Professional Documents
Culture Documents
4,ANALISIS
hlm. 154—177FAKTOR-FAKTOR MANAJERIAL
Bidang Manajemen
HASBULLAH HASAN
Jurusan Manajemen
Universitas Komputer Indonesia
The same as another regional company, South Kalimantan PDAM’s work perform-
ance is still low. Since they still have low income, PDAM cannot provide sufficient
contribution to the regional income. That is why studies related to work perform-
ance improvement were considered important. From the early investigation,
PDAM’s work performance has been affected by managerial factors. Based on the
fact, it needs to understand the work performance of PDAM in South Kalimantan,
what kind of managerial factors affecting the work performance, and how big the
effect is, both simultaneously or partially. This research focuses on strategic man-
agement and financial management, especially on managerial factors and their
effects on the company’s performance. In solving those problems, the research was
carried out on 10 PDAM in South Kalimantan.
Alamat koespondensi pada Umi Narimawati, Jurusan Manajemen Universitas Komputer Indonesia, Jalan Dipati Ukur
114, Bandung 40132.
154
UMI NARIMAWATI & HASBULLAH HASAN
Dalam perspektif sosial, dimana apabila misi Rendahnya kinerja Perusahaan Daerah telah
ekonomi dan politis tercapai seperti 2 (dua) sering diperbincangkan dan diperdebatkan
perspektif di atas, maka BUMD dapat dijadi- oleh praktisi maupun kalangan akademis,
kan akselerator pemberdayaan ekonomi yaitu mengenai bagaimana upaya mening-
rakyat. Di sini BUMD berfungsi atau mem- katkan kinerja Perusahaan Daerah agar dapat
punyai misi untuk menciptakan kesempatan menjadi sumber pendapatan bagi Pemerintah
kerja di daearah. Daerah. Namun sampai saat ini hasilnya
belum signifikan. Penyebab rendahnya kon-
Pemerintah Daerah dalam mendirikan Peru- tribusi perusahaan daerah terhadap APBD
sahaan Daerah (PD) pada umumnya dilatar- dapat disimpulkan sebagai berikut :
belakangi oleh berbagai pertimbangan. Per- 1. Rendahnya kinerja Perusahaan Daerah
timbangan tersebut antara lain adalah seba- 2. Kurangnya kemandirian pihak mana-
gai agen pembangunan, menciptakan lapan- jemen
gan kerja dan sebagai salah satu sumber pen- 3. Manajemennya kurang profesional
dapatan daerah. Tetapi dalam kenyataannya, 4. Kelebihan karyawan
perusahaan daerah yang ada di Indonesia
umumnya menjadi beban bagi pemerintah Permasalahan yang telah teridentifikasi
daerah karena selalu mengalami kerugian seperti di atas juga dialami oleh Perusahaan
yang ditandai oleh rendahnya kinerja perusa- Daerah di Propinsi Kalimantan Selatan yang
haan daerah, termasuk di sini Perusahaan dapat dilihat pada Tabel. 1.
Daerah Air Minum (PDAM). Selain itu pe-
rusahaan daerah didirikan dengan tujuan Berdasarkan Tabel 1. bahwa semua BUMD
untuk melindungi masyarakat dari monopoli, yang dijadikan sampel awal mengalami
dalam rangka mengambil alih perusahaan kerugian sehingga tidak mungkin bisa mem-
asing. berikan konstribusi terhadap Pendapatan
Asli Daerah karena kinerjanya sangat ren-
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di dah. Padahal aset yang dimiliki oleh Perusa-
Propinsi Kalimantan Selatan, terdiri dari haan Daerah tersebut cukup besar dan berpo-
sepuluh PDAM merupakan salah satu tensi untuk menghasilkan laba.
BUMD. Berdasarkan posisi strategis seperti
yang tergambar dalam berbagai perspektif, Rendahnya kinerja Perusahaan Daerah ber-
Tabel 1
Bagian Laba BUMD yang Disetorkan Untuk APBD Tingkat I
Propinsi Kalimantan Selatan (dalam milyar)
155
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MANAJERIAL
156
UMI NARIMAWATI & HASBULLAH HASAN
157
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MANAJERIAL
analisis lingkungan ini menghasilkan misi maka langkah selanjutnya adalah implemen-
setelah mempertimbangkan kekuatan perusa- tasi strategi yaitu proses untuk melaksanakan
haan dengan tantangan lingkungan dan sete- rencana dalam kegiatan nyata dalam
lah itu baru disusun perumusan strategi. mengusahakan sedapat mungkin agar
strategi yang diinginkan dapat direalisasikan.
Penyusunan strategis perusahaan dilihat dari Dalam langkah ini kegiatan yang dilakukan
tingkatannya menurut Wheelen dan Hunger adalah menyusun program, anggaran dan
(2000:12) "The typical bussiness Firm usu- prosedur.
aly considers three of strategy : Corporate,
Bussiness and Functional". Menurut Langkah selanjutnya adalah pengendalian
Wheelen dan Hunger bahwa tingkatan dan evaluasi yaitu proses membandingkan
strategi perusahaan ada tiga yaitu : antara strategi yang diinginkan dengan
1. Strategi korporasi strategi yang dilaksanakan dengan cara
2. Strategi bisnis mengukur kinerja perusahaan dan apabila
3. Strategi fungsional terdapat perbedaan dilakukan tindakan yang
diarahkan agar strategi dilaksanakan sesuai
Strategi korporasi menjalankan pola kepu- dengan yang diinginkan. Kemudian faktor-
tusan mengenai jenis usaha yang dijalankan, faktor yang mempengaruhi kinerja perusa-
arus sumber keuangan dan sumber daya lain- haan daerah, termasuk di dalamnya adalah
nya yang keluar dan masuk ke divisi-divisi, PDAM adalah :
hubungan perusahaan dengan kelompok 1. Intervensi Birokrasi dan Politis
kunci dan cara perusahaan meningkatkan 2. Otonomi Manajemen
return on investement atas investasi. Strate- 3. Profesionalisme Manajemen
gis korporasi ini dapat berupa stabilitas, per- 4. Mekanisme pengambilan Keputusan
tumbuhan atau penciutan. 5. Pemanfaatan Aset
6. Mitra Kerja
Strategi bisnis biasanya muncul pada tingkat 7. Karyawan
divisi dan dititikberatkan pada peningkatan 8. Efisiensi
posisi bersaing dari produk perusahaan 9. Mekanisme Pengawasan dan Pengenda-
dalam industri atau pangsa pasar tertentu. lian
Divisi dapat diorganisasikan sebagai unit 10. Budaya Perusahaan
usaha strategis. Manajemen puncak biasanya
memberlakukan unit bisnis strategis sebagai Campur tangan Pemerintah daerah dan De-
unit yang semi otonom yang berwenang me- wan Perwakilan Rakyat (DPR) dalam peru-
netapkan strateginya sendiri namun masih sahaan daerah mulai dilakukan pada saat
dalam tujuan dan strategi korporasi. strategi disusunnya peraturan daerah tentang perusa-
bisnis unit harus mengintegrasikan berbagai haan daerah. Setelah ditetapkannya pera-
kegiatan fungsional agar tujuan divisi terca- turan daerah tersebut, maka pada tahap
pai. pemilihan Badan Pengawas dan Dewan Di-
reksi, campur tangan pemerintah daerah dila-
Strategi fungsional adalah memaksimalkan kukan secara langsung. Sedangkan campur
produktifitas sumber daya yang dimiliki. tangan DPRD dilakukan secara tidak lang-
Dalam batas-batas strategi korporasi dan sung, yaitu dengan menentukan sikap setuju
strategi bisnis departemen fungsional me- atau tidak setuju terhadap usulan yang diaju-
nentukan strateginya yang mengintegrasikan kan oleh Pemerintah Daerah. Kemudian
berbagai kegiatan dan kompetensi untuk campur tangan Pemerintah Dearah dilakukan
meningkatkan kinerja (pemasaran, produksi, lagi pada saat disusunnya rencana kerja dan
personalia, keuangan, penelitian dan Anggaran Perusahaan Daerah (RKAPD),
pengembangan). Setelah strategi dirumuskan dimana RKAPD tersebut harus mendapat
158
UMI NARIMAWATI & HASBULLAH HASAN
persetujuan dari Dewan Pengawas (Kepala Dearah umumnya masih belum optimal.
