You are on page 1of 20

BAB I

PENDAHULUAN

I. DEFINISI
Partus kasep adalah suatu keadaan persalinan yang mengalami kemacetan dan
berlangsung lama sehingga menimbulkan komplikasi pada ibu dan atau janin.

II. PATOFISIOLOGI
Penyebab kemacetan dapat karena :
1. Faktor Tenaga (Power)
a. Inersia Uteri
Inersia uteri adalah kelainan his yang kekuatannya tidak adekuat untuk
melakukan pembukaan serviks atau mendorong janin keluar. Sifatnya lebih lemah,
lebih singkat dan lebih jarang jika dibandingkan dengan his yang normal.
 Inersia Uteri Primer
Kelemahan his timbul sejak dari permulaan persalinan , sering terjadi pada
awal fase laten.
 Inersia Uteri Sekunder
Kelemahan his yang timbul setelah adanya his yang kuat teratur dan dalam
jangka waktu yang lama. Terjadi pada fase aktif atau kala I dank ala II.

Etiologi
Multipara, kelainan letak janin, disproporsi sefalopelvik, kehamilan ganda,
hidramnion, uterus bikornis unikolis.

Penatalaksanaan
Pastikan tidak ada disroporsi sefalopelvik. Dapat dilakukan pemecahan ketuban
(amniotomi) atau berikan oksitosin 5 satuan dalam larutan glukosa 5% secarainfus
intravena dengan kecepatan 12 tetes permernit. Tetesan dapat dinaikkan perlahan-
lahan sampai kira-kira 50 tetes, tergantung hasilnya. Bila tidak ada kemajuan
setelah beberapa jam pemberian oksitosin, maka indikasi untuk melakukan seksio
sesarea.

1
Pada kala II, persalinalan dapat diakhiri dengan ektraksi vakum atau cunam jika
syarat-syarat terpenuhi.

b. Incoordinate Uterine Action


Incoordinate Uterine Action adalah kelainan his pada persalinan berupa perubahan
sifat his, yaitu meningkatnya tonus otot uterus, di dalam dan di luar his, serta tidak
ada koordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah, dan bawah sehingga his tida
efisien mengadakan pembukaan serviks.

Etiologi
Pemberian oksitosin berlebihan atau ketuban pecah lama yang disertai infeksi

Penatalaksanaan
Karena belum ada obat untuk memperbaiki koordinasi fungsional antara bagian-
bagian uterus, maka hanya dapat dilakukan pengobatan secara simtomatis.
Penderita dapat diberikan analgesic (morfin, petidin,dan lain-lain) untuk
mengurangi tonus otot dan ketakutan penderita. Selanjutnya persalinan dapat
dilakukan dengan ektraksi vakum atau cunam jika syarat-syarat terpenuhi. Apabila
terjadi retraksi patologis pada kala I dan II segera lakukan seksio sesarea.

2. Faktor Panggul (Passage)


Kelainan dalam ukuran atau bentuk jalan lahir bisa menghalangi kemajuan persalinan
atau menyebabkan kemacetannya.
a. Kesempitan Pintu Atas Panggul
Pintu atas panggul dianggap sempit apabila conjugata vera kurang dari 10 cm atau
diameter transversa kurang dari 12 cm. Oleh karena pada panggul sempit
kemungkinan lebih besar bahwa kepala tertahan oleh pintu atas panggul, maka
dalam hal ini serviks uteri kurang mengalami tekanan kepala. Apabila pada
panggul sempit pintu atas panggul tidak tertutup dengan sempurna oleh kepala
janin, ketuban bisa pecah pada pembukaan kecil dan ada bahaya pula terjadinya
prolapsus funikuli.

2
b. Kesempitan Pintu Tengah Panggul
Ukuran terpenting adalah distansia interspinarum kurang dari 9.5 cm perlu kita
waspada terhadap kemungkinan kesukaran pada persalinan, apalagi bila diameter
sagitalis posterior pendek pula. Pada panggul tengah yang sempit, lebih sering
ditemukan posisio oksipitalis posterior persisten atau presentasi kepala dalam
posisi lintang tetap (transverse arrest).

c. Kesempitan Pintu Bawah Panggul


Bila diameter transversa dan diameter sagitalis posterior kurang dari 15 cm, maka
sudut arkus pubis mengecil pula ( < 90° ) sehingga timbul kemacetan pada
kelahiran janin ukuran biasa.

