You are on page 1of 10

Pengertian Flora dan Fauna

Flora adalah jenis-jenis tumbuhan sedangkan fauna yaitu jenis-jenis hewan.

Indonesia meliliki keanekaragaman flora dan fauna baik di Indonesia bagian barat, tengah
dan timur akibat pengaruh keadaan alam, rintangan alam dan pergerakan hewan di alam
bebas. Ketiga wilayah di Indonesia memiliki keunikan dan ciri khas keragaman binatang
dan tanaman yang ada di alam bebas.

Alfred Russel Wallace dan Max Wilhelm Carl Weber adalah orang-orang yang
mengelompokkan tipe flora dan fauna Indonesia ke dalam tiga kelompok, yaitu :

1. Fauna Asiatis
Wilayah = Indonesia bagian barat (sumatera, jawa, kalimantan hingga selat makassar dan
selat lombok)
Hewan = badak, harimau, orangutan, gajah, dsb.

2. Fauna Peralihan dan Fauna Asli


Wilayah = Indonesia bagian tengah (sulawesi dan nusa tenggara)
Hewan = Babi rusa, kuskus, burung maleo, kera, dll.

3. Fauna Australis
Wilayah = Indonesia bagian timur (papua)
Binatang = Burung cendrawasih, burung kakatua, kangguru, dsb.

- Dalam peta persebaran flora dan fauna Indonesia :


Antara fauna tipe asiatis dan peralihan terdapat garis wallace.
Antara fauna tipe peralihan dan tipe australis terdapat garis weber.

Kondisi flora dan fauna di setiap daerah dipengaruhi oleh banyak hal seperti :
1. Tinggi rendah dari permukaan laut
2. Jenis tanah
3. Jenis hutan
4. Iklim
5. Pengaruh manusia, dan lain-lain

Persebaran Flora & Fauna di Indonesia

Wilayah Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman sumber daya hati
baik yang terdapat di darat, laut maupun udara. Keanekaragaman flora dan fauna tersebut
mendorong pada peneliti dan pecinta alam datang ke Indonesia untuk meneliti flora dan
fauna.

1. Persebaran Flora (dunia tumbuhan) di Indonesia


Tumbuh-tumbuhan yang hidup di suatu tempat ada yang tumbuh secara alami dan ada
juga yang dibudidayakan oleh manusia. Flora ataua dunia tumbuhan di berbagai tempat
di dunia pasti berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain sebagai
berikut :
* Iklim
* Jenis tanah
* Relief atau tinggi rendah permukaan bumi
* Biotik (pengaruh makhluk hidup).

Adanya faktor-faktor tesebut, Indonesia memeliki keanekara- gaman jenis tumbuh-


tumbuhan. Iklim memiliki pengaruh yang sangat besar terutama suhu udara dan curah
hujan. Daerah yang curah hujannya tinggi memiliki hutan yang lebat dan jenis tanaman
lebih bervariasi, misalnya: di Pulau Sumatera dan Kalimantan

Sedangkan daerah yang curah hujannya relatif kurang tidak memiliki hutan yang lebat
seperti di Nusa Tenggara. Daerah ini banyak di tum- buhi semak belukar dengan padang
rumput yang luas.

Suhu udara juga mempengaruhi tanaman yang dapat hidup di suatu tempat. Junghuhn
telah membuat zonasi (pembatasan wilayah) tumbuh- tumbuhan di Indonesia sebagai
berikut :
* Daerah panas (0 – 650 meter), tumbuhan yang cocok di daerah ini adalah kelapa, padi,
jagung, tebu, karet.

* Daerah sedang ( 650 – 1500 meter), tumbuhan yang cocok di daerah ini adalah kopi,
tembakau, teh, sayuran.

* Daerah sejuk ( 1500 – 2500 meter), tumbuhan yang cocok di daerah ini adalah teh,
sayuran, kina, pinus.

* Daerah dingin (di atas 2500 meter) tidak ada tanaman budidaya

Beberapa jenis flora di Indonesia yang dipengaruhi oleh iklim antara lain sebagai
berikut :
* Hutan Musim, terdapat di daerah Indonesia yang memiliki suhu udara tinggi dan
memiliki perbedaan kondisi tumbuhan di musim hujan dan musim kemarau. Pada musim
kemarau pohonnya akan meranggas dan pada musim hujan akan tumbuh hijau kembali.
Contoh hutan mu- sim ialah hutan jati dan kapuk randu. Hutan musim banyak terdapat di
Jawa Tengah dan Jawa Timur.