Daerah, beberapa Kepala Dinas dan pejabat Cukup banyak tanah, bangunan dan pera-
yang ditunjuk oleh Kepala Dearah). latan-peralatan lainnya sebagai kekayaan
daerah yang dipisahkan tidak produktif
Otonomi Manajemen atau kemandirian pi- dalam penggunaannya. Kadang-kadang ka-
hak manajemen dalam melaksanakan pera- pasitas produksi banyak yang tidak terpakai.
turan daerah, keputusan Kepala daerah dan
RKAPD dapat dilihat dari tingkat kemandir- Mitra kerja baik sebagai pemasok, rekanan,
ian dalam pengambilan keputusan oleh pihak dan sebagai pelanggan Perusahaan Daerah
direksi. Disamping itu kewenangan yang umumnya lebih banyak merugikan Perusa-
dilakukan pada dewan direksi apakah sangat haan Daearah. Keberadaan mitra kerja ini
luas dan jelas atau ambivalen. Profesional- umumnya muncul karena KKN, dimana cara
sime manajemen tergambar pada kemam- kerja mereka tidak profesional. Jumlah kar-
puan atau kompetensi dewan direksi yawan dan kualifikasinya banyak yang mele-
yang ditunjuk. Latar belakang pendidikan, bihi kebutuhan, sehingga biaya tenaga kerja
pelatihan dan pengalaman para anggota de- membengkak sedangkan tingkat produkti-
wan direksi apakah sudah sesuai dengan fitas menurun. Kondisi ini disebabkan oleh
organisasi Perusahaan Daerah. Disamping pengangkatan karyawan dilakukan bukan
itu, reputasi dewan direksi dalam dunia bis- karena kebutuhan, tetapi banyaknya titipan.
nis juga merupakan indikator profesional-
isme. Efisiensi Perusahaan daerah sangat rendah.
Hal ini disebabkan tidak ada standar biaya
Mekanisme pengambilan keputusan dalam yang baku baik pada biaya produksi, biaya
Perusahaan daerah tergambar pada besar dan pemasaran maupun pada biaya umum. Pen-
kecilnya serta luas dan sempitnya kewe- gawasan pada Perushaan Daerah secara tek-
nangan yang diberikan pada dewan direksi. nis dilakukan oleh badan pengawas dan se-
Proses pengambilan keputusan yang panjang cara politis oleh DPRD. Karena umumnya
dan berbelit-belit seperti dalam dunia bi- badan pengawas adalah pejabat Pemerintah
rokrasi kadang-kadang terbawa pada Perusa- Daerah yang memiliki tugas pokok sehingga
haan Daerah. Pemanfaatan aset Perusahaan waktu yang diperuntukkan di Perusahaan
FAKTOR-FAKTOR MANAJERIAL
Intervensi Birokrasi dan Politis (X1)
Otonomi Manajemen (X2) KINERJA
Profesionalismen Manajemen (X3)
Mekanisme pengambilan Keputusan (X4) LABA SETELAH
Pemanfaatan Aset (X5) PAJAK (Y1)
Gambar 1
Hubungan Faktor manajerial dan Kinerja
159
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MANAJERIAL
160
UMI NARIMAWATI & HASBULLAH HASAN
dipisahkan, yang ada pada badan usaha milik depan. Begitu pula pada PDAM , air mi-
negara. Apabila dihubungkan dengan mana- num sebagai hasil produksi PDAM meru-
jemen keuangan dalam konsep ekonomi, pakan komoditi yang dibutuhkan oleh
dimana definisinya adalah proses perenca- masyarakat secara mutlak untuk menjalani
naan, pelaksanaan pengawasan dan pengen- kelangsungan hidupnya. Pengelolaan dan
dalian keuangan dengan tujuan utama untuk penyediaan air bersih dan air minum ini
meningkatkan value perusahaan atau or- sebagai suatu entitas bisnis cukup banyak
ganisasi. Peningkatan nilai tersebut dilaku- diminati oleh investor swasta. Hal ini apabila
kan dengan merumuskan dan menetapkan disinergikan dengan PDAM yang sudah ada
kebijakan investasi, kebijakan sumber pem- dapat merupakan potensi mitra usaha bisnis
biayaan dan kebijakan laba ditahan (Weston bagi PDAM. Disamping itu pengelolaan air
& Copeland, 1999). bersih dan air minum bagi masyarakat ba-
nyak sangat didukung oleh lembaga ke-
Peranan Strategis Perusahaan Daerah uangan internasional.
