You are on page 1of 49

MAKNA HIJRAH DALAM MEMBENTUK PRIBADI MUSLIM

Oleh : AF. Muntashir, S.Sos.I

³Bahwasanya semua amalan (aktifitas) manusia tergantung niatnya, dan bahwa bagi
tiap-tiap orang (balasannya) tergantung niatnya, barangsiapa yang hijrahnya karena
Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu akan mencapai (ridha) Allah dan Rasul -Nya
dan barangsiapa yang hijrahnya kerena kepentingan dunia atau karena untuk
menikahi seorang wanita, maka pahalanya sesuai dengan tendensi hijrahnya
tersebut´.
(H.R. Dua Imam Muhaddist, Bukhari dan Muslim, dari Amirul Mukminin Umar ibn
Khattab)

Hadist di atas sudah tidak asing lagi bagi kita, namun ketika membaca serta
memaknai kembali seakan kita baru mendengarnya, apalagi hadist tersebut
dikaitkan dengan kehidupan kita sekarang yang seakan -akan hampir sudah tidak
memiliki orientasi ukhrawi. Para Ulama telah sepakat semisal Imam Asy Syafi¶i dan
yang lainnya, ketika mengomentari bahwa hadist ini merupakan sepertiga ilmu.
Sebab, ia menerangkan tentang pangkal dari perbuatan manusia, yaitu niat. Niatlah
yang menentukan diterima dan tidaknya sebuah amalan. Oleh karena itulah,
memaknai, memahami serta mengamalkan hadist ini amatlah penting bagi s eorang
muslim.
Salah satu makna terpenting dari hadist yang dapat kita ambil, yakni makna hijrah.
Hijrah dari akar kata hajara -yahjuru artinya meninggalkan, memutuskan.
Meninggalkan Makkah menuju Madinah, sebagaimana yang dilakukan para Sahabat
atau meninggalkan Makkah menuju Habasyah. Namun Rasul bersabda ³tidak ada
hijrah setelah fathu Makkah (panaklukan Makkah)´. Akan tetapi hijrah di sini dalam
arti yang lebih umum yaitu meninggalkan atau memutuskan segala sesuatu yang
dilarang oleh Allah Swt.
Terdapat korelasi yang sangat erat sekali antara makna hijrah dengan membangun
kepribadian muslim. Sebab selain mengandung makna di atas, makna hijrah
memiliki dimensi semangat melakukan perubahan (taghyir). Artinya pribadi muslim
adalah pribadi yang selalu melaku kan perubahan dalam dirinya. Kata muslim secara
harfiah berasal dari kata dasar salima yaslamu yang artinya selamat, kemudian
dibentuk kata aslama yuslimu islaman yang bermakna masuk Islam. Jadi, Muslim
berarti µorang yang masuk Islam¶ (orang yang selalu m enyelamatkan dirinya dengan
melakukan suatu perubahan). Dengan maksud perubahan dengan meninggalkan
atau memutuskan segala sesuatu yang dilarang Allah menuju kepada segala hal
yang diperintahkan Allah Swt, yaitu syari¶at Islam. Allah Swt. berfirman yang ar tinya;
Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka
dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah
tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang
ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap
sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali -kali tak ada
pelindung bagi mereka selain Dia. (Q.S. ar -Ra¶d [13] : 11)
Perubahan banyak perubahan, namun perubahan yang paling mendasa r yakni
kesadaran eksistensi diri manusia sebagai hamba Allah Swt. Karena kesadaran ini
mendorong kepada kesadaran penghambaan atau beribadah kepada -Nya. Imam al-
Ghazali membagi tingkatan hamba berdasarkan tingkat kesadaran
penghambaannya kepada Allah, ant ara lain; Pertama, hamba yang selamat (µabdun
salim), yaitu hamba yang mencukupkan pada pemenuhan kewajiban semata dan
tidak melakukan maksiat, seperti shalat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan,
dll. Kedua, hamba yang beruntung (µabdun rabih), yaitu ha mba -selain memenuhi
kewajiban- yang memperbanyak amalan-amalan sunnah untuk lebih mendekatkan
diri kepada Allah dan tidak melakukan maksiat. Ketiga, hamba yang rugi (µabdun
khasir), yaitu hamba yang melalaikan kewajiban -kewajiban, seperti shalat, puasa
dan lain-lain.
Kemudian Imam al-Ghazali memberikan nasehat dengan mengatakan ³apabila
kamu tidak bisa menjadi hamba yang beruntung, maka berusahalah menjadi hamba
yang selamat. Dan jauhkanlah dirimu dari menjadi hamba yang rugi´.
Makna hijrah akan terasa lebih bermakna apabila disertai dengan aspek taubat.
Taubat secara harfiah bermakna µkembali¶. Secara definitif, taubat adalah
kembalinya seorang hamba dari sifat -sifat tercela menuju kepada sifat -sifat yang
terpuji. Artinya meninggalkan segala sifat -sifat kehinaan menuju sifat-sifat
kemuliaan. Rasulullah bersabda ³Matilah sebelum kamu semua mati´. Dengan kata
lain ³Kembalilah sebelum kamu benar -benar kembali´. Seorang pribadi muslim
ketika telah terbimbing secara benar akan eksistensi dirinya sebagai hamba Allah,
maka ia akan melakukan pelayanan yang layak disertai kesadaran dan kemauan
untuk Allah semata dan diridhai -Nya. Sehingga dalam dirinya akan senantiasa
terbangun jiwa untuk selalu bertaubat atau kembali dari peribadatan yang tidak layak
dan selayaknya sebagai hamba menuju peribadatan yang pantas dan layak sebagai
hamba Allah yang sejati.
Rasulullah Saw. bersabda ³Orang yang cerdas adalah orang yang menghambakan
dirinya dan berbuat yang akan ada sesudah mati´. Pribadi muslim adalah seorang
yang berkepribadian cerdas yang selalu nampak dalam dirinya sikap penghambaan
kepada Allah Swt, menyerahkan serta mengembalikan segala urusannya
kepadaNya, meninggalkan sifat -sifat tercela dan berhiaskan dengan sifat -sifat yang
terpuji, sebagaimana sabda Rasulullah ³B erakhlaklah kalian dengan sifat -sifat Allah
Swt´. Dan juga nampak dalam dirinya sikap dan keputusan yang selalu menuai
keberuntungan dalam hidup dan kehidupannya, apakah hal itu berkenaan dengan
dunia maupun akherat, dengan selalu mengembalikan dan menyera hkannya kepada
Allah Swt.
Hijrah seorang pribadi Muslim di sini bermakna kembalinya atau keluarnya seorang
jiwa dari kekangan nafsu binatang badaniahnya, dan menaklukkannya dengan
selalu melakukan perubahan (intropeksi diri ) dan peningkatan kualitas ibad ah. Jiwa
pada pribadi seperti ini dikatakan jiwa rasional. Jiwa yang telah mampu mencapai
kebebasan dalam arti telah memenuhi tujuan penciptaan dan kehadirannya;
mencapai kedamaian tertinggi, merdeka dan bebas dari belenggu nasib yang kejam,
bebas dari perselisihan yang gaduh serta neraka kejahatan manusia. Jiwa rasional
yang telah terbangun di dalam istana spiritual, dalam al -Qur¶an disebut dengan al -
nafs al-muthmainnah. Allah Swt. berfirman;
Hai jiwa yang tenang kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi
diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, Masuklah ke
dalam syurga-Ku. (Q.S. al-Fajr [89] : 27 - 30)

Sang waktu terus berjalan. Tak terasa kita masuki tahun baru 1424 Hijriah. Itu
artinya hijrah Rasulullah saw. beserta para s ahabatnya ke Madinah telah berumur
1432 tahun. Sebuah peristiwa bersejarah yg patut dikenang. Di dalamnya
terkandung makna dan keteladanan utk sebuah pengorbanan sejati yg
mengapresiasikan perlawanan akan kebatilan sekaligus sikap konsisten
mengedepankan kepentingan misi dari kepentingan apa pun. Agar ia tetap lestari
dan terjaga dari kepunahan meski karenanya harus berdarah -darah mereka harus
meninggalkan negeri harta sanak dan handai -taulan tercinta. Dalam ‘ 
 Al-Laits bin Sa¶ad mengutip sebuah riwayat dari Ibunda Aisyah r.a. adl
Rasulullah saw. bersuka-cita saat jumlah pengikutnya mencapai tujuh
puluh orang krn itu artinya Allah telah membuatkan ³tameng pertahanan´. Bukan
sembarangan mereka terdiri dari kaum profesional di bidang peperangan
persenjataan dan pembelaan. Toh permusuhan dan penyiksaan kaum musyrik
bertambah gencar dan berat. Bahkan tingkat siksaan dan celaan yg dirasakan
sahabat belum pernah dialami sebelumnya. Mereka pun mengadu kepada
Rasulullah saw. dan meminta izin utk berhijrah. Pengaduan dan permintaan itu
dijawab oleh Rasulullah saw. ë   
   
   
          
 
    Para sahabat kemudian hijrah secara bergelombang d an tentu
saja dgn sembunyi-sembunyi kecuali Umar bin al-Khattab r.a. Dengan tegas Umar
bahkan bersuara lantang ³Barangsiapa ingin ibunya kehilangan anaknya atau
istrinya menjadi janda atau anaknya menjadi yatim piatu hendaklah ia
menghadangku di balik lemb ah ini.´ Sebuah tantangan yg antiklimaks krn tak satu
pun orang kafir Quraisy yg berani menampakkan batang hidungnya. Tibalah
Rasulullah di Yatsrib setelah sebelumnya para sahabatnya lbh dulu sampai. Belia
disambut dgn penuh suka cita oleh sahabat Anshar. Yatsrib di kemudian hari diganti
namanya menjadi Al-Madinah al-Munawwarah. Hijrah itu sekaligus menjadi tonggak
awal dimulainya kalender Islam. Makna Hijrah Secara harfiah hijrah artinya
berpindah. Secara istilah ia mengandung dua makna hijrah  dan
hijrah  . Hijrah  artinya hijrah secara fisik berpindah dari suatu
tempat yg kurang baik menuju yg lbh baik dari negeri kafir menuju negeri Islam.
Adapun hijrah maknawi artinya berpindah dari nilai yg kurang baik menuju nilai yg
lbh baik dari kebatilan menuju kebenaran dari kekufuran menuju keislaman.
Ringkasnya hijrah kepada tuntunan Allah dan Rasul -Nya. Makna terakhir oleh Ibnu
Qayyim bahkan dinyatakan sebagai    . Alasannya hijrah fisik
adl refleksi dari hijrah maknawi it u sendiri. Dua makna hijrah tersebut sekaligus
terangkum dalam hijrah Rasulullah saw. dan para sahabatnya ke Madinah.
Secara  jelas mereka berjalan dari Mekah ke Madinah menempuh padang
pasir sejauh kurang lbh 450 km. Secara maknawi juga jelas mereka hijrah demi
terjaganya misi Islam. Al-Qahthani menyatakan bahwa hijrah sebagai urusan yg
besar. Hijrah berhubungan erat dgn   .    
  bahkan ia termasuk manifestasi yg paling penting. Penting krn
menyangkut ketepatan sikap seorang muslim dalam memberikan perwalian
kesetiaan dan pembelaan. Juga menyangkut ketepatan seorang muslim dalam
menampakkan penolakan dan permusuhan kepada yg patut dimusuhi. Dalam
sejarah para rasul juga dekat dgn tradisi hijrah dan semua ata s semangat
penegasan batas sebuah loyalitas kesetiaan keimanan yg berujung pada menuju yg
lbh baik atas rida Allah. Sebut misalnya Nabi Ibrahim Khalilullah beliau telah
melakukan hijrah beberapa kali dari Babilon ke Palestina dari Palestina ke Mesir dari
Mesir ke Palestina lagi semua demi risalah suci. Termasuk hijrah beliau dari
Palestina menuju Mekah yg dalam perkembangannya menjadi syariat haji. Adalah
Ibrahim a.s. yg baru dikarunia Ismail anak yg selama ini dinanti harus meninggalkan
Palestina bersama istrinya Hajar menuju tanah gersang tak bertuan. Di tempat itulah
Ibrahim meninggalkan anak dan istrinya dgn hanya dibekali sekantong makanan dan
seteko air. Ibnu Katsir menceritakan dalam tafsirnya Saat Nabi Ibrahim hendak
berlalu sang istri menarik tali kekang tunggangannya dan bertanya ³Apakah Kanda
akan meninggalkanku bersama anakmu di tempat yg tiada tanaman lagi tak
bertuan?´ Ibrahim a.s. terdiam. Hajar mengulangi pertanyaannya hingga tiga kali dan
tetap saja Ibrahim diam. Sampai akhirnya Hajar menggan ti pertanyaan ³Apakah
Allah yg memerintahkanmu melakukan hal ini.´ ³Benar´ jawab Ibrahim. Hajar
menimpali ³Jika demikian Allah tidak akan mempersulit kami.´ Sungguh sebuah
dialog yg menusuk hati merefleksikan keimanan yg amat dalam sebuah ketundukan
sekaligus pengorbanan yg menakjubkan. Terpancar sikap tawakal yg begitu tinggi
bahwa hanya Allah Yang Maha Menghidupkan Maha Memberi Rezeki Maha
Mematikan. Sempurnalah implementasi hijrah pada diri Ibrahim a.s. dan keluarganya
baik secara  maupun maknawi. Ibrah dari Hijrah Pelajaran yg nyata dari
peristiwa hijrah adl sebuah pengorbanan. Setelah para sahabat keluar dari ujian
berupa siksaan dan cercaan dari Kafir Quraisy di Mekah tidak otomatis menjadikan
mereka bebas dari ujian berikutnya. Yang paling gambla ng adl cobaan
meninggalkan kemapanan. Tengoklah bagaimana sahabat meninggalkan keluarga
tercinta rumah pekerjaan tanah air dan sanak kadang. Secara lahiriyah umumnya
naluri manusia akan menyatakan ujian itu sungguh berat. Meninggalkan
nilai material yg barangkali selama ini mereka rintis dan perjuangkan. Berpindah ke
suatu tempat asing yg penuh spekulasi. Toh kecintaan para sahabat akan Islam
mengalahkan kecintaan pada semua itu. Kesucian akidah di atas segalanya. Hal ini
sekaligus menegaskan betapa maslaha t din menempati pertimbangan tertinggi dari
maslahat-maslahat yg lain. Pelajaran lain hijrah menegaskan adanya perseteruan
abadi antara kebatilan versus kebenaran. Ibarat minyak dan air ia tidak akan bisa
bertemu karenanya adl sebuah utopia upaya -upaya ³mengawinkan´ antara nilai
Islam dgn     yg bertentangan dgn Islam terlebih jika dilandasi nafsu
mendahulukan budaya ketimbang nilai Islam atas nama pluralisme dan humanisme.
Pelajaran berikutnya adl perseteruan kebenaran versus kebatilan mengharusk an
manusia memilih salah satu di antara keduanya tidak ada sikap ³non -blok´. Allah
SWT berfirman yg artinya ³Kebenaran itu datang dari Rabb -mu maka jangan sekali-
kali engkau termasuk orang yg ragu-ragu.´ . Untuk menangkap spirit hijrah lbh jauh
rumusan sederhana Ibnu Qayyim cukup menarik katanya dalam kata hijrah
terkandung arti berpindah ³dari´ dan berpindah ³menuju´. Maksudnya berpindah dari
yg semula tidak sesuai dgn tuntunan Allah dan Rasul -Nya menuju kepada yg sesuai
dgn tuntunan Allah dan Rasul -Nya. Jika rumusan global tersebut betul-betul dihayati
tiap muslim utk selanjutnya secara konsisten diterapkan dalam sendi -sendi
kehidupan barangkali nasib umat Islam secara umum akan lbh baik dari sekarang.
Seorang koruptor akan berhenti dari korupsinya para pr eman akan menghentikan
aksi bromocorahnya tidak ada lagi muslim penimbun orang miskin akan bersuka cita
krn kucuran infak para dermawan. Para dai berhenti bersengketa antar mereka
dalam urusan yg kurang prinsip dan seterusnya. Lantas mengapa kenyataannya
tidak demikian? Barangkali krn kita kurang menghayati dan mengamalkan arti hijrah
sebagaimana mestinya. Wallahu a¶lam. . Referensi 1.  ‘‘ Ibnu
Katsir2. ‘   Muhammad Sa¶id al-Qahthani3.
  Dr.
Muhammad Sa¶id Ramadhan al-Buthi Al-Islam -    
   
 
 

sumber file al_islam.chm

Kehadiran bulan Muharram bagi umat Islam merupakan momentum penting sebagai
awal tahun baru dalam kelender Islam. Sejak ditetapkannya oleh khalifah Umar bin
Khattab, umat Islam seantero dunia memperingatinya sebagai tahun baru, sekaligus
medium melakukan introspeksi atas aktivitas ibadah dan keimanannya pada tahun
sebelumnya, bahkan menyiapkan upaya peningkatan kualitas ibadah, keimanan
serta ketaqwaaannya untuk tahun mendatang.

