You are on page 1of 68

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) merupakan suatu desain

kurikulum yang dikembangkan berdasarkan seperangkat kompetensi

tertentu. KBK juga merupakan rancangan kurikulum yang dikembangkan

berdasarkan atas seperangkat kompetensi khusus (menggambarkan sebuah

profil kompetensi utuh, terukur, dan teramati) yang harus dipelajari dan

atau ditampilkan siswa.1

Untuk mendapatkan pemahaman yang jelas tentang konsep

Kurikulum Berbasis Kompetensi dan implementasinya, penulis menyusun

sistematika bahasannya pada 3 pokok bahasan, yaitu: Konsep Dasar,

Pengembangan, dan Implementasi.

1. Konsep Dasar KBK.

Sebelum mengenal lebih jauh tentang kurikulum yang baru ini,

terlebih dahulu perlu dijelaskan pengertian kompetensi dan Kurikulum

Berbasis Kompetensi, komponen, ciri-ciri, karakteristik dan orientasinya.

a. Pengertian kompetensi dan Kurikulum Berbasis Kompetensi.

Kompetensi2 merupakan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai

dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kebiasaan


1
Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama : DITJEN DIKDASMEN DIKNAS, Kurikulum
Berbasis Kompetensi. Divisi Penerbitan Diknas, Jakarta, 2004 hal.5.
2
Kompetensi menurut Hall dan Jones (1976: 29) adalah “pernyataan yang
menggambarkan penampilan suatu kemampuan tertentu secara bulat yang merupakan perpaduan
antara pengetahuan dan kemampuan yang dapat diamati dan diukur”. Gene E. Hall & H.L. Jones,
Competency Based Education : A Proces For The Improvement of Education, New Jersey,
Engelwood Cliffs, 1976, hal.29
2

berpikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus dapat

memungkinkan seseorang untuk menjadi kompeten, dalam arti memiliki

pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu. 3

Menurut Spencer (1993) sebagaimana yang dikutif Ella Yulaelawati

dalam makalahnya Kurikulum Berbasis Kompetensi, kompetensi

merupakan karakteristik mendasar dari seseorang yang merupakan

hubungan kausal dengan referensi kriteria yang efektif dan atau penampilan

terbaik dalam pekerjaannya pada suatu situasi. Karakteristik yang mendasar

berarti bahwa kompetensi tersebut cukup mendalam dan bertahan lama

dalam penampilan seseorang dan dapat digunakan untuk memprediksi

tingkah laku seseorang ketika berhadapan dalam berbagai situasi dan tugas.

Hubungan kausal berarti suatu kompetensi dapat menyebabkan atau

memprediksi perubahan tingkah laku dan kinerja seseorang. Referensi

kriteria menentukan dan memprediksi apakah seorang bekerja dengan baik

atau tidak dalam ukuran yang spesifik atau standar.4

Dalam hal ini Spencer juga membahas 5 macam tipe kompetensi

yang antara lain :

1) Motif, yakni sesuatu yang dimiliki seseorang untuk berfikir secara

konsisten atau keinginan untuk melakukan suatu aksi.

3
http:///www.depdiknas.go.id/Jurnal/27/kurikulum_berbasis_kompetensi.htm
4
Ella Yulaelawati, Kurikulum Berbasis Kompetensi (Makalah), Jakarta, Balitbang
DIKNAS, 2003, hal.6
3

2) Bawaan, yaitu karakteristik fisik yang merespon secara konsisten

berbagai situasi atau informasi. Contoh : seorang manajer yang berhasil

memiliki kompetensi bawaan yang dapat menontrol emosi dan

menumbuhkan inisiatif.

3) Konsep diri, yaitu tingkah laku dan nlai atau image seseorang. Contoh :

percaya diri, seseorang yang percaya diri akan efektif dalam berbagai

situasi.

4) Pengetahuan, yakni informasi khusus yang dimiliki seseorang. Sebagai

contoh : ahli bedah memiliki pengetahuan mengenai saraf dan tulang.

5) Keterampilan, yaitu kemampuan untuk melakukan tugas secara fisik

atau mental. Contoh: Dokter gigi memiliki kemampuan untuk menambal

gigi tanpa merusak saraf.5

Kelima kompetensi tersebut mempunyai implikasi praktis terhadap

perencanaan SDM. Keterampilan dan pengetahuan cenderung lebih tampak

pada permukaan ciri-ciri seseorang, sedangkan konsep diri, bawaan dan

motif lebih tersembunyi dan lebih mendalam serta merupakan pusat dari

kepribadian seseorang. Kompetensi pengeahuan danketerampilan lebih

mudah dikembangkan (biasanya lewat pelatihan), sedangkan kompetensi

bawaan dan motif lebih sulit dikembangkan dan dikenali.6

Sementara pengertian Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah

perangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar


5
ibid, hal.7
6
Ibid, hal.8
4

yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan

pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum

sekolah.7 Mulyasa mengartikan Kurikulum Berbasis Kompetensi sebagai

suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan

kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar

performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik,

berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu. Menurutnya

kemudian KBK diarahkan untuk mengembangan pengetahuan, pemahaman,

kemampuan, nilai, sikap, dan minat peserta didik, agar dapat melakukan

sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan dan keberhasilan dengan penuh

tanggung jawab.8

Dari kedua konsep diatas, dapat dipahami bahwa KBK dirumuskan

untuk mengaktualisasikan keseimbangan pengembangan kemampuan

kognitif, afektif, dan psikomotor pada peserta didik dalam proses belajar

mengajar. Sehingga siswa tidak sekedar memiliki pengetahuan, tapi juga

memiliki kemauan dan keterampilan dalam perbuatan (praktek).

Dasar pemikiran untuk menggunakan konsep kompetensi dalam

kurikulum adalah sebagai berikut.

1) Kompetensi berkenaan dengan kemampuan siswa melakukan sesuatu

dalam berbagai konteks.

7
http:///www.depdiknas.go.id/Jurnal/27/ op.cit.
8
E. Mulyasa, op.cit. hal.39.
5

2) Kompetensi menjelaskan pengalaman belajar yang dilalui siswa untuk

menjadi kompeten.

3) Kompeten merupakan hasil belajar (learning outcomes) yang

menjelaskan hal-hal yang dilakukan siswa setelah melalui proses

pembelajaran.

4) Kehandalan kemampuan siswa melakukan sesuatu harus didefinisikan

secara jelas dan luas dalam suatu standar yang dapat dicapai melalui

kinerja yang dapat diukur.9

b. Komponen KBK.

Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan kerangka inti yang

memiliki empat komponen, yaitu Kurikulum dan Hasil Belajar, Pengelolaan

Kurikulum Berbasis Sekolah, Kegiatan Belajar Mengajar, dan Penilaian

Berbasis Kelas

1) Kurikulum dan Hasil Belajar.

Memuat perencanaan pengembangan kompetensi peserta didik yang

perlu dicapai secara keseluruhan sejak lahir sampai 18 tahun. Kurikulum

dan Hasil Belajar ini memuat kompetensi, hasil belajar, dan indikator

dari TK dan RA sampai dengan Kelas XII (TK dan RA - 12).

2) Pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah.

Memuat berbagai pola pemberdayaan tenaga kependidikan dan sumber

daya lain untuk meningkatkan mutu hasil belajar. Pola ini dilengkapi

9
http:///www.depdiknas.go.id/Jurnal/27/op.cit.
6

pula dengan gagasan pembentukan jaringan kurikulum (curriculum

council), pengembangan perangkat kurikulum (a.l. silabus), pembinaan

profesional tenaga kependidikan, dan pengembangan sistem informasi

kurikulum.

3) Kegiatan Belajar Mengajar.

Memuat gagasan-gagasan pokok tentang pembelajaran dan pengajaran

yang untuk mencapai kompetensi yang ditetapkan serta gagasan-

gagasan pedagogis dan andragogis yang menelola pembelajaran agar

tidak mekanistik.

4) Penilaian Berbasis Kelas.

Memuat prinsip, sasaran dan pelaksanaan penilaian berkelanjutan yang

lebih akurat dan konsisten sebagai akuntabilitas publik melalui

identifikasi kompetensi/hasil belajar yang telah dicapai, pernyataan yang

jelas tentang standar yang harus dan telah dicapai serta peta kemajuan

belajar siswa dan pelaporan.10

c. Karakteristik KBK.