3. Faktor Janin (Passenger)


Persalinan dapat mengalami gangguan atau kemacetan karena kelainan dalam letak
atau dalam bentuk janin.
a. Kelainan Letak, Presentasi atau Posisi
 Posisi Oksipitalis Posterior Persistens
Posisi oksipitalis posterior persistens adalah ubun-ubun kecil menetap di
belakang karena tidak ke depan ketika mencapai dasar panggul. Kepala janin
akan lahir dalam keadaan muka di bawah simfisis fubis.

Etiologi
Posisi oksipitalis posterior persistens sering terjadi pada panggul anthropoid
dan android, multipara akibat lembeknya otot dasar panggul, kepala janin yang
kecil dan bulat sehingga tidak ada paksaan pada belakang kepala untuk
memutar ke depan.

Penatalaksanaan
Dapat dilakukan persalinan spontan pervaginam dengan pengawasan yang
baik. Apabila kala II terlalu lama dan terdapat gawat janin, maka lakukan
tindakan untuk mempercepat persalinan. Dapat dilakukan ektraksi cunam,
namun sebelumnya usakan ubun-ubun kecil di depan dengan cara memutar
kepala dengan tangan atau cunam.

3
 Presentasi Puncak Kepala
Presentasi puncak kepala atau presentasi sinsiput (ubun-ubun besar) adalah
kelainan akibat defleksi ringan kepala janin ketika memasuki ruang panggul
sehingga ubun-ubun besar merupakan bagian terendah dari janin. Pada
presentasi puncakkepala tidak terjadi fleksi kepala maksimal sehingga
lingkaran kepala yang melalui jalan lahir adalah sirkumferensia
frontooksipitalis dengan glabela di bawah simfisis sebagai hipomoklion.

 Presentasi Muka
Presentasi muka adalah kepala dalam kedudukan defleksi maksimal sehingga
oksiput tertekan pada punggung dan muka merupakan bagian terndah janin.
Apabila dagu di bagian belakang dan tidak dapat memutar ke depan waktu
putaran paksi dalam di sebut posisi mento posterior persistens dan janin tidak
dapat lahir spontan.

Etiologi
Panggul sempit, adanya tumor di leher rahim bagian depan atau keadaan yang
menghalangi terjadinya fleksi kepala, seperti janin besar, anensefalus dan
kematian janin intrauterine.

Penatalaksanaan
Apabila dagu berada di depan, diharapkan terjadi persalinan spontan jika tidak
terdapat disproporsi sefalopelvik. Bila dagu berada di belakang, berikan
kesempatan kepada dagu untuk memutar ke depan. Pada posisi
mentoposterior persistens, usahakan untuk dagu memutar ke depan dengan
satu tangn yang dimasukkan ke dalam vagina. Dapat juag dilakukan perasat
Thorn, yaitu satu tangn penolong di masukkan ke dalam vagina untuk
memegang bagian belakang ke pala janin, kemudian menariknya ke bawah.
tangn lani berusaha meniadakan ekstensi tubuh janin dengan menekan dada
dari luar. pada kala II yang berlangsung lama diindikasikan untuk ektraksi
cunam. bila tidak berhasil maka dilakukan seksio sesarea.

4
 Presentasi Dahi
Presentasi dahi adalah kedudukan kepala di antara fleksi maksimal dan
defleksi maksimal sehingga dahi merupakan bagian terendah. pada umumnya
presentasi dahi merupakan kedudukan sementara dan sebagian besar berubah
menjadi presentasi muka atau belakan kepala.

Etiologi
sering didapatkan pada panggula sempit, tuomur leher rahim bagian depan
atau keadaan yang menghalangi terjadinya fleksi kepala, seperti janin besar,
anesefalus dan kematian janin dalam rahim

Penatalaksanaan
pada janin kecil dan panggul yang luas, penangan sama dilakukan pada
presentasi muka. pada presentasi dahi dengan ukuran panggul dan janin
normal, tidak dapat dilakukan persalinan spontan pervaginam sehingga harus
seksio sesarea.

