You are on page 1of 14

KESEHATAN LINGKUNGAN SEKOLAH

DAN
PENGGUNAAN SISTEM SEKOLAH BERBASIS
LINGKUNGAN (BSL)

Disusun Oleh :

Norhasanah
Khadijah
Sahidah
Muthaharah
Robith S.M.

Tugas Penjaskes Mengenai Kesehatan Lingkungan Sekolah


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, yang dengan limpahan rahmat, hidayah serta karunia-Nyalah kami dapat
menyelesaikan makalah tentang kesehatan lingkungan sekolah dengan lancar dan tanpa hambatan. Hal
ini juga tidak terlepas dari dukungan Bapak Fatahuddin sebagai guru dan pembimbing kami.

Kami mengucapkan terima kasih banyak kepada para pembimbing dan semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan tugas ini atas semua bantuan, bimbingan dan kemudahan yang telah
diberikan kepada kami dalam menyelesaikan makalah untuk mata pelajaran Penjaskes.

Meskipun telah berusaha dengan segenap kemampuan, namun kami menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih belum sempurna, sehingga kritik, koreksi, dan saran dari semua pihak
untuk menyempurnakan makalah kami selanjutnya senantiasa akan kami terima dengan tangan
terbuka.

Akhirul kalam, terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pembimbing yang telah
membimbing kami untuk membuat makalah ini.

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................................... i

KATA PENGANTAR.................................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................

1.1. Latar Belakang .................................................................................

1.2. Perumusan Masalah.........................................................................

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................

2.1. Dampak positif lingkungan sekolah yang bersih

2.2. Akibat kurangnya penjagaan kesehatan lingkungan sekolah

2.3. Cara mengelola lingkungan sekolah agar tidak terjadi kerusakan

2.4. Penggunaan system Sekolah Berbasis Lingkungan (SBL) sebagai solusi

BAB III PENUTUP.................................................................................................

3.1. Simpulan...........................................................................................

3.2. Saran.................................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Fakta pertama , Dari Hasil penelitian sekolah yang ada di Sungai Pagu, Sumatera Barat,
menunjukan sebanyak 23 (38%) sekolah status kesehatan lingkungannya tergolong buruk. Sekitar 19
(31%) status kesehatan lingkungan sekolahnya tergolong baik dari 61 sekolah yang diteliti. Angka ini jika
dibandingkan Indikator Kinerja Standar Pelayanan Minimal bidang kesehatan masih sangat rendah yaitu
70% lingkungan sekolah harus memenuhi persyaratan kesehatan tahun 2009.
Dari pengamatan yang dilakukan peneliti, permasalahan utama yang dihadapi hampir sebagian
besar sekolah persoalan penyediaan fasilitas sanitasi dasar seperti penyediaan air bersih (bagi dari segi
kualitas maupun kuantitas), penyediaan jamban, pengelolaan sampah dan pengelolaan air limbah.
Empat faktor sanitasi dasar tersebut sangat berpengaruh terhadap aspek kesehatan lingkungan
lainnnya.
Fakta kedua, Berdasarkan hasil analisis program Sosialisasi Adi Wiyata yang di adakan oleh
BAPEDALDA (Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah) Kabupaten Tanah Bumbu pada tanggal 7
Agustus 2010, di dapati bahwa sebagian besar sekolah-sekolah yang ada di Tanah Bumbu berada pada
criteria jelek atau sangat jelek dalam hal kesehatan lingkungan sekolah. Meski ada sebagian sekolah
yang sudah menduduki criteria cukup, namun data tersebut membuktikan kurangnya perhatian
terhadap kesehatan lingkungan masih kurang.
Dari pantauan awal sebagian besar sekolah tersebut di dapati bahwa keadaan kesehatan
lingkungannya masih jauh dari yang diharapkan. Fasilitas sanitasi dasar merupakan permasalahan
utama dan pokok yang di hadapi sebagian besar sekolah. Dibidang penyediaan sarana air bersih
terdapat beberapa sekolah yang tidak memiliki sarana air bersih baik dari segi kuantitas maupun
kualitas, untuk keperluan air bersih terpaksa warga sekolah harus menumpang di rumah penduduk
ataupun tempat ibadah yang ada di dekat sekolah.
Beberapa sekolah juga memiliki kondisi penyediaan sarana jamban yang buruk. Peserta didik
harus pulang ke rumah atau mencari tempat lain yang menyediakan tempat untuk Buang Air karena
buruknya fasilitas jamban di sekolah. Kondisi tersebut disebabkan karena belum adanya perhatian dari
stakeholder yang ada disekolah terhadap kesehatan lingkungan sekolah. Stakeholder sekolah masih
mengganggap bahwa sekolah hanya tempat berlangsungnya kegiatan proses belajar mengajar.
Kondisi kesehatan lingkungan sekolah yang buruk dapat mengganggu proses kegiatan belajar
mengajar. Berawal dari lingkungan yang kotor akan berakibat pada banyaknya penyebaran penyakit.
Belum lagi dengan system Drainase yang buruk, sehingga mengakibatkan terciumnya bau tak sedap
serta mengganggu proses belajar.
Oleh karena itu, Agar kondisi kesehatan lingkungan sekolah tersebut dapat tercapai peran serta
dan keterlibatan semua pihak baik pemerintah, swasta maupun masyarakat terutama warga lingkungan
sekolah (Kepala Sekolah, Guru, Murid) di segala aspek menjadi sangat besar penting dan menentukan.

