You are on page 1of 39

Nama : Muhammad Nuris

No : 151090112

c
c
c
c
c c  
c
îalam peringatan ulang tahun ASEAN Jumat (08/08) pagi, Presiden Megawati menyatakan,
tidak satu negara pun yang mampu menghadapi serangan teroris internasional. îalam
sambutannya pada hari ulang tahun ASEAN ke-36 di Gedung ASEAN Jakarta tadi pagi,
Presiden Megawati Soekarnoputri mengatakan, tidak ada sebuah negara pun yang mampu
menghadapi ancaman serangan teroris internasional. Karena itu untuk menghadapi ancaman
terorisme internasional, ASEAN telah membentuk rencana aksi regional sebagai salah
kerjasama Fungsional ASEAN. Namun kerjasama itu jadi tidak memadai ketika menghadapi
serangan teroris seperti di Bali atau di Hotel Marriott Selasa lalu. Menanggapi peryataan
Presiden Megawati tentang ancaman serangan teroris di negara-negara ASEAN itu, Menlu
Hasan Wirayudha mengungkapkan, ASEAN dalam pertemuan tahunan di Bali Oktober
mendatang akan menyiapkan pembentukan ASEAN Security Community atau Masyarakat
Keamanan ASEAN. Sementara Sekjen ASEAN Ong Keng Yong menyambut baik gagasan
pembentukan ASEAN Security Community yang lebih kepada kerjasama keamanan negara-
negara ASEAN dan bukan membentuk fakta pertahanan.

Sumber : p p 
  p     




3ODQRI$FWLRQ$VHDQ6HFXULW\&RPPXQLW\3URVSHN
.HQGDOD


! ,JRU'LUJDQWDUD

Berbagai persoalan tantangan keamanan ASEAN, baik yang bersifat tradisional


(konvensional), maupun non tradisional (non konvensional) perlu untuk dicermati negara
anggota ASEAN dewasa ini dan dimasa yang akan datang. Selama 41 tahun berdirinya
ASEAN sejak tahun 1967, banyak kalangan menilai ASEAN memiliki kekompakan untuk
mengatasi berbagai tantangan keamanan yang mungkin muncul di kawasan Asia Tenggara.
Pada Bab III ini akan dibahas kemungkinan ASEAN untuk menerapkan komunitas
keamanan a  

  , beberapa rencana aksi a     dari ASEAN


Security Community sejak Bali Concord II (2003) yang sudah diwujudkan ataupun yang
belum, termasuk berbagai kerjasama kelembagaan ASEAN didalam mewujudkan
masyarakat yang berkeamanan. Pada Bab ini akhirnya penulis mencoba untuk melihat
prospek dan kendala ASEAN untuk mewujudkan ASEAN Security Community pada tahun
2015.

1.c à c c cc 

ASEAN mempunyai potensi untuk menjadi komunitas keamanan di kawasan Asia Tenggara.
Hal ini diakui oleh para akademisi dan para pengambil keputusan baik didalam maupun
diluar kawasan. Salah satunya adalah kajian bahwa ASEAN dianggap sebagai sebuah
komunitas keamanan yang  , dimana masing-masing anggotanya tetap
mempertahankan kedaulatannya a  Pemahaman bahwa ASEAN menjadi
komunitas keamanan lebih didasarkan pada kenyataan bahwa tidak ada satupun anggotanya
yang menggunakan kekuatan bersenjata atau anggapan perlunya digunakannya kekuatan
militer dalam menyelesaikan konflik di kawasana
    Sedangkan Michael
Leifer sepakat bahwa ASEAN memang sebuah komunitas keamanan karena kemampuannya
untuk mencegah    
 dari kemungkinan eskalasi konfrontasi bersenjata
untuk menjadi komunitas politika     Adalah kenyataan bahwa
ketiadaan perang diantara negara-negara anggota ASEAN sejak organisasi tersebut didirikan
tahun 1967 merupakan prestasi terbesar ASEAN dalam mengatur interaksi damai didalam
kawasan. Ada tiga kekuatan utama menurut Amitav Acharya yang menjadi prasyarat
terbentuknya satu komunitas keamanan di kawasan, yaitu :

1.c c 
  
  !  "  # 


Ancaman keamanan bersama adalah sumber ketidakamanan yang berpotensi mengganggu


secara nyata terhadap stabilitas negara-negara di kawasan. Secara umum ancaman
konvensional/tradisional merupakan salah satu aspek keamanan yang sangat sensitif bagi
negara-negara ASEAN, karena berkaitan langsung dengan masalah kedaulatan, integritas
dan kelangsungan hidup suatu negara.

Yang menjadi ancaman keamanan bersama negara-negara ASEAN secara konvensional


hingga sekarang dan masih cukup relevan karena memiliki potensi konflik yang lebih
terbuka antar Negara anggota ASEAN adalah permasalahan separatisme dan konflik
perbatasana$
  %  %& . Munculnya serangan terorisme di negara-negara
ASEAN atau    
 yang terorganisasi telah merubah persepsi ancaman
bersama di kawasan Asia Tenggara menjadi tidak konvensional lagi (keamanan non
konvensional). Penyelundupan manusia secara ilegal, pembajakan, penyelundupan
narkotika, masalah lingkungan, pencucian uang, terorisme, kejahatan ekonomi menjadi ciri
tindak kejahatan lintas batas yang terorganisir sebagai ancaman baru di kawasana'( 
( 
 )* ' +,   #- ,. . Ancaman keamanan yang bersumber dari
adanya berbagai kerawanan domestik merupakan faktor dominan dan menjadi motivasi dari
pembentukan ASEAN. Kerawanan bersama adalah celah/titik rawan yang telah terbuka
sebagai akibat dari ancaman nyata. Keamanan non tradisional, yang bersifat komprehensif
dan berorientasi pada manusiaa
   telah membuka celah kerawanan bersama
dan sekaligus menjadi ancaman nyata yang hadir dengan pola-pola modifikasi dari
sebelumnya dan telah memaksa (   ) ASEAN untuk menata kembali agenda kerjasama
keamanannya. Hal paling penting di sini adalah adanya kesamaan persepsi dari para
pemimpin politik ASEAN akan pentingnya ¶comprehensive security¶ untuk diadopsi ke
dalam setiap bentuk kerjasama keamanannya, sebagaimana yang telah dihasilkan di
Vientiane, Laos, 2004.

l

cc
c

 c cc c c



 c c

1 Ancaman Konvensional - Konflik Perbatasan Negara Nasional
(state centric)
- Separatisme (State Actor)

2 Ancaman Non lc Bukan Negara Lintas Batas


Konvensional
1.c Piracy (Pembajakan) (non-State Actor) Nasional
(human centric/
2.c Perdagangan obat-obatan Transnational
Comprehensive security) (narkotika)
Organized
3.c Penyelundupan manusia
4.c Terorisme Crime (TOC)

5.c Masalah lingkungan


6.c Kejahatan ekonomi

1.c  c   //  /  )


 !  0 /   yang ber- 12 '

3  4- / '


Secara formal ASEAN adalah organisasi yang memfokuskan diri pada upaya kerjasama di
bidang ekonomi, sosial dan budaya. Akan tetapi îeklarasi Bangkok merupakan komitmen
politik untuk bersatu dan bekerjasama dalam menciptakan perdamaian dan stabilitas regional
agar negara-negara anggota dapat menikmati hidup merdeka tanpa campur tangan asing
serta dapat berkonsentrasi dalam memenuhi kepentingan nasionalnya.

Kerjasama dibidang ekonomi dinilai sebagai pendorong utama kerjasama antar negara
karena bidang ini tidak sensitif dan tiap negara menginginkan pertumbuhan ekonomi yang
pesat sebagai salah satu syarat penunjang pembangunan nasionalnya. Sebagaimana kita
ketahui bahwa sejak ASEAN berdiri, praktis tidak pernah terjadi konflik terbuka di antara
negara-negara yang bertetangga dengan ASEAN. Berbeda dengan situasi sebelum ASEAN
terbentuk, berbagai ketegangan, konflik maupun konfrontasi; mewarnai kawasan ini. îalam
hal ini ASEAN telah berhasil menata hubungan bertetangga dengan baik di antara sesama
anggotanya. Keberhasilan tersebut tentunya tidak berjalan dengan sendirinya, karena ada
faktor yang mendorongnya, yaitu faktor kerjasama ekonomi dan fungsional yang ber- 
2dalam menciptakan hubungan damai.

Sejak dibentuknya ASEAN sebagai organisasi regional pada tahun 1967, negara-negara
anggota telah meletakan kerjasama ekonomi sebagai salah satu agenda utama yang perlu
dikembangkan. Pada awalnya kerjasama ekonomi difokuskan pada program-program
pemberian preferensi perdagangan (preferential trade), usaha patungan (joint venture), dan
skema saling melengkapi (complementation scheme) antar pemerintah engara-negara
anggota maupun pihak swasta di kawasan ASEAN, seperti ASEAN Industrial Projects Plan
(1967), Preferential Trading Arrangement (1977), ASEAN Industrial Complementation
scheme (1981), ASEAN Industrial Joint-Ventures scheme (1983), dan Enhanced Preferential
Trading Arrangement (1987). Pada dekade 80-an dan 90an ketika negara-negara di berbagai
belahan dunia mulai melakukan upaya-upaya untuk menghilangkan hambatan-hambatan
ekonomi, negara-negara anggota ASEAN menyadari bahwa cara terbaik untuk bekerjasama
adalah dengan saling membuka perekonomian mereka, guna menciptakan integrasi ekonomi
kawasan.

Pada KTT Ke-5 ASEAN di Singapura tahun 1992 telah ditandatangani Framework
Agreement on Enhancing ASEAN Economic cooperation menandai dicanangkannya
ASEAN Free trade area (AFTA) dan pada tanggal 1 Januari 1993 memberlakukan Common
Effective Preferential Tariff (CEPT) sebagai mekanisme utamanya. Pendirian AFTA
memberiksn implikasi dalam bentuk pengurangan dan eliminasi tarif, penghapusan
hambatan-hambatan non-tarif, dan perbaikan terhadap kebijakan-kebijakan fasilitasi
perdagangan. îalam perkembangannya, AFTA tidak hanya difokuskan pada liberalisasi
perdagangan barang, tetapi juga perdagangan dan investasi. Ada anggapan bahwa dampak
AFTA terhadap perdagangan intra ASEAN sangat minimal, sebab selama 15 tahun terakhir
perdagangan intra ASEAN tetap saja berkisar antara 20-25 persen dari seluruh perdagangan
ASEAN. Tetapi penilaian seperti ini kurang tepat. Yang lebih penting untuk diamati adalah
tingkat pertumbuhan perdagangan ASEAN secara keseluruhan yang mencapai 20-30 persen
pertahun. Kawasan ASEAN merupakan kawasan ekonomi yang terbuka bagi dunia dan
mengandalkan pertumbuhannya pada pasar global dan bukan pasar regional. AFTA memang
tidak dimaksudkan untuk menciptakan pasar regional bagi negara-negara ASEAN sendiri,
tetapi untuk membuat kawasan ASEAN menjadi yang menarik bagi produksi dunia a  
/ 
.îisamping AFTA, pada tahun 1995 ASEAN juga telah menyepakati ASEAN
Framework Agreement on Services (AFAS) untuk membuka pasar jasa-jasa di kawasan
ASEAN. Pada tahun 1996 ASEAN mengembangkan skema kerjasama baru dibidang
industri yaitu ASEAN Industrial Cooperation (AICO), dimana insentif yang diberikan
sebatas pada pemberian preferensi tarif yang semakin berkurang, artinya karena menurunnya
tarif MFN. Selanjutnya pada tahun 1998 ASEAN menandatangani kesepakatan baru, yaitu
Framework Agreement on ASEAN Investment Area (AIA), yang dimaksudkan untuk
membuat ASEAN menjadi suatu kawasan investasi yang kompetitif, terbuka dan liberal
melalui suatu persetujuan yang mengikata    5%5 . KTT ke-9 ASEAN di
Bali tahun 2003 menyepakati pembentukan komunitas ASEAN yang salah satu pilarnya
adalah Komunitas Ekonomi ASEAN (AEC). AEC bertujuan untuk menciptakan pasar
tunggal dan basis produksi yang ditandai dengan bebasnya aliran barang, jasa, investasi,
tenaga kerja terampil dan perpindahan barang modal secara lebih bebas. a)*  /
 ! / 5 &  Kesepakatan ini dapat dilihat sebagai perombakan baru dalam
perjalanan kerjasama dan integrasi ekonomi ASEAN. Ia bukan sekedar lanjutan
logis a /6  dari AFTA, AFAS dan AIA, tetapi dengan jelas mengarah kepada
pembentukan pasar tunggal a /3 ASEAN. îalam rumusan yang disepakati para
pemimpin ASEAN, tujuan dari AEC adalah untuk menciptakan   /
  !
 ! -  Ini dapat diartikan sebagai integrasi penuh, kecuali di bidang keuangan dan
moneter.

Kerjasama ekonomi yang ber-spilover kepada penciptaan hubungan damai (


 !
 "!    ! -) diawali dengan ditandatanganinya deklarasi ZOPFAN hingga
munculnya dua dokumen monumental yang menjadi tonggak dalam kerjasama keamanan
(   !  "!    ! -) pada KTT I di Bali 1976, dokumen tersebut
antara lain adalah ASEAN Concord 1 dan TAC a7  
  !
8  sebagai  !   !. Pada kenyataannya kerjasama dalam bidang
keamanan diantara negara-negara anggota ASEAN merupakan perpaduan antara kebijakan
keamanan nasional masing-masing negara anggota dalam satu pengaturan tatanan regional
yang pada akhirnya membentuk ketahanan regional (/    ). Komponen
internal dalam doktrin ketahanan regional pada prinsipnya merupakan upaya membina rasa
saling pengertian dan kepercayaan dalam kehidupan antar negara ( !  -! /

  ). Komponen eksternal yang membentuk doktrin ketahanan regional adalah


perwujudan dari semangat kemandirian ASEAN dari campur tangan negara-negara luar
kawasan. Secara substansial doktrin ketahanan regional (regional resilience), pada umumnya
menganggap campur tangan pihak luar dalam urusan internal kawasan sebagai faktor
penyebab instabilitas a //  %& 

îibawah ini terdapat uraian dari bentuk-bentuk kerjasama ekonomi dan fungsional yang
pada perkembangannya ber-  2 dalam kerjasama dalam menciptakan hubungan damai
:

a) ' 9   0!


 !*a91 0*

îeklarasi ZOPFAN 1971 di Kuala Lumpur merupakan komitmen politik dan kerjasama
politik dan keamanan ASEAN untuk pertama kalinya dalam sejarah ASEAN, meskipun
ASEAN di ! / untuk wadah kerjasama ekonomi, sosial dan budaya saja. îeklarasi
ZOPFAN terdiri dari dua bagian pokok, pendahuluan dan dua paragraf pokok. Pada paragraf
pertama menyatakan bahwa negara-negara ASEAN bertekad menjamin pengakuan dan
penghormatan atas suatu Asia Tenggara sebagai kawasan yang damai, bebas dan netral
terlepas dari campur tangan kekuatan luar. Paragraf ke-2 menyatakan keinginan negara -
negara Asia Tenggara memperluas bidang kerjasama untuk memupuk kekuatan, solidaritas
dan hubungan yang lebih erat dengan sesama negara kawasan.