* Hutan Hujan Tropis, terdapat di daerah yang curah hujannya tinggi. Indonesia beriklim
tropis dan dilalui garis khatulistiwa sehing- ga Indonesia banyak memperoleh sinar
matahari sepanjang tahun, curah hujan tinggi dan temperatur udara tinggi. Di Indonesia
hutan hujan tropis terdapat di Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua.

* Sabana, terdapat di daerah yang curah hujannya sedikit. Sabana beru- pa padang
rumput yang diselingi pepohonan yang bergerombol. Sabana terdapat di Nusa Tenggara
Barat dan Nusa Tenggara Timur.

* Steppa, adalah padang rumput yang sangat luas. Stepa terdapat di daerah yang curah
hujannya sangat sedikit atau rendah. Stepa terda- dapat di Nusa Tenggara Timur, baik
untuk peternakan.

* Hutan Bakau atau Mangrove, adalah hutan yang tumbuh di pantai yang berlumpur.
Hutan bakau banyak terdapat di pantai Papua, Sumatera bagian timur, Kalimantan Barat
dan Kalimantan Selatan.

Jenis-jenis hutan yang dipengaruhi iklim antara lain


(a). Hutan Hujan Tropis, (b). Sabana, (c). Steppa, (d). Hutan Mangrove
2. Persebaran Fauna (dunia hewa) di Indonesia)

Keanekaragaman dan perbedaan fauna di Indonesia dipengaruhi oleh keadaan alam,


gerakan hewan dan rintangan alam. Fauna atau dunia hewan di Indonesia digolongkan
menjadi tiga kelompok berdasarkan pengelompokan oleh Alfred Russel Wallace dan Max
Wilhelm Carl Weber. Secara ringkas tiga kelompok fauna di Indonesia adalah ebagai
berikut :

* Fauna tipe Asiatis, menempati bagian barat Indonesia sampai Selat Makasar dan Selat
Lombok. Di daerah ini terdapat berbagai jenis hewan menyusui yang besar seperti gajah,
harimau, badak, beruang, orang utan.

* Fauna tipe Australis, menempati bagian timur Indonesia, meliputi Papua dan pulau-
pulau sekitarnya. Di daerah ini terdapat jenis hewan seperti kangguru, burung kasuari,
cendrawasih, kakaktua.

* Fauna Peralihan dan asli, terdapat di bagian tengah Indonesia, meliputi Sulawesi dan
daerah Nusa Tenggara. Di daerah ini terdapat jenis hewan seperti kera, kuskus, babi rusa,
anoa dan burung maleo.

Jenis Fauna Australis, yang terdapat di Bagian Timur Indonesia

Peta Persebaran Fauna Indonesia berdasarkan Garis Wallace dan Garis Weber
o Garis Wallace membatasi Fauna Asiatis dengan Fauna Peralihan
o Garis Weber membatasi Fauna Australis dengan Fauna Peralihan.
Indonesia luar biasa kaya akan flora dan fauna. Hal ini sebagian disebabkan oleh
kenyataan bahwa negeri tersebut terbentang melingkupi tidak hanya satu melainkan dua
kawasan geografi kehewanan (zoogeography) yang besar di dunia. Menurut istilah
geologi, Indonesia bagian barat, dengan harimau, badak, dan gajahnya, sangat berkaitan
dengan bagian-bagian Asia lain, sedangkan Indonesia bagian timur berkaitan dengan
Australia.

Pulau Irian (yang mencakup Propinsi Irian Jaya) asalnya adalah semenanjung Australia
bagian utara. Bagian tersebut naik ke atas permukaan laut ketika Australia bergeser ke
utara ke arah Asia, yang dimulai kira-kira 45 juta tahun yang lalu. Kira-kira 25 juta tahun
yang lalu, gerakan besar dalam kerak bumi memungkinkan membanjirnya lautan ke
daratan, sehingga memisahkan Australia dari Irian. Sejak itu, hubungan daratan dengan
Australia menjadi ber-antara (kadang ada kadang tidak).