iv
Upaya-upaya yang dilakukan untuk mencegah rusaknya kondisi kesehatan sekolah dapat dilakukan
dengan menanamkan nilai-nilai kebersihan kepada peserta didik serta membangun nilai kesadaran
hidup bersih di lingkungan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.

1.2. Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah di kemukakan, maka muncul pokok masalah yang akan di
bahas. Antara lain:
1. Apa Dampak positif lingkungan sekolah yang bersih ?
2. Apa Akibat kurangnya penjagaan kesehatan lingkungan sekolah?
3. Bagaimana cara menata dan mengelola lingkungan sekolah agar tidak terjadi kerusakan?
4. Penggunaan system Sekolah Berbasis Lingkungan (SBL) sebagai solusi !
Dalam pembahasan ini akan di fokuskan kepada permasalahan yang ada di lingkungan sekolah
secara khusus.

v
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Dampak positif lingkungan sekolah yang bersih


Lingkungan sekolah yang terjaga kesehatan serta kebersihannya akan banyak menimbulkan sisi
positif bagi warga yang tinggal di lingkungan tersebut. Beberapa dampak positif yang dapat di
munculkan ketika penataan dan pengelolaan kondisi kesehatan lingkungan sekolah dapat
terjaga antara lain :
1. terciptanya lingkungan sekolah yang bersih dan sehat. Sehingga dengan adanya lingkungan
yang bersih tersebut dapat menunjang kelancaran proses kegiatan belajar mengajar.
2. Tertatanya lokasi sekolah sesuai peruntukannya.
3. Pemanfaatan lahan sekolah secara optimal.
4. Adanya kegiatan yang produktif di sekolah.
5. Taman sekolah yang indah dan berseri.
6. Pohon pelindung yang menghijau sepanjang tahun.
7. Kebersihan lingkungan terjaga dengan baik.
8. Udara bersih, sejuk, nyaman, dan sehat.
9. Lingkungan sekolah yang berkualitas.
10. Dengan adayanya pengelolaan yang baik, maka secara tidak langsung dapat memperkecil
pengaruh pemanasan global.

2.2. Akibat kurangnya penjagaan kesehatan lingkungan sekolah


Pengelolaan lingkungan sekolah yang buruk dapat mengakibatkan hal-hal berikut :
1. Kesehatan Lingkungan sekolah yang buruk dapat mengganggu kegiatan proses belajar
mengajar
2. Akibat dari system Drainase dan sanitasi yang buruk dapat mengakibatkan menyebarnya
berbagai penyakit
3. Terciptanya lingkungan kurang sehat dan tidak enak di pandang mata
4. Kurang adanya pohon sebagai filter dan penetral udara menimbulkan udara yang kotor
dan tercemar
5. Secara tidak langsung dapat mempercepat resiko dari Global warming

