Professional Documents
Culture Documents
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
MAKASSAR
2010
PENGESAHAN PROPOSAL
Diajukan oleh
061104058
melaksanakan penelitian
Menyetujui
Tim Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
2
JUDUL: PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN
MATEMATIKA REALISTIK (PMR) PADA POKOK BAHASAN
VOLUME KUBUS DAN BALOK DI KELAS V SD INPRES
MALLENGKERI BERTINGKAT I MAKASSAR
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
sangat kompleks dalam menyiapkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang
mampu bersaing di era global. Upaya yang tepat untuk menyiapkan SDM yang
berfungsi sebagi alat ukur untuk membangun SDM yang bermutu tinggi adalah
pendidikan.
Isu yang masih menjadi pembicaraan hangat dalam masalah mutu pendidikan
dewasa ini adalah prestasi belajar siswa dalam suatu bidang ilmu tertentu. Hal ini
nampak pada rerata hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat
pelajaran serta metode pembelajaran untuk bidang studi tertentu misalnya IPA,
merupakan salah satu mata pelajaran yang banyak menimbulkan kesulitan belajar
bagi siswa, namun belum menampakkan hasil yang memuaskan, baik ditinjau dari
1
Matematika adalah sarana berpikir dalam menentukan dan mengembangkan
logis, sistematis dan konsisten. Oleh karenanya semua masalah kehidupan yang
membutuhkan pemecahan secara cermat dan teliti selalu harus merujuk pada
Namun dibalik semua itu, yang terjadi selama ini adalah masih banyak siswa
yang menganggap bahwa matematika tidaklah lebih dari sekedar berhitung dan
bermain dengan rumus dan angka-angka. Saat ini banyak siswa yang hanya
mengapa dan untuk apa matematika harus diajarkan. Tidak jarang muncul keluhan
bahwa matematika cuma membuat pusing siswa dan dianggap sebagai momok
yang menakutkan bagi siswa. Begitu beratnya gelar yang disandang matematika
berpikir siswa, atau dengan kata lain tidak melakukan pengajaran bermakna,
metode yang digunakan kurang bervariasi, dan sebagai akibatnya motivasi belajar
siswa menjadi sulit ditumbuhkan dan pola belajar cenderung menghafal dan
siswa merasa bosan sehingga tidak tertarik lagi untuk mengikuti pelajaran
2
karena itu, dibutuhkan ketekunan, keuletan, perhatian, dan motivasi yang tinggi
apa yang dikerjakan oleh guru. Selain itu siswa tidak diberikan kesempatan untuk
didik yang dalam kondisi fun dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan fun
3
Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) adalah salah satu
konstruksi dari seseorang yang sedang belajar (Soffa: 2005). Dalam hal ini
matematika di kelas.
berawal dari pemecahan masalah yang berada di sekitar siswa dan berbasis
4
Pokok Bahasan Volume Kubus dan Balok di Kelas V SD Inpres Mallengkeri
Bertingkat I Makassar”
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
tidak sesuai dengan materi yang akan dibawakan ketika guru membawakan
yang dipaparkan oleh guru.Hal ini dapat terlihat pada kurangnya kemampuan
siswa untuk menggunakan konsep yang telah mereka pelajari ketika diberikan
5
dan menyelesaikan berdasarkan kaidah matematika yang berlaku. Guru
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
C. Tujuan Penelitian
Pada dasarnya tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil penerapan
Balok.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan ini diharapkan dapat memberikan masukan pada
manfaat yang dapat diambil dalam penelitian yang akan dilakukan ini adalah
sebagai berikut:
a) Bagi siswa
dalam long term memory sehingga dapat bertahan lama dalam ingatan
siswa.
6
b. Matematika lebih menarik bagi siswa, karena menjadikan matematika
b) Bagi guru
matematika.
c) Bagi peneliti.
Matematika Realistik.
d) Bagi sekolah.
matematika di sekolah.
