Professional Documents
Culture Documents
1. LATAR BELAKANG
1
disebut oleh masyarakat brebes adalah mainan othok-othok, mainan tersebut
terbuat dari bambu, spon dan limbah industri sandal jepit. Ayahnya tinggal di
Desa Glonggong Kec. Wanasari Kab. Brebes, sejak kecil bapak H. Rosidi
sudah diajari orang tuanya berdagang mainan, hasil kerajianan ayahnya beliau
jual ke kota-kota besar seperti Jakarta. Beliau menjual pada saat musim
liburan karena pada saat itu biasanya mainan tersebut laku keras,dan dari
hasil tersebut oarang tuanya mengajarkan untuk membeli keperluan sekolah
sepert buku, tas, sepatu dan seragam sekolah.Awalnya bapak H. Rosidi
merasa kecewa dengan orang tuanya karena beliau punya cita-cita setelah
lulus MAN 1 Brebes ingin melanjutkan kuliah, karena keterbatasan biaya
sehingga beliau merantau ke Yogyakarta sambil membawa barang dagangan
orang tuanya, dengan harapan ingin berjualan sambil meneruskan kuliah.
Alhasil di Yogyakarta bertahan sampai 6 bulan kemudian beliau pulang ke
desanya. Harapannya adalah oarang tua bahagia melihat kedatangannya, akan
tetapi sebaliknya justru orang tua merasa kecewa karena sikapnya yang
dianggap kurang bersyukur menerima keadaan orang tuanya, pada akhirnya
oarang tua menyuruh beliau untuk menuntut ilmu di Pondok Pesantren
Cirebon, Setelah berjalan 1 tahun beliau kembali ke rumah karena ayahnya
sakit, tidak lama kemudian ayahnya meninggal dunia.
Pada tahun 1997 bapak H. Rosidi menikah dengan seoarang wanita dari
desa tetangga yaitu desa Kebogadung, letaknya bersebelahan dengan desa
Glonggong dan dibatasi sungai besar. Sungai tersebut merupakan salah satu
lalu lintas yang memudahkan antar desa tersebut untuk berhubungan, Sungai
tersebut terkenal dengan nama sungai “Pemali”.
2
2. PEMBAHASAN
Masa krisis adalah masa yang paling sulit pada saat itu, semua barang
yang dikonsumsi masyarakat berubah harga sehingga menuntut masyarakat
untuk berpikir lebih kreatif. Pada saat masyarakat sedang resah dan bingung
untuk memenuhi kebutuhan hidup, dengan bekal ketrampilan yang di peroleh
dari orang tuanya, bapak H. Rosidi mulai membuat sesuatu yang berbeda
dengan usaha orang tuanya.
Memasuki tahun ke tiga usaha yang ditekuni mulai rame dan bapak H.
Rosidi mulai menambah jenis mainan berupa tikus-tikusan, katak, ikan koki,
kalajengking,dan kura-kura yang terbuat dari spon limbah pabrik sepatu,
beliau membeli bahan baku dengan harga Rp. 3.500,- per kg. Tahun ke 4
sampai sekarang menambah jenis mainan berupa ikan lele dan barongsai
bahan bakunya spon dan plastik yang disablon warna-warni, siiring
3
berjalannya waktu dan kebutuhan hidup semakin meningkat serta bahan baku
pembuatan mainan tersebut juga naik maka harga mainan tersebut naik dari
harga Rp. 850 menjadi Rp. 1.000. Usaha jenis mainan ini tidak selamanya
rame ada hari-hari tertentu dimana bapak H. Rosidi banyak pesanan, hari-
hari pada saat rame antara lain musim liburan, tahun baru dan lebaran. Saat
hari biasa pembuatan mainan ini per bulan membuat 4.000 buah mainan
sedangkan kalau rame mencapai 6.000 Pcs, omset yang di peroleh bapak H.
Rosidi dalam satu bulan rata-rata Rp.4.000.000,- . Para pemesan bukan hanya
dari dalam kota tapi mereka berasal dari Jepara, Kudus bahkan sampai ke luar
jawa seperti Balikpapan, Bukit Tinggi dll.
4
3. KESIMPULAN
5
INDUSTRI KECIL MAINAN ANAK
DI DESA KEBOGADUNG – KEC. JATIBARANG
KAB. BREBES
TUGAS TERSTRUKTUR
OLEH :
RINI ARIANI : 0301509010
6
PENDIDIKAN IPS
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2010
ANEKA PRODUK MAINAN ANAK “MUSTIKA”
DESA KEBOGADUNG, JATIBARANG - BREBES
7
8