2.3. Upaya mengelola lingkungan sekolah agar tidak terjadi kerusakan


1) Membuat poster/tulisan mengenai fakta tentang sampah plastik
Untuk mengingatkan siswa mengenai bahaya/ dampak dari sampah plastik dapat dilakukan
dengan memberi tugas siswa untuk membuat poster/tulisan mengenai fakta tentang sampah
plastik, yang kemudian ditempelkan di kelas, mading (majalah dinding-), kantin ataupun sudut-

vi
sudut sekolah yang lain. Siswa akan tahu fakta dan dampak dari sampah plastik karena siswa
sendiri yang membuat dan sering membaca. Sehingga lambat laun siswa akan peduli
lingkungannya dengan membuang sampah plastik pada tempatnya, dan mulai mengurangi
penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari.
2) Pengadaan tempat untuk sampah plastik dan organik
Untuk mengajak siswa peduli lingkungan sekolahnya, maka pihak sekolah pun harus peduli dan
mau memfasilitasi. Caranya dengan menyediakan tempat terpisah untuk sampah plastik dan
organik. Siswa harus tahu, mana yang tergolong sampah plastik, dan mana yang tergolong
sampah organik (daun-daunan atau sisa makanan). Sehingga, dapat mempermudah proses
daur-ulang atau pengolahan sampah selanjutnya.
3) Mengajarkan siswa cara mengolah sampah
Sampah (barang bekas), seperti kaleng susu, kaleng minuman, botol plastik minuman, koran
bekas, dan lainnya sering luput dari perhatian kita bahwa sampah (barang bekas) tersebut
dapat didaur-ulang. Untuk memberikan manfaat sampah (barang bekas), pada pelajaran
ketrampilan misalnya, siswa ditugasi untuk membawa kaleng bekas dan kertas kado bekas.
Kemudian, di sekolah dengan panduan dari guru, kaleng bekas tersebut dapat disulap menjadi
tempat pensil ataupun celengan yang cantik, botol plastik minuman dapat dijadikan lampu hias
atau mobil-mobilan, koran bekas dapat dijadikan pigura,  dan sebagainya. Dengan demikian,
siswa akan tahu lebih banyak lagi mengenai manfaat dari sampah (barang bekas). Hal tersebut,
secara tidak langsung dapat mengurangi sampah di rumah maupun sekolah, dan juga dapat
menanamkan jiwa kewirausahaan siswa yang ramah lingkungan.
Sampah dari daun-daun tanaman, dapat dikumpulkan kemudian diolah menjadi pupuk kompos.
Siswa diberitahu bagaiman caranya membuat pupuk kompos. Tak terkendala lahan yang
sempit, karena siswa dapat memanfaatkan lubang resapan biopori sebagai media tanam pupuk.
Pupuk kompos ini, nantinya dapat digunakan untuk memupuk tanaman yang ada di sekolah.
4) Keharusan untuk menumbuhkan sikap berperilaku sadar lingkungan
Sudah menjadi keharusan bagi manusia untuk menyadari dan memahami bahwa pola
kehidupan antroprosentris harus diubah menjadi pola kehidupan yang mempunyai hubungan
timbal balik dengan lingkungannya yaitu satu kehidupan manusia yang seimbang dan harmonis
dengan sistem alam. Hubungan yang seimbang dan harmonis hanya dapat terjadi apabila
manusia menyadari dan memahami bahwa lingkungan hidup mempunyai keterbatasan dalam
mempurifikasikan kembali kondisi lingkungan untuk kembali pada keadaan normal. Dengan
demikian, setiap kegiatan yang dilakukan manusia tidak melampaui ambang batas lingkungan
(Surna Tjahja Djajadiningrat, 2001).
Melihat situasi seperti ini sudah selayaknya kita  lebih menghargai lingkungan. Walaupun
tingkat kesadaran masyarakat tentang pentingnya memelihara lingkungan (pelestarian
lingkungan) semakin meningkat, namun kesadaran untuk berbuat sesuatu untuk mencegah
pencemaran dan perusakan lingkungan masih merupakan kelemahan utama. Pemahaman
masyarakat mengenai keterkaitan antara kependudukan dan lingkungan hidup belum memadai,