161
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MANAJERIAL
1996). Sedangkan Wheeler Hunger (2000) demi sedikit persediaan barang meningkat
mendefinisikan manajemen strategis sebagai dan perisahaan harus secara cepat menyikapi
kumpulan keputusan dan tindakan-tindakan pengaruh ekonomi makro ini dengan mengu-
manajerial yang menentukan kinerja or- rangi kapasitas produksi. Kekuatan-kekuatan
ganisasi dan bersifat jangka panjang. Kepu- diatas bersifat umum namun berpengaruh
tusan dan tindakan-tindakan strategis terse- pada keputusan manajemen.
but meliputi ruang lingkup bisnis, produk
danpasar yang akan dilayani, fungsi-fungsi Faktor-faktor Manajerial yang Mem-
yang harus dilaksanakan dan kebijakan- pengaruhi Kinerja Perusahaan Daerah
kebijakan yang diperlukan untuk melaksana-
kan keputusan strategis tersebut. Berdasarkan laporan Departemen Dalam
Negeri pada Direktorat Pembangunan
Menurut Wheeler dan Hunger (2000) ada Daerah (2001) bahwa rata-rata kontribusi
empat komponen dalam manajemen strategis Badan Usaha Milik Daerah terhadap total
yaitu Penelaahan lingkungan strategis, For- pendapatan dalam APBD kabupaten dan
mulasi stategis, Implementasi strategis, kota hanya sebesar 2,60%. Rendahnya
Evaluasi dan Pengendalian strategis. kontribusi tersebut karena bagian laba yang
diserahkan kepada pemerintah daerah kecil
Menurut Wheeler dan Hunger (2000) sekali, dan pada umumnya selalu mengalami
“Proses manajemen strategis dimulai dari kerugian terutama Perusahaan Daerah air
penelaahan lingkungan strategis dan pada minum. Berdasarkan hasil penelitian Devas
lingkungan tersebut terdapat dua lingkungan (1989) ada lima penyebab rendahnya kinerja
yaitu lingkungan masyarakat dan lingkungan perusahaan daerah yaitu barang dan jasa
tugas yang merupakan faktor eksternal apa- yang dihasilkan tidak cocok dikelola secara
bila dihubungkan dengan organisasi atau bisnis, pangsa pasar perusahaan terlalu kecil,
perusahaan”. Pada lingkungan strategis ter- pihak manajemen yang tidak profesional,
dapat kekuatan-kekuatan sosial budaya, kontradiksi dalam misi perusahaan dan
politik dan hukum, teknologi an kekuatan intervensi birokrasi yang terlalu kuat terha-
ekonomi. Kekuatan-kekuatan yang ada dap pihak manajemen.
dalam lingkungan masyarakat ini tidak dapat
dikendalikan oleh perusahaan dalam jangka Sedangkan Davey (1988) mengemukakan
pendek dan bahkan kekuatan tersebut dapat rendahnya kinerja perusahaan daerah dise-
mempengaruhi perubahan sosial budaya babkan oleh pendidikan dan pelatihan terha-
masyarakat yang tercermin dalam perubahan dap karyawan lebih bersifat birokratis, ren-
sosial seperti status sosial yang terlihat wu- dahnya tingkat produktifitas karyawan,
judnya dalam gaya hidup. Kekuatan politik penetapan harga jual dibawah biaya pro-
dan hukum yang tercermin dalam kebijakan duksi, lemahnya penagihan piutang, kele-
politik dengan peraturan perundang- bihan karyawan dan mitra kerja yang tidak
undangan yang membatasi ruang gerak peru- profesional.
sahaan. Kekuatan teknologi tercermin pada
perkembangan teknologi dimana teknologi Kemudian menurut A.B. Susanto dalam lo-
lama menjadi kuno dan tidak produktif apa- kakarya Strategi peningkatan BUMD yang
bila telah ditemukan teknologi baru dan dilaksanakan oleh Asosiasi Manajer Indone-
modern. Begitu seterusnya sehingga perusa- sia komisariat Daerah Istimewa Yogyakarta
haan yang tidak dapat menyesuaikan diri pada bulan april 2001 menginventarisir be-
dengan perkembangan teknologi akan ter- berapa penyakit BUMD yaitu inefisiensi,
gilas oleh perubahan. kekuatan ekonomi portofolio yang kurang tepat, pemaanfaatan
yang tercermin pada perkembangan ekonomi asset yang tidak optimal, kurang memper-
makro. Pada konjungtur ekonomi sedikit hatikan kepuasan pelanggan dan reputasi
162
UMI NARIMAWATI & HASBULLAH HASAN
163
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MANAJERIAL
164
UMI NARIMAWATI & HASBULLAH HASAN
hingga kualitas pekerja tidak sesuai dengan fisiensi terjadi karena tidak adanya rencana
standar. produksi yang jelas, tidak ada standar input
maupun standar output.
Sebagai pemasok bahan dan material umum-
nya menetapkan harga diatas harga pasar. Pengawasan dan Pengendalian Pada
Hal ini tidak bisa dihindari karena Perusa- Perusahaan Daerah
haan Daerah belum mampu membeli secara
tunai sehingga harganya termasuk tingkat Dasar dari pengawasan dan pengendalian
bunga kredit. pada perusahaan daerah pertama adalah
Peraturan Daerah yang mengatur dan me-
Sebagai mitra usaha dimana Perusahaan netapkan tentang pembentukan Perusahaan
Daerah ditempatkan pada Sleeping Partner, Daerah. Peraturan Daerah ini bersumber dan
aset daerah digunakan dengan batas waktu mengacu pada Undang-undang Nomor 5
yang tidak ditentukan secara jelas dan Peru- Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah dan
sahaan Daerah memperoleh fee yang sangat Peraturan lainnya yang berkaitan dengan
tidak layak apabila dibandingkan dengan Perusahaan Daerah, Rencana Strategis Peru-
aset yang digunakan oleh mitra usaha tadi. sahaan, Rencana Kerja dan Anggaran Peru-
sahaan.
Karyawan Perusahaan Daerah
Gerak usaha BUMD sangat terbatas dan
Pada umunya Perusahaan Daerah memiliki masih banyak intervensi dari pemerintah.
jumlah karyawan yang cukup besar apabila Sebagai contoh BUMD selalu dihadapkan
dibandingkan dengan kebutuhan riil. Hal ini dengan pemeriksaan seperti BPKP dan BPK
terjadi karena praktik pengelolaan Perusa- yang rutin setiap 3 atau 5 bulan sekali dan
haan Daerah bersifat birokratis. Cukup ba- inspektorat (sekarang Bawasda) yang rutin
nyak titipan karyawan yang dimasukkan ke setiap akhir tahun. Hal ini yang menyebab-
Perusahaan Daerah baik di birokrasi maupun kan banyak waktu yang tersita untuk me-
politisi DPRD. Disamping itu pada setiap layani tim pemeriksaan tersebut, sehingga
pergantian keanggotaan Badan Pengawas banyak pekerjaan yang tidak selesai tepat
dan Direksi dimana masing-masing pihak waktu. (Soenirman, 2003).
selalu memasukkan pegawai baru tanpa
melihat apakah masih diperlukan oleh Peru- Kelembagaan yang melakukan pengawasan
sahaan Daerah baik dalam jumlah maupun secara eksternal terhadap Perusahaan Daerah
kualifikasi. Hal ini gampang terjadi karena adalah DPRD dan Badan Pengawas Daerah.
kewenangan mengangkat karyawan baru ada Sedangkan secara internal adalah Badan
pada Direksi. Pengawas, Dewan Direksi dan Satuan
Pengawasan Internal.