Peristiwa-peristiwa besar yang patut direfleksikan kembali dalam bulan Muharram


yang terekam secara tersurat dalam sejarah Islam yakni, Nabi Adam AS bertemu
dengan Hawa pasca dieksekusi dari surga ke bumi. Peristiwa besar lain nya adalah,
Nabi Nuh AS mendarat perahunya setelah dilanda banjir bah maha dahsyat,
demikian juga nabi Ibrahim AS selamat dari kobaran api saat dibakar pasukan
Namrudz.

Pada masa yang sama juga, Nabi Musa AS terselamatkan dari kejaran bala tentara
Firaun dengan menyeberangi laut merah. Kemudian paling monumental adalah
peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Mekkah menuju Madinah.

Bahkan peristiwa hijrahnya nabi tersebut, oleh khalifah Umar bin Khattab, dijadikan
sebagai awal tahun baru dalam kalender Islam. Perhitungan tahun Islam atas
prakarsa Khalifah Umar tersebut yang dipopulerkan sebagai tahun hijriyah yang
penetapannya sejak rasul hijrah pada tahun 622 Masehi.

Kebijakan khalifah itu merupakan momentum sebagai awal tahun Islam. Di antara
alasan penetapa tersebut adalah hijrah merupakan pemisahan periode Mekkah dan
Madinah.

Secara historis, umat Islam pada periode awal di Mekkah mengalami pengebirian
dan penyiksaan dari kaum kafir atas prakarsa Abu Jahal dan Abu Lahab. Bagi nabi
dan sahabatnya, periode Mekkah pra hijrah merupakan ujian terberat dari langkah
awal mendakwahkan Islam sebagi ajaran yang benar yang banyak ditantang kaum
kafir jahiliyah.

Untuk melepaskan dari hegemoni kaum jahiliyah Mekkah itu, nabi memutuskan
untuk hijrah atas petunjuk Allah dengan meninggalkan kampung kelahiran, harta dan
keluarga yang dicintainya dengan berjalan kaki tidak kurang dari 500 Km menuju
Madinah.

Pasca hijrahnya nabi bersama sahabat ke Madinah merupakan awal pencerahan


dan perubahan nasib umat Islam. Sebab selama di Mekkah, umat Islam yang masih
minoritas ditindas dan dimusihi, sebaliknya di Madinah justru mendapatkan
perlakuan cukup baik dari kaum Anshar.

Dalam hal ini, peristiwa hijrah nabi sejatinya dimaknai sebagai bagian terpenting
dalam sejarah Islam, yakni tonggak awal kebangkitan Islam.

Di Madinah secara bersama-sama dengan sahabatnya, nabi mulai membangun


peradaban Islam yang selama ini banyak diadopsi sebagai masyarakat madani.
Yakni, sebuah tatanan kehidupan masyarakat dibangun dan diwujudkan sesuai
internalisasi ajaran Islam yang diprakarsai nabi.
Selain itu, hijrah nabi juga merupakan pemisah antara periode Mekkah yang
terkungkung dari kaum jahiliyah beralih ke Madinah yang justru menjadi negeri
pembebasan sekaligus mencerminkan heteronitas umat baik muslim maupun non
muslim hidup selaras dengan merujuk pada piagam Madinah.

Momentum hijrah yang menjadi awal kebangkitan peradaban Islam yang


menyejarah. Nabi menancapkan pilar peradaban Islam di Madinah sebagai tonggak
perjuangan umat paling st rategis.

Dalam konteks lebih luas, perintah hijrah bukan hanya secara seremonial bagi nabi,
tetapi menjadi medium pembelajaran bagi umat Islam untuk melakukan perubahan.
Baik perubahan fisik maupun non fisik seperti perubahan mental dan prilaku yang
lebih baik dan terpuji.

Usaha-usaha untuk melakukan perbaikan, terutama untuk memperbaiki kualitas


individual maupun kualitas kolektif anak bangsa. Keterbelakangan umat manusia
harus disikapi lebih arif dengan melakukan hijrah individual dengan membenahi
kepribadian menuju perbaikan moral keluarga dan masyrakat -bangsa.

c  

Setiap tahun umat Islam menyambut tahun hijriyah, hijrah dimaknai lebih luas yakni,
kita harus hijrah nilai, misalnya hijrah dari nilai budaya yang buruk menuju nilai
budaya yang Islami. Dalam pengertian ini, ghirah atau semangat hijrah yang patut
diimplementasikan sekarang ini, bukan lagi dalam pengertian fisik, tetapi hijrah
secara kontekstual dengan meninggalkan segala peradaban atau nilai -nilai yang
tidak baik dan tidak urgen menuju peradaban yang lebih baik yang diridhai Allah dan
dapat diterima umat manusia pada umumnya.

Menyingkapi kondisi sekarang, perilaku yang menyimpang yang dilakukan baik


prilaku masyarakat biasa dengan pelbagai kejahatan dan kriminalitas yang telah
mencerminkan kehidupan penuh kekerasan, sepatutnya ditinggalkan dengan
berhijrah kepada kehidupan yang lebih baik.

Demikian halnya dengan pola kehidupan pejabat yang banyak melakukan


penyimpangan atas amanah rakyat. Seperti melakukan korupsi atau perbuatan
mungkar lainnya sebagai fenomena fasad berupa pengrusakan dimuka bumi tanpa
kontrol, maka idealnya mereka berhijrah dari perilaku tersebut menuju ke jalan yang
baik dengan mengembang amanah dan kepercayaan rakyat dengan penuh
tanggung jawab.

Artinya, pada saatnya untuk melakukan hijrah menuju pada internalisasi nilai -nilai
Islami.

Ravitalisasi makna hijrah yang dikontekstualkan dalam kehidupan sekarang ini,


menjadi keniscayaan dengan mengubah sistem seperti yang dilakukan nabi pasca
hijrah dari Mekkah ke Madinah. Yakni membangun peradaban masyarakat madani
dengan sistem yang tertib, setiap orang mempunyai hak dan kewajiban yang sama
dengan membangun sistem sosial berupa mempersamakan orang -orang yang
beragam suku dan agama dalam masyarakat Madina tersebut.

Proses hijrahnya nabi dari Mekkah ke Madinah menyiratkan multiinterpretasi yang


sepatutnya diaktualisasikan dalam konteks kekinian dan kedisinian. Penulis
mengurai makna filosofis dan aplikasi hijrah tersebut dalam beberapa pemahaman
yakni, pertama, hijrah sepatutnya dimaknai sebagai ikhtiar untuk hijrah dari
keterbelakangan menuju ke kondisi lebih maju dan dinamis.
Keterbelakangan dalam konten tersebut melingkupi keterbelakangan secara
individual atau keterbatasan SDM, demikian juga keterbelakangan kolekt if. Dalam
hal ini, keterbelakangan negara -bangsa dalam mensejehterakan masyarakatnya
menuju kehidupan yang lebih layak dan sejahtera.

Kedua, hijrah secara universal dapat ditafsirkan sebagai proses perubahan atau
berhijrah dari sistem otoriter, era keterkungkungan menuju ke era keterbukaan dan
pembebasan. Melepaskan diri dari hegemoni tersebut menuju perubahan yang
memberi ruang untuk berekspresi dalam meraih kebebasan dan pembebasan,
termasuk keluar dari kungkungan rezim yang menindas.

Ketiga, dimensi hijrah dari kejahiliaan menuju ke arah pencerahan juga menjadi
makna dari hijrah itu sendiri. Melakukan rekonstruksi pendidikan dengan sistem
yang lebih baik dan efesien sebagai upaya melahirkan sumber daya yang potensial
masa mendatang demi kemaslahatan b angsa, menjadi keniscayaan.
Demikian beberapa interpretasi dan makna hijrah sebagai revitalisasi dengan
konteks kekinian. Hal ini sejatinya seorang Muslim menjadikan bulan Muharram
yang setiap tahunnya diperingati untuk membangun keshalehan individual dan
sosialnya. Sekaligus guna mengimplementasikan diri sebagi bagian Islam yang
rahmatan lil alamin, yang mengurai kedamaian dalam seluruh dimensi dan lini
kehidupan duniawinya sebagai bekal menuju perjalanan akhiratnya yang abadi.

Menyambut tahun baru Islam, 1 Muharram 1431 H, menjadi momentum bagi umat
Islam untuk melakukan interospeksi secara kolektif, guna melakukan perubahan dari
keadaan yang kurang baik menjadi lebih baik sebagai revitalisasi hijrah.
Meningkatkan spritualitas dan kesadaran keagamaan menj adi keniscayaan umat
Islam Indonesia, terutama ketika bangsa ini dihadapkan dengan berbagai musibah
yang sepatutnya direnungkan sebagai momentum menguji kualitas keimanan dan
keberislamannya dan patut direnungi untuk diambil hikmahnya.

Sebagai umat Islam, dalam menyambut Tahun Baru Islam, kita harus merefleksikan
dan mengaktualisasikan nilai -nilai yang terkandung dalam perjalanan hijrah nabi
secara kontekstual, yakni hijrah dari nilai-nilai yang buruk menuju penciptaan nilai
yang lebih baik.

Tahun hijriyah ini sepatutnya umat Islam baik secara personal maupun kolektif
seperti yang tergabung dalam ormas Islam seperti NU dan Muhammadiyah serta
yang lainnya, menjadikan hijrah merupakan momentum memasuki tahun baru untuk
melakukan perbaikan dalam kehidupan sos ial menuju perbaikan sistem demi
kebaikan dan kemaslahatan umat yang lebih luas, merubah sistem yang tiranik,
fasad dan menindas.

Untuk itu, upaya merevitalisasikan makna hijrah dapat diartikulasikan dalam


kehidupan personal, keluarga, sosial kemasyarakat an dan bernegara secara
sinergis. Bahkan kini saatnya bangsa ini berhijrah menuju sistem yang lebih arif
dengan sistem yang demokratis guna mewujudkan kehidupan keadilan sosial bagi
masyarakat luas.

Kearifan memaknai hijrah dengan melakukan transformasi k e arah yang lebih baik
dari sebelumnya, termasuk didalamnya keberanian untuk melakukan rekayasa
sosial dengan berbagai varian inovasinya. Dengan begitu, setiap kita sebagai insan
beradab melakukan perbaikan dalam pelbagai lini kehidupan sebagai cerminan
semangat hijrah dan menyambut tahun baru Islam dengan membuka lembaran baru
yang lebih baik di hari -hari mendatang.

*) oleh : V 

 
‘, Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN
Alauddin - Makassar

Setelah ada perintah dari Allah kepada Nabi Muhammad Saw. untuk berhijrah, Nabi
Saw. segera menyampaikannya kepada Abu Bakar dan mengajak sahabatnya itu
untuk berhijrah bersama. Abu Bakar menangis kegirangan dan langsung membeli
dua ekor unta dan menyerahkan kepada Nabi Saw agar memilih yang
dikehendakinya. Akan tetapi Nabi tidak mau menerima dengan gratis unta yang
ditawarkan sahabatnya itu. Setelah Abu bakar bersikeras agar unta itu diterima
sebagai hadiah, namun Nabi Saw. tetap menolak, akhirnya Abu Bakar setuju untuk
menerima sejumlah uang dari Nabi sebagai ganti dari harga unta yang dibelikannya
untuk Nabi Saw. Yang menjadi pertanyaan adalah; kenapa Nabi tidak mau
menerima pemberian Sahabatnya itu, padahal sebelumnya Nabi Saw. sering
menerima pemberian darinya?.
Nampaknya Nabi Saw. ingin memberikan pelajaran kepada kita bahwa hijrah
sebagai bentuk pengabdian kepada Allah membutuhkan pengorbanan maksimal dari
setiap orang yang melakukannya. Nabi bermaksud berhijrah dengan segala daya
yang dimilikinya, tenaga pikiran dan materi bahkan dengan jiwa dan raga beliau.
Dengan membayar harga unta tersebut, Nabi mengajarkan kepada kita bahwa
dalam mengabdi kepada Allah, tidak boleh mengabaikan sedikit pun kemampuan,
selama kemampuan itu ada pada kita.
Hijrah secara etimologi artinya berpindah. Secara terminologi ia mengandung dua
makna : hijrah makani (tempat/fisik), dan hijrah maknawi (nilai). Hijrah makani
artinya berpindah dari suatu tempat yang kurang baik menuju tempat yang lebih
baik, dari suatu negeri ke negeri yang lain yang lebih baik. Adapun hijrah maknawi
artinya berpindah dari nilai yang kurang baik menuju nilai yang lebih baik, dari
kebatilan menuju kebenaran, dari kekufuran menuju keislaman. Atau dengan kata
lain, hijrah kepada jalan yang di ridlai Allah dan Rasulnya.
Dalam konteks kekinian, hijrah Maknawi nampaknya yang harus lebih diprioritaskan
untuk dikaji, karena mayoritas umat hampir tidak memahami makna hijrah yang
sebenarnya yang dapat selalu diaktualisasikan dalam kehidupan nyata. Berikut
makna-makna hijrah yang dapat kita refleks ikan dalam setiap detik perkembangan
zaman.

Pertama: Hijrah dalam keyakinan (iµtiqadiyah).


Hijrah dalam konteks ini adalah menumbuhkan tekad dan komitmen penuh untuk
melakukan hijrah dari berbagai ³tuhan´ dalam hidup kita, termasuk tuhan -tuhan
tokoh, harta, kedudukan, persepsi dan lain -lain. Menuju kepada Tuhan Yang Maha
Tunggal, Allah SWT. Barangkali, wacana ketuhanan Ibrahim bisa menjadi contoh.
Ibrahim memulai menemukan tuhannya dalam bentuk bintang -bintang. Namun
karena timbul bulan yang kelihatannya l ebih besar dan bersinar, ia pun memiliki
keberanian untuk mengatakan ³tidak´ kepada bintang -bintang tersebut. beberapa
masa kemudian, ternyata bulan seolah menghilang dari pancaran mentari yang
bersinar. Maka dengan kebesaran jiwa yang dimilikinya, Ibrahim mampu
melepaskan diri dari mempertuhankan bulan menuju kepada keyakinan akan
ketuhanan matahari. Tapi tatkala matahari tengelam, ia pun berkesimpulan, ³inni
wajjahtu wajhiya lilladzi fathara as -samawaati wa al-ardh hanifan musliman wa maa
ana min al -musyrikiin´. Proses pencapaian kemurnian akidah Ibrahim ini adalah
contoh konkrit yang sering terjadi dalam kehidupan kita. Betapa kekaguman kita
terhadap seorang tokoh misalnya, namun jika pada ahirnya fakta mengharuskan kita
untuk mengambil sikap bersebelaha n, maka kita harus melakukannya. Sikap
sebagian ummat selama ini, yang cenderung mengidolakan (memberhalakan)
pemimpin sudah masanya diilhami oleh hijrah (perpindahan positif) kearah yang
lebih positif.

Kedua: Hijrah dalam pola ibadah (Ta¶abbudiyah).


