sampai
instrument-instrumennya, juga dengan sambungan kabel diperhatikan bilamana
kendor.
5. Persediaan air pengisi ketel uap harus memadai sesuai dengan kapasitas produksi
uapnya dan kondisi uap harus memenuhi syarat.
6. Bahan bakar harus tersedia cukup
7. Kondisi ketel uap agar di cek ulang kembali tentang lubang-lubang laluan orang dan
sebagainya.
8. Selanjutnya ketel diisi dengan air sebatas normal water leave dan dalam pengisian
air ini keran udara harus dalam keadaan terbuka dengan tujuan agar udara di dalam
ketel uap keluar dengan desakan air itu.
9. Cek kembali semua kran yang menghubungkan indicator tekanan atau manometer,
gelas penduga, dan kondisi stop pada kran blow down dan keran induk uap keluar.

Universitas Diponegoro
Semarang
81
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
Prosedur stop boiler

Pada waktu mematikan boiler operator tidak boleh langsung mematikan begitu saja
tanpa produksi yang benar. Tujuannya untuk menghindari kerusakan atau kecelakaan ketel
dan peralatannya. Berikut ini urutan prosedur mematikan boiler yang benar, diantaranya :

1. Matikan pembakaran bahan bakar secara bertahap


2. Turunkan beban secara bertahap sampai dengan tekanan yang diinginkan
3. Aturlah udara tarik atau tekan di dalam cerobong agar penginginan tidak mendadak
4. Jaga water level dalam keadaan normal
5. Tutup stop valve atau main valve secara perlahan
6. Jika tekanan ketel mencapai 1 kg/cm2 maka bukalah venting valve untuk
menghindari kevakuman didalam ketel
7. Tutup atau matikan aliran bahan bakar yang menuju ruang bakar
8. Yakinkan semua peralatan ketel telah aman atau sudah dalam keadaan tidak
bekerja.

Tabel 3.6 Beberapa kerusakan boiler dan cara mengatasinya

A. Air Ketel

Permasalahan Analisa Sebab Solusi Upaya / Perawatan


Pompa air pengisi 1. Pompa rusak 1. Perbaiki oleh 1. Perawatan instalasi
tidak mau jalan 2. Arus listrik petugas yang di listrik secara berkala
terhambat tunjuk 2. Jaga kondisi kesadahan
3. Elektroda 2. Bersihkan dari air ketel tetap rendah
otomatis pompa kerak 3. Diadakan perawatan
tertutup kerak ringan secara berkala
Pompa bekerja 1. Sudut pompa 1. Perbaiki pompa 1. Pengoperasian pompa

Universitas Diponegoro
Semarang
82
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang

tetapi air masuk mulai aus. 2. Pipa pengisi secara bergantian


sedikit dan lamban 2. Pipa pengisi dibersihkan dari 2. Jaga kondisi kekerasan
menyempit oleh kerak air ketel
kerak 3. Isi segera air 3. Diadakan perawatan
3. Air dalam dalam tandon ringan secara berkala
tandon sedikit 4. Buat tanda yang mudah
dilihat bila air tandon
habis
5. Buat instalasi otomatis
isi dan stop pompa pada
tandon
Pompa bekerja Pipa penghubung Dicoba drain Rencanakan
tapi kedudukan air bawah gelas dibuka atau pembersihan/bongkar pada
dalam gelas pedoman dengan ditutup agar saat overhoule berkala
penduga masih badan ketel kotoran dalam pada saat operasi sering
diatas batas tersumbat kerak pipa penghubung dicoba drain dibuka /
normal bawah hilang ditutup

B. Pembakaran

Permasalah Analisa Sebab Solusi Upaya / Perawatan


Lorong api peti Pembakaran bahan 1. Perbaiki burner 1. Perawatan burner
nyala dan pipa api bakar kurang / noxxle secara berkala sesuai
banyak jelaga atau sempurna 2. Temperatur petunjuk
debu minyak bakar 2. Temperatur minyak
rendah bakar yang akan
3. stel pengapian masuk sumber dijaga
dan lihat sesuai petunjuk

Universitas Diponegoro
Semarang
83
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang

cerobong asap 3. Lakukan pembersihan


pada lorong dan pipa
api setelah bekerja
selama 300-400 jam

Tabel 3.7 Beberapa permasalahan pada boiler yang dapat diatasi dengan pengolahan air
umpan boiler

Masalah Tekanan Fenomena penyebab


Pembentukan kerak oleh Mutu air buruk dan resin
komponen kesadahan penukar ion kotor
Pecahnya pipa penguapan Kondisi jelek dan
Tekanan rendah ketidaksempurnaan control
pelunakan air
Control operasi boiler tidak
Kerak sempurna
Deposit oksida metal Mutu air buruk
seperti oksida besi pada Kontaminasi oleh hidrat
Tekanan sedang- daerah yang mendapat metal seperti Al(OH)3
tinggi beban panas tinggi Korosi terbawa air umpan
dan aliran kondensat ke
dalam boiler
Korosi Korosi pada permukaan Pengaruh pH dan
pemanas, pipa air umpan, penyerapan O2 tidak sesuai
serta kondensat karena
adanya pengaruh gas (O2,
dan CO2)
Tekanan rendah
Deposit hasil korosi akibat
Pengembalian kondensat
dari penumpukan oksida yang mengandung hasil
metal pada permukaan korosi
pemanas Korosi selama masa
perbaikan
Tekanan sedang Korosi pada permukaan Hasil korosi dalam air
pemanasa karena umpan dan pipa kondensat
penumpukan oksida hidrat terbawa dalam boiler
metal

Universitas Diponegoro
Semarang
84
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang

Korosi karena kaustik Pengaturan pH dan


penyerapan O2 tidak
sempurna
Korosi pada pipa Korosi selama masa
kondensat dan pipa umpan perbaikan
karena gas terlarut
Kamurnian uap air turun Perubahan beban boiler
yang mendadak
Mempengaruhi mutu Ketidaksempurnaan cara
Tekanan rendah
produksi pabrik kerja pemisah uap dan
system pengendali air
umpan
Terjadinya peledakan pipa Tidak normalnya mutu air
superheater terutama karena silica
Carry over Pembentukan kerak pada Zat padat tersuspensi dan
turbin dan berkurangnya hidrat metal terbawa ke
efisiensi turbin boiler yang disebabkan
Tekanan sedang karena ketidak sempurnaan
air umpan boiler
Beban boiler yang berubah
mendadak
Kontaminasi air boiler oleh
produksi hasil proses

Scale (pengapuran)

Adalah timbulnya endapan zat-zat yang terlarut dalam air. Penyebabnya adalah Kandungan
kalsium pospat, dan kalsium karbonat (terutama pada boiler bertekanan rendah) serta
kandungan magnesium hidroksida, silica dan alumina.

Universitas Diponegoro
Semarang
85
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang

Gambar 3.18 scale (pengapuran)


(sumber: www.lenntech.com )

Tabel 3.8 besarnya ketebalan scale dan kenaikan konsumsi bahan bakar yang terjadi
akibat scale

Thickness of scale Increases in fuel consumption due to this


scale
1/2 mm 2%
1 mm 4%
2 mm 6%
4 mm (1/8 ") 10 %
8 mm (1/4") 20 %
16 mm (1/2 ") 40 %
30 mm (1") 80 %
Sumber : www.hacschem.com

Akibat dari scale adalah


- Efisiensi boiler menurun
- Konsumsi bahan bakar meningkat

Universitas Diponegoro
Semarang
86
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
- Terjadinya kegagalan tabung (failure tube)

Gambar 3. 19 failure tube


( sumber: www.met-tech.com )

Korosi
Korosi adalah kerak yang terjadi akibat gas-gas yang terlarut dalam air terutama
oksigen (O2)
Reaksi yang terjadi adalah:
Anode :
Fe Fe2+ + 2e–
Katode :
H2O + 1/2O2 + 2e– 2OH–
Dalam air :
Fe2+ + 2OH - Fe(OH)2
4Fe(OH)2 + O2 + 2H2O 4Fe(OH)3

Akibat yang terjadi karena adanya korosi adalah:


- Oksigen terlarut menyebabkan timbulnya hematite (red rust)

Universitas Diponegoro
Semarang
87
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang

- Chloride stress corrosion dan Transgraular cracking akan terjadi pada bahan
stainless steel
- Jika dalam air terdapat deposit yang dapat menghasilkan ion hidroksil, dapat
menyebabkan caustic stress corrosion
- Apabila air mengandung ion hidrogen berlebih, dapat menghasilkan gas
methane yang dapat merusak tube