Tingkat Efisien pada Perusahaan Daerah
Pengawasan oleh Badan Pengawas Perusa-
Efisiensi dan perusahaan daerah berkaitan haan Daerah lebih ditekankan pada penga-
dengan biaya produksi atau input untuk was strategis melalui evaluasi terhadap Ren-
menghasilkan barang dan jasa atau output. cana Strategis Perusahaan. Apakah strategi
Tingkat efisiensi dapat dilihat pada perband- yang sudah ditetapkan dapat dilaksanakan
ingan terbaik antara input dengan output. dan memberikan efek terhadap pencapaian
Operasionalisasi dapat diukur dari target misi Perusahaan Daerah. Sedangkan penga-
input dibandingkan dengan realisasi input. was yang dilakukan oleh Direksi dan Satuan
Dengan jumlah dan kualitas output yang Pengawas Internal lebih difokuskan pada
telah ditetapkan sejauhmana realisasi input strategi bisnis dan strategi fungsional me-
berada sama atau di bawah target input. Ine- lalui pengawasan langsung maupun tidak
165
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MANAJERIAL
166
UMI NARIMAWATI & HASBULLAH HASAN
frustasi semua pihak dan menimbulkan dalam jangka waktu tertentu. Informasi
kerugian pada organisasi. Kemampuan untuk kinerja yang dapat dihasilkan meliputi
mengelola konflik ini akan memberi kekua- kinerja ekonomis dan kinerja manajemen.
tan besar bagi organisasi dalam berinteraksi Pada banyak sektor pemerintah, ukuran laba
untuk melaksanakan operasi kesehariannya. sebagai pengukuran kinerja hampir tidak
ada. Disamping itu kinerja keuangan dan
Persaingan dan konflik terjadi karena mem- dampak jasa yang diberikan sulit untuk
punyai tujuan yang sama latar belakang he- dinilai, namun demikian sangatlah penting
terogen, sikap, perasaan yang sensitif, perbe- untuk meyakinkan bahwa sumber daya telah
daan pendapat dan perbedaan kepentingan. dialokasikan secara efektif kepada masyara-
Persaingan yang sehat akan membuat kar- kat disamping hasil kegiatan ataupun dam-
yawan menjadi kreatif, dinamis dan ber- paknya telah berhasil guna dan berdaya
lomba-lomba untuk mencapai presatasi kerja guna. Bagi organisasi, yang terpenting
yang optimal. adalah penyajian informasi institusi secara
menyeluruh (komprehensif) yang tidak par-
Kinerja merupakan kondisi yang harus sial. Dengan informasi kinerja integral ini
diketahui dan diinformasikan kepada pihak- diharapkan bermanfaat bagi pengguna
pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pen- (users) dalam mengambil setiap keputusan
capaian hasil suatu instansi dihubungkan yang diperlukan.
dengan visi yang diemban suatu organisasi
serta mengetahui dampak positif dan negatif Setiap pilihan yang dilakukan oleh seseorang
dari suatu kebijakan operasional yang diam- atau organisasi pada dasarnya bersifat unik
bil. Dengan adanya informasi mengenai (khas). Sekali menetapkan suatu pilihan,
kinerja suatu organisasi, maka akan dapat konsekuensi dan akibat yang didukungnya
diambil tindakan yang diperlukan seperti beragam dan harus tetap dihadapi (sort-out)
koreksi atas kebijakan, meluruskan kegiatan- dengan segenap daya dan upaya, bukan un-
kegiatan utama dan tugas pokok instansi, tuk dihindari. Agar konsekuensi dan akibat
bahan untuk perencanaan, menentukan ting- yang timbul dapat diprediksi dengan baik,
kat keberhasilan (persentase pencapaian suatu bentuk perencanaan yang tergabung
misi) instansi, untuk memutuskan suatu tin- dalam manajemen strategis adalah niscaya
dakan, dan lain-lain. bagi organisasi untuk mengadakannya. Pe-
laksanaan kegiatan dalam program dan kebi-
Kinerja merupakan gambaran mengenai se- jaksanaan organisasi merupakan komitmen
jauh mana keberhasilan/kegagalan pelak- organisasi untuk mencapai visi dan misi
sanaan tugas pokok dan fungsi instansi. yang ditetapkan sebelumnya.
Pengukuran kinerja ini sangat penting bagi
organisasi yang berorientasikan hasil untuk Kinerja merupakan tingkat efisiensi dan
mengukur kinerjanya sendiri dan melihat efektifitas serta inovasi dalam pencapaian
tingkat kinerja yang telah dicapai atau hasil- tujuan oleh pihak manajemen dan divisi-
hasil yang diperoleh. Pengukuran kinerja ini, divisi yang ada dalam organisasi. Dari sudut
dapat dilakukan dengan baik jika ada satuan pandangan organisasi yang berorientasi pada
pengukuran kinerja yang sahih. Cara-cara peningkatan laba (profit oriented organiza-
pengukuran yang tepat akan sangat tergan- tion) kinerja dibagi dalam dua bentuk. Yang
tung pada sistem informasi yang ada untuk pertama adalah kinerja ekonomis, yaitu
pengumpulan data yang tepat dan akurat. kinerja yang ditekankan pada seberapa jauh
organisasi sebagai lembaga ekonomi mampu
Informasi kinerja merupakan suatu alat bagi menghasilkan laba yang telah ditetapkan
manajemen untuk menilai dan melihat agar dapat dicapai vis dan misis organisasi.
perkembangan yang dicapai selama ini atau Yang kedua yaitu kinerja manajemen.
167
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MANAJERIAL
168
UMI NARIMAWATI & HASBULLAH HASAN
mereka pada kinerja organisasi adalah hal gendalian, dan Budaya Perusahaan. Variabel
yang harus dilalui dalam rangka mencapai terikat adalah kinerja perusahaan. Adapun
hal yang lebih besar yakni visi organisasi. yang menjadi ukuran dari kinerja perusahaan
Akan tetapi visi organisasi akan mustahil adalah laba sebelum pajak dan tingkat kebo-
untuk dicapai apabila tidak dicapai keberha- coran air. Variabel-variabel tersebut diteliti
silan-keberhasilan kecil dan jangka pendek pada seluruh Perusahaan Daerah Air Minum
berupa pencapaian kinerja tahunan or- di seluruh kabupaten Propinsi Kalimantan
ganisasi dalam suatu kerangka implementasi Selatan.
perencanaan strategis.