Di sebelah barat Irian Jaya, lautnya selalu terlalu dalam untuk memungkinkan adanya
kontak daratan yang terus menerus antara Irian dengan bagian lain di Indonesia. Hal ini
berarti bahwa Irian pada dasarnya mempunyai fauna dan flora Australia. Di sini tidak ada
harimau, badak, gajah dan fauna Asia lainnya meskipun beberapa jenis fauna Asia yang
kecil, seperti tikus telah dapat menyeberang, mungkin dengan menumpang pada tumbuh-
tumbuhan yang mengapung di laut.

Irian Jaya merupakan tempat bagi beberapa jenis hewan yang asalnya dari Australia.
Jenis ini mencakup hewan monotrem seperti echidna (landak), hewan berkantung seperti
kanguru dan kuskus, burung seperti kakatua dan burung paradiso, serta hewan melata
seperti skink (sejenis kadal) dan penyu berleher di pinggir. Tumbuhan seperti lillipili,
pohon eukaliptus dan banyak jenis lainnya, juga merupakan bukti adanya hubungan pada
zaman dulu antara Australia dan Irian. Selain itu, ada lagi hubungan yang lebih
mencolok. Nun di ketinggian pegunungan Irian Jaya tumbuhlah pohon-pohon yang
sangat dekat kaitannya dengan pohon pinus jenis celery-top dan pinus jenis Huon di
Tasmania. Pohon-pohon ini hanya hidup di tempat yang paling dingin dan basah. Pada
waktu Australia mengering selama 15 juta tahun terakhir, jenis-jenis pohon ini menjadi
punah dari daratan Australia, dan sekarang hanya hidup di pulau-pulau sebelah utaranya
(Irian) dan sebelah selatannya (Tasmania).

Menurut sejarah, kekayaan Indonesia sebagian bergantung pada perdagangan tumbuhan


yang asalnya dari Australia. Cengkih adalah putik bunga dari tumbuhan sejenis lillipili,
yakni sejenis pohon yang banyak sekali dijumpai di Australia. Minyak kayu putih dibuat
dari pohon paperbark, yakni sebuah jenis lain yang juga sama dengan yang ada di
Australia, sedangkan burung cenderawasih atau burung paradiso juga hewan yang
asalnya dari Australia, yang dulu pernah menjadi barang dagangan yang laris. Melihat
nilainya tersebut, wajarlah jika gambar cengkih dan cenderawasih muncul dalam uang
kertas rupiah 20.000-an.

Jenis-jenis fauna dan flora yang sama dengan Australia tidak hanya terbatas di Irian Jaya
saja karena di seluruh Kepulauan Maluku, bahkan sampai ke Sulawesi, dijumpai juga
jenis-jenis tersebut. Hal ini dulu disebabkan adanya suatu fenomena geologi yang disebut
Sesar Sorong.

Sesar Sorong merupakan retakan besar dalam kerak bumi yang diberi nama sesuai
dengan nama kota Sorong di Irian Jaya sebelah timur laut. Retakan ini terjadi dari timur
ke barat di sepanjang Irian sebelah utara sejauh ratusan kilometer. Selama 40 juta tahun,
retakan tersebut telah melepaskan potongan daratan yang luas dari New Guinea sebelah
utara. Pulau-pulau yang tercipta melalui kejadian ini bergeser ke arah barat melintasi
lautan ke arah Sulawesi.

Bagian-bagian timur Sulawesi (yakni kedua bentuk lengan bagian tengah pulau itu)
berasal dari bagian-bagian Irian yang retak dan tergeser oleh Sesar Sorong tersebut.
Bahkan hingga sekarang danau-danau di kawasan ini berisi ikan air tawar yang jenisnya
sangat dekat dengan jenis di Australia, sedangkan ikan di danau-danau lain di Sulawesi
asalnya dari Asia. Ada dua jenis kuskus di Sulawesi, dan burung maleo yang berbusut
aneh, serta beberapa jenis hewan dan tumbuhan juga berasal-usul seperti ini. Semua jenis
ini asalnya dari Australia-Irian, bertahan hidup jutaan tahun terpisah ketika tempat
asalnya menjadi pulau-pulau yang secara perlahan-lahan bergeser ke arah barat
menyeberangi Laut Maluku, dan akhirnya bertahan hidup melalui persaingan dengan
fauna Asia di tempat lain di Sulawesi ketika pulaunya bertabrakan dengan bagian
Sulawesi lainnya.