Kurikulum Berbasis Kompetensi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual

maupun klasikal.

2) Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.

10
Ibid.
7

3) Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan

metode yang bervariasi.

4) Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya

yang memenuhi unsur edukatif.

5) Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya

penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.11

d. Orientasi KBK.

Kurikulum Berbasis Kompetensi berorientasi pada:

1) Hasil dan dampak yang diharapkan muncul pada diri peserta didik

melalui serangkaian pengalaman belajar yang bermakna.

2) Keberagaman yang dapat dimanifestasikan sesuai dengan

kebutuhannya.12

Berdasarkan definisi, komponen, karakteristik, dan orientasinya,

dapat dipahami bahwa konsep pembelajaran yang ditawarkan dalam KBK

merupakan suatu rancangan pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan

atas seperangkat kompetensi khusus yang utuh, terukur, dan teramati yang

harus dipelajari dan dikuasai siswa. Rumusan kompetensi dalam Kurikulum

Berbasis Kompetensi merupakan pernyataan apa yang diharapkan dapat


11
Ibid.
12
Ibid.
8

diketahui, disikapi, atau dilakukan siswa dalam setiap tingkatan kelas dan

sekolah dan sekaligus menggambarkan kemajuan siswa yang dicapai secara

bertahap dan berkelanjutan untuk menjadi kompeten.

e. Perbedaan Kurikulum 1994 dengan KBK

Sebagai bahan perbandingan, berikut ini dipaparkan perbedaan

antara Kurikulum SMU 1994 dan suplemennya tahun 1999 dengan

Kurikulum Berbasis Kompetensi.

ASPEK KURIKULUM 1994 KBK


Dokumen Seluruh dokumen Kompetensi dan materi
kurikulum pokok dikembangkan di
direncanakan, dibuat pusat, sedangkan silabus dan
dan dikembangkan oleh bahan ajar direncanakan dan
pusat dikembangkan oleh daerah
Pendekatan Berbasis konten, Berbasis Kompetensi,
sehingga peserta didik sehingga peserta didik
dipandang sebagai berada dalam proses
kertas putih yang perlu perkembangan yang
ditulisi dengan berkelanjutan dari seluruh
sejumlah ilmu aspek kepribadian, sebagai
pengetahuan (transfer pemekaran terhadap potensi-
of knowledge) potensi bawaan sesuai
dengan kesempatan belajar
yang ada dan diberikan oleh
lingkungan
Waktu Belajar Menerapkan sistem Menerapkan sistem semester
catur wulan
9

Pelaksanaan Guru mengalami Guru diberi kebebasan untuk


(proses) kesulitan dalam mengembangkan secara
mengembangkan topik- kreatif materi-materi pokok
topik tertentu. Beberapa untuk mencapai materi
materi ada yang sulit tertentu.
diajarkan guru dan ada
yang sulit dipahami
siswa, sehingga terjadi
penumpukan materi
pada cawu tertentu
Guru merupakan Guru sebagai fasilitator yang
kurikulum yang bertugas mengkondisikan
menentukan segala lingkungan untuk
sesuatu yang terjadi di memberikan kemudahan
dalam kelas belajar peserta didik
Formulasi dan Aspek kognitif, afektif dan
pelaksanaan kurikulum psikomotorik merupakan
kurang memperhatikan suatu keutuhan dalam
keutuhan aspek pencapaian kompetensi dan
kognitif, afektif dan kemampuan dasar
psikomotorik
Kecakapan hidup (life Kecakapan hidup (life skill)
skill) kurang terakomodasi secara terpadu
terakomodasi dalam dan proporsional dalam
kurikulum dan proses kurikulum dan proses
pembelajaran, karena pembelajarannya
mengejar target
kurikulum
Materi yang Sekolah diberi keleluasaan
dikembangkan dan untuk menyusun dan
diajarkan di sekolah mengembangkan silabus
seringkali tidak sesuai mata pelajaran, sehingga
dengan potensi sekolah, dapat mengakomodasi
kebutuhn dan potensi sekolah, kebutuhan
kemampuan peserta dan kemampuan peserta
didik, serta kebutuhan didik, serta kebutuhan
masyarakat sekitar masyarakat sekitar sekolah
sekolah
Pengembangan Dilakukan secara Dilakukan secara
Kurikulum sentralisasi, sehingga desentralisasi, sehingga
Depdiknas memonopoli pemerintah dan masyarakat
pengembangan ide dan bersama-sama menentukan
10

konsepsi kurikulum standar pendidikan yang


dituangkan dalam kurikulum
Penilaian Menerapkan sistem Menerapkan sistem penilaian
penilaian berbasis berkelanjutan, yaitu
konten yang lebih mengacu pada
banyak menekankan keberlangsungan proses dan
pada aspek kognitif. system penilaian berbasis
Sistem penilaian kelas (classroom based
dilakukan secara assessment) yang berbentuk
konvensional dan tes uraian, porto folio dan
berbasis pada pokok tugas (project work)13
bahasan/sub pokok
bahasan

2. Pengembangan KBK.

Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi memfokuskan pada

kompetensi tertentu, berupa panduan pengetahuan, keterampilan, dan sikap

yang dapat didemonstrasikan peserta didik sebagai wujud pemahaman

terhadap konsep yang dipelajarinya. Penerapan kurikulum berbasis

kompetensi memungkinkan para guru menilai hasil belajar peserta didik

dalam proses pencapaian sasaran belajar, yang mencerminkan penguasaan

dan pemahaman terhadap apa yang dipelajari. Oleh karena itu, peserta didik

perlu mengetahui kriteria penguasaan kompetensi yang akan dijadikan

sebagai standar penilaian hasil belajar, sehingga para peserta didik dapat

mempersiapkan dirinya melalui penguasaan terhadap sejumlah kompetensi

tertentu, sebagai prasyarat untuk melanjutkan ke tingkat penguasaan

kompetensi berikutnya. Kriteria tersebut biasanya dikembangkan

13
Ibid., hal.20-23
11

berdasarkan tujuan khusus yang dipelajari sesuai dengan kompetensi yang

harus dikuasai.14

a. Tingkat Pengembangan KBK.

Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) seperti

pengembangan kurikulum pada umumnya terdiri dari beberapa tingkat,

yaitu tingkat nasional, tingkat lembaga, tingkat bidang studi, dan tingkat

satuan bahasan (modul).

1) Pengembangan Kurikulum Tingkat Nasional

Pada tingkat ini pengembangan kurikulum dibahas dalam lingkup

nasional, meliputi jalur pendidikan sekolah dan luar sekolah, baik secara

vertikal maupun horizontal dalam rangka merealisasikan tujuan pendidikan

nasional. Dalam kaitannya dengan kurikulum berbasis kompetensi (KBK),

pengembangan kurikulum tingkat nasional dilakukan dalam rangka

mengembangkan standar kompetensi untuk masing-masing jenjang dan

jenis penddikan, terutama pada jalur pendidikan sekolah.15

2) Pengembangan Kurikulum Tingkat Lembaga

Pada tingkat ini dibahas pengembangan kurikulum untuk setiap jenis

lembaga pendidikan pada berbagai satuan dan jenjang pendidikan. Kegiatan

yang dilakukan pada tahap ini antara lain :

14
E. Muliasyah, op cit, hal. 62
15
Ibid, hal. 63.
12

a) Mengembangkan kompetensi lulusan, dan merumuskan tujuan-tujuan

pendidikan pada berbagai jenis lembaga pendidikan.

b) Berdasarkan kompetensi dan tujuan di atas selanjutnya dikembangkan

bidang studi-bidang studi yang akan diberikan untuk merealisasikan

tujuan tersebut.

c) Mengembangkan dan mengidentifikasi tenaga-tenaga kependidikan

(guru dan non guru) sesuai dengan kualifikasi yang diperlukan.

d) Mengidentifikasi fasilitas pembelajaran yang diperlukan untuk memberi

kemudahan belajar.16

3) Pengembangan Kurikulum Tingkat Bidang Studi

Pada tingkat ini dilakukan pengembangan silabus untuk setiap

bidang studi pada berbagai jenis lembaga pendidikan. Kegiatan yang

dilakukan antara lain :

a) Mengidentifikasi dan menentukan jenis-jenis kompetensi dan tujuan

setiap bidang studi.

b) Mengembangkan kompetensi dan pokok-pokok bahasan, serta

mengelompokkannya sesuai dengan ranah pengetahuan, pemahaman,

kemampuan (keterampilan), nilai, dan sikap.

c) Mendeskripsikan kompetensi serta mengelompokkannya sesuai dengan

skope dan skuensi.