Dalam penelitian ini, guna memperoleh
Didasari atas uraian tersebut dapat disimpul- respon mengenai variabel-variabel bebas,
kan bahwa jika menggunakan pendekatan yang dijadikan responden adalah pihak-
pengukuran kinerja secara tradisional pihak manajemen dan karyawan PDAM
(pendekatan pengukuran kinerja dengan Propinsi Kalimantan Selatan yang memiliki
menggunakan ukuran tunggal) maka deter- kapabilitas untuk memberikan penilaian
minan kinerja perusahaan adalah ukuran- mengenai variabel-variabel bebas yang
ukuran keuangan seperti Return on Invest- diteliti. Variabel terikat akan dinilai ber-
ment (ROI), Residual Income, ataupun Eco- dasarkan laporan keuangan dan kinerja.
nomic Value Added (EVA), kemudian pen-
jualan, net income, ROI atau earning per Penelitian ini dilakukan pada sepuluh (10)
share untuk corporate officer dan laba kotor, Perusahaan Daerah Air Minum yang tersebar
produktifitas mesin dan pekerja, atau varian di Propinsi Kalimantan Selatan, yaitu: (1)
antara kinerja aktual dengan anggaran untuk Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
plant and product line manager. Dengan Hulu Sungai Selatan; (2) Perusahaan Daerah
demikian dapat disimpulkan bahwa faktor- Air Minum (PDAM) Kapuas; (3) Perusahaan
faktor manajerial baik secara langsung mau- Daerah Air Minum (PDAM) Hulu Sungai
pun tidak langsung turut mempengaruhi Utara; (4) Perusahaan Daerah Air Minum
kinerja. (PDAM) Banjarmasin; (5) Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM) Barito Utara;
OBJEK DAN METODE PENELITIAN (6) Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
Kota Baru; (7) Perusahaan Daerah Air
Objek Penelitian Minum (PDAM) Batang; (8) Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM) Hulu Sungai
Penelitian ini menganalisis tentang: Analisis Tengah; (9) Perusahaan Daerah Air Minum
Faktor-Faktor Manajerial yang berpengaruh (PDAM) Tanah Laut; dan (10) Perusahaan
terhadap Kinerja Perusahaan Daerah Air Daerah Air Minum (PDAM) Tabalong.
Minum. Penelitian ini diharapkan dapat
mengungkapkan kepada pihak manajemen Metode Penelitian
perusahaan tentang faktor-faktor manajerial
yang mempengaruhi tinggi rendahnya Penelitian ini menggunakan pendekatan ilmu
kinerja perusahaan. ekonomi terutama dari ilmu manajemen
yang memfokuskan pada bidang manajemen
Variabel bebas adalah faktor-faktor mana- strategis dan manajemen keuangan, secara
jerial yang terdiri dari sepuluh variabel yaitu: lebih khusus pada aspek faktor-faktor mana-
Intervensi Birokrasi dan Politis, Otonomi jerial dan pengaruhnya terhadap kinerja
Manajemen, Profesionalisme Manajemen, PDAM di Propinsi Kalimantan Selatan.
Mekanisme Pengambilan Keputusan, Pe- Pengamatan dilakukan pada karyawan, dan
manfaatan Aset, Mitra Kerja, Karyawan, pihak-pihak manajemen yang terdiri dari
Efisiensi, Mekanisme Pengawasan dan Pen- dewan pengawas dan para direksi (direktur
169
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MANAJERIAL
utama, operasi, dan umum), para kepala unit individu yang menurut pertimbangan peneliti
PDAM di Propinsi Kalimantan Selatan. dapat didekati dan memahami betul kondisi
PDAM di kabupaten dimana individu
Desain penelitian yang digunakan adalah bekerja. Peneliti mengambil empat (4) re-
metode survai, di mana informasi dari se- sponden di setiap PDAM yang ada di Pro-
bagian populasi (sampel responden) men- pinsi Kalimantan Selatan. Dengan demikian
genai variabel-variabel bebas dikumpulkan jumlah responden untuk menilai variabel-
langsung di tempat kejadian secara empirik, variabel bebas secara keseluruhan untuk 10
dengan tujuan untuk mengetahui pendapat kabupaten adalah sebanyak 40 responden.
dari sebagian populasi yang bersangkutan
terhadap objek penelitian. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor Data yang digunakan dalam penelitian ini
manajerial terhadap kinerja PDAM, maka adalah data primer dan data sekunder. Data
diperlukan operasionalisasi variabel. Opera- primer mengenai variabel-variabel bebas
sionalisasi variabel dimaksudkan untuk diperoleh dari karyawan, pihak manajemen
mengetahui pengaruh melalui pengukuran dan badan pengawas PDAM Kalimantan
variabel-variabel penelitian. Selatan dengan cara menyebarkan kuesioner
kepada responden yang dapat mewakili
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel populasi. Kuesioner tersebut disusun ber-
bebas (variabel X) adalah faktor-faktor dasarkan skala ordinal yang berpedoman
manajerial yang terdiri dari sepuluh variabel pada Likert Summated Rating.
yaitu: Intervensi Birokrasi dan Politis (X1),
Otonomi Manajemen (X2), Profesionalismen Uji Validitas dan Reliabilitas
Manajemen (X3), Mekanisme pengambilan
Keputusan (X4), Pemanfaatan Aset (X5), Ketepatan pengujian suatu hipotesa tentang
Mitra Kerja (X6), Karyawan (X7), Efisiensi hubungan variabel penelitian sangat tergan-
(X8), Mekanisme Pengawasan dan Pengen- tung pada kualitas data yang dipakai dalam
dalian (X9), dan Budaya Perusahaan (X10). pengujian tersebut. Data penelitian dalam
Sedangkan variabel terikatnya adalah kinerja proses pengumpulannya seringkali menuntut
perusahaan (Y), yang diukur melalui Laba pembiayaan, waktu dan tenaga yang besar.
Setelah Pajak (Y1) dan Tingkat Kebocoran Pengambilan data tidak akan mencapai tu-
Air (Y2). juannya apabila alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data penelitian tersebut tidak
Metode Penarikan Sampel memiliki validitas dan reliabilitas yang
tinggi.