Hijrah dalam konteks ini adalah menumbuhkan tekad dan komitmen penuh dari
ummat ini untuk melakukan perubahan konsepsi terhadap ibadah dalam Islam.
Selam ini ummat masih memahami makna ibadah sebagai kegiatan ritual yang
terlepas dari masalah -masalah sosial dalam kehidupannya. Konsekwensinya, terjadi
³personal split´ (personalitas yang kontradiktif), di satu sisi merasa menjadi hamba
yang saleh karena banyak melakukan haji, namun di sisi lain, tanpa menyadari,
menjadi hamba yang korup dalam berbagai bentuknya.? Pemahaman terhadap
konsepsi ibadah di atas sudah masanya dirubah, di -reform, sehingga ummat ini tidak
lagi kehilangan banyak kunci -kunci syurga. Kunci-kunci syurga dalam bentuk amal-
amal kemasyarakatan, termasuk dalam pengelolaan negara dan bangsa. Untuk ini,
khutbah jum¶at sudah harus dirubah isinya, yang selama ini melihat pembicaraan
mengenai hal-hal politis, di anggap tabu. Sebab hanya menyadarkan ummat akan
makna ibadah dalam proses amar ma¶ruf, penegakan keadilan dan penanaman
motivasi agar ummat bangkit melakukan kewajiban dan memperjuangkan hak,
ummat akan terhindar dari perilaku penguasa yang cenderung memperbudak.
Ketiga: Hijrah dalam bentuk moral dan etika (Akhlaqiyah).
Hijrah dalam konteks ini adalah perubahan perilaku, baik lahir maupun bathin , ke
arah yang Islami. Akhlaq yang di ajarkan oleh Islam sesungguhnya adalah perilaku
manusia yang universal. Satu contoh misalnya, ketika di musim haji anda akan
merasakan betapa sikap manusia akan beragam, termasuk yang sangat ³kasar´
(melompat di atas kepala sesama yang lagi duduk berdzikir) misalnya, padahal,
dalam hadis disebutkan bahwa di larang duduk di antara dua orang tanpa seizinnya
(hadits). Lalu bagaimana melompati kepala orang?

Keempat: Hijrah dalam pemikiran dan budaya (Aqliyah Tsaqafiyah).


Dalam konteks ini hijrah diartikan sebagai sebuah tekad untuk membenahi sistem
pemikiran dan cara pandang kita sebagai muslim. Salah satu ajaran penting Islam
dalam hal ini adalah bahwa manusia telah di muliakan dengan kemampuan
intelektual. Oleh sebab itu adalah pengingkaran terbesar terhadap ni¶mat Allah jika
kemampuan ini tersia-siakan, dengan mengekor kepada cara pandang orang lain
tanpa reserve. Termasuk cara pandang dalam melihat kehidupan misalnya. Amerika
yang di persepsikan sebaga ³the most super po wer´, cenderung diikuti dalam
berbagai kebijaknnya. Tanpa di sadari sebagian ummat ini terlibat dengan perilaku
ini, yang sesungguhnya pada saat yang sama terjatuh dalam sebuah penjajahan
baru, yaitu intellectual colonization (penjajahan intellektual).

Kelima: Hijrah dalam institusi keluarga (Usrawiyah).


Yaitu tekad dan komitman baru untuk melakukan perubahan dalam pola
pembangunan keluarga. Keluarga di sebutkan secara khusus karena keluarga
merupakan institusi terpenting untuk melakukan pembenahan -pembenahan dalam
kehidupan sosial kemasyarakatan. Gagalnya institusi keluarga merupakan
kegagalan dalam institusi dalam kemasyarakatan yang lebih luas. ? kalau selama
ini, sebagian ummat terlalu ³materialistic minded´ dalam membangun kehidupan
keluarganya, mungkin sudah masanya di lakukan pembenahan dengan perubahan
ke arah yang lebih seimbang antara ³material dan spiritual´. Jika ummat terlalu
termotivasi untuk mendidik anak ke jenjang tertinggi, dengan gelar doktor dalam
bidang ekonomi, politik, dan lain -lain. Mungkin sudah masanya di barengi dengan
pendidikan tertinggi pula dalam hal kerohanian. Intinya, hijrah ke arah kehidupan
keluarga yang Islami, yang di tandai oleh kesuksesan dunia akhirat (fiddunya
hasanah wa fil aakhirati hasanah).

Keenam: Hijrah dalam konteks sosial kemasyarakatan ( Ijtima¶iyah).


Hijrah dalam konteks ini berupa tekad dan komitmen dari semua anggota ummat ini
untuk melakukan perubahan -perubahan ke arah yang lebih positif dalam kehidupan
jama¶ahnya, dalam segala skala kehidupannya, baik po litik, ekonomi, legal, hukum
dan lain-lain. Untuk mencapai perubahan ini, di perlukan strategi -strategi yang
sesuai, yang menuntut kemampuan ijtihadiyah dari anggota ummat ini. Mungkin
akan keliru, jika ada di kalangan ummat ini yang mengaku bahwa metode
pencapaian jama¶ah yang paling benar adalah miliknya semata (eksklusif). Berbagai
kelompok, yang berada pada jalur ini (upaya pencapaiannya), berada pada
persimpangan ³ijtihadi´ yang mingkin benar dan mungkin salah. Yang pasti, bahwa
memang ada perbedaan ka dar kebenaran dan kesalahan yang di miliki masing -
masing kelompok tersebut. tinggal bagaimana agar kebenaran yang ada pada
masing-masing pihak dapat di koordinasikan sehingga mampu menutupi
kekurangan-kekurangan yang ada.
Apabila spirit hijrah secara makna wi ini dapat ditangkap dan dihayati oleh setiap
muslim untuk selanjutnya secara konsisten diterapkan dalam sendi -sendi kehidupan,
barangkali nasib umat Islam secara umum akan lebih baik dari sekarang. Krisis
multidimensional dan tantangan global seerta der asnya demoralisasi dengan
sendirinya akan terkikis habis.

c
   c       
Jumat, 03/12/2010 09:14 WIB | email | print | share

Tidak terasa, bulan demi bulan menjelang; tahun demi tahun pun berlalu. Kaum
Muslim kembali memasuki bulan Muharram, menandai datangnya kembali tahun
yang baru; kali ini memasuki Tahun Baru 1432 Hijrah. Tidak seperti ketika datang
Tahun Baru Masehi yang disambut dengan penuh semarak oleh masyarakat, Tahun
Baru Hijrah disikapi oleh kaum Muslim dengan µdingin -dingin¶ saja.

Memang, Tahun Baru Hijrah tidak perlu disambut dengan kemeriahan pesta. Namun
demikian, sangat penting jika Tahun Baru Hijrah dijadikan sebagai momentum untuk
merenungkan kembali kondisi masyarakat kita saat ini. Tidak lain karena peristiwa
Hijrah Nabi saw. sebetulnya lebih menggambarkan momentum perubahan
masyarakat ketimbang perubahan secara individual. Peristiwa Hijrah Nabi saw. tidak
lain merupakan peristiwa yang menandai perubahan masyarakat Jahil iah saat itu
menjadi masyarakat Islam. Inilah sebetulnya makna terpenting dari Peristiwa Hijrah
Nabi saw.

Ketidakmampuan kita memahami sekaligus mewujudkan makna terpenting Hijrah ini


dalam realitas kehidupan saat ini hanya akan menjadikan datangnya Tahun Baru
Hijrah tidak memberikan makna apa-apa bagi kita, selain rutinitas pergantian tahun.
Ini tentu tidak kita inginkan.

c    
Secara bahasa, hijrah berarti berpindah tempat. Adapun secara syarµi, para fukaha
mendefinisikan hijrah sebagai: keluar d ari darul kufur menuju Darul Islam. (An -
Nabhani, Asy-Syakhsiyyah al-Islâmiyyah, II/276). Darul Islam dalam definisi ini
adalah suatu wilayah (negara) yang menerapkan syariat Islam secara total dalam
segala aspek kehidupan dan yang keamanannya berada di tan gan kaum Muslim.
Sebaliknya, darul kufur adalah wilayah (negara) yang tidak menerapkan syariat
Islam dan keamanannya bukan di tangan kaum Muslim, sekalipun mayoritas
penduduknya beragama Islam. Definisi hijrah semacam ini diambil dari fakta Hijrah
Nabi saw. sendiri dari Makkah (yang saat itu merupakan darul kufur) ke Madinah
(yang kemudian menjadi Darul Islam).

Peristiwa Hijrah, paling tidak, memberikan makna sebagai berikut:

a  pemisah antara kebenaran dan kebatilan; antara Islam dan kekufuran;
serta antara Darul Islam dan darul kufur. Paling tidak, demikianlah menurut Umar bin
al-Khaththab ra. ketika beliau menyatakan: Hijrah itu memisahkan antara kebenaran
dan kebatilan. (HR Ibn Hajar).
  tonggak berdirinya Daulah Islamiyah (Negara Islam) untuk pertama kalinya.
Dalam hal ini, para ulama dan sejarahwan Islam telah sepakat bahwa Madinah
setelah Hijrah Nabi saw. telah berubah dari sekadar sebuah kota menjadi sebuah
negara Islam; bahkan dengan struktur yang ²menurut cendekiawan Barat, Robert N.
Bellah²terlalu modern untuk ukuran zamannya. Saat itu, Muhammad Rasulullah
saw. sendiri yang menjabat sebagai kepala negaranya.
 
 awal kebangkitan Islam dan kaum Muslim yang pertama kalinya, setelah
selama 13 tahun sejak kelahirannya, Islam dan kaum Musli m terus dikucilkan dan
ditindas secara zalim oleh orang -orang kafir Makkah. Demikianlah sebagaimana
pernah diisyarakatkan oleh Aisyah ra.:

Ϫ˶ ˸ϴϠ˴ϋ
˴ Ϧ
˴ Θ˴ ˸ϔϳ˵ ˸ϥ΃˴ Δ˴ ϓ˴ Ύ˴Ψϣ˴ Ϣ˴ Ϡ͉γ
˴ ϭ˴ Ϫ˶ ˸ϴϠ˴ϋ
˴ Ϳ
˵ ΍ ϰ͉Ϡλ
˴ Ϫ˶ ϟ˶Ϯ˵γέ˴ ϰ˴ϟ·˶ϭ˴ ϰ˴ϟΎ˴ό˴Η Ϳ
˶ ΍ ϰ˴ϟ·˶ Ϫ˶ Ϩ˶ ϳ˶ΪΑ˶ ˸Ϣϫ˵ Ϊ˵ Σ
˴ ΃˴ ή͊ ϔ˶ ϳ˴ ϥ
˴ Ϯ˵Ϩϣ˶ ˸ΆϤ˵ ˸ϟ΍ ϥ
˴ Ύ˴ϛ »

«˯˴ Ύ˴η Κ
˵ ˸ϴΣ
˴ Ϫ˵ Α͉ έ˴ Ϊ˵ Β˵˸όϳ˴ ϡ˴ ˸Ϯϴ˴ ˸ϟ΍˴ϭ ϡ˴ ϼ
˴ ˸γϹ
˶ ˸΍ Ϳ
˵ ΍ ή˴ Ϭ˴ ˸χ΃˴ ˸ΪϘ˴ ϓ˴ ϡ˴ ˸Ϯϴ˴ ˸ϟ΍ Ύ͉ϣ΄˴ ϓ˴

V
       
‘
 
  
 ‘
   !
"‘ 
   !
 
   
 
‘

 (HR al-Bukhari).
Setelah Hijrahlah ketertindasan dan kemalangan umat Islam berakhir. Setelah Hijrah
pula Islam bangkit dan berkembang pesat hingga menyebar ke seluruh Jazirah Arab
serta mampu menembus berbagai pelosok dunia. Setelah Rasulullah saw. wafat,
yakni pada masa Khulafaur Rasyidin, kekuasan Islam semakin merambah ke luar
Jazirah Arab.
Bahkan setelah Khulafaur Rasyidi n²yakni pada masa Kekhalifahan Umayah,
Abbasiyah, dan terakhir Utsmaniyah ²kekuasaan Islam hampir meliputi 2/3 dunia.
Islam bukan hanya berkuasa di Jazirah Arab dan seluruh Timur Tengah, tetapi juga
menyebar ke Afrika dan Asia Tengah; bahkan mampu menembus ke jantung Eropa.
Kekuasaan Islam malah pernah berpusat di Andalusia (Spanyol).

c
   c      
Dengan mengacu pada tiga makna Hijrah di atas, dengan mengaitkannya dengan
kondisi masyarakat saat ini, kita melihat:

a  Saat ini umat Islam hidup di dalam darul kufur, bukan Darul Islam.
Keadaan ini menjadikan umat Islam membentuk masyarakat yang tidak islami alias
masyarakat Jahiliah. Masyarakat Jahiliah tidak lain adalah masyarakat yang
didominasi oleh pemikiran dan perasaan u mum masyarakat yang tidak islami serta
sistem yang juga tidak islami.
Dalam konteks zaman Jahiliah modern saat ini, kita melihat, yang mendominasi
masyarakat adalah pemikiran dan perasaan sekular serta sistem hukum sekular,
yang bersumber dari akidah sekularisme; yakni akidah yang menyingkirkan peran
agama dari kehidupan. Saat ini masyarakat didominasi oleh pemikiran demokrasi
(yang menempatkan kedaulatan rakyat di atas kedaulatan Tuhan), HAM,
nasionalisme (paham kebangsaan), liberalisme (kebebasan), permis sivisme (paham
serba boleh), hedonisme (paham yang menjadikan kesenangan duniwai/jasadiah
sebagai orientasi hidup), feminisme (paham mengenai kesetaraan jender, pria -
wanita), kapitalisme, privatisasi, pasar bebas, dll.

Perasaan masyarakat pun didominasi ol eh perasaan ridha dan benci atas dasar
pandangan hidup sekular. Mereka meridhai semua yang bersumber dari akidah
sekular dan sebaliknya membenci semua yang bertentangan dengan pandangan
sekularisme; mereka meridhai demokrasi (yang menjunjung tinggi kedaula tan
manusia) dan sebaliknya membenci kedaulatan Tuhan untuk mengatur manusia;
mereka meridhai nasionalisme dan nation state (negara -bangsa) dan sebaliknya
membenci ikatan ukhuwah islamiyah dan kesatuan kaum Muslim di bawah satu
negara (Khilafah Islamiyah); mereka meridhai liberalisme (kebebasan),
permissivisme (paham serba boleh), hedonisme (paham yang menjadikan
kesenangan duniawi/jasadiah sebagai orientasi hidup), dan sebaliknya membenci
keterikatan dengan syariah/hukum -hukum Allah dan menjadikan akhirat sebagai
orientasi hidup mereka; mereka meridhai sistem ekonomi kapitalisme yang
berasaskan manfaat, ekonomi ribawi, privatisasi, dan pasar bebas dan sebaliknya
membenci sistem ekonomi Islam; mereka pun meridhai hukum -hukum kufur yang
bobrok dan sebaliknya membenci hukum-hukum Islam²seperti hukum cambuk,
hukum rajam, atau hukum potong tangan ²yang mendatangkan keadilan dan
rahmat bagi manusia.

Lebih dari itu, sistem yang mengatur masyarakat saat ini tidak lain adalah sistem
yang juga bersumber dari akidah sekularisme. Sebaliknya, sistem Islam²yakni
sistem ekonomi, politik, pemerintahan, peradilan, hukum, sosial, budaya maupun
pertahanan dan keamanan negara yang bersumber dari akidah Islam ²mereka
campakkan. Itulah realitas masyarakat Jahiliah pada zaman modern saat ini.

Karena itu, upaya mengubah masyarakat Jahiliah menjadi masyarakat Islam, itulah
di antara makna hakiki dari Peristiwa Hijrah Nabi saw. yang harus kita realisasikan
kembali saat ini. Caranya tidak lain dengan menggusur dominasi pemikiran,
perasaan, dan sistem sekular di tengah-tengah masyarakat saat ini; kemudian
menggantinya dengan dominasi pemikiran, perasaan, dan sistem Islam. Tanpa
berusaha mengubah ketiga unsur tersebut di tengah masyarakat Jahiliah saat ini,
masyarakat Islam yang kita cita-citakan tentu tidak akan pernah dapat diwujudkan.

  Saat ini tidak ada satu pun negeri Islam yang layak disebut sebagai Daulah
Islamiyah. Padahal kita tahu, di antara makna dari Peristiwa Hijrah Nabi saw. adalah
pembentukan Daulah Islamiyah, yang saat i tu ditegakkan di Madinah al -
Munawwarah.
Daulah Islamiyah yang dibentuk oleh Nabi saw. ²yang dalam perjalanan selanjutnya
setelah beliau wafat disebut sebagai Khilafah Islamiyah ²tidak lain adalah sebuah
negara yang memberlakukan syariat Islam secara kaffah d alam seluruh aspek
kehidupan. Karena itu, upaya membangun kembali Daulah Islamiyah atau Khilafah
Islamiyah ini seharusnya menjadi cita -cita bersama umat Islam yang betul-betul ingin
mewujudkan kembali makna Hijrah dalam kehidupan mereka saat ini.