7
b. Diharapkan pembelajaran dengan pendekatan Pembelajaran
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Belajar
Belajar merupakan kegiatan yang senantiasa dilakukan setiap orang baik secara
belajar.
memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, atau berubah tingkah laku atau
diasumsikan dalam diri orang itu terjadi suatu proses kegiatan yang
mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku. Kegiatan dan usaha untuk mencapai
perubahan tingkah laku itu merupakan proses belajar sedang perubahan tingkah
laku itu sendiri merupakan hasil belajar. Sehingga dapat dikatakan bahwa belajar
merupakan suatu usaha yang berupa kegiatan hingga terjadi perubahan tingkah
8
Spears mengemukakan bahwa belajar adalah mengamati, membaca, meniru,
Definisi lain dikemukakan oleh Trianto (2008: 12) bahwa belajar pada
hakikatnya adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri
seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat diindikasikan dalam
pada dasarnya adalah proses perubahan tingkah laku seseorang berkat adanya
pengalaman. Pendapat senada dikemukakan pula oleh Kimble dan Garmezi dalam
Trianto (2008: 12), belajar merupakan perubahan tingkah laku yang relatif
Dengan demikian inti dari belajar adalah adanya perubahan tingkah laku
apresiasi. Adapun pengalaman dalam proses belajar ialah bentuk interaksi antara
9
Suprijono (2009: 4) menyebutkan dua prinsip belajar yang perlu
disadari.
Kedua, belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong kebutuhan dan
tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistemik yang dinamis,
pada dasarnya adalah hasil interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya.
and varied series of learning experiences unified around a vigorous purpose and
10
2. Matematika Sekolah
struktur.
berasal dari perkataan latin mathematica, yang mulanya diambil dari perkataan
11
zeker’, sure and certain, is that which does not yield to any doubt, ang kunde
means, knowledge, theory (p. l).
a. Matematika adalah ilmu dasar sebagai pelayan sekaligus raja dari ilmu-ilmu
lain.
b. Matematika adalah bahasa universal, bahasa simbol yang memuat istilah yang
c. Matematika sebagai pola pikir yang rasional, sistematis, runut, dan bebas dari
tahayul.
e. Bahkan matematika adalah ilmu seni kreatif yang menghasilkan pola, struktur,
f. Matematika; dulu, sekarang dan akan datang merupakan ilmu bantu untuk
sistematik.
dengan bilangan.
12
e. Matematika adalah struktur-struktur yang logik.
(1) penyajiannya,
13
dimaksudkan adalah pengalaman belajar matematika yang diperoleh siswa
pendidikan formal.
keruangan, dan
menantang.
Menurut Liebeck dalam Abdurrahman (1999: 253) ada dua macam hasil
belajar matematika yang harus dikuasai oleh siswa yakni perhitungan matematis
14
keterampilan, dan pemecahan masalah (aplikasi dari konsep dan keterampilan).
masalah yang dimulai dari masalah-masalah yang dapat dibayangkan oleh siswa,
Belanda, dan dikenal dengan nama Realistic Mathematics Education. Teori ini
insani dan harus dikaitkan dengan realitas. Pembelajaran matematika tidak dapat
dalam kutipan yang sama Freudenthal berpendapat bahwa siswa tidak dapat
Dalam PMR, dunia nyata digunakan sebagai titik awal untuk pengembangan
ide dan konsep matematika. Menurut Blum & Niss, dunia nyata adalah segala
15
sesuatu di luar matematika, seperti mata pelajaran lain selain matematika, atau
mendefinisikan dunia nyata sebagai suatu dunia nyata yang konkrit, yang
Agus, 2009: 76). Sementara itu, Treffers membedakan dua macam matematisasi,
yaitu vertikal dan horisontal (Hadi dalam Supinah dan Agus, 2009: 76).
