Professional Documents
Culture Documents
A) mempelajari :
seluk beluk hokum, asal mula, wujud, asas , system macam pembagian, sumber,
perkembangan , fungsi, kedudukan hokum dalam masyarakat
B) menelaah hokum sebagai gejala, fenomena, kehidupan manusia dimana pun dan
kapan pun (universal)
C) metode mempelajari hokum
1. metode idealis : perwujudan nilai-nilai tertentu = keadilan
2. metode normative : analisis hokum sebagai system abstrak otonom dan bebas nilai
3. metode sosiologis : hokum sebagai alat untuk mengatur masyarakat, factor yang
mempengaruhi pembentukan hokum.
4. metode histories : melihat sejarah hokum = masa lampau dan sekarang
5. metode sistematis : hokum sebagai system
6. metode komparatif, membandingkan antara tata hokum yang belaku disuatu Negara .
1. SEJARAH PHI
Pengantar ilmu hokum (PHI) merupakan terjemahan dari mata kuliah inleiding tot de
recht sweetenschap yang diberikan di Recht School (RHS) atau sekolah tinggi hokum
Batavia di jaman Hindia Belanda yang didirikan 1924 di Batavia (Jakarta sek.) istilah
itupun sama dengan yang terdapat dalam undang-undang perguruan tinggi Negeri
Belanda Hoger Onderwijswet 1920.
Di zakman kemerdekaan pertama kali menggunakan istilah “pengantar ilmu hokum .”
adalah perguruan tinggi Gajah Mada yang didirikan di yogyakarta 13 maret 1946
2. ILMU-ILMU YANG MEMBANTU ILMU HUKUM YAITU :
Sejarah hokum = salah satu bidang studi hokum , yang mempelajari perkembangan dan
asal usul system hokum dalam masyarakat tertentu dan memperbandingkan antar
hokum yang berbeda karena di batasi waktu yang berbeda pula
Politik hokum = salah satu bidang studi hokum , yang kegiatannya memilih atau
menentukan hokum mana yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai oleh
masyarakat.
Perbandingan hokum = salah satu bidang studi hokum yang mempelajari dan
mengidentifikasi persamaan dan perbedaan dua atau lebih system hokum antar Negara
maupun dalam Negara sendiri
Antropologi hokum = salah satu bidang studi hokum yang mempelajari pola-pola
sengketa penyelsaian nya dalam masyarakat sederhana maupun masyarakat yang sedang
mengalami proses modernisasi
Filsfat hokum = salah satu cabang filsafat yang mempelajari hakikat dari hokum , objek
dari filsafat hokum dalah hokum yang dikaji secara mendalam
Sosiologi hokum = salah satu cabang ilmu pengetahuan yang secara analitis dan empiris
mempelajari hubungan timbale balik antara hokum dengan gejala social lainnya .
Psikologi hokum = salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari hokum
sebagai suatu perwujudan jiwa manusia .
Ilmu hokum positif = ilmu yang mempelajari hokum sebagai suatu kenyataan yang
hidup berlaku pada waktu sekarang
Dari ber bagai ahli di simpulkan bahwa hokum meliputi berbagai unsure :
1. peraturan tingkah laku manusia
2. di buat oleh badan berwenang
3. bersifat memaksa walaupun tak dapat di paksakan
4. di sertai sanksi yang tegas
PENGANTAR ILMU HUKUM = mata kuliah dasar yang bertujuan untuk
memperkenalkan ilmu hkum secara keseluruhan dalam garis besar
HAKIKAT PENGANTAR ILMU HUKUM sebagai dasar dari pengetahuan hokum
yang mengandung pengertian dasar yang menjadi akar dari ilmu hokum itu sendiri
CIRI-CIRI HUKUM:
1.ada unsure perintah , larangan, dan kebolehan
2. ada sanksi yang tegas
3. adanya perintah dan larangan
4. perintah dan larangan harus ditaati
MADNUR
NIM 30210111016
KELAS 1 IP
PANDEGLANG 2010
Daftar Isi:
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
ISI
BAB III
PENUTUP
MASALAH KENAKALAN REMAJA
BAB I
PENDAHULUAN
Kenakalan remaja dalam studi masalah sosial dapat dikategorikan ke dalam perilaku
menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial terjadi karena
terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial ataupun dari nilai dan
norma social yang berlaku. Perilaku menyimpang dapat dianggap sebagai sumber
masalah karena dapat membahayakan tegaknya sistem sosial. Penggunaan konsep
perilaku menyimpang secara tersirat mengandung makna bahwa ada jalur baku yang
harus ditempuh. Perilaku yang tidak melalui jalur tersebut berarti telah menyimpang.
Untuk mengetahui latar belakang perilaku menyimpang perlu membedakan adanya
perilaku menyimpang yang tidak disengaja dan yang disengaja, diantaranya karena si
pelaku kurang memahami aturan-aturan yang ada. Sedangkan perilaku yang
menyimpang yang disengaja, bukan karena si pelaku tidak mengetahui aturan. Hal yang
relevan untuk memahami bentuk perilaku tersebut, adalah mengapa seseorang
melakukan penyimpangan, sedangkan ia tahu apa yang dilakukan melanggar aturan.