Teknik penarikan sampel dari populasi untuk
variabel-variabel bebas yang digunakan Validitas menunjukkan sejauh mana suatu
adalah Purposive Sampling, yaitu suatu tek- alat pengukur mengukur apa yang ingin diu-
nik di mana sampel dipilih dengan mengam- kur. Sedangkan reliabilitas adalah istilah
bil orang-orang yang terpilih betul oleh yang dipakai untuk menunjukkan sejauh
peneliti menurut ciri-ciri khusus yang di- mana suatu hasil pengukuran relatif konsis-
miliki oleh sampel itu (Suratno & Arsyad, ten apabila pengukuran diulangi dua kali
1996). Responden dipilih berdasarkan kapa- atau lebih (Singarimbun, 1995). Dalam
bilasnya dalam menilai variabel-variabel penelitian ini dilakukan uji validitas dan
bebas yang diteliti. reliabilitas terhadap kuesioner yang hasilnya
Alasan peneliti menggunakan teknik sam- dapat dilihat pada lampiran. Untuk menguji
pling ini adalah agar relevan dengan ran- validitas item, pada penelitian ini digunakan
cangan penelitian. Peneliti memilih individu- rumus sebagai berikut :
170
UMI NARIMAWATI & HASBULLAH HASAN
171
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MANAJERIAL
172
UMI NARIMAWATI & HASBULLAH HASAN
Setelah Pajak (Y1) pada taraf kesalahan langsung maupun pengaruh total, pengaruh
10% (thitung = 3,9143 > t0,05(7) = 1,8946 Mekanisme Pengambilan Keputusan (X4)
dengan peluang kesalahan [p-value] = lebih dominan.
0,0058). Koefisien jalur pY1X4 = 0,8212
(pengaruh Mekanisme Pengambilan Pengaruh Mekanisme Pengambilan
Keputusan (X4) secara parsial terhadap Keputusan, Mitra Kerja, Karyawan, dan
Laba Sebelum Pajak (Y1) kuat (antara Budaya Perusahaan terhadap Tingkat
0,70 – 0,90), Guilford (1956:145)). Arah Kebocoran Air
pengaruh sesuai tanda koefisien jalur
adalah positif, yang berarti secara parsial, Secara ringkas, dari analisis jalur diperoleh
PDAM dengan Mekanisme Pengambilan hasil sebagai berikut:
Keputusan (X4) yang lebih baik
cenderung memiliki Laba Setelah Pajak 1. Mekanisme Pengambilan Keputusan
(Y1) yang relatif lebih tinggi. (X4), Mitra Kerja (X6), Karyawan (X7),
3. Mitra Kerja (X6) berpengaruh secara par- dan Budaya Perusahaan (X10) berpenga-
sial terhadap Laba Setelah Pajak (Y1) ruh secara simultan terhadap Tingkat
pada taraf kesalahan 10% (thitung = 2,8233 Kebocoran Air (Y2) pada taraf kesalahan
> t0,05(7) = 1,8946 dengan peluang kesala- 10% (Fhitung = 15,8323 > F0,10(4,5) =
han [p-value] = 0,0257). Koefisien jalur 3,5202 dengan peluang kesalahan [p-
pY1X6 = 0,5923 (pengaruh Mitra Kerja value] = 0,0048). Koefisien determinasi
(X6) secara parsial terhadap Laba Setelah multipel R 2Y2.X4X6X7X10 = 0,9268
Pajak (Y1) sedang (antara 0,40 – 0,70), (Pengaruh Mekanisme Pengambilan
Guilford (1956:145)). Arah pengaruh Keputusan (X4), Mitra Kerja (X6), Kar-
sesuai tanda koefisien jalur adalah positif, yawan (X7), dan Budaya Perusahaan
yang berarti secara parsial, PDAM de- (X10) secara simultan terhadap Tingkat
ngan Mitra Kerja (X6) yang lebih baik Kebocoran Air (Y2) sebesar 92,68%).
cenderung memiliki Laba Setelah Pajak Pengaruh faktor-faktor lain di luar
(Y1) yang relatif lebih tinggi. Mekanisme Pengambilan Keputusan
4. Diagram jalur pengaruh Mekanisme (X4), Mitra Kerja (X6), Karyawan (X7),
Pengambilan Keputusan (X4) dan Mitra dan Budaya Perusahaan (X10) terhadap
Kerja (X6) terhadap Laba Setelah Pajak Tingkat Kebocoran Air (Y2) sebesar
(Y1) dapat disimak pada Tabel 2. 7,32% (nilai kuadrat dari pY2ε2 = 0,2705).
5. Besar pengaruh Mekanisme Pengambilan 2. Mekanisme Pengambilan Keputusan (X4)
Keputusan (X4) dan Mitra Kerja (X6) berpengaruh secara parsial terhadap
terhadap Laba Setelah Pajak (Y1), baik Tingkat Kebocoran Air (Y2) pada taraf
pengaruh langsung maupun tidak lang- kesalahan 10% (thitung = -5,9987 < -
sung, dapat dilihat pada Tabel 2. t0,05(5) = -2,0150 dengan peluang kesala-
han [p-value] = 0,0018). Koefisien jalur
Tampak dari Tabel 2 bahwa baik pengaruh pY2X4 = -0,9409 (pengaruh Mekanisme
Tabel 2
Distribusi Pengaruh terhadap Laba Setelah Pajak
Pengaruh Pengaruh tidak langsung, melalui Pengaruh
Langsung X4 X6 SubTotal Total
X4 67.43% + - -15.17% - -15.17% - 52.27% +
X6 35.08% + -15.17% - - -15.17% - 19.92% +
Pengaruh variabel X4 dan X6 terhadap Y1 72.19% +
Pengaruh variabel lain ε1 terhadap Y1 27.81%
Total 100.00%
173
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MANAJERIAL
Pengambilan Keputusan (X4) secara par- Karyawan (X7) secara parsial terhadap
sial terhadap Tingkat Kebocoran Air (Y2) Tingkat Kebocoran Air (Y2) lemah
sangat kuat (antara 0,90 – 1,00), Guilford (antara 0,20 – 0,40), Guilford
(1956:145)). Arah pengaruh sesuai tanda (1956:145)). Arah pengaruh sesuai tanda
koefisien jalur adalah negatif, yang ber- koefisien jalur adalah negatif, yang ber-
arti secara parsial, PDAM dengan arti secara parsial, PDAM dengan Kary-
Mekanisme Pengambilan Keputusan (X4) awan (X7) yang lebih baik cenderung
yang lebih baik cenderung memiliki memiliki Tingkat Kebocoran Air (Y2)
Tingkat Kebocoran Air (Y2) yang relatif yang relatif lebih rendah.