 
 Saat ini keadaan umat Islam di seluruh Dunia Islam sangat memprihatinkan.
Di negeri-negeri di mana kaum Muslim minoritas, mereka tertindas. Bahkan, kaum
Muslim di Filipina (Moro), Thailand (Pattani), India (Kashmir), dan beberapa wilayah
lain merupakan saksi nyata kesengsaraan dan ketertindasan umat Islam saat ini.
Bahkan di negeri-negeri yang kaya akan kekayaan alam, namun mereka tak
berdaya, dengan mudah negeri mereka diduduki dan dijajah, lihatlah Afghanistan
dan Irak. Mereka ditindas hanya karena satu al asan, yakni karena mereka Muslim;
persis seperti orang-orang kafir Qurays dulu memperlakukan Nabi saw. dan para
Sahabatnya ketika di Makkah. Mereka sama sekali tidak diberi kesempatan untuk
memunculkan Islam, bahkan sekadar menampilkan identitas mereka seb agai
Muslim.
Sebaliknya, kaum Muslim yang tinggal di negeri -negeri di mana mereka mayoritas
pun, hukum-hukum Islam tidak bisa ditegakkan. Kaum Muslim yang berpegang
teguh pada aturan -aturan Allah SWT disisihkan. Mereka yang konsisten dalam
perjuangan menegakkan syariat Islam terus-menerus difitnah dengan berbagai cap
yang menyudutkan seperti ekstremis, radikal, fundamentalis, bahkan teroris!
Akibatnya, aspirasi Islam dibungkam dan para pejuangnya pun diburu, dijebloskan
ke penjara, bahkan dibunuh.

Kaum Muslim saat ini hidup tertekan dalam ³penjara besar´, yakni negeri mereka
sendiri, yang telah dikuasai oleh sistem kufur yang dikontrol oleh negara -negara kafir
Barat imperialis. Posisi umat Islam yang pernah mengalami masa kejayaannya sejak
zaman Nabi saw. sampai Kekhilafahan Ustmaniyah di Turki kini tinggal kenangan.

Apalagi setelah Peristiwa 11 September 2001, Islam dan kaum Muslim betul -betul
menjadi 'bulan-bulanan' AS dan sekutu -sekutunya. Padahal, kita tahu, di antara
makna dari Peristiwa Hijrah Nabi saw. adalah bangkitnya kaum Muslim setelah
mereka lama tertindas dan terzalimi (kurang -lebih 13 tahun) di negeri mereka
sendiri, yakni Makkah, sebagaimana diisyaratkan oleh Aisyah ra. di atas.

Karena itu, agar kaum Muslim dapat benar -benar mewujudkan kembali makna Hijrah
yang sebenarnya, tidak lain, umat ini harus segera melepaskan diri dari segala
bentuk kezaliman sistem kufur dan kekuasaan negara -negara imperialis Barat kafir,
yang nyata-nyata telah menimbulkan ketertindasan dan kemalangan kaum Muslim
dalam berbagai bidang kehidupan. Semua itu tidak lain hanya mungkin diwujudkan
dengan kembali berhijrah menuju Daulah Islamiyah.

Karena saat ini ditengah Islam tidak lagi diterapkan dalam kehidupan nyata dalam
sebuah negara, maka tugas seluruh kaum Muslimlah untuk mewujudkannya kembali
di tengah-tengah mereka. Caranya tidak lain dengan mengubah negeri -negeri
Muslim saat ini yang berada dalam kungkungan sistem kufur, yakni sistem
Kapitalisme-sekular, sekaligus menghimpunnya kembali dalam satu wadah negara,
yakni Daulah Islamiyah atau Khilafah Islamiyah.

  
Hanya dengan mewujudkan kembali ketiga makna Hijrah di ataslah kekufuran akan
lenyap digantikan oleh keimanan; kejahiliahan akan musnah tertutup cahaya Islam;
darul kufur akan terkubur oleh Darul Islam; dan masyarakat Jahiliah pun akan
berubah menjadi masyarakat Islam. Hanya dengan itu pula, insya Allah, umat Islam
saat ini akan berubah dari umat yang terhina menjadi umat yang akan meraih
kembali posisi terhormat sebagaimana yang dinyatakan oleh Allah SWT :
]Ϳ
˶ Ύ˶Α ϥ
˴ Ϯ˵Ϩϣ˶ ˸ΆΗ˵ϭ˴ ή˶ Ϝ˴ ˸ϨϤ˵ ˸ϟ΍ Ϧ
˶ϋ
˴ ϥ
˴ ˸ϮϬ˴ ˸ϨΗ˴ ϭ˴ ˶ϑϭ˵ή˸όϤ˴ ˸ϟΎ˶Α ϥ
˴ ϭ˵ήϣ˵ ˸΄Η˴ α
˶ Ύ͉ϨϠ˶ϟ ˸ΖΟ
˴ ή˶ ˸Χ΃˵ Δ˳ ϣ͉ ˵΃ ή˴ ˸ϴΧ
˴ ˸ϢΘ˵˸Ϩϛ˵ [

 
    
    #   
  
  
‘. (QS Ali Imran [3]: 110).

   
       

Menurut riwayat para ulama ahli tarikh yang masyhur, tarikh Islam mula -mula
ditetapkan oleh Umar bin Khattab r.a. ketika ia menjadi khalifah pada tahun 17
Hijrah. Menurut kisahnya, hal ini terjadi disebabkan pada suatu hari Umar menerima
sepucuksurat dari sahabatnya, Abu Musa Al-Asy¶ari r.a. tanpa dibubuhi tanggal dan
hari pengirimannya. Hal itu menyulitkan bagi Umar untuk menyeleksi surat yang
mana terlebih dahulu harus diurusnya, sebab ia tidak menandai antara surat yang
lama dan yang baru. Oleh sebab itu, Umar mengadakan musyawarah dengan orang
yang terpandang dikala itu untuk membicarakan serta menyusun masalah tarikh
Islam.
Dalam musyawarah tersebut ada beberapa pilihan tahun bersejarah sebagai
patokan untuk memulai tarikh Islam tersebut yaitu: tahun kelahiran Nabi Muhammad,
tarikh kebangkitannya menjadi Rasul, tahun wafatnya, atau ketika Nabi hijrah dari
Mekkah ke Madinah. Diantara pilihan tersebut maka akhirnya ditetapkanlah bahwa
dimulai dari hari berpindahnya (hijrahnya)Nabi Muhammad dari Mekkah ke Madinah
menjadi awal tarikh Islam yaitu awal tahun Hijriyah, sebagaimana dahulu telah
ditetapkan bahwa, hari Nabi Isa a.s. dilahirkan ditetapkan sebagai awal tahun
Miladiyah atau Masihiyah.
Kemudian setelah permulaan tahun itu diputuskan, maka dimusyawarahkan pula
bulan apa yang baik dipergunakan untuk tiap -tiap awal tahun tersebut.Akhirnya
setelah dipilih maka ditetapkanlah bahwa bulan Muharramlah yang dipergunakan
untuk permulaan tahun Islam.

      


 ‘
        
   "$ 
Hijrahnya Nabi sangat besar artinya dalam sejarah perkembangan da¶wah
Islamiyah. Karena setelah Nabi Muhammad hijrah ke Madinah, da¶wah Islam mulai
mencapai kejayaannya yang gemilang. Kalau sebelum hijrah ummat Islam adalah
golongan yang ditindas dan disiksa oleh kaum Musyrikin, maka setelah Nabi hijrah
kaum muslimin telah mempunyai kedudukan yang kuat dan telah terbentuk sebuah
negara Islamyang memiliki perat uran, pimpinan serta undang -undang tersendiri.
Oleh karena itu diharapkan peristiwa hijrah akan dikenang oleh umat Islam pada
tiap-tiap tahun bagaimana perjuangan yang gigih dan pengorbanan tenaga dan jiwa
raga Nabi serta para sahabatnya dalam meneggakkan Islam. Disamping itu hijrah
Nabi juga menunjukkan bahwa Allah memisahkan dan membedakan antara yang
haq dan yang bathil, membedakan mana yang benar dan mana yang salah.

‘  

       $ 

Pada dasarnya sebagaimana diriwayatkan bahwa Nabi keluar dari kota


Mekkah pada hari kamis akhir bulan Shafar, dan keluar dari tempat
persembunyiannya di Gua Tsur pada tanggal 2 Rabi¶ul Awwal (20 September 622
M) untuk menuju ke Madinah. Dan menurut al -Mas¶udi, Rasulullah memasuki
Madinah tepat pada malam hari 12 Rabi¶ul Awwal. Sementara Umar dan para
sahabat-sahabatnya menetapkan awal bulan hijriyah adalah bulan Muharram
bukannya bulan Rabi¶ul Awwal adalah semata -mata memandang bahwa bulan
Muharram adalah bulan yang mula -mula Nabi berniat untuk berhijrah. Selain itu di
bulan Muharram ini pulalah para jama¶ah haji baru selesai mengerjakan ibadah haji
dan pulang kenegerinya masing -masing. Dengan adanya keputusan yang demikian
itu, seolah-olah hijrah Nabi jatuh pada bulan Mu harram dan dipandang patut sebagai
permulaan tahun didalam Islam.
                          c   
      

        

      


     
 ! "   !   #$ %

   
Sirah Nabawiyah, Buku Kesatu, oleh: DR. Muhammad Sa¶id Ramadhan Al -Buthy
Riwayat Nabi Muhammad, jilid II, halaman : 30 ± 39

&'(c))*+*,-.,&

c             / /         #
c   / / 0       /  /     

   /   #  /           
         c     / 
   /   
   
      1         

    
c   #2  //  3               
           

#)   c    /   


         //  #2  //   /      
  / /          
      #
           ,4  $    /     %
    
     5        c   
  /    *   #
 6  *    /    6   !     
+      5  / /    /        /
      /  5   //  #2 
  0    /
 /          / #  /     / 
$7  %  /     6     /  $ /
 0         //     1%  /    
  
 
 / 5 5    /   !  
   #c                  !$!%
   !         #)        
        1)          
         
  c  # 
       /      //   /   5   
       !    * #c      /    
       0     c       /  
/    +  $ %     8        
              /       #
    0       /  //      
      /    /   #     /    
   /     98 
   c    5       /       /  
        //  $   % /  /  /  /   
  /  //     /             #
+           5     /    //  
 / /               /   
  //   /      /    //   / 
 //  /    5         # 
 
     ) c  !  )     
  
                //  
3   #)     5 / /      /    $,%
)         $:%   / /      /   $.%
        $-%    /    # 
*            //    * 
  
  /         5#;     
5  /     
           
  /      #;   /  5    
  
             /      /  
 #         
         /   
     //  #    
      
 /
 /   5 /    ) 8    
  //    
        c   /  
     8#*  /      8    
5   /           /    8# 
                  /    
      5      /      /   
      #  / /     
$  /   
       1 c  %#      / /   
  c   #    *      
  ,
 <       /  // ,=  =::c# /   
                     
  >: #
2 
     5 *           
           ,4       
   -     *   #$(    )5 
    /8     8          
   ,>.,>-      /85 555
     8%
2            c        
 /   c   c        /    
 /   #2 
       
      

   /    /5        /    
                   

   /  #2 
   /       /   5 
    # 
)  /     /               
   / / / 0   /         /
5  / 5   /              
 0       /       5 #1    