16
Ibid, hal. 64.
13

d) Mengembangkan indikator untuk setiap kompetensi serta kriteria

pencapaiannya.17

Penyusunan silabus mengacu pada Kurikulum Berbasis Kompetensi

dan perangkat komponen-komponennya yang disusun oleh Pusat

Kurikulum, Badan Penelitian dan Pengembangan, Departemen Pendidikan

Nasional. Sekolah yang mempunyai kemampuan mandiri dapat menyusun

silabus yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya setelah mendapat

persetujuan dari Dinas Pendidikan setempat (provinsi, kabupaten/kota).

Dinas Pendidikan setempat dapat mengkoordinasikan sekolah-sekolah yang

belum mempunyai kemampuan mandiri untuk menyusun silabus. 18

Pengembangan silabus berbasis kemampuan dasar akan dibahas secara rinci

pada bab ini di sub judul “Implementasi KBK”.

4) Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Bahasan (Modul)

Berdasarkan kompetensi-kompetensi yang telah diidentifikasi dan

diurutkan sesuai dengan tingkat pencapaiannya pada setiap bidang studi,

selanjutnya dikembangkan program-program pembelajaran. Dalam KBK

program pembelajaran yang dikembangkan adalah modul, sehingga

kegiatan pengembangan kurikulum pada tingkat ini adalah menyusun dan

mengembangkan paket-paket modul.19

b. Prinsip-prrinsip Pengembangan KBK.

17
Ibid.
18
Ibid.
19
Ibid, hal. 65.
14

Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi mempertimbangkan

prinsip-prinsip berikut ini.

1) Keimanan, Nilai, dan Budi Pekerti Luhur.

Keyakinan dan nilai-nilai yang dianut masyarakat berpengaruh pada

sikap dan arti kehidupannya. Keimanan, nilai-nilai, dan budi pekerti luhur

perlu digali, dipahami, dan diamalkan oleh siswa.

2) Penguatan Integritas Nasional.

Penguatan identitas nasional dicapai melalui pendidikan yang

memberikan pemahaman tentang masyarakat Indonesia yang majemuk dan

kemajuan peradaban bangsa Indonesia dalam tatanan peradaban dunia yang

multikultur dan multibahasa.

3) Keseimbangan Etika, Logika, Estetika, dan Kinestetika.

Keseimbangan pengalaman belajar siswa yang meliputi etika, logika,

estetika, dan kinestetika sangat dipertimbangkan dalam penyusunan

kurikulum dan hasil belajar.

4) Kesamaan Memperoleh Kesempatan.

Penyediaan tempat yang memberdayakan semua siswa untuk

memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap sangat diutamakan

Seluruh siswa dari berbagai kelompok seperti kelompok yang kurang

beruntung secara ekonomi dan sosial yang memerlukan bantuan khusus,


15

berbakat, dan unggul berhak menerima pendidikan yang tepat sesuai

dengan kemampuan dan kecepatannya.

5) Abad Pengetahuan dan Teknologi Informasi.

Kemampuan berpikir dan belajar dengan mengakses, memilih, dan

menilai pengetahuan untuk mengatasi situasi yang cepat berubah dan penuh

ketidakpastian merupakan kompetensi penting dalam menghadapi abad

ilmu pengetahuan dan teknologi informasi.

6) Pengembangan Keterampilan Hidup.

Kurikulum perlu memasukkan unsur keterampilan hidup agar siswa

memiliki keterampilan, sikap, dan perilaku adaptif, kooperatif dan

kompetitif dalam menghadapi tantangan dan tuntutan kehidupan sehari-hari

secara efektif. Kurikulum juga perlu mengintegrasikan unsur-unsur penting

yang menunjang kemampuan untuk bertahan hidup.

7) Belajar Sepanjang Hayat.

Pendidikan berlanjut sepanjang hidup manusia untuk

mengembangkan, menambah kesadaran, dan selalu belajar memahami

dunia yang selalu berubah dalam berbagai bidang. Kemampuan belajar

sepanjang hayat dapat dilakukan melalui pendidikan formal dan non-

formal, serta pendidikan alternatif yang diselenggarakan baik oleh

pemerintah maupun oleh masyarakat.


16

8) Berpusat pada Anak dengan Penilaian yang Berkelanjutan dan

Komperehensif.

Upaya memandirikan siswa untuk belajar, bekerja sama, dan menilai

diri sendiri sangat perlu diutamakan agar siswa mampu membangun

pemahaman dan pengetahuannya. Penilaian berkelanjutan dan

komprehensif menjadi sangat penting dalam rangka pencapaian upaya

tersebut.

9) Pendekatan Menyeluruh dan Kemitraan.

Semua pengalaman belajar dirancang secara berkesinambungan

mulai dari TK dan RA sampai dengan Kelas XII. Pendekatan yang

digunakan dalam mengorganisasikan pengalaman belajar berfokus

pada kebutuhan siswa yang bervariasi dan mengintegrasikan berbagai

disiplin ilmu. Keberhasilan pencapaian pengalaman belajar menuntut

kemitraan dan tanggung jawab bersama dari siswa, guru, sekolah,

orangtua, perguruan tinggi, dunia usaha dan industri, dan

masyarakat.20

c. Pengembangan Struktur KBK

Kurikulum Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah

disediakan 2 macam struktur. Kedua struktur tersebut adalah: (1) Struktur

Kurikulum dengan Pengkhususan Program Studi, dan (2) Struktur

20
http:///www.depdiknas.go.id/Jurnal/27/op.cit.
17

Kurikulum dengan Non-pengkhususan Program Studi. Pertimbangan utama

untuk menyediakan 2 struktur kurikulum adalah agar sekolah dapat

menentukan sendiri struktur kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan.21

1) Struktur Kurikulum Pengkhususan Program Studi

Penyelenggaraan Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah

dengan pengkhususan program studi dimaksudkan untuk memberikan

kemungkinan kepada siswa dalam pemilihan suatu program studi secara

khusus. Program studi tersebut adalah Ilmu Alam, Ilmu Sosial, dan Bahasa.

Pemilihan program studi dilaksanakan sejak Kelas XI. Dengan demikian,

Kelas X merupakan program bersama yang diikuti oleh semua siswa. 22

Program studi Ilmu Alam menekankan pada pemahaman prinsip-

prinsip alam serta mendorong siswa untuk bekerja dan bersikap ilmiah.

Fokus program studi Ilmu Alam pada mata-mata pelajaran Matematika,

Fisika, Kimia, dan Biologi. Program studi Ilmu Sosial menekankan pada

pemahaman prinsip-prinsip kemasyarakatan untuk mendorong siswa

mengembangkan potensinya dalam menciptakan kedamaian dan

kesejahteraan hidup bersama. Fokus program studi Ilmu Sosial pada mata-

mata pelajaran Kewarganegaraan, Ekonomi, Sejarah, dan Sosiologi.

Program studi Bahasa menekankan pada pemahaman prinsip-prinsip

multikultural dan komunikasi secara efektif melalui bahasa. Fokus program

studi Bahasa pada mata-mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia,


21
E. Mulyasa, op.cit, hal. 80.
22
Ibid
18

Bahasa dan Sastra Inggris, Bahasa Asing lainnya (selain bahasa Inggris),

dan Teknologi Informasi dan Komunikasi.23

Struktur kurikulum pengkhususan program studi Ilmu Alam, Ilmu

Sosial, dan Bahasa memuat jumlah dan jenis mata pelajaran serta alokasi

waktu sebagaimana terlihat dalam tabel-tabel berikut ini.