Carry over
Carry over adalah terikutnya butiran air dalam steam yang keluar dari drum boiler.
Ada 2 jenis carry over
1. Carry over mekanis (mechanical carry over)
Terikutnya butiran air dalam steam yang keluar dari drum boiler
Penyebabnya:
rancangan yang buruk, kerusakan, atau pemasangan drum moisture
separator yang salah
• Pengendalian level air dalam drum yang jelek, perubahan tekanan (atau
beban) yang sangat cepat

2. Vaporous carry over


Penguapan impurities yang bersifat volatile pada air boiler
Tabel 3.9 Limit impurities pada air boiler untuk meminimalisasi Vaporous Carry
Over menurut ASME

Drum Boiler Water


Total Silica (ppm Specific Alkalinity Conductances
Pressure
SiO2) (ppm CaCO3) (micromhos/cm)
(psig)
0 - 300 150 700 7000
301 - 450 90 600 6000
451 - 600 40 500 5000

Universitas Diponegoro
Semarang
88
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang

601 - 750 30 400 4000


750 - 900 20 300 3000
901 - 1000 8 200 2000
1001 - 1500 2 0 150
1501 - 2000 1 0 100
Sumber : www.hacschem.com

3.5 Pengolahan Air Umpan Boiler


Pengolahan air umpan boiler mutlak diperlukan untuk menjamin agar uap yang
dihasilkan nantinya berkualitas. Persyaratan ait umpan boiler yang baik antara
lain:
 Bebas dari zat-zat penyebab kerak, terutama kesadahannya dan silica
serta suhu tinggi.
 Bebas dari zat-zat penyebab korosi, terutama air umpan yang
mengandung asam dan gas-gas terlarut
 Bebas dari zat penyebab busa dan zat padat ikutan, selain itu juga bebas
dari minyak dan lemak.

Ada beberapa tujuan pengolahan air umpan boiler yaitu:


 Mencegah kehilangan energi
 Menjaga kestabilan konsumsi bahan bakar boiler
 Mencegah kerusakan boiler
 Menjaga kemurnian steam
 Mendapatkan heat transfer optimum]
 Menghemat biaya pemeliharaan boiler
Pengolahan air umpan boiler dibagi menjadi dua yaitu pengolahan air internal
dan pengolahan air eksternal.

Universitas Diponegoro
Semarang
89
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
3.5.1 Pengolahan Air Internal

Pengolahan air internal adalah penambahan bahan kimia ke boiler untuk


mencegah pembentukan kerak. Senyawa pembentuk kerak diubah menjadi
lumpur yang mengalir bebas, yang dapat dibuang dengan blowdown. Metode ini
terbatas pada boiler dimana air umpan mengandung garam sadah yang rendah,
dengan tekanan rendah, kandungan TDS tinggi dalam boiler dapat ditoleransi,
dan jika jumlah airnya sedikit. Jika kondisi tersebut tidak terpenuhi, maka laju
blowdown yang tinggi diperlukan untuk membuang lumpur. Hal tersebut
menjadi tidak ekonomis sehubungan dengan kehilangan air dan panas.

Jenis sumber air yang berbeda memerlukan bahan kimia yang berbeda
pula. Senyawa seperti sodium karbonat, sodium aluminat, sodium fosfat,
sodium sulfit, dan senyawa organic dan anorganik seluruhnya dapat digunakan
untuk maksud ini. Untuk setiap kondisi air diperlukan bahan kimia tertentu.
Harus dikonsultasikan dengan seorang spesialis dalam menentukan bahan kimia
yang paling cocok untuk digunakan pada setiap kasus. Pengolahan air hanya
dengan pengolahan internal tidak direkomendasikan.

3.5.2 Pengolahan Air Eksternal

Pengolahan eksternal digunakan untuk membuang padatan tersuspensi,


padatan terlarut (terutama ion kalsium dan magnesium yang merupakan
penyebab utama pembentukan kerak) dan gas-gas terlarut (oksigen dan
karbondioksida)

Proses perlakuan eksternal yang ada adalah:


a. Pertukaran ion
b. De-aerasi (mekanis dan kimia)
c. Osmosis balik

Universitas Diponegoro
Semarang
90
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
d. Koagulasi

e. filtrasi
Sebelum digunakan cara diatas, perlu untuk membuang padatan dan
warna dari bahan baku air, sebab bahan tersebut dapat mengotori resin yang
digunakan pada bagian pengolahan selanjutnya.
Metode pengolahan awal adalah sedimentasi dalam tangki pengendapan
atau pengendapan dalam clarifiers dengan bantuan koagulan dan flokulan.
Penyaring pasir bertekanan, dengan aerasi untuk menghilangkan karbondioksida
dan besi, dapat digunakan untuk menghilangkan garam-garam logam dari air
sumur.

Tahap pertama pengolaha adalah menghilangkan garam sadah dan


garam non sadah. Penghilangan hanya garam sadah disebut pelunakan,
sedangkan penghilangan total garam dari larutan disebut penghilangan mineral
atau demineralisasi.

Proses pengolahan air eksternal antara lain:


a. Proses Pertukaran Ion (Plant Pelunakan)
Pada proses pertukaran ion, kesadahan dihilangkan dengan
melewatkan air pada bed zeolit alam atau resin sintetik dan tanpa
pembentukan endapan. Jenis paling sederhana adalah “pertukaran basa”
dimana ion kalsium dan magnesium ditukar dengan ion sodium. Setelah
jenuh, dilakukan regenerasi dengan sodium klorida. Garam sodium mudah
larut, tidak membentuk kerak dalam boiler. Dikarenakan penukar basa hanya
menggantikan kalsium dan magnesium dengan sodium, maka tidak
mengurangi kandungan TDS, dan besarnya blowdown. Penukar basa ini
juga tidak menurunkan alkalinya.
Reaksi pelunakan:

Universitas Diponegoro
Semarang
91
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
Na2R + Ca(HCO3) → CaR + 2 Na(HCO3)
Reaksi regenerasi
CaR + 2 NaCl → Na2R + CaCl2

Gambar 3.18 proses pertukaran ion


(sumber: www.homecents.com )

b. Deaerasi
Dalam de-aerasi, gas terlarut seperti oksigen dan karbondioksida
dibuang dengan pemanasan awal air umpan masuk ke boiler. Seluruh air
alam mengandung gas terlarut dalam larutannya. Gas-gas tertentu seperti
karbondioksida dan oksigen sangat meningkatkan korosi. Bila dipanaskan
dalam sistem boiler, karbondioksida (CO2) dan oksigen (O2) dilepaskan

Universitas Diponegoro
Semarang
92
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
sebagai gas dan bergabung dengan air (H2O) membentuk asam karbonat
(H2CO3).
Penghilangan oksigen, karbondioksida dan gas lain yang tidak dapat
terembunkan dari air umpan boiler sangat penting bagi umur peralatan boiler
dan juga keamanan operasi. Asam karbonat mengkorosi logam menurunkan
umur peralatan dan pemipaan. Asam ini juga melarutkan besi (Fe) yang jika
kembali ke boiler akan mengalami pengendapan dan menyebabkan
terjadinya pembentukan kerak pada boiler dan pipa. Kerak ini tidak hanya
berperan dalam penurunan umur peralatan tapi juga meningkatkan jumlah
energi yang diperlukan untuk mencapai perpindahan panas [8].

De-aerasi dapat dilakukan dengan de-aerasi mekanis dan de-aerasi


kimiawi, atau juga dua-duanya.

 De-aerasi mekanis
De-aerasi mekanis untuk menghilangkan gas terlarut digunakan
sebelum penambahan bahan kimia untuk oksigen. De-aerasi mekanis
didasarkan pada hukum fisika Charles dan Henry. Secara ringkas, hukum
tersebut menyatakan menyatan bahwa penghilangan oksigen dan
karbondioksida dapat disempurnakan dengan pemanasan air umpan boiler
yang akan menurunkan konsentrasi oksigen dan karbondioksida di sekitar
atmosfer air umpan. De-aerasi mekanis dapat menjadi yang paling
ekonomis, beroperasi pada titik didih air pada tekanan dalam de-aerator.
Deaerasi mekanis dapat berjenis vakum atau bertekanan.
De-aerator jenis vakum beroperasi dibawah tekanan atmosfer, pada
suhu sekitar 820C, dan dapat menurunkan kandungan oksigen dalam air
hingga kurang dari 0,02 mg/liter. Pompa vakum atau steam ejectors
diperlukan untuk mencapai kondisi vakum. De-aerator jenis bertekanan

Universitas Diponegoro
Semarang
93
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
beropasi dengan membiarkan steam menuju air umpan melalui klep
pengendali tekanan untuk mencapai tekanan operasi yang dikehendaki, dan
dengan suhu minimum 1050C. Steam menaikkan suhu air menyebabkan
pelepasan gas oksigen dan karbondioksida yang dikeluarkan dari sistem.
Jenis ini dapat mengurangi kadar oksigen hingga 0,005 mg/liter.