Jenis Dan Persebaran Flora Dan Fauna


Pola persebaran fauna di Indonesia sama dengan pola persebaran tumbuhan, yaitu di
bagian Barat, faunanya mempunyai kemiripan dengan fauna Asia, di bagian Timur
faunanya mirip dengan fauna di Australia, dan diantara kedua daerah tadi, faunanya
merupakan fauna daerah peralihan. Hal tersebut dimungkinkan karena pada zaman es
Indonesia pernah menyatu dengan Asia dan Australia. Pada masa itu Indonesia menjadi
jembatan persebaran hewan dari Asia dan Australia.
Sejarah terbentuknya daratan di Indonesia berawal pada zaman es. Pada awal zaman es
tersebut, suhu permukaan bumi turun sehingga permukaan air laut menjadi turun. Pada
masa itu, wilayah Indonesia bagian Barat yang disebut juga Dataran Sunda masih
menyatu dengan Benua Asia, sedangkan Indonesia bagian Timur yang disebut juga
Dataran Sahul menyatu dengan Benua Australia. Dataran Sunda dan Dataran Sahul juga
masih berupa daratan belum dipisahkan oleh laut dan selat. Keadaan tersebut
menyebabkan keanekaan flora dan fauna di Indonesia bagian Barat seperti Jawa, Bali
Kalimantan, dan Sumatera pada umumnya menunjukkan kemiripan dengan flora di
Benua Asia.
Begitu pula denga flora dan fauna di Indonesia bagian Timur seperti Irian Jaya dan pulau-
pulau disekitarnya pada umumnya mempunyai kemiripan dengan flora dan fauna di
benua Australia. Jadi Indonesia pada masa itu menjadi jembatan penghubung persebaran
hewan dari Asia dan Australia. Kemudian, pada akhir zaman es, suhu permukaan bumi
naik sehingga permukaan air laut naik kembali. Naiknya permukaan air laut
mengakibatkan Jawa terpisah dengan Benua Asia, kemudian terpisah dari Kalimantan
dan terakhir dari Sumatera. Selanjutnya Sumatera terpisah dari Kalimantan kemudian
dari Semenanjung Malaka dan terakhir Kalimantan terpisah dari Semenanjung Malaka.
Faktor-Faktor Penyebab terjadinya Keanekaragaman Flora Dan Fauna di Indonesia
Keanekaragaman flora dan fauna di suatu wilayah tidak terlepas dari dukungan kondisi di
wilayah itu. Ada tumbuhan yang hanya dapat tumbuh di daerah yang beriklim tropis,
dimana banyak curah hujan dan sinar matahari, dan ada yang hanya dapat tumbuh di
daerah yang dingin dan lembab. Kita tentu tidak pernah melihat pohon Meranti atau
Anggrek tropik pada daerah dingin di daerah tundra. Dukungan kondisi suatu wilayah
terhadap keberadaan flora dan fauna berupa faktor-faktor fisik (abiotik) dan faktor non
fisik (biotik).Yang termasuk faktor fisik (abiotik) adalah iklim (suhu, kelembaban udara,
angin), air, tanah, dan ketinggian, dan yang termasuk faktor non fisik (biotik) adalah
manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan.
a. Iklim
Faktor iklim termasuk di dalamnya keadaan suhu, kelembaban udara dan angin sangat
besar pengaruhnya terhadap kehidupan setiap mahluk di dunia. Faktor suhu udara
berpengaruh terhadap berlangsungnya proses pertumbuhan fisik tumbuhan. Sinar
matahari sangat diperlukan bagi tumbuhan hijau untuk proses fotosintesa. Kelembaban
udara berpengaruh pula terhadap pertumbuhan fisik tumbuhan. Sedangkan angin berguna
untuk proses penyerbukan. Faktor iklim yang berbeda-beda pada suatu wilayah
menyebabkan jenis tumbuhan maupun hewannya juga berbeda.. Tanaman di daerah
tropis, banyak jenisnya, subur dan selalu hijau sepanjang tahun karena bermodalkan
curah hujan yang tinggi dan cukup sinar matahari.