Struktur Kurikulum Program Studi ILMU ALAM

ALOKASI WAKTU
NO MATA PELAJARAN Kelas X Kelas XI Kelas XII
SMT SMT SMT SMT SMT SMT
1 2 1 2 1 2

1 Pendidikan Agama 2 2 2 2 2 2
2 Kewarganegaraan 2 2 2 2 2 -
3 Bahasa dan Sastra Indonesia 4 4 3 3 3 4
4 Bahasa Inggris 4 4 4 4 4 4
5 Matematika 4 4 5 5 5 5
6 Kesenian 2 2 2 2 - -
7 Pendidikan Jasmani 2 2 2 2 2 2
8 Sejarah 3 - 2 - 2 -
9 Geografi - 3 - 2 - 2
10 Ekonomi 2 2 - - - -
11 Sosiologi 2 2 - - - -
12 Fisika 3 3 5 5 5 5
13 Kimia 3 3 4 5 4 5
14 Biologi 3 3 5 4 5 4
15 Teknologi Informasi dan
Komunikasi/Keterampilan

JUMLAH 36 36 36 36 34 32

Ketentuan untuk Program Studi Ilmu Alam:

23
Ibid, hal. 81
19

a) Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (2 semester) adalah 34

minggu dan jam sekolah efektif per minggu minimal 30 jam (1.800

menit).

b) Alokasi waktu yang disediakan adalah 36 jam pelajaran per minggu.

c) Satu jam pelajaran tatap muka dilaksanakan selama 45 menit.

d) Pengalokasian waktu untuk setiap mata pelajaran sebagaimana tercantum

dalam tabel di atas merupakan contoh pengalokasian waktu untuk

setiap mata pelajaran. Sekolah dapat mengatur alokasi waktu sesuai

kemampuan dengan tetap berpatokan pada alokasi waktu per minggu.

e) Sekolah dapat mengalokasikan waktu untuk melaksanakan kegiatan

sekolah seperti kunjungan perpustakaan, olahraga, bakti sosial, dan

sejenisnya.

f) Kelas X merupakan program bersama yang diikuti semua siswa.

g) Fokus program studi Ilmu Alam pada mata-mata pelajaran Matematika,

Fisika, Kimia, dan Biologi.

h) Pengalokasian waktu mata pelajaran Teknologi Informasi dan

Komunikasi atau Keterampilan diatur sekolah.24

Struktur Kurikulum Program Studi ILMU SOSIAL

ALOKASI WAKTU
NO MATA PELAJARAN Kelas X Kelas XI Kelas XII
SMT SMT SMT SMT SMT SMT
1 2 1 2 1 2

1 Pendidikan Agama 2 2 2 2 2 2

24
Ibid, hal. 82-83.
20

2 Kewarganegaraan 2 2 2 2 2 -
3 Bahasa dan Sastra Indonesia 4 4 3 3 4 4
4 Bahasa Inggris 4 4 4 4 4 4
5 Matematika 4 4 4 4 4 4
6 Kesenian 2 2 2 2 - -
7 Pendidikan Jasmani 2 2 2 2 2 2
8 Sejarah 3 - 3 3 3 3
9 Geografi - 3 2 2 2 2
10 Ekonomi 2 2 5 5 5 5
11 Sosiologi 2 2 4 4 4 4
12 Fisika 3 3 - - - -
13 Kimia 3 3 - - - -
14 Biologi 3 3 - - - -
15 Teknologi Informasi dan
Komunikasi/Keterampilan - - 2 2 2 -

JUMLAH 36 36 36 36 34 32

Ketentuan untuk Program Studi Ilmu Sosial:

a) Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (2 semester) adalah 34

minggu dan jam sekolah efektif per minggu minimal 30 jam (1.800

menit).

b) Alokasi waktu yang disediakan adalah 36 jam pelajaran per minggu.

c) Satu jam pelajaran tatap muka dilaksanakan selama 45 menit.

d) Pengalokasian waktu untuk setiap mata pelajaran sebagaimana tercantum

dalam tabel di atas merupakan contoh pengalokasian waktu untuk setiap

mata pelajaran. Sekolah dapat mengatur alokasi waktu sesuai

kemampuan dengan tetap berpatokan pada alokasi waktu per minggu.


21

e) Sekolah dapat mengalokasikan waktu untuk melaksanakan kegiatan

sekolah seperti kunjungan perpustakaan, olahraga, bakti sosial, dan

sejenisnya.

f) Kelas X merupakan program bersama yang diikuti semua siswa.

g) Fokus program studi Ilmu Sosial pada mata-mata pelajaran Sosiologi,

Sejarah, Geografi, Ekonomi, dan Kewarganegaraan.

h) Materi mata pelajaran Ekonomi mencakup unsur-unsur Akuntansi.

i) Materi mata pelajaran Sosiologi mencakup Antropologi.25

Struktur Kurikulum Program Studi BAHASA

ALOKASI WAKTU
NO MATA PELAJARAN Kelas X Kelas XI Kelas XII
SMT SMT SMT SMT SMT SMT
1 2 1 2 1 2

1 Pendidikan Agama 2 2 2 2 2 2
2 Kewarganegaraan 2 2 2 2 2 -
3 Bahasa dan Sastra Indonesia 4 4 4 4 4 4
4 Bahasa Inggris 4 4 6 6 6 5
5 Matematika 4 4 2 2 2 2
6 Kesenian 2 2 3 3 2 2
7 Pendidikan Jasmani 2 2 2 2 2 2
8 Sejarah 3 - 3 3 3 3
9 Geografi - 3 - - - -
10 Ekonomi 2 2 - - - -
11 Sosiologi 2 2 - - - -
12 Fisika 3 3 - - - -
13 Kimia 3 3 - - - -
14 Biologi 3 3 - - - -
15 Sastra Indonesia - - 4 4 4 4
16 Bahasa Asing Lainnya - - 5 5 5 4
17 Teknologi Informasi dan
Komunikasi/Keterampilan - - 3 3 2 2

JUMLAH 36 36 36 36 34 32

25
Ibid, hal. 83-84.
22

Ketentuan untuk Program Studi Bahasa:

a) Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (2 semester) adalah 34

minggu dan jam sekolah efektif per minggu minimal 30 jam (1.800

menit).

b) Alokasi waktu yang disediakan adalah 36 jam pelajaran per minggu.

c) Satu jam pelajaran tatap muka dilaksanakan selama 45 menit.

d) Pengalokasian waktu untuk setiap mata pelajaran sebagaimana tercantum

dalam tabel di atas merupakan contoh pengalokasian waktu untuk setiap

mata pelajaran. Sekolah dapat mengatur alokasi waktu sesuai

kemampuan dengan tetap berpatokan pada alokasi waktu per minggu.

e) Sekolah dapat mengalokasikan waktu untuk melaksanakan kegiatan

sekolah seperti kunjungan perpustakaan, olahraga, bakti sosial, dan

sejenisnya.

f) Kelas X merupakan program bersama yang diikuti semua siswa.

g) Fokus program studi Bahasa pada mata-mata pelajaran Bahasa dan

Sastra Indonesia, Bahasa dan Sastra Inggris, Bahasa Asing lainnya

(selaian bahasa Inggris), dan Teknologi Informasi dan Komunikasi.

h) Bahasa Asing lainnya dapat berupa bahasa Arab, bahasa Jerman, bahasa

Perancis, bahasa Jepang, dan bahasa Mandarin.26

2) Struktur Kurikulum Non-Pengkhususan Program Studi

26
Ibid, hal. 84-86.
23

Penyelenggaraan Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah

nonpengkhususan program studi dimaksudkan untuk memberikan

kebebasan kepada siswa dalam memilih sejumlah mata pelajaran yang

sesuai dengan potensi, bakat, dan minat siswa.

Struktur kurikulum non-pengkhususan tersebut memuat jumlah dan

jenis mata pelajaran serta alokasi waktu sebagaimana terinci dalam tabel

berikut ini.

