Professional Documents
Culture Documents
UNTUK
Prepared by :
This document is and shall remain the property of UNOPS. The document may only be used for the
purposes for which it was commissioned and in accordance with the Terms of Engagement for the
commission. Unauthorised use of this document in any form whatsoever is prohibited.
Document Status
Rev Author Reviewer Approved for Issue
No. Name Signature Date
A J.Chappelow H. Dwi J.Chappelow 24/05/06
1.1.2 STANDAR/RUJUKAN.
Tidak ada.
d
b
a
Beton
Lapisan Batu
10
a b c d e f
Tanah Lunak : 100 90 15 20 45 2,5 cm
Tanah Keras : 70 50 15 15 15 2,5 cm
a. Pemeriksaan melintang.
b. Ketinggian patok.
c. Lokasi pengukuran.
d. Konstruksi pengukuran.
e. Potongan melintang.
Koordinat seluruh patok, titik pemeriksaan, dan lainnya harus dihitung
sebelum pengukuran.
Sketsa harus disiapkan untuk setiap patok pemeriksaan dan titik acuan
yang menunjukkan jarak dan azimut ke setiap titik acuan.
Profil dan bidikan elevasi topografi harus dicatat dalam buku lapangan.
Semua catatan dan perhitungan harus dibuat permanen, dan dijaga di
tempat yang aman. Penyimpanan data lapangan yang tidak berlaku lagi
dilakukan oleh Pengawas Lapangan.
1.1.5.2 Pemeriksaan Ketepatan.
Semua elemen pengukuran, pemeriksaan dan penyetelan harus diperiksa
Pengawas Lapangan pada waktu-waktu tertentu selama pelaksanaan
proyek. Kontraktor harus membantu Pengawas Lapangan selama
pemeriksaan pengukuran lapangan.
Perhitungan berikut harus digunakan untuk memeriksa catatan lapangan :
Kesalahan sudut menyilang e1 = 1'√ n
Kesalahan garis menyilang e2 = √ (L² + D²)
1.2.2 STANDAR/RUJUKAN.
1.2.2.1 Peraturan Beton Bertulang Indonesia (NI-2, 1971).
1.2.2.2 American Society of Testing and Materials (ASTM) :
a. ASTM C31 - Test Method of Making and Curing Concrete Test
Specimens in the Field.
b. ASTM C39 - Test Method for Compressive Strength of Cylindrical
Concrete Specimens.
c. ASTM C42 - Test Method for Obtaining and Testing Drilled Cores and
Sawed Beams of Concrete.
d. ASTM C143 - Test Method for Slump of Hydraulic Cement Concrete.
e. ASTM C172 - Practice of Sampling Freshly Mixed Concrete.
f. ASTM C231 - Test Method for Air Content of Freshly Mixed Concrete by
the Pressure Method.
1.2.2.3 American Concrete Institute (ACI):
a. ACI 308 - Standard Practice for Curing Concrete.
1.2.2.4 Spesifikasi Teknis 03300 - Beton Cor di Tempat.
1.2.4 BAHAN-BAHAN.
Lihat butir 1.2.5 Pelaksanaan Pekerjaan dari Spesifikasi Teknis ini.
1.3.2 STANDAR/RUJUKAN.
Spesifikasi Teknis 02200 – Persiapan Permukaan Lahan.
1.3.4 BAHAN-BAHAN.
Tidak ada.
2.1.2 STANDAR/RUJUKAN.
2.1.2.1 American Association of State Highway and Transportation Officials
(AASHTO).
2.1.2.2 American Society for Testing and Materials (ASTM).
2.1.2.3 Semua regulasi dan peraturan local yang ada, yang tertinggi atau yang
terkuat yang berlaku.
2.1.2.4 Spesifikasi Teknis 02315 – Galian, Urukan Kembali dan Pemadatan.
2.1.4 BAHAN-BAHAN.
Lihat butir 2.1.5 Pelaksanaan Pekerjaan dari Spesifikasi Teknis ini.
2.2.2 STANDAR/RUJUKAN.
2.2.2.1 Peraturan Pemerintah:
a. No. 18 Tahun 1999 - Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun.
b. No. 85 Tahun 1999 - Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 18-
1999.
2.2.2.2 Spesifikasi Teknis 02200 – Persiapan Permukaan Lahan.
2.2.2.3 Semua regulasi dan peraturan lokal yang berlaku, yang tertinggi dan
terkuat yang berlaku dan sesuai petunjuk Pengawas Lapangan.
2.2.4 BAHAN-BAHAN.
Tidak ada.
2.3.2 STANDAR/RUJUKAN.
Semua standar dan peraturan yang berlaku, yang terkuat yang berlaku.
2.3.4 BAHAN-BAHAN.
Lihat butir 2.3.5. dari Spesifikasi Teknis ini.
2.4.2 STANDAR/RUJUKAN.
2.4.2.1 American Association of State Highway and Transportation Officials
(AASHTO).
2.4.2.2 American Society for Testing and Materials (ASTM).
2.4.2.3 Semua peraturan dan standar lokal yang ada, yang kuat yang berlaku.
2.4.4 BAHAN-BAHAN.
Lihat butir 2.4.5 Pelaksanaan Pekerjaan dari Spesifikasi Teknis ini.
2.4.5.1 Penggalian.
a. Penggalian dianggap selesai bila dasar penggalian telah mencapai
elevasi yang ditentukan dalam Gambar Kerja atau telah disetujui
Pengawas Lapangan.
2.5.2 STANDAR/RUJUKAN.
2.5.2.1 American Association of State Highway and Transportation Officials
(AASHTO).
2.5.2.2 American Society for Testing and Materials (ASTM).
2.5.2.3 Semua standar lokal yang berlaku, yang tertinggi atau terkuat yang berlaku.
2.5.2.4 Spesifikasi Teknis:
a. 02200 – Persiapan Permukaan Lahan.
b. 02315 – Galian, Urukan Kembali dan Pemadatan.
2.5.4 BAHAN-BAHAN.
Bahan-bahan untuk timbunan dan/atau urukan harus terdiri dari bahan-
bahan yang sesuai yang disetujui oleh Pengawas Lapangan dan harus
bebas dari akar-akar, lumpur dan bahan-bahan lain yang merusak, sesuai
ketentuan Spesifikasi Teknis 02315.
e. Pemadatan.
Pemadatan harus dikerjakan sampai tercapai kepadatan yang
sebanding dengan bahan di sebelahnya yang tidak terganggu atau
sesuai ketentuan dalam Spesifikasi Teknis 02315.
Bila timbunan atau tingkat pemadatan tidak memuaskan, tindakan
penyesuaian harus dilakukan sampai nilai kepadatan yang ditentukan
tercapai. Bahan timbunan di atas lapisan yang pemadatannya tidak
memenuhi ketentuan harus dibongkar dan harus dipadatkan kembali
sesuai petunjuk Pengawas Lapangan.
2.6.2 STANDAR/RUJUKAN.
2.6.2.1 American Association of State Highway and Transportation Officials
(AASHTO).
2.6.2.2 Semua standar, regulasi dan peraturan lokal yang ada, yang terkuat yang
berlaku.
2.6.4 BAHAN-BAHAN.
Lihat butir 2.6.5 dari Spesifikasi Teknis ini.
2.7.2 STANDAR/RUJUKAN.
2.7.2.1 Standar Nasional Indonesia (SNI):
a. SNI 03-3233-1992 - Tata Cara Pengawetan Kayu dengan Cara
Pemulasan, Pencelupan, dan Rendaman.
b. SNI 03-2404-2000 - Tata Cara Pencegahan Serangan Rayap pada
Bangunan Rumah dan Gedung dengan Termitisida.
2.7.2.2 Pelaksanaan pekerjaan dalam persyaratan dan batasan-batasan semua
peraturan yang ada.
2.7.2.3 Regulasi lokal yang ada.
2.7.4 BAHAN-BAHAN.
2.7.4.1 Produk.
a. Bahan anti rayap yang disuplai harus sesuai dengan peraturan terbaru
Pemerintah Indonesia, seperti berikut:
i. Premise 200 SL,
ii. Wazary 10 FL,
dari perusahaan yang disetujui Pengawas Lapangan.
b. Setiap bahan anti rayap memiliki kemampuan dan karakteristik, tingkat
kandungan racun dan nilai harga masing-masing.
Bahan anti rayap terpilih untuk pekerjaan ini harus berada dalam
kemasan asli yang siap untuk pemeriksaan.
2.7.4.2 Peralatan.
Persyaratan minimal untuk peralatan pengendalian rayap yang memadai
terdiri dari:
a. Satu set penyemprot bertenaga, termasuk wadah air dan aksesori.
b. Penyemprot dan alat penyuntik.
c. Satu set kompresor termasuk wadah dan aksesori.
d. Satu set peralatan keselamatan kerja untuk setiap operator.
e. Sebuah kotak P3K.