Sirah Nabi Muhammad SAW-M. H Haekal (8); Hijrah Ke Madinah

Posted on Januari 10, 2008 by yuari


Perintah Hijrah
RENCANA Quraisy akan membunuh Muhammad pada malam hari, karena
dikuatirkan ia akan hijrah ke Medinah dan memperkuat diri di sana serta segala
bencana yang mungkin menimpa Mekah dan menimpa perdagangan mereka
dengan Syam sebagai akibatnya, beritanya sudah sampai kepada Muhammad.
Memang tak ada orang yang menyangsikan, bahwa Muhammad akan menggunakan
kesempatan itu untuk hijrah. Akan tetapi, karena begitu kuat ia dapat menyimpan
rahasia itu, sehingga tiada seorangpun yang mengetahui, juga Abu Bakr, orang yang
pernah menyiapkan dua ekor un ta kendaraan tatkala ia meminta ijin kepada Nabi
akan hijrah, yang lalu ditangguhkan, hanya sedikit mengetahui soalnya. Muhammad
sendiri memang masih tinggal di Mekah ketika ia sudah mengetahui keadaan
Quraisy itu dan ketika kaum Muslimin sudah tak ada lag i yang tinggal kecuali
sebagian kecil. Dalam ia menantikan perintah Tuhan yang akan mewahyukan
kepadanya supaya hijrah, ketika itulah ia pergi ke rumah Abu Bakr dan
memberitahukan, bahwa Allah telah mengijinkan ia hijrah. Dimintanya Abu Bakr
supaya menemaninya dalam hijrahnya itu, yang lalu diterima baik oleh Abu Bakr.
Di sinilah dimulainya kisah yang paling cemerlang dan indah yang pernah dikenal
manusia dalam sejarah pengejaran yang penuh bahaya, demi kebenaran, keyakinan
dan iman. Sebelum itu Abu Bakr me mang sudah menyiapkan dua ekor untanya
yang diserahkan pemeliharaannya kepada Abdullah b. Uraiqiz sampai nanti tiba
waktunya diperlukan. Tatkala kedua orang itu sudah siap -siap akan meninggalkan
Mekah mereka sudah yakin sekali, bahwa Quraisy pasti akan mem buntuti mereka.
Oleh karena itu Muhammad memutuskan akan menempuh jalan lain dari yang
biasa, Juga akan berangkat bukan pada waktu yang biasa.
Ali di Tempat Tidur Nabi
Pemuda-pemuda yang sudah disiapkan Quraisy untuk membunuhnya malam itu
sudah mengepung rumahnya, karena dikuatirkan ia akan lari. Pada malam akan
hijrah itu pula Muhammad membisikkan kepada Ali b. Abi Talib supaya memakai
mantelnya yang hijau dari Hadzramaut dan supaya berbaring di tempat tidurnya.
Dimintanya supaya sepeninggalnya nanti ia ti nggal dulu di Mekah menyelesaikan
barang-barang amanat orang yang dititipkan kepadanya. Dalam pada itu pemuda -
pemuda yang sudah disiapkan Quraisy, dari sebuah celah mengintip ke tempat tidur
Nabi. Mereka melihat ada sesosok tubuh di tempat tidur itu dan me rekapun puas
bahwa dia belum lari.
Di Gua Thaur
Tetapi, menjelang larut malam waktu itu, dengan tidak setahu mereka Muhammad
sudah keluar menuju ke rumah Abu Bakr. Kedua orang itu kemudian keluar dari
jendela pintu belakang, dan terus bertolak ke arah sela tan menuju gua Thaur.
Bahwa tujuan kedua orang itu melalui jalan sebelah kanan adalah di luar dugaan.
Tiada seorang yang mengetahui tempat persembunyian mereka dalam gua itu selain
Abdullah b. Abu Bakr, dan kedua orang puterinya Aisyah dan Asma, serta pemb antu
mereka µAmir b. Fuhaira. Tugas Abdullah hari -hari berada di tengah -tengah Quraisy
sambil mendengar-dengarkan permufakatan mereka terhadap Muhammad, yang
pada malam harinya kemudian disampaikannya kepada Nabi dan kepada ayahnya.
Sedang µAmir tugasnya menggembalakan kambing Abu Bakr¶ sorenya diistirahatkan,
kemudian mereka memerah susu dan menyiapkan daging. Apabila Abdullah b. Abi
Bakr keluar kembali dari tempat mereka, datang µAmir mengikutinya dengan
kambingnya guna menghapus jejaknya.
Kedua orang itu tinggal dalam gua selama tiga hari. Sementara itu pihak Quraisy
berusaha sungguh-sungguh mencari mereka tanpa mengenal lelah. Betapa tidak.
Mereka melihat bahaya sangat mengancam mereka kalau mereka tidak berhasil
menyusul Muhammad dan mencegahnya berhubu ngan dengan pihak Yathrib.
Selama kedua orang itu berada dalam gua, tiada hentinya Muhammad menyebut
nama Allah. KepadaNya ia menyerahkan nasibnya itu dan memang kepadaNya pula
segala persoalan akan kembali. Dalam pada itu Abu Bakr memasang telinga. Ia
ingin mengetahui adakah orang -orang yang sedang mengikuti jejak mereka itu
sudah berhasil juga.
Kemudian pemuda-pemuda Quraisy ± yang dari setiap kelompok di ambil seorang
itu ± datang. Mereka membawa pedang dan tongkat sambil mundar -mandir mencari
ke segenap penjuru. Tidak jauh dari gua Thaur itu mereka bertemu dengan seorang
gembala, yang lalu ditanya.
³Mungkin saja mereka dalam gua itu, tapi saya tidak melihat ada orang yang menuju
ke sana.´
Ketika mendengar jawaban gembala itu Abu Bakr keringatan. Kuatir i a, mereka akan
menyerbu ke dalam gua. Dia menahan napas tidak bergerak, dan hanya
menyerahkan nasibnya kepada Tuhan. Lalu orang -orang Quraisy datang menaiki
gua itu, tapi kemudian ada yang turun lagi.
³Kenapa kau tidak menjenguk ke dalam gua?´ tanya kawan -kawannya.
³Ada sarang laba-laba di tempat itu, yang memang sudah ada sejak sebelum
Muhammad lahir,´ jawabnya. ³Saya melihat ada dua ekor burung dara hutan di
lubang gua itu. Jadi saya mengetahui tak ada orang di sana.´
Muhammad makin sungguh-sungguh berdoa dan Abu Bakr juga makin ketakutan. Ia
merapatkan diri kepada kawannya itu dan Muhammad berbisik di telinganya:
³Jangan bersedih hati. Tuhan bersama kita.´
Dalam buku-buku hadis ada juga sumber yang menyebutkan, bahwa setelah terasa
oleh Abu Bakr bahwa mereka yang mencari itu sudah mendekat ia berkata dengan
berbisik:
³Kalau mereka ada yang menengok ke bawah pasti akan melihat kita.´
³Abu Bakr, kalau kau menduga bahwa kita hanya berdua, ketiganya adalah Tuhan,´
kata Muhammad.
Orang-orang Quraisy makin yakin bahwa dalam gua itu tak ada manusia tatkala
dilihatnya ada cabang pohon yang terkulai di mulut gua. Tak ada jalan orang akan
dapat masuk ke dalamnya tanpa menghalau dahan -dahan itu. Ketika itulah mereka
lalu surut kembali. Kedua orang bersembunyi itu mend engar seruan mereka supaya
kembali ke tempat semula. Kepercayaan dan iman Abu Bakr bertambah besar
kepada Allah dan kepada Rasul.
³Alhamdulillah, Allahuakbar!´ kata Muhammad kemudian.
Sarang laba-laba, dua ekor burung dara dan pohon. Inilah mujizat yang di ceritakan
oleh buku-buku sejarah hidup Nabi mengenai masalah persembunyian dalam gua
Thaur itu. Dan pokok mujizatnya ialah karena segalanya itu tadinya tidak ada. Tetapi
sesudah Nabi dan sahabatnya bersembunyi dalam gua, maka cepat -cepatlah laba-
laba menganyam sarangnya guna menutup orang yang dalam gua itu dari
penglihatan. Dua ekor burung dara datang pula lalu bertelur di jalan masuk.
Sebatang pohonpun tumbuh di tempat yang tadinya belum ditumbuhi. Sehubungan
dengan mujizat ini Dermenghem mengatakan:
³Tiga peristiwa itu sajalah mujizat yang diceritakan oleh sejarah Islam yang benar -
benar: sarang laba-laba, hinggapnya burung dara dan tumbuhnya pohon -pohonan.
Dan ketiga keajaiban ini setiap hari persamaannya selalu ada di muka bumi.´
Akan tetapi mujizat begini ini tidak disebutkan dalam Sirat Ibn Hisyam ketika
menyinggung cerita gua itu. Paling banyak oleh ahli sejarah ini disebutkan sebagai
berikut:
³Mereka berdua menuju ke sebuah gua di Gunung Thaur sebuah gunung di bawah
Mekah ± lalu masuk ke dalamnya. Abu Bakr meminta anaknya Abdullah supaya
mendengar-dengarkan apa yang dikatakan orang tentang mereka itu siang hari, lalu
sorenya supaya kembali membawakan berita yang terjadi hari itu. Sedang µAmir b.
Fuhaira supaya menggembalakan kambingnya siang hari dan d iistirahatkan kembali
bila sorenya ia kembali ke dalam gua. Ketika itu, bila hari sudah sore Asma, datang
membawakan makanan yang cocok buat mereka Rasulullah s.a.w. tinggal dalam
gua selama tiga hari tiga malam. Ketika ia menghilang Quraisy menyediakan seratus
ekor unta bagi barangsiapa yang dapat mengembalikannya kepada mereka. Sedang
Abdullah b. Abi Bakr siangnya berada di tengah -tengah Quraisy mendengarkan
permufakatan mereka dan apa yang mereka percakapkan tentang Rasulullah s.aw.
dan Abu Bakr, sorenya ia kembali dan menyampaikan berita itu kepada mereka.
µAmir b. Fuhaira ± pembantu Abu Bakr ± waktu itu menggembalakan ternaknya di
tengah-tengah para gembala Mekah, sorenya kambing Abu Bakr itu diistirahatkan,
lalu mereka memerah susu dan menyiapkan dag ing. Kalau paginya Abdullah b. Abi
Bakr bertolak dari tempat itu ke Mekah, µAmir b. Fuhaira mengikuti jejaknya dengan
membawa kambing supaya jejak itu terhapus. Sesudah berlalu tiga hari dan
orangpun mulai tenang, aman mereka, orang yang disewa datang memb awa unta
kedua orang itu serta untanya sendiri dan seterusnya.´
Demikian Ibn Hisyam menerangkan mengenai cerita gua itu yang kami nukilkan
sampai pada waktu Muhammad dan sahabatnya keluar dari sana.
Tentang pengejaran Quraisy terhadap Muhammad untuk dibun uh itu serta tentang
cerita gua ini datang firman Tuhan demikian:
³Ingatlah tatkala orang -orang kafir (Quraisy) itu berkomplot membuat rencana
terhadap kau, hendak menangkap kau, atau membunuh kau, atau mengusir kau.
Mereka membuat rencana dan Allah membua t rencana pula. Allah adalah
Perencana terbaik.´ (Qur¶an, 8: 30)
³Kalau kamu tak dapat menolongnya, maka Allah juga Yang telah menolongnya
tatkala dia diusir oleh orang -orang kafir (Quraisy). Dia salah seorang dari dua orang
itu, ketika keduanya berada dal am gua. Waktu itu ia berkata kepada temannya itu:
µJangan bersedih hati, Tuhan bersama kita!¶ Maka Tuhan lalu memberikan
ketenangan kepadanya dan dikuatkanNya dengan pasukan yang tidak kamu lihat.
Dan Allah menjadikan seruan orang -orang kafir itu juga yang rendah dan kalam
Allah itulah yang tinggi. Dan Allah Maha Kuasa dan Bijaksana.´ (Qur¶an, 9: 40)

Berangkat Ke Yathrib
Pada hari ketiga, bila mereka berdua sudah mengetahui, bahwa orang sudah tenang
kembali mengenai diri mereka, orang yang disewa tadi data ng membawakan unta
kedua orang itu serta untanya sendiri. Juga Asma, puteri Abu Bakr datang
membawakan makanan. Oleh karena ketika mereka akan berangkat tak ada
sesuatu yang dapat dipakai menggantungkan makanan dan minuman pada pelana
barang, Asma, merobek ikat pinggangnya lalu sebelahnya dipakai menggantungkan
makanan dan yang sebelah lagi diikatkan. Karena itu ia lalu diberi nama ³dhat¶n -
nitaqain´ (yang bersabuk dua).
Mereka berangkat. Setiap orang mengendarai untanya sendiri -sendiri dengan
membawa bekal makanan. Abu Bakr membawa limaribu dirham dan itu adalah
seluruh hartanya yang ada. Mereka bersembunyi dalam gua itu begitu ketat. Karena
mereka mengetahui pihak Quraisy sangat gigih dan hati -hati sekali membuntuti,
maka dalam perjalanan ke Yathrib itu mer eka mengambil jalan yang tidak biasa
ditempuh orang. Abdullah b. µUraiqit ± dari Banu Du¶il ± sebagai penunjuk jalan,
membawa mereka hati-hati sekali ke arah selatan di bawahan Mekah, kemudian
menuju Tihama di dekat pantai Laut Merah. Oleh karena mereka me lalui jalan yang
tidak biasa ditempuh orang, di bawanya mereka ke sebelah utara di seberang pantai
itu, dengan agak menjauhinya, mengambil jalan yang paling sedikit dilalui orang.
Kedua orang itu beserta penunjuk jalannya sepanjang malam dan di waktu siang
berada di atas kendaraan. Tidak lagi mereka pedulikan kesulitan, tidak lagi mereka
mengenal lelah. Ya, kesulitan mana yang lebih mereka takuti daripada tindakan
Quraisy yang akan merintangi mereka mencapai tujuan yang hendak mereka capai
demi jalan Allah dan kebenaran itu! Memang, Muhammad sendiri tidak pernah
mengalami kesangsian, bahwa Tuhan akan menolongnya, tetapi ³jangan kamu
mencampakkan diri ke dalam bencana.´ Allah menolong hambaNya selama hamba
menolong dirinya dan menolong sesamanya. Mereka telah melangkah dengan
selamat selama dalam gua.