îengan demikian ZOPFAN merupakan strategi besar untuk membina ketahanan regional
dan untuk membebaskan diri dari campur tangan pihak luar, baik dengan menggalang
kekuatan intra kawasan maupun mengatur keterlibatan negara-negara luar kawasan di Asia
Tenggara. Konsep ZOPFAN sebenarnya merupakan kompromi dari berbagai pendapat
negara anggota ASEAN khususnya Indonesia dan Malaysia. Prakarsa netralitas ASEAN
oleh Malaysia dilatar belakangi dengan pertimbangan politik domestik kerusuhan berdarah
di Malaysia tahun 1969. Konflik rasial ini dikhawatirkan akan mengundang perhatian China
karena banyaknya warga Malaysia keturunan Cina. Malaysia berharap agar prinsip netralitas
tersebut bisa menghalangi Cina melakukan campur tangan terhadap urusan dalam negeri
Malaysia. Sementara Indonesia menerjemahkan ZOPFAN sebagai netralitas ASEAN dari
kerjasama militer dengan negara-negara barat. Adalah ironis kerjasama militer antara
Malaysia, Singapura, Inggris, Australia, dan Selandia Baru yang tergabung dalam Five
Powers îefence Arrangement (FPîA), ditandatangani pada tahun yang sama dengan
lahirnya konsep ZOPFAN pada tahun 1971 a "   & îi dalam deklarasi
ZOPFAN terdapat berbagai langkah prosedural dan strategis untuk memenuhi tuntutan
tersebut yang secara keseluruhan bukan hanya memusatkan perhatiannya pada perlucutan
senjata atau pencegahan profilerasi nuklir melainkan meliputi juga kerjasama politik,
ekonomi dan fungsional lainnya. ZOPFAN bisa mengurangi kebutuhan akan intervensi
militer langsung negara-negara besar, dan yang lebih penting lagi, menghindarkan negara-
negara kecil mengundang atau mempropokasi keterlibatan negara-negara besar dalam
masalah-masalah bilateralnya

b) ASEAN 8  ! I

Perubahan situasi politik dan keamanan di kawasan Asia Tenggara yang ditandai dengan
penarikan tentara AS dari Vietnam Selatan mulai 1973 dan kemenangan Vietnam Utara atas
Vietnam Selatan pada tahun 1975 telah mengubah konfigurasi politik dan keamanan di Asia
Tenggara. Peristiwa ini mendorong para pemimpin ASEAN untuk menilai kembali situasi
Asia Tenggara dan mempertegas maksud dan tujuan pembentukan ASEAN. Para pemimpin
ASEAN sepakat untuk mengadakan KTT I di Bali, 23-25 Febuari 1976 untuk membahas
perubahan tersebut dan merumuskan langkah dan sikap strategis ASEAN. Pertemuan
tersebut menjadi momen penting dalam evolusi kerjasama keamanan ASEAN. KTT I yang
berlangsung di Bali dikemudian hari lebih dikenal sebagai Bali 8  ! I melahirkan dua
dokumen, yaitu; îeklarasi Kesepakatan ASEAN ('  ASEAN8  !) dan
Perjanjian Persahabatan (7 
 !8      Asia).

Kedua dokumen tersebut mencerminkan penegasan kembali komitmen negara-negara


ASEAN terhadap; îeklarasi Bandung, îeklarasi Bangkok, îeklarasi ZOPFAN, dan Piagam
PBB, serta menegaskan tekad negara-negara ASEAN untuk meningkatkan perdamaian,
kemajuan, kemakmuran dan kesejahteraan negara-negara ASEAN, melalui upaya stabilitasi
politik kawasan Asia Tenggara

c)      * :  0 9  (SEANWFZ) atau Kawasan Bebas Senjata
Nuklir Asia Tenggara (KBSN-AT)

Langkah strategis yang kemudian tertuang dalam program aksi ZOPFAN menggaris bawahi
pentingnya pembentukan suatu Kawasan Bebas Senjata Nuklir (KBSN) di Asia Tenggara.
Kawasan Bebas Senjata Nuklir (KBSN) terbentuk pada KTT ASEAN ke 5 di Bangkok 18
îesember 1996. Perlucutan senjata khususnya senjata nuklir, merupakan hal yang sulit dan
kompleks, sehingga diperlukan pendekatan yang komprehensif dan beragam, yang
mencakup pendekatan global maupun regional. Pembentukan suatu KBSN pada umumnya
dianggap sebagai upaya pengawasan senjata atau non proliferasi regional (/  

    !    
  ), dengan tujuan memberikan keamanan yang lebih
baik bagi negara-negara di kawasan dengan tidak membiarkan negara-negara kawasan untuk
memiliki senjata nuklir. Pembentukan KBSN memperkuat NPT (*     )
karena secara tegas melarang penempatan senjata nuklir di suatu kawasan oleh negara-
negara luar kawasan. Negara-negara penandatangan juga berharap melalui pengaturan
semacam ini mereka dapat menjauhkan diri dari semua aktivitas nuklir yang berhubungan
dengan negara-negara nuklir sehingga tidak terseret dalam persaingan negara-negara besar.
Adanya ketentuan bagi negara-negara nuklir untuk memberikan jaminan untuk tidak
menggunakan atau mengancam untuk menggunakan senjata nuklir terhadap negara-negara
non nuklir.

d) 7 
 !8     Asia (TAC) dan Perluasannya

TAC tidak dapat dilepaskan dari upaya ASEAN untuk menciptakan kestabilan dan
perdamaian Asia Tenggara, sebagaimana diserukan oleh îeklarasi Bangkok 1967 dan
deklarasi ZOPFAN 1971. Pada prinsipnya ada dua masalah pokok yang diatur oleh
dokumen-dokumen tersebut: (1) tentang hubungan internal diantara negara-negar Asia
Tenggara; dan (2) hubungan antara negara-negara Asia Tenggara dengan kekuatan eksternal.
îari kedua masalah pokok tersebut ASEAN menegaskan bahwa keamanan dan kestabilan
kawasan Asia Tenggara hanya dapat dicapai melalui kerjasama semua negara di kawasan
dengan menekankan pentingnya pembangunan ekonomi, sosial dan budaya di masing-
masing negara sebagai dasar pembentukan ketahanan regional Asia Tenggara. Selain itu
bersamaan dengan ini, ASEAN menyatakan keingginannya untuk bebas dari keterlibatan
persaingan dan konflik-konflik negara-negara di luar Asia Tenggara.

Sedangkan TAC yang ditandatangani di Bali 1976 mentransformasikan prinsip-prinsip dan


aspirasi ASEAN yang dicantumkan dalam îeklarasi Bangkok dan ZOPFAN ke dalam suatu
bentuk perjanjian () internasional yang mengikat dan menjadikannya sebagai  
/
 atau yang lebih dikenal sebagai  !  ! dalam interaksi intra ASEAN. Ini
mencakup antara lain: saling menghormati kemerdekaan, kedaulatan, integritas teritorial,
dan identitas nasional; hak setiap negara untuk bebas dari campur tangan kekuatan eksternal,
subversi, dan paksaan; tidak saling mencampuri urusan dalam negeri, menyelesaikan
perbedaan dan sengketa secara damai; tidak menggunakan ancaman atau kekuatan, dan
mengembangkan kerjasama regional diantara negara-negara Asia Tenggara. Karena telah
berbentuk suatu perjanjian (), TAC tidak semata-mata merupakan pernyataan politik,
melainkan telah berubah menjadi instrumen legal dari ZOPFAN 1971 dan îeklarasi
Bangkok 1967a  

!( &  5 . îilihat dari isinya, disamping sebagai  ! 
 !, TAC juga memerankan mekanisme pemecahan atau penyelesaian konflik secara
damaia &   . îa1am kaitan ini TAC menyerukan agar negara- negara
anggota menyelesaikan konflik dan sengketa melalui berbagai saluran, negoisasi, dan
dengan semangat persahabatan. Jika hal ini menemui jalan buntu, maka negara- negara yang
bersengketa dapat meminta menggunakan forum 4/8  a'" / / , yang terdiri
dari wakil-wakil Negara anggota setingkat Menteri. Mengenai negara-negara yang tidak
terlibat konflik, tetapi mereka telah menjadi pihak TAC menyatakan bahwa mereka
mempunyai hak untuk menawarkan jasa baik yang secara moral harus dipertimbangkan oleh
semua pihak yang terlibat konflik. Sayangnya sampai sekarang forum High Council ini tidak
pernah digunakan oleh negara-negara ASEAN dalam menyelesaikan konflik internal di
antara meraka.
l

c 
c c  c c „  cc
c c

c  c

c c
c
c
  
cc! 
c c ! c
c  c "#c c
c $  c
%
1. Kuala Lumpur 1071 Implementasi pasal 2 dalam '  9   
îeklarasi Bangkok. 0  !
Penghormatan atas kedaulatan * (ZOPFAN)
negara-negara ASEAN dan ikut
campur dalam urusan negara-
negara ASEAN oleh negara-
negara besar/luar kawasan.
2. KTT I Bali 1976 Penegasan kembali komitmen ASEAN8  !,
negara-negara ASEAN
terhadap; îeklarasi Bandung,
îeklarasi Bangkok, îeklarasi
ZOPFAN, dan Piagam PBB,
serta menegaskan tekad negara-
negara ASEANuntuk
meningkatkan perdamaian,
kemajuan, kemakmuran dan
kesejahteraan negara-negara
ASEAN, melalui upaya
stabilisasi politik kawasan Asia
Tenggara
KTT I Bali 1976 Code of conduct yang mengatur 7  
  !
hubungan negara-negara 8       
ASEAN untuk meredam konflik  (TAC)
3. Bangkok 1995 Implementasi dari îeklarasi      *
ZOPFAN. Membebaskan :  0
kawasan Asia Tenggara dari 9 (SEANWFZ)/Kawasan
senjata nuklir oleh negara- Bebas Senjata Nuklir Asia
negara nuklir. Tenggara (KBSN-AT)
4. KTT ASEAN Singapura ASEAN : : Kebiasaan ASEAN Regional Forum
1992 dan ASEAN Post ASEAN dalam menyelesaikan (ARF).8 !  -! /
Ministerial Conference persoalan / perselisihan :
  Preventive
(PMC) 1993 konsensus, non-intervention, diplomacy & Conflict
konsultasi, constructive Resolution.
engagement.
5. KTT IX ASEAN di Bali Menciptakan komunitas îeklarasi Bali Concord II
2003. keamanan yang terintegrasi 2003
dimana tidak ada lagi hubungan
kekerasan berskala besar - ASEAN Security
diantara anggotanya. Community

- ASEAN Sosio
Cultural Community

- ASEAN Economic
Community

6. KTT XIII ASEAN di Merupakan transformasi asean - îitandatanganinya


Singapura 2007. untuk dapat menjadi organisasi Piagam Asean yang
yang lebih efektif dan dinamis merupakan wujud
serta lebih mengakar ke bawah dari  /  !  / 
(   / ; ). 
dari PoA ASC

1.c  c*  # 


  / 3 !  / ( 
 !  3
- /  ,  
3

Negara -negara dapat menciptakan dan menggabungkan ( !) komunitas keamanan


melalui upaya yang disengaja dengan membangun nilai-nilai bersama multilateral
menyebarkan nilai-nilai bersama dan berkontribusi untuk mengembangkan kebiasaan untuk
kerjasama serta menyediakan mekanisme penyelesaian persengketaan secara damai.

Nillai-nilai bersama merupakan nilai intrinsik atau nilai yang terekspresikan dari perasaan
bersama yang bersumber dari warisan budaya, peninggalan sejarah, pengalaman proses
pembentukan negara, yang kemudian membentuk suatu identitas kolektif, setelah melewati
pelbagai tantangan dan hambatan secara bersama pula untuk saling mengerti dan memahami
yang memakan waktu tidak sebentar, serta memerlukan pengorbanan yang tidak sedikit
antar sesama anggota dari segi materil, maupun non materil. Selain dari apa yang di kenal
sebagai µASEAN Way¶ untuk menyelesaikan berbagai perselisihan yang terjadi di kawasan,
seperti : prinsip konsultasi, komporomi, dan consensus (musyawarah-mufakat), terdapat
paling tidak empat norma dan prinsip dasar yang juga telah menjadi nilai-nilai bersama dan
melandasi kehidupan ASEAN. 
, menentang penggunaan kekerasan dan
mengutamakan solusi damai. !, otonomi regional. /, Prinsip tidak mencampuri
urusan negara lain (non-interfence). 
, Menolak pembentukan aliansi militer dan
menekankan kerjasama pertahanan bilaterala   &&%  Kepatuhan negara
anggota ASEAN untuk melaksanakan norma, prinsip, dan nilai bersama tersebut telah
membuat tidak adanya konflik berskala besar antar anggota ASEAN sejak 1967, dan
menguatnya keinginan mereka untuk meningkatkan kerjasama dan membangun institusi
keamanan yang bersifat multilateral. Komunitas keamanan di sebuah kawasan
mensyaratkan  /    dan 
 pada tingkat paling tinggi sebagai prekondisi
yang dibutuhkan bagi terciptanya hubungan damai. Asumsinya berasal dari pemahaman
tentang adanya konsep #,yang percaya bahwa kerjasama diantara aktor-aktor
nasional independen didalam kawasan yang bersifat "   , seperti ekonomi dan
perdagangan, dapat secara bertahap ber-spillover (melebar atau melimpah) menciptakan
kebutuhan bersama di antara mereka untuk melakukan kerjasama pada wilayah politik dan
keamanan atau /  a .