2.8.2 STANDAR/RUJUKAN.
2.8.2.1 American Society for Testing and Materials (ASTM).
2.8.2.2 British Standard (BS).
2.8.2.3 Standar Nasional Indonesia (SNI).
2.8.2.4 Keputusan Menteri Kesehatan Republic Indonesia - No.
416/Menkes/PER/IX/1990 tentang "Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas
Air".
2.8.2.5 Spesifikasi Teknis:
a. 02315 – Galian, Urukan Kembali dan Pemadatan.
b. 03300 – Beton Cor di Tempat.
c. 09910 - Cat.
d. 16400 – Distribusi Tegangan Rendah.
2.8.4 BAHAN-BAHAN.
2.8.4.1 Umum.
Semua bahan, peralatan dan aksesori yang akan dipasang harus dalam
keadaan baru dan dari kualitas yang dapat diterima.
2.8.4.2 Pipa dan Sambungan untuk Air Bersih.
a. Pipa.
Pipa untuk suplai air bersih harus berupa pipa baja lapis seng celup
panas kelas medium yang memenuhi standar SNI 07-0039-1987, seperti
produk Bakrie Pipe atau PPI atau yang setara yang disetujui. Permukaan
pipa harus kilap dan bebas dari kerusakan.
Pipa dengan diameter sampai dengan 65mm harus memiliki ulir untuk
sambungan berulir.
Pipa dengan diameter lebih besar dari 65mm harus dilengkapi flensa
untuk penyambungan atau disambung dengan cara las tumpul yang
difabrikasi sesuai standar AWWA C 208.
Panjang dan diameter pipa harus sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja.
a. Pekerjaan pengukuran.
b. Penggalian, pengurukan dan pemadatan.
c. Pemasangan sistem pemipaan dan sambungan pipa.
2.9.2 STANDAR/RUJUKAN.
2.9.2.1 Standar Nasional Indonesia (SNI):
SNI 03-2398-2002 – Tata Cara Perencanaan Tangki Septik dengan
sistem Resapan.
2.9.2.2 Spesifikasi Teknis:
a. 02315 – Galian, Urukan Kembali dan Pemadatan.
b. 02500 – Jaringan Utilitas.
c. 03300 – Beton Cor di Tempat.
d. 04060 – Adukan Semen.
e. 15100 – Sistem Plambing.
2.9.4 BAHAN-BAHAN.
2.9.4.1 Tangki Septik.
Tangki septik harus difabrikasi dan dibuat dari beton, dalam kapasitas,
ukuran dan bentuk seperti ditentukan dalam Gambar Kerja.
Bahan beton harus sesuai ketentuan dalam Spesifikasi Teknis 03300.
2.9.4.2 Pemipaan.
Pipa dan sambungan harus dari bahan PVC seperti ditentukan dalam
Spesifikasi Teknis 02500 atau 15100.
Diameter yang dibutuhkan harus sesuai Gambar Kerja.
2.9.4.3 Pembuangan Air Buangan dari Tangki Septik..
Tangki septik harus dilengkapi dengan pembuangan air buangan tipe
resapan yang terdiri dari kerikil diameter 15 – 25mm, pipa perforasi yang
dibuat dari tanah liat bakar dan ijuk, masing-masing dalam ukuran dan
ketebalan sesuai Gambar Kerja.
2.10.2 STANDAR/RUJUKAN.
2.10.2.1 American Association of State Highway and Transportation Officials
(AASHTO).
2.10.2.2 American Society for Testing and Materials (ASTM).
2.10.2.3 Semua peraturan dan standar lokal yang berlaku, yang tertinggi atau terkuat
yang berlaku.
2.10.2.4 Spesifikasi Teknis 02315 - Galian, Urukan Kembali dan Pemadatan.
2.10.4 BAHAN-BAHAN.
2.10.4.1 Bahan untuk lapis pondasi bawah harus bahan alam atau campuran buatan
dari butiran keras agregat mineral yang diseleksi dari sumber pengambilan
yang disetujui. Bahan tersebut harus bebas dari gumpalan tanah liat,
tumbuh-tumbuhan, tanah organik dan tidak mudah hancur pada perubahan
cuaca dan kelembaban.
Bahan yang berlebih pada pekerjaan urukan kembali dalam Spesifikasi
Teknis 02315 dapat digunakan untuk penyiapan lapis pondasi bawah,
asalkan bahan tersebut memenuhi persyaratan di atas dan disetujui
Pengawas Lapangan.
2.10.4.2 Bila ketebalan lapis pondasi bawah yang dibutuhkan lebih dari 200mm,
ketebalan tersebut harus dibagi menjadi sebuah lapisan bagian atas tebal
150mm dan sebuah lapisan bagian bawah tebal minimal 50mm.
50 2” 100
25 1” 60 – 100
9,5 3/8” 30 – 100
4,75 No. 4 15 – 100
2,00 No. 10 10 – 70
0,425 No. 40 5 – 40
0,075 No. 200 2 – 25
2.11.2 STANDAR/RUJUKAN.
2.11.2.1 American Association of State Highway and Transportation Officials
(AASHTO).
2.11.2.2 Semua peraturan dan standar local yang ada, yang tertinggi atau paling kuat
yang berlaku.
2.11.4 BAHAN-BAHAN.
2.11.4.1 Bahan dasar agregat harus diseleksi dari sumber yang disetujui. Agregat
kasar yang tertinggal di saringan berukuran 4,75mm harus terdiri dari
partikel-partikel keras yang awet atau bagian-bagian batu atau krikil. Kerikil
yang hancur ketika dibasahi atau dikeringkan harus dibuang. Batu harus
memiliki gradasi yang seragam dan harus disaring serta dicuci.
Agregat halus yang melewati saringan berukuran 4,75mm (no. 4) harus
terdiri dari bahan alam atau batu-batu pecah dan partikel mineral halus.
2.11.4.2 Semua agregat harus bebas bahan tanaman, lumpur tanah liat dan kotoran
merusak lainnya dan harus memenuhi ketentuan-ketentuan seperti tersebut
ditunjukkan dalam tabel berikut:
PERSENTASE BERAT
SARINGAN MELALUI SARINGAN
50 2” 100 100
25 1” 65 65 – 100
9.25 3/8” 40 – 60 35 – 50
4.75 No. 4 25 – 45 20 – 50
2.00 No. 10 12 – 30 10 – 40
0.425 No. 40 6 – 16 5 – 25
0.075 No. 200 0–8 2 – 15
Pecahan yang melalui saringan 0,075mm (no. 200) tidak boleh lebih besar
dari 2/3 dari pecahan yang melalui saringan 0,425 (no. 40). Setelah
direndam 4 hari, ketika dipadatkan sampai 90-100% kepadatan kering
maksimal sesuai AASHTO T180 Method D, agregat kelas A harus memiliki
nilai CBR tidak kurang dari 80 dan agregat kelas B harus memiliki nilai CBR
tidak kurang dari 60.
2.12.2 STANDAR/RUJUKAN.
2.12.2.1 American Association of State Highway and Transportation Officials
(AASHTO).
2.12.2.2 American Society for Testing and Materials (ASTM).
2.12.2.3 Standar Nasional Indonesia (SNI):
⋅ SNI 03-1737-1989 - Petunjuk Pelaksanaan Lapis Aspal Beton (Laston)
untuk Jalan Raya.
2.12.4 BAHAN-BAHAN.
2.12.4.1 Bahan-Bahan untuk Perkerasan Beton Aspal.
Semua bahan untuk perkerasan beton aspal seperti:
a. Agregat kasar,
b. Agregat halus,
c. Pengisi,
2.12.4.2 Peralatan.
a. Peralatan Lapangan.
i. Dump truck.
ii. Kompresor.
iii. Tangki air.
iv. Sekop, garu, sikat, balok kayu, pendorong beroda dan peralatan
bantu lainnya.
v. Hand compactor.
b. Peralatan Pencampur Aspal.
i. Unit Pencampur Aspal (Asphalt mixing plant).
ii. Shovel loader.
iii. Sekop, pahat dan peralatan bantu lainnya.
2.13.2 STANDAR/RUJUKAN.
2.13.2.1 Standar Nasional Indonesia (SNI) :
a. SNI 03-0691-1996 - Bata Beton (Paving Block).
b. SNI 03-2442-1991 - Standar Spesifikasi Kurb Beton untuk Jalan.
2.13.2.2 Spesifikasi Teknis:
a. 02315 – Galian, Urukan Kembali dan Pemadatan.
b. 02335 – Persiapan Tanah Dasar.
c. 02721 – Lapis Pondasi Bawah.