Becker (dalam Soerjono Soekanto,1988,26), mengatakan bahwa tidak ada alasan untuk
mengasumsikan hanya mereka yang menyimpang mempunyai dorongan untuk berbuat
demikian. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya setiap manusia pasti mengalami
dorongan untuk melanggar pada situasi tertentu, tetapi mengapa pada kebanyakan orang
tidak menjadi kenyataan yang berwujud penyimpangan, sebab orang dianggap normal
biasanya dapat menahan diri dari penyimpangan.
Masalah sosial perilaku menyimpang dalam “Kenakalan Remaja” bisa melalui
pendekatan individual dan pendekatan sistem. Dalam pendekatan individual melalui
pandangan sosialisasi. Berdasarkan pandangan sosialisasi, perilaku akan diidentifikasi
sebagai masalah sosial apabila ia tidak berhasil dalam melewati belajar sosial
(sosialisasi). Tentang perilaku disorder di kalangan anak dan remaja (Kauffman , 1989 :
6) mengemukakan bahwa perilaku menyimpang juga dapat dilihat sebagai perwujudan
dari konteks sosial. Perilaku disorder tidak dapat dilihat secara sederhana sebagai
tindakan yang tidak layak, melainkan lebih dari itu harus dilihat sebagai hasil interaksi
dari transaksi yang tidak benar antara seseorang dengan lingkungan sosialnya. Ketidak
berhasilan belajar sosial atau “kesalahan” dalam berinteraksi dari transaksi sosial
tersebut dapat termanifestasikan dalam beberapa hal.
BAB II
ISI
Proses sosialisasi terjadi dalam kehidupan sehari-hari melalui interaksi sosial dengan
menggunakan media atau lingkungan sosial tertentu. Oleh sebab itu, kondisi kehidupan
lingkungan tersebut akan sangat mewarnai dan mempengaruhi input dan pengetahuan
yang diserap. Dalam hal ini penulis menitik beratkan pada fungsi keluarga sebagai
proses sosialisasi pada tahap awal.
Mengenai pendekatan sistem, yaitu perilaku individu sebagai masalah sosial yang
bersumber dari sistem sosial terutama dalam pandangan disorganisasi sosial sebagai
sumber masalah. Dikatakan oleh (Eitzen, 1986:10) bahwa seorang dapat menjadi
buruk/jelek oleh karena hidup dalam lingkungan masyarakat yang buruk. Atas dasar ini
penulis mengambil tema yaitu “Kenakalan Remaja Ditinjau dari teori Emile Durkheim”
Hal ini dapat dijelaskan bahwa pada umumnya pada remaja yang mengalami gejala
disorganisasi keluarga, norma dan nilai sosial menjadi kehilangan kekuatan mengikat.
Dengan demikian kontrol sosial menjadi lemah, sehingga memungkinkan terjadinya
berbagai bentuk penyimpangan perilaku yang salah satunya yaitu kenakalan remaja.
Untuk lebih mengetahui sifat-sifat psikis pada remaja dapat dilihat pada poin-poin
berikut:
- Masa Pra-pubertas (12 - 13 tahun)
- Masa pubertas (14 - 16 tahun)
- Masa akhir pubertas (17 - 18 tahun)
- Dan Masa remaja Adolesen (19 - 21 tahun)
Dan akhirnya keserasian hubungan antara keluarga dengan lingkungan sosialnya juga
berpengaruh pada kenakalan anak-anak mereka. Mereka yang hubungan sosialnya
dengan lingkungan serasi anak-anaknya walaupun melakukan kenakalan tetapi pada
tingkat kenakalan biasa, tetapi mereka yang kurang dan tidak serasi hubungan sosialnya
dengan lingkungan anak-anaknya melakukan kenakalan khusus.
Menurut teori Durkheim kenakalan remaja disebabkan ketidak berfungsian sebuah
organisasi yang dalam hal ini adalah organisasi keluarga, untuk itu solusi yang diambil
yaitu memfungsikan kembali organisasi itu atau keluarga untuk mencegah tingkat
kenakalan remaja tersebut.
Berdasarkan kenyataan itu pula dapat diambil solusi untuk memperkecil tingkat
kenakalan remaja ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu meningkatkan
keberfungsian sosial keluarga melalui program-program kesejahteraan sosial yang
berorientasi pada keluarga dan pembangunan sosial yang programnya sangat berguna
bagi pengembangan masyarakat secara keseluruhan Di samping itu untuk memperkecil
perilaku menyimpang remaja dengan memberikan program-program untuk mengisi
waktu luang, dengan meningkatkan program di tiap karang taruna. Program ini terutama
diarahkan pada peningkatan sumber daya manusianya yaitu program pelatihan yang
mampu bersaing dalam pekerjaan yang sesuai dengan kebutuhan.