Diselesaikan
Diuraikan
Soal-soal Kontekstual
mencoba menguraikan dengan bahasa dan simbol yang dibuat sendiri, kemudian
menyelesaikan soal tersebut. Dalam proses ini, setiap orang dapat menggunakan
cara mereka sendiri yang mungkin berbeda dengan orang lain. Dalam
matematisasi vertikal, kita juga mulai dari soal-soal kontekstual, tetapi dalam
jangka panjang kita dapat menyusun prosedur tertentu yang dapat digunakan
16
Siswono (2009:1) mengemukakan bahwa Pemerintah Belanda
berhubungan dengan dunia nyata saja, tetapi juga menekankan pada masalah
nyata yang dapat dibayangkan (to imagine). Kata “to imagine” samadengan “zich
masalah itu menjadi nyata dalam pikiran siswa. Dengan demikian konsep-konsep
yang abstrak (formal), dapat saja sesuai dan menjadi masalah siswa, selama
dihadapi atau dialami oleh siswa (masalah kontekstual yang realistik bagi
bimbingan guru.
5) Terjadi interaksi antara murid dan guru, yaitu aktivitas belajar meliputi
17
pengalaman matematis, dan mendiskusikan hasil-hasilpemecahan masalah
b. Prinsip-prinsipPMR
(Gravemeijer dalam Supinah dan Agus, 2009: 78), yaitu Guided Re-invention,
masalah kontekstual yang realistik bagi siswa dengan bantuan dari guru.
Siswa didorong atau ditantang untuk aktif bekerja bahkan diharapkan dapat
diharapkan dapat ditemukan sifat, definisi, teorema, ataupun aturan oleh siswa
sendiri.
18
pembelajaran sehingga memungkinkan siswa dengan caranya sendiri mencoba
lebih formal. Dalam hal ini, siswa diharapkan dalam memecahkan masalah
temukan atau mereka bangun sendiri sifat-sifat atau definisi atau teorema
antara lain meliputi proses menyatakan suatu hubungan dengan suatu formula
19
dibiasakan untuk bebas berpikir dan berani berpendapat, karena cara yang
digunakan siswa satu dengan yang lain berbeda atau bahkan berbeda dengan
pemikiran guru tetapi cara itu benar dan hasilnya juga benar. Ini suatu
dalam kelas, maka akan terbentuk proses pembelajaran matematika yang tidak
lagi berorientasi pada guru, tetapi diubah atau beralih kepada pembelajaran
suatu model. Model ini diharapkan dibangun sendiri oleh siswa, baik dalam
disebut ”bottom up” dan merupakan prinsip RME yang disebut ”Self-
Lange (Suryanto dan Sugiman dalam Supinah dan Agus, 2009:80) ada
20
1) Titik awal pembelajaran harus benar-benar hal yang realistik, sesuai dengan
pengalaman siswa, termasuk cara matematis yang sudah dimiliki oleh siswa,
bermakna.
2) Di samping harus realistik bagi siswa, titik awal itu harus dapat
informalnya.
temannya, menjelaskan dalam diskusi kelas sikapnya setuju atau tidak setuju
21
Adapun langkah-langkah penerapan PMR adalah :
Guru memberikan tugas di rumah, yaitu Siswa mengerjakan tugas rumah dan
mengerjakan soal atau membuat masalah menyerahkannya kepada guru.
cerita serta jawabannya yang sesuai
dengan matematika formal.
22
terhadap nilai, konsep, atau prinsip, serta masalah-masalah aktual yang terjadi di
hal maupun benda-benda yang dapat dikaitkan dengan materi ini sehingga dapat
digunakan untuk memancing kegiatan bernalar realistis pada siswa. Semua itu
menuntut pemahaman yang tinggi terhadap nilai-nilai sosial, konsep, atau prinsip,
menerapkan kembali apa yang telah mereka pelajari dalam kehidupan mereka
sehari-hari.
1. Satuan Volume
Jika satuan volume m3, artinya panjang rusuk satuan adalah 1 m. Sehingga
23
Satuan volume selain kubik adalah liter. Cara mengubah kedua satuan volume
kubik dan liter tersebut menurut tingkat atau urutan kedua satuan adalah
sisi itu adalah ABCD, AEHD, DHGC, AEFB, BFGC, EFGH. Kubus
mempunyai 12 rusuk yang sama panjangnya, yaitu: AB, BC, CD, DA, AE,
24
Balok disebut prisma siku-siku.
atas 3 pasang sisi yang sama. Sisi KLMN = PQRS; sisi KPSN = LQRM;
sisi KPQL = NSRM. Banyak rusuknya ada 12, terbagi atas 3 kelompok
bangun ruang. Jika kubus dan balok diletakkan di atas meja, maka tidak
a. Volume Kubus
satuan.