 Letak Sungsang
Letak sungsang adalah janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri
dan bokong di bagian bawah kavum uteri. pada letak sungsang, berturut-turut
lahir bagian yang makin lama makin besar, dimulai dari lahirnya bokong,
bahu, kemudian kepala.

Etiologi
muliparitas, prematuritas, kehamilan ganda, hidrosefalus, plasenta previa,
panggul sempit, dan lain-lain

Penatalaksaan
lakukan versi luar pada kehamilan 34-38 minggu bila syarat versi luar
tepenuhi. bila pada persalinan masih letak sungsang, lahirkan bayi dengan
perasat Bracht. bila bahu dan kepala tidak dapat dilahirkan dengan perasat
Bracht, lakukan manual aid atau dibantu cunam.

5
 Letak Lintang
Letak lintang adalah keadaan sumbu memanjang janin kira-kira tegak lurus
dengan sumbu memanjang ibu. bila sumbu memanjang tersebut membentuk
sudut lancip disebut letak lintang oblik, yang biasanya sementara Karen
kemudian akan berubah menjadi posisi longitudinal pada persalinan.

Etiologi
Muliparitas, prematuritas, kehamilan ganda, hidrosefalus, plasenta previa,
panggul sempit, dan lain-lain

Penatalaksanaan
lakukan versi luar jika syarat versi luar terpenuhi. Pada primigravida, bila
versi luar tidak berhasil, segera lakukan seksio sesarea. Pada multigravida,
bila riwayat obstetric baik, tidak ada kesempitan panggul dan janin tidak
seberapa besar, dapat ditunggu dan diawasi sampai pembukaan serviks
lengkap, kemudian dilakukan versi ekstraksi. pada letak lintang kasep, bila
janin masih hidup, segera lakukan seksiosesarea. Bila janin sudah mati,
lahirkan pervaginam dengan dekapitasi.

 Hidrosefalus
Hidrosefalus adalah penimbunan cairan serebrospinal dalam ventrikel otak
sehingga kepala menjadi lebih besar dan terjadi pelebaran sutura dan ubun-
ubun.

Etiologi
Aliran serebrospinalis mengalami gangguan (tidak lancar) atau produksinya
yang berlebihan.

Penatalaksaan
Pada hidrosefalus yang nyata, kecilkan kepala janin pada permulaan
persalinan. Pada pembukaan serviks 3 cm, keluarkan cairan serebrospinal
dengan pungsi kepala menggunakan jarum spinal. bila janin letak sungsang,

6
lakukan pengeluaran cairan dari kepala yang tidak dapat lahir dengan pungsi
atau perforasi melalui foramen oksipitaslis magnum atau sutura temporalis.
Dianjurkan untuk melakukan ventrikulosentesis transabdominal dengan jarum
spinal. kosongkan kandung kemih terlebih dahulu.

4. Faktor Penolong (provider)


Seorang pemimpin persalinan harus bisa memberikan dorongan kepada ibu yang ada
dalam masa persalinan dan harus mengetahui waktu-waktu kapan haru mulai
memimpin persalinan. Cara pimpinan yang salah dapat mengakibatkan terjadinya
persalinan yang lama dan komplikasinya.

III.GEJALA KLINIS
1. Pada Ibu
 Gelisah
 Lemah dan dehidrasi
 Suhu badan meningkat
 Nadi cepat
 Perut kembung (meteorismus)
 His hilang dan lemah
 Udema vulva
 Udema serviks

2. Pada Janin
 Denyut jantung janin cepat/ tidak teratur bahkan sampai negatif
 Air ketuban bervampur mekonium, kental kehijau-hijauan dan berbau
 Kaput suksadeneum besar
 Moulage kepala yang hebat
 Kematian janin dalam rahim (IUFD)

IV. DIAGNOSIS
1. Keadaan Umum ibu
 Dehidrasi
 Febris

7
 Perut kembung (Meteorismus)
 Syok
 Anemia
 Oliguria
 Udema vulva
 Ruptur uteri iminens

2. Palpasi
 His lemah atau hilang
 Gerak janin tidak ada
 Janin mudah diraba

3. Auskultasi
Denyut Jantung Janin :
 Takikardi/brakardi
 Ireguler
 Negatif

4. Pemeriksaan dalam
 Keluar air ketuban yang keruh dan berbau campuran mekonium.
 Bagian terendah anak sukar digerakkan bila rahim belum robek,tetapi mudah
didorong bila rahim sudah robek, disertai keluarnya darah.
 Kaput suksadeneum yang besar
 Moulage yang hebat
 Suhu rektal > 37,6ºC

V. KOMPLIKASI
1. Ibu
 Infeksi sampai sepsis
 Dehidrasi,Syok,Kegagalan fungsi organ-organ
 Robekan jalan lahir
 Robekan pada buli-buli,vagina,uterus dan rektum.