b. Tanah
Tanah banyak mengandung unsur-unsur kimia yang diperlukan bagi pertumbuhan flora di
dunia. Kadar kimiawi berpengaruh terhadap tingkat kesuburan tanah. Keadaan struktur
tanah berpengaruh terhadap sirkulasi udara di dalam tanah sehingga memungkinkan akar
tanaman dapat bernafas dengan baik. Keadaan tekstur tanah berpengaruh pada daya serap
tanah terhadap air. Suhu tanah berpengaruh terhadap pertumbuhan akar serta kondisi air
di dalam tanah.
Komposisi tanah umumnya terdiri dari bahan mineral anorganik (70%-90%), bahan
organik (1%-15%), udara dan air (0-9%). Hal-hal di atas menunjukkan betapa pentingnya
faktor tanah bagi pertumbuhan tanaman. Perbedaan jenis tanah menyebabkan perbedaan
jenis dan keanekaragaman tumbuhan yang dapat hidup di suatu wilayah. Contohnya di
Nusa Tenggara jenis hutannya adalah Sabana karena tanahnya yang kurang subur.

c. Air
Air mempunyai peranan yang penting bagi pertumbuhan tumbuhan karena dapat
melarutkan dan membawa makanan yang diperlukan bagi tumbuhan dari dalam tanah.
Adanya air tergantung dari curah hujan dan curah hujan sangat tergantung dari iklim di
daerah yang bersangkutan. Jenis flora di suatu wilayah sangat berpengaruh pada
banyaknya curah hujan di wilayah tersebut. Flora di daerah yang kurang curah hujannya
keanekaragaman tumbuhannya kurang dibandingkan dengan flora di daerah yang banyak
curah hujannya.

d. Tinggi rendahnya permukaan bumi


Faktor ketinggian permukaan bumi umumnya dilihat dari ketinggiannya dari permukaan
laut (elevasi). Misalnya ketinggian tempat 1500 m berarti tempat tersebut berada pada
1500 m di atas permukaan laut. Semakin tinggi suatu daerah semakin dingin suhu di
daerah tersebut. Demikian juga sebaliknya bila lebih rendah berarti suhu udara di daerah
tersebut lebih panas. Setiap naik 100 meter suhu udara rata-rata turun sekitar 0,5 derajat
Celcius. Jadi semakin rendah suatu daerah semakin panas daerah tersebut, dan sebaliknya
semakin tinggi suatu daerah semakin dingin daerah tersebut. Oleh sebab itu ketinggian
permukaan bumi besar pengaruhnya terhadap jenis dan persebaran tumbuhan. Daerah
yang suhu udaranya lembab, basah di daerah tropis, tanamannya lebih subur dari pada
daerah yang suhunya panas dan kering.

e. Manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan


Manusia mampu mengubah lingkungan untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Misalnya
daerah hutan diubah menjadi daerah pertanian, perkebunan atau perumahan dengan
melakukan penebangan, reboisasi,.atau pemupukan. Manusia dapat menyebarkan
tumbuhan dari suatu tempat ke tempat lainnya. Selain itu manusia juga mampu
mempengaruhi kehidupan fauna di suatu tempat dengan melakukan perlindungan atau
perburuan binatang. Hal ini menunjukan bahwa faktor manusia berpengaruh terhadap
kehidupan flora dan fauna di dunia ini. Selain itu faktor hewan juga memiliki peranan
terhadap penyebaran tumbuhan flora.
Misalnya serangga dalam proses penyerbukan, kelelawar, burung, tupai membantu dalam
penyebaran biji tumbuhan. Peranan faktor tumbuh-tumbuhan adalah untuk menyuburkan
tanah. Tanah yang subur memungkinkan terjadi perkembangan kehidupan tumbuh-
tumbuhan dan juga mempengaruhi kehidupan faunanya. Contohnya bakteri saprophit
merupakan jenis tumbuhan mikro yang membantu penghancuran sampah-sampah di
tanah sehingga dapat menyuburkkan tanah.

Keanekaragaman Hayati di Indonesia


Keanekaragaman hayati di Indonesia ada 3 yaitu:
keaneka ragaman ekosisitem
keaneka ragaman jenis dan
keaneka ragaman genetik.
Manfaat Keanekaragaman Hayati di Indonesia
Keanekaragaman hayati merupakan anugerah terbesar bagi umat manusia. Manfaatnya
antara lain adalah:
(1) Merupakan sumber kehidupan, penghidupan dan kelangsungan hidup bagi umat
manusia, karena potensial sebagai sumber pangan, papan, sandang, obat-obatan serta
kebutuhan hidup yang lain
(2) Merupakan sumber ilmu pengetahuan dan tehnologi
(3) mengembangkan sosial budaya umat manusia
(4) Membangkitkan nuansa keindahan yang merefleksikan penciptanya.