2.13.4 BAHAN-BAHAN.
2.13.4.1 Blok Perkerasan.
a. Blok perkerasan harus dibuat dari beton mutu K-300 yang memenuhi
ketentuan SNI 03-0691-1996, kecuali bila ditentukan lain oleh
Pengawas Lapangan.
Blok perkerasan harus serupa atau sesuai dengan Masa Bloc oleh PT
Marga Sarana Bloc (Medan).
b. Kecuali ditentukan lain, blok beton harus dari tipe Trihex dalam warna
natural dan tipe True Pave dalam warna natural, masing-masing
dengan ketebalan 60mm.
3.1.2 STANDAR/RUJUKAN.
3.1.2.1 Peraturan Beton Bertulang Indonesia (NI-2, 1971).
3.1.2.2 Standar Nasional Indonesia (SNI):
⋅ SNI 07-2052-2002 - Baja Tulangan Beton.
3.1.2.3 American Concrete Institute (ACI):
⋅ ACI 318-02 - Building Code Requirements for Reinforced Concrete.
3.1.2.4 American Welding Society (AWS):
⋅ AWS D1.4-92 - Structural Welding Code - Reinforcing Steel.
3.1.2.5 Spesifikasi Teknis 03300 – Beton Cor di Tempat.
3.1.4 BAHAN-BAHAN.
3.1.4.1 Umum.
Semua baja tulangan harus baru, bebas dari cacat yang mempengaruhi
kekuatan, keawetan atau penampilan dan harus dari kualitas terbaik.
3.1.4.2 Baja Tulangan.
a. Baja tulangan tipe polos dengan diameter < 13mm harus dari bahan
baja mutu BjTP-24 dengan tegangan leleh minimal 2400kg/cm² dan
harus memenuhi ketentuan SNI 07-2052-2002.
Diameter yang digunakan harus sesuai ketentuan dalam Gambar Kerja.
b. Kecuali ditentukan lain, baja tulangan berulir dengan diameter ≥ 13mm
harus dari mutu BjTD-40 dengan tegangan leleh minimal 4000kg/cm²,
dan memenuhi ketentuan SNI 07-2052-2002.
Diameter yang digunakan harus sesuai ketentuan dalam Gambar Kerja.
3.1.4.3 Aksesori.
Penahan jarak, gelang-gelang dan lainnya harus memiliki ukuran dan
bentuk yang memadai untuk menumpu baja tulangan.
3.2.4 BAHAN-BAHAN.
3.2.4.1 Beton.
a. Komposisi beton, baik dengan berat atau dengan volume, harus
ditentukan oleh Pengawas Lapangan dan harus sesuai dengan kondisi-
kondisi berikut:
i. Slump harus seperti ditentukan di sini.
ii. Campuran alternatif tidak boleh digunakan sebelum disetujui
Pengawas Lapangan.
iii. Kadar air harus diatur dengan memperhitungkan kondisi
kelembaban agregat.
b. Beton dikelompokkan dalam kelas yang berbeda, sesuai dengan
persyaratan berikut:
i. Beton K-250 untuk pekerjaan struktural.
ii. Beton K-175 untuk pekerjaan non-structural.
iii. Beton K-125 untuk alas lantai kerja, alas pondasi dan pengisi.
3.2.4.2 Semen.
Semen harus semen Portland tipe I sesuai ketentuan SNI 15-2049-1994 atau
ASTM C150.
Semen harus berasal dari satu merek dagang, seperti Semen Padang atau
Semen Baturaja.
Bahan-bahan lain yang bersifat merusak harus tidak lebih dari batas
persentase yang ditentukan dalam Spesifikasi Teknis ini dan/atau
disetujui Pengawas Lapangan.
c. Persyaratan gradasi agregat harus memenuhi ketentuan dalam ASTM
A33:
UKURANMAK
SIMAL
AGREGAT
PERSENTASE BERAT LOLOS SARINGAN %
KASAR
UKURAN SARINGAN
(CM) 5.08 2.54 1.905 1.27 0.952 4 8 16
3.81 95-100 - - - 10-13 0-5 - -
1.905 - 100 90-100 - 20-55 0-10 0-5 -
0.952 - - - 100 85-100 10-30 0-10 0-5
Metode lain yang ada untuk perawatan beton harus disetujui Pengawas
Lapangan.
3.2.5.16 Pengurukan.
Urukan harus ditempatkan dalam lapisan dengan tebal lepas maksimal tiap
lapis 150mm dan dipadatkan secara menerus segera setelah beton
berumur duapuluh delapan (28) hari atau sampai pengujian silinder
menunjukkan kekuatan umur duapuluh delapan hari telah tercapai.
Semua bahan urukan harus disetujui Pengawas Lapangan sebelum
pekerjaan pengurukan, seperti ditentukan dalam Spesifikasi Teknis 02315.
3.3.2 STANDAR/RUJUKAN.
3.3.2.1 American Society for Testing and Materials (ASTM).
3.3.2.2 American Concrete Institute (ACI).
3.3.2.3 Peraturan Beton Bertulang Indonesia (NI-2, 1971).
3.3.2.4 Spesifikasi Teknis:
⋅ 03300 – Beton Cor di Tempat.
⋅ 05120 – Baja Struktural.
3.3.4 BAHAN-BAHAN.
3.3.4.1 Adukan Encer.
Adukan encer harus dibuat dari bahan semen dan harus memiliki
karakteristik minimal sebagai berikut:
⋅ Bebas klorida dan alumina,
⋅ Tipe non-shrinkage dan non-metallic,
⋅ Memiliki kuat tekan minimal 550kg/cm² pada umur 28 hari,
seperti Sika Grout 215, Conbextra GP atau yang setara yang disetujui.
3.3.4.2 Air.
Air untuk mencampur harus air bersih yang sesuai dengan persyaratan PBI
(NI-2, 1971) dan seperti ditentukan dalam Spesifikasi Teknis 03300.
4.1.2 STANDAR/RUJUKAN.
4.1.2.1 American Society for Testing and Materials (ASTM).
4.1.2.2 Standar Nasional Indonesia (SNI):
⋅ SNI 15-2049-1994 - Semen Portland.
4.1.2.3 Spesifikasi Teknis 03300 - Beton Cor di Tempat.
4.1.4 BAHAN-BAHAN.
4.2.2 STANDAR/RUJUKAN.
4.2.2.1 American Society for Testing and Materials (ASTM).
4.2.2.2 Standar Nasional Indonesia (SNI).
4.2.2.3 Spesifikasi Teknis:
a. 03210 - Baja Tulangan.
b. 03300 - Beton Cor di Tempat.
c. 04060 - Adukan dan Pelesteran.
4.2.4 BAHAN-BAHAN.
4.2.4.1 Batu Bata.
a. Batu bata tipe padat harus berbentuk kotak dengan tepi-tepi yang tajam,
permukaannya rata pada semua sisinya, dibuat dari bahan tanah liat
dan dibakar pada suhu tertentu.
Hanya batu bata yang permukaannya halus tanpa tanda retak, cacat
atau kerusakan lainnya saja yang akan diterima.
4.3.2 STANDAR/RUJUKAN.
4.3.2.1 Standar Nasional Indonesia (SNI):
⋅ SNI 03-0349-1989 - Bata Beton untuk Pasangan Dinding.
4.3.2.2 Spesifikasi Teknis:
a. 03210 - Baja Tulangan.
b. 04060 - Adukan Semen.
c. 07920 - Penutup dan Pengisi Celah.
c. Halve Block.
Bata beton tipe setengah harus terdiri dari 1 lubang dengan ketebalan
bagian dasar 10mm.
Dimensi nominal bata beton tipe ini adalah 150mm x 200mm x 200mm.
d. Bond Block.
Bata beton tipe bond harus dalam bentuk U dengan dimensi nominal
150mm x 200mm x 400mm.
4.3.4.2 Adukan Semen.
Adukan semen harus memenuhi ketentuan Spesifikasi Teknis 04060.
4.3.4.3 Penutup Celah.
Lihat Spesifikasi Teknis 07920.
4.3.4.4 Angkur Pengikat
Angkur pengikat harus berupa baja lunak lapis seng (galbani) dengan
dimensi seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
4.3.4.5 Perkuatan.
a. Baja tulangan harus sesuai dengan Spesifikasi Teknis 03210.
b. Baja tulangan minimal D12 pada jarak 600mm vertikal dan horisontal
atau seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
c. Pada semua bukaan di dinding bata beton, pasang baja tulangan
vertikal D12 di bagian akhir bata beton yang bersebelahan dengan
bukaan. Pasang balok horisontal bata beton tipe bond sepanjang sisi
bawah semua bukaan tipikal.
b. Semua blok harus tetap lembab selama konstruksi dan harus diletakkan
di atas alas penuh adukan. Blok dengan lekukan tunggal harus
diletakkan dengan bagian berlekuk menghadap ke atas dan semua
pertemuannya harus ditutup dengan rata.