Cerita Suraqa B. Ju¶syum


Akan tetapi apa yang dilakukan Quraisy bagi barangsiapa yang dapat
mengembalikan mereka berdua atau dapat menunjukkan tempat mereka, wajar
sekali akan menarik hati orang yang hanya terta rik pada hasil materi meskipun akan
diperoleh dengan jalan kejahatan. Apalagi jika kita ingat orang -orang Arab Quraisy
itu memang sudah menganggap Muhammad musuh mereka. Dalam jiwa mereka
terdapat suatu watak tipu -muslihat, bahwa membunuh orang yang tidak bersenjata
dan menyerang pihak yang tak dapat mempertahankan diri, bukan suatu hal yang
hina. Jadi, dua orang itu harus benar -benar waspada, harus membuka mata,
memasang telinga dan penuh kesadaran selalu.
Dugaan kedua orang itu tidak meleset. Sudah ada or ang yang datang kepada
Quraisy membawa kabar, bahwa ia melihat serombongan kendaraan unta terdiri dari
tiga orang lewat.
Mereka yakin itu adalah Muhammad dan beberapa orang sahabatnya. Waktu itu
Suraqa b. Malik b. Ju¶syum hadir.
³Ah, mereka itu Keluarga sianu,´ katanya dengan maksud mengelabui orang itu,
sebab dia sendiri ingin memperoleh hadiah seratus ekor unta. Sebentar ia masih
tinggal bersama orang -orang itu. Tetapi kemudian ia segera pulang ke rumahnya.
Disiapkannya senjatanya dan disuruhnya orang mem bawakan kudanya ke tengah-
tengah wadi supaya waktu ia keluar nanti tidak dilihat orang. Selanjutnya
dikendarainya kudanya dan dipacunya ke arah yang disebutkan orang itu tadi.
Sementara itu Muhammad dan kedua temannya sudah mengaso di bawah naungan
sebuah batu besar, sekadar beristirahat dan menghilangkan rasa lelah sambil
makan-makan dan minum, dan sekadar mengembalikan tenaga dan kekuatan baru.
Matahari sudah mulai bergelincir, Muhammad dan Abu Bakr pun sudah pula mulai
memikirkan akan menaiki untanya mengingat bahwa jaraknya dengan Suraqa sudah
makin dekat. Dan sebelum itu kuda Suraqa sudah dua kali tersungkur karena
terlampau dikerahkan. Tetapi setelah penunggang kuda itu melihat bahwa ia sudah
hampir berhasil dan menyusul kedua orang itu ± lalu akan membawa mereka
kembali ke Mekah atau membunuh mereka bila mencoba membela diri ± ia lupa
kudanya yang sudah dua kali tersungkur itu, karena saat kemenangan rasanya
sudah di tangan. Akan tetapi kuda itu tersungkur sekali lagi dengan keras sekali,
sehingga penunggangnya terpelanting dari punggung binatang itu dan jatuh
terhuyung-huyung dengan senjatanya. Lalu diramalkan oleh Suraqa bahwa itu suatu
alamat buruk dan dia percaya bahwa sang dewa telah melarangnya mengejar
sasarannya itu dan bahwa dia akan berada dalam bahaya besar apabila sampai
keempat kalinya ia terus berusaha juga. Sampai di situ ia berhenti dan hanya
memanggil-manggil:
³Saya Suraqa bin Ju¶syum! Tunggulah, saya mau bicara. Demi Allah, tuan -tuan
jangan menyangsikan saya. Saya tidak akan melakuka n sesuatu yang akan
merugikan tuan-tuan.´
Setelah kedua orang itu berhenti melihat kepadanya, dimintanya kepada
Muhammad supaya menulis sepucuk surat kepadanya sebagai bukti bagi kedua
belah pihak. Dengan permintaan Nabi, Abu Bakr lalu menulis surat itu di atas tulang
atau tembikar yang lalu dilemparkannya kepada Suraqa.
Setelah diambilnya oleh Suraqa surat itu ia kembali pulang. Sekarang, bila ada
orang mau mengejar Muhajir Besar itu olehnya dikaburkan, sesudah tadinya ia
sendiri yang mengejarnya.
Muhammad dan kawannya itu kini berangkat lagi melalui pedalaman Tihama dalam
panas terik yang dibakar oleh pasir sahara. Mereka melintasi batu -batu karang dan
lembah-lembah curam. Dan sering pula mereka tidak mendapatkan sesuatu yang
akan menaungi diri mereka dari letupan panas tengah hari tak ada tempat
berlindung dari kekerasan alam yang ada di sekitarnya, tak ada keamanan dari apa
yang mereka takuti atau dari yang akan menyerbu mereka tiba -tiba, selain dari
ketabahan hati dan iman yang begitu mendalam kepada Tuh an. Keyakinan mereka
besar sekali akan kebenaran yang telah diberikan Tuhan kepada RasulNya itu.
Selama tujuh hari terus -menerus mereka dalam keadaan serupa itu. Mengaso di
bawah panas membara musim kemarau dan berjalan lagi sepanjang malam
mengarungi lautan padang pasir. Hanya karena adanya ketenangan hati kepada
Tuhan dan adanya kedip bintang -bintang yang berkilauan dalam gelap malam itu,
membuat hati dan perasaan mereka terasa lebih aman.
Bilamana kedua orang itu sudah memasuki daerah kabilah Banu Sahm d an datang
pula Buraida kepala kabilah itu menyambut mereka, barulah perasaan kuatir dalam
hatinya mulai hilang. Yakin sekali mereka pertolongan Tuhan itu ada.
Muslimin Medinah Menantikan Kedatangan Rasul
Jarak mereka dengan Yathrib kini sudah dekat sekali.
Selama mereka dalam perjalanan yang sungguh meletihkan itu, berita -berita tentang
hijrah Nabi dan sahabatnya yang akan menyusul kawan -kawan yang lain, sudah
tersiar di Yathrib. Penduduk kota ini sudah mengetahui, betapa kedua orang ini
mengalami kekerasan dari Quraisy yang terus-menerus membuntuti. Oleh karena itu
semua kaum Muslimin tetap tinggal di tempat itu menantikan kedatangan Rasulullah
dengan hati penuh rindu ingin melihatnya, ingin mendengarkan tutur katanya.
Banyak di antara mereka itu yang belum pernah melihatnya, meskipun sudah
mendengar tentang keadaannya dan mengetahui pesona bahasanya serta
keteguhan pendiriannya. Semua itu membuat mereka rindu sekali ingin bertemu,
ingin melihatnya. Orangpun sudah akan dapat mengira -ngirakan, betapa dalamnya
hati mereka itu terangsang tatkala mengetahui, bahwa orang -orang terkemuka
Yathrib yang sebelum itu belum pernah melihat Muhammad sudah menjadi
pengikutnya hanya karena mendengar dari sahabat -sahabatnya saja, kaum
Muslimin yang gigih melakukan dakwah Isla m dan sangat mencintai Rasulullah itu.
Islam di Yathrib
Sa¶id b. Zurara dan Mush¶ab b. µUmair sedang duduk -duduk dalam salah sebuah
kebun Banu Zafar. Beberapa orang yang sudah menganut Islam juga berkumpul di
sana. Berita ini kemudian sampai kepada Sa¶d b. Mu¶adh dan µUsaid b. Hudzair,
yang pada waktu itu merupakan pemimpin -pemimpin golongannya masing -masing.
³Temui dua orang itu,´ kata Said kepada µUsaid, ³yang datang ke daerah kita ini
dengan maksud supaya orang -orang yang hina-dina di kalangan kita dapat
merendahkan keluarga kita. Tegur mereka itu dan cegah. Sebenarnya Said b.
Zurara itu masih sepupuku dari pihak ibu, jadi saya tidak dapat mendatanginya.´
µUsaidpun pergi menegur kedua orang itu. Tapi Mush¶ab menjawab:
³Maukah kau duduk dulu dan mendengark an?´ katanya. ³Kalau hal ini kau setujui
dapatlah kauterima, tapi kalau tidak kausukai maukah kau lepas tangan?´
³Adil kau,´ kata µUsaid, seraya menancapkan tombaknya di tanah. Ia duduk dengan
mereka sambil mendengarkan keterangan Mush¶ab, yang ternyata se karang ia
sudah menjadi seorang Muslim. Bila ia kembali kepada Sa¶d wajahnya sudah tidak
lagi seperti ketika berangkat. Hal ini membuat Sa¶d jadi marah. Dia sendiri lalu pergi
menemui dua orang itu. Tetapi kenyataannya ia seperti temannya juga.
Karena pengaruh kejadian itu Sa¶d lalu pergi menemui golongannya dan berkata
kepada mereka:
³Hai Banu µAbd¶l-Asyhal. Apa yang kamu ketahui tentang diriku di tengah -tengah
kamu sekalian?´
³Pemimpin kami, yang paling dekat kepada kami, dengan pandangan dan
pengalaman yang terpuji,´ jawab mereka.
³Maka kata-katamu, baik wanita maupun pria bagiku adalah suci selama kamu
beriman kepada Allah dan RasulNya.´
Sejak itu seluruh suku µAbd¶l -Asyhal, pria dan wanita masuk Islam.
Tersebarnya Islam di Yathrib dan keberanian kaum Mu slimin di kota itu sebelum
hijrah Nabi ke tempat tersebut sama sekali di luar dugaan kaum Muslimin Mekah.
Beberapa pemuda Muslimin dengan tidak ragu -ragu mempermainkan berhala-
berhala kaum musyrik di sana. Seseorang yang bernama µAmr bin¶l -Jamuh
mempunyai sebuah patung berhala terbuat daripada kayu yang dinamainya Manat,
diletakkan di daerah lingkungannya seperti biasa dilakukan oleh kaum bangsawan.
µAmr ini adalah seorang pemimpin Banu Salima dan dari kalangan bangsawan
mereka pula. Sesudah pemuda -pemuda golongannya itu masuk Islam malam-
malam mereka mendatangi berhala itu lalu di bawanya dan ditangkupkan kepalanya
ke dalam sebuah lubang yang oleh penduduk Yathrib biasa dipakai tempat buang
air.
Bila pagi-pagi berhala itu tidak ada µAmr mencarinya sampai di ketemukan lagi,
kemudian dicucinya dan dibersihkan lalu diletakkannya kembali di tempat semula,
sambil ia menuduh-nuduh dan mengancam. Tetapi pemuda -pemuda itu mengulangi
lagi perbuatannya mempermainkan Manat µAmr itu, dan diapun setiap hari mencuci
dan membersihkannya. Setelah ia merasa kesal karenanya, diambilnya pedangnya
dan digantungkannya pada berhala itu seraya ia berkata: ³Kalau kau memang
berguna, bertahanlah, dan ini pedang bersama kau.´
Tetapi keesokan harinya ia sudah kehilangan lagi, dan baru d iketemukannya
kembali dalam sebuah sumur tercampur dengan bangkai anjing. Pedangnya sudah
tak ada lagi.
Sesudah kemudian ia diajak bicara oleh beberapa orang pemuka -pemuka
masyarakatnya dan sesudah melihat dengan mata kepala sendiri betapa sesatnya
hidup dalam syirik dan paganisma itu, yang hakekatnya akan mencampakkan jiwa
manusia ke dalam jurang yang tak patut lagi bagi seorang manusia, iapun masuk
Islam.
Melihat Islam yang sudah mencapai martabat begitu tinggi di Yathrib, akan mudah
sekali orang menilai, betapa memuncaknya kerinduan penduduk kota itu ingin
menyambut kedatangan Muhammad, setelah mereka mengetahui ia sudah hijrah
dari Mekah. Setiap hari selesai sembahyang Subuh mereka pergi ke luar kota
menanti-nantikan kedatangannya sampai pada waktu matah ari terbenam dalam
hari-hari musim panas bulan Juli.
Dalam pada itu ia sudah di Quba¶ ± dua farsakh jauhnya dari Medinah. Empat hari ia
tinggal di tempat itu, ditemani oleh Abu Bakr. Selama masa empat hari itu mesjid
Quba¶ dibangunnya. Sementara itu datang pula Ali b. Abi-Talib ke tempat itu setelah
mengembalikan barang-barang amanat ± yang dititipkan kepada Muhammad ±
kepada pemilik-pemiliknya di Mekah. Setelah itu ia sendiri meninggalkan Mekah,
menempuh perjalanannya ke Yathrib dengan berjalan kaki. Malam hari ia berjalan,
siangnya bersembunyi. Perjuangan yang sangat meletihkan itu ditanggungnya
selama dua minggu penuh, yaitu untuk menyusul saudara -saudaranya seagama.
Muhammad Memasuki Medinah
Sementara kaum Muslimin Yathrib pada suatu hari sedang menanti -nantikan seperti
biasa tiba-tiba datang seorang Yahudi yang sudah mengetahui apa yang sedang
mereka lakukan itu berteriak kepada mereka.
³Hai, Banu Qaila1 ini dia kawan kamu datang!´
Hari itu adalah hari Jum¶at dan Muhammad berjum¶at di Medinah. Di tempat itulah,
ke dalam mesjid yang terletak di perut Wadi Ranuna itulah kaum Muslimin datang,
masing-masing berusaha ingin melihat serta mendekatinya. Mereka ingin
memuaskan hati terhadap orang yang selama ini belum pernah mereka lihat, hati
yang sudah penuh cinta dan rangkuman iman akan risalahnya, dan yang selalu
namanya disebut pada setiap kali sembahyang.
Orang-orang terkemuka di Medinah menawarkan diri supaya ia tinggal pada mereka
dengan segala persediaan dan persiapan yang ada. Tetapi ia meminta maaf kepada
mereka. Kembali ia ke atas unta betinanya, dipasangnya tali keluannya, lalu ia
berangkat melalui jalan -jalan di Yathrib, di tengah -tengah kaum Muslimin yang ramai
menyambutnya dan memberikan jalan sepanjang jalan yang diliwatinya itu. Seluruh
penduduk Yathrib, baik Yahudi maupun orang -orang pagan menyaksikan adanya
hidup baru yang bersemarak dalam kota mereka itu, menyaksikan kehadiran
seorang pendatang baru, orang besar yang telah mempersatukan Aus dan Khazraj,
yang selama itu saling bermusuhan, sal ing berperang. Tidak terlintas dalam pikiran
mereka ± pada saat ini, saat transisi sejarah yang akan menentukan tujuannya yang
baru itu ± akan memberikan kemegahan dan kebesaran bagi kota mereka, dan yang
akan tetap hidup selama sejarah ini berkembang.
Dibiarkannya unta itu berjalan. Sesampainya ke sebuah tempat penjemuran kurma
kepunyaan dua orang anak yatim dari Banu¶n -Najjar, unta itu berlutut (berhenti).
Ketika itulah Rasul turun dari untanya dan bertanya:
³Kepunyaan siapa tempat ini?´ tanyanya.
³Kepunyaan Sahl dan Suhail b. µAmr,´ jawab Ma¶adh b. µAfra¶. Dia adalah wali kedua
anak yatim itu. Ia akan membicarakan soal tersebut dengan kedua anak itu supaya
mereka puas. Dimintanya kepada Muhammad supaya di tempat itu didirikan mesjid.
Muhammad mengabulkan permintaan tersebut dan dimintanya pula supaya di
tempat itu didirikan mesjid dan tempat -tinggalnya.

 c //      

Quraisy berencana membunuh Muhammad, karena dikuatirkan ia akan hijrah ke


Medinah. Ketika itu kaum Muslimin sudah tak ada lagi yang tinggal kecuali sebagian
kecil. Ketika perintah dari Allah Swr datang supaya beliau haijrah, beliau meminta
Abu Bakr supaya menemaninya dalam hijrahnya itu. Sebelum itu Abu Bakr memang
sudah menyiapkan dua ekor untanya yang diserahkan pemeli haraannya kepada
Abdullah b. Uraiqiz sampai nanti tiba waktunya diperlukan.

Pada malam akan hijrah itu pula Muhammad membisikkan kepada Ali b. Abi Talib
supaya memakai mantelnya yang hijau dari Hadzramaut dan supaya berbaring di
tempat tidurnya. Dimintan ya supaya sepeninggalnya nanti ia tinggal dulu di Mekah
menyelesaikan barang-barang amanat orang yang dititipkan kepadanya.
Demikianlah, ketika pemuda-pemuda Quraisy mengintip ke tempat tidur Nabi Saw,
mereka melihat sesosok tubuh di tempat tidur itu dan m engira bahwa Nabi Saw
masih tidur.

+    ? ) 


Menjelang larut malam, Rasulullah Saw keluar tanpa setahu mereka. Bersama -sama
dengan Abu Bakr beliau bertolak ke arah selatan menuju gua Thaur. Hanya empat
orang yang tahu keberadaan beliau b erdua, yaitu Abdullah b. Abu Bakr, Aisyah dan
Asma (puteri-puteri Abu Bakr), serta pembantu mereka µAmir b. Fuhaira. Bila hari
sudah sore Asma, datang membawakan makanan buat mereka. Abdullah setiap hari
berada di tengah -tengah Quraisy untuk memantau perke mbangan yang terjadi untuk
disampaikan pada beliau pada malam harinya. µAmir tugasnya menggembalakan
kambing Abu Bakr¶, memerah susu dan menyiapkan daging. Apabila Abdullah b. Abi
Bakr kembali dari tempat mereka bersembunyi di gua itu, datang µAmir mengiku tinya
dengan kambingnya guna menghapus jejaknya.

Sementara itu pihak Quraisy berusaha sungguh -sungguh mencari mereka. Pemuda-
pemuda Quraisy membawa pedang dan tongkat sambil mondar -mandir mencari ke
segenap penjuru. Ketika itu mereka bergerak menuju ke g ua tempat sembunyi. Lalu
orang-orang Quraisy itu datang menaiki gua itu, tapi kemudian ada yang turun lagi.
³Kenapa kau tidak menjenguk ke dalam gua?´ tanya kawan -kawannya. ³Ada sarang
laba-laba di tempat itu, yang memang sudah ada sejak sebelum Muhammad l ahir,´
jawabnya. ³Saya melihat ada dua ekor burung dara hutan di lubang gua itu. Jadi
saya mengetahui tak ada orang di sana.´

Demikanlah, kalau saja mereka ada yang menengok ke bawah pasti akan melihat
beliau berdua. Tetapi orang -orang Quraisy itu makin yakin bahwa dalam gua itu tak
ada manusia tatkala dilihatnya ada cabang pohon yang terkulai di mulut gua. Tak
ada jalan orang akan dapat masuk ke dalamnya tanpa menghalau dahan -dahan itu.
Ketika itulah mereka lalu surut kembali. Rasulullah s.a.w. tinggal d alam gua selama
tiga hari tiga malam. Tentang cerita gua ini dikisahkan dalam firman Allah Swt:

³Ingatlah tatkala orang -orang kafir (Quraisy) itu berkomplot membuat rencana
terhadap kau, hendak menangkap kau, atau membunuh kau, atau mengusir kau.
Mereka membuat rencana dan Allah membuat rencana pula. Allah adalah
Perencana terbaik.´ (Qur¶an, 8: 30) ³Kalau kamu tak dapat menolongnya, maka Allah
juga Yang telah menolongnya tatkala dia diusir oleh orang -orang kafir (Quraisy). Dia
salah seorang dari dua oran g itu, ketika keduanya berada dalam gua. Waktu itu ia
berkata kepada temannya itu: µJangan bersedih hati, Tuhan bersama kita!¶ Maka
Tuhan lalu memberikan ketenangan kepadanya dan dikuatkanNya dengan pasukan
yang tidak kamu lihat. Dan Allah menjadikan serua n orang-orang kafir itu juga yang
rendah dan kalam Allah itulah yang tinggi. Dan Allah Maha Kuasa dan Bijaksana.´
(Qur¶an, 9: 40)

Pada hari ketiga, ketika keadaan sudah tenang, unta kedua orang itu didatangkan.
Asma datang makanan. Dikisahkan, Asma merob ek ikat pinggangnya lalu
sebelahnya dipakai menggantungkan makanan dan yang sebelah lagi diikatkan,
sehingga ia lalu diberi nama ³dhat¶n -nitaqain´ (yang bersabuk dua). Mereka
kemudian berangkat.
Karena mengetahui pihak Quraisy sangat gigih mencari mereka , maka perjalanan ke
Yathrib itu mereka mengambil jalan yang tidak biasa ditempuh orang. Abdullah b.
µUraiqit ± dari Banu Du¶il ± sebagai penunjuk jalan, membawa mereka ke arah
selatan di bawahan Mekah, kemudian menuju Tihama di dekat pantai Laut Merah.
Kedua orang itu beserta penunjuk jalannya sepanjang malam dan di waktu siang
berada di atas kendaraan. Memang, Rasulullah Saw sendiri tidak pernah
menyangsikan, bahwa Tuhan akan menolongnya, tetapi ³jangan kamu
mencampakkan diri ke dalam bencana.´ Allah men olong hambaNya selama hamba
menolong dirinya dan menolong sesamanya.

  3

Ketika itu Quraisy mengadakan sayembara, barangsiapa bisa menyerahkan


Muhammad akan diberi hadiah seratus ekor unta. Mereka sangat giat mencari
Rasulullah Saw. Ketika terdengar kabar bahwa ada rombongan tiga orang sedang
dalam perjalanan, mereka yakin itu adalah Muhammad dan beberapa orang
sahabatnya. Suraqa b. Malik b. Ju¶syum, salah seorang dari Quraisy, juga ingin
memperoleh hadiah seratus ekor unta. Tetapi ia ingin memperol eh hadiah seorang
diri saja. Ia mengelabui orang -orang dengan mengatakan bahwa itu bukan
Muhammad. Tetapi setelah itu ia segera pulang ke rumahnya. Dipacunya kudanya
ke arah yang disebutkan tadi seorang diri.

Demikian bersemangatnya Suraqa mengejar Nabi Saw hingga kudanya dua kali
tersungkur ketika hendak mencapai Nabi. Tetapi melihat bahwa ia sudah hampir
kedua orang itu, ia tetap memacu kudanya karena rasanya Muhammad sudah di
tangan. Akan tetapi kuda itu tersungkur sekali lagi dengan keras sekali, sehi ngga
penunggangnya terpelanting dari punggung binatang itu dan jatuh terhuyung -huyung
dengan senjatanya. Suraqa merasa itu suatu alamat buruk jika ia bersikeras
mengejar sasarannya itu. Sampai di situ ia berhenti dan hanya memanggil -manggil:

³Saya Suraqa bin Ju¶syum! Tunggulah, saya mau bicara. Saya tidak akan
melakukan sesuatu yang akan merugikan tuan -tuan.´ Setelah kedua orang itu
berhenti melihat kepadanya, dimintanya kepada Muhammad supaya menulis
sepucuk surat kepadanya sebagai bukti bagi kedua belah pihak. Dengan permintaan
Nabi, Abu Bakr lalu menulis surat itu di atas tulang atau tembikar yang lalu
dilemparkannya kepada Suraqa. Setelah diambilnya oleh Suraqa surat itu ia kembali
pulang. Sekarang bila ada orang mau mengejar Nabi Saw, maka dikaburkan
olehnya, sesudah tadinya ia sendiri yang mengejarnya.

2        

Selama tujuh hari terus -menerus rombongan Rasulullah Saw berjalan, mengaso di
bawah panas membara musim kemarau dan berjalan lagi sepanjang malam
mengarungi lautan padang pasir dengan perasaan kuatir. Hanya karena adanya
iman kepada Allah Swt membuat hati dan perasaan mereka terasa lebih aman.
Ketika sudah memasuki daerah kabilah Banu Sahm dan datang pula Buraida kepala
kabilah itu menyambut mereka, barulah perasaan kuatir dalam hatinya mulai hilang.
Jarak mereka dengan Yathrib kini sudah dekati.