Struktur Kurikulum Non-Pengkhususan Program Studi

ALOKASI WAKTU
NO MATA PELAJARAN Kelas X Kelas XI Kelas XII
SMT SMT SMT SMT SMT SMT
1 2 1 2 1 2
A BERSAMA
1 Pendidikan Agama 2 2 2 2 2 2
2 Kewarganegaraan 2 2 2 2 2 -
3 Bahasa dan Sastra Indonesia 6 6 - - - -
4 Bahasa Inggris 4 4 - - - -
5 Matematika 6 6 - - - -
6 Kesenian 2 2 3 3 2 2
7 Pendidikan Jasmani 2 2 2 2 2 2
8 Ilmu Sosisal Terpadu 3 - 3 3 3 3
9 Sains Terpadu - 3 - - - -

JUMLAH 36 36 8 8 8 8

B PILIHAN
1 Bahasa dan Sastra Indonesia - - 4 4
2 Matematika - - 4 4
3 Fisika - - 4 4
4 Biologi - - 4 4
5 Kimia - - 4 4
6 Ekonomi - - 4 4
7 Geografi - - 4 4
8 Sosiologi - - 4 4
9 Antropologi - - 4 4
24

10 Sejarah Budaya & Dunia - - 4 4


11 Bahasa Inggris - - 4 4
12 Bahasa Jerman - - 4 4
13 Bahasa Prancis - - 4 4
14 Bahasa Jepang - - 4 4
15 Bahasa Mandarin - - 4 4
16 Bahasa Arab - - 4 4
17 Aqidah Akhlak - - 4 4
18 Tafsir Hadis - - 4 4
19 Ushul Fiqh - - 4 4
20 Teknologi Informasi dan
Komunikasi/Keterampilan - - 4 4

Jumlah Maksimum Jam 36 36 36 36 32 32


Pelajaran Inti dan Pilihan

Ketentuan untuk Non-Pengkhususan Program Studi:

a) Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (2 semester) adalah 34

minggu dan jam sekolah efektif per minggu minimimal 30 jam (1.800

menit)

b) Alokasi waktu yang disediakan adalah 36 jam pelajaran per minggu.

c) Satu jam pelajaran tatap muka dilaksanakan selama 45 menit.

d) Sekolah dapat mengalokasikan waktu untuk melaksanakan kegiatan

sekolah seperti kunjungan perpustakaan, olahraga, bakti sosial, dan

sejenisnya.

e) Kelas X merupakan program bersama yang diikuti semua siswa.

f) Pemilihan mata pelajaran untuk Pilihan didasarkan pada minat dan

kemampuan siswa untuk memilih program studi di perguruan tinggi.


25

g) Pemilihan mata pelajaran dapat dilakukan dengan cara:

- Siswa yang memiliki minat dan kemampuan ke bidang Ilmu Alam dapat

memilih beberapa mata pelajaran yang bercirikan bidang tersebut

ditambah dengan mata pelajaran lainnya,

- Siswa yang memiliki minat dan kemampuan ke bidang Ilmu Sosial dapat

memilih beberapa mata pelajaran yang bercirikan bidang tersebut dan

ditambah dengan mata pelajaran lainnya, dan

- Siswa yang memiliki minat dan kemampuan ke bidang Bahasa dapat

memilih beberapa mata pelajaran yang bercirikan bidang tersebut

ditambah dengan mata pelajaran lainnya.

- Siswa yang memiliki minat dan kemampuan ke bidang Agama dapat

memilih beberapa mata pelajaran yang bercirikan bidang tersebut

ditambah dengan mata pelajaran lainnya.

h) Jumlah jam pelajaran pilihan di kelas XI adalah 28 jam (7 mata

pelajaran) dan di kelas XII adalah 24 jam (6 mata pelajaran).

Daerah atau sekolah dapat menambah mata pelajaran yang sesuai

dengan kebutuhannya, maksimal sebanyak 4 jam pelajaran.27

d. Tujuan Penyelenggaraan dan Kompetensi Lulusan.

Bagi lembaga pendidikan yang menerapkan pendidikan berbasis

kompetensi, pertama-tama yang perlu dilakukan adalah menentukan

27
Ibid, hal.86-88.
26

kompetensi lulusan. Kompetensi lulusan merupakan acuan untuk menyusun

materi pelajaran dalam silabus berbasis kemampuan dasar.

Kompetensi lulusan berisikan seperangkat kompetensi yang harus

dikuasai lulusan yang menggambarkan profil lulusan secara utuh.

Kompetensi lulusan menggambarkan berbagai aspek kompetensi yang

harus berhasil dikuasai, baik kompetensi pada aspek kognitif, afektif dan

psikomotorik.28

Kompetensi lulusan suatu lembaga pendidikan dijabarkan dari visi,

misi, fungsi, dan tugas lembaga yang bersangkutan. Acuan untuk

merumuskan kompetensi lulusan dapat berupa landasan yuridis yaitu

peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan persyaratan yang

ditentukan oleh pengguna lulusan atau dunia kerja (workplace). Secara

yuridis, kompetensi lulusan SMU dapat dijabarkan dari perumusan tujuan

pendidikan yang terdapat di dalam UUD, GBHN, atau Undang-Undang

tentang Sistem Pendidikan Nasional (USPN). Khusus mengenai tujuan

pendidikan menengah termasuk SMU, dalam Undang-Undang Pendidikan

Nasional Nomor 2 Tahun 1989 pasal 15 dirumuskan bahwa : “Pendidikan

menengah diselenggarakan untuk melanjutkan dan meluaskan pendidikan

dasar serta menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang

memiliki kemampuan mengadakan hubungan timbal balik dengan

28
Direktorat Pendidikan Menengah Umum: DITJEN DIKDASMEN DIKNAS, Pola
Induk Pengembangan Silabus Berbasis Kemampuan Dasar Sekolah Menengah Umum (SMU)
(Pedoman Umum), op.cit, hal.7.
27

lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitar serta dapat mengembangkan

kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi”.29

Perumusan aspek-aspek kompetensi secara rinci dapat dilakukan

dengan menganalisis kompetensi. Bloom menganalisis kompetensi menjadi

tiga aspek, masing-masing dengan tingkatan yang berbeda-beda:

1) Kompetensi kognitif, meliputi tingkatan pengetahuan, pemahaman,

aplikasi, analisis, sintesis, dan penilaian.

2) Kompetensi afektif, meliputi pemberian respons, penilaian, apresiasi,

dan internalisasi.

3) Kompetensi psikomotorik, meliputi keterampilan gerak awal, semi rutin,

dan rutin.30

Dalam KBK penyelenggaraan sekolah menengah dimaksudkan

untuk menghasilkan lulusan yang memiliki karakter, kecakapan, dan

keterampilan yang kuat untuk digunakan dalam mengadakan hubungan

timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitar, serta

mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau

pendidikan lebih lanjut. Penyelenggaraan sekolah menengah secara khusus

bertujuan untuk:

1) Memberikan kemampuan minimal bagi lulusan untuk melanjutkan

pendidikan dan hidup dalam masyarakat.

29
Ibid, hal. 10.
30
Benyamin S Bloom, op.cit, hal. 17.
28

2) Menyiapkan sebagian besar warga negara menuju masyarakat belajar

pada masa yang akan datang

3) Menyiapkan lulusan menjadi anggota masyarakat yang memahami dan

menginternalisasi perangkat gagasan dan nilai masyarakat beradab dan

cerdas.

Tamatan Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah diharapkan

memiliki kemampuan sebagai berikut:

1) Memiliki keyakinan dan ketaqwaan sesuai dengan ajaran agama yang

dianutnya.

2) Memiliki nilai dasar humaniora untuk menerapkan kebersamaan dalam

kehidupan.

3) Menguasai pengetahuan dan keterampilan akademik serta beretos belajar

untuk melanjutkan pendidikan.

4) Mengalihgunakan kemampuan akademik dan keterampilan hidup di

masyarakat lokal dan global.

5) Berekspresi dan menghargai seni.

6) Menjaga kebersihan, kesehatan, dan kebugaran jasmani.

7) Berpartisipasi dan berwawasan kebangsaan dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara secara demokratis. 31

3. Implementasi KBK.

31
http:///www.depdiknas.go.id/Jurnal/27/op.cit
29

Secara bahasa implementasi berarti pelaksanaan atau penerapan. 32

Dalam Oxford Advance Learner’s Dictionary implementasi diartikan

sebagai penerapan sesuatu yang memberikan efek atau dampak.

Secara istilah implementasi adalah suatu proses penerapan ide,

konsep, kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehungga

memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan

maupun nilai, dan sikap. Sementara implementasi kurikulum adalah

operasionalisasi konsep kurikulum yang masih bersifat potensial (tertulis)

menjadi aktual dalam bentuk kegiatan pembelajaran. Dengan demikian,

definisi Implementasi KBK adalah suatu proses penerapan ide, konsep, dan

kebijakan kurikulum (kurikulum potensial) dalam suatu aktivitas

pembelajaran, sehingga peserta didik menguasai seperangkat kompetensi

tertentu, sebagai hasil interaksi dengan lingkungan.33

Dalam garis besarnya, Implementasi KBK mencakup tiga kegiatan

pokok, yaitu Pengembangan Silabus, Proses KBM, dan Penilaian.

a. Pengembangan Silabus dan Sistem Pengujian Berbasis Kemampuan

Dasar.