vii
sementara berbagai kearifan tradisional/lokal yang berorientasi menjaga keseimbangan
interaksi ekosistem sudah semakin ditinggalkan karena faktor ekonomi, teknologi dan lain-lain.
Kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan sumberdaya alam yang memperhatikan
penataan ruang, dan kaidah pemanfaatan yang berkelanjutan dalam proses pembangunan
masih lemah, sehingga keterlibatannya dalam menjamin kesinambungan produktivitas
sumberdaya alam dan menjaga kualitas ruang serta lingkungan belum optimal.
5) Pengurangan kuantitas sampah dan penggunaan metode 3R
Untuk mengurangi kuantitas sampah di muka bumi dapat di lakukan dengan kegiatan 3R, yaitu:
1) Reduce (Mengurangi Sampah)
caranya :
a) Membawa tas belanja sendiri untuk mengurangi sampah kantong plastic
pembungkus barang belanja
b) Membeli kemasan isi ulang untuk shampoo dan sabun daripada membeli botol baru
setiap kali habis
c) Membeli susu, makanan kering, deterjen, dan lain-lain dalam paket yang besar
daripada membeli beberapa paket kecil untuk volume yang sama
2) Reuse (Menggunakan sisa sampah yang masih dapat dipakai)
caranya :
a) Memanfaatkan botol-botol bekas untuk wadah
b) Memanfaatkan kantong plastik bekas kemasan belanja untuk pembungkus
c) Memanfaatkan pakaian atau kain-kain bekas untuk kerajinan tangan,
perangkat pembersih (lap), maupun berbagai keperluan lainnya
3) Recycle (Daur Ulang Sampah)
Daur ulang sendiri memang tidak mudah, karena kadang dibutuhkan
teknologi dan penanganan khusus. Adapun cara-caranya seperti berikut ini :
a) Mengumpulkan kertas, majalah, dan surat kabar bekas untuk di daur ulang
b) Mengumpulkan sisa-sisa kaleng atau botol gelas untuk di daur ulang
c) Menggunakan berbagai produk kertas maupun barang lainnya hasil
daur ulang
6) Menerapkan konsep Green School
Secara harfiah Green school berarti sekolah hijau, namun sebenarnya memiliki makna
yang lebih luas dari arti harfiahnya. Green school bukan hanya tampilan fisik sekolah yang
hijau/rindang, tetapi wujud sekolah yang memiliki program dan aktivitas pendidikan mengarah
kepada kesadaran dan kearifan terhadap lingkungan hidup. “Sekolah hijau” yaitu sekolah yang
memiliki komitmen dan secara sistematis mengembangkan program-program untuk
menginternalisasikan nilai-nilai lingkungan ke dalam seluruh aktifitas sekolah.
7) Mengadakan sosialisasi LH untuk menumbuhkan budaya hidup bersih di kalangan peserta
didik.

viii
8) Bawa makanan dan minuman dari rumah karena terjamin kesehatannya, mengurangi
sampah, dan murah harganya.
9) Pastikan berpikir dan bertindak sehari-hari untuk lingkungan hidup yang lestari dan untuk
generasi yang kan datang.

2.4. Penggunaan system Sekolah Berbasis Lingkungan (SBL) sebagai solusi !


Sekolah Berwawasan Lingkungan, yaitu sekolah yang menjadikan lingkungan sekitarnya sebagai
objek dan subjek pembelajaran, serta penataan lingkungan dengan melibatkan partisipasi warga
sekolah. Dengan dijadikannya lingkungan sekolah sebagai basic pembelajaran maka guru dapat
menanamkan sikap cinta terhadap lingkungan, yang akan menumbuh kembangkan budaya; mengelola,
memelihara, dan melestarikan lingkungan hidup.
Dengan terwujudnya Sekolah Berwawasan Lingkungan, diharapkan diperoleh hasil terciptanya
lingkungan sekolah yang berkualitas, yaitu suatu lingkungan sekolah yang sejuk, nyaman, indah, bersih
dan sehat. Berarti dengan sekolah berwawasan lingkungan dapat meminimalisasi dampak pemanasan
global dilingkungan sekolah.
A. Latar Belakang
Panas, Bumiku makin panas karena terjadinya pemanasan global, disebabkan oleh semakin
tipisnya lapisan ozon. Dampak pemanasan global ini merusak lingkungan dan mengancam kehidupan di
Planet Bumi. Tumbuh-tumbuhan akan mati, populasi hewan berkurang jumlahnya, manusia akan
menyesuaikan diri dengan kondisi iklim yang panas.
Sampai saat ini kita belum mampu mengatasinya pemanasan global, namun berusaha
meminimalisasi dampak yang ditimbulkannya, Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh sekolah
adalah menciptakan Sekolah Berwawasan Lingkungan (SBL). Sekolah Berwawasan Lingkungan, adalah
sebuah model sekolah yang menjadikan lingkungan sebagai basis dalam menciptakan dan
mengembangkan lingkungan sekolah yang berkualitas dengan memberdayakan warga sekolah.
Realita yang dihadapi masih banyak dijumpai lingkungan sekolah yang gersang, dan tidak
tertata dengan baik, menyebabkan udara terasa panas, pemandangan tidak indah, lingkungan tidak
sehat. Kondisi ini berpangaruh terhadap iklim sekolah menjadi tidak kondusif dalam melakukan
berbagai aktivitas disekolah.
Pada Sekolah Berwawasan Lingkungan, punya planning peruntukan lahan yang jelas, seperti;
lokasi bangunan, penghijauan, kebun sekolah, taman kelas, green house, apotik hidup, tempat bermain,
kolam ikan, tempat bermain. Banyak sekolah yang belum memiliki rencana pemamfaatan lahan
berwawasan lingkungan.
Sehubungan dengan itu stakeholder sangat berperan dalam menciptakan dan mengembangkan
Sekolah Berwawasan Lingkungan. Karenanya stakeholder harus memprakarsai pembenahan lingkungan
sekolah sebagai upaya menciptakan Sekolah Berwawasan Lingkungan guna meminimalisasi dampak
pemanasan global di sekitar sekolah khususnya.
Disamping itu dalam mengembangkan Sekolah Berwawasan Lingkungan diperlukan partisipasi
seluruh warga sekolah, tanpa dukungan dari warga sekolah program Sekolah Berwawasan Lingkungan