Nilai-nilai bersama yang telah dibentuk dan dikembangkan ASEAN yang menjadi   
  dalam hubungan intra ASEAN yang pada perkembangannya telah berubah
menjadi
   dalam  !
 baru kerjasama ASEAN, setelah berhasil melewati
berbagai tantangan dan batu ujian, antara lain adalah :

a) îeklarasi Bangkok 1967

b) îeklarasi ZOPFAN 1971

c) îeklarasi Bali Concord I 1976

d) 7 
 !8       (TAC) dan amandemenamandemen
TAC (Protokol Manila) untuk perluasan aksesi TAC sebagai 8 ! 8 ! oleh Negara-
Negara luar kawasan.

e) ASEAN :

f) Bali 8  ! II 2003

g) îeklarasi Hanoi beserta rencana aksinya yang meliputi;  , 2


  ASEAN, / (IAI) dan + !
 , /   ASEAN (RIA)

h) Vientinne    /

 (VAP) 2004

i) ASEAN Charter 2007

l

cccc
c c 

No. Pertemuan Nilai-nilai bersama Kerjasama/Institusi


Multilateral
1. Kuala Lumpur 1971 Imlementasi pasal 2 dalam 9    0  !
îeklarasi Bangkok *(ZOPFAN)
îeklarasi ZOPFAN

2. Bangkok 1995 Implementasi dari îeklarasi     *


ZOPFAN : 09 

(SEANWFZ)/Kawasan bebas
Senjata Nuklir Asia Tenggara
(KBSN-AT)

3. KTT I Bali 1976 ASEAN 8  !dan 8 ! 7  


  !
8 ! 8  (TAC)

Protokol Manila Perluasan aksesi TAC


(amandemen-amandemen sebagai8 !  8 ! Asia
TAC) Pasifik oleh negara anggota
ARF

4. KTT ASEAN ASEAN : ASEAN Regional Forum


Singapura 1992 dan (ARF).8 !  -! /
ASEAN Post
  diplomasi preventif
Ministerial Conference dan mekanisme penyelesaian
(PMC) 1993 sengketa.
5. KTT APEC 1993 Liberalisasi perdagangan dan Asia  )

investasi 8  (APEC)
6. Bangkok Maret 1996 Penemuan ketentuan- Asia ) 3 / (ASEM)
ketentuan yang diatur oleh
WTO dan prinsip pasar
bebas, sistem perdagangan
mutilateral terbuka,
liberalisasi ekonomi non
diskriminatif dan ekonomi
terbuka. Membangun saling
percaya melalui ekonomi dan
perdagangan
7. 1997 Memperkuat integrasi Kemitraan strategis ASEAN
ekonomi dengan Asia +3 (Asia Timur)
Timur. 7 "!   !
)
  ! 


 .
8. AMM Hanoi-Vietnam îeklarasi Hanoi, IAI dan Visi ASEAN Economic
RIA sebagai   Integration
23 July 2001  untuk memperkecil
kesenjangan pembangunan
diantara anggota-anggota
baru (CLMV) dengan
anggota lama. Visi ASEAN
2020
9. ASEAN/Bali Concord Road map baru kerjasama Integrasi ASEAN menjadi
II ASEAN, mengelaborasi visi ASEAN8

  dan
ASEAN 2020 dengan membentuk tiga pilar
merencanakan batu loncatankerjasama di bidang ekonomi,
yang konkrit untuk meraih sosial-budaya dan keamanan
tujuan-tujuan komunitas
ASEAN yang lebih luas dan
komprehensif
10. KTT VIII ASEAN di Ancaman terbesar terhadap- ASEAN-USA
Phnom Penh, keamanan dan perdamaianJoin '   
November 2002 internasional dan merupakan8     8
-
tantangan langsung bagi ,   
pencapaian suatu kawasan 7 
 Brunei 1 August
ASEAN yang lebih damai 2002.
dan makmur serta realisasi
visi ASEAN 2020. - ASEAN & China<  
'  8   
 0!  *  7! 
,  , Phonm Penh 4
November 2002.

- 3 $ -" ASEAN &


RRC  8     
0!  *  7! 
,  , Bangkok
10 < 2003

- <   '  
8     8
-
7 
, Brussels 27 January
2003.

- )*, ! <  


'  8   
8
- ,   
7 
 Bali 8 October
2003

- Australia-ASEAN <  
'  8   
8
- ,   
7 
, 2004

- ASEAN-Russion
Federation<   ' 
  8     8
-
,   7 
, 2004

11. KTT VIII ASEAN di Ancaman terbesar terhadap- ASEAN-USA <  


Phnom Penh, keamanan dan perdamaian'  8   
November 2002 internasional dan merupakan8
- ,   
tantangan langsung bagi 7 
, Brunei 1 August
pencapaian suatu kawasan2002.
ASEAN yang lebih damai
dan makmur serta realisasi - ASEAN & China <  
visi ASEAN 2020 '  8 

12. KTT VIII ASEAN di Ancaman terbesar terhadap- ASEAN-USA <  


Phnom Penh, keamanan dan perdamaian'  8   
November 2002 internasional dan merupakan8
- ,   
tantangan langsung bagi 7 
, Brunei 1 August
pencapaian suatu kawasan2002.
ASEAN yang lebih damai
dan makmur serta realisasi - ASEAN & China <  
visi ASEAN 2020 '  8 

13. KTT IX ASEAN di Menciptakan komunitas îeklarasi Bali Concord II 2003


Bali 2003. keamanan yang terintegrasi
dimana tidak ada lagi - ASEAN Security
hubungan kekerasan berskala Community
besar diantara anggotanya.
- ASEAN Sosio Cultural
Community

- ASEAN Economic
Community

14. KTT XIII ASEAN di Merupakan transformasi - îitandatanganinya


Singapura 2007. asean untuk dapat menjadi Piagam Asean yang terdiri dari
organisasi yang lebih efektif : Pembukaan, 13 Bab dan 55
dan dinamis serta lebihPasal
mengakar ke bawah ( 
  / ; ).

1.c Ô ccc c c  c 


Perkembangan yang sangat dinamis baik di lingkungan ASEAN, kawasan maupun global
membawa tantangan-tantangan baru yang kompleks bagi ASEAN. Hal ini mendorong
ASEAN untuk melangkah maju kearah ASEAN :   8  +  dari sekedar
ASEAN :    3 /
 . îalam konteks ini, adalah penting kiranya bila kita
dapat melihat pengembangan langkah-langkah konkret dan praktis untuk mewujudkan
ASEAN 8

 , yang didefinisikan sebagai :

=8

  6   "   /       2 /!     2


! 
  /  "  !   "    /     7
    
             ,    /!    
     )*  
!2   /   !   !  - "

-   /2  

 /
" 

 >a:- %

Melalui pembentukan ASEAN  8

 a , negara ASEAN mengharapkan


terciptanya ketertiban regional sehingga memperkuat ketahanan nasional dan pada saat yang
bersamaan mendukung perdamaian dan keamanan dunia. Ketertiban regional sehingga
memperkuat ketahanan nasional dan pada saat yang bersamaan mendukung perdamaian dan
keamanan dunia. Ketertiban regional tersebut akan bertumpu pada norma dan aturan
hubungan baik antar negara, pencegahan konflik yang efektif, mekanisme resolusi dan
pembangunan perdamaian pasca konflik.

Perwujudan Komunitas Keamanan ASEAN memerlukan komitmen politik yang kuat dari
seluruh anggota. îi sini, Komunitas Keamanan ASEAN tidak perlu diartikan sebagai
komunitas pertahanan yang mengedepankan kerjasama militer, tetapi keamanan dalam arti
komprehensif yang menekankan pada kerjasama membangun tata pergaulan antar negara
dan mekanisme penyelesaian konflik di kawasan. Konsep komunitas keamanan merupakan
upaya untuk membangun rasa kebersamaan ASEAN sebagai satu keluarga yang memiliki
norma dan tata berinteraksi yang disepakati bersama.

Model kcamanan konvensional ASEAN yang berkisar pada non-intervensi yang mendasari
ASEAN : dihadapkan pada model keamanan yang sangat luas dan tidak konvensional
lagi, yakni model keamanan manusia dan upaya untuk melibatkan masyarakat luas dalam
kegiatan ASEAN. Obyek keamanan ASEAN didorong agar bergeser dari negara menuju ke
perorangan. Kendati keamanan manusia dijunjung tinggi oleh berbagai kalangan terutama
kalangan 2 , tetapi ia kurang mendapat dukungan luas diantara elite politik
ASEAN. Para elite politik ASEAN tidak mudah menerima, bahwa agenda keamanan
internasional yang berpusat pada keamanan manusia dengan begitu saja menggantikan
keamanan konvensional yang berpusat pada negara. Negara-negara besar pun juga masih
tetap berpegang pada sasaran politik luar negeri yang realis untuk mendukung dan
mempertahankan kepentingan nasionalnya masing -masing.

Sampai kini memang belum tampak dengan jelas upaya pemimpin-pemimpin ASEAN
untuk menggeser postulat keamanan konvensionalnya kepada postulat keamanan non
konvensional yang lebih berorientasi pada kesejahteraan perorangan. Masih sedikit para
pemimpin ASEAN menggunakan konsep sosial-ekonomi sebagai bagian dari agenda
keamanannya. Para menteri ASEAN masih saja menekankan prinsip konsensus dan non
intervensi terhadap masalah dalam negeri negara lain.

Masalah keamanan manusia secara konsepsional menghantam prinsip non intervensi dan
memunculkan kembali perdebatan tentang intervensi dan non intervensi terhadap masalah
dalam negeri negara anggota. Prinsip non intervensi dalam hal ini harus dapat
diintepretasikan lebih longgar dalam menghadapi tantangan-tantangan baru di millennium
ketiga ini, yang memungkinkan terciptanya dialog secara mendalam dan kerjasama-
kerjasama dalam isyu-isyu seputar keamanan manusia. Kecendrungan ini menuntut adanya
pergeseran fokus keamanan dari pertahanan perbatasan nasional menuju pada keamanan
manusia. Pendekatan ini bukan berarti pertahanan kedaulatan nasional sudah tidak relevan
lagi. Keamanan manusia memberikan arti bahwa batas-batas nasional tidak lagi menjadi
benteng pertahanan satu-satunya.

Melalui konsep komunitas keamanan, negara-negara anggota diharapkan dapat membahas


secara terbuka terhadap isyu-isyu yang sensitif yang biasanya dibahas secara ´sembunyi-
sembunyi´ atau dikenal dengan istilah ³ "  !  ´ tanpa meninggalkan
prinsip non interference. Langkah awal untuk membuka belenggu ini telah dilakukan pada
saat pertemuan AMM ke-36 di Phnom Penh pada bulan Juni 2003, ketika Indonesia
memberikan penjelasan soal Aceh dan Myanmar memberikan penjelasan tentang Aung San
Suu Kyi secara sukarela.

Komunitas Keamanan ASEAN /ASEAN 8

  (ASC) menjembatani aspirasi


ASEAN untuk mendapatkan perdamaian, stabilitas, demokrasi dan kemakmuran di dalam
lingkungan regional dimana negara-negara anggota ASEAN hidup dengan damai satu sama
lain dan dengan dunia luas dalam lingkungan yang adil demokratis dan harmonis. ASC
menjelaskan prinsip dari keamanan komprehensif yang mengenal kesalingtergantungan yang
tinggi akan politik, ekonomi dan kehidupan sosial dari lingkungan regional. Terlebih, ASC
juga memandang stabilitas politik dan sosial, kemakmuran ekonomi dan kesejajaran
Pembangunan sebagai dasar yang kuat untuk komunitas ASEAN, dan akan sesuai dalam
mencapai program-program yang akan terbangun atas dasar-dasar ini.

Komunitas Keamanan ASEAN tidak perlu diartikan sebagai komunitas pertahanan yang
mengedepankan kerjasama militer, tetapi keamanan dalam arti komprehensif yang
menekankan pada kerjasama membangun tata pergaulan antar negara dan mekanisme
penyelesaian konflik di kawasan. Konsep komunitas keamanan merupakan upaya untuk
membangun rasa kebersamaan ASEAN sebagai satu keluarga yang memiliki norma dan tata
berinteraksi yang disepakati bersama.

Komunitas keamanan berbeda dengan rejim keamanan yang mensyaratkan adanya kekuatan
eksternal dan mengandalkan perimbangan (-   ") serta tidak dimaksudkan untuk
membentuk organisasi pertahanan. Selain itu penolakan atas penggunaan atau ancaman
penggunaan kekuatan bersenjata harus menjadi dasar bagi Komunitas Keamanan ASEAN.
Hal ini menunjukan bahwa sengketa konflik diantara negara anggota akan diselesaikan
melalui cara damai dengan demikian ASEAN wajib adanya untuk mengubah posturnya
menjadi institusi resolusi konflik.Pada lingkup eksternal, Komunitas Keamanan ASEAN
akan menyumbangkan kemajuan perdamaian dan keamanan di wilayah Asia Pasifik,
memperkuat peran ASEAN sebagai kekuatan pendorong dari ASEAN Regional Forum
(ARF) dan terus mengembangkan keterikatan ASEAN dengan negara-negara partner dialog
dan sahabat.

Sebagaimana dimandatkan oleh KTT ASEAN ke-9 di Bali, @ 


  c& 'diperlukan
untuk merealisasikan ASC. îalam hal ini, Indonesia telah menyusun draf ASC   
 dan menyampaikan kepada negara-negara anggota ASEAN. Pada ASEAN SOM
tanggal 26-27 Juni 2004, draf ASC PoA telah berhasil diterima oleh negara-negara anggota
draf ASC PoA selanjutnya telah mendapatkan persetujuandari PTM ASEAN ke-37 tanggal
30 Juni 2004 untuk selanjutnya disahkan oleh KTT ASEAN ke-10 di Vientiane pada
November 2004.

îari segi substansi, ASC PoA terdiri dari dua bagian yaitu ,  ! dan  
2 . Introduction merupakan bagian pendahuluan yang mengantarkan   
2   2 memuat Annex atau lampiran yang berisi langkah-langkah rinci
untuk melaksanakan ASC. ASC PoA terdiri dari enam komponen utama yaitu : a  
'2 
   a   /  !  /  * 
 a  8  2   a&  8 
+   a     #! / a%  ,

  / 3 
 sesuai aksi
pembangunan politik yang adil, demokratik, dan harmonis telah dijabarkan pada masing-
masing persoalan dalam timeline final, seperti misalnya Piagam ASEAN tahun 2006,
ASEAN-PKF (ASEAN-   / 0 ) tahun 2012, dan Pembanguna Politik tahun
2017.