Bila terdapat kelebihan steam tekanan rendah, tekanan operasi dapat


dipilih untuk menggunakan steam ini sehingga akan meningkatkan ekonomi
bahan bakar. Dalam sistem boiler, steam lebih disukai untuk de-aerasi sebab
steam pada dasarnya bebas dari O2 dan CO2, steam tersedia dengan mudah,
steam menambah panas yang diperlukan untuk melengkapi reaksi

Gambar 3.19 De-aerasi mekanis

( sumber: www.energyefficienciasia.org )

 De-aerasi kimiawi

Universitas Diponegoro
Semarang
94
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
Sementara deaerators mekanis yang paling efisien menurunkan
oksigen hingga ke tingkat yang sangat rendah (0,005 mg/liter), namun
jumlah oksigen yang sangat kecil sekalipun dapat menyebabkan bahaya
korosi terhadap sistem. Sebagai akibatnya, praktek pengoperasian yang baik
memerlukan penghilangan oksigen yang sangat sedikit tersebut dengan
bahan kimia pereaksi oksigen seperti sodium sulfit atau hidrasin. Sodium
sulfit akan bereaksi dengan oksigen membentuk sodium sulfat yang akan
meningkatkan TDS dalam air boiler dan meningkatkan blowdown dan
kualitas air make-up. Hydrasin bereaksi dengan oksigen membentuk
nitrogen dan air. Senyawa tersebut selalu digunakan dalam boiler tekanan
tinggi bila diperlukan air boiler dengan padatan yang rendah, karena
senyawa tersebut tidak meningkatkan TDS air boiler.

c. Osmosis Balik
Osmosis balik menggunakan kenyataan bahwa jika larutan dengan
konsentrasi yang berbeda-beda dipisahkan dengan sebuah membran semi-
permeable, air dari larutan yang berkonsentrasi lebih kecil akan melewati
membran untuk mengencerkan cairan yang berkonsentrasi tinggi. Jika cairan
yang berkonsentrasi tinggi tersebut diberi tekanan, prosesnya akan dibalik
dan air dari larutan yang berkonsentrasi tinggi mengalir ke larutan yang
lebih lemah. Hal ini dikenal dengan osmosis balik.
Membran semi-permeable lebih mudah melewatkan air daripada
bahan mineral yang terlarut. Air pada larutan yang kurang pekat mengalir
melalui membran kea rah larutan yang lebih pekat menghasilkan perbedaan
head yang nyata diantara dua larutan. Perbedaan head ini merupakan ukuran
perbedaan konsentrasi dua larutan dan menunjukkan perbedaan tekanan
osmosis.

Universitas Diponegoro
Semarang
95
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang

Gambar 3.20 Osmosis Balik

(sumber: www.yourdictionary.com )

d. Koagulasi
Adalah proses penggumpalan partikel yang digunakan sebelum
proses filtrasi . Prinsipnya menambahkan koagulan untuk mengendapkan
partikel

Universitas Diponegoro
Semarang
96
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang

Gambar 3.21 proses koagulasi

(sumber: www.bennysyah.edublogs.org )

e. Filtrasi
Adalah proses penyaringan yang fungsinya untuk menghilangkan
suspended solid seperti pasir halus, tanah liat, dan beberapa bahan organic.

Gambar 3.22 proses filtrasi

Universitas Diponegoro
Semarang
97
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
( sumber: www.chem-is-try.org )

Rekomendasi untuk boiler dan kualitas air umpan

Kotoran yang ditemukan dalam boiler tergantung pada kualitas air umpan yang diolah,
proses pengolahan yang digunakan dan prosedur pengoperasian boiler. Sebagai aturan
umum, semakin tinggi tekanan operasi boiler akan semakin besar sensitivitas terhadap
kotoran.

Tabel 3.8 Rekomendasi Batas Air Umpan

REKOMENDASI BATAS AIR UMPAN (IS 10392, 1982)


Faktor Hingga 20 kg/cm2 21 - 39 kg/cm2 40- 59 kg/cm2

Total besi (maks.) ppm 0,05 0,02 0,01

Total tembaga (maks.) ppm 0,01 0,01 0,01

Total silika (maks.) ppm 1,0 0,3 0,1

Oksigen (maks.) ppm 0,02 0,02 0,01

Residu hidrasin ppm - - -0,02-0,04

pH pada 250C 8,8-9,2 8,8-9,2 8,2-9,2

Kesadahan, ppm 1,0 0,5 -

REKOMENDASI BATAS AIR BOILER (IS 10392, 1982)


Faktor Hingga 20 kg/cm2 21 - 39 kg/cm2 40- 59 kg/cm2

TDS, ppm 3000-3500 1500-2500 500-1500

Total padatan besi terlarut


ppm 500 200 150

Konduktivitas listrik spesifik 1000 400 300

Universitas Diponegoro
Semarang
98
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang

pada 250C (mho)

Residu fosfat ppm 20-40 20-40 15-25

pH pada 250C 10-10,5 10-10,5 9,8-10,2

Silika (maks.) ppm 25 15 10

5.6.7 Hal yang Harus Dilakukan dan Tidak Dilakukan pada Boiler

Tabel 3.9 Hal-hal yang dilakaukan dan tidak dilakukan pada boiler
Dilakukan dan Tidak Dilakukan pada Boile r
Lakukan Tidak Lakukan
1. Tiup jelaga secara teratur 1. Jangan nyalakan pemantik api secara
mendadak setelah api habis
(pembersihan)
2. Bersihkan pengukur gelas blowdown 2. Jangan lakukan blowdown jika tidak
sekali tiap satu sift perlu
3. Periksa klep keamanan seminggu 3. Jangan biarkan pintu tungku terbuka
sekali jika tidak perlu
4. Blowdown pada setiap sift, sesuai 4. Jangan sering menghembus klep
keperluan pengaman (kendali operasi)
5. Jaga seluruh pintu tungku tertutup 5. Jangan memberikan aliran berlebih
pada hopper abu
6. Kendalikan sirkulasi tungku 6. Jangan menaikan laju pembakaran
melebihi yang diperbolehkan
7. Bersihkan, hopper pembuangan abu 7. Jangan mengumpankan air baku
setiap sift
8. Jaga asap cerobong dan pengendali api 8. Jangan mengoperasikan boiler pada
aliran tertutup
9. Periksa pengendali otomatis pada 9. Jangan memberi beban berlebih pada
bahan bakar dengan menghentikan boiler
sekali waktu air umpan untuk jangka
waktu pendek
10. Perhatikan kebocoran secara berkala 10. Jangan membiarkan ketinggian air
terlalu tinggi atau terlalu rendah
11. Periksa seluruh klep, damper, dll 11. Jangan mengoperasikan penghembus
untuk operasi yang benar seminggu jelaga pada beban tinggi
sekali
12. Beri pelumas seluruh alat mekanik 12. Jangan jalankan kipas ID manakala

