You are on page 1of 20

Kelompok 7 PKN

X AK 6

Anggota :
• Agung Pratama
• Aten Komarya
• Luthfi
• Taqiyyah Syarah P
Upaya Penegakan HAM di Indonesia
Bagian – bagian Upaya Penegakan HAM :

A. Penegakan HAM :
- Melalui Ratifikasi
- Melalui Peradilan
B. Peran KOMNAS HAM
C. Kasus – kasus Pelanggaran HAM di
Indonesia
A. Penegakan HAM

Upaya penegakan HAM diatur pelaksanaannya


dalam peraturan perundang – undangan , yaitu :
* UUD 1945
* Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998
* UU No.39 Tahun 1999
A. Proses penegakan HAM

1. Dibuatnya RANHAM ( rencana aksi nasional hak – hak


asasi manusia ) pada tahun 1998 – 2003 yang dicanangkan
oleh Presiden B J Habibie pada tanggal 25 Juni 1998
2. Tahun 1991 terjadi perubahan diplomasi. Terbentuklah
PANTAP-HAM ( Panitia Tetap Hak – Hak Asasi Manusia ).
Anggotanya : pejabat pejabat dari departemen
departemen yang terkait. Tugasnya : membantu
pemerintah menyelesaikan masalah HAM dalam
menghadapi tuduhan – tuduhan pelanggaran HAM di
dunia Internasional
3. Program aksi HAM 1993 meresmikan terbentuknya KOMNAS
HAM pada tanggal 7 Desember 1993. Deklarasi Wina meng-
ilhami Indonesia untuk membuat rencana aksi di bidang HAM. Maka,
PANTAP-HAM bersama KOMNAS HAM memulai program pembuatan
Rencana Aksi Nasional pada awal tahun 1994. ( RAN - HAM ). Isi dari RAN –
HAM adalah 4 pilar sebagai berikut :
* Pengesahan 8 instrumen nasional yg penting di bidang HAM antara tahun
1998 – 2003
* Penyebarluasan dan pendidikan HAM
* Pelaksanaan HAM yg ditetapkansebagai prioritas, terutama hak – hak yg
tidak bisa dikurangi
* Pelaksanaan ketentuan – ketentuan konvensi – konvensi internasional yg
telah diratifikasi oleh Indonesia

RAN-HAM kemudian ditetapkan dengan Keppres No.129 Tahun 1998 dan


untuk melaksanakannya dibentuk panitia nasional RAN-
HAM ( PANNAS – HAM )
Proses konkrit penegakan HAM :
A. Penegakan HAM melalui Ratifikasi
Ratifikasi adalah proses adopsi perjanjian internasional, atau konstitusi atau dokumen yang
bersifat nasional lainnya (seperti amandemen terhadap konstitusi) melalui persetujuan
dari tiap entitas kecil di dalam bagiannya
PANTAP – HAM telah menetapkan 8 instrumen internasional
di bidang HAM dalam RAN – HAM yg akan diratifikasi dengan urutan prioritas :
* Th. 1998/1999:Convention on Economic Social and Cultural
Rights, Convention againts Torture and Other Cruel, Inhuman or
Degrading Treatment of Punishment, International Convention on
The Elimination of All Form of Racial Discrimination
*Th. 1999/2000:Convention on Prenention and Punishment of The Crime
of Genocide, Slavery Convention of 1926
*Th.2000/2001 : Convention on The Protection of The Rights of All Migrant
Workers and Members of Their Families
*Th.2001/2002: Convention for The Suppression of The Traffic in Person and on The
Exploitation of The Prositution of Others
*Th.2002/2003:Convention on Civil and Political Rights
B. Penegakan HAM melalui Peradilan