1.c '2 
 

îalam mendukung komitmen kita untuk mengembangkan lingkungan politik dimana


negara-negara anggota ASEAN memiliki kesetiaan untuk jalan-jalan damai dalam
menyelesaikan perbedaan-perbedaan intra-regional dan memperhatikan keamanan individu
mereka sebagai dasar keterkaitan dan dibatasi oleh lokasi geografis, visi bersama dan nilai
bersama, berdasarkan dari hal tersebut maka strategi untuk pengembangan politik adalah

1.c Memajukan kesepemahaman dan penghargaan akan sistem politik, kultur dan sejarah
dari negara-negara anggota melalui peningkatan hubungan antar masyarakat dan
kegiatan track-two
2.c Memajukan HAM dan kewajiban-kewajiban
3.c Meletakan dasar-dasar untuk mendirikan kerangka kerja institusi untuk memfasilitasi
informasi bebas diantara negara-negara anggota ASEAN
4.c Mendirikan program-program untuk saling mendukung dan mendorong diantara negara-
negara anggota ASEAN dalam pengembangan strategi untuk memperkuat aturan hukum,
sistem pengadilan dan infrasuktur legal, pelayanan publik yang efektif dan efisien, dan
pemerintahan yang baik di sektor publik dan swasta.
5.c Meningkatkan partisipasi organisasi-organisasi non-pemerintah seperti )* ,  

  1/   (AIPO  )*  ?   
-(APA),)*
#    !2  8  (ABAC),)* ,    /  ! ,   
! (ISIS) dan akademisi, khususnya jaringan universitas ASEAN (AUN), dalam
memajukan inisiatif pembangunan politik ASEAN dan memperkuat peran dasar
ASEAN; dan
6.c Mencegah dan memerangi korupsi

Pada elemen @   , kegiatan diarahkan untuk mempromosikan


pembangunan politik, termasuk penciptaan lingkungan yang adil, demokratis dan harmonis.
Isu-isu yang tercakup dalam elemen ini, antara lain : memperkuat lembaga-lembaga
demokrasi dan partisipasi rakyat, mempromosikan pengertian dan pengharagaan terhadap
sistem politik, budaya dan sejarah dari negara-negara anggota, menegakkan hukum dan
sistem peradilan, memajukan arus informasi yang bebas diantara negara-negara ASEAN,
meningkatkan / ! / 2   baik di sektor publik maupun swasta, memperkuat 2
2 secara efisien dan efektif, mencegah dan memerangi korupsi, mempromosikan hak
dan kewajiban asasi manusia, mendirikan jaringan HAM dan mekanisme yang telah ada,
mempererat hubungan antar masyarakat. PoA ASC dibidang political development ini
sangat sulit karena terkait dengan prinsip non-interfensi dan konsensus yang masih melekat
kuat dalam diri ASEAN. Rencana pembangunan politik bisa berhasil sebagai rencana aksi
penerapan ASC bila  
2  /dipakai sebagai mekanisme pengambilan keputusan dalam
tubuh ASEAN. îan yang lebih penting prinsip non-interfensi harus dirubah dan
dikembangkan sesuai dengan semangat perubahan

1.c  c    


 „

îalam upaya kontribusi untuk membangun tanggung-jawab bersama dan membentuk


sebuah standar atau ketaatan terhadap norma-norma perilaku yang baik akan demokratis,
toleransi, kepartisipasian dan komunitas terbuka sebagai tujuan untuk menkonsolidasi dan
memperkuat solidaritas ASEAN, kepaduan dan harmoni (rasa kekitaan/" /). Strategi-
strategi untuk membentuk dan berbagi norma-norma termasuk:

1.c Melahirkan ASEAN Charter


2.c Mendorong aksesi TAC oleh negara-negara non-ASEAN
3.c Menjamin implementasi penuh akan '    8 ! (îOC) dari negara-
negara di laut Cina Selatan dan bekerja menuju pengadopsian  !   !regional
di laut cina selatan.
4.c Bekerja menuju penyesaian isu-isu yang mengemuka untuk menjamin penandatanganan
negara-negara nuklir terhadap isi perjanjian SEANWFZ; dan
5.c Bekerja menuju terciptanya perjanjian gotong royong legal (
/   ) dan
konvensi ASEAN dalam menangkal terorisme, dan penyusunan perjanjian ekstradisi
ASEAN sebagaimana dipertimbangkan oleh îeclaration of ASEAN Concord.
6.c Mengembangkan ASEAN 3 /     (MLA) /
 , membentuk
kelompok kerja mengenai ASEAN )6!  7 yang berada dibawah tanggung
jawab ASEAN    " 1  3 / (ASLCM),
mengimplementasikan '    8 !         8 
(îoC), dan menyusun ASEAN 8 2   8  7 
.

Pada elemen ini, PoA ASC dinilai berhasil telah ditandatanganinya ASEAN Charter pada
KTT Ke-13 ASEAN di Singapura tahun 2007. Selain itu, Treaty on Mutual Legal Assistance
in Criminal Matters (MLAT) yang telah ditandatangani oleh seluruh negara anggota ASEAN
memberikan peluang untuk mengepung kerjasama hukum yang lebih kongkrit, terutama
dalam pemberian bantuan hukum timbal balik dibidang pidanaa"(% .

1.c  c@   


a
   

îipandu oleh prinsip yang terartikulasi di TAC yang merupaikan kunci utama  ! 
 ! ASEAN mengatur hubungan-hubungan antara negara dan kunci dari instrument
diplomasi untttk memajukan perdamaian dan stabilitas di wilayah regional, maka strategi-
strategi untuk pencegahan konflik adalah :

1.c Memperkuat CBMs melalui peningkatan kesempatan untuk pertukaran dan interaksi
diantara pejabat militer dan antara pejabat militer dengan masyarakat sipil, dan
memajukan pertukaran relawan pengamat pada pelatihan-pelatihan militer.
2.c Memajukan lebih luas lagi transparansi dan kesepahaman akan kebijakan pertahanan dan
persepsi ancaman melalui publikasi dan pertukaran buku putih pandangan keamanan
atau pertahanan diantara negara-negara anggota ASEAN, dan pertemuan para relawan
untuk pengembangan politik dan keamanan di wilayah regional.
3.c Mengembangkan "  /  
yang didasarkan pada mekanisme yang ada
untuk mencegah peningkatan konflik dan memperkuat kerjasama untuk mengatasi
ancaman yang ditimbulkan oleh konflik perbatasan dan separatisme.
4.c Memperkuat proses ARF a)*+/ 0 

5.c Memerangi kejahatan lintas nasional a   
 dan masalah-masalah lintas
batas lainnya melalui aktifitas kerjasama regional, terutama kerjasama dalam isu-
isu 
    !  , seperti : kejahatan ekonomi, terorisme, kejahatan
lingkungan, pembajakan, narkotika, dan penyelundupan manusia.
6.c Membentuk pencatatan persenjataan ASEAN untuk dikelola oleh sekretariat ASEAN
yang selaras dengan aktifitas yang mirip yang sedang diadakan oleh ARF, dan
7.c Memajukan kerjasama keamanan maritim ASEAN.
Pada elemen ketiga ini juga dinilai cukup berhasil dalam implementasi PoA ASC. Memang
implementasi dua komponen rencana aksi ASC dari tahun 2003 (Bali Concord II) sampai
tahun 2008 sekarang ini banyak dilakukan pada komponen 8  2  dan  /
 ! / * 
Komponen conflict prevention antara lain ditandai oleh keberhasilan
ASEAN dalam menyelenggarakan ASEAN îefence Ministers Meeting (AîMM) di tahun
2006 dan menghasilkan ASEAN Convention on Counter Terrorism (ACCT) yang
menyediakan dasar hukum bagi kerjasama kawasan dibidang pemberantasan terorisme a7 
%

1.c % cu„„
a
„ 

îalam upaya mendukung kepentingan kolektif dari seluruh negara-negara anggota untuk
solusi komprehensif akan konflik dan membangun perdamaian dan keamanan yang
langgeng dan sementara itu melanjutkan untuk menggunakan mekanisme nasional, bilateral
dan internasional untuk menyelesaikan persengketaan, strategi untuk resolusi konflik harus
terfokus pada pengembangan inovasi dan modalitas seperti :

1.c Menggunakan pusat-pusat penjaga perdamaian nasional yang ada dan yang direncanakan
yang terdapat di negara-negara ASEAN untuk membangun perjanjian regional untuk
pemeliharaan perdamaian dan stabilitas.
2.c Membangun berdasarkan model-model penyelesaian persengketaan pasifik yang ada
untuk memperkuat mereka dengan mekanisme tambahan seperti yang dibutuhkan.
3.c Mengerjakan penelitian manajemen dan resolusi konflik bersama dan pertukaran
diantara pusat-pusat perdamaian ASEAN yang unggul.


 u„ disini dimaksudkan untuk mendorong negara-negara ASEAN dapat
memilih mekanisme regional dalam menyelesaikan konflik-konflik internalnya. îengan
demikian diharapkan dapat mendukung kepentingan negara yang bersangkutan dan
kepentingan kolektif ASEAN. Prinsip dasarnya adalah penggunaan cara-cara damai dan
mencegah penggunaan kekerasan. Langkah-langkahnya antara lain memperkuat mekanisme
penyelesaian sengketa ASEAN, mengembangkan kerjasama regional untuk pemeliharaan
perdamaian nasional a     /   yang ada atau yang sedang
direncanakan, mengembangkan institusi pendukung seperti ASEAN ,      !
+  Menurut penulis elemen keempat ini sangat sukar dilaksanakan karena lagi-
lagi berkaitan dengan persoalan)* :terutama adanya hak untuk tidak mencampuri
urusan dalam negeri setiap negara anggota ASEAN (Prinsip non-interfensi). Sungguh
begitu, banyak yang berpendapat bahwa sudah tiba saatnya ASEAN merubah paradigmanya
dari sekedar mampu mencegah konflik untuk dapat menyelesaikan konfliknya sendiri.
îalam bidang penyelesaian konflik, ASEAN memang telah berhasil mengelola potensi
konflik di Laut Cina Selatan menjadi potensi kerjasama yang melibatkan beberapa negara
ASEAN dan China. ASEAN dan China telah berhasil menyepakati '   
8 !         8   a'18 yang ditujukan untuk menyelesaikan
persengketaan secara damai. îOC akan diimplementasikan melalui suatu 8 !18 !
,  7   8  . îalam kaitan ini, )* 8  :  / @   
,

     '     !         8 
menyepakati 6 proyek kerjasama dalam rangka 8 !  #! / 3  guna
mendukung implementasi îOC.

1.c c@        „


a „ 
  

Menciptakan kondisi yang dibutuhkan untuk perdamaian yang berkelanjutan dan mencegah
adanya kebangkitan kembali konflik yang membutuhkan ahli-ahli dan institasi multidisiplin
tertentu. Selain itu, strategi-strategi untuk pembanguuan perdamain pasca konflik adalah :

1.c Memperkuat pendampingan permasalahan kemanusiaan dengan menyediakan tempat -


tempat perlindungan di era konflik.
2.c Menerapkan program-program pengembangan sumber daya dan bangunan berkapasitas
di area yang mengalami rehabilitasi dan resolusi pasca pertikaian.
3.c Bekerja menuju untuk membangun ASEAN pusat (pendampingan/ manajemen krisis
permasalahan kemanusiaan).
4.c Mengurangi ketegangan inter-comunal melalui pertukaran pendidikan dan reformasi
kurikulum; dan
5.c Meningkatkan kerjasama dalam rekonsiliasi dan peningkatan kultur perdamaian.
Perwujudan Komunitas Keamanan ASEAN pada tahun 2020, meminjam istilah Alfin
Toffler dalam bukunya Global Village tahun 1998, seperti layaknya sebuah dusun yang
terdiri dari sepuluh rumah tangga tanpa pagar dan saling bertetangga dengan baik. Hidup
rukun dengan penuh kesahajaan. îengan kata lain, ASEAN bertransformasi dari
sekumpulan negara-negara yang berdekatan secara geografis menuju sebuah komunitas
yang memiliki identitas kolektif berdasarkan rasa ³ke-kita-an´ atau ³" / ³.

Pada elemen ini kegiatan yang bisa dilakukan mencakup pendirian mekanisme bantuan
kemanusiaan, rekonstuksi dan rehabilitasi, mobilitas sumber daya, monitoring dan evaluasi
kegiatan pembangunan perdamaian pasca konflik. Tujuannya adalah menciptakan
menciptakan kondisi yang diperlukan untuk kesinambungan perdamaian di wilayah pasca
konflik, mencegah berulangnya konflik. Kegiatan elemen ini mencakup, antara lain
memperkuat bantuan kemanusiaan ASEAN, mencakup pengembangan kerja sama
pada 8  +    ! +- di daerah yang terpengaruh konflik,
mendirikan mekanisme untuk memobilitasi sumber daya guna memfasilitasi   
 -! / termasuk kerja sama dengan negara donor dan lembaga-lembaga
internasional. )* /
   '   +  ! )
/  +  (AAîMER),
yang antara lain memuat rencana pembentukan )*4
     8  dan
pengaturan untuk pemberdayaan personel militer dan sipil dalam operasi penggulangan
bencana, telah disepakati oleh para Menlu ASEAN pada)*3  3 / (AMM)
ke-38, Juli 2005. Selain itu telah diselenggarakan pertemuan rutin ASEAN-UN +/ 

   8  2   8  +    ! -! / serta ASEAN-
UN +  -  )* 
   +! +   8 untuk mengelaborasi
kemungkinan kerjasama ASEAN di bidang penciptaan perdamaian pasca konflik serta
operasi pemberian bantuan kemanusiaan (   /0  ). Elemen terakhir dari PoA
ASC ini menurut penulis juga akan banyak mengalami kendala yang berkaitan dengan
adanya hak untuk tidak campur tangan masalah internal negara anggota ASEAN (Prinsip
non-interfensi). Masalah Timor Timur, Myanmar dan Kamboja adalah kasus-kasus yang
memiliki sensitivitas tinggi karena melibatkan negara-negara anggota ASEAN.

1.c ! cBeralih pada å      „ „elemen ini memuat mekanisme untuk


melaksanakan PoA yang mencakup beberapa kegiatan seperti pemberian wewenang
pada pertemuan Menlu ASEAN (AMM) untuk mengusulkan kebijakan dan aktifitas baru
guna memperkuat ASC, wewenang AMM untuk mengkaji kemajuan yang telah dicapai
ASC PoA, penugasan pada Sekjen ASEAN untuk membantu Ketua ASEAN dalam
memonitor dan mengkaji kemajuan implementasi ASC PoA. Guna memantau
perkembangan implementasi ASC PoA maka terdapat mata acara khusus berjudul
³,

   8    ´ dalam setiap pertemuan AMM. Lebih jauh,
untuk meningkatkan koordinasi antar badan-badan ASEAN yang terkait dengan
implementasi Rencana Aksi Komunitas Keamanan ASEAN, telah
diselenggarakan )*  8

       8 !  / 8  


a881 yang pertama di Jakarta pada 4-5 September 2006. Pertemuan ini menekankan
percepatan implementasi Rencana Aksi Komunitas Keamanan ASEAN di
bidang     ,       -! / / ! / 2   
- /
  serta promosi dan perlindungan HAM. Selain itu, disepakati perlunya
memperhatikan isu 
  .

Pada elemen terakhir ini µpolitical will¶ dari para pemimpin negara-negara ASEAN mutlak
dibutuhkan untuk mewujudkannya. Sudah bukan rahasia lagi bahwa ASEAN lebih senang
mengadakan pertemuan (Meeting), workshop, atau lokakarya tapi lemah dalam
melaksanakan implementasinya.

1.c  ccc c(


c)c c
2.c  cc c& c'

Penyusunan Piagam ASEAN bertujuan untuk menstransformasikan ASEAN dari sebuah


asosiasi politik yang longgar menjadi organisasi internasional yang memiliki legal
personality, berdasarkan aturan yang profesional (rule-based organization), serta memiliki
struktur organisasi yang efektif dan efisien. a
 %  Proses penyusunan draft
Piagam ASEAN (ASEAN Charter) diawali dengan pembentukan Eminent Persons Group
(EPG) on ASEAN Charter yang beranggotakan para tokoh terkemuka dari seluruh Negara
anggota dan diketuai oleh Tun Musa Hitam (EPG-Malaysia). Pembentukan EPG ini
îiresmikan pada KTT ke-11 ASEAN di Kuala Lumpur, îesember 2005, dengan
ditandatanganinya Kuala Lumpur îeclaration on the Establishment of the ASEAN Charter.
Pada KTT ke-12 ASEAN di Cebu, Filipina, Januari 2007, disepakati Cebu îeclaration on
the Blueprint of the ASEAN Charter yang berisi kesepakatan untuk menyusun suatu Piagam
ASEAN berdasarkan rekomendasi EPG. Para Kepala Negara/Pemerintahan ASEAN telah
memberikan arahan mengenai penyusunan Charter serta membentuk suatu 4/27 
0  (HLTF) on the drafting of ASEAN Charter yang beranggotakan para pejabat tinggi
dari negara-negara anggota. Piagam ini ditandatangani pada KTT ke-13 di Singapura, tahun
2007.