ix
akan sulit dilaksanakan. Oleh sebab itu warga sekolah harus diberdayakan agar mereka cinta terhadap
lingkungan hidup.
a. Sekolah Berwawasan Lingkungan
Sekolah Berwawasan Lingkungan, tantangan dan harapan bagi sekolah dalam upaya
menciptakan lingkungan sekolah yang berkualitas. Dikatakan tantangan karena tidak mudah menjadikan
lingkungan sekolah kondusif dan bermutu. Harapan, dengan sekolah berwawasan lingkungan membuat
sekolah menjadi hijau, sejuk, nyaman, indah, bersih, dan sehat, serta dapat meminimalisasi dampak
pemanasan global. Yang menghadapi tantangan dan mewujudkan harapan adalah manusia.
Menurut Sutardja. Abdul Gani, (1982) bahwa manusia sangat berperan dalam mengubah
lingkungan, perubahan yang terjadi dari apa yang dilakukannya adalah berdampak positif maupun
berdampak negatif bagi lingkungan itu sendiri dan bagi kehidupan yang terdapat disekitarnya.
Pengelolaan lingkungan sekolah secara baik akan membentuk lingkungan sekolah berkualitas, yang
dikenal dengan Sekolah Berwawasan Lingkungan, sebaliknya pengelolaan linglkungan sekolah secara
serampangan menjadikan lingkungan sekolah tidak sehat. Kesehatan lingkungan sekolah sangat
mendukung proses belajar mengajar yang dilaksanakan di sekolah, hasilnya mutu dan prestasi sekolah
akan meningkat.
Karakteristik Sekolah Berwawasan Lingkungan, adalah;
1) unit bangunan sekolah tertata rapi,
2) peruntukan pemamfaatan lahan yang jelas,
3) pohon pelindung yang hijau,
4) taman sekolah yang indah,
5) tidak dijumpai air yang tergenang,
6) sampah tidak ada yang berserakan,
7) udara bersih dan sejuk,
8) suasana sekolah tenteram dan damai.
Kondisi sekolah yang demikian akan mampu menekan akibat yang ditimbulkan oleh pemanasan
global.
Kenyataan dilapangan menunjukkan masih banyak dijumpai sekolah yang kurang peduli
terhadap lingkungan sekolah. Hal ini terlihat banyak sekolah yang pohon pelindung jarang, taman
sekolah tidak terawat, drainase air limbah tidak lancar, sampah berserakan, iklim sekolah tidak kondusif.
Sekolah yang demikian lingkungannya tidak sehat, dan terancam oleh pemanasan global.
Membandingkan antara kondisi Sekolah Berwawasan Lingkungan dengan sekolah yang tidak
berwawasan lingkungan, jauh lebih baik Sekolah berwawasan Lingkungan, oleh sebab itu sewajarnya
setiap sekolah menciptakan dan mengembangkan Sekolah Berwawasan Lingkungan agar kondisi iklim
sekolah tetap kondusif.
Beberapa hal yang dapat di upayakan untuk membangun Sekolah Berbasis Lingkungan antara
lain:
1) Dalam membenahi pekarangan sekolah untuk menciptakan Sekolah Berwawasan Lingkungan,
terlebih dulu harus ditetapkan peruntukan lahan sekolah untuk; bangunan, penghijauan, kebun