Ketebalan sambungan adukan horisontal dan vertikal harus 10mm.
Toleransi ± 1mm. Semua sambungan adukan harus dikerjakan dengan
rapi untuk membentuk sambungan cembung bentuk bulat.
c. Unit bata beton tidak harus dilembabkan sebelum dipasang, namun
permukaan harus dibasahi sebelum berhubungan dengan adukan.
Unit yang rusak tidak boleh digunakan.
d. Bata beton harus dipasang dengan cara yang seragam dalam adukan
yang tegak lurus dan rata, harus betul-betul vertikal.Sudut-sudut dan
pekerjaan yang menonjol harus dikerok dan tidak timbul di atas level
umum lebih dari 1m. Toleransi vertikal maksimal ke arah vertikal adalah
10mm setiap 4000mm.
e. Unit bata beton ekspos harus diletakkan dengan benar sesuai garis
dan kerataan, dengan sambungan alas horisontal dan kepala vertikal
yang seragam ketebalannya seperti ditentukan.
Susunan harus tepat pada garis semua ambang bawah dan atas
jendela, semua penembusan dinding lainnya dan kelengkapannya dan
seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
Sambungan vertikal harus tetap rata dan secara simetris ditempatkan
dalam panel dan kolom.
f. Bata beton harus rata pada semua dinding untuk dukungan beban
dengan ketinggian batang yang akan menerima sambungan, balok,
kolom, gelagar dan lainnya, dengan pemasangan blok.
Penulangan harus digunakan minimal pada setiap 600mm dalam
panjang dinding dan semua kolom, sudut-sudut, pelat, balok dan
lainnya seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
Bila digambarkan atau ditunjukkan, penonjolan dan kolom harus dibuat,
pengencangan dan/atau blok susuran tangga dan benda-benda yang
ditanam, untuk pekerjaan dari kejuruan yang lain harus digabungkan
pada saat pekerjaan berlangsung di lokasi seperti ditunjukkan dalam
Gambar Kerja.
g. Semua bata beton yang bagian ujungnya akan menerima balok baja
atau beton, harus diisi dengan beton pada lapisan pendukung, dan
harus diperkuat dengan baja tulangan φ D12mm.
Semua bahan yang ditanam yang berhubungan dengan struktur utama
atau sekunder, harus diatur di dalam adukan pengisi pada saat
penuangan.
5.1.2 STANDAR/RUJUKAN.
5.1.4 BAHAN-BAHAN.
5.2.2 STANDAR/RUJUKAN.
5.2.2.1 Standar Pabrik Pembuat.
5.2.2.2 Spesifikasi Teknis:
a. 03210 - Baja Tulangan.
b. 03300 - Beton Cor di Tempat.
5.2.4 BAHAN-BAHAN.
5.2.4.1 Dek Metal.
Dek baja yang berfungsi sebagai acuan tetap dan penulangan tarik positif
satu arah konstruksi lantai beton, harus dibuat dari baja lembaran mutu tinggi
5.3.2 STANDAR/RUJUKAN.
5.3.2.1 American Society for Testing and Materials (ASTM).
5.3.2.2 American Welding Society (AWS).
5.3.2.3 American Institute of Steel Construction (AISC).
5.3.2.4 American National Standard Institute (ANSI).
5.3.2.5 Standar Nasional Indonesia (SNI) :
⋅ SNI 03-1729-2002 - Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk
Bangunan Gedung.
5.3.2.6 Spesifikasi Teknis:
a. 03600 - Adukan Encer.
b. 05120 - Baja Struktur.
c. 09910 - Cat.
5.3.4 BAHAN-BAHAN.
5.3.4.1 Umum.
a. Semua bahan metal harus baru, bebas dari cacat-cacat yang
mempengaruhi kekuatan, keawetan atau tampilan, dan dari mutu
komersial yang terbaik.
b. Kecuali ditentukan lain, baja profil struktur canai panas, rongga dan
pelat harus dibuat dari baja mutu Bj.37 yang memiliki tegangan leleh
minimal 2400kg/cm² yang memenuhi ketentuan SNI 03-1729-2002
dan/atau ASTM A36.
6.1.2 STANDAR/RUJUKAN.
6.1.2.1 Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (NI-5, 1961).
6.1.2.2 Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI 1982).
6.1.2.3 Standar Nasional Indonesia (SNI):
⋅ SNI 03-3233-1998 – Tata Cara Pengawetan Kayu untuk Bangunan
Rumah dan Gedung.
6.2.2 STANDAR/RUJUKAN.
6.2.2.1 Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (NI-5, 1961).
6.2.2.2 Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI-1982).
6.2.2.3 Standar Nasional Indonesia (SNI).
6.2.2.4 Spesifikasi Teknis 09910 - Cat.
6.2.4 BAHAN-BAHAN.
6.2.4.1 Kayu.
a. Mutu.
Kayu untuk jenis yang ditentukan harus dari kualitas yang baik, kelas II
dengan kelas awet dan kelas kuat sesuai PKKI (NI-5, 1961) dan untuk
jenis pekerjaan seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
Kayu harus bebas dari getah, celah, mata kayu besar yang lepas atau
mati, susut pinggir-pinggirnya dan cacat lainnya yang parah.
b. Kadar Kelembanan.
Kecuali bila ditentukan lain, semua kayu harus dalam keadaan kering,
dan ketika didatangkan ke lokasi kadar kelembaban harus dalam batas
6 - 12%.
Harus diperhatikan agar kadar kelembaban dimaksud tidak berubah
selama perhentian, penyimpanan, pemasangan dan pengeringan
karena kondisi alamiah.
7.1.2 STANDAR/RUJUKAN.
7.1.2.1 American Society for Testing and Materials (ASTM).
7.1.2.2 Spesifikasi Teknis 04060 – Adukan Semen.
7.2.2 STANDAR/RUJUKAN.
American Society for Testing and Materials (ASTM).
7.2.4 BAHAN-BAHAN.
7.2.4.1 Umum.
Semua bahan isolasi harus baru, bebas dari kerusakan dan dari kualitas
terbaik, dari pabrik pembuat dengan pengalaman yang terbukti dalam
produksi bahan ini.
7.2.4.2 Glasswool.
Glasswool harus dibuat dari serat-serat kaca dan thermosetting resin yang
antara lain harus memiliki karakteristik sebagai berikut:
i. Ringan dengan ketebalan 50mm,
ii. Kepadatan minimal 32kg/m3,
iii. Penghantar panas 0.034W/mk at 20°C,
iv. Tidak merambatkan api sesuai AS 1530 Part 3,
7.3.2 STANDAR/RUJUKAN.
7.3.2.1 Australian Standards:
AS 1397- Steel Sheet and Strip - Hot Dipped Zinc Coated or
Aluminium/Zinc Coated.
7.3.2.2 Spesifikasi Teknis:
a. 07600 - Lembaran Pelindung dan Metal Lembaran.
b. 07920 - Penutup dan Pengisi Celah.
7.3.4 BAHAN-BAHAN.
7.3.4.1 Penutup Atap dan Dinding Metal.
a. Penutup atap dan dinding metal harus dibuat dari metal lapis campuran
seng/aluminium yang memiliki kekuatan leleh minimal 5500kg/cm² dan
minimal 150gr/m² massa lapisan yang memenuhi standar AS 1397,
dicat di pabrik dengan silicone polyester finish (clean colorbond) sistem
bakar oven yang memenuhi AS 2728, dalam bentuk gelombang seperti
Lysaght Spandek Hi-Ten produksi PT BlueScope Lysaght Indonesia,
atau yang setara yang disetujui Pengawas Lapangan, dalam warna
yang ditentukan kemudian oleh Pengawas Lapangan.
b. Lembar penutup atap dan dinding metal harus memiliki ketebalan metal
dasar minimal 0,40mm, ketebalan total dengan lapisan minimal 0,45mm
dan berat minimal 4.55kg/m².
7.3.4.2 Lembaran Pelindung dan Penutup Bubungan.
Lembaran pelindung dan penutup bubungan harus sesuai dengan penutup
atap/dinding metal di dekatnya dan harus diproduksi dari lembar dan warna
yang sama dengan penutup atap dan dinding, dan harus diproduksi oleh
pabrik pembuat yang sama.
7.4.2 STANDAR/RUJUKAN
7.4.2.1 Japanese Industrial Standard (JIS).
7.4.2.2 British Standard (BS).
7.4.2.3 Spesifikasi Teknis:
a. 07920 - Penutup dan Pengisi Celah.
b. 09910 - Cat.
7.4.4 BAHAN-BAHAN
7.4.4.1 Panel Semen Berserat.
a. Umum.