8
2. Anak
 Gawat janin dalam rahim sampai meninggal
 Lahir dalam asfiksia berat sehingga menimbulkan cacat otak menetap
 Trauma persalinan
 Patah tulang,dada,lengan,kaki,kepala karena pertolongan persalinan dengan
tindakan.

VI. PENATALAKSANAAN
1. Memperbaiki Keadaan Umum Ibu
a. Pasang infuse dan kateter urine
b. Pemberian cairan, kalori dan elektrolit
 infuse Ringer Laktat
 Infus Dektrose 5 % 250 cc, tetesan cepat (cairan dapat diberikan menurut
kebutuhan)
c. Koreksi asam basa dengan pengukuran CO2 darah dan pH
d. Pemberian antibiotika spektrum luas secara parenteral
 Injeksi Ampisilin 1 gram/6 jam, injeksi gentamycin 80 mg/12 jam dan
Metronidazole Rektal Supositoria I gram/12 jam selama 3 hari, dilanjutkan
Amoksisilin 3 x 500 mg/hari selama 2 hari
 Injeksi Ceftriaxone 1 gram/hari selama 3 hari dilanjutkan Amoksisilin 3 x
500 mg/hari selama 2 hari
e. Penrunan panas
 Injeksi Xylomidon 2 cc IM
 Kompres dengan air dingin

2. Terminasi Kehamilan
 Bila syarat persalinan pervaginam memenuhi dapat dilakukan ekstraksi vakum/
ekstraksi forceps atau embriotomi
 Bila syarat persalinan pervaginam tidak terpenuhi maka dilakukan seksio sesarea.

9
BAB II
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Ny. KS Nama Suami : Tn. G
Umur : 31 tahun Umur : 35tahun
Agama : Hindu Agama : Hindu
Suku : Bali Suku : Bali
Pendidikan : SD Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Karang Kelebut, Cakra Alamat : Karang Kelebut,Cakra

II. ANAMNESIS
Keluhan Utama : sakit perut menjalar ke pinggang
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke RSU Mataram dengan rujukan dari puskesmas Krg. Taliwang dengan
G2P1A0H1 39-40 minggu T/H/IU presentasi kepala kala I fase aktif memanjang.
Sebelumnya pasien datang ke puskesmas Krg. Taliwang (7-11-2010/ jam 18.35) dengan
keluhan sakit perut menjalar sampai ke pinggang sejak jam 19.00 wita (6-011-2010). Di
Puskesmas Krg Taliwang pasien di rawat dan dilakukan pemeriksaan. Jam 12.00 wita
pasien mengeluh keluar air kemudian dilakukan pemeriksaan. Selanjutnya pasien terus
berusaha mengedan. Pasien sudah dinasehati oleh bidan supaya jangan mengedan dulu

10
tetapi pasien tidak tahan dengan sakit perutnya. Jam 16.00 wita pasien mengatakan dia
diperiksa kembali kemudian pasien dipasang infus dan dirujuk ke RSUP NTB. Gerakan
janin (+). Riwayat penyakit hipertensi (-), diabetes mellitus(-), alergi (-).
HPHT : 20 April 2010
THP : 27 Januari 2011
Riwayat ANC : 7 kali, di puskesmas.
Riwayat Obstetri :
1. Perempuan, 2500 g, di puskesmas, bidan, umur 10 tahun.
2. Hamil ini
Riwayat perkawinan : perkawinan ke-1 (selama 12 tahun)
Riwayat KB : suntik 3 bulan
Rencana KB : suntiK 3 bulan