Selama mereka dalam perjalanan yang sungguh meletihkan itu, berita -berita tentang
hijrah Nabi dan sahabatnya yang akan menyusul kawan -kawan yang lain, sudah
tersiar di Yathrib. Penduduk kota ini sudah mengetahui, betapa kedua orang ini
mengalami kekerasan dari Quraisy yang terus -menerus membuntuti. Oleh karena itu
semua kaum Muslimin tetap tinggal di tempat itu menantikan kedatangan Rasulullah
dengan hati penuh rindu ingin melihat nya, ingin mendengarkan tutur katanya.
Banyak di antara mereka itu yang belum pernah melihatnya, meskipun sudah
mendengar tentang keadaannya dan mengetahui pesona bahasanya serta
keteguhan pendiriannya. Semua itu membuat mereka rindu sekali ingin bertemu,
ingin melihatnya.

c    c  

Tersebarnya Islam di Yathrib dan keberanian kaum Muslimin di kota itu sebelum
hijrah Nabi ke tempat tersebut sama sekali di luar dugaan kaum Muslimin Mekah.
Beberapa pemuda Muslimin bahkan berani mempermainkan berha la-berhala kaum
musyrik di sana. Seseorang yang bernama µAmr bin¶l -Jamuh mempunyai sebuah
patung berhala terbuat daripada kayu yang dinamainya Manat, diletakkan di daerah
lingkungannya seperti biasa dilakukan oleh kaum bangsawan. µAmr ini adalah
seorang pemimpin Banu Salima dan dari kalangan bangsawan mereka pula.
Sesudah pemuda-pemuda golongannya itu masuk Islam malam -malam mereka
mendatangi berhala itu lalu di bawanya dan ditangkupkan kepalanya ke dalam
sebuah lubang yang oleh penduduk Yathrib biasa dipak ai tempat buang air. Bila
pagi-pagi berhala itu tidak ada µAmr mencarinya sampai diketemukan lagi, kemudian
dicucinya dan dibersihkan lalu diletakkannya kembali di tempat semula, sambil ia
menuduh-nuduh dan mengancam. Tetapi pemuda -pemuda itu mengulangi la gi
perbuatannya mempermainkan Manat µAmr itu, dan diapun setiap hari mencuci dan
membersihkannya. Setelah ia merasa kesal karenanya, diambilnya pedangnya dan
digantungkannya pada berhala itu seraya ia berkata: ³Kalau kau memang berguna,
bertahanlah, dan in i pedang bersama kau.´ Tetapi keesokan harinya ia sudah
kehilangan lagi, dan baru diketemukannya kembali dalam sebuah sumur tercampur
dengan bangkai anjing. Pedangnya sudah tak ada lagi. Sesudah kemudian ia diajak
bicara oleh beberapa orang pemuka -pemuka masyarakatnya dan sesudah melihat
dengan mata kepala sendiri betapa sesatnya hidup dalam syirik dan paganisma itu,
yang hakekatnya akan mencampakkan jiwa manusia ke dalam jurang yang tak patut
lagi bagi seorang manusia, iapun masuk Islam.

c   "  
Ketika rombongan Rasulullah Saw sampai di Quba¶, mereka tinggal empat hari ia di
sana dan membangun mesjid Quba¶. Di tempat ini Ali b. Abi -Talib ra menyusul,
setelah mengembalikan barang -barang amanat ± yang dititipkan oleh rasulullah Saw
± kepada pemilik-pemiliknya di Mekah. Ali ra menempuh perjalanannya ke Yathrib
dengan berjalan kaki. Malam hari ia berjalan, siangnya bersembunyi. Perjuangan
yang sangat meletihkan itu ditanggungnya selama dua minggu penuh, yaitu untuk
menyusul saudara-saudaranya seagama.

   c  $6 %

Demikanlah akhirnya rombongan Rasulullah selamat sampai Madinah. Hari itu


adalah hari Jum¶at dan Muhammad berjum¶at di Medinah. Di tempat itulah, ke dalam
mesjid yang terletak di perut Wadi Ranuna itulah kaum Muslimin datan g, masing-
masing berusaha ingin melihat serta mendekatinya. Mereka ingin memuaskan hati
terhadap orang yang selama ini belum pernah mereka lihat, hati yang sudah penuh
cinta dan rangkuman iman akan risalahnya, dan yang selalu namanya disebut pada
setiap kali sembahyang. Orang-orang terkemuka di Medinah menawarkan diri
supaya ia tinggal pada mereka.

Tetapi ia dengan halus meminta maaf kepada mereka. Kembali ia ke atas unta
betinanya, dipasangnya tali keluannya, lalu ia berjalan melalui jalan -jalan di Yathrib,
di tengah-tengah kaum Muslimin yang ramai menyambutnya dan memberikan jalan
sepanjang jalan yang diliwatinya itu. Seluruh penduduk Yathrib, baik Yahudi maupun
orang-orang pagan menyaksikan adanya hidup baru yang bersemarak dalam kota
mereka itu, menyaksikan kehadiran Rasulullah Saw, seorang pendatang baru, orang
besar yang telah mempersatukan Aus dan Khazraj, yang selama itu saling
bermusuhan, dan saling berperang.

Sesampainya ke sebuah tempat penjemuran kurma kepunyaan dua orang anak


yatim dari Banu¶n-Najjar, unta itu berlutut (berhenti). Ketika itulah Rasul turun dari
untanya dan bertanya: ³Kepunyaan siapa tempat ini?´ tanyanya. ³Kepunyaan Sahl
dan Suhail b. µAmr,´ jawab Ma¶adh b. µAfra¶. Dia adalah wali kedua anak yatim itu. Ia
akan membicarakan soal tersebut dengan kedua anak itu supaya mereka puas.
Dimintanya kepada Muhammad supaya di tempat itu didirikan mesjid. Muhammad
mengabulkan permintaan tersebut dan dimintanya pula supaya di tempat itu
didirikan mesjid dan tempat -tinggalnya.

     c   1   c  


Share on Facebook

List Nabi-Nabi
Lanjutan Dari Kisah Nabi-Nabi : Kisah Nabi Muhammad SAW - Proses di angkatnya
Nabi Muhammad Menjadi Nabi

Nabi Muhammad telah menjadi Nabi dan mulai menyebarkan dakwahnya. Awalnya
secara diam-diam dan lama kelamaan sudah mulai berdakwah secara terbuka.

Reaksi-reaksi keras menentang dakwah Nabi Muhammad SAW bermunculan,


namun tanpa kenal lelah Nabi Muhammad SAW terus melanjutkan dakwahnya.
Kegigihan Nabi Muhammad SAW dalam berdakwa mulai terlihat hasilnya. Hampir
setiap hari ada yang menggabungkan diri dalam barisan pemeluk agama Islam.
Kebanyakan yang bergabung berasal dari kaum wanita, budak, pekerja, dan o rang-
orang miskin serta lemah. Meskipun sebagian dari mereka termasuk dalam
golongan orang-orang yang lemah, tetapi semangat yang mendorong mereka untuk
beriman sangat kuat.

Tantangan dakwah terberat datang dari para penguasa Mekah, kaum feodal, dan
para pemilik budak. Mereka ingin mempertahankan tradisi lama disamping juga
khawatir jika struktur masyarakat dan kepentingan -kepentingan dagang mereka
akan tergoyahkan oleh ajaran Nabi Muhammad SAW yang menekankan pada
keadilan sosial dan persamaan derajat.

Mereka menyusun siasat untuk melepaskan hubungan keluarga antara Abu Thalib
dan Nabi Muhammad SAW dengen cara meminta pada Abu Thalib memilih satu di
antara dua: memerintahkan Nabi Muhammad SAW agar berhenti berdakwah, atau
menyerahkannya kepada mereka. Abu Thalib terpengaruh oleh ancaman itu, ia
meminta agar Nabi Muhammad SAW menghentikan dakwahnya. Tetapi Nabi
Muhammad SAW menolak permintaannya dan berkata, ³Demi Allah saya tidak akan
berhenti memperjuangkan amanat Allah ini, walaupun seluruh anggota keluarg a dan
sanak saudara mengucilkan saya.´

Mendengar jawaban ini, Abu Thalib pun berkata, ³Teruskanlah, demi Allah aku akan
terus membelamu´.

Gagal dengan cara pertama, kaum Quraisy lalu mengutus Walid bin Mugirah
menemui AbU Thalib dengan membawa seorang pemu da untuk dipertukarkan
dengan Nabi Muhammad SAW. Pemuda itu bernama Umarah bin Walid, seorang
pemuda yang gagah dan tampan. Walid bin Mugirah berkata, ³Ambillah dia menjadi
anak saudara, tetapi serahkan kepada kami Muhammad untuk kami bunuh, karena
dia telah menentang kami dan memecah belah kita´.

Usul Quraisy itu ditolak mentah-mentah oleh Abu Thalib dengan berkata, ³Sungguh
jahat pikiran kalian. Kalian serahkan anak kalian untuk saya asuh dan beri makan,
dan saya serahkan kemenakan saya untuk kalian bunuh . Sungguh suatu penawaran
yang tak mungkin saya terima.´

Kembali mengalami kegagalan, berikutnya mereka menghadapi Nabi Muhammad


SAW secara langsung. Mereka mengutus Utbah bin Rabi¶ah, seorang ahli retorika,
untuk membujuk Nabi SAW. Mereka menawarkan takhta, wanita, dan harta yang
mereka kira diinginkan oleh Nabi Muhammad SAW, asal Nabi Muhammad SAW
bersedia menghentikan dakwahannya. Namun semua tawaran itu ditolak oleh Nabi
Muhammad SAW dengan mengatakan, ³Demi Allah, biarpun mereka meletakkan
matahari di tangan kananku, dan bulan di tangan kiriku, aku tidak akan
menghentikan dakwah agama Allah ini, hingga agama ini menang atau aku binasa
karenanya.´

Setelah gagal dengan cara -cara diplomatik dan bujuk rayu, kaum Quraisy mulai
melakukan tindak kekerasan. Budak-budak mereka yang telah masuk Islam mereka
siksa dengan sangat kejam. Mereka dipukul, dicambuk, dan tidak diberi makan dan
minum. Salah seorang budak bernama Bilal, mendapat siksaan ditelentangkan di
atas pasir yang panas dan di atas dadanya diletakkan batu yang besar dan berat.

Setiap suku diminta menghukum anggota keluarganya yang masuk Islam sampai ia
murtad kembali. Usman bin Affan misalnya, dikurung dalam kamar gelap dan dipukul
hingga babak belur oleh anggota keluarganya sendiri. Secara keseluruhan , sejak
saat itu umat Islam mendapat siksaan yang pedih dari kaum Quraisy Mekah. Mereka
dilempari kotoran, dihalangi untuk melakukan ibadah di Ka¶bah, dan lain sebagainya.

Kekejaman terhadap kaum Muslimin mendorong Nabi Muhammad SAW untuk


mengungsikan sahabat-sahabatnya keluar dari Mekah. Dengan pertimbangan yang
mendalam, pada tahun ke-5 kerasulannya, Nabi SAW menetapkan Abessinia atau
Habasyah (Ethiopia sekarang) sebagai negeri tempat pengungsian, karena raja
negeri itu adalah seorang yang adil, lapang ha ti, dan suka menerima tamu. Nabi
SAW merasa pasti rombongannya akan diterima dengan tangan terbuka.

Rombongan pertama terdiri dari 10 orang pria dan 5 orang wanita. di antara
rombongan tersebut adalah Usman bin Affan beserta istrinya Ruqayah (putri
Rasulullah SAW), Zubair bin Awwam, dan Abdur Rahman bin Auf. Kemudian
menyusul rombongan kedua yang dipimpin oleh Ja¶far bin Abi Thalib. Beberapa
sumber menyatakan jumlah rombongan ini lebih dari 80 orang.

Berbagai usaha dilakukan oleh kaum Quraisy untuk menghala ngi hijrah ke
Habasyah ini, termasuk membujuk raja negeri tsb agar menolak kehadiran umat
Islam disana. Namun berbagai usaha itu pun gagal. Semakin kejam mereka
memperlakukan umat Islam, justru semakin bertambah jumlah yang memeluk Islam.
Bahkan di tengah meningkatnya kekejaman tersebut, dua orang kuat Quraisy masuk
Islam, yaitu Hamzah bin Abdul Muthalib dan Umar bin Khattab. Dengan masuk
Islamnya dua orang yang dijuluki ³Singa Arab´ itu, semakin kuatlah posisi umat Islam
dan dakwah Muhammad SAW pada waktu itu.

Hal ini membuat reaksi kaum Quraisy semakin keras. Mereka berpendapat bahwa
kekuatan Nabi Muhammad SAW terletak pada perlindungan Bani Hasyim, maka
mereka pun berusaha melumpuhkan Bani Hasyim dengan melaksanakan blokade.
Mereka memutuskan segala macam hubungan dengan suku ini. Tidak seorang pun
penduduk Mekah boleh melakukan hubungan dengan Bani Hasyim, termasuk
hubungan jual-beli dan pernikahan. Persetujuan yang mereka buat dalam bentuk
piagam itu mereka tanda-tangani bersama dan mereka gantungkan di dalam Ka¶bah.
Akibatnya, Bani Hasyim menderita kelaparan, kemiskinan, dan kesengsaraan. Untuk
meringankan penderitaan itu, Bani Hasyim akhirnya mengungsi ke suatu lembah di
luar kota Mekah.

Tindakan pemboikotan yang dimulai pada tahun ke -7 kenabian Muhammad SAW


dan berlangsung selama 3 tahun itu merupakan tindakan yang paling menyiksa.
Pemboikotan itu berhenti karena terdapat beberapa pemimpin Quraisy yang
menyadari bahwa tindakan pemboikotan itu sungguh keterlaluan. Kesadaran itulah
yang mendorong mereka melanggar perjanjian yang mereka buat sendiri. Dengan
demikian Bani Hasyim akhirnya dapat kembali pulang ke rumah masing -masing.

Setelah Bani Hasyim kembali ke rumah mereka, Abu Thalib, paman Nabi
Muhammad SAW yang merupakan pelindung utamanya, meninggal du nia dalam
usia 87 tahun. Tiga hari kemudian, Khadijah, istrinya, juga meninggal dunia. Tahun
ke-10 kenabian ini benar-benar merupakan Tahun Kesedihan (¶Âm al-Huzn) bagi
Nabi Muhammad SAW. Terlebih lagi, sepeninggal dua pendukungnya itu ( Abu
Thalib dan Khadijah ), kaum Quraisy tidak segan-segan melampiaskan kebencian
kepada Nabi Muhammad SAW. Hingga kemudian Nabi Muhammad SAW berusaha
menyebarkan dakwah ke luar kota, yaitu ke Ta¶if. Namun reaksi yang diterima Nabi
SAW dari Bani Saqif (penduduk Ta¶if), tidak jauh berbeda dengan penduduk Mekah.
Nabi SAW diejek, disoraki, dilempari batu sampai ia luka -luka di bagian kepala dan
badannya.

Pada tahun ke-10 kenabian, Nabi Muhammad SAW mengalami peristiwa Isra Mi¶raj.
Isra, yaitu perjalanan malam hari dari Masjidilh aram di Mekah ke Masjidilaksa di
Yerusalem. Mi¶raj, yaitu kenaikan Nabi Muhammad SAW dari Masjidilaksa ke langit
melalui beberapa tingkatan, terus menuju Baitulmakmur, sidratulmuntaha, arsy
(takhta Tuhan), dan kursi (singgasana Tuhan), hingga menerima wahy u di hadirat
Allah SWT.
Dalam kesempatannnya berhadapan langsung dengan Allah SWT inilah Nabi
Muhammad SAW menerima perintah untuk mendirikan sholat 5 waktu sehari
semalam. Peristiwa Isra Mi¶raj ini terdapat dalam Al -Qur¶an surat Al-Isra ayat 1.

  ‘!      


   
 ‘

   ‘ 
            
   
 
  
  
"  
V 

    

Di Mekkah terdapat Ka¶bah yang telah dibangun oleh Nabi Ibrahim. Masyarakat
jahiliyah Arab dari berbagai suku berziarah ke Ka¶bah dalam suatu kegiatan
tahunan, dan mereka menjalankan berbagai tradisi keagamaan mereka dalam
kunjungan tersebut. Nabi Muhammad SAW mengambil peluang ini untuk
menyebarkan Islam.

Di antara mereka yang tertarik dengan seruannya ialah sekumpulan orang dari
Yathrib (dikemudian hari berganti nama menjadi Madinah). Nabi Muhammad SAW
memanfaatkan kesempatan itu untuk menyebarkan agama Allah SWT dengan
mendatangi kemah-kemah mereka. Namun usaha ini selalu diikuti oleh Abu Lahab
dan kawan-kawannya dengan mendustakan Nabi Muhammad SAW.