Panel semen berserat harus bebas dari asbestos, dibuat dari serat kayu
yang secara kimiawi diolah dan dicampur dengan semen Portland,
ditekan dan dirawat dalam temperatur yang terjaga, menggabungkan
kekuatan dan keawetan produk beton, dan memiliki sifat dan
karakteristik sebagai berikut:
i. Ketahanan terhadap api sesuai BS 476 Part 5, 6, 7, and 8,
ii. Tahan cuaca,
iii. Tahan rayap,
7.5.2 STANDAR/RUJUKAN.
7.5.2.1 Sheet Metal and Air Conditioning Contractors National Association
(SMACNA):
⋅ Architectural Sheet Metal Manual, Third Edition.
7.5.2.2 American Society for Testing Materials (ASTM).
7.5.2.3 Standar Nasional Indonesia (SNI).
7.5.2.4 Spesifikasi Teknis 07920 - Penutup dan Pengisi Celah.
7.5.4 BAHAN-BAHAN
7.5.4.1 Lembaran Pelindung.
a. Lembaran Metal.
Lembaran pelindung dan penutup bubungan memanjang, lembaran
pelindung dan penutup bubungan melintang, lembaran pelindung
7.6.2 STANDAR/RUJUKAN.
American Society for Testing and materials (ASTM).
7.6.4 BAHAN-BAHAN.
Kecuali ditentukan lain, semua kompon penutup harus formulasi pengisi
celah dan retak satu komponen berbahan dasar air yang lentur yang berupa
penutup perekat serba guna untuk penggunaan interior dan eksterior, dan
harus memiliki karakteristik sebagai berikut:
⋅ Mengandung silikon untuk perlekatan dan kelenturan yang lebih baik.
⋅ Melekat ke kayu, bata, kaca, metal, pelesteran dan permukaan yang
dicat.
⋅ Dapat dicat setelah kering 2 jam.
⋅ Tidak bernoda, dan tidak menarik debu.
⋅ Dapat dibersihklan dengan air atau kain basah.
⋅ Tahan jamur dan lumut.
seperti Glazing Acrylic Latex dari PT Indo Karya Anugerah atau yang setara
yang disetujui.
8.1.2 STANDAR/RUJUKAN.
8.1.2.1 Standar Nasional Indonesia (SNI):
⋅ SNI 03-1729-2002 - Tata Cara Perencanaan Bangunan Baja untuk
Gedung.
8.1.2.2 American Society for Testing and Materials (ASTM).
8.1.2.3 American Welding Society (AWS).
8.1.2.4 Spesifikasi Teknis:
a. 08700 - Alat Penggantung dan Pengunci.
b. 08800 - Kaca dan Aksesori.
c. 09910 - Cat.
8.1.4 BAHAN-BAHAN.
8.1.4.1 Pintu dan Kusen.
Pintu baja dan kusen harus dikonstruksi dari bahan baja yang memenuhi
ASTM A36/36M dan/atau SNI 03.1729-2002, dan sesuai dengan standar
pabrik pembuat, seperti Bostinco, Lion, Binasteel Profindo, Merdi Mahayana
atau yang setara yang disetujui, dan harus terdiri dari bahan-bahan berikut:
a. Lembaran baja untuk panel pintu dengan ketebalan dan ukuran tertentu.
b. Profil baja untuk kusen pintu dengan bentuk dan ukuran tertentu.
Pintu baja dan kusen harus dikonstruksi dan difabrikasi sesuai dengan
desain dan dimensi yang ditentukan dalam Gambar Kerja.
8.1.4.2 Alat Penggantung dan Pengunci.
Semua kunci dan perlengkapan harus tahan korosi, dipasok oleh satu pabrik
pembuat, dan harus memiliki kelengkapan yang digabungkan ke dalam
sistem master key dengan cara silinder yang dapat dipertukarkan, dan harus
sesuai dengan Spesifikasi Teknis 08700.
8.1.4.3 Kaca dan Aksesori.
Kaca dan aksesori, bila diperlukan, harus sesuai Spesifikasi Teknis 08800.
8.2.2 STANDAR/RUJUKAN.
8.2.2.1 Standar Nasional Indonesia (SNI):
⋅ SNI 07-0603-1989 - Produk Aluminium Ekstrusi untuk Arsitektur.
8.2.2.2 American Society for Testing and Materials (ASTM):
⋅ ASTM B221M-91 - Specification for Aluminium-Alloy Extruded Bars,
Rods, Wire, Shapes and Tubes.
8.2.2.3 Spesifikasi Teknis:
a. 07920 - Penutup dan Pengisi Celah.
b. 08700 - Alat Penggantung dan Pengunci.
c. 08800 - Kaca dan Aksesori.
a. Ketebalan lapisan.
b. Keseragaman warna.
c. Berat.
d. Karat.
8.2.3.3 Gambar Detail Pelaksanaan.
a. Gambar Detail Pelaksanaan yang harus meliputi semua sistem
pembuatan detail, rangka, pengencangan dan pengangkuran
8.2.4 BAHAN-BAHAN.
8.2.4.1 Aluminium.
a. Kecuali ditentukan lain, semua pekerjaan aluminium dari profil pre-
fabrikasi yang akan digunakan untuk pintu, jendela dan kusen harus
dari tipe paduan aluminium ekstrusi clear anodized tebal minimal
10mikron dengan lapisan cat di pabrik dalam warna sesuai ketentuan
Skema Warna yang diterbitkan kemudian, dan harus memenuhi SNI
07-0603-1989 dan ASTM B 221 M, seperti Alakasa, Alexindo, YKK,
Indalex atau yang setara yang disetujui.
b. Ketebalan semua profil prefabrikasi minimal harus 1,3mm, dengan
bentuk dan dimensi sesuai Gambar Kerja.
Dimensi profil dapat berubah tergantung dari tipe profil yang disetujui
Pengawas Lapangan.
8.3.2 STANDAR/RUJUKAN.
8.3.2.1 Standar Nasional Indonesia (SNI).
8.3.2.2 Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI NI-5, 1961).
8.3.2.3 Spesifikasi Teknis:
a. 06200 - Pekerjaan Kayu Halus.
b. 08700 - Alat Penggantung dan Pengunci.
c. 08800 - Kaca dan Aksesori.
d. 09910 - Cat.
8.3.4 BAHAN-BAHAN.
8.3.4.1 Umum.
Semua daun pintu, kusen dan pekerjaan kayu lainnya harus telah dirakit,
dibuat dengan mesin untuk perangkat keras dan telah diselesaikan di
pabrik.
Berikan pemberitahuan contoh pabrik pembuat untuk fabrikasi.
8.3.4.2 Pintu.
a. Kusen Pintu.
8.4.2 STANDAR/RUJUKAN.
Standar Pabrik Pembuat.
8.4.4 BAHAN-BAHAN.
8.4.4.1 Umum.
a. Semua bahan yang ditentukan di sini harus baru dan dari mutu terbaik,
bebas dari cacat, dan dari pabrik pembuat yang memiliki catatan yang
terbukti dalam lapangan produksi ini.
b. Semua kelengkapan harus anti karat untuk semua tempat yang memiliki
nilai kelembaban lebih dari 70%.
c. Sistem pengunci harus cukup luas dalam cakupan dan tipe yang dapat
dilengkapi sistem master key untuk kunci pintu komunikasi, kunci
kabinet, kunci panel utilitas, gembok dan saklar berkunci.
d. Tentukan sistem kunci berdasarkan persyaratan yang ditentukan dan
berdasarkan persyaratan terperinci yang ditentukan oleh Pengawas
Lapangan pada saat setelah memulai pekerjaan dalam kontrak ini.
e. Kecuali ditentukan kemudian, semua alat penggantung dan penunci
yang dipasok harus sesuai dengan tipe-tipe tersebut di bawah.
8.4.4.2 Alat Penggantung dan Pengunci.
a. Set Kunci.
c. Pintu rangkap harus dilengkapi dengan flush bolt. Flush bolt harus
dipasang pada daun pintu pasif dan pemasangan harus sesuai dengan
petunjuk pemasangan dari pabrik pembuat.
d. Penyetop pintu harus dipasang di atas lantai atau dinding, tergantung
pada lokasi setiap pintu.
Penyetop pintu harus dipasang untuk semua pintu, kecuali ditentukan
lain oleh Pengawas Lapangan.
8.5.2 STANDAR/RUJUKAN.
Standar Nasional Indonesia (SNI):
⋅ SNI 15-0047-1987 - Kaca Lembaran, Mutu dan Cara Uji.
⋅ SNI 15-0130-1987 - Kaca Pengambangan.
8.5.4 BAHAN-BAHAN.
8.5.4.1 Kaca Polos.
Kaca polos harus merupakan lembaran kaca bening jenis clear float glass
terpilih yang datar dan memiliki ketebalan yang seragam, bebas dari segala
cacat dan berasal dari mutu terbaik yang memenuhi ketentuan SNI 15-
0047-1987 dan SNI 15-0130-1987, seperti tipe Indoflot dari Asahimas atau
yang setara yang disetujui.