x
sekolah, taman kelas, taman burung, green house, apotik hidup, kolam ikan, tempat membuang
sampah.
2) Untuk menjaga kondisi udara dalam keadaan sejuk, nyaman, segar dan bersih, harus dilakukan
penghijauan dengan menanam pohon pelindung di pekarangan sekolah, dan disekitar sekolah.
Pohon pelindung ini dapat membantu mengurangi dampak yang ditimbulkan dari pemanasan
global di lingkungan sekolah.
3) Lingkungan sekolah harus selalu dijaga kebersihannya. Sampah yang dihasilkan dimusnahkan
dengan cara; membakar, menimbun dalam tanah, mendaur ulang, dijadikan kompos. Air yang
digunakan disekolah selalu dalam keadaan bersih, dan tidak boleh aadanya genangan air di
pekarangan sekolah.
Upaya menciptakan Sekolah Berwawasan Lingkungan, sebagaimana diuraikan diatas dapat
dilakukan apabila seluruh warga sekolah berpartipasi, dan peduli terhadap lingkungan sekolah, serta
mau melestarikannya. Selama kelestarian dari lingkungan Sekolah Berwawasan Lingkungan, maka
selama itu pulalah pengaruh negative dari pemanasan global dapat diminimalisasikan.

BAB III

xi
PENUTUP

3.1. Simpulan

Kesehatan lingkungan sekolah :

1. Dampak positif menjaga lingkungan sekolah antara lain:


 terciptanya lingkungan sekolah yang kondusif. Sehingga dapat menunjang kelancaran
proses kegiatan belajar mengajar.
 Tertatanya lokasi sekolah sesuai peruntukannya.
 Taman sekolah yang indah dan berseri.
 Kebersihan lingkungan terjaga dengan baik.
 Udara bersih, sejuk, nyaman, dan sehat.
 Lingkungan sekolah yang berkualitas.
 Secara tidak langsung dapat memperkecil pengaruh pemanasan global.
2. Akibat yang di timbulkan karena mengabaikan kesehatan lingkungan sekolah :
 Mengganggu kegiatan proses belajar mengajar
 Menyebarnya berbagai penyakit
 Mempercepat resiko dari Global warming
3. Upaya mengelola lingkungan sekolah agar tidak terjadi kerusakan antara lain :
 Membuat poster/tulisan mengenai fakta tentang sampah plastic
 Pengadaan tempat terpisah untuk sampah plastik dan organik
 Pengurangan kuantitas sampah dan menggunakan metode 3R untuk pengelolaan sampah
 Menerapkan konsep Green School
 Mengadakan sosialisasi LH untuk menumbuhkan budaya hidup bersih dan sikap sadar
lingkungan di kalangan peserta didik.
 Pastikan berpikir dan bertindak sehari-hari untuk lingkungan hidup yang lestari dan untuk
generasi yang kan datang.

3.2. Saran

a. Bagi stakeholder

Diharapkan memberi bimbingan dan penyuluhan kepada para peserta didik mengenai hidup
sehat, agar tumbuh rasa peduli terhadap lingkungan sekitar. Serta Menciptakan kondisi yang
baik bagi sekolah untuk menjadi tempat pembelajaran dan penyadaran warga sekolah,
sehingga dikemudian hari warga sekolah dapat turut bertanggung jawab dalam upaya-upaya
penyelamatan lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan.

b. Bagi orangtua

Diharapkan memberi menanamkan nilai-nilai budaya hidup bersih sejak dini, agar peserta
didik memiliki jiwa yang sadar lingkungan.

xii
c. Bagi para peserta didik

Tumbuhkanlah sikap peduli terhadap lingkungan dan isilah dengan kegiatan positif peduli
terhadap lingkungan, karena lingkungan yang sehat, bersih, dan hijau dapat memberikan
manfaat terhadap generasi mendatang.

REFERENSI

xiii
1. www.google.com
2. www.wikipedia.org
3. Program SOSIALISASI ADI WIYATA dari BAPEDALDA Kabupaten Tanah Bumbu, 7 Agustus
2010.
4. KONSEP SISTEM PENGELOLAAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP DI SEKOLAH oleh
Parus
5. Makalah Keterlibatan Stakeholder Pada Status Kesehatan Lingkungan Sekolah Di Sungai Pagu
oleh Rossa Yulfiano, Hari Kusnanto.

xiv

You might also like