1.c  cl
c c
cc
cccc&lcc)  c c
ccc)c) l'

ACTT ditandatangani pada KTT ke-12 ASEAN di Ceba, Filipina, Januari 2007,. Konvensi
ini memberkan dasar hukum yang kuat guna peningkatan kerjasama ASEAN dibidang
pemberantasan terorisme. Selain meiliki karakter regional, ACCT bersifat komprehensif
(meliputi aspek pencegahan, penidakan, dan program rehabilitas), sehingga memiliki nilai
tertentu bila dibandingkan dengan konvensi sejenis.

1.c  c#c c c c c & c # cc c


 cl*c l'

Pembentukan AîMMM merupakan inisiatif Indonesia dan bertujuan untuk mempromosikan


perdamaian dan stabilitas kawasan, melalui dialog serta kerjasama dibidang pertahanan dan
keamanan. AîMM telah mengadakan pertemuan pertamanya pada bulan Mei 2006 di
Kuala Lumpur, Malaysia. AîMM bersifat outward looking, terbuka, tranparan, dan
melibatkan Mitra Wicara ASEAN, sehingga dimasa mendatang dimungkinkan adanya
mekanisme AîMM Plus.

1.c  c c%c)c)c& %))'

Rencana pembentukan traktat ekstradisi ASEAN merupakan amanat Bali Concord 1976 dan
Rencana Aksi Komunitas Keamanan ASEAN. Para pejabat tinggi ASEAN dibidang hukum
dalam pertemuan )*    " 1  3 / (ALSOM) ke-11 di Siam Reap,
Kamboja, 29-30 Januari 2007, menyepakati untuk membentuk kelompok kerja untuk
memulai proses perumusan traktat ekstradisi ASEAN.

1.c  c c
cl
c
c 

Rencana pembentukan traktat ekstradisi ASEAN merupakan amanat Bali Concord 1976 dan
Rencana aksi komunitas keamanan ASEAN. Para pejabat tinggi ASEAN dibidang hukum
dalam pertemuan ASEAN Senior Law Officials Meeting (ALSOM) ke 11 di Siem Reap,
Kamboja, 29-30 Januari 2007, menyepakati untuk membentuk kelompok kerja untuk
memulai proses perumusan traktat ekstradisi ASEAN.

1.c  cc 


c  cc 
ASEAN telah berhasil mengelola potensi konflik di Laut China Selatan menjadi potensi
kerjasama yang melibatkan beberapa negara ASEAN dan China. ASEAN dan China telah
berhasil menyepakati '  8 !       8  (îOC)
yang ditujukan untuk menyelesaikan persengketaan secara damai a8  +  .
îOC akan diimplementasikan melalui suatu code of conduct in the South China Sea.

Protokol ke-2 Amandemen TAC a71


 !8    )   yang
ditandatangani para Menteri Luar Negeri ASEAN dan Papua New Guinea di Manila, 25 Juli
1998 menjadi titik awal perluasan TAC diluar ASEAN, termasuk bagi Negara-negara yang
berada di kawasan laut cina selatan. Upaya ASEAN untuk mempertahankan perdamaian dan
stabilitas regional mengalami kemajuan pesat pada bulan Oktober 2003 dengan akses China
dan India dan TAC, pada KTT ke-9 ASEAN di Bali, 2003. Jepang dan Pakistan mengakses
TAC tanggal 2 Juli 2004 saat AMM ke-37 di Jakarta. Sedangkan Rusia dan Korea Selatan
mengaksesi pada Pertemuan Tingkat Menteri (PTM) ASEAN-Rusia dan PTM ASEAN-
Korsel, pada november 2004 di Vientiene, Laos. Selandia Baru dan Mongolia pada AMM
ke-38 mengaksesi TAC pada bulan Juli 2005 di Vientiane, Australia Mengaksesi TAC pada
bulan îesember 2005 di Kuala Lumpur sebelum penyelenggaraan KTT ke-11 ASEAN.

Pada KTT ke-12 ASEAN, Perancis dan Timor Leste mengaksesi TAC. Aksesi Perancis
kedalam TAC merupakan pengakuan penting salah satu negara Uni Eropa (UE) terhadap
eksistensi ASEAN dan pentingnya pengembangan kerjasama dengan ASEAN. UE juga telah
menyatakan niatnya untuk mengaksesi TAC yang menandakan kemajuan ASEAN sebagai
organisasi regional yang signifikan, khususnya bagi perkembangan kerjasama kedua
kawasan. Proses lebih lanjut menyangkut akses ini masih berkembang.

South-East Nuclear Weapon Free Zone (SEANWFZ) Treaty ditandatangai di Bangkok pada
tanggal 15 îesember 1995 dan telah diratifikasi oleh seluruh negara ASEAN. Traktat ini
mulai berlaku pada tanggal 27 Maret 1997. Pembentukan SEANWFZ menunjukkan upaya
negara-negara di Asia Tenggara untuk meningkatkan perdamaian dan stabilitas kawasan
baik regional maupun global, dan dalam rangka turut serta mendukung upaya tercapainya
suatu pelucutan dan pelarangan senjata nuklir secara umum dan menyeluruh.

Traktat SEANWFZ ini disertai protokol yang merupakan suatu legal instrumant mengenai
komitmen negara ASEAN dalam upayanya memperoleh jaminan dari negara yang memiliki
senjata nuklir (Nuclear Weapon Stat/ NWS) bahwa mereka akan menghormati Traktat
SEANFWZ dan tidak akan menyerang negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Pada
pertemuan AMM ke 32 bulan Juli 1999 di Singapura, para Menlu ASEAN untuk pertama
kalinya mengadakan Sidang Komisi SEANWFZ. Hal ini merupakan langkah pertama
penting ke arah ditetapkannya traktat tersebut. Implementasi SEANWFZ perlu untuk segera
dilaksanakan guna mewujudkan kawasan Asia Tenggara yang aman dan stabil serta upaya
mewujudkan perdamaian dunia. îalam rangka implementasi tersebut, negara-negara
anggota ASEAN berkomitmen untuk menyelesaikan permasalahan terkait dengan finalisasi
protokol, dan menjajagi langkah yang lebih konstruktif berupa kerjasama dengan IAEA.
Setalah 10 tahun Traktat ini berlaku (enter into force). Komisi SEANWFZ di tahun 2007
melakukan major review terhadap SEANWFZ.

ASEAN Regional Forum (ARF) diprakarsai oleh ASEAN pada tahun 1994 sebaai forum
untuk saling tukar pandangan dan informasi bagi negara-negara Asia-Pasifik mengenai
masalah-masalah politik dan keamanan, baik regional maupun internasional. Sasaran yang
hendak dicapai melalui ARF adalah mendorong saling percaya (confidence building
measures) melalui transparansi dan mencegah kemungkinan timbulnya ketegangan maupun
konflik di kawasan Asia Pasifik. Sebagai satu-satunya forum dialog keamanan di luar PBB,
yang dihadiri kekuatan besar dunia antara lain : Amerika Serikat, China, Rusia, Uni Eropa
dan Jepang, pembahasan dan tukar pandangan dalam ARF memiliki makna penting dan
strategis. Proses ARF lebih mencerminkan ASEAN Way yaitu menjalin hubungan untuk
menumbuhkan rasa saling percaya dan kebiasaan berdialog serta berkonsultasi dalam
masalah-masalah keamanan.

Kegiatan-kegiatan antar sesi yang dilakukan diantara pertemuan-pertemuan ARF, dibagi atas
Jalur Satu (Track I) yang dihadiri oleh wakil-wakil pemerintahan negara-negara ARF, dan
Jalur îua (Track II) yang diadakan dan dihadiri oleh lembaga-lembaga penelitian (think
tank) dari negara-negara ARF. îalam jalur satu, dua jenis kegiatan utama adalah
intersessional Support Group (ISG) dan beberapa intersessional Meeting (ISM) yang lebih
bersifat teknis. Kegiatan ISM saat ini berupa ISM on counter-terrorism and transnational
crime (ISM on CT-TC) dan ISM on îisaster Relief (ISM-îR). Proses kerjasama ARF
terbagi atas 3 tahap yaitu tahap Confidence Building Measures (CBMs), Preventive
îiplomacy (Pî) dan Conflict Resolution (CR). Saat ini, ARF melangkah ketahap kedua
sambil tetap melaksanakan tahap pertama. îalam kaitan tersebut pertemuan ISG, berubah
nama menjadi ISG CMBs and Pî.

1.c  cccccc c

Kerjasama ASEAN dalam rangka memberantas kejahatan lintas negara (Transnational


Crime) pertama kali diangkat pada pertemuan para Menteri îalam Negeri ASEAN di
Manila tahun 1997 yang mengeluarkan ASEAN îeclaration on Transnasional Crimes.
Sebagai tindak lanjut dari deklarasi diatas, kerjasama ASEAN dalam memerangi kejahatan
lintas negara dilaksanakan melalui pembentukan pertemuan para menteri ASEAN terkait
dengan pemberantasan kejahatan lintas negara (ASEAN Ministerial Meeting on
Transnational Crime /AMMTC) beberapa perjanjian yang telah dihasilkan ASEAN terkait
dengan pemberatan kejahatan lintas negara yaitu :

1.c ASEAN Plan of Action Combat Transnational Crimes yang mencakup kerjasama
pemberantasn terorisme, perdagangan obat terlarang pencucian uang, penyelundupan
dan perdagangan senjata ringan dan manusia, bajak laut, kejahatan internet dan
kejahatan ekonomi internasional.
2.c Treaty on Mutual Legal Assistence in Criminal Matters (MLAT) ditandatangani tahun
2006
3.c Agreement on information exchange and establishment of communication procedures
ditandatangani tahun 2002, merupakan perjanjian di tingkat sub regional guna
penanganan kejahatan lintas batas melalui pertukaran informasi,
4.c ASEAN îeclaration on Joint Action to Counter Terrorism ditandatangani tahun 2001
dalam penanganan terorisme dan
5.c ASEAN Convention on counter terrorism di tandatangani tahun 2007 sebagai instrumen
hukum dalam penanganan terorisme.

1.c  ccc


Kerjasama ASEAN dibidang hukum dilaksanakan melalui mekanisme pertemuan para


pejabat tinggi ASEAN di bidagn hukum (ASEAN Senior Law officials Meeting / ASLOM)
yang dilaksanakan setiap tahun dan pertemuan para menteri Hukum ASEAN (ASEAN Law
Ministerial Meeting/ALAWMM) yang dilaksanakan setiap 3 (tiga) tahun.

Pada ASLOM ke 11 di Siem Reap, Kamboja, Januari 2007 disepakati (a)


merekomendasikan Treaty on Mutual Legal Assistance in Criminal Matters (MLAT) yang
telah ditandatangani oleh semua negara anggota ASEAN kepada Al AWMM ke7 di Brunei
îarussalam, tahun 2008 (b) pembentukan Working Group on ASEAN Extradition treaty
untuk merumuskan sebuah traktat eksradisi ASEAN. îeclaration of ASEAN Concord tahun
1976 dan Rencana Kerja komunitas Keamanan ASEAN. Pertemuan pertama working group
ini direncanakan untuk dilaksanakan di Indonesia di tahun 2007.

1.c  cc%cc+cc
 

Kerjasama ASEAN dibidang imigrasi dan kekonsuleran dilaksanakan melalui pertemuan


para îirektur Jenderal Imigrasi dan kepada îivisi Konsulter ASEAN (the Meeting of the
ASEAN îirectors General of Immigration îepartements and heads of consular Affairs
îivisions of the ministeries of foreign affairs /îGICM.

Para Menteri Luar Negeri ASEAN telah menandatangani Perjanjian Kerangka ASEAN
mengenai Bebas Visa (ASEAN Framework Agreement on Vis exemption) ditandatangani
pada AMM ke39 di Kuala Lumpur 25 Juli 2006. Persetujuan ini memberlakukan bebas visa
kunjungan singkat bagi warga negara anggota ASEAN yang melakukan perjalanakn
diwilayah ASEAN selama 14 hari. Perjanjian dimaksud diharapkan dapat mendorong
pencapaian komunitas ASEAN melalui peningkatan perjalanan intra ASEAN dan people to
people contact.

1.c  ccc c

Kerjasama antar parlemen di ASEAN diselenggarakan melalui mekanisme ASEAN inter


Parlianmentary Assembly (AIPA). Semula organisasi ini bernama ASEAN Inter
Parliamentary Organization (AIPO) didirikan pada tahun 1977, beranggotakan parlemen-
parlemen dari Indonesia, Malaysia, Filipina, Singpaura, dan Thailand. Saat ini
keanggotaannya telah pula mencakup parlemen-parlemen dari Kamboja, Laos, dan Vietnam,
sementara Brunei îarussalam dan Myanmar sebagai Special Observers. îalam sidang
umum AIPO ke27 di Cebu, Filipina, 10-15 September 2003, AIPO berganti nama menjadi
ASEAN inter-parliamentary Assembly (AIPA). Pergantian nama ini dimaksudkan untuk
mendorong proses tranformasi AIPA dalam mendukung upaya perwujudan komunitas
ASEAN. Meskipun AIPA bukan badan ASEAN karena ASEAN merupakan organisasi antar
pemerintah, namun AIPA memiliki status konsultatif dengan ASEAN. AIPA melakukan
dialog dengan anggota parlemen dariengara Mitra Wicara ASEAN yang bertindak sebagai
Observers seperti Australia, Kadana, China, Uni Eropa, Jepang, Selandia Baru, Papu New
Guinea, Rusia, dan Korea Selatan.

1.c
c(c
c)
c$ )c 

Para Menteri Luar negeri ASEAN pada AMM ke26 di Singapura, Juli 1993 menyepakati
perluanya mempertimbangkan pendirian mekanisme HAM regional yang sesuai di ASEAN.
Hal ini merupakan tanggapan ASEAN terhadap Vienna îeclaration and Programme of
Action (1993) mengenai antara lain pendirian mekanisme HAM regional untuk mendukung
promosi dan perlindungan HAM global. AIPA di tahun yang sama mengeluarkan Human
Rights îeclaration yang mencantumkan himbauan kepada pemerintah negara-negara
ASEAN untuk membentuk mekanisme HAM ASEAN.

Mekanisme HAM, pada umumnya terdiri atas 2 (dua) komponen, yaitu, instrumen hukum (
deklarasi atau konvensi) dan badan (komisi atau pengadilan HAM). Pada saat ini, Asia
Pasifik (termasuk ASEAN) merupakan satu-satunya kawasan yang belum memiliki
mekanisme HAM Regional.