25
Kubus mempunyai panjang rusuk yang sama. AD, DC, dan AE adalah
b. Volume Balok
B. HIPOTESIS TINDAKAN
berikut:
Makassar pada pokok bahasan Volume Kubus dan Balok akan meningkat”
26
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Realistik yang dibagi dalam 2 (dua) siklus dengan 4 (empat) tahapan, yaitu: (1)
perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan (observasi dan evaluasi), dan (4)
refleksi. Langkah penelitian yang akan ditempuh pada setiap siklus secara lebih
Perencanaan
Refleksi
Perencanaan
Pengamatan
B. Rencana Penelitian
1. Setting Penelitian
Subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas V pada semester ganjil tahun
pelajaran 2010/2011.
27
2. Faktor yang Diselidiki
a. Faktor input, yaitu kondisi siswa yang menjadi objek penelitian. Adapun
penyelidikan terhadap faktor siswa ini telah dilakukan pada saat observasi
pemecahannya.
Realistik
3. Rencana Tindakan
Prosedur penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan terdiri dari 2 (dua) siklus.
Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai, seperti
dengan apa yang telah didesain dalam faktor yang akan diselidiki.
a) Perencanaan
berikut:
28
Mengadakan observasi lapangan pada kelas V SD Inpres Mallengkeri
sebagai berikut:
bahasan Volume Kubus dan Balok dapat diajarkan dalam 6 kali pertemuan.
Realistik.
Merancang dan membuat soal, baik soal untuk latihan di kelas maupun soal
Membuat tes hasil belajar untuk mengukur hasil belajar matematika siswa
29
b) Pelaksanaan
Secara umum, tindakan yang akan dilakukan untuk setiap pertemuan (kegiatan
dipelajari, sebagai hasil dari proses konstruksi siswa terhadap konsep yang
dipahaminya.
siswa.
c) Observasi
yang dibuat serta melaksanakan evaluasi berupa tes hasil belajar Siklus I
(ulangan Harian).
30
d) Refleksi
tindakan selesai. Refleksi siklus I meliputi hasil observasi dan hasil tes evaluasi
siklus I. Dari hasil yang didapatkan peneliti akan melihat sejauh mana hal-hal
yang diselidiki telah tercapai, dan yang belum berhasil ditindaklanjuti dan hal-hal
yang baik dipertahankan. Hasil refleksi pada siklus I ini akan digunakan sebagai
a) Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, maka akan diadakan perencanaan ulang.
Namun perencanaan pada siklus II ini lebih menekankan kepada arah perbaikan
diajarkan pada sikus II disesuaikan atau dengan kata lain, materi yang akan
b) Pelaksanaan
Pelaksanaan pada siklus II pada prinsipnya sama dengan pelaksanaan pada siklus
c) Observasi
31
Realistik berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang dibuat serta
d) Refleksi
selesai. Refleksi siklus II meliputi hasil observasi dan hasil tes evaluasi siklus II.
Dari hasil yang didapatkan, peneliti akan menarik kesimpulan apakah penelitian
1. Sumber Data
Sumber data pada penelitian yang akan dilaksanakan adalah siswa kelas V SD
2. Jenis Data
Jenis data yang diperoleh adalah kuantitatif dan kualitatif yang terdiri dari:
Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a) Data tentang hasil belajar matematika siswa diperoleh dari tes hasil belajar
32
b) Data mengenai keaktifan siswa diperoleh dari observasi selama kegiatan
Data tentang hasil pengamatan terhadap siswa dianalisis secara kualitatif dengan
E. Indikator Kinerja
Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah bila terjadi peningkatan
33
DAFTAR PUSTAKA
34
Supinah, dan Agus D. W. 2009.Modul Matematika SD Program BERMUTU.
Yogyakarta: Depdiknas
35