Implikasi dari pengembangan Kurikulum Pendidikan berbasis

kompetensi bagi suatu sekolah adalah pengembangan sebuah Silabus dan

Sistem Pengujian berbasis kemampuan dasar.

32
Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2002,
hal.
33
E. Mulyasa, op.cit, hal. 93-94.
30

Silabus merupakan acuan bagi seorang guru untuk merencanakan

dan melaksanakan program pembelajaran, sebab dalam silabus terdapat

rumusan materi pelajaran yang akan diajarkan dan serangkaian program

pembelajaran. Silabus yang dikembangkan dalam KBK, dari segi

komponen tidak jauh berbeda dengan Program Satuan Pelajaran (PSP) yang

telah dikembangkan selama ini. Perbedaannya hanya terletak pada

penamaan atau istilah beberapa komponen dan bentuk silabus yang lebih

simpel.

1) Konsep Silabus Berbasis Berbasis Kemampuan Dasar.

Istilah34 silabus digunakan untuk menyebut suatu produk

pengembangan kurikulum berupa penjabaran lebih lanjut dari standar

kompetensi dan kemampuan dasar yang ingin dicapai, dan pokok-pokok

serta uraian materi yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai

standar kompetensi dan kemampuan dasar. Seperti diketahui, dalam

pengembangan kurikulum dan pembelajaran, terlebih dahulu perlu

ditentukan standar kompetensi yang berisikan kebulatan pengetahuan, sikap

dan keterampilan yang ingin dicapai, materi yang harus dipelajari,

pengalaman belajar yang harus dilakukan, dan sistem evaluasi untuk

34
Istilah silabus dapat didefinisikan sebagai “Garis besar, ringkasan, ikhtisar, atau pokok-
pokok isi atau materi pelajaran. Lihat : Peter Salim, The Contemporary English-Indonesian
Dictionary, Jakarta, Modern English Press, 1987, hal.98.
31

mengetahui pencapaian standar kompetensi. Dengan kata lain, kurikulum

dan pembelajaran menjawab pertanyaan (1) apa yang akan diajarkan

(standar kompetensi, kemampuan dasar, dan materi pelajaran); (2)

bagaimana cara mengajarkannya (pengalaman belajar, metode, media); (3)

bagaimana dapat diketahui bahwa standar kompetensi telah tercapai

(evaluasi/ sistem pengujian).35

Uraian di atas menjelaskan bahwa penyusunan silabus merupakan

salah satu tahapan pengembangan kurikulum, khususnya menjawab

pertanyaan “Apa yang akan diajarkan”? Silabus merupakan hasil atau

produk kegiatan pengembangan disain pembelajaran. Hasil pengembangan

disain pembelajaran selain disebut sebagai silabus juga disebut Pola Dasar

Kegiatan Belajar Mengajar (PDKBM) atau Garis-Garis Besar Isi Program

Pembelajaran (GBIPP). Komponen silabus sebagai salah satu hasil

pengembangan kurikulum terdiri dari standar kompetensi, kemampuan

dasar, materi pembelajaran, rincian materi pembelajaran beserta urutannya,

pengalaman belajar siswa, alokasi waktu, dan sumber acuan penyusunan

silabus.36

Silabus bermanfaat sebagai pedoman bagi pengembangan

pembelajaran lebih lanjut, seperti pembuatan rencana pembelajaran,

pengelolaan kegiatan pembelajaran, dan pengembangan sistem pengujian.


35
Direktorat Pendidikan Menengah Umum: DITJEN DIKDASMEN DIKNAS, Pola
Induk Pengembangan Silabus Berbasis Kemampuan Dasar Sekolah Menengah Umum (SMU)
(Pedoman Umum), op.cit., hal.20
36
Ibid, hal. 21.
32

Silabus merupakan sumber pokok dalam penyusunan rencana

pembelajaran, baik rencana pembelajaran untuk mengajarkan satu topik

maupun untuk satu pokok bahasan. Silabus juga bermanfaat sebagai

pedoman untuk merencanakan pengelolaan kegiatan pembelajaran,

misalnya kegiatan belajar secara klasikal, kelompok kecil, atau

pembelajaran secara individual. Akhirnya, silabus sangat bermanfaat untuk

mengembangkan sistem pengujian. Dalam rangka pelaksanaan

pembelajaran berbasis kompetensi, sistem pengujian selalu mengacu pada

standar kompetensi, kemampuan dasar, dan materi pembelajaran yang

terdapat dalam silabus.37

Pada Kurikulum Berbasis Kompetensi, kebijakan penyusunan

silabus diserahkan sepenuhnya kepada daerah atau sekolah yang

melaksanakan program KBK tersebut. Pemerintah Pusat hanya berwenang

menetapkan (1) standar kompetensi siswa, kurikulum nasional, penilaian

hasil belajar secara nasional dan pedoman pelaksanaannya, (2) standar

materi. Standar kompetensi dan standar materi yang telah ditetapkan

pemerintah di atas merupakan acuan dasar untuk menyusun silabus yang

lebih operasional di masing-masing daerah atau sekolah yang

mengimplementasikan KBK.

2) Prinsip Penyusunan Silabus.

37
Ibid
33

Penyusunan silabus berbasis kemampuan dasar didasari atas prinsip-

prinsip tertentu, yaitu (1) Relevansi, (2) Konsistensi, dan (3) Kecukupan

antar komponen silabus.38

3) Komponen Silabus Berbasis Kemampuan Dasar.

Silabus Berbasis Kemampuan Dasar terdiri atas 7 komponen, yaitu :

a) Standar Kompetensi.

b) Kemampuan Dasar.

c) Materi Pembelajaran.

Jenis Materi : fakta, konsep, prinsip, dan prosedur.

Urutan Materi : prosedural, hierarkis, dan terpadu.

d) Uraian Materi Pembelajaran.

e) Pengalaman Belajar.

Tempat : di dalam kelas dan di luar kelas.

Bentuk : mengidentifikasi, mendemonstrasikan, mempraktekkan

mensimulasikan, menganalisis, mengaplikasikan, dan menemukan.

f) Alokasi Waktu.

Kriteria penentuan alokasi waktu adalah kompleksitas, frekuensi

penggunaan, banyaknya materi, dan pentingnya materi.

g) Bahan Rujukan. 39

38
Direktorat Pendidikan Menengah Umum: DITJEN DIKDASMEN DIKNAS,
Mekanisme Dan Prosedur Pengembangan Silabus Berbasis Kompetensi, Jakarta, Bagian Proyek
Pengelolaan DIKMENUM., 2002, hal.2
39
Ibid, hal.3-7.
34

Ketujuh komponen silabus berbasis kemampuan dasar di atas

terangkum dalam sebuah format “Silabus dan Sistem Pengujian” yang pada

kurikulum 1994 dinamakan Satuan Pelajaran.

4) Langkah-langkah Penyusunan Silabus

Setelah kompetensi lulusan berhasil ditetapkan, barulah diambil

langkah-langkah untuk menyusun silabus. Secara keseluruhan, beberapa

langkah pokok pengembangan silabus berbasis kemampuan dasar antara

lain meliputi:

a) Merumuskan standar kompetensi.

Standar kompetensi dijabarkan dari visi dan misi lembaga

penyelenggara pendidikan. Pada SMU, standar kompetensi dijabarkan dari

profil tamatan SMU. Berpijak dari profil tamatan SMU, maka dirumuskan

standar kompetensi siswa dalam mempelajari setiap mata pelajaran. Standar

kompetensi lulusan SMU telah ditentukan oleh Pusat. Tugas pengembang

silabus adalah memilih standar kompetensi untuk dikembangkan materi

pembelajarannya.

b) Merumuskan kemampuan dasar.

Kemampuan dasar dijabarkan dari standar kompetensi. Jadi

kemampuan dasar merupakan perincian lebih lanjut dari standar

kompetensi. Kemampuan dasar ini menjawab pertanyaan “Kemampuan

dasar apa sajakah yang harus dikuasai agar siswa mencapai standar
35

kompetensi”? Sama halnya dengan standar kompetensi, kemampuan dasar

juga telah ditentukan oleh Pusat. Tugas pengembang silabus adalah

menjabarkan materi pembelajaran untuk menunjang tercapainya

kemampuan dasar tersebut.

c) Menentukan materi pembelajaran.