Universitas Diponegoro
Semarang
99
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang

untuk berfungsi mulus sedang dalam operasi


13. Jaga switchboards rapi dan bersih 13. Jangan melihat langsung api dalam
dan sistim penunjuk sesuai dengan tungku, gunakan kacamata keamanan
perintah pekerjaan yang berwarna
14. Jaga kebersihan area, bebas debu 14. Hindarkan bed bahan bakar yang
tebal
15. Jaga alat pemadam kebakaran selalu 15. Jangan biarkan boiler diserahkan ke
dalam keadaan siap. Lakukan latihan operator/ teknisi yang tidak terlatih
yang diselenggarakan sebulan sekali
16. Seluruh lembar data harian harus 16. Jangan mengabaikan pengamatan
diisi secara sungguh-sungguh yang tidak biasa (perubahan suara,
perubahan kinerja, kesulitan
pengendalian), periksa
17. Jalanan fan FD jika fan ID mati 17. Jangan melewatkan pemeliharaan
tahunan
18. Perekam CO2 atau O2 harus 18. jangan mencat boiler
diperiksa
/dikalibrasi tiga bulan sekali
19. Traps harus diperiksa dan diurus 19. Jangan biarkan terjadinya
secara berkala pembentukan steam pada economizer
(jaga suhu.)
20. Kualitas steam, air harus diperiksa 20. Jangan biarkan grate terbuka
sehari sekali, atau sekali tiap sift (sebarkan secara merata)
21. Kualitas bahan bakar harus 21. Jangan mengoperasikan boiler
diperiksa seminggu sekali dengan pipa air yang bocor
22. Jaga saluran pembuangan sub
pemanas terbuka selama start up
23. Jaga kran air terbuka selama start
dan tutup

BAB IV

Dasar Teori Perhitungan Efisiensi Boiler

Universitas Diponegoro
Semarang
100
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
4.1 Neraca Panas

Proses pembakaran dalam boiler dapat digambarkan dalam bentuk diagram


alir energi. Diagram ini menggambarkan secara grafis tentang bagaimana energi masuk
dari bahan bakar diubah menjadi aliran energi dengan berbagai kegunaan dan menjadi
aliran kehilangan panas dan energi. Panah tebal menunjukan jumlah energi yang
dikandung dalam aliran masing-masing.

Gambar 4.1 diagram neraca energi boiler


( Sumber: www.energyeffieciencyasia.org )
Neraca panas merupakan keseimbangan energi total yang masuk boiler
terhadap yang meninggalkan boiler dalam bentuk yang berbeda. Gambar berikut
memberikan gambaran berbagai kehilangan yang terjadi untuk pembangkitan steam.

Universitas Diponegoro
Semarang
101
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang

Kehilangan panas karana gas buang kering

Kehilangan panas karena steam dalam gas buang

BOILER Kehilangan panas karena kandungan air dalam


bahan bakar
Bahan bakar

Kehilangan panas karena bahan yang tidak terbakar


dalam residu

Kehilangan panas karena kandungan air dalam udara

Kehilangan panas karena radiasi dan kehilangan yang tidak


terhitung

Panas dalam steam

Gambar 4.2 rugi-rugi pada boiler

Kehilangan energi dapat dibagi kedalam kehilangan yang tidak dapat


dihindarkan dan kehilangan yang dapat dihindarkan. Tujuan dari pengkajian energi
adalah agar rugi-rugi/kehilangan dapat dihindari, sehingga dapat meningkatkan efisiensi
energi. Rugi-rugi yang dapat diminimalisasi antara lain:

 Kehilangan gas cerobong:


- Udara berlebih (diturunkan hingga ke nilai minimum yang tergantung dari
teknologi burner, operasi (kontrol), dan pemeliharaan).
- Suhu gas cerobong (diturunkan dengan mengoptimalkan perawatan
(pembersihan), beban; burner yang lebih baik dan teknologi boiler).
 Kehilangan karena bahan bakar yang tidak terbakar dalam cerobong dan abu
(mengoptimalkan operasi dan pemeliharaan; teknologi burner yang lebih baik).
 Kehilangan dari blowdown (pengolahan air umpan segar, daur ulang kondensat)

Universitas Diponegoro
Semarang
102
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
 Kehilangan kondensat (manfaatkan sebanyak mungkin kondensat)
 Kehilangan konveksi dan radiasi (dikurangi dengan isolasi boiler yang lebih baik)
4.2 Nilai Pembakaran Bahan Bakar

Bahan bakar adalah zat kimia yang apabila direaksikan dengan oksigen (0 2)
akan menghasilkan sejumlah kalor. Bahan bakar dapat berwujud gas, cair, maupun
padat. Selain itu, bahan bakar merupakan suatu senyawa yang tersusun atas beberapa
unsur seperti karbon (C), hidrogen (H), belerang (S), dan nitrogen (N).

Kualitas bahan bakar ditentukan oleh kemampuan bahan bakar untuk


menghasilkan energi. Kemampuan bahan bakar untuk menghasilkan energi ini sangat
ditentukan oleh nilai bahan bakar yang didefinisikan sebagai jumlah energi yang
dihasilkan pada proses pembakaran per satuan massa atau persatuan volume bahan
bakar.

Nilai pembakaran ditentukan oleh komposisi kandungan unsur di dalam bahan


bakar. Dikenal dua jenis pembakaran[7], yaitu:

1. Nilai Kalor Pembakaran Tinggi


Nilai kalor pembakaran tinggi atau juga dikenal dengan istilah High Heating Value
(HHV) adalah nilai pembakaran dimana panas pengembunan air dari proses
pembakaran ikut diperhitungkan sebagai panas dari proses pembakaran.
Dirumuskan dengan:
HHV = 7986C + 33575(H - O/8) + 2190S…………………………(4.1a)
2. Nilai Kalor Pembakaran Rendah
Nilai kalor pembakaran rendah atau juga dikenal dengan istilah Low Heating Value
(LHV) adalah nilai pembakaran dimana panas pengembunan uap air dari hasil
pembakaran tidak ikut dihitung sebagai panas dari proses pembakaran.
Dirumuskan dengan:

Universitas Diponegoro
Semarang
103
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
LHV = HHV – 600(9H + Mm)……………………………………...(4.1b)
Dimana Mm merupakan kelembaban bahan bakar.

Entalpi pembakaran dan Nilai kalor

Entalpi pembakaran ( h́ RP) di definisikan sebagai beda antara entalpi produk


dan entalpi reaktan ketika terjadi proses pembakaran sempurna pada suhu dan tekanan
tertentu[5].

h́ RP=∑ ne h́ e−∑ ni h́i


P R

h́ RP=∑ ne ( h́of +∆ h́ )e −∑ ni ( h́of +∆ h́ ) i


P R

Di mana

n = koefisien

h́ = entalpi

h́ of = entalpi pembentukan

Nilai pembakaran di tentukan dengan mengurangi jumlah entalpi


pembentukan produk dengan jumlah entalpi pembentukan reaktan.

h́ oRP=∑ ne ( h́of )e −∑ ni ( h́of ) i


P R

Dua nilai pembakaran yang dikenal yaitu Higher Heating Value (HHV) atau
nilai pembakaran tinggi adalah nilai yang didapat ketika semua air dari proses

Universitas Diponegoro
Semarang
104
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
pembakaran berbentuk cair sedangkan Lower Heating Value (LHV) atau nilai
pembakaran rendah di dapatkan ketika semua air dari proses pembakaran berbentuk
uap.

Misal

pada pembakaran gas metana (dalam kJ per Kg bahan bakar) pada suhu 250 celcius dan
tekanan 1 Atm maka untuk menentukan HHV dan LHV nya dengan cara.

CH4 + 2O2 + 7,52N2 → CO2 +2H2O + 7,52N2

Asumsi

1. Tiap mole oksigen di reaksikan dengan 3,75 mol nitrogen


2. Pembakaran sempurna pada suhu dan tekanan yang tetap baik itu reaktan maupun
produk
3. Model gas ideal di aplikasikan untuk metana, air dan gas-gas produk pembakaran.

Nilai pembakarannya

h́ oRP=( h́of )CO +2 ( h́of ) H O−( h́of )CH


2 2 4

entalpi pembentukan untuk nitrogen dan oksigen bernilai nol.

HHV

h́ oRP=( h́of )CO +2 ( h́of ) H


2 2 O (l ) −( h́of )CH 4 (g )

LHV

Universitas Diponegoro
Semarang
105
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang

h́ oRP=( h́of )CO +2 ( h́of ) H


2 2 O ( g) −( h́of ) CH ( g )
4

Nilai entalpinya dapat di lihat di table A-25

Kesesuaian penggunaan HHV dan LHV ketika membandingkan bahan bakar,


menghitung efisiensi termal dan lain-lain, tergantung pada aplikasinya. Untuk
pembakaran stasioner, dimana gas buang didinginkan sebelum pemakaian (misalnya
pembangkit tenaga listrik), penggunaan HHV lebih tepat. Namun apabila tidak ada
usaha untuk memanfaatkan gas buang sebelum dibuang, maka menggunakan LHV
lebih tepat.