lebih rendah. 5. Budaya Perusahaan (X10) berpengaruh
3. Mitra Kerja (X6) berpengaruh secara par- secara parsial terhadap Tingkat Kebo-
sial terhadap Tingkat Kebocoran Air (Y2) coran Air (Y2) pada taraf kesalahan 10%
pada taraf kesalahan 10% (thitung = - (thitung = -2,8358 < -t0,05(5) = -2,0150 den-
3,1113 < -t0,05(5) = -2,0150 dengan pe- gan peluang kesalahan [p-value] =
luang kesalahan [p-value] = 0,0265). 0,0364). Koefisien jalur pY2X10 = -0,4260
Koefisien jalur pY2X6 = -0,4151 (pengaruh (pengaruh Budaya Perusahaan (X10) se-
Mitra Kerja (X6) secara parsial terhadap cara parsial terhadap Tingkat Kebocoran
Tingkat Kebocoran Air (Y2) sedang Air (Y2) sedang (antara 0,40 – 0,70),
(antara 0,40 – 0,70), Guilford Guilford (1956:145)). Arah pengaruh
(1956:145)). Arah pengaruh sesuai tanda sesuai tanda koefisien jalur adalah nega-
koefisien jalur adalah negatif, yang ber- tif, yang berarti secara parsial, PDAM
arti secara parsial, PDAM dengan Mitra dengan Budaya Perusahaan (X10) yang
Kerja (X6) yang lebih baik cenderung lebih baik cenderung memiliki Tingkat
memiliki Tingkat Kebocoran Air (Y2) Kebocoran Air (Y2) yang relatif lebih
yang relatif lebih rendah. rendah.
4. Karyawan (X7) berpengaruh secara par- 6. Diagram jalur pengaruh Mekanisme
sial terhadap Tingkat Kebocoran Air (Y2) Pengambilan Keputusan (X4), Mitra
pada taraf kesalahan 10% (thitung = - Kerja (X6), Karyawan (X7), dan Budaya
2,0272 < -t0,05(5) = -2,0150 dengan pe- Perusahaan (X10) terhadap Tingkat Kebo-
luang kesalahan [p-value] = 0,0985). coran Air (Y2) adalah sebagaimana terli-
Koefisien jalur pY2X7 = -0,2731 (pengaruh hat pada Gambar 2.
X4 pY2X4 = -0,9409 ε2
rX6X4 = -0,3118
pY2ε2 = 0,2705
rX7X4 = 0,4032
X6 pY2X6 = -0,4151
Y2
rX7X6 = -0,1914
rX10X4 = -0,5254
pY2X7 = -0,2731
rX10X6 = 0,3860 X7
rX10X7 = -0,0963
pY2X10 = -0,4260
X10
Gambar 2
Diagram Jalur pengaruh mekanisme pengambilan keputusan, mitra kerja, karyawan dan bu-
daya perusahaan terhadap kinerja.
174
UMI NARIMAWATI & HASBULLAH HASAN
Tabel 3
Distribusi Pengaruh terhadap Laba Setelah Pajak
Pengaruh Pengaruh tidak langsung, melalui Pengaruh
Langsung X4 X6 X7 X10 SubTotal Total
X4 88.53% - - -12.18% + 10.36% - -21.06% + -22.88% + 65.65% -
X6 17.23% - -12.18% + - -2.17% + 6.83% - -7.52% + 9.71% -
X7 7.46% - 10.36% - -2.17% + - -1.12% + 7.07% - 14.53% -
X10 18.15% - -21.06% + 6.83% - -1.12% + - -15.35% + 2.80% -
Pengaruh variabel X4, X6, X7, dan X10 terhadap Y2 92.68% -
Pengaruh variabel lain ε2 terhadap Y2 7.32%
Total 100.00%
7. Besar pengaruh Mekanisme Pengambilan kesalahan 10% (Fhitung = 7,5415 > F0,10(2,7)
Keputusan (X4), Mitra Kerja (X6), Kar- = 3,2574 dengan peluang kesalahan
yawan (X7), dan Budaya Perusahaan [p-value] = 0,0179). Koefisien determi-
(X10) terhadap Tingkat Kebocoran Air nasi multipel R2Y.X4X6 = 0,6830
(Y2), baik pengaruh langsung maupun (Pengaruh Mekanisme Pengambilan
tidak langsung, dapat dilihat pada Tabel Keputusan (X4) dan Mitra Kerja (X6)
3. secara simultan terhadap Kinerja (Y)
sebesar 68,30%). Pengaruh faktor-faktor
Tampak bahwa baik pengaruh langsung lain di luar Mekanisme Pengambilan
maupun pengaruh total, pengaruh Meka- Keputusan (X4) dan Mitra Kerja (X6)
nisme Pengambilan Keputusan (X4) lebih terhadap Kinerja (Y) sebesar 31,70%
dominan. (nilai kuadrat dari pYε = 0,5630).
2. Mekanisme Pengambilan Keputusan (X4)
Berdasarkan hasil analisis jalur di atas, dapat berpengaruh secara parsial terhadap
dijelaskan bahwa Mekanisme Pengambilan Kinerja (Y) pada taraf kesalahan 10%
Keputusan (X4), Mitra Kerja (X6), Karyawan (thitung = 3,5918 > t0,05(7) = 1,8946 dengan
(X7), dan Budaya Organisasi (X10) meru- peluang kesalahan [p-value] = 0,0058).
pakan faktor yang dominan menentukan Koefisien jalur pYX4 = 0,8044 (pengaruh
tinggi-rendahnya Tingkat Kebocoran Air Mekanisme Pengambilan Keputusan (X4)
(Y2). Dengan demikian, upaya penurunan secara parsial terhadap Kinerja (Y) kuat
tingkat kebocoran air pada PDAM di Pro- (antara 0,70 – 0,90), Guilford (1956)).
pinsi Kalimantan Selatan dapat diprioritas- Arah pengaruh sesuai tanda koefisien
kan pada program-program perbaikan jalur adalah positif, yang berarti secara
mekanisme pengambilan keputusan, opti- parsial, PDAM dengan Mekanisme Pen-
malisasi kemitraan kerja, peningkatan kuali- gambilan Keputusan (X4) yang lebih baik
tas karyawan, dan perbaikan budaya perusa- cenderung memiliki Kinerja (Y) yang
haan. relatif lebih tinggi.
3. Mitra Kerja (X6) berpengaruh secara par-
Pengaruh Mekanisme Pengambilan sial terhadap Kinerja (Y) pada taraf ke-
Keputusan dan Mitra Kerja terhadap salahan 10% (thitung = 2,5234 > t0,05(7) =
Kinerja 1,8946 dengan peluang kesalahan [p-
value] = 0,0396). Koefisien jalur pYX6 =
Secara ringkas, dari analisis jalur diperoleh 0,5652 (pengaruh Mitra Kerja (X6) secara
hasil sebagai berikut: parsial terhadap Kinerja (Y) sedang
(antara 0,40 – 0,70), Guilford (1956)).