Ditinjau dari jenisnya, materi pembelajaran terdiri dari fakta, konsep,

prinsip, dan prosedur yang harus dipelajari siswa sebagai bekal penguasaan

kemampuan dasar.

d) Menentukan pengalaman belajar siswa.

Pengalaman belajar siswa dapat dilakukan baik di dalam kelas

maupun di luar kelas. Pengalaman belajar di dalam kelas dilaksanakan

dengan jalan mengadakan interaksi dengan sumber belajar, misalnya telaah

buku, mengadakan percobaan di laboratorium, praktek di studio, belajar

dengan menggunakan komputer multimedia, pemutaran film, video, dan

sebagainya. Pengalaman belajar di luar kelas dapat dilakukan melalui

kegiatan kegiatan intra-kurikuler atau ekstra-kurikuler. Sebagai contoh,

misalnya mengamati proses abrasi di pantai, mengamati lingkar tahun

pohon di hutan, mengadakan percobaan tentang pengaruh pupuk terhadap

kesuburan tanaman di laboratorium pertanian atau perkebunan, dan lain

sebagainya.

e) Menentukan alokasi waktu.


36

Untuk keperluan perencanaan pembelajaran, perkiraan waktu yang

diperlukan untuk mempelajari suatu materi pelajaran perlu ditentukan.

Perkiraan waktu didasarkan atas banyaknya cakupan, kesulitan, frekuensi

penggunaan, dan pentingnya materi pelajaran tersebut.

f) Menentukan sumber bahan.

Sumber bahan dapat berupa objek langsung, rekaman audio,

rekaman audio visual, buku teks, diktat, jurnal, majalah, penerbitan berkala,

dan lain-lainnya.40

(Lihat contoh Silabus pada lampiran 1)

b. Kegiatan Pembelajaran.

40
Direktorat Pendidikan Menengah Umum: DITJEN DIKDASMEN DIKNAS, Pola
Induk Pengembangan Silabus Berbasis Kemampuan Dasar Sekolah Menengah Umum (SMU) :
Pedoman Umum, op.cit., hal.25-26
37

Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta

didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan tingkah laku ke

arah yang lebih baik.41 Pada umumnya proses pembelajaran terjadi di dalam

kelas. Proses pembelajaran di dalam kelas hanya akan berlangsung dengan

baik jika terdapat 3 komponen utamanya; siswa, guru, dan bahan pelajaran.

Melalui ketiga komponen tersebut terjadilah interaksi belajar mengajar.

Istilah belajar (learning) menurut Fontana mengandung pengertian

proses perubahan yang relatif tetap dalam prilaku individu sebagai hasil

dari pengalaman. Sedangkan istilah mengajar/pengajaran (instruction)

menurut Romiszowski adalah proses pembelajaran yakni proses membuat

orang melakukan proses belajar sesuai rancangan42.

Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa belajar adalah proses

perubahan pada prilaku individu melalui interaksi dengan berbagai

pengalaman, dan pengajaran adalah proses memberi suasana terjadinya

perubahan tersebut.

Interaksi individu dalam proses belajar dipengaruhi oleh berbagai

faktor, baik faktor internal yang datang individu itu sendiri, maupun faktor

eksternal yang datang dari lingkungan belajarnya. Dengan demikian tugas

seorang guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar

menunjang terjadinya perubahan prilaku bagi peserta didik.43


41
E. Mulyasa, op.cit, hal. 100.
42
Udin Saripuddin dan Rustana Ardiwinata, Materi Pokok Perencanaan Pengajaran,
Ditjen Binbaga Islam, Jakarta, 1991, hal.2.
43
Op.cit.
38

1) Pendekatan Pembelajaran KBK.

Dalam KBK, kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan berpusat

pada siswa, yaitu pendekatan belajar yang aktif, kreatif, efektif,

menyenangkan, dan mencerahkan. Pendekatan lainnya seperti belajar

tuntas, konstruktivisme, pemecahan masalah, berpikir reflektif, dan

multikecerdasan apabila digunakan dapat memperkaya pendekatan belajar

aktif. Pada jenjang pendidikan menengah, bahasa pengantar pembelajaran

untuk mata pelajaran tertentu selain menggunakan bahasa Indonesia juga

dapat menggunakan bahasa Inggris atau bahasa asing lain untuk mata

pelajaran yang relevan.44

44
http:///www.depdiknas.go.id/Jurnal/27/op.cit
39

Sementara kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan

dari segi hasil. Dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan

berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%)

peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam

proses pembelajaran, di samping menunjukkan kegairahan belajar yang

tinggi, semangat belajar yang besar, dan rasa percaya pada diri sendiri.

Sedangkan dari segi hasil, proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila

terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri peserta didik seluruhnya

atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%). Lebih lanjut proses

pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila masukan merata,

menghasilkan output yang banyak dan bermutu tinggi, serta sesuai dengan

kebutuhan, perkembangan masyarakat dan pembangunan.45

2) Pengintegrasian Life Skills Dalam Kegiatan Pembelajaran.

Life Skills atau Kecakapan Hidup adalah kecakapan yang dimiliki

seseorang untuk berani menghadapi problema hidup dan kehidupan dengan

wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari

serta menemukan solusi sehingga mampu mengatasinya. 46 Adapun

pembagian Life Skills adalah: (lihat Bagan berikut)

Self Awareness

45
E. Mulyasa, op.cit, hal. 102.
46
Direktorat Pendidikan Menengah Umum: DITJEN DIKDASMEN DIKNAS,
Pengintegrasian Life Skills ke dalam Silabus, Jakarta, 2003, hal.2.
40

Personal Skill

General Thinking Skill


Life

Social Skill

Life
Academic Skill

Specific
Life

Vocational Skill

Self Awareness Skill tergambar dalam bentuk; kesadaran sebagai

makhluk Tuhan, kesadaran akan eksistensi diri, dan kesadaran akan potensi

diri. Thinking Skill dapat berupa; Kecakapan menggali dan mengolah

informasi, mengambil keputusan, dan memecahkan masalah. Sosial Skill

tergambar dalam; kecakapan komunikasi lisan dan tertulis, dan kecakapan

bekerjasama. Academic Skill tergambar dalam; kecakapan mengidentifikasi

dan menghubungkan variabel, merumuskan hipotesis, dan melaksanakan

penelitian. Vocational Skill disebut juga sebagai kecakapan kejuruan yang

terkait dengan bidang pekerjaan tertentu.47

Strategi pembekalan Life Skills bagi siswa adalah melalui reorientasi

pembelajaran, yakni dengan mengubah strategi pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan dengan metode yang variatif, sehingga; 1) siswa

lebih aktif, 2) iklim belajar menyenangkan, 3) fungsi guru bergeser dari

47
Ibid, hal.3.
41

sebagai pemberi informasi menjadi fasilitator, 4) materi yang dipelajari

siswa terkait dengan lingkungan kehidupannya, sehingga dapat

dimanfaatkan untuk memecahkan masalah kehidupan, 5) siswa terbiasa

mencari informasi dari berbagai sumber, 6) menggeser teaching menjadi

learning.48

3) Kalender Pendidikan KBK.

Penyusunan kalender pendidikan selama satu tahun pelajaran

mengacu pada efisiensi, efektifitas, dan hak-hak siswa. Kalender

pendidikan untuk setiap tahun pelajaran memuat hari efektif belajar antara

200 sampai dengan 240 hari. Penetapan hari efektif belajar dilakukan

setelah mempertimbangkan hari libur nasional dan keagamaan sesuai

dengan peraturan perundang-undangan.49

Hari efektif belajar dalam satu tahun pelajaran dilaksanakan dengan

menggunakan sistem semester (satu tahun pelajaran terdiri atas dua

kelompok penyelenggaraan pendidikan) yang terdiri atas 34 minggu.