III.PEMERIKSAAN FISIK (7-11-2010/ jam 17.00 wita)


a. Status Generalis
Keadaan umum : ibu tampak kesakitan
Kesadaran : Compos Mentis (E4V5M6)
TD : 110/70 mmHg
N : 80 x/menit
R : 20 x/menit
T : 37,2 °C
Mata : anemis -/-, ikterus -/-
Jantung :S1S2 tunggal, regular, murmur (-)
Paru : Ves +/+, Rh -/-, Wh -/-
Abdomen : sesuai status obstetri
Ekstremitas : akral hangat (+), edema (-)

b. Status Obstetri
Abdomen
Inspeksi : perut membesar simetris, strie gravidarum (+), parut operasi (-), bandle (-)
Palpasi :
Leopold I : Bokong TFU : 32 cm TBJ : 3255 g
Leopold II : Punggung di kiri
Leopold III : Kepala
11
Leopold IV : Bagian terendah janin sudah masuk PAP (4/5)
His : 3 x 10’ ~ 35”
DJJ : 12-13-12
Pemeriksaan Dalam :
Inspeksi : udema vulva (-)
Inspekulo : -
VT :
Ø 6 cm, eff 70 %, ketuban (-), teraba kepala, penurunan H II, denominator belum
jelas,caput (+), udema porsio (+), tidak teraba bagian kecil janin atau tali pusat.

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan Laboratorium :
HGB : 15,4 %
Leukosit : 18.400/mm3
Eritrosit : 5.280.000/ mm3
HCT : 49,8
Trombosit : 139.000/ mm3
HbSAg : -

V. DIAGNOSIS
G2P1A0H1 38-39 minggu T/H/IU presentasi kepala kala I fase aktif dengan kasep.

VI. PENATALAKSANAAN
 Observasi keadaan ibu dan janin
 Resusitasi dan Rehidrasi
 Lapor ke supervisor:
a. Usul Seksio Cesaria
 KIE :
a. Menasehati ibu supaya jangan mengedan terus
b. Menganjurkan ibu miring ke kiri