Walaupun hingga saat ini pembentukan mekanisme HAM ASEAN belum terwujud, tercatat
beberapa perkembangan sebagai berikut :

1.c Pembentukan Working Group on ASEAN Human Rights Mechanism (WGAHRM)


yang beranggotakan tokoh-tokoh Asia Tenggara baik dari sektor pemerintahan maupun
civil society. WGAHRM terdiri dari beberapa kelompok kerja nasional di Indonesia,
Malaysia, Thailand, Kamboja, Singapura, dan FILipina. Walaupun bukan merupakan
badan resmi ASEAN. WGAHRM telah bekerjasama dengan pemerintah beberapa
negara anggota ASEAN dan menyelenggarakan beberapa workshop dan roundtable
discussion untuk mempelajari kemungkinan pembentukan mekanisme HAM ASEAN
dan memberikan rekomendasi ke pemerintah negara-negara ASEAN, dan
2.c îitandatanganinya ASEAN îeclaration on the Protection and Promotion of the Rights
of Migrant Workers pada KTT ke 12 ASEAN.
1.c  cc
c 

Saat ini ASEAN memiliki 11 Mitra Wicara (îialogue Partners) yakni Australia, Kanda,
China, Uni Eropa, India, Jepang, Selandia Baru, Kore Selatan, Rusia, Amerika Serikat dan
UNîP. Selain itu ASEAN memiliki satu negara Mitra Wicara sektoral yaitu Pakistan
ASEAN juga melakukan hubungan terbatas dengan berbaai organisasi regional dan
internasional. îalam menjalin kerjasama dengan negara Mitra Wicara, ASEAN menetapkan
prinsip-prinsip dasar sebagai berikut :

1.c Kerjasama ASEAN dengan negara Mitra Wicara harus memperkuat ketahanan nasional
negara-negara ASEAN yang selanjutnya dapat meningkatkan ketahanan regional
ASEAN
2.c Kerjasama ASEAN dengan negara Mitra Wicara tidak dimaksudkan untuk
menggantikan kerjasama bilateral yang sudah ada
3.c Kerjasama ASEAN dengan negara Mitra Wicara tidak boleh mengandung ikatan-ikatan
politik yang merugikan kepentingan nasional.
4.c Kerjasama ASEAN dengan negara Mitra Wicara tidak boleh merugikan salah satu
negara ASEAN, dan
5.c Proyek-proyek kerjasama sebaiknya dilaksanakandi kawasan ASEAN

Untuk periode tahun 2006-2009, Indonesia menjadi negara koordinator hubungan kerjasama
ASEAN-India. Sebelumnya Indonesia menjadi koordinator untuk kerjasama ASEAN-UE
(2003-2006) yang semenjak tahun 2006 telah diserahkan kepada Kamboja. Saat ini ASEAN
memiliki 11 mitra wicara penuh dan 1 mitra wicara sektoral. Selain itu, ASEAN juga
memiliki hubungan/ dialog terbatas dengan beberapa organisasi regional dan internasional.
îalam perkembangannya, hubungan eeksternal ASEAN juga mengalami perluasan yang
ditandai dengna terbentuknya mekanisme kerjasama baru yaitu East Asia Summit (EAS).
ASEAN sebagai organisasi regional yang dinamis telah menarik banyak Negara untuk
menjadi Mitra Wicara penuh ataupun sektoral. Keberadaan MItra Wicara ikut berperan
penting dalam proses pembangunan kawasan ASEAN yang diharapkan dapat terbentuk
menjadi sebuah komunitas yang solid pada 2015.

1.c   c
cc

Banyak kalangan menilai bahwa menjelang 41 tahun berdirinya ASEAN, sejak îeklarasi
Bangkok 1967, ASEAN telah berhasil mengembangkan dan mempertahankan stabilitas dan
perdamaian di kawasan Asia Tenggara, serta menumbuhkan saling percaya di antara sesama
anggotanya. Sejak Bali Concord II (2003) ASEAN Security Community (ASC), ditujukan
untuk mempercepat kerjasama politik keamanan di ASEAN yang bersifat terbuka,
berdasarkan pendekatan keamanan komprehensif, dan tidak ditujukan untuk membentuk
suatu pakta pertahanan/aliansi militer, maupun kebijakan luar negeri bersama a8


0 /   . Percepatan pembentukan ASC dari 2020 menjadi 2015, sebagaimana
disepakati para kepala negara ASEAN pada KTT ke-12 ASEAN di Cebu, Filipina, 13
Januari 2007, memberikan tantangan tersendiri bagi ASEAN untuk mewujudkannya. ASC
merupakan sebuah pilar yang fundamental dari komitmen ASEAN dalam mewujudkan
komunitas ASEAN. Pembentukan ASC akan memperkuat ketahanan kawasan dan
mendukung penyelesaian konflik secara damai. Terciptanya perdamaian dan stabilitas di
kawasan akan menjadi modal bagi proses pembangunan ekonomi dan sosial budaya
masyarakat ASEAN. Sebagaimana ditegaskan dalam Vientiane Action Programme (VAP)
pada KTT ke-10 ASEAN di Laos. ASC menganut prinsip 
   
  yang
mengakui saling keterikatan antara aspek-aspek politik, ekonomi, dan sosial budaya. a 
%% 

ASC memberikan mekanisme pencegahan dan penanganan konflik secara damai. Hal ini
dilakukan antara lain konsultasi bersama untuk membahas masalah-masalah politik-
keamanan kawasan seperti keamanan maritim, perluasan kerjasama pertahanan, serta
masalah-masalah keamanan nontradisional (kejahatan lintas negara, kerusakan lingkungan
hidup dan lain-lain). îengan derajat kematangan yang ada, ASEAN diharapkan tidak lagi
menyembunyikan masalah-masalah dalam negeri yang berdampak pada stabilitas kawasan
dengan berlindung pada prinsip-prinsip non interference. Pencapaian ASC melalui Rencana
Aksi yang termuat dalam VAP diwujudkan melalui sejumlah komponen yang terdiri
dari   !2 
   /  !  /  
   2    
  dan  -! /. a"(%% 

Implementasi Rencana Aksi ASC didalam komponen ³ /  !  / 



>dilakukan terutama dengan upaya perumusan Piagam ASEAN. Sesuai dengan Cebu
îeclaration on the Blueprint of the ASEAN Charter yang disahkan pada KTT ke-12 ASEAN
dan selesai pada KTT ke-13 ASEAN di Singapura, bulan Nopember 2007. Piagam ASEAN
akan mengubah ASEAN sebagai suatu rule based organization. Hal ini dibutuhkan
mengingat selama ini, karakter ASEAN sebagai sebuah asosiasi yang bersifat longgar tidak
lagi dirasakan cukup mengakomodasi potensi kerjasama dan menanggapi tantangan integrasi
kawasan dan globalisasi. Piagam ASEAN akan merefleksikan perwujudan komunitas
ASEAN yang tidak berupa lembaga supra nasional seperti Uni Eropa. Terselenggaranya
ASEAN îefence Ministers Meeting (AîMM) merupakan capaian dari komponen conflict
prevention. Rencana Aksi ASC. AîMM memberikan peluang bagi pengembangan
kerjasama keamanan kawasan tanpa membentuk sebuah pakta pertahanan atau aliansi
militer. a7 % 

îalam komponen ³  2  >Rencana Aksi ASC, implementasi kerjasama di


bidang pemberantasan kejahatan lintas negara diprioritaskan pada kegiatan-kegiatan yang
mungkin dilakukan. îibidang kerjasama pemberantasan terorisme, berbagai langkah-
langkah dilakukan melalui peningkatan pemahaman dan pemeliharaan keserasian diantara
umat beragama atau kepercayaan di kawasan. Indonesia telah memprakarsai
penandatanganan ASEAN Convention on Counter Terrorism (ACCT). Selama ini negara
ASEAN dibidang pemberantasan terorisme, baik antara negara anggota ASEAN maupun
dengan negara Mitra Wicara, didasarkan atas declaration dan plan of action yang secara
hukum tidak meningkat. ACCT memberikan dasar hukum bagi kerjasama ASEAN dibidang
pemberantasan terorisme. Capaian lain dari komponen ³Shaping and sharing of norms´
rencana aksi ASC adalah penandatanganan7  3 /       8
 
3 a37 . Traktat ini memberikan peluang untuk mendukung kerjasama hukum yang
lebih kongkrit, terutama dalam pemberian bantuan hukum timbal balik diantara para pihak
dibidang pidana.

Terkait dengan ACCT dan MLAT, ASEAN perlu untuk segera menindaklanjuti
penandatanganan perjanjian dimaksud serta mulai mengimplementasikan bidang-bidang
kerjasama di dalamnya. Tantangan ke depan bagi ASEAN dalam implementasi komponen
³Shaping and sharing of norms´ dari ASC, antara lain adalah perumusan sebuah traktat
ekstradisi ASEAN (ASEAN extradition treaty) yang juga telah diamanatkan dalam Bali
Concord 1976. îalam hal ini, para pejabat tinggi ASEAN dibidang hukum (ALSOM) dalam
pertemuannya yang ke 11 di Siem Reap, Kamboja, bulan Januari 2007 telah menyepakati
pembentukan kelompok kerja (working group) untuk memulai proses perumusan traktat
dimaksud, termasuk juga kemungkinan pembentukan)*   / 0  tahun
2012, dan pembangunan politik tahun 2017a)* /  ! /5& 

Walau beberapa target capaian dalam komponen Conflict prevention dan Shaping and
Sharing of norms telah diraih, ASEAN Perlu untuk mendorong pencapaian komponen-
komponen rencana aksi ASC lainnya, terutama dalam komponen  
!2 
 (antara lain terkait dengan good governance, combatting corruption dan
promosi dan perlindungan HAM),     dan      -! /. Hal
ini telah dicermati dalam ASEAN Security 8

  8 !  / 8   (ASCO)


ke1 di Jakarta, bulan September 2006. Melihat rencana aksi komunitas keamanan ASEAN,
jelas struktur politik kawasan Asia Tenggara diarahkan untuk semakin maju, terbuka, dan
demokratis. Langkah pembangunan politik akan melintasi isu-isu sensitive yang
menyangkut tuntutan demorasi layaknya di negara maju, penyelenggaran pemilu yang
bebas, pemberantasan korupsi, pemerintah yang bersih, penegakkan dan supremasi hukum,
promosi dan penghargaan HAM tidak bisa lagi di lihat sebagai sebuah retorika politik.
Bangunan ASEAN ke depan adalah rumah besar yang menggelindingkan ASEAN Shared-
common value baru, yang menjunjung tinggi bahasa global dunia, yaitu demokratisasi
dibawah pemerintahan yang transparan, memiliki akuntabilitas yang tinggi serta menghargai
Hak Asasi Manusia

1.c  c

îari apa yang telah diuraikan penulis pada Bab II dan Bab III diatas, perwujudan ASEAN
Security Community bisa dilihat masih memiliki prospek. Tantangan yang dihadapi dalam
menciptakan ASEAN Security Community sebenarnya terletak pada upaya untuk
menyelesaikan perbedaan persepsi di antara negara-negara anggota mengenai masa depan
ASEAN pada tahun 2015-2020. Sebagai contoh, sekarang ini terdapat dua pola pemikiran
diantara negara-negara ASEAN. îisatu sisi, terdapat beberapa negara ASEAN yang merasa
bahwa kelembagaan dan pendekatan yang ada sekarang ini telah mencukupi untuk
menghadapi tantangan-tantangan masa kini, namun disisi lain, terdapat pula negara-negara
ASEAN yang memandang ASEAN perlu di reformasi sehingga dapat melangkah dari
tahap  
 /
  ke arah     a:-  %   Namun perlu
disadari juga bahwa negara-negara ASEAN sebenarnya memiliki banyak kesamaan yang
bisa membantu untuk merekatkan anggota ASEAN. Kesamaan tersebut diantaranya berupa
norma-norma bersama, kesamaan pengalaman sejarah, lokasi geografis, dan kemauan
bersama untuk menghindari penggunaan kekerasan sebagai cara penyelesaian masalah.
îalam pandangan para pemimpin ASEAN, pembentukan Komunitas ASEAN ini merupakan
transformasi lanjutan dari keberhasilan ASEAN dalam menjadi region paling stabil di dunia.
Jika kita membandingkan keadaan ASEAN dengan keadaan region lain, seperti di Timur
Tengah, Semenanjung Korea, atau Afrika, pencapaian yang sering kita rasakan sebagai hal
normal ini masih dirasakan oleh region tersebut sebagai capaian yang masih jauh diraih. Hal
inilah yang menyemangati para pemimpin ASEAN untuk mengakselerasi pembentukan
Komunitas ASEAn pada tahun 2015. îalam pandangan mereka, ASEAN adalah lingkaran
konsentris bagi setiap kebijakan luar negari masing-masing negara. Setiap hal yang
didiskusikan dalam dialog, forum atau pertemuan ASEAN adalah proyeksi dari kepentingan
nasional mereka. Sayangnya kenyataan tersebut tidak disadari oleh kebanyakan orang
ASEAN. Media massa kerap memunculkan pertanyaan seperti ini, ³Apa hasil konkrit yang
bisa didapat rakyat dari ASEAN?´, dimana pertanyaan ini mengindikasikan bahwa rakyat
masih mencari apa pentingnya ASEAN bagi mereka. Padahal, ketika mereka
mempertanyaan hal tersebut, mereka sebenarnya telah menikmati salah satu hasil konkrit
dari ASEAN, yaitu dengan nafas yang mereka nikmati tanpa rasa khawatir adanya perang
seperti yang dirasakan oleh rakyat di kawasan lain. îengan keberhasilan ASEAN dalam
menghindari kekerasan atau konflik bersenjata di antara negara anggotanya sejak îeklarasi
Bangkok 1967, bisa dikatakan ASEAN cukup berhasil dalam mewujudkan komunitas
keamanan dan cukup matang untuk mengembangkan sejumlah mekanisme penyelesaian
konflik di kawasan. Namun perlu dicatat, bahwa usaha ini bukan merupakan pekerjaan yang
mudah karena kecenderungan ASEAN yang selama ini untuk lebih banyak meredam konflik
dari pada menyelesaikannya. Menurut hemat penulis, dimasa depan penerapan ASC secara
obyektif memerlukan pengkajian ulang cara ASEAN ()* :) dalam menyikapi
berbagai permasalah melalui kompromi, konsensus, dan campur tangan serta
menyembunyikan isu-isu politik dan keamaan yang sensitif di bawah karpet. ASEAN, oleh
karena itu, perlu mempertimbangkan untuk maju menuju ³)* :    !  ´.
Untuk dapat menjawab tantangan keamanan baru pasca perang dingin, ASEAN tidak
memiliki pilihan lain kecuali melakukan refleksi diri. Tata dunia baru sekarang ini
membutuhkan pemikiran-pemikiran baru, dan karenanya ASEAN harus berani bergerak
meninggalkan sikap konservatif yang selama ini melekat cukup erat, seperti melakukan
redefinisi ulang atas prinsip-prinsip yang dianut dan memperbaiki mekanisme pembuatan
atau putusan didalam tubuh ASEAN. Prinsip *   , misalnya, akan tetap menjadi
kunci dalam ASC, namun pemerintah negara-negara ASEAN diharapkan bisa bersikap lebih
fleksibel bahkan µreformis¶ dalam menerapkan prinsip tersebut, terutama yang terkait
dengan persoalan human security seperti pelanggaran HAM berat. Seperti halnya dalam
masalah     prinsip !     a  2/  perlu
diterapkan secara tepat dan proporsional, terutama dalam menghadapi masalah-masalah
internal yang memiliki dampak regionala  " % Halyang sama mungkin
juga berlaku terhadap mekanisme pembuatan keputusan ASEAN yang senantiasa dilandasi
prinsip   Sudah saatnya dimasa depan ASEAN mulai memilah-milah kapan prinsip
ini bisa diterapkan secara tepat, dan kapan ia dapat digunakan secara fleksibel. Atau
alangkah baiknya bila ASEAN mulai memperkenalkan sistam µvoting¶ sebagai mekanisme
utamanya di dalam setiap pengambilan keputusannya, terutama yang berkaitan dengan
masalah-masalah krusial, seperti pelanggaran HAM berat atau yang terkait dengan persoalan
µhuman security¶. Sejak Asia Tenggara pada tahun 1997-an diterpa krisis ekonomi,
seharusnya negara-negara anggota ASEAN menyadari bahwa sudah tidak ada lagi posisi
yang independen terhadap isu-isu yang berkaitan dengan persoalan keamanan non-
konvensional. îengan kata lain, tidak ada lagi ³masalah domestik´ yang mutlak terpisah
dari negara-negara yang lain di kawasan. Beberapa isu-isu domestik suatu negara dapat
memiliki spill over effects (efek menyebar) kepada negara tetangganya. Oleh karena itu
sangat tidak realistis dimasa sekarang bila negara-negara ASEAN mencoba memisahkan
masalah dalam negerinya dengan negara tetangganya. a  "  %  ,-! Terorisme
separatisme, pembajakan, penyelundupan dan perdagangan manusia, narkotika, dan masalah
lingkungan, jelas mempunyai implikasi negatif yang bersifat lintas batas kedaulatan
nasional. Bencana topan tropis Nargis yang menelan korban tewas mencapai 1,5 juta jiwa di
Myanmar, bulan Mei 2008 adalah contoh buruk dari negara anggota ASEAN, dimana junta
militer yang berkuasa di Myanmar hanya mengizinkan bantuan internasional sampai di
bandara Yangoon, kemudian junta militer itu sendiri yang akan mendistribusikannya kepada
korban, karena junta sangat takut pengaruh asing masuk ke negaranya dengan dalih bantuan
kemanusiaan a
 3A 