1. Mekanisme Pengambilan Keputusan (X4) Arah pengaruh sesuai tanda koefisien
dan Mitra Kerja (X6) berpengaruh secara jalur adalah positif, yang berarti secara
simultan terhadap Kinerja (Y) pada taraf parsial, PDAM dengan Mitra Kerja (X6)
175
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MANAJERIAL
Tabel 4
Distribusi Pengaruh terhadap Laba Setelah Pajak
Pengaruh Pengaruh tidak langsung, melalui Pengaruh
Langsung X4 X6 SubTotal Total
X4 64.71% + - -14.18% - -14.18% - 50.54% +
X6 31.94% + -14.18% - - -14.18% - 17.76% +
Pengaruh variabel X4 dan X6 terhadap Y 68.30% +
Pengaruh variabel lain ε terhadap Y 31.70%
Total 100.00%
ε
X4 pYX4 = 0,8044
pYε = 0,5630
rX6X4 = -0,3118
Y
pYX6 = 0,5652
X6
Gambar 3
Diagram Jalur Pengaruh Mekanisme
Pengambilan Keputusan dan Mitra Kerja terhadap Kinerja
yang lebih baik cenderung memiliki pakan faktor yang dominan menentukan
Kinerja (Y) yang relatif lebih tinggi. tinggi-rendahnya Kinerja (Y). Dengan
4. Diagram jalur pengaruh Mekanisme demikian, upaya peningkatan kinerja pada
Pengambilan Keputusan (X4) dan Mitra PDAM di Propinsi Kalimantan Selatan dapat
Kerja (X6) terhadap Kinerja (Y) adalah diprioritaskan pada program-program per-
sebagaimana terlihat pada Gambar 3 baikan mekanisme pengambilan keputusan
5. Besar pengaruh Mekanisme Pengambilan serta optimalisasi kemitraan kerja.
Keputusan (X4) dan Mitra Kerja (X6)
terhadap Kinerja (Y), baik pengaruh
langsung maupun tidak langsung, dapat DAFTAR PUSTAKA
dilihat pada Tabel 4.
Anthony, R.M., Dearden, J. & Bedford,
Dari tabel tersebut dapat dilihat pula bahwa N.M. (1984). Mangement Control Sys-
baik pengaruh langsung maupun pengaruh tem. Illinois: Richard D. Irwin.
total, pengaruh Mekanisme Pengambilan Anthony, .R.N. & Govindarajan. (1995).
Keputusan (X4) lebih dominan. Management Control Systems. New
York: Prentice Hall.
Berdasarkan hasil analisis jalur di atas, dapat Anthony, W.R. (1985). Fundametal of Man-
dijelaskan bahwa Mekanisme Pengambilan agement Accounting. Richard D. Irwin.
Keputusan (X4) dan Mitra Kerja (X6) meru- Arsyad, A., Azis, I.J., Basri, F.H. (ed).
176
UMI NARIMAWATI & HASBULLAH HASAN
(1992). Prospek Ekonomi dan Sumber Barat. Jurnal Wacana Kinerja, Juni
Pembiayaan Pembangunan. Jakarta: 1998.
Gramedia. Singarimbun, M. (1995). Metode Penelitian
Atkinson, A.A. Banker, Kaplan, & Young. Survai. Jakarta : LP3ES.
(1997). Management Accounting. New Siegel, G & Ramanauskas, H. (1999). Be-
York: Prentice Hall. havioral Accounting. Cambridge:
Atmadilaga, D. (1994). Membuat dan Harverd Business Scholl Press.
Mengevaluasi Skripsi, Tesis, Disertasi Soenirman, P. (2003). MoHA – IPAC Inter-
Berdasarkan Filsafat Ilmu. Bandung: national Workshop Badan Usaha Miliki
STIP Press. Daerah. Jakarta.
Chun, H.K. (1998). Distribution Center Per- Staven, D. (1999). Using Performance
formance Assesment. Phd Dissertation, Measures to Manage “For Result by Re-
Oregon State University. sult”.
Davey, K. (1988). Pembiayaan Pemerintah Stooner, E. & Freeman, R. (1992). Manage-
Daerah, Praktek-Praktek Internasional ment. New York: Prentice-Hall.
dan Relevansinya dengan Dunia Ketiga. Stout, L.D. (1993). Performance Measure-
Jakarta: U-I Press. ment Guide. New Jersey: Prentice-Hall.
Devas, N., et al. (1989). Keuangan Pemerin- Sucherly. (2001). Service Marketing Man-
tah Daerah di Indonesia. Jakarta: UI- agement, Makalah Pelatihan “Capability
Press. Development Program” Jawa Barat.
Direktorat Jenderal PUOD Depdagri. (2002). Sudjana. (1996). Metode Statistika. Band-
Program and Financial Planning Analy- ung: Tarsito.
sis Control-Koordinasi. Jakarta. Wasistiono, S. (1997). Hubungan antara
Dispenda Propinsi Kalimantan Selatan. Penyempurnaan Kinerja Perusahaan
(2001). Anggaran Pendapatan Belanja Daerah dengan Peningkatan PADS. Jati-
Daerah (APBD) Propinsi Kalimantan nangor: STPDN.
Selatan. Weston, F. & Copeland, T.E. (1996). Mana-
Hitt, M.A., Duane, R., & Hoskisson, R.E. gerial Finance (9th ed). New York: The
(1997), Manajemen Strategis Menyong- Dryden Press.
song Era Persaingan dan Globalisasi . Wheelen, T. & Hunger, J.D. (2000), Strate-
Jakarta: Erlangga. gic Management and Business Policy
Howell, R.A., Brown, Sovcy, & Seed. Entening 21 St Century Global Society
(1987). Management in The New Manu- (7th ed). New Jersey: Prentice Hall.
facturing Environment. National Asso-
ciation of Accounting.
Intruksi Presiden RI no. 7 tahun 1999,
tentang Akuntanbilitas. Jakarta.
Jauch, L.R. & Glueck, W.F. (1996). Mana-
jemen Strategis dan Kebijakan Perusa-
haan. Jakarta: Erlangga.
Keputusan Menteri Dalam negeri No. 47
tahun 1999 Tentang Kinerja BUMD.
Jakarta
Kotler, P. (2000). Marketing Management,
The Millenium Editions. New Jersey:
Prentice Hall.
Mardiasmo. 2002. Akuntansi sektor Publik.
Yogyakarta: BPFE UGM.
Sedamayanti. (1998). LAN Perwakilan Jawa
177