Ketebalan minimal adalah 5mm dengan ukuran sesuai Gambar Kerja.
9.1.2 STANDAR/RUJUKAN.
9.1.2.1 Standar Nasional Indonesia (SNI):
⋅ SNI 03-4062-1996 - Ubin Lantai Keramik Berglasir.
9.1.2.2 Spesifikasi Teknis 04060 – Adukan Semen.
9.1.4 BAHAN-BAHAN.
9.1.4.1 Umum.
Semua ubin harus baru, bebas dari segala cacat dan dari mutu terbaik, dari
pabrik pembuat dengan catatan yang terbukti dalam produksi di bidang ini.
Ubin harus dari warna dan tipe seperti ditentukan dalam Skema Warna atau
sesuai petunjuk Pengawas Lapangan.
9.1.4.2 Ubin Keramik.
Ubin keramik harus terdiri dari tipe-tipe berikut:
a. Ubin keramik semi glasur (tipe non-slip) ukuran 200mm x 200mm,
dipasang pada semua lantai dan dinding daerah basah.
Pertemuan tidak boleh kurang dari 6mm juga tidak lebih besar dari 10mm.
Bersihkan sambungan dan isi dengan silikon berwarna sama dengan
pengisi siar ubin.
9.1.5.7 Pengisi Siar.
Pinggiran ubin harus basah dan harus diisi penuh dengan campuran plastis
adukan pengisi semen berwarna yang sesuai, segera setelah masing-
9.2.2 STANDAR/RUJUKAN.
9.2.2.1 Steel Structure Painting Council (SSPC).
9.2.2.2 Swedish Standard Institution (SIS).
9.2.2.3 Standar dari Pabrik Pembuat.
9.2.4 BAHAN-BAHAN.
9.2.4.1 Umum.
a. Semua bahan cat harus memenuhi spesifikasi yang ditunjukkan dalam
skedul pengecatan di sini dan persyaratan yang ditentukan kemudian.
Cat tidak boleh mengandung racun atau bahan-bahan yang dapat
melukai seperti timah hitam, merkuri dan asbes.
b. Semua cat dasar dan cat akhir yang digunakan dalam pekerjaan ini
harus diadakan oleh pabrik pembuat terpilih yang sama, dan harus tidak
dicampur dengan cat dari sumber lain atau dari komposisi yang tidak
serupa.
Untuk tujuan menghasilkan patokan mutu, cat yang ditentukan di sini
didasarkan pada cat yang diproduksi oleh Jotun, ICI, Danapaints,
Mowilex atau Wattyl, tetapi arahan ini tidak ditafsirkan sebagai
keharusan.
9.2.4.2 Cat Dasar.
Cat dasar yang digunakan harus sebagai berikut:
a. Water-based sealer untuk permukaan pasangan, panel semen berserat
atau beton interior dan eksterior.
10.1.2 STANDAR/RUJUKAN.
10.1.2.1 Standar Nasional Indonesia (SNI).
10.1.2.2 Spesifikasi Teknis:
a. 06200 - Pekerjaan Kayu Halus.
b. 08210 - Pintu, Jendela dan Kusen Kayu.
10.1.4 BAHAN-BAHAN.
10.1.4.1 Umum.
Tipe jalusi harus tipe tetap dengan bilah kayu.
10.1.4.2 Bilah Kayu.
Bilah kayu harus dibuat dari kayu keras Meranti yang dikeringkan, dengan
ukuran dan ketebalan seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
Kayu harus sesuai dengan persyaratan Spesifikasi Teknis 06200 dan/atau
08210.
10.1.4.3 Bingkai.
Bingkai untuk jalusi kayu harus dari kayu keras Meranti yang dikeringkan
seperti ditentukan dalam Spesifikasi Teknis 06200 dan/atau 08210.
Ukuran bingkai harus seperti yang ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
10.2.2 STANDAR/RUJUKAN.
10.2.2.1 American Society for Testing and Materials (ASTM).
10.2.2.2 Spesifikasi Teknis 05500 - Berbagai Jenis Metal.
10.2.4 BAHAN-BAHAN.
10.2.4.1 Umum.
Semua tipe kisi-kisi dan tabir harus baru, bebas dari segala cacat dan
berasal dari produk yang terjamin.
10.2.4.2 Kisi-Kisi.
Kisi-kisi dapat dibuat, dikonstruksi dan difabrikasi dari salah satu bahan-
bahan berikut:
a. Jaring Kawat.
Jaring kawat dibuat dari kawat baja bundar lapis seng (galbani) diameter
4.06mm, yang dilas titik pada setiap titik pertemuan, dengan spasi jaring
50mm x 50mm, seperti produksi Swadaya, Lionmesh, UD Mutiara,
Wilma atau yang setara yang disetujui.
b. Jaring Aluminium.
Dibuat dari aluminium anoda dengan spasi, ukuran dan pola seperti
ditunjukkan dalam Gambar Kerja, seperti buatan Alakasa, Indalex atau
yang setara yang disetujui.
10.2.4.3 Tabir.
Tabir dapat dibuat dan dikonstruksi dari salah satu bahan-bahan berikut:
a. Vinyl-Coated Fiberglass.
Tabir untuk mencegah lalat atau serangga masuk ke dalam bangunan
10.3.2 STANDAR/RUJUKAN.
Spesifikasi Teknis:
a. 05500 - Berbagai Jenis Metal.
b. 07456 - Panel Semen Berserat.
c. 09910 - Cat.
10.3.4 BAHAN-BAHAN.
10.3.4.1 Umum.
Semua bahan yang digunakan untuk pekerjaan partisi harus datang dari
pabrik pembuat yang terjamin seperti disebutkan di sini dan yang disetujui
Pengawas Lapangan.
10.3.4.2 Rangka.
Rangka untuk memegang panel partisi harus dari profil paduan
seng/aluminium canai dingin dalam ukuran dan tebal sesuai rekomendasi
pemasang partisi atau seperti ditentukan dalam Spesifikasi Teknis 07456.
10.3.4.3 Panel.
Panel untuk partisi harus dari panel semen berserat tipe standar yang
memiliki ketebalan sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja.
Panel semen berserat harus sesuai dengan ketentaun dalam Spesifikasi
Teknis 07456.
10.4.2 STANDAR/RUJUKAN.
10.4.2.1 Standar dari Pabrik Pembuat.
10.4.2.2 Spesifikasi Teknis:
a. 08800 - Kaca dan Aksesori.
b. 15410 - Perlengkapan Plambing.
10.4.4 BAHAN-BAHAN.
10.4.4.1 Aksesori.
Kecuali ditentukan lain, aksesori harus dari American Standard atau yang
setara yang disetujui, dan terdiri sebagai berikut:
a. Tempat sabun
b. Tempat kerta/tissue
c. Penggantung handuk
10.4.4.2 Cermin.
Cermin harus seperti yang ditentukan dalam Spesifikasi Teknis 08800,
dengan ketebalan dan ukuran seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
Mirror shall be as specified in Specification 08800, in thickness and sizes as
indicated in the Drawings.
11.1.2 STANDAR/RUJUKAN.
11.1.2.1 Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL - 2000).
11.1.2.2 Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir (PUIPP-1983).
11.1.2.3 Standar Nasional Indonesia (SNI).
11.1.4 BAHAN-BAHAN.
Lihat butir 11.1.5 dari Spesifikasi Teknis ini.
12.1.2 SATNDAR/RUJUKAN.
12.1.2.1 American Society for Testing and Materials (ASTM).
12.1.2.2 American Water Works Association (AWWA).
12.1.2.3 Standar Nasional Indonesia (SNI).
12.1.2.4 Spesifikasi Teknis:
a. 02315 - Galian, Urukan Kembali dan Pemadatan.
b. 02500 - Jaringan Utilitas.
c. 03300 - Beton Cor di Tempat.
d. 09910 - Cat.
e. 15410 - Perlengkapan Plambing.
12.1.4 BAHAN-BAHAN.
12.1.4.1 Umum.
Semua bahan, peralatan dan aksesori yang diadakan harus benar-benar
baru dan dari mutu yang dapat diterima.
12.1.4.2 Siatem Suplai Air Bersih.
a. Pipa.
Pipa untuk air bersih harus pipa baja lapis seng (galbani) kelas medium
yang sesuai standar SNI 07-0039-1987, seperti produk Bakrie Pipe atau
PPI atau yang setara yang disetujui. Permukaan pipa harus
jernih/mengkilap dan bebas dari kerusakan.
Pipa dengan diameter sampai 65mm harus memiliki ulir untuk
sambungan ulir.