Perbedaan LHV dan HHV


1. Perbedaan numerik antara LHV dan HHV bahan bakar adalah kira-kira
setara dengan jumlah panas laten penguapan yang dapat dibilang kembali
dalam kondensor sekunder per unit bahan bakar dibakar.
2. Ketika pembakaran boiler tanpa kondensor sekunder dirancang, nilai bahan
bakar yang sesuai untuk digunakan dalam proses desain adalah LHV, yang
mengasumsikan bahwa uap air yang dihasilkan ketika bahan bakar dibakar
padam dalam aliran gas buang.
3. Ketika unit pembakaran maju memiliki kondensor sekunder atau tersier
dirancang, nilai bahan bakar yang sesuai untuk digunakan dalam proses
desain adalah HHV.

4.3 Kebutuhan Udara Pembakaran

Pembakaran adalah proses persenyawaan bagian dari bahan bakar dengan O2


dengan disertai kalor. Pembakaran akan terjadi jika titik nyala telah dicapai oleh
campuran bahan bakar dengan udara.

Universitas Diponegoro
Semarang
106
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
Di dalam teknik pembakaran diperlukan jumlah udara yang memadai (udara
berlebih) sehingga pembakaran yang terjadi akan sempurna. Untuk mengetahui jumlah
keperluan udara pada proses pembakaran harus diketahui kandungan O2 dalam udara.
Komposisi unsur-unsur yang terkandung dalam udara menurut satuan berat [6] adalah:

- 02 sebanyak 23%
- N2 sebanyak 77%

Reaksi pembakaran yang terjadi dapat dinyatakan dalam satu satuan berat
molekul. Maka reaksi pembakaran dari unsur-unsur bahan bakar adalah sebagai berikut:

1. Zat Belerang terbakar menurut:


S+O2 → S O2

Untuk pembakaran belerang diperlukan

32 kg O 2 1 kg O 2

32 kgS kgS

Dalam pembakaran belerang dihasilkan SO2 sebanyak:

64 kgS O 2 2kg O 2

32 kgS kgS

2. Zat Karbon terbakar menurut:


C+ O 2 → C O 2
12 kgC+ 32kg O2 → 44 kgC O2

Dalam pembakaran karbon diperlukan:

Universitas Diponegoro
Semarang
107
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
32 kg O 2 2,66 kg O 2

32 kgC kgC

Dalam pembakaran karbon dihasilkan CO2 sebesar:

44 kgC O 2 3,66 kgC O 2



12 kgC kgC

3. Hidrogen terbakar menurut:


1
H 2 + O2 → H 2 O
2
2 kg H 2 +16 kg O2 → 18 kg H 2 O

Maka:

16 kg O 2 8 kg O 2

2 kg H 2 kg H 2

Pembakaran H2 menghasilkan H2O sebanyak:

18 kg H 2 O 9 kg H 2 O

2kg H 2 kg H 2

Kebutuhan udara pembakaran didefinisikan sebagai kebutuhan oksigen yang


diperlukan untuk pembakaran 1 kg bahan bakar secara sempurna [7] yang meliputi:

a. Kebutuhan udara teoritis (Ut):


Ut = 11,5C + 34,5(H – O/8) + 4,32 S (kg/kgBB)……………………(4.2a)
b. Kebutuhan udara pembakaran sebenarnya/aktual (Us):
Us = Ut (1+α) (kg/kgBB)…………………………………………….(4.2b)

Universitas Diponegoro
Semarang
108
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang

4.4 Gas Asap

Reaksi pembakaran akan menghasilkan gas baru, udara lebih dari sejumlah
energi. Senyawa-senyawa yang merupakan hasil dari reaksi pembakaran disebut gas
asap. [7]

a. Berat gas asap teoriti (Gt)


Gt = Ut + (1 – A)(kg/kgBB)………………………………………..(4.3a)

Dimana A = kandungan abu dalam bahan bakar (ash)

Gas asap yang terjadi terdiri dari:

- Hasil reaksi atas pembakaran unsur-unsur bahan bakar dengan O2 dari udara
seperti CO2, H2O, SO2
- Unsur N2 dari udara yang tidak ikut bereaksi
- Sisa kelebihan udara

Dari reaksi pembakaran sebelumnya diketahui:

1 kg C menghasilkan 3,66 kg CO2

1 kg S menghasilkan 1,996 kg SO2

1 kg H menghasilkan 8,9836 kg H2O

Maka untuk menghitung berat gas asap pembakaran perlu dihitung dulu masing-
masing komponen gas asap tersebut [4]:

Berat CO2 = 3,66 C kg/kg

Berat SO2 = 2 S kg/kg

Universitas Diponegoro
Semarang
109
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
Berat H2O = 9 H2 kg/kg

Berat N2 = 77% Us kg/kg

Berat O2 = 23% Ut

Dari perhitungan di atas maka akan didapatkan jumlah gas asap:

Berat gas asap (Gs) = W CO2 + W SO2 + W H2O + W N2 + W O2

Atau:

b. Berat gas asap sebenarnya (Gs)


Gs = Us + (1 – A) (kg/kg BB)………………………………………(4.3b)
Untuk menentukan komposisi dari gas asap didapatkan:
Kadar gas = (W gas tersebut / W total gas) x 100%

4.5 Karbon Yang Tidak Terbakar

Dari proses pembakaran selama terbentuk gas-gas asap, juga akan terbentuk
solid refuse (Msr) dimana solid refuse ini terdiri dari abu refuse (Ar), dan karbon refuse
(Cr). [7]

Persamaannya adalah:

mbb + Us = Gs + Msr………………………………………...…(4.4a)

sedangkan dari perhitungan refuse didapatkan persamaan:

Msr . Ar = mbb . A

Atau

Universitas Diponegoro
Semarang
110
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
mbb . A
Ar = ×100 %....................................................................(4.4b)
M sr

Maka karbon yang tidak terbakar dalam terak (Cr) adalah:

Cr = 100% - Ar…………………………………………………(4.4c)

Sehingga massa refuse (Mr) yang terjadi tiap jamnya adalah:

Mr = Cr.mbb (kg/jam)…………………………………………..(4.4d)

Dimana:

mbb = massa bahan bakar

Us = massa udara pembakaran sebenarnya (kg/kgBB)

Gs = berat gas asap sebenarnya (kg/kgBB)

Msr = massa solid refuse (kg/kgBB)

Ar = prosentase solid refuse dalam abu

A = prosentase abu dalam bahan bakar

4.6 Karbon Aktual Yang Habis Terbakar (Ct)

Panas yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar dalam dapur ketel
tidaklah seluruhnya digunakan untuk membentuk uap, karena sebagian panas tersebut
ada yang hilang. [7]. Panas yang hilang dari pembakaran bahan bakar dalam dapur ketel
merupakan kerugian-kerugian kalor yang diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Kerugian kalor karena bahan bakar (Q1)

Universitas Diponegoro
Semarang
111
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
Kerugian ini disebabkan karena adanya kandungan air dalam bahan bakar, dimana
besarnya dapat dirumuskan sebagai berikut:
Q1=M m .(h g−h f )………………………………………………….(4.6a)

Dimana:

Q1 = kerugian kalor karena kelembaban bahan bakar (btu/lb BB)

Mm = prosentase kelembaban bahan bakar

hg = entalpi uap super panas pada temperatur gas buang (btu/lb)

hf = entalpi pada temperatur udara ruang (btu/lb)

b. Kerugian kalor karena hidrogen (H) yang terdapat dalam bahan bakar (Q2)
Kerugian ini disebabkan karena kandungan unsur hidrogen (H) dalam bahan bakar,
yang bila terbakar akan bereaksi dengan oksigen dari udara dan berbentuk uap air
(H2O).
Besarnya kerugian ini dirumuskan dengan:
Q 2=9 H y (hg −hf )………………………………………………….(4.6b)
Dimana Hy = prosentase hidrogen dalam bahan bakar.
c. Kerugian kalor untuk menguapkan air yang terdapat dalam udara pembakaran (Q3)
Karena udara yang masuk ke dalam ruangan pembakaran tidak kering dan masih
mengandung air, maka terdapat panas yang hilang untuk menguapkan air yang
terkandung dalam udara tersebut.
Besarnya kerugian kalor ini dapat dirumuskan dengan:
Q3=U s . M v .0,6(t g−t a )……………………………………………(4.6c)
Dimana:

Universitas Diponegoro
Semarang
112
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
Us = berat udara pembakaran sebenarnya (lb/lb BB)
Mv = prosentase penguapan udara masuk dapur dikalikan dengan nilai
kelembaban udara pada temperatur ruang.
tg = temperatur gas buang (0F)
ta = temperatur ruang (0F)

d. Kerugian kalor karena pembakaran yang tidak sempurna (Q4)