I. Kedudukan dan Kewenangan Peradilan HAM


Kedudukan pengadilan HAM adalah pengadilan khusus terhadap
pelanggaran HAM berat. Pengadilan HAM berkedudukan di kabupaten
kota yg daerah hukumnya meliputi daerah hukum pengadilan negeri yg
bersangkutan. Khusus Jakarta , berkedudukan di setiap wilayah pengadilan
negeri yg bersangkutan.
Pasal 4 UU No.26 Th.2000 menyebutkan kewenangan Peradilan HAM:
“Pengadilan HAM bertugas dan berwenang memeriksa dan memutus perkara
pelanggaran HAM yang berat”.
Pelanggaran HAM berat :
*kejahatan genosida
*kejahatan kemanusiaan sesuai dengan Rome Statue of International Criminal
Court.
* Kejahatan Genosida : kejahatan yg dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan atau
memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, kelompok ras, etnis , agama ,
dengan cara :
1. Membunuh anggota kelompok
2. Menciptakan penderitaan fisik / mental yg berat terhadap anggota kelompok
3. Menciptakan kondisi kehdupan kelompok yg akan mengakibatkan kemusnahan secara
fisik, baik sebagian maupun seluruhnya
4. Memaksa tindakan yg bertujuan mencegah kelahiran di suatu kelompok
5. memindahkan secara paksa anak – anak dari kelompok tertentu ke dalam kelompok
lain

* Kejahatan kemanusiaan adalah perbuatan yg dilakukan sebagai bagian dari serangan yg


meluas / sistematik dan ditujukkan secara langsung terhadap penduduk sipil, berupa :
- pembunuhan - perkosaan - kejahatan apartheid
- pemusnahan - pengusiran - penganiyaan
- perbudakan - penghilangan orang - perampasan kemerdekaan
- penyiksaan secara paksa
II. Tahap – tahap Penyelidikan, Penyidikan, Penangkapan, Penahanan

a. Penyelidikan
Pasal 1 UU No.26 Th.2000 : pengertian penyelidikan = “serangkaian
tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan ada tidaknya suatu peristiwa
yg diduga merupakan pelanggaran HAM yang berat guna ditindaklanjuti dengan
penyelidik sesuai dengan ketentuan yg diatur dalam UU”. Pelaksanaannya diatur
dalam Pasal 18 :
- Penyelidikan terhadap pelanggaran HAM yg berat dilakukan oleh Komnas HAM
- Komnas – HAM dalam melakukan penyelidikan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dapat membentuk tim ad hoc yg terdiri atas Komnas – HAM

Pengambilan kesimpulan harus didasarkan pada hasil penilaian terhadap informasi /


data yg diperoleh oleh Komnas – HAM. Informasi / data yg diperlukan untuk
melakukan penyelidikan dapat diperoleh melalui sumber – sumber
tertentu yg dapat dipercaya / adanya laporan langsung kepada
Komnas – HAM dari satu orang / sekelompok yg
mengetahuinya.
Dalam penyelidikan, penyidik berwenang :
- Melaukan penyidikan dan pemeriksaan terhadap peristiwa yg timbul dalam
masyarakat yg berdasarkan sifat/lingkupnya diduga terdapat pelanggaran HAM yg
berat
- Menerima laporan/pengaduan dari seseorang/sekelompok orang tentang terjadinya
pelanggaran HAM yg berat serta mencari keterangan dan barang bukti
- Memanggil pihak kedua, korban/pihak yg diadukan dan juga saksi untuk diminta dan
didengar keterangannya
- Meninjau dan mengumpulkan keterangan di tempat kejadian dan di tempat lainnya yg
dianggap perlu
- Memanggil pihak terkait untuk memberikan keterangan secara tertulis / menyerahkan
dokumen yg diperlukan sesuai aslinya.
- Atas perintah penyidik dapat melakukan tindakan berupa :
. Pemeriksaan surat
. Penggeledahan dan penyitaan
. Pemeriksaan rumah, bangunan, dan tempat lainnya yg diduduki / dimiliki
pihak tertentu
. Mendatangi ahli terkait dengan penyelidikan
b. Penyidikan
Penyidikan dilakukan oleh penyidik yg diatur dalam Pasal 21 UU No.26
Th.2000 sebagai berikut :
- Penyidikan perkara pelanggaran HAM yg berat dilakukan Jaksa Agung
- Penyidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak termasuk kewenangan
menerima laporan / pengaduan
- Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Jaksa Agung
dapat mengangkat Penyidik Ad Hoc mengucapkan sumpah dan janji menurut
agamanya masing – masing.
- Untuk dapat diangkat menjadi penyidik Ad Hoc syaratnya adalah :
. WNI
. Berumur min. 40 tahun
. Berpindidikan sarjana hukum / sarjana lain yg mempunyai keahlian di
bidang hukum
. Sehat jasmani dan rohani
. Berwibawa, jujur, adil, dan berkelakuan tidak tercela
. Setia kepada Pancasila dan UUD 1945
. Memliki pengetahuan dan kepedulian di bidang HAM
c. Penangkapan
Pasal 11 ayat (1) UU No.26 Th. 2000 : “Jaksa Agung sebagai penyidik yg
berwenang melakukan penangkapan untuk kepentingan penyidikan teradap
seseorang yg diduga keras melakukan pelanggaran hak asasi yg berat
berdasarkan bukti permulaan yg cukup.”
Penyidikan dalam penangkapan dan penahanan yg harus dilandasi keyakinan adanya
presumption of guilt, artinya sebelum penyidik mengambil keputusan untuk
menangkap / menahan , penyidik harus mempunyai bukti permulaan yg cukup serta
dengan dugaan keras telah dilakukan pelanggaran hak asasi yg berat oleh tersangka.