Pipa dengan diameter lebih besar dari 65mm harus dilengkapi flensa
pada bagian sambungannya, atau disambung dengan cara las tumpul
yang memenuhi standar AWWA C 208.
Diameter dan panjang pipa yang dibutuhkan sesuai ketentuan dalam
Gambar Kerja.
b. Sambungan Pipa.
Sambungan pipa seperti socket, elbow, reducer, knee, nipple, tee dan
sebagainya, harus terbuat dari bahan baja lapis seng (galbani) kelas
medium serta berasal dari produk bermutu baik.
Sambungan dengan diameter sampai dengan 65mm harus dilengkapi
ulir untuk sambungan berulir.
Sambungan dengan diameter lebih besar dari 65mm harus dilengkapi
dengan flensa untuk penyambungan.
Sambungan dengan cara las tumpul harus difabrikasi sesuai standar
AWWA C 208.
c. Katup.
Katup dengan tekanan kerja, tipe dan diameter seperti ditunjukkan
dalam Gambar Kerja, harus dibuat dari besi tuang atau perunggu dan
harus berasal dari produk yang baik seperti dari Kitz Corporation, AFA
atau yang setara.
Katup harus memiliki tanda tekanan kerja, diameter dan arah aliran
yang diterakan pada badan katup.
Katup dengan diameter sampai dengan 65mm harus memiliki ulir untuk
penyambungan dan katup dengan diameter lebih besar dari 65mm
harus memiliki flensa yang bersatu dengan badan katup.
d. Flensa.
Flensa harus memenuhi standar ANSI B16.5 kelas 150 jenis raised face
dan harus memenuhi ASTM A-105. Flensa tipe slip-on harus memiliki
diameter yang sesuai dengan setiap peralatan yang akan disambung.
12.2.2 STANDAR/RUJUKAN.
12.2.2.1 Standar dari Pabrik Pembuat.
12.2.2.2 Spesifikasi Teknis:
a. 08800 - Kaca dan Aksesori.
b. 10810 - Aksesori Daerah Basah.
c. 15100 - Sistem Plambing.
12.2.4 BAHAN-BAHAN.
12.2.4.1 Kloset.
a. Tipe Duduk.
Kloset duduk tipe duo-blok dan dibuat dari porselen, harus dari sistem
bilas (wash down), sistem dual-flush, dan terdiri dari badan kloset,
tangki dan katup penyetop, alas duduk dan penutup dari plastik padat,
gasket penutup dan flensa, perlengkapan penumpu, seperti San
Remo Classic CCST buatan American Standard atau yang setara
yang disetujui, dalam warna putih.
Perlengkapan harus dari kuningan/metal lapis krom.
b. Tipe Jongkok.
Kloset tipe jongkok tipe S-Trap harus dibuat dari porselen, seperti tipe
Rapi C dari American Standard atau yang setara yang diseujui, dalam
warna putih.
13.1.2 STANDAR/RUJUKAN.
13.1.2.1 Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL-2000).
13.1.2.2 Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir (PUIPP-1983).
13.1.2.3 International Electrotechnical Commision (IEC).
13.1.2.4 British Standard (BS).
13.1.2.5 Spesifikasi Teknis:
a. 03300 - Beton Cor di Tempat.
b. 16400 - Distribusi Tegangan Rendah.
13.1.4 BAHAN-BAHAN.
13.1.4.1 Umum.
Unit disel yang terdiri dari mesin (engine) dan alternator, harus berkualitas
baik, baru, tidak rusak dan dari pabrik pembuat yang terbukti
berpengalaman dalam produksi disel, dan harus didatangkan dalam bentuk
CBU (Completely Built Up), seperti dari Perkins, MTU atau Volvo.
13.1.4.2 Mesin Disel.
Mesin disel dengan kapasitas sesuai Gambar Kerja, harus merupakan
mesin disel industrial 4stroke air, berpendingin oli dan air lengkap dengan
spesifikasi standar berikut:
a. Penyaring udara, bahan bakar dan oli,
b. Penyalaan elektrik dan peralatan pengisi,
c. Proteksi mesin terhadap tekanan oli rendah,
d. Indikator temperatur mesin tinggi dan air rendah,
e. Tingkatan sesuai ISO 3046/ISO 8528.
13.2.2 STANDAR/RUJUKAN.
13.2.2.1 Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL-2000).
13.2.2.2 Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir (PUIPP-1983).
13.2.2.3 American Society for Testing and Materials (ASTM).
13.2.2.4 National Fire Protection Association (NFPA).
13.2.2.5 International Electrotechnical Commision (IEC).
13.2.2.6 Verband Deutcher Electrotechniker (VDE).
13.2.2.7 Spesifikasi Teknis 16400 – Distribusi Tegangan Rendah.
13.2.4 BAHAN-BAHAN.
13.2.4.1 Umum.
a. Transformator harus dari mutu terbaik dan dari pabrik pembuat dengan
catatan yang terjamin dalam produksi bidang ini, seperti Unindo atau
Trafindo.
b. Transformator harus dirancang untuk iklim tropis dengan temperatur
maksimal 40C, dan harus difabrikasi dan diuji sesuai dengan standar
SPLN 50/82, SLI dan IEC.
c. Tranformator harus mampu menghantar kapasitas nominal pada 105%
tegangan nominal dengan faktor kerja 80% tanpa melampaui batas
kenaikan temperatur maksimal yang diijinkan.
d. Pada kondisi saat temperatur sekitar dalam keadaan rendah dan pada
saat terjadi beban berlebih, transformator harus mampu menahan
beban berlebih yang lebih besar dari pada beban nominal yang tertera
pada pelat nama.
e. Transformator harus dari tipe basah (oil immersed) untuk pemasangan
dalam ruang.
13.3.2 STANDAR/RUJUKAN.
13.3.2.1 Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL-2000).
13.3.2.2 International Electrotechnical Commision (IEC).
13.3.2.3 Verband Deutscher Electrotechniker (VDE).
13.3.2.4 British Standard (BS).
13.3.2.5 Spesifikasi Teknis:
a. 13100 - Sistem Penyalur Petir dan Pembumian.
b. 16400 - Distribusi Tegangan Rendah.
13.3.4 BAHAN-BAHAN.
13.3.4.1 Kubikal Tegangan Menengah.
a. Kubikal tegangan menengah harus dari kualitas terbaik dan berasal dari
pabrik pembuat yang terjamin dalam pasaran produk ini, seperti Unindo,
Merlin Gerin, Kontrol Ragam, ABB atau yang setara yang disetujui.
b. Kubikal tegangan menengah harus dari tipe sulphur hexafluoride (SF6)
yang bisa ditempatkan di lokasi pelayanan dan di dalam lokasi
pelayanan elektrikal tertutup sesuai dengan standar VDE dan IEC.
c. Kubikal harus didesain untuk iklim tropis dengan temperatur maksimal
40°C dan harus difabrikasi dan diuji sesuai dengan standar IEC dan SNI
dan memiliki karakteristik minimal sebagai berikut:
i. Tegangan kerja 20kV.
ii. Tegangan isolasi nominal 24kV.
iii. Tegangan pengujian selama 1 menit adalah 50kV.
iv. Tegangan ketahanan impuls 125kV.
13.4.2 STANDAR/RUJUKAN.
13.4.2.1 Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL-2000).
13.4.2.2 Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir (PUIPP-1983).
13.4.2.3 International Electrotechnical Commision (IEC).
13.4.2.4 Standar Nasional Indonesia (SNI):
a. SNI 04-3892.1-2001 - Tusuk-kontak dan kotak-kontak untuk keperluan
rumah-tangga dan sejenisnya, Bagian 1: Persyaratan umum.
b. SNI 04-6203.1-2001 - Sakelar untuk instalasi listrik tetap rumah-
tangga dan sejenisnya, Bagian 1: Persyaratan Umum.
13.4.2.5 British Standard (BS).
13.4.2.6 Spesifikasi Teknis:
a. 02315 - Galian, Urukan Kembali dan Pemadatan.
b. 13100 - Sistem Penyalur Petir dan Pembumian.
c. 16500 - Penerangan
13.4.4 BAHAN-BAHAN.
13.4.4.1 Panel.
a. Panel harus sesuai dengan persyaratan PUIL-2000 dan sesuai untuk
temperatur sekitar sebesar 40°C.
b. Kecuali ditentukan lain, semua panel harus tipe pemasangan di lantai
dan dibuat dari unit tertutup, dilengkapi dengan pintu masuk depan dan
bagian belakang panel harus dapat dilepas, seperti dari Sler, Inti
Menara, Jaya Abadi atau yang setara yang disetujui.
c. Semua panel harus dibuat dari pelat baja lapis seng (galbani) tebal
minimal 2mm. Panel harus dibuat pada rangka yang kuat dengan
pengaku dan penumpu yang dibutuhkan.