12
BAB III
PEMBAHASAN

Pasien merupakan kiriman dari Puskesmas Karang Taliwang dengan G2P1A0H1 39-
40 minggu T/H/IU presentasi kepala kala I fase aktif memanjang. Sebelumnya pada jam
12.00 wita pasien mengeluh keluar air, kemudian di Puskesmas dilakukan pemeriksaan dalam
didapatkan pembukaan serviks 4 cm, eff 50%, ketuban (-). Setelah itu pada jam 16.00 wita,
dilakukan pemeriksaan dalam lagi pada pasien, didapatkan pembukaan serviks 6 cm, eff
70%, ketuban (-), udema porsio (+) dan caput (+). Dengan demikian pada jam 16.30 pasien
kemudian dirujuk ke RSUP NTB. Dari keterangan tersebut, kita dapat memperoleh informasi
bahwa proses persalinannya lama.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan bahwa pasien tampak kesakitan dan kelelahan
namun vital sign dalam batas normal. Tekanan darah 110/70 mmHg, frekuensi nadi 80
x/menit, frekuensi nafas 20x/menit, temperature 37,2°C, tanda anemis dan ikterus tidak
tampak, suara napas versikuler, suara denyut jantung I dan II tunggal, regular, tidak suara
tambahan dan pada ekstrimitas tidak didapatkan adanya edema serta akral terasa hangat.
Untuk pemeriksaan obstetri didapatkan bahwa perut tampak membesar simetris,
adanya striae gravidarum, tidak tampak adanya skar (jaringan parut) atau luka bekas operasi
dan tidak tampak adanya bandle. Tinggi fundus uteri 32 cm. Pada palpasi daerah fundus
(Leopold I) teraba lunak-kenyal dan tidak bulat sehingga memilki kesan bokong berada pada
fundus uterus. Untuk palpasi daerah samping uterus (Leopold II) didapatkan punggung janin
di sebelah kiri sedangkan palpasi pada daerah uterus bagian bawah (Leopold III) teraba
bagian yang melenting, keras dan bulat sehingga memiliki kesan bagian kepala janin
(presentasi kepala) kemudian dilanjutkan dengan tindakan menggoyangkan kepala janin
tersebut untuk mengetahui kepala janin sudah masuk pintu atas panggul (PAP) atau tidak dan
ternyata kepala janin tidak bisa digoyangkan sehingga menandakan kepala janin tersebut
sudah masuk pintu atas panggul. Karena kepala janin sudah masuk pintu atas panggul maka
dilanjutkan dengan pemeriksaan Leopold IV, dimana pemeriksa menghadap kaki pasien
kemudian kedua telapak tangan melakukan palapasi didaerah bagian terbawah uterus. Pada
kasus ini kedua telapak tangan pemeriksa membentuk sudut divergen sehingga memiliki
kesan kepala sudah masuk pintu atas panggul kemudian dilajutkan dengan menentukan
seberapa besar bagian kepala janin sudah pintu atas panggul dengan menggunakan metode
perlimaan dan didapatkan bahwa hanya sebagian kecil bagian kepala janin yang sudah masuk
pintu atas panggul (1/5) dan sebagian besar bagian kepala belum masuk PAP (4/5).
13
Berdasarkan pengukuran tinggi fundus uteri dan dari hasil palpasi ternyata kepala janin sudah
masuk pintu atas panggul maka didapatkan taksiran berat janin sekitar 3255 gram. Selain itu,
pada pemeriksaan didapatkan kontraksi uterus (his) sebanyak 3 kali dalam 10 menit selama
30 detik dan frekuensi denyut jantung janin sebesar 13-13-13 (156 kali/menit).
Selanjutnya, pada pemeriksaan daerah genital tampak dalam batas normal. Tidak
tampak adanya edema pada daerah vulva. Kemudian dilakukan pemeriksaan dalam (vaginal
toucher), didapatkan pembukaan serviks 6 cm, effisment 70 %, ket (-), teraba kepala,
penurunan H II, denominator belum jelas, caput (+), udema porsio (+), tidak teraba bagian
kecil janin atau tali pusat.
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik secara umum didapatkan bahwa
pasien mengalami perjalanan persalinan (partus) yang lama sehingga menimbulkan
komplikasi pada ibu berupa ibu tampak kesakitan dan kelelahan serta adanya udema pada
porsio meskipun vital sign dalam batas yang normal sedangkan komplikasi pada janin hanya
didapatkan adanya kaput merskipun denyut jantung janin masih baik dan air ketuban masih
jernih. Dengan demikian, diagnosis pasien pada kasus ini lebih ke arah partus kasep. Secara
patofisiologis pada pasien ini kemungkinan terjadi ketidak seimbangan antara besar janin dan
ruang panggul serta faktor penolong.
Penatalaksaan pasien dengan partus kasep pada kasus ini pada awalnya adalah
perbaiki kedaan umum pasien dengan melakukan rehidrasi dan resusitasi untuk menjaga
kondisi ibu dan janin tetap dalam keadaan yang baik dengan memberikan infuse RL 2 kolf
gerojok dan D5 5% 1 kolf 20 tetes/menit serta berikan oksigen pada ibu dan ibu dalam posisi
miring ke kiri. Selanjutnya,cara terbaik untuk mengakhiri kehamilan adalah dengan
melakukan seksio cesaria karena syarat persalinan secara spontan pervaginam dan vakum
ekstraksi sudah tidak terpenuhi.

14
Wakt S O A P
u
17.00 Pasien datang ke RSU Mataram His : 3 x 10’~ 30” G2P1A0H1 38-  Observasi keadaan
dengan rujukan dari puskesmas VT : 39 minggu ibu dan janin
Krg. Taliwang dengan Ø 6 cm, eff 70 %, ket (-), teraba kepala, T/H/IU presentasi  Rehidrasi
G2P1A0H1 39-40 minggu penurunan H II, denominator belum kepala kala I fase  Lapor ke supervisor:
T/H/IU presentasi kepala kala I jelas, caput (+), udema porsio (+), tidak aktif dengan a. Usul : SC
fase aktif memanjang. Gerakan teraba bagian kecil janin atau tali pusat kasep b. Advice : SC
janin (+). Riwayat penyakit (setuju/ jam 18.00
hipertensi (-), diabetes mellitus(-), Hasil Laboratorium : wita)
alergi (-). HGB : 15,4 %  KIE :
Leukosit : 18.400/mm3 a. Menasehati ibu
Kronologi : Eritrosit : 5.280.000/ mm3 supaya jangan
Pasien datang ke puskesmas Krg. HCT : 49,8 mengedan terus
Taliwang (17-01-2001) dengan Trombosit : 139.000/ mm3 b. Menganjurkan ibu
keluhan sakit perut menjalar HbSAg : - miring ke kiri
sampai ke pinggang sejak jam
19.00 wita (16-01-2010)