Suatu ketika Nabi SAW bertemu dengan 6 orang dari suku Aus dan Khazraj yang
berasal dari Yatsrib. Setelah Nabi SAW menyampaikan pokok -pokok ajaran Islam,
mereka menyatakan diri masuk Islam di hadapan Nabi SAW. Mereka berkata,
³Bangsa kami sudah lama terlibat dalam permusuhan, yaitu antara suku Khazraj dan
Aus. Mereka benar-benar merindukan perdamaian. Kiranya kini Tuhan
mempersatukan mereka kembali dengan perantaramu dan ajaran -ajaran yang kamu
bawa. Oleh karena itu kami akan berdakwah agar mereka mengetahui agama yang
kami terima dari kamu ini.´

Pada musim haji tahun berikutnya, datanglah delegasi Yatsrib yang terdiri dari 12
orang suku Khazraj dan Aus. Mereka menemui Nabi SAW di suatu tempat bernama
Aqabah. Di hadapan Nabi SAW, mereka menyatakan ikrar keseti aan. Karena ikrar
ini dilakukan di Aqabah, maka dinamakan Bai¶at Aqabah. Rombongan 12 orang tsb
kemudian kembali ke Yatsrib sebagai juru dakwah dengan ditemani oleh Mus¶ab bin
Umair yang sengaja diutus oleh Nabi SAW atas permintaan mereka.

Pada musim haji berikutnya, jemaah haji yang datang dari Yatsrib berjumlah 75
orang, termasuk 12 orang yang sebelumnya telah menemui Nabi SAW di Aqabah.
Mereka meminta agar Nabi SAW bersedia pindah ke Yatsrib. Mereka berjanji akan
membela Nabi Muhammad SAW dari segala mac em jenis ancaman. Nabi SAW
menyetujui usul yang mereka ajukan.
Mengetahui adanya perjanjian antara Nabi Muhammad SAW dengan orang -orang
Yatsrib, kaum Quraisy menjadi semakin kejam terhadap kaum muslimin. Hal ini
membuat Nabi SAW memerintahkan para sahabatn ya untuk hijrah ke Yatsrib.
Secara diam-diam, berangkatlah rombongan -rombongan muslimin, sedikit demi
sedikit, ke Yatsrib. Dalam waktu 2 bulan, kurang lebih 150 kaum muslimin telah
berada di Yatsrib. Sementara itu Ali bin Abi Thalib dan Abu Bakar as -Sidiq tetap
tinggal di Mekah bersama Nabi SAW, membelanya sampai Nabi SAW mendapat
wahyu untuk hijrah ke Yatsrib.

Kaum Quraisy merencanakan untuk membunuh Nabi Muhammad SAW sebelum ia


sempat menyusul umatnya ke Yatsrib. Pembunuhan itu direncanakan melibatkan
semua suku. Setiap suku diwakili oleh seorang pemudanya yang terkuat. Rencana
pembunuhan itu terdengar oleh Nabi Muhammad SAW, sehingga ia merencanakan
hijrah bersama sahabatnya, Abu Bakar. Abu Bakar diminta mempersiapkan segala
hal yang diperlukan dalam perj alanan, termasuk 2 ekor unta. Sementara Ali bin Abi
Thalib diminta untuk menggantikan Nabi Muhammad SAW menempati tempat
tidurnya agar kaum Quraisy mengira bahwa Nabi SAW masih tidur.

Pada malam hari yang direncanakan, di tengah malam buta Nabi Muhammad SA W
keluar dari rumahnya tanpa diketahui oleh para pengepung dari kalangan kaum
Quraisy. Nabi Muhammad SAW menemui Abu Bakar yang telah menunggunya.
Mereka berdua kemudian keluar dari Kota Mekah untuk menuju ke sebuah Gua,
Goa Tsur namanya yang berlokasi kira-kira 3 mil sebelah selatan dari Kota Mekah.

Nabi Muhammad SAW dan Abu Bakar bersembunyi di gua Tsur selama 3 hari 3
malam menunggu keadaan menjadi lebih aman. Pada malam ke -4, setelah usaha
orang Quraisy mulai menurun karena mengira Nabi Muhammad SAW sud ah sampai
di Yatsrib, keluarlah Nabi Muhammad SAW dan Abu Bakar dari persembunyiannya.
Pada saat yang bersamaan, Abdullah bin Uraiqit yang diperintahkan oleh Abu Bakar
pun tiba dengan membawa 2 ekor unta yang memang telah dipersiapkan
sebelumnya. Berangkatlah Nabi Muhammad SAW bersama Abu Bakar menuju
Yatsrib menyusuri pantai Laut Merah, Jalur ini merupakan Jalur yang tidak umum
untuk dilalui.

Setelah 7 hari perjalanan, Nabi Muhammad SAW dan Abu Bakar sampai di suatu
desa kecil yang bernama Quba. Lokasi desa ini kira-kira sekitar 5 km dari Yatsrib. Di
desa ini mereka beristirahat selama beberapa hari. Mereka menginap di rumah
Kalsum bin Hindun. Di halaman rumah ini Nabi Muhammad SAW membangun
sebuah masjid yang kemudian terkenal sebagai Masjid Quba. Inilah m asjid pertama
yang dibangun Nabi SAW sebagai pusat peribadatan.
Tak lama kemudian, Ali bergabung dengan Nabi Muhammad SAW. Sementara di
tempat lain, penduduk Yatsrib dengan cemas menunggu -nunggu tibanya rombongan
Nabi Muhammad. Menurut mereka, dengan jarak mekkah ke yastrib, seharusnya
Nabi Muhammad SAW sudah tiba di Yatsrib. Oleh sebab itu mereka pergi ke
tempat-tempat yang tinggi, memandang ke arah Quba, menantikan dan
menyongsong kedatangan Nabi Muhammad SAW dan rombongannya. Setelah lelah
dan cemas menunggu, Akhirnya waktu yang ditunggu -tunggu pun tiba. Nabi
Muhammad SAW tiba juga di Yastrib dan langsung disambut oleh Penduduk Yastrib.
Mereka berbaris di sepanjang jalan dan menyanyikan lagu Thala¶ al -Badru, (
Shalawat )yang isinya:

   !


   
%  "

   ! 
  
 !

 
  
 !

        

Setiap orang ingin agar Nabi SAW singgah dan menginap di rumahnya. Tetapi Nabi
SAW hanya berkata, ³Aku akan menginap dimana untaku berhenti. Biarkanlah dia
berjalan sekehendak hatinya.´

Ternyata unta itu berhenti di tanah milik dua anak yatim, yaitu Sahal dan Suhail, di
depan rumah milik Abu Ayyub al -Anshari. Dengan demikian Nabi SAW memilih
rumah Abu Ayyub sebagai tempat menginap sementara. Tujuh bulan lamanya Nabi
SAW tinggal di rumah Abu Ayyub, sementara kaum Muslimin bergotong -royong
membangun rumah untuknya.

Sejak itu nama kota Yatsrib diubah men jadi Madinah an-Nabi (kota nabi). Orang
sering pula menyebutnya Madinah al-Munawwarah (kota yang bercahaya), karena
dari sanalah sinar Islam memancar ke seluruh dunia.

Semenjak itu, Nabi Muhammad menjadi pemimpin kota Madinah di mana disini
dakwah Nabi Muhammad dapat di terima dengan baik. Tentu saja hal ini tidak begitu
disukai oleh kaum Quraisy Mekah sehingga beberapa perang terjadi setelah ini.
Untuk lebih ditailnya tentang kelanjutan kisah ini, klik di Kisah Nabi-Nabi : Kisah Nabi
Muhammad SAW - Perseteruan dengan Kaum Quraisy Mekkah.
Kisah Nabi-Nabi : Kisah Nabi Muhammad SAW - Perseteruan
dengan Kaum Quraisy Mekkah
  


  

             

     


   


    
 

 

   
            
     
   !
        

   


   ! !  !

    " 


   


 ! 

    ! 
 
 
 

 #          


       
$
% "   &!  " '( 
   
&      
 
   '    &!

     
 "  
  
    '   
! 
  
 )        
)   

   * (      ! 


   +
 
    , (-./  0  .1 -    
 !
  ! !  
   
   !  


     !!  
     
!      !( 2      !
 
!  (   !   
 ( 

!   

 

-
          

   $
%  "   
!

  (
     (

  
   
   /     
!    (   ! 
       
!   


    !  
 
    
       ( ! 

 
!   0 
    !  
    ! 
    
   !  ( 

 ! ( !
 %   

    
  
 
      
 !   ! (        

     
              

  
        %       $
 
!  (
          
            
            ( 
 !     
!! 
   !!   
 
 
   %  

 
   ( 
 
   !     (  
    
    

  !  3 
    !     ! 
! 
     

"    (      ( 
    !   
 3       
 

 

      
 !  %
(     


 !   ! 
! 
     
 
"     (  !      "     !
  
 3           
 
  
      


!   
 #       %
     
!        4 5   #     "  ! 
     
    ( 
 
%   

 
 
   (
 !  (
!  (    
  % 2     
!
!      

 
   
     %  ! !      
  ! 

          
 
  ( "  
   
 $
 !

  
! 

       
 (    
 
  ! 
! 
 
( 
     % 
! !  !  
 1        % 67 
! 
!   $      %87
 2  .  44 
119    
     % ! 

  %       

!   +  (
 
 +%   % :77
       ( 
 $           

! +   

;
! 
!       

        




    
!  ! 
    

 !
 
  ! 
     

# ! 
   

     !



   

#
  "   !       
   
  (  
   !

 !  " 

 
   

   "    


  !  
 

 
 
% 
/   


  
 
   
    

!
  
   

      !   #


  
!
 
 !           !



 #
 !
    !+&<=8:>  
<=2 :   '

# +  !0            


6<6   !
!          !(
 
(  !  % ! 
 
     
 <777
 +

! !          ! 

  (
    
    !   - (! 
! ! 
 ! 
             

%(% !   
=7%  ! 
 (
=7      %  ! 

    (  <> 
        !
! 
0&6<:6'

 "?"2<:6

     


   
 
        

          
         
  

  

)3     
 

   

   
 !  !      !    

  #    

 (    !  % !(    


 
 
   
 ! %       

!    0%  !      
  
      "   

 %   
  


 
!  ! ! !
!  
 
0 
  !+(  
! 
 
 +  
 
         

 

 0!  
  
  


  

   ! +(      +   4( 


 3  
   
! 
   

3   
   

0!


    # +   
     
  ! 
    

  
      ! +(
!::8:@&=%6'# 
 (  

   0     (  % 6777 


   :77 ! 


   %  ! !        0       

 
     !   ! 
     
  =77

2   !
 ! 
 "   

 
 $      
0"  / 
!
!/

  <777  !
   

 
 $  
 !
 
  

 
     &   >7

( ! @77

' !

   
      
 $ ( 
 !
  
  
       
       

( 
      2   ! 
 @7 !   
   % ! !    -  !    
     AB
 !   !
C     -

C 
  

 
  !   !(   

 
 
  
 
   
 !    -

   
 
(   D 

   
 
 (  


 E 

 
! 
" !<>%        
  (  %  

   !!(    

      %        ( !  2    
  2        !
  

# ! 
  #  !  "  ! 
  ! 

       0  
 
 
 
 
 

 
        ! ( ! 
 !  
 !
   2     !
 
  
 !  
 
 
    !     
 ! 
 ! 
2  
 
 
! 

  !
  ! 

 
  

    
   /
    
   
  
 0!

   ! ( ! 
 "  
 ! 
  

! ( ! ! %"   

     


      ! 
" 
 
      
          %   
    +      
 
  


 
 !!  

#$    


=7!"       

"<>7<=F

p  
      
   
      

           
        

   !    
     
  

 
   "  

    
 
           
     
       
    


  



        
   
 


    

  

  
  
       
 
      
  
   


    

 
     
 


 "      


  
  


  

# 

                    


  
                  

       
 $           
 
   
  
     "  


         

           



   %   
            
    
 ! 
            

       
          

 

        

     


 

 
 
    #    
  
   !



            
 
 
 
   

&     
    !' () &  
 
    

      
     
   
 
     
    
   
 * 

    



    
       
   
         

+     


   

       
!
 

  
          
  
    

&  ,  


     ,   

  

   
           

 

                 

       &




   " 
      
   


       



       
   



  
   % 
    
 
 
   
     
     -     


    
   
    
   

        


    
      

 

  
 
   
  
" 
      

  
  

   
 
     


.   
     
           
-          
  

 

    

   
       

                
 
    

  
  # #      

  

    
    ! 
      


      
        
  
       !
    
    "
 
 
                #     '
(            !
   
   $*
 ' (              * #  


   
  
      
    
 
"
    ' (            
!
  
  !          
* '(  
   

!  
     
        

 
   *     
   
      

 
   

       
 
  #
#   

          


   
 
      
   !          
 
    

     
 

 
  
     #, 
 
#,  

+     


  
       
  
    
       
 

 
      

  
   '
( 
     

    
    
    
  *          
  
   


          
 
  

    

 
 
    

      


        
   

    
      
   
 

 
  

     

         


  

#     


    
    
 
    

    
           
 

      


  
 
 
  

  
    
 
  
    

  
  

     
      
   
         
p  
   

        
 

"   

  
   

     
 
     
   
         $
           

  

&  
        
    
  
      
   
    
   
 
   

      "

      
         

 
 
     

   


     
   




       
  p
$
      



 
        ## 

     

   



         
  

    
         
    


!   
    

    

  
    
      +
 
      
     
       

   


   
 

         

  

       
  
 

       
   ' (
   
$*  ' (.     
   *     
#     

  



 
     
   
 
       %      
  
   


  


    
   
 
  ' (#             
*
#    '(  

          


  
* #              
  
 #  
  
      
    
     
    
 

  
Ô  
        
    
     '( 
 
    
   
   *  ' (&  
    
   
  
 *

p 

        
"
 
    &  
  %  

  
   
           
 
  
           

       

  
        
  
     
    

#       


         
  
      


)   


  -   
 

     
             
  
       

)    


   -    
   
  
 ' (   
   

  
   
  
        
 *
 
    

 

  
 
 ' (/ 

  ,    
     ,  *

# 
 
  
        

    
   !  
 
    


     

   
           
  
 
      
  0     
 
    
            

    
 

p 
            
   "
   
         

 
   
                

        
  
    
 %  

      


  
      

       

 
        "  

 % 
       
   
 
  
  
         
     



     
      
 


 " 
 %
  

        



       
 

  
      
      
 
    

           

  
  
         

  
               
   
  "    
 
   
 

 

#  %   @      !   8:=   (


 3  
     !               
 (

  


 !  #!  

   !!  4 & #  ' 
 !
 

    ! 
( !    
   !
 1 & 
  ! 
'

# 
 B             
 <7777
 $
 
 !  (    (    2  
(  
 
       !  !      
 
   
    !         #
 4  !  

0 
      !     !    
 
!
  !  !   #!  

!    
     
   

      !   
     !!  !  
!
  3     (   +   1 (  % 
! ! .    

 
 !   0 

    
    
 ! !( !   
 ! 
 


 !     

(     



 
    
!
!  
   
 !
  

!!
  
    !  !! 

#!
3   +  1    
  
   
 .  1 :@:8

 
           
    
  
    

          

     

         #
 #,  

 
         0 % 

 
                
   


     
 
   
  
   
  
 

#   8 (



         
(  
    

  

      ! 


  
<>77
    
 !   
2 (  !$
 


!
     %  
 
     ( 


 !

      

 ( 
 
        

 !
   
   )
/    

    


 !
    




  
  #          

 ( 
 

<   ! 


 


  <7  

: +   ! 
     
 ! 
  (   

 
 0!    !
      
 
 ! 
  ( ! 
    
    


! 
   

6 0 !
      

 !  
  ! 
   
!! 
  

>           .   !     ( ! 
 
 !   
 

@ -
  !
     

 
 (     

 
8       

 
    
  1 
   %
(
 !  ( 
    
 
  6  6 

0        !        
     
 (

    

" 
       : /
   

 
  

< 
    ! 
    (     

      " ( !
" !  
 

: !  
   !  
( 
 "  
 ! 

  (
  ! 

 
!    
    

 
       
    !  +
 
    
 "    

       



   ( !  
 !   

"   

B   !


 
    
 !
!  
   
  
      0! ( !
  
 !  <7 G!
 ! 
     *
 
          
   


 

You might also like