Gas CO yang terdapat dalam gas asap menunjukkan bahwa sebagian bahan bakar
ada yang terbakar tidak sempurna. Hal ini terjadi karena kekurangan udara atau
distribusi udara yang kurang baik.
Kerugian kalor akibat pembakaran yang tidak sempurna ini dirumuskan dengan:
CO
Q4 = ×10160 C1……………………………………………(4.6d)
CO 2 +CO
Dimana:
CO = prosentase gas CO dalam asap
CO2 = prosentase gas CO2 dalam asap
C1 = karbon actual yang habis terbakar (lb/lb BB)

e. Kerugian kalor karena terdapat unsur karbon yang tidak ikut terbakar dalam sisa
pembakaran (Q5)
Kerugian ini dapat dirumuskan dengan:
14540 M r C r
Q 5= ……………………………………………….............(4.6e)
M bb
Dimana:
Mr = massa refuse (lb/jam)
Cr = prosentase karbon yang tidak terbakar dalam refuse
Mbb = laju aliran massa bahan bakar (lb/jam)

Universitas Diponegoro
Semarang
113
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang

f. Kerugian cerobong (Q6)


Kerugian cerobong ini disebabkan oleh gas asap yang meninggalkan cerobong
masih mengandung energi tinggi.
Kerugian cerobong dirumuskan dengan:
Q6=G s . C p ( t g−t a )………………………………………………....(4.6f)
Dimana:
Gs = berat gas asap sebenarnya (kg/kg)
tg = temperatur gas buang (0K)
ta = temperatur udara ruang (0K)
Cp = panas jenis rata-rata dari gas asap (kJ/kg0K)

g. Kerugian kalor karena radiasi dan lain-lain (Q7)


Terjadi akibat penghantaran dan pemancaran panas dari peralatan ketel, misalnya
pada badan ketel dan lain-lain.
Besarnya kerugian ini dirumuskan dengan:
Q 7=4 % . LHV …………………………………………………….…(4.6g)
Apabila rugi-rugi kalor tersebut di atas dinyatakan dalam prosentase, maka
persamaannya adalah sebagai berikut:
Qn
×100 %................................................................................(4.6h)
¿
Q n=
LHV
Dimana Qn merupakan rugi-rugi kalor dari Q1 sampai Q7

4.7 Rumus Perhitungan Efisiensi Ketel Uap

Universitas Diponegoro
Semarang
114
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
Dengan diketahuinya kerugian-kerugian kalor dari hasil pembakaran pada
suatu ketel, maka dapat dihitung efisiensi dari ketel tersebut, yang besarnya
dirumuskan:

LHV − ( rugi2 total )


η= ×100 %
LHV

= 100 %−(Q 1+Q 2 +Q 3 +Q 4 +Q 5+Q 6+Q 7)……………………..(4.7)

(w. Culp, Archie. Jr.1989:211)

4.8 Rumus Perhitungan Kapasitas Produksi Ketel Uap (Mu)

Dirumuskan dengan:

M u=Qair . ρair . F …………………………………………………….(4.8)

Dimana:

Qair = debit air (m3/jam)

ρair = massa jenis air (kg/m3)

F = faktor koreksi terhadap kotoran dan endapan

4.9 Perhitungan Efisiensi Berdasarkan Neraca Kalor

Universitas Diponegoro
Semarang
115
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
Dikenal juga sebagai ‘metode input-output’ karena kenyataan bahwa metode
ini hanya memerlukan keluaran/output (steam) dan panas masuk/input (bahan bakar)
untuk evaluasi efisiensi.

Efisiensi ini dapat dievaluasi dengan menggunakan rumus:


panas keluar
Efisiensi Boiler (η) = x 100%.......................................(4.9a)
panas masuk
Q(h g−h f )
Efisiensi Boiler (η) = x 100%............................................(4.9b)
q × LHV
Parameter yang dipantau untuk perhitungan efisiensi boiler dengan metode
langsung adalah:

- Jumlah steam yang dihasilkan per jam (Q) dalam kg/jam


- Jumlah bahan bakar yang digunakan per jam (q) dalam kg/jam
- Tekanan kerja (dalam kg/cm2(g)) dan suhu lewat panas (0C), jika ada
- Suhu air umpan (0C)
Dimana:
- hg = Entalpi steam jenuh dalam kkal/kg steam
- hf = Entalpi air umpan dalam kkal/kg air

BAB V

Universitas Diponegoro
Semarang
116
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
Perhitungan Efisiensi Dan Kapasitas Produksi Uap Serta Peluang Meningkatkan
Efisiensi Boiler

5.1 Spesifikasi Ketel Uap di PT.KIMIA FARMA Semarang

Merek : Loos Gunzenhausen

Negara pembuat : Jerman Barat

Model / Type : UL 3200

No. Seri : 32706 dan 32707

Tahun : 1967

Kapasitas uap maksimal : 3200 kg/jam

Bahan bakar : Heavy Oil

Tekanan maksimal : 18 kg/cm2

Luas Pemanas : 80 m²

Temperatur uap keluar pada ketel : 3500C

Temperatur air masuk ketel : 1030C / 2150F

Temperatur gas buang pada cerobong : 2000C

Temperatur udara luar : 300C

Tekanan udara luar : 1 atm

5.2 Data Ketel Uap di PT.KIMIA FARMA Semarang

Universitas Diponegoro
Semarang
117
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
Bahan bakar yang digunakan adalah heavy oil (residu) dengan komposisi
sebagai berikut:

- Karbon (C) : 85,6%


- Hidrogen (H) : 9,7%
- Oksigen (O) : 1%
- Nitrogen (N) : 1%
- Belerang (S) : 2,3%
- Abu/ash (A) : 0,12%
- Kelembaban/moisture (Mm) : 0,28%

Dari data operasional kebutuhan bahan bakar IDO untuk ketel uap, tiap
jamnya rata-rata memerlukan 210 kg/jam (Mbb = 210 kg/jam). Sedangkan debit airnya
rata-rata 50 m3/24 jam = 2,083 m3/jam.

5.3 Perhitungan Pembakaran

5.3.1 Nilai Pembakaran Bahan Bakar

a. Nilai Pembakaran Tinggi

Dengan menggunakan persamaan (4.1a) dan data-data di atas kita dapatkan nilai
kalor pembakaran tinggi (HHV) sebesar:

HHV = 7986C + 33575(H - O/8) + 2190S

0,01
HHV = 7986 ×0,856+ 33575(0,097− )+ 2190× 0,023
8

= 10101,192 kcal/kgBB

= 10101,192 x 4,187 = 42293,690 kJ/kg

Universitas Diponegoro
Semarang
118
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
b. Nilai Pembakaran Rendah

Dari persamaan (4.1b) maka nilai kalor pembakaran rendah adalah sebagai berikut:

LHV = 10101,192−600(9 ×0,097+ 0,0028)

= 9575,716 kcal /kgBB

= 9575,712 x 4,187 = 40082,87 kJ/kgBB

5.3.2 Kebutuhan Udara Bahan Bakar

a. Dari persamaan (4.2a) maka didapatkan kebutuhan udara teoritis (Ut):


0,01
Ut (
= 11,5 × 0,856+34,5 0,097−
8 )+4,32 ×0,003

= 13,247 kg/kgBB
b. Dan dari persamaan (4.2b) didapatkan kebutuhan udara pembakaran sebenarnya
(Us):
Us = 13,247(1 + 0,18)
= 15,631 kg/kg
Dimana α = faktor kelebihan udara 18%

5.3.3 Perhitungan Gas Asap

a. Dari persamaan (4.3a) maka didapatkan berat gas asap teoritis (Gt)
Gt = 13,247 + (1 – 0,00012)
= 14,246 kg/kgBB
b. Berat gas asap hasil pembakaran
W SO2 = 2S
= 2 x 0,0023