Pemeriksaan di puskesmas (18.35


wita) :
TD : 120/70 mmHg
N : 84 x/mnt

15
R :22 x/mnt
T : 36,5°C
TFU : 32 cm
TBJ : 3100 g
DJJ : 12-12-12
His : +
VT :
Ø 2 cm, eff 25 %, ketuban (+),
teraba kepala, penurunan HI,
tidak teraba bagian kecil janin
atau tali pusat.
Jam 12.00 wita (18-01-2021)
TD : 110/80 mmHg
N : 88 x/mnt
DJJ : 11-12-12
His : 3 x 10’ ~ 30”
VT : ø 4 cm, eff 50 %, AM (-),
head palpable, descensus HII.
Tx : inj. ampisilin 1 g
Jam 16.00 wita
TD : 110/80 mmHg
N : 88 x/mnt

16
R : 22 x/mnt
T : 36,8
FHR : 11-12-12
UC : 4 x10’~30 “
VT : Ø 6 cm, eff 70%,AM(-)
teraba kepala, ubun-ubun kecil di
kiri depan, penurunan H II, caput
(+), udema porsio.

Jam 16.30 wita


- Infus RL
- Pasien di rujuk ke RSU
Mataram

Riwayat obstetri :
1. perempuan, 2500 g,
puskesmas, bidan, umur 10
tahun
2. Hamil ini

HPHT :20-04-2009
HTP : 27-01-2010

17
ANC : 7 kali , Puskesmas

Riwayat KB : suntik 3 bulan


Rencana KB : Suntik 3 bulan
17.30 Sakit perut>>> DJJ : 12-13-12 Observasi keadaan ibu
His : 3 x 10’~ 30” dan janin
Persiapan SC (pasang
DC, injeksi 2 gram
ampisilin)

18.00 Sakit perut >>> DJJ : 12-13-12 OK Cito belum siap


His : 3 x 10’~ 30” (baju OK belum
disiapkan)
20.10 Sakit perut >>> SC dimulai
20.15 Bayi lahir,jenis kelamin
laki-laki, A-S 7-9, berat
3500 g, panjang badan
48 cm, anus (+)

5 menit kemudian
plasenta lahir spontan,
lengkap, perdarahan,
cairan ketuban hijau,
perdarahan 150 cc.

18
22.15 Pasien merasa masih lemah TD : 110/60 mmHg Observasi keadaan ibu
N : 80 x/mnt dan bayi
R : 20 x/mnt Motivasi ibu untuk
T : 36,8°C makan dan minum
Observasi perdarahan
Kontraksi uterus baik pervaginam.
TFU 1 jari bawah pusat
07.00 TD : 110/70 mmHg Observasi keadaan ibu
N : 80 x/mnt dan bayi
R : 20 x/mnt Motivasi ibu untuk
T : 36,8°C menyusui bayi

Kontraksi uterus baik


TFU 2 jari bawah pusat
Lokia rubra (+)
Perdarahan pervaginam (-)
Urine : 500 cc
Baby :
HR : 140 x/mnt
R : 40 x/mnt

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Wiknjosastro. 2005. Patologi Persalinan dan Penanganannya. Ilmu Kebidanan. Editor,


Saifuddin, A B, Edisi 3, Cetakan 7. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo

2. Saifuddin. 2006. Persalinan Lama. Buku Panduaan Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Editor Wiknjosastro, Hanifa. Edisi 1, Cetakan 11. Jakarta Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo

3. Mansjoer, Arief. 2000. Kelainan pada Persalinan. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III,
Jilid I. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Penerbit : Media Aesculapius

4. Kumboyo, dkk. 2001. Standar Pelayanan Medik SMF Obstetri dan Ginekologi. Rumah
Sakit Umum Mataram

20

You might also like