Adapun kegiatan kurikuler efektif per-minggu dimungkinkan untuk

dilaksanakan dalam 5 hari atau 6 hari kerja sesuai dengan kebutuhan

sekolah setelah mendapat persetujuan dari Dinas Pendidikan Provinsi. 50

4) Akselerasi Belajar

48
Ibid, hal. 5.
49
http:///www.depdiknas.go.id/Jurnal/27/op.cit.
50
Ibid.
42

Akselerasi belajar dimungkinkan untuk diterapkan sehingga siswa

yang memiliki kemampuan di atas rata-rata dapat menyelesaikan materi

pelajaran lebih cepat dari masa belajar yang ditentukan. Akselerasi belajar

tidak sama dengan “loncat kelas” sebab dalam akselerasi belajar setiap

siswa tetap harus mempelajari seluruh materi pelajaran yang semestinya

dipelajari (belajar tuntas). Akselerasi belajar dapat dilakukan dengan

bantuan modul atau lembar kerja yang disediakan oleh sekolah. Dengan

adanya akselerasi belajar, siswa yang berkemampuan tinggi dapat

mempelajari seluruh materi pelajaran dengan melampaui atau lebih cepat

dari siswa yang lainnya. Waktu yang tersisa dari siswa yang mengikuti

akselerasi belajar dapat digunakan untuk kegiatan tutorial sebaya.51

5) Program Remedial dan Pengayaaan

Sekolah perlu memberikan perlakuan khusus bagi siswa yang

mendapat kesulitan belajar dengan melalui kegiatan remedial. Siswa yang

cemerlang diberikan kesempatan untuk tetap mempertahankan kecepatan

belajarnya yang di atas rata-rata dengan melalui kegiatan pengayaan. Kedua

program itu dilakukan oleh sekolah karena sekolah lebih mengetahui dan

memahami pencapaian kemajuan masing-masing siswanya. 52 Kegiatan

Remedial atau pembelajaran kembali (Remedial Teaching) dilaksanakan

sehubungan dengan kompetensi yang belum dikuasai peserta didik, dalam

51
Ibid.
52
Ibid.
43

artian bahwa peserta didik yang bersangkutan belum menuntaskan

pembelajarannya.

Program Remedial bisa berupa pemberian tugas, pembelajaran

ulang, belajar mandiri, belajar kelompok dengan bimbingan alumni atau

tutor sebaya, dan lain-lain yang semuanya diakhiri dengan ujian. Adapun

program Pengayaan merupakan penguatan pada Kompetensi Dasar tertentu

dengan memberi tugas membaca, tutor sebaya, diskusi, mengerjakan soal

yang hasilnya dinilai dan direkam, namun tidak mempengaruhi nilai raport,

akan tetapi tetap diungkapkan dalam keterangan profil hasil belajar siswa. 53

6) Kegiatan Ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang diselenggarakan

untuk memenuhi tuntutan penguasaan bahan kajian dan pelajaran dengan

alokasi waktu yang diatur secara tersendiri berdasarkan pada kebutuhan.

Kegiatan ekstrakurikuler dapat berupa kegiatan pengayaan dan kegiatan

perbaikan yang berkaitan dengan program kurikuler atau kunjungan studi

ke tempat-tempat tertentu yang berkaitan dengan esensi materi pelajaran

tertentu. Kegiatan-kegiatan lain yang dapat diselenggarakan di sekolah

untuk lebih memantapkan pembentukan kepribadian yaitu kepramukaan,

koperasi, usaha kesehatan sekolah, olah raga, dan palang merah.

Penyelenggaraan kegiatan-kegiatan tersebut dimaksudkan juga untuk

53
Direktorat Pendidikan Menengah Umum: DITJEN DIKDASMEN DIKNAS, Sistem
Penilaian Kurikulum 2004, Dit. Dikmenum, Jakarta, 2004, hal. 7.
44

mengaitkan pengetahuan yang diperoleh dalam kegiatan kurikuler secara

kontekstual dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan.54

c. Penilaian Pada KBK

Penilaian merupakan suatu proses pengumpulan, pelaporan dan

penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa yang diperoleh melalui

pengukuran untuk menganalisis atau menjelaskan unjuk kerja atau prestasi

siswa dalam mengerjakan tugas-tugas yang terkait. Proses penilaian

mencakup sejumlah bukti-bukti yang menunjukkan pencapaian hasil belajar

siswa.55 Dengan demikian dapat dipahami bahwa penilaian adalah suatu

pernyataan berdasarkan atas sejumlah fakta untuk menjelaskan hasil belajar

yang telah diperoleh siswa.

Menurut Spencer56 sebagaimana yang penulis ketengahkan

sebelumnya, pengertian kompetensi pada KBK terletak pada perwujudan

pengetahuan, keterampilan dan nilai dalam kebiasaan berpikir dan

bertindak. Perwujudan ini hanya dapat diketahui apabila tersedia

seperangkat hasil belajar yang terukur dan terstandarkan sebagai acuan

yang bermakna dan bertujuan untuk mencapai kompetensi standar. Dengan

demikian kompetensi dapat dikenali melalui sejumlah hasil belajar dan

indikatornya yang dapat diukur dan diamati.

54
Ibid.
55
Puskur Balitbang Diknas, Penilaian Berbasis Kelas, Jakarta, 2002, hal. 1.
56
Ella Yulaelawati, op.cit., hal.9.
45

Paradigma pendidikan berbasis kompetensi yang mencakup

kurikulum, pembelajaran dan pengujian, menekankan pencapaian hasil

belajar sesuai dengan standar kompetensi. Tingkat keberhasilan belajar

yang dicapai siswa dapat dilihat pada kemampuan siswa dalam

menyelesaikan tugas-tugas yang harus dikuasai sesuai dengan standar

prosedur tertentu.57

Untuk mendapatkan gambaran yang konkrit tentang hasil belajar

siswa, maka dibutuhkan “Penilaian” dalam kegiatan pembelajaran. Namun

jika dikaji lebih jauh, penilaian segbenarnya memiliki fungsi lebih luas dari

sekedar untuk mengetahui hasil belajar siswa.

David Pratt mengemukakan sedikitnya ada 8 fungsi

evaluasi/penilaian; 1) Untuk menginformasikan kepada siswa tentang

prestasi belajar yang ia peroleh, 2) Sebagai alat untuk mendiagnosa

keunggulan dan kelemahan siswa, 3) untuk memberikan arahan dalam

mengambil keputusan bagi masa depan siswa, 4) Untuk menginformasikan

kompetensi siswa pada pihak-pihak terkait, 5) Untuk memberikan umpan

balik bagi sistem pembelajaan, 6) Untuk memberikan target operasional

(yang harus dicapai) siswa dalam proses pembelajaran, 7) Untuk

memberikan lisensi bagi mereka yang akan memasuki dunia profesi dan

57
Direktorat Pendidikan Menengah Umum: DITJEN DIKDASMEN DIKNAS, Pola
Induk Pengembangan Silabus Berbasis Kemampuan Dasar Sekolah Menengah Umum (SMU) :
Pedoman Umum, op.cit., hal.1
46

lingkungan kerja, dan 8) Untuk meningkatkan standar minimal kesetaraan

(kualitas) pendidikan.58

Setiap kurikulam memiliki sistem penilaian yang berbeda. Dalam

KBK, penilaian merupakan salah satu bagian terpenting yang menjadi fokus

yang utama dalam pengembangan kurikulum, dimana kemampuan peserta

didik diukur secara totalitas; baik pada aspek kognitif, afektif maupun

psikomotor, masing-masing mendapat porsi penilaian yang berimbang.

Berikut ini penulis paparkan secara detail tentang sistem dan prosedur

penilaian dalam KBK.

1) Pengertian Penilaian dalam KBK.

a) Pengukuran adalah kegiatan yang sistematik untuk menentukan angka

pada objek atau gejala.

b) Pengujian terdiri dari sejumlah pertanyaan yang memiliki jawaban benar

atau salah.

c) Penilaian adalah penafsiran hasil pengukuran dan penentuan pencapaian

hasil belajar.

d) Evaluasi adalah penentuan nilai suatu program dan penentuan

pencapaian tujuan suatu program.59

58
David Pratt, op.cit, hal. 196-198.
59
Direktorat Pendidikan Menengah Umum: DITJEN DIKDASMEN DIKNAS, Sistem
Penilaian Kurikulum 2004, op,cit, hal.2.
47

2) Sistem Penilaian KBK

a) Sistem Penilaian mencakup jenis ujian, bentuk soal, dan pelaksanaannya,

pengelolaan dan pelaporan hasil ujian.

b) Jenis Ujian adalah berbagai tagihan, seperti ulangan atau tugas-tugas