Universitas Diponegoro
Semarang
119
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
= 0,0046 kg/kg
W CO2 = 3,666 C
= 3,666 x 0,856
= 3,133 kg/kg
W H2O = 9 x H2
= 9 x 0,097
= 0,873 kg/kg
W O2 = (23% x 18% )Ut
= 0,23 x 0,18 x 13,246
= 0,545 kg + 0,01
= 0,548 kg/kg
W N2 = 77% x 15,631
= 12,036 kg/kg
Dari persamaan (4.3b) didapatkan berat gas asap (basah) sebenarnya (Gs) adalah
sebagai berikut:
Gs = 0,0046 + 3,133 + 0,873 + 0,548 + 12,036
= 16,636 kg/kg BB
Atau dengan persamaan 4.3c:
Gs = 15,631 + (1 – 0,0012)
= 16,629 kg/kg BB
c. Analisa gas asap basah:
0,0046
( SO2 ) w= 16,636 ×100 %=0,028 %
3,138
( CO 2 ) w= 16,636 × 100 %=18,83 %
0,873
( H ¿¿ 2 O) w= ×100 %=5,25 % ¿
16,636

Universitas Diponegoro
Semarang
120
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
0,555
( O2 ) w= 16,636 ×100 %=3,29 %
11,954
( N 2 ) w= 16,636 ×100 %=72,35 %
Berat gas asap kering:
Gs kering = Gs basah – w H2O
= 16,636 – 0,873
= 15,763 kg/kg BB
d. Analisa gas asap kering
0,0046
( SO2 ) w= 15,763 ×100 %=0,029 %
3,138
( CO 2 ) w= 15,763 × 100 %=19,88 %
0,555
( O2 ) w= 15,763 ×100 %=3,48 %
11,954
( N 2 ) w= 15,763 ×100 %=76,36 %

5.3.4 Perhitungan Karbon yang Tidak Terbakar

Dari persamaan (4.4a) dan (4.4b) didapatkan massa solid refuse dan prosentase solid
refuse abu sebagai berikut:
Msr = (1 + 15,631) – 16,629
= 0,002 kg/kgBB
1× 0,0012
Ar = ×100 %
0,002
= 60%
Maka dengan persamaan (4.4c) jumlah karbon yang tidak terbakar dalam
terak/jelaga adalah:

Universitas Diponegoro
Semarang
121
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
Cr = 100% - 60%
= 40% dari solid refuse
= 40% x 0,002
= 0,0008 kg/kgBB
Jumlah massa refuse yang terjadi tiap jamnya (persamaan 4.4d) adalah:
Mr = 0,0008 x 210
= 0,168 kg/jam

5.3.5 Karbon Aktual yang Habis Terbakar (C1)

Guna mendapatkan banyaknya karbon sesungguhnya yang habis terbakar didapatkan


dengan menggunakan persamaan (4.5):
( 210 × 85,6 )−( 0,168 × 40 )
C 1=
210× 100
= 0,856 kg/kg BB

5.4 Perhitungan Kerugian Kalor

5.4.1 Kalor Jenis Berdasarkan Senyawa-Senyawa Penyusunnya

Harga kalor jenis gas asap pada temperatur 1900C (463K), yaitu penjumlahan kalor
jenis senyawa penyusun-penyusunnya. Dengan rincian sebagai berikut:
c(CO2) = 0,1898 x Cp(CO2)
= 0,1898 x 0,845
= 0,160 kJ/kg K
c(H2O) = 0,05283 x Cp(H2O)
= 0,05283 x 1,867
= 0,0986 kJ/kg K

Universitas Diponegoro
Semarang
122
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
c(SO2) = 0,000278 x Cp(SO2)
= 0,000278 x 0,644
= 0,000179 kJ/kg K
c(O2) = 0,0358 x Cp(O2)
= 0,0358 x 0,917
= 0,0328 kJ/kg K
c(N2) = 0,7234 x Cp(N2)
= 0,7234 x 1,038
= 0,75 kJ/kg K
Sehingga Cp gas asap adalah 1,0504 kJ/kg K

5.4.2 Kerugian Kalor Karena Kelambaban Bahan Bakar

Kerugian ini disebabkan karena adanya kandungan air di dalam bahan bakar. Dari
tabel B-2 dan B-1a buku [3], didapatkan:
hg = entalpi uap super panas pada temperatur gas buang T = 1900C
= 3740F pada tekanan atmosfer (1 atm), yaitu 1229,714 btu/lb
hf = entalpi pada temperatur udara ruang T = 300C = 860F, yaitu 54
btu/lb
sehingga dari persamaan 4.6a besar kerugian kalor karena kelembaban bahan bakar
didapat:
Q1 = 0,0028(1229,714 – 54)
= 3,292 btu/lb BB x 0,556 x 4,187
= 7,6637 kJ/kg BB
Dan apabila kerugian ini dinyatakan dalam prosentase (persamaan 4.7), maka:
7,6637
Q1* = × 100 %
40093,515

Universitas Diponegoro
Semarang
123
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
= 0,0191%

5.4.3 Kerugian Kalor Untuk Menguapkan Lembab Yang Terjadi Akibat Hidrogen
(H) Yang Terdapat Dalam Bahan Bakar

Q2 = 9Hy(hg – hf)
= 9 x 0,097 (1229,714 – 54)
= 1026,3983 x 0,556 x 4,187 = 2389,4265 kJ/kg
2389,4265
Q6* = × 100 %
40093,515
= 5,956%

5.4.4 Kerugian Kalor Untuk Menguapkan Air Dalam Udara Pembakaran

Dengan mengasumsikan bahwa udara yang diserap oleh blower masuk ke dalam
ruang bakar mengalami penguapan sebesar 70% dan dari Tabel XVIII Buku Steam
Air And Gas Power, Williams Servens untuk T = 300C = 860F diperoleh berat air
dalam udara kering = 0,027586 maka:
Q3 = 15,631 x 0,7 x 0,027586 x 0,46(374 – 86)
= 39,71629 btu/lb BB
= 93,0897kJ/kg BB
Bila dinyatakan dalam prosentase:
93,0897
Q3* = × 100 %
40093,515
= 0,2322%

5.4.5 Kerugian Karena Pembakaran Tidak Sempurna

Dari persamaan (4.6d) didapatkan:


0
Q4 = × 100 %
0,19165+0

Universitas Diponegoro
Semarang
124
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
=0

5.4.6 Kerugian Karena Terdapatnya Unsur Karbon Yang Tidak Ikut Terbakar
Dalam Sisa Pembakaran.

Dari persamaan 4.6e didapatkan


14540× 0,3704 ×0,40
Q5 =
463,05
= 4,65 btu/lb x 0,556 x 4,187
= 10,833 kJ/kgBB
Bila dinyatakan dalam prosentase:
10,833
Q5* = × 100 %
40093,515
= 0,027%

5.4.7 Kerugian Cerobong

Untuk menghitung kerugian cerobong ini didapatkan dari persamaan 4.6f:


Q6 = 16,629 x 1,0504(463 – 303)K
= 2794,74 kJ/kg BB
Bila dinyatakan dalam prosentase:
2794,74
Q6* = × 100 %
40093,515
= 6,97%

5.4.8 Kerugian Karena Radiasi Dan Lain-Lain

Besarnya didapatkan dengan menggunakan persamaan 4.6g:


Q7 = 4% x 40093,515
= 1603,355 kJ/kg BB

Universitas Diponegoro
Semarang
125
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
Bila dinyatakan dengan prosentase:
Q7* = 4%

5.5 Perhitungan Efisiensi Ketel Uap

Efisiensi ketel uap dapat dicari dengan menggunakan persamaan 4.8:

ηku= 100% - (0,0191 + 5,9596 + 0,2322 + 0 + 0,027 + 6,97 + 4)%

= 82,794%

5.6 Perhitungan Kapasitas Produksi Uap

Untuk mengetahui kapasitas produksi uap ini didapatkan dari persamaan 4.9.

Diketahui debit air (Qair) = 2,083 m3/jam dan ρair pada suhu 300C = 995,26 kg/m3 (J.P.
Holman, perpindahan kalor, tabel A-9), sehingga dapat diperoleh kapasitas uap yang
dihasilkan:

Laju air = ρ x Q

= 995,26 kg/m3 x 2,0834 m3/jam

= 2073,53 kg/jam

Faktor koreksi terhadap kotoran/endapan F = 0,93 [4] gbr.10-11)

Mu = 2073,52 x 0,93

= 1928,38 kg/jam

Jadi perbandingan jumlah uap yang dihasilkan dengan bahan bakar yang dihabiskan
adalah 1928 : 210 = 9,18 : 1 kg uap/kg BB

Universitas Diponegoro
Semarang
126
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang

5.7 Efisiensi Berdasarkan Neraca Kalor

panas keluar
Efisiensi Boiler (η) = x 100%
panas masuk
Q(h g−h f )
Efisiensi Boiler (η) = x 100%
q × LHV
3200×(683,72−30,024)
efisiensi boiler= ×100 %
210 ×9575,714

efisiensi boiler=85,7 %

Keuntungan metode neraca kalor

- Pekerja pabrik dapat dengan cepat mengevaluasi efisiensi boiler


- Memerlukan sedikit parameter untuk perhitungan
- Memerlukan sedikit instrument untuk pemantauan
- Mudah membandingkan rasio penguapan dengan data benchmark

Kerugian metode neraca kalor

- Tidak memberikan petunjuk kepada operator tentang penyebab dari efisiensi


sistem yang lebih rendah.
- Tidak menghitung berbagai rugi-rugi yang berpengaruh pada berbagai tingkat
efisiensi.