Kelanjutan dari penangkapan terhadap tersangka yg diduga kuat melakukan


pelanggaran hak asasi yg berat adalah terhadap tersangka dapat dilakukan
penahanan sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 ayat (1) UU No. 26 Tahun 2000,
yaitu : “Jaksa Agung sebagai penyidik dan penuntut umum berwenang melakukan
penahanan lanjutan untuk kepentingan penyidikan dan penuntutan.”
III. Pemeriksaan di Sidang Pengadilan

a. Acara Pemeriksaan
Peradilan HAM merupakan bagian dari Peradilan Umum / Peradilan Negeri yg
bertugas menyelesaikan perkara pelanggaran HAM yg berat sebagaimana dimaksud
dalam pasal 27, yaitu : “Perkara pelanggaran HAM yg berat diperiksa dan diputus oleh
pengadilan HAM sebagaimana dimaksud dalam pasal 4”.

Apabila kejahatan pelanggaran HAM ini dilakukan sebelum UU terbentuk /


peradilan HAM terbentuk ,terhadap pelaku pelanggaran HAM yg berat diadili ole
Peradilan HAM ad hoc sebagaimana dimaksud dalam pasal 43, yaitu sebagai berikut :
. Pelanggaran hak asasi yg berat , yg terjadi sebelum diundangkannya UU ini, diperiksa
dan diputus oleh Pengadilan HAM Ad Hoc
. Pengadilan HAM Ad Hoc sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibentuk atas usul
DPR RI berdasarkan peristiwa tertentu dengan Keppres
. Pengadilan HAM Ad Hoc sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) berada di lingkungan Peradilan Umum
b. Penuntutan
Setelah tahap penyidikan selesai, perkara pelanggaran HAM diserahkan kepada
pengadilan HAM oleh Jaksa Agung untuk
diperiksa dan diputus. Penuntutan perkara pelanggaran HAM yg berat dilakukan oleh
Jaksa Agung sebagaimana dimaksud dalam pasal 23
sebagai berikut.
. Penuntutan perkara pelanggaran hak asasi yg berat dilakukan oleh Jaksa Agung
. Dalam pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Jaksa Agung dapat
mengangkat Penuntut Umum Ad Hoc yg terdiri atas unsur pemerintah / masyarakat.
Unsur masyarakat terdiri atas oraganisasi politik. Adapun kata “dapat” mengandung
arti bahwa Jaksa Agung dalam mengangkat penuntut ad hoc dilakukan sesuai dengan
kebutuhan. Penuntut umum ad hoc dari unsur masyarakat diutamakan mantan
penuntut umumdi peradilan umum / Oditur Militer pada peradilan menteri.
c. Ketentuan Pidana
Ketentuan pidana diatur di dalam Bab 7 UU No.26 Tahun 2000 pasal 36 bahwa
“Setiap orang yg melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a,
b, c, d, dan e dipidana dengan pidana mati/pidana penjara seumur hidup atau pidana
penjara paling lama 25 tahun paling singkat 10th.