Dimensi panel harus sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja.
d. Semua pintu harus dilengkapi dengan gasket neoprene atau yang
setara yang disetujui. Pintu berengsel harus memiliki kunci datar tipe
kunci siilinder.
e. Semua panel harus memiliki penyelesaian cat oven dalam warna
seperti ditentukan.
f. Pelat penutup yang dapat dilepas yang dibuat dari bahan metal tidak
berkarat harus disediakan pada bagian atas dan bawah panel dengan
bukaan untuk kabel masuk dan keluar.
g. Semua komponen untuk semua panel harus dari Telemecanique, Merlin
Gerin, Siemens atau ABB.
h. Circuit breaker harus dari tipe mini circuit breaker dan moulded case
circuit breaker kecuali bila ditentukan lain dalam Gambar Kerja. MCCB
harus memenuhi IEC 157-1 tipe tetap. Nilai arus aliran hubung pendek
harus 25kA, 4 kutub dan 3 kutub.
i. Tipe dan kapasitas komponen harus seperti yang ditentukan dan
ditunjukkan dalam Gambar Kerja dan harus sesuai dengan tipe
peralatan yang akan dipasang.
j. Setiap panel harus dilengkapi dengan lampu indikator daya untuk setiap
fasa, yang dipasang pada bagian luar pintu panel dan mudah dilihat.
13.4.4.2 Kabel.
a. Kabel feeder multi konduktor untuk aplikasi penanaman langsung
pada 600V/1kV atau lebih rendah harus dari tipe NYFGbY yang
memenuhi ketentuan SNI 04-2700-1992 atau tipe NYY yang
memenuhi ketentuan SNI 04-2701-1992, dari Kabelindo, Supreme,
Tranka atau Kabelmetal.
b. Semua kabel penghantar tunggal untuk daya, penerangan dan kontrol
yang dipasang dalam konduit untuk pengoperasian pada 600V/1kV
atau lebih rendah harus dari tipe NYY yang memenuhi SNI 04-2701-
1992 atau tipe NYM yang memenuhi SNI 04-2699-1992, seperti dari
Kabelindo, Supreme, Tranka atau Kabelmetal
Luas penampang kabel minimal adalah 2,5mm².
c. Kode warna kabel adalah sebagai berikut:
iii. Konduit untuk kabel yang dipasang di bawah tanah melintang jalan
harus dari pipa baja lapis seng (galbani) kelas medium yang
memenuhi SNI 07-0039-1987, seperti produk Bakrie Pipe atau PPI
atau yang setara yang disetujui.
iv. Konduit fleksibel harus dari pipa lentur PVC seperti Egaflex atau
Clipsal yang memenuhi standar BS 4607.
Konduit fleksibel ini harus tahan cuaca, panas, tidak mudah pecah,
serta kedap air dan debu.
b. Junction Boxes.
Junction boxes harus dari baja lembaran dilas, dengan lapisan seng
(galbani), dengan penutup yang dapat dilepas yang dipasang dengan
sekrup kepala bundar, Ukuran junction boxes harus sesuai dengan
kebutuhan.
c. Rak dan Tangga Kabel.
Rak dan tangga kabel harus dibuat dari lembaran baja lapis seng
(galbani) dalam bentuk, tipe dan ukuran seperti ditunjukkan dalam
Gambar Kerja. Semua aksesori yang dibutuhkan untuk melengkapi
pemasangan seperti kelm, pengikat dan lain-lain, harus dibuat juga dari
baja lapis seng (galbani) celup panas.
Rak dan tangga kabel dengan aksesorinya harus dari produk yang
disetujui, seperti Nobi, Three Stars atau yang setara.
13.4.4.4 Tusuk-Kontak dan Saklar.
a. Tusuk-kontak (tunggal atau ganda) dengan kontak pembumian di sisi-
sisinya, harus dari tipe pemasangan terbenam (lengkap dengan kotak)
dan harus memenuhi SNI 04-3892.1-2001 atau standar CEE 7, seperti
dari Merten atau Clipsal.
Kapasitas minimalsetiap tusuk-kontak adalah 250V 16A.
Tusuk-kontak yang harus dipasang pada ± 300mm dari lantai harus
dilengkapi dengan penutup dan harus dari tipe kedap air.
13.5.2 STANDAR/RUJUKAN.
13.5.2.1 International Electrotechnical Commision (IEC).
13.5.2.2 Standar Nasional Indonesia (SNI):
⋅ SNI 03-2396-1991 - Tata Cara Perancangan Penerangan Alami Siang
Hari untuk Rumah dan Gedung
13.5.2.3 Standard Penerangan Buatan di Dalam Gedung-Gedung (published by
Departemen Pekerjaan Umum).
13.5.2.4 Spesifikasi Teknis 16400 - Distribusi Tegangan Rendah.
13.5.4 BAHAN-BAHAN.
13.5.4.1 Lampu Floresen.
a. Tipe Tabung.
Lampu floresen tabung tipe TL’D Super 80 (cool daylight/840) harus
dilengkapi komponen seperti balas, starter dan kapasitor dengan faktor
daya minimal 0,85, semuanya buatan Philips.
Armatur untuk lampu TL’D harus berupa baja pelat tebal 0,7mm dengan
cat oven enamel warna putih.
Kapasitas setiap lampu harus seperti yang ditunjukkan dalam Gambar
Kerja dengan tipe armature sebagai berikut:
i. Tipe pemasangan terbenam seperti LSRF dari Spectra, Philips,
LOMM atau yang setara yang disetujui.
ii. Tipe pemasangan permukaan seperti LSMR dari Spectra, TK dari
Artolite, TKO dari LOMM atau yang setara yang disetujui.
b. Tipe Sirkular.
Lampu floresen sirkular tipe TL’E dengan kapasitas sesuai kebutuhan,
lengkap dengan balas, starter dan kapasitor untuk faktor daya minimal
0,85, semuanya buatan Philips, harus untuk armatur penerangan langit-
langit dengan tipe rose lengkap dengan penutup opal akrilik, seperti dari
Artolite, LOMM atau yang setara.
c. Lampu Compact Integrated Fluorescent.
Lampu compact integrated fluorescent tipe SL buatan Philips, dengan
kapasitas seperti yang ditentukan, harus digunakan untuk armatur
seperti yang ditunjukkan dalam Gambar Kerja, dari Artolite atau yang
setara yang disetujui.
13.5.4.2 Lampu Tubular Metal Halide.
Lampu tubular metal halide tipe HPI-T dengan kapasitas yang dibutuhkan,
lengkap dengan balas dan ignitor, semuanya buatan Philips, digunakan
untuk armatur penerangan lampu sorot seperti ditunjukkan dalam Gambar
Kerja, seperti buatan Philips, Artolite, LOMM, Indalux atau yang setara yang
disetujui.
13.6.2 STANDAR/RUJUKAN.
13.6.2.1 Standar PT Telkom.
13.6.2.2 Standar Nasional Indonesia (SNI).
13.6.2.3 Spesifikasi Teknis:
a. 02315 - Galian, Urukan Kembali dan Pemadatan.
b. 16400 - Distribusi Tegangan Rendah.
13.6.4 BAHAN-BAHAN.
13.6.4.1 Umum.
Semua bahan-bahan yang harus dipasang untuk sistem komunikasi, harus
baru, bebas dari cacat, mutu terbaik dari pabrik pembuat yang terjamin dan
harus sesuai untuk iklim tropis.
13.6.4.2 Soket.
a. Soket telepon harus dari tipe pelat muka pemasangan rata RJ45
lengkap dengan simbol telepon, seperti dari Merten atau Clipsal atau
yang setara yang disetujui.
b. Soket data harus dari tipe pelat muka pemasangan rata RJ45 lengkap
dengan simbol data, seperti dari Merten atau Clipsal atau yang setara
yang disetujui.
13.6.4.3 Kabel.
a. Telekomunikasi.
i. Kabel dari kotak telepon sampai ke pesawat telepon harus dari tipe
isolasi PVC dengan pita pelindung statis, seperti tipe R-V (Pe) V,
yang memenuhi ketentuan SNI 04-2077, produksi Kabelindo,
Supreme, atau yang setara yang disetujui, dengan ukuran kabel
sesuai Gambar Kerja.
13.6.4.6 PABX.
Unit PABX yang memiliki kapasitas penyambung seperti ditentukan dalam
Gambar Kerja harus berupa unit yang dapat dikembangkan (sediakan untuk
penyambungan di waktu mendatang), dari Siemens, Panasonic atau yang
setara yang disetujui.
Tampilan yang dibutuhkan minimal:
a. Alternate routing
b. Call back
c. All call
d. Call forwarding (busy line, no answer, override)
e. Call hold
f. Call transfer
g. Call waiting