Keuntungan metode dengan menghitung kerugian-kerugian (metode tidak


langsung)

Universitas Diponegoro
Semarang
127
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang

 Dapat diketahui neraca bahan dan energi yang lengkap untuk setiap aliran
yang dapat memudahkan dalam mengidentifikasi opsi-opsi untuk
meningkatkan efisiensi boiler.
Kerugian menggunakan dengan menghitung kerugian-kerugian
 Perlu waktu lama
 Memerlukan fasilitas laboratorium untuk analisis

5.8 Peluang Meningkatkan Efisiensi Boiler

Kinerja boiler dipengaruhi beberapa hal, antara lain mutu udara pembakaran, mutu bahan
bakar, perpindahan panas yang baik antara panas hasil pembakaran dengan air dalam tube-
tube dan temperatur flue gas/ gas buang.Untuk mengoptimalkan secara kontinu effisiensi
boiler diperlukan variasi dalam load, fuel dan kondisi boiler itu sendiri.

1. Temperatur flue gas/ gas buang


Besarnya temperatur flue gas/ gas buang menyebabkan kehilangan panas menjadi
besar pula. Temperatur flue gas/ gas buang ini berhubungan dengan jumlah udara yang
masuk, reaksi pembakaran yang terjadi dan proses perpindahan panas yang
berlangsung didalam boiler. Temperatur flue gas/ gas buang yang tinggi menunjukan
bahwa panas hasil pembakaran yang tidak terserap oleh air dan terbawa oleh flue gas/
gas buang cukup besar. Kondisi ini dikarenakan perpindahan panas dari gas ke ketel
uap tidak berlangsung dengan sempurna. Hal ini mungkin disebabkan oleh berbagai
faktor seperti terbentuknya endapan kerak akibat endapan-endapan pengotor air boiler
pada steam generating tube dan water wall tube yang merupakan tempat terjadinya
perpindahan panas .

Temperatur yang tinggi dapat dimanfaatkan untuk memanaskan udara


pembakaran (air preheater) atau untuk memanaskan air umpan ketel uap. Pemanasan
udara pembakaran dengan memanfaatkan temperatur flue gas/ gas buang dapat

Universitas Diponegoro
Semarang
128
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
menurunkan resiko kerugian kalor, karena dengan tingginya udara pembakaran berarti
fuel gas yang diperlukan untuk pemanasan udara supaya tercapai titik nyala tidak
begitu banyak. Sehingga kebutuhan akan fuel gas untuk memanaskan udara relatif
lebih rendah. Dengan demikian penggunaan bahan bakar dapat ditekan.

2. O2 Berlebih
Jumlah udara pembakaran yang disuplai untuk bercampur dengan bahan bakar
haruslah menghasilkan flameable mixture. Untuk menjamin bahwa semua bahan bakar
terbakar sempurna, oksigen harus disuplai cukup atau berlebih dari kebutuhannya.
Akan tetapi bila oksigen disuplai terlalu banyak, hal ini juga kurang effektif karena
dapat menyebabkan kehilangan panas sebab sebagian panas digunakan untuk
pemanasan udara. Sedangkan bila disuplai kurang akan terjadi pembakaran yang tidak
sempurna. Dalam pembakaran ini flue gas/ gas buang yang terbentuk adalah CO2.

3. Mutu bahan bakar


Didalam pembakaran, bereaksinya fuel dengan oksigen akan menghasilkan panas.
Komposisi fuel ini akan mempengaruhi besarnya panas yang dihasilkan. Spesifikasi
fuel dapat mempengaruhi nilai panas dari pembakaran tersebut. Nilai panas per satuan
berat untuk natural gas, propana dan butana mempunyai nilai panas yang lebih tinggi
daripada fuel cair atau padat. Tetapi pada fuel tersebut banyak mengandung hidrogen
yang pada waktu terjadinya pembakaran akan banyak terbentuk uap air dalam
pembakaran. Uap air ini akan berubah fasanya dengan mengambil energi waktu
terjadinya proses pembakaran. Sehingga kadar uap air tersebut menjadi rendah,
akibatnya fuel ini mempunyai effisiensi pembakaran yang kecil. Hal ini yang
menyebabkan dalam volume yang sama pada saat pembakaran, fuel liquid/solid
mempunyai panas lebih tinggi disebabkan kandungan hidrokarbon yang tinggi (higher
specific gravity) dari pada fuel gas.

Universitas Diponegoro
Semarang
129
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang

Bab VI

Penutup

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penulisan laporan kerja praktek ini dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut:

1. Dari hasil perhitungan effisiensi boiler PT. KIMIA FARMA MANUFAKTUR


Semarang menunjukkan bahwa boiler tersebut memiliki effisiensi sebesar
82,794%. Padahal berdasarkan performance test awal, boiler tersebut memiliki
effisiensi sekitar 87%. Hal ini menunjukkan bahwa boiler tersebut telah
mengalami penurunan performance, tetapi masih dalam keadaan yang baik
untuk tetap digunakan.
2. Faktor yang menyebabkan turunnya effisiensi boiler tersebut adalah karena
adanya Heat Losses (Kerugian kalor).
3. Faktor terbesar yang menurunkan efisiensi boiler tersebut adalah Kerugian kalor
untuk menguapkan moisture hasil pembakaran H2O dalam bahan bakar
(5,956%) dan rugi cerobong (6,97). Disamping itu, Penyebab lain turunnya
effisiensi boiler tersebut bila dibandingkan dengan performance test awal
disebabkan oleh: kerugian karena isolasi yang sudah tua (Rugi Isolasi), Seal
Plate Air Heater sudah over size, Perpindahan panas pada pipa tidak sempurna
karena kerak bagian luar / dalam.
6.2 Saran

Universitas Diponegoro
Semarang
130
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang
Untuk mengurangi penurunan efisiensi operasional maka hal-hal yang harus
diperhatikan adalah sebagai berikut:

1. Melakukan pengontrolan yang ketat terhadap kandungan air pada feed water
sebelum masuk ke ketel uap.
2. Pengecekan secara berkala terhadap isolasi pipa penyalur uap dan langsung
mengganti isolasi pipa yang rusak.
3. Pengecekan berbagai macam katup yang ada pada ketel uap, harus diperhatikan
bahwa semua katup dapat berfungsi dengan baik.
4. Menggunakan air sisa kondensasi untuk menghemat kebutuhan air untuk feed water
yang terbuang percuma.

Universitas Diponegoro
Semarang
131
Laporan Kerja Praktek
PT. Kimia Manufaktur Semarang

Daftar Pustaka

1 Djokosetyardjo, IR. M. J, 2003, Ketel Uap, Cetakan Kelima, Pradnya Paramita. Jakarta.
2 El-Wakil,M.M.,Jasjfi, MSc, Ir. E., 1992, Instalasi Pembangkit Daya, Erlangga, Jilid I,
Jakarta.
3 Holman, JP, 1981, Heat Transfer, Mc Graw Hill Book Inc., Edisi ke 5, Jakarta.
4 Muin, Syamsir A, 1988, Pesawat-Pesawat Konversi Energi, Rajawali Pers, edisi ke 1,
Jakarta.
5 Reynold, William C., Perkins, Henry C., 1994, Termodinamika Teknik, Erlangga, Edisi
Kedua, Jakarta.
6 Stultz, S,C and Kitto.,1992, STEAM its Generation and Use, Babcock & Wilcox, edisi
40.
7 Tambunan., 1984, Ketel Uap, Karya Agung, Jakarta.
8 www.energyefficiencyasia.org., Pedoman Efisiensi Energi Untuk Industri di Asia, (18
November 2009)

Universitas Diponegoro
Semarang
132

You might also like