IV. Perlindungan Korban Pelanggaran HAM


Korban dan saksi dalam pelanggaran HAM yg berat wajib mendapat
perlindungan, fisik maupun mental , dari ancaman, gangguan, terror, dan
kekerasan dari pihak manapun. Apabila tidak ada perlindungan oleh aparat
penegak hukum dan aparat keamanan setempat , dikhawatirkan korban dan
saksi akan terancam jiwanya karena selalu dihantui oleh kejadian yg telah
dialaminya. Bagi korban pelanggaran HAM yg berat/kepada ahi warisnya dapat
diberikan:
.Kompensasi:imbalan yg diberikan oleh Negara karena pelaku tidak mampu
memberikan ganti rugi yg sepenuhnya menjadi tanggung jawabnya
.Restitusi: pengambilan harta milik, pembayaran ganti kerugian untuk
kehilangan atau penderitaan atau penggantian biaya untuk
tindakan tertentu.
.Rehabitasi: pemulihan pada kedudukan semula, misalnya kehormatan, jabatan, atau hak
– hak lain
B. Peran KOMNAS HAM

Komnas HAM bertugas melindungi HAM yg dibentuk tanggal 7 Juni 1993


melalui Keppres No.50 Th.1993. Keberadan Komnas HAM selanjutnya diatur dalam
UU No.39 Th.1999 tentang HAM pasal 75 – pasal 99.
Adapun tujuan HAM sesuai dengan pasal 75 UU No.39 Th.1999:
*Mengembangkan kondisi yg kondusif bagi pelaksana an HAM sesuai dengan
Pancasila, UUD 1945, dan Piagam PBB, serta Deklarasi HAM
*Meningkatkan perlindungan dan penegakan HAM guna berkembangnya pribadi
manusia Indonesia seutuhnya dan kemampuannya berpartisipasi dalam berbagai
bidang kehidupan.

Peranan Komnas HAM :


*Melaksanakan pengkajian dan penelitian tentang HAM
*Melaksanakan penyuluhan HAM
*Melaksanakan mediasi (sebagai penasihat) untuk
menyelesaikan perkara yg menyangkut HAM
*Melaksanakan pemantauan pelaksanaan HAM
Wewenang Komnas HAM :
*Melakukan perdamaian pada kedua belah pihak yg bermasalah
*Menyelesaikan masalah secara konsultasi maupun negosiasi
*Memberi saran kepada pihak yg bermasalah untu menyelesaikan sengketa di
pengadilan, dan
*Menyampaikan rekomendasi atas suatu kasus pelanggaran HAM kepada Pemerintah
dan DPR untuk ditindaklanjuti.

Setiap Warga Negara yg merasa hak asasinya dilanggar boleh melakukan


pengaduan ke Komnas HAM disertai denan alasan yg kuat, baik tertulismaupun lisan
dan identitas pengadu yg benar.
C. Kasus – kasus Pelanggaran
HAM di Indonesia
Pelanggaran HAM dapat terjadi dalam interaksi antara aparat pemerintah
dengan masyarakat dan antarwarga masyarakat sendiri. Namun yg sering terjadi
adalah antara pemerintah dengan masyarakat. Ada beberapa pelanggaran HAM yg
terjadi dan mendapat perhatian yg tinggi dari Pemerintah dan mayarakat Indonesia.
- Kasus Tanjung Priok (1994)
- DOM di Aceh
- Peristiwa penculikan para aktivis politik (1998)
- Peristiwa Trisakti (1998)
- Kasus Ambon (1999)
- Kasus Poso
- Kasus Sampit (huru-hara etnis Dayak dan Madura)
- Kasus TKI di Malaysia (2002)
SEKIAN DAN TERIMAKASIH

You might also like