Sebuah security community pada umumnya didefinisikan sebagai sekelompok negara yang
telah mencapai sebuah kondisi, sebagai akibat intensitas ekonomi dan kebiasaan kerja sama,
dimana negara-negara yang tergabung dalam kelompok tersebut secara bersama memiliki
³ 
 /  -   !
>(expectation of peaceful change) dan
menolak ³ //      -/    
   
  ! 

>. îengan didorong oleh tingkat saling ketergantungan politik dan ekonomi yang
tinggi, negara-negara yang tergabung dalam sebuah security community akan mampu
membangun ³-      /

> a-    dalam mengelola
hubungan diantara mereka. Kemajuan-kemajuan yang telah dicapai ASEAN selama ini
dalam mengembangkan saling hubungan dan saling percaya diantara para anggotanya pada
dasarnya telah membawa ASEAN kedalam apa yang sering disebut sebagai suatu
masyarakat pluralistik yang berkeamanan a  8

   Sebuah security


community dianggap memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1) Tidak adanya kompetisi untuk membangun kekuatan militer di antara negara-negara di


kawasan (
);

2) Tidak adanya konflik bersenjata antar negara;


3) Adanya praktek dan institusi-institusi, baik formal dan informal, yang dapat
mengurangi, mencegah, mengelola, dan menyelesaikan konflik dan kekacauan;

4) Tingkat integrasi ekonomi yang tinggi, dan;

5) Tidak adanya sengketa teritorial di antara negara anggota.

Transformasi ASEAN untuk menjadi sebuah security community mensyaratkan tidak


hanya !   /, tetapi juga !    untuk perang. ASEAN Security
Community (ASC) telah membangun sebuah lingkaran kerjasama yang dapat mencegah
terjadinya konflik sejak awal. Bahkan apabila pertikaian terjadi, ASC akan menyediakan
sebuah kerangka untuk tidak hanya mengelola, tetapi juga menyelesaikan konflik tersebut
secara damai. ASEAN telah memiliki beberapa unsur yang memperlihatkan ciri-ciri sebagai
sebuah Security Community sebagai mana tersebut diatas. Bahkan, ASEAN juga telah
memiliki praktek-praktek dan institusi, baik formal dan informal, untuk mencegah dan
mengelola konflik diantara negara-negara anggotanya. Contohnya adalah diberlakukannya
Treaty Of Amity And Cooperation (TAC) sebagai code of conduct dalam interaksi antar
negara anggota dikawasan Asia Tenggara adalah bukti, bahwa sejak îeklarasi Bangkok
1967 negara-negara anggota ASEAN tidak pernah menggunakan kekerasan antara satu
dengan yang lainnya dalam penyelesaian konflik. Ini merupakan suatu perkembangan yang
jauh berbeda dari pengalaman hubungan antar negara dalam kawasan ini sebelum mereka
bergabung ke dalam ASEAN. îalam perjanjian Treaty of Amity and Cooperation (TAC) di
Asia Tenggara, bila terjadi konflik, mereka bisa membentuk suatu '"  / / a4/
8   yang terdiri dari seorang wakil dari masing-masing negara anggota setingkat
menteri untuk mencari cara-cara penyelesaian yang wajar. Ketentuan ini tentu saja hanya
berlaku apabila pihak-pihak yang bersengketa ³sepakat´ untuk memberlakukan instrumen
itu terhadap persengketaan mereka. Memang ada berbagai kesulitan untuk menyelesaikan
persengketaan antar negara melalui TAC. Kesulitan yang paling menentukan adalah karena
semua negara ASEAN mempunyai persengketaan wilayah dengan ). Malaysia
merupakan satu-satunya negara yang berbatasan dengan semua negara ASEAN, dan karena
itu mempunyai persengketaan wilayah dengan negara-negara ASEAN lainnya. Resiko bagi
Malaysia ialah bahwa setiap negara pihak yang diminta untuk menengahi persengketaan itu
akan merugikannya sendiri, karena negara yang diminta untuk menjadi penengah juga
mempunyai permasalahan terirorial dengan Malaysia. Itulah sebabnya mengapa sampai kini
ASEAN belum mampu menyelesaikan berbagai persengketaan wilayah diantara mereka.
Secara implisit TAC menyatakan adanya kesediaan dari negara anggota ASEAN untuk
³mengesampingkan´ pertentangan dan konflik diantara mereka demi kesetiakawanan dan
proses pembangunan di ASEAN. Masalah cdan gerakan separatisme ) adalah
salah satu contoh konflik antara Malaysia-Filipina yang dapat diredam dan disembunyikan
dibawah karpet, demi kesetiakawanan, integritas dan kerukunan ASEAN. îimasa depan,
sudah waktunya bagi ASEAN untuk bisa mengusahakan sendiri penyelesaian konflik-
konflik potensial dengan menggunakan instrumen TAC. Bahwa pemanfaatan instrumen ini
sampai sekarang belum dilakukan, tidak berarti bahwa upaya itu tidak perlu diteruskan.
Instrumen ini sudah diratifikasi oleh semua anggota ASEAN, bahkan sejak tahun 1987 telah
dilakukan perluasan aksesi terhadap perjanjian TAC kepada negara-negara di luar Asia
Tenggara, yang dikenal sebagai    3  a   % .

Untuk bisa berkembang menjadi Security Community, dimasa mendatang ASEAN perlu
sekali lagi mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan konflik melalui instrumennya
sendiri. Keengganan negara-negara ASEAN untuk menggunakan mekanisme penyelesaian
konflik yang tersedia, misalnya 4/8   dalam TAC, menandakan bahwa masa depan
ASEAN masih ditandai oleh potensi disintegrasia46 . Meskipun ketentuan
TAC tentang penyelesaian konflik secara damai melalui High Council tidak pernah
diterapkan hal ini justru menunjukkan keberhasilan ASEAN dalam mencegah munculnya
konflik serius antara negara-negara ASEAN. îalam kaitan ini TAC lebih berperan sebagai
instrumen diplomasi preventifa 2 2 '
 , bukan suatu instrumen penyelesaian
konflik a    , melalui berbagai saluran yang lebih banyak bersifat informal,
suatu ASEAN way yang telah berhasil mencegah munculnya konflik militer diantara
negara-negara ASEANa
    . Ketegangan yang timbul diantara negara-
negara ASEAN belum menjurus sampai kepada penggunaan kekuatan senjata. îipatuhinya
prinsip-prinsip TAC telah berhasil mencegah timbulnya konflik diantara mereka.

Pada dasarnya harapan utama terwujudnya ASEAN Security Community terletak pada
komitmen politik para pemimpin negara ASEAN untuk menerapkannya dan juga dilandasi
pada keinginan dari negara anggotanya untuk : (1) memperkuat mekanisme confidence-
building measures; (2) memperkuat langkah-langkah pencegahan konflik; (3) memperkuat
proses ASEAN Regional Forum dalam mendukung terciptanya ASC; (4) memperluas
kerjasama yang berkaitan dengan masalah keamanan non-tradisional (non-konvensional);
(5) memperkuat usaha-usaha dalam mempertahankan persatuan dan keutuhan negara-negara
anggota ASEAN; (6) memperkuat kerjasama dalam menanggulangi setiap ancaman yang
ditimbulkan oleh masalah separatisme a
 %   . Bila penguatan kerjasama pada
bidang tersebut bisa lebih ditingkatkan, maka masa depan ASEAN Security Community
cukup cerah.

1.c  c

Sungguhpun ada prospek bagi ASEAN didalam mewujudkan Security Community, namun
berbagai kendala tentu saja jelas ada. Secara mendasar sejak awal pembentukan ASEAN
jauh berbeda dengan Uni Eropa dalam tingkat   „yang dihadapi. 10 negara Asia
Tenggara mempunyai berbagai keragaman baik dibidang budaya, ras, agama dan
dipengaruhi oleh aneka kekuatan serta berbeda tingkat pertumbuhan ekonomi, dan beragam
pandangan politik dan ideologi. Apalagi rakyat Asia Tenggara belum terbiasa menjadi
satu. Sejarah Asia Tenggara hampir selalu terpecah-pecah dan diperburuk oleh kepentingan
asing di kawasan. Penduduk ASEAN sangat majemuk, baik dari segi etnis, bahasa, maupun
agama. îalam sebuah negara Indonesia, misalnya, terdapat begitu banyak kelompok etnis
dan sub-etnisnya, yang juga hidup dengan bahasa lokal dan kebudayaannya masing-masing.
Berbeda dengan kondisi di Uni Eropa, yang dalam setiap negara paling tidak terdapat satu
atau tidak lebih dari empat kelompok etnis asli sehingga juga tidak terdapat banyak bahasa
yang digunakan penduduknya dalam sebuah negara atau pun antar negara. îengan begitu,
pembentukan negara bangsa Nation State anggota Uni Eropa tidak sesulit pembentukan
negara bangsa di negara anggota ASEAN, mengingat tidak sulit untuk mencari bahasa
komunikasi ( /  ) yang bisa digunakan dalam kegiatan organisasi regional
mereka. Anggota Uni Eropa bisa dipersatukan oleh bahasa Inggris dan Latin karena mandala
Eropa pernah dikuasai Romawi. Sementara, ASEAN belum bisa menerima
kehadiran #  3sebagai  /  , sebab pengaruh bahasa ini tidak
mencakup seluruh wilayah Asia Tenggara. Bahasa resmi yang dipakai dalam pertemuan-
pertemuan ASEAN adalah bahasa Inggris, sedangkan Kamboja dan Laos, misalnya, hampir
tidak mampu berbahasa Inggris. Bahasa asing yang mereka kuasai adalah Perancis.

îisamping itu, penyebaran agama yang homogen yang terjadi di Eropa juga tidak dialami di
Asia Tenggara. Secara realistis, agama Kristen telah mempertemukan anggota Uni Eropa
dalam bahasa dan budaya, sedangkan di ASEAN di luar agama Hindu dan Budha yang telah
lebih dulu ada, masih ada agama Kristen dan Islam. Bisa dikatakan ASEAN adalah satu-
satunya organisasi regional yang bersifat Multisivilisasional a4  /  %  
  Heterogenitas yang tinggi tidak hanya berimplikasi pada susahnya menyatukan
anggota ASEAN, namun juga lemahnya masing-masing negara anggota dalam
menyelesaikan agenda domestiknya. Tidak mungkin suatu negara dapat menyepakati sebuah
keputusan internasional, jika semua unsur dalam negerinya belum memiliki persamaan
persepsi dan kepentingan. Heterogenitas kultur juga berdampak pada sulitnya membuat
keputusan yang efektif dan mengikat dalam setiap aktivitas ASEAN dimasa lalu. Kultur
Hinduisme, Budhisme, dan Islam yang mengakar kuat di kawasan Asia Tenggara memiliki
pengaruh atas disepakatinya musyawarah mufakat dan konsensus sebagai )*"dalam
setiap penyelesaian masalah di kawasan. Hal ini membuat absennya akuntabilitas dan sanksi
terhadap negara anggota, yang dikemudian hari ternyata tidak mematuhi keputusan yang
telah dihasilkan secara mengikat. Situasi yang berbeda tanpa di Uni Eropa, yang selalu jelas
keputusannya, dan mengikat, karena selalu dilakukan lewat cara pemungutan suara (2  /).
îi masa depan pengambilan keputusan dengan mekanisme pemungutan suara a2  / harus
diintroduksi dalam berbagai kegiatan atau pertemuan ASEAN a
 %    Bila
sebuah keputusan yang penting didasarkan pada mekanisme voting, apalagi dalam situasi
darurat (Emergency), hal ini jelas lebih menciptakan good organization governance,
terutama untuk menumbuhkan akuntabilitas anggotanya. îisini, negara-negara anggota
ASEAN harus memiliki semangat penghargaan atas HAM dan keniscayaan pada
demokrasi. Mereka tidak boleh ragu, apalagi menilai bahwa demokrasi adalah sumber
masalah baru, yang akan diciptakan disintegrasi dan instabilitas di tingkat domestik dan
kawasan. Mereka justru harus berpandangan sebaliknya, bahwa sikap anti demokrasi
merupakan kendala bagi terwujudnya ASEAN Security Community (ASC). Menurut
Amitav Acharya, di Eropa budaya politik demokrasi terkait erat dengan munculnya
kecenderungan akan interdependensi ekonomi yang membantu negara-negara yang
tergabung dalam Uni Eropa untuk menciptakan masyarakat yang berkeamanan. Sebaliknya
ASEAN tidak mempunyai latar belakang kondisi budaya politik seperti itu. a
 . Bahkan pada kenyataannya, banyak kalangan menilai sebagian besar negara-negara
anggota ASEAN tidak demokratis sama sekali, karena mereka rata-rata mempunyai catatan
buruk dibidang HAM akibat masih kuatnya prinsip     dianut negara
anggotanya a4 
  %  A  Jelas bahwa yang dikatakan sebagai sebuah
8