Penyebaran Sumberdaya Hayati di Indonesia


Dipandang dari segi biodiversitas, posisi geografis Indonesia sangat menguntungkan.
Negara ini terdiri dari beribu pulau, berada di antara dua benua, yaitu Asia dan Australia,
serta terletak di katulistiwa. Dengan posisi seperti ini Indonesia merupakan salah satu
negara yang memiliki kekayaan keanekaragaman hayati terbesar di dunia. Indonesia
dengan luas wilayah 1,3% dari seluruh luas muka bumi memiliki 10% flora berbunga
dunia, 12% mamalia dunia, 17% jenis burung dunia, dan 25% jenis ikan dunia.
Penyebaran tumbuhan, Indonesia tercakup dalam kawasan Malesia, yang juga meliputi
Filipina, Malaysia dan Papua Nugini. Kawasan ini ditentukan berdasarkan persebaran
marga tumbuhan yang ditandai oleh 3 simpul demarkasi yaitu (1) Simpul selat Torres
menunjukkan bahwa 644 marga tumbuhan Irian Jaya tidak bisa menyeberang ke
Australia dan 340 marga tumbuhan Australia tidak dijumpai di Irian Jaya. (2) Tanah
genting Kra di Semenanjung Malaya merupakan batas penyebaran flora Malesia di
Thailand. Demarkasi ini menyebabkan adanya 200 marga tumbuhan Thailand yang tidak
dapat menyebar ke kawasan Malesia, dan 375 marga Malesia tidak dijumpai di Thailand.
(3). Simpul di sebelah selatan Taiwan menjadi penghalang antara flora Malesia dan Flora
Taiwan.. Adanya demarkasi ini menyebabkan 40% marga flora Malesia tidak terdapat di
luar kawasan Malesia dan flora Malesia lebih banyak mengandung unsur Asia dibanding
unsur Australia. Pecahnya benua selatan Gendawa pada 140 juta tahun yang lalu menjadi
paparan sunda (berasal dari benua utara laurasia) dan paparan Sahul (berasal dari
Gondawa) menyebabkan penyebaran tumbuhan yang terpusat di paparan Sunda seperti
jenis durian, rotan, tusam dan artocarpus.
Pola penyebaran hewan di Indonesia diwarnai oleh pola kelompok kawasan Oriental di
sebelah barat dan kelompok kawasan Australia di sebelah Timur. Kedua kawasan ini
sangat berbeda. Namun demikian karena Indonesia terdiri dari deretan pulau yang sangat
berdekatan, maka migrasi fauna antarpulau memberi peluang bercampurnya unsur dari 2
kelompok kawasan tersebut. Percampuran ini mengaburkan batas antara kawasan oriental
dan kawasan Australia..

Memperhatikan sifat hewan di Indonesia Wallace membagi kawasan penyebaran fauna


menjadi 2 kelompok besar yaitu fauna bagian barat Indonesi (Sumatera, Jawa, Bali,
Madura, Kalimantan) dan Fauna bagian timur yaitu Sulawesi dan pulau di sebelah
timumya. Dua kelompok fauna ini mempunyai ciri yang berbeda dan dipiahkan ole garis
Wallace (garis antara Kalimantan dan Sulawesi, berlanjut antara Bali dan Lombok).
Hamparan kepulauan di sebelah timur garis Wallace dari semula memang tidak termasuk
kawasan Australia, karena garis batas barat kawasan Australia adalah Garis Lydekker
yang mengikuti batas paparan Sahul. Dengan demikian ada daerah transisi yang dibatasi
Garis Wallace di sebelah Barat dan garis Lydekker di sebelah timur. Di antara kedua
garis ini terdapat garis keseimbangan fauna yang dinamakan garis Weber. Karena
peluang pencampuran unsur fauna di daerah ini sangat besar, akibatnya di daerah transisi
ini terdapat unsur - unsur campuran antara barat dan timur. Daerah transisi ini dinamakan
Wallace. Dengan kondisi geografis seperti ini mengakibatkan sumber daya hayati di
Indonesia sangat kaya baik dalam jenis maupun jumlahnya.

Keanekaragaman Jenis
Indonesia memiliki keaneka ragaman jenis yang kaya. Taksiran jumlah jenis kelompok
utama makhluk hidup sebagai berikut: Hewan menyusui 300 jenis; Burung 7500 jenis;
Reptil 2000 jenis; Amfibi 1000 jenis; Ikan 8500 jenis; keong 20000 jenis; serangga
250000 jenis. Tumbuhan biji 25000 jenis; paku pakuan 1250 jenis; lumut 7500 jenis;
Ganggang 7800 jenisjamur 72 000 jenis; bakteri dan ganggang biru 300 jenis. (Sastra
pradja, 1989). Beberapa pulau di Indonesia memiliki spesies endemik, terutama di pulau
Sulawesi; Irian Jaya dan di pulau Mentawai. Indonesia memiliki 420 specis burung
endemik yang tersebar di 24 lokasi.

Keanekaragaman Genetik
Keaneka ragaman genetik merupakan keanekaragaman sifat yang terdapat dalam satu
jenis. Dengan demikian tidak ada satu makhlukpun yang sama persis dalam
penampakannya. Matoa Pometia pinnata di Irian Jaya mempunyai 9 macam penampilan
dari seluruh populasi yang ada.
Dengan kemampuan reproduksi baik vegetatif dan generatif, populasi sagu di Ambon
mempunyai 6 macam pokok sagu yang berbeda. Berdasarkan jumlah jenis durian liar
yang tumbuh di Kalimantan yang jumlahnya mencapai 19 jenis, diduga bahwa
Kalimantan adalah pusat keanekaragaman genetik durian. Dengan teknik budi daya
semakin banyak jenis tumbuhan hasil rekayasa genetik seperti padi, jagung, ketela,
semangka tanpa biji, jenis jenis anggrek, salak pondoh, dan lain-lain. Keanekaragaman
plasma nutfah di Indonesia tampak pada berbagai hewan piaraan. Ternak penghasil
pangan yang telah diusahakan adalah 5 jenis hewan temak yaitu sapi biasa, sapi Bali,
kerbau, kambing, domba dan babi. Dan 7 jenis unggas yaitu ayam, itik , entok, angsa,
puyuh, merpati dan kalkun serta hewan piaraan yang lain seperti cucak rowo, ayam
bekisar, dan lain-lain. Keanekaragaman genetik hewan ini tidak semuanya berasal dari
negeri sendiri. Namun demikian melalui proses persilangan jenis-jenis hewan ini
memperbanyak khasanah keanekaragaman genetik di Indonesia.

Persebaran Flora & Fauna / Hewan & Tumbuhan Di Indonesia

Indonesia meliliki keanekaragaman flora dan fauna baik di Indonesia bagian barat, tengah
dan timur akibat pengaruh keadaan alam, rintangan alam dan pergerakan hewan di alam
bebas. Ketiga wilayah di Indonesia memiliki keunikan dan ciri khas keragaman binatang
dan tanaman yang ada di alam bebas.
Alfred Russel Wallace dan Max Wilhelm Carl Weber adalah orang-orang yang
mengelompokkan tipe flora dan fauna Indonesia ke dalam tiga kelompok, yaitu :
1. Fauna Asiatis
Wilayah = Indonesia bagian barat (sumatera, jawa, kalimantan hingga selat makassar dan
selat lombok)
Hewan = badak, harimau, orangutan, gajah, dsb.
2. Fauna Peralihan dan Fauna Asli
Wilayah = Indonesia bagian tengah (sulawesi dan nusa tenggara)
Hewan = Babi rusa, kuskus, burung maleo, kera, dll.

3. Fauna Australis
Wilayah = Indonesia bagian timur (papua)
Binatang = Burung cendrawasih, burung kakatua, kangguru, dsb.

Dalam peta persebaran flora dan fauna Indonesia :


Antara fauna tipe asiatis dan peralihan terdapat garis wallace.
Antara fauna tipe peralihan dan tipe australis terdapat garis weber.

Kondisi flora dan fauna di setiap daerah dipengaruhi oleh banyak hal seperti :
1. Tinggi rendah dari permukaan laut
2. Jenis tanah
3. Jenis hutan
4. Iklim
5. Pengaruh manusia, dan lain-lain

You might also like