DAFTAR PUSTAKA
hukumonline.com
wangmuba.com
[MAKALAH] PENGARUH HUKUM DAN POLITIK DALAM SISTEM HUKUM INDONESIA
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah pada kesempatan ini saya masih bisa di berikan kesehatan oleh Allah
SWT untuk menyusun kembali makalah yang telah menjadi tugas pribadi saya. Makalah ini
berjudul “Pengaruh Hukum Dan Politik Dalam Sistem Hukum Indonesia”.
Saya ucapkan banyak terima kasih Kepada teman-teman yang telah membantu saya dalam
penyusunan makalah ini. Dan juga ucapan terima kasih kepada dosen yang telah
membimbing saya dalam pembuatan makalah ini.
Saya sadar bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangannya karena
keterbatasan referensi. Oleh karena itu, saya sangat menghargai kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah saya selanjutnya.
Penulis,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Tujuan
C. Rumusan masalah
BAB II PEMBAHASAN
A. Pandangan aliran positivis tentang hukum
B. Pengaruh politik dalam pembentukan hukum di indonesia
C. Politik dan politik hukum di indonesia
A. LATAR BELAKANG
Law is a command of the Lawgiver (hukum adalah perintah dari penguasa), dalam arti
perintah dari mereka yang memiliki kekuasaan tertinggi atau yang memegang kedaulatan.
Demikian John Austin, seperti dikutip oleh Prof Lili Rasyidi. Perdebatan mengenai hubungan
hukum dan politik memiliki akar sejarah panjang dalam ilmu hukum. Bagi kalangan
penganut aliran positivisme hukum seperti John Austin, hukum adalah tidak lain dari produk
politik atau kekuasaan. Pada sisi lain, pandangan berbeda datang dari kalangan aliran
sejarah dalam ilmu hukum, yang melihat hukum tidak dari dogmatika hukum dan undang-
undang semata, akan tetapi dari kenyataan-kenyataan sosial yang ada dalam masyarakat
dan berpandangan bahwa hukum itu tergantung pada penerimaan umum dalam masyarakat
dan setiap kelompok menciptakan hukum yang hidup.
Memperhatikan perkembangan sistem hukum Indonesia, kita akan melihat adanya ciri-ciri
yang spesifik dan menarik untuk dikaji. Sebelum pengaruh hukum dari penjajahan Belanda
di Indonesia berlaku hukum adat dan hukum Islam yang berbeda-beda dari berbagai
masyarakat adat di Indonesia dari setiap kerajaan dan etnik yang berbeda. Setelah masuk
penjajah Belanda membawa hukumnya sendiri yang sebagian besarnya merupakan
konkordansi dengan hukum yang berlaku di Belanda yaitu hukum tertulis dan perundang-
undangan yang bercorak positivistis. Walaupun demikian Belanda menganut politik hukum
adat (adatrechtpolitiek), yaitu membiarkan hukum adat itu berlaku bagi golongan
masyarakat Indonesia asli dan hukum Eropa berlaku bagi kalangan golongan Eropa yang
bertempat tinggal di Indonesia (Hindia Belanda). Dengan demikian pada masa Hindia
Belanda berlaku pluralisme hukum. Perkembangan hukum di Indonesia menunjukkan
kuatnya pengaruh hukum kolonial dan meninggalkan hukum adat.
Karena itu, dalam melihat persoalan hukum di Indonesia harus dipandang dari kenyataan
sejarah dan perkembangan hukum Indonesia itu. Pada saat sekarang ini terdapat perbedaan
cara pandang terhadap hukum diantara kelompok masyarakat Indonesia. Berbagai
ketidakpuasan atas penegakkan hukum dan penanganan berbagai persoalan hukum
bersumber dari cara pandang yang tidak sama tentang apa yang dimaksud hukum dan apa
yang menjadi sumber hukum. Tulisan ini akan mengkaji permasalahan ini dari sudut
pandang teori positivis yang berkembang dalam ilmu hukum dengan harapan akan
mendapatkan gambaran tentang akar persoalan pembangunan sistem hukum Indonesia
pada masa mendatang.
B. TUJUAN
Berbagai pandangan masyarakat tentang hukum dan semuanya itu sudah jelas berbeda.
Oleh karena itu, tujuan dalam pembuatan makalah ini salah satunya adalah mempersatukan
pola pikir masyarakat Indonesia yang selama ini memberikan anggapan bahwa penegakkan
hukum dan penanganan berbagai persoalan hukum bersumber dari cara pandang yang tidak
sama tentang apa yang dimaksud hukum dan apa yang menjadi sumber hukum di Indonesia
tidak berjalan sebagai mana yang telah di tetapkan dalam Undang-Undang yang menjadi
landasan atau aturan yang mengatur hukum itu sendiri. Marilah kita mengkaji bersama,
seberapa kuatkah hukum itu di Indonesia.
C. RUMUSAN MASALAH