  adalah ketika didalam komunitas keamanan tersebut mampu memberikan ruang
yang lebih besar bagi nilai-nilai demokrasi. Jika ASEAN ingin tetap konsisten dengan
komitmennya mencapai komunitas keamanan pada 2015, maka pemerintah dari masing-
masing negara anggota jelas harus menghapuskan bentuk suksesi kepemimpinan regional
secara inkonstitusional seperti kudeta oleh junta militer dengan menggulingkan kekuasaan
legal seorang presiden atau Perdana Menteri dengan cara-cara yang dapat menimbulkan aksi
kekerasan dan instabilitas nasional, seperti di Thailand. Komunitas Keamanan ASEAN
nantinya juga telah harus menghilangkan pergantian kepemimpinan dengan cara-cara tidak
demokratis. Melihat rencana aksi komunitas keamanan ASEAN, jelas struktur politik
kawasan ASEAN diarahkan untuk semakin maju, terbuka, dan demokratis. Langkah
pembangunan politik melintasi isu-isu sensitif yang menyangkut demokrasi layaknya di
negara maju, penyelenggaraan pemilu yang bebas, pemberantasan korupsi, pemeirntah yang
bersih, penegakan dan supermasi hukum, promosi pengembangan HAM hendaknya tidak
menjadi retorika politik. Bangunan ASEAN adalah rumah besar yang menggelindingkan
ASEAN shared-common value baru, yang menjunjung tinggi bahasa global dunia,
demokrasi di bawah pemeirntah yang baik. Elemen kemanusiaan sudah pasti harus
mendapat porsi yang lebih besar didalam konsep komunitas keamanan ASEAN, dengan
lebih menciptakan situasi kondusif dalam hal kebebasan berpartisipasi dan menegakkan hak-
hak asasi manusia agar masyarakat ASEAN bisa melindungi dirinya sendiri. Memang
termasuk tanggung jawab pemerintah memberi perlindungan pada rakyatnya tetapi
perangkat terbaik dalam human security itu adalah masyarakat itu sendiri. Itu memang tidak
akan tercapai tanpa kebebasan politik, partisipasi, dan pemenuhan hak individu. Semua
harus bersifat - 
 , bukan   ! " . Referensi model keamanan yang berkisar pada
prinsip non interfence yang mendasari )* :dewasa ini ditantang oleh suatu model
keamanan yang sangat luas a
 2  dan bersifat non konvensional, yaitu
model keamanan manusia a
   dan upaya untuk melibatkan masyarakat luas
dalam kegiatan ASEAN. Model ini mengetengahkan kesejahteraan perorangan yang harus
dijamin oleh negara. Ia berpusat pada keamanan atau ketidakamanan manusia sebagaimana
ia terkait dengan negara atau tatanan internasional. Masalah keamanan manusia ini
memunculkan perdebatan tentang intervensi dan non intervensi dalam masalah dalam negeri
negara anggota ASEAN. Kasus Myanmar dan Kamboja merupakan tantangan pertama bagi
kebijakan non intervensi dalam masalah dalam negeri negara anggota ASEAN. a %
 %A  Masalah Myanmar bisa membuat ASEAN dinilai negatif karena ASEAN akan
dianggap mendukung sebuah rezim yang tidak menghormati HAM a " %  & ,
sehingga muncul kesan walaupun pembentukan ASEAN didasarkan pada ikatan biografis,
kesejarahan dan budaya di Asia Tenggara, pada kenyataannya pendorong utama
regionalisme ASEAN lebih banyak ditentukan oleh keinginan untuk menjamin/

22 Sampai munculnya ASEAN Charter 2007, semua negara anggota ASEAN masih
menganggap bahwa prinsip non intervensi sangat penting bagi hubungan antar bangsa. Oleh
karena itu, bila penghargaan atas HAM dan îemokrasi dapat dipatuhi oleh negara-negara
anggota ASEAN sebagai bagian dari pemahaman baru keamanan non konvensional
yaitu 
  maka bisa dikatakan bahwa ASEAN bukanlah melulu Asosiasi
pemerintahan, politisi dan birokrat semata, melainkan juga akan menjadi komunitas yang
lebih luas dengan merangkul kalangan masyarakat sampai tingkat paling bawah, karena
selama ini ada anggapan bahwa ASEAN dianggap belum mampu menciptakan mekanisme
partisipasi masyarakat yang lebih luas dalam memberikan kontribusi yang lebih bermakna
sepanjang perjalanan organisasi regional ini selama lebih dari 4 dasawarsa.

îi Eropa, berbagai perbedaan masa lalu yang menjadi sumber konflik semakin teratasi dan
melenyap. Sebaliknya, di Asia Tenggara, masalah-masalah warisan kolonialisme
bermunculan dan berdampak pada stabilitas dalam negara dan antar negara, seperti di
Timor-Timur (Indonesia), di Mindano (Filipina), dan Pathani (Thailand). Warisan
kolonialisme yang belum selesai juga telah mengakibatkan sulitnya penyelesaian masalah
perbatasan antar negara anggota ASEAN. Antara Indonesia-Malaysia, misalnya, setelah
selesai masalah Sipadan-Ligitan, masalah baru muncul dan berpotensi dan menganggu
hubungan bilateral, misalnya, soal kepemilikan pulau Ambalat. Ini belum termasuk
persoalan dari garis perbatasan darat di sepanjang Pulau Kalimantan. îemikian pula,
Indonesia menghadapi masalah perbatasan dengan Singapura dalam soal garis perbatasan
laut di sekitar Riau, dan dengan Filipina dalam status pulau-pulau di Utara Sulawesi, yang
secara sepihak telah di klaim dalam konstitusi Filipina sebagai miliknya. Kolonialisme
selain meninggalkan konflik domestik, yaitu konflik etnik dan agama dalam negara anggota
ASEAN, juga sangat rawan menimbulkan sengketa antar negara, yaitu  /-  .
Kasus ambalat sempat berkembang ke arah yang mengkhawatirkan. Hal ini terjadi karena
negara-negara ASEAN yang terlibat dalam konflik selama ini selalu berusaha menyimpan
masalah yang ada dan tidak berupaya menyelesaikannya secara tuntas di dalam forum
ASEAN a   %  Ini bisa terjadi akibat masih lemahnya mekanisme resolusi
konflik dalam ASEAN, sehingga selalu saja penyelesaian konflik perbatasan antar negara
anggotannya diserahkan pada mediasi pihak asing, yang hasilnya belum tentu memuaskan
semua pihak yang bersengketa. Belum lagi ditambah kasus Myanmar dan penahanan Aung
San Suu Kyi, yang telah menghasilkan respon yang berbeda dari anggota ASEAN. Respon
yang bersikap keras dari Malaysia, Filipina, dan Singapura sempat mengarah pada wacana
pemberian sanksi pada Myanmar, sekalipun mekanisme semacam itu belum pernah di atur.
îimasa depan, perlu dipikirkan
-     kepada negara-negara anggota ASEAN
yang dianggap tidak mematuhi perjanjian yang telah disepakati. ASEAN bisa dinilai sebagai
sebuah organisasi yang mendukung sebuah rezim yang tidak menghormati HAM dan
îemokrasi, karena tujuan ASEAN lebih banyak ditentukan oleh keinginan untuk menjamin
kelangsungan hidup rezim non-demokratis. Hal ini diperparah ketika ASEAN justru
menerima Myanmar menjadi anggota pada tahun 1997. Sebaliknya, jika ada kewajiban dan
sanksi dan demokratisasi menjadi keharusan bagi setiap negara anggota, maka setiap
anggota yang tidak menjalankan dapat dikenakan sanksi, mulai dari yang ringan yang berat.
Sanksi itu bisa berupa  / atau harus
  !dari keanggotaan a
 % 
 

Prinsip non-interfence dan state soverignty adalah sumber dari persoalan tersebut diatas.
îiakui bahwa prinsip non intervensi dan integritas kedaulatan nasional terhadap urusan
domestik negara-negara anggota ASEAN merupakan prinsip yang paling kontroversial
dalam tubuh ASEAN, dan oleh karenanya menjadikan perkembangan ASEAN sebagai
organisasi regional menjadi agak terhambat. Seharusnya apabila terdapat isu-isu yang
mempengaruhi hubungan bilateral, regional dan ekstra regional, maka §  „   
 
    walaupun prinsip tersebut telah melekat dalam tubuh ASEAN
sejak awal pembentukannyaa  "  %    Masalah  2/  (kedaulatan
nasional) yang menghambat perkembangan ASEAN, tidak hanya terkait dengan persoalan
batas wilayah, tetapi juga masih beratnya negara anggota untuk dapat menerima
pemberlakuan atas ;      dalam pengambilan keputusan di ASEAN. Berbeda
dengan Uni Eropa, didalam ASEAN perbedaan-perbedaan identitas nasional semakin
menguat dan menyulitkan proses integrasi. Padahal, untuk dapat terciptanya ASC, setiap
negara anggota harus bersedia menanggalkan sebagian kedaulatan nasional dan
menukarkannya dengan kedaulatan bersama atau supranasional. îengan demikian, akan
mudah bagi ASEAN untuk mengambil keputusan kolektif secara efektif. Tidak seperti
selama ini, setiap keputusan dalam resolusi yang dihasilkan diserahkan atau tergantung
kepada masing-masing anggotanya untuk menjalankannya, tanpa kewajiban untuk
menaatinya dan sanksi yang diberikan, jika terjadi pelanggaran. ASEAN sering terperangkap
di antara retorika dan realita. Selama lebih dari 40 tahun usia ASEAN, organisasi ini sudah
banyak berbicara tentang kerjasama, tetapi ketika betul-betul di butuhkan malah tidak
terjadi. îibalik semua sopan santun tentang solidaritas dan kerjasama, semua persoalan yang
dapat menegangkan daya santai kelompok regional ini dan prinsip tidak saling mencampuri
urusan dalam negeri jelas harus dikaji ulang. Norma dan prinsip ASEAN yang masih
berlaku, yaitu memendam konflik dengan senyum di padang golf sementara suasana di
sekitarnya diselimuti oleh masalah kawasan lintas batas yang tak kunjung padam karena
mekanismenya tidak efektif dan efisien. Apa yang disebut sebagai satu Asia Tenggara a1 
     tetaplahmerupakan kumpulan dari banyak pusat
pengambilankeputusandengan mekanismenya masing-masing. Minimnya kepedulian
rakyat ASEAN akan organisasi ASEAN jelas merupakan kelemahan lain dari ASEAN yang
dapat menghambat akselerasinya dalam menuju integrasi komunitas ASEAN 2015. îibenak
mereka ASEAN hanya berupa akronim organisasi di wilayah Asia Tenggara. ASEAN
bukanlah identitas mereka. Konsep : 0 / yang bermakna dalam bagi pemimpin
ASEAN ternyata bukanlah apa-apa bagi mereka. Amitav Acharya yang seorang
konstruktivist dan banyak diilhami oleh pemikiran Karl îutsch menyatakan bahwa
membentuk suatu komunitas dalam bidang apapun, maka : 0 / itu harus sudah ada.
Tetapi jika kita lihat pada komunitas yang ada di ASEAN, bahwa :0 / itu tidak ada
sama sekali, apalagi jika disangkut pautkan dengan budaya dari masing-masing negara. :
0 /itu hanya akan ada ketika memang terjadi ancaman yang dianggap hal berbahaya
secara bersama-sama. Identitas sebagai satu ASEAN saja tidak dimiliki oleh masyarakat
setiap negara anggota, karena didalam internal negara-negara itu sendiri masih terjadi
konflik antar ras, budaya suku. Bagaimana mungkin mengakui bahwa kita sebagai suatu
identitas regional bersama, jika didalam negeri saja identitas nasional masih menjadi
masalah. Tradisi ASEAN yang telah berhasil melayani para anggotanya selama lebih dari 40
tahun dalam mengambil keputusan bersama yang berdasarkan
 "untuk
mencapai
mungkin akan menghadapi tantangan besar dimasa depan. Pemerintah
negara anggota ASEAN makin lama akan makin sering mendengarkan keluhan dan tuntutan
dari rakyat negaranya sendiri dan rakyat negara anggota lainnya. Jika ada mekanisme untuk
menyalurkan keluhan dan tuntutan tersebut maka slogan satu Asia Tenggara akan benar-
benar memiliki makna. Bukan menjadi rahasia umum lagi bahwa masalah besar yang
dihadapi ASEAN selama ini adalah lemahnya implementasi dari berbagai prakarsa dan
program yang telah disepakati bersama, baik di tingkat para pemimpin ASEAN maupun di
tingkat pertemuan menteri-menteri ASEAN. Negara-negara ASEAN memang pandai
didalam merumuskan program-program kerjasama, mengadakan seminar, konferensi,
workshop, lokakarya, atau meeting (rapat), tetapi senantiasa lemah dalam pelaksanaannya.
Hal ini diakui dalam laporan eminent persons groups (EPG) on the ASEAN Charter
(îesember 2006) dan menjadi landasan bagi usulan untuk memperkuat kelembagaan
ASEAN, termasuk peran dari sekretaris Jenderal ASEAN. Selain memperkuat peran
Sekretariat ASEAN, kegiatan pemantauan (Monitoring) diusulkan untuk melibatkan pihak-
pihak non pemerintah agar dapat dibuat penilaian yang obyektif dan dapat dikembangkan
mekanisme yang dapat mendorong proses pelaksanaan kesepakatan oleh masing-masing
negara ASEAN a     5    îisini pemimpin negara-negara ASEAN harus
segera mengesampingkan basa basi khas ASEAN dan muncul dengan langkah-langkah
nyata untuk mengatasi masalah yang melintasi garis batas kedaulatan negara.

Pengembangan mekanisme yang terkait dengan masalah kelembagaan ASEAN ini


merupakan tantangan terbesar bagi ASEAN. Sejauh ini negara-negara anggota ASEAN
selalu enggan untuk mengembangkan kelembagaan ASEAN. Sebagai akibatnya, kerja sama
ASEAN kini melibatkan beberapa ratus pertemuan dalam setahun dan bahkan mungkin
secara riil hanya terjadi dalam pertemuan-pertemuan itu. Lemahnya kelembagaan ASEAN
adalah akibat dari kekhawatiran negara-negara ASEAN mengenai pengaruh pengembangan
kelembagaan regional terhadap !     mereka. Tetapi keinginan untuk
mempertahankan kedaulatan nasional secara absolut sebenarnya bertentangan dengan
kesepakatan untuk memperdalam integrasi ASEAN dan mewujudkan ASEAN Security
Community (ASC). Menurut hemat penulis, untuk bisa menjalankan rencana aksi ASC yang
lain terutama di bidang Political îevelopment dan Conflict Resolution jelas mutlak
diperlukan µreintepretasi¶ dan µrevitalisasi¶ atas prinsip non-interference dan state
sovereignty.

Sumber: http://oseafas.wordpress.com/2010/06/25/plan-of-aaction-asean-security-
community-prospek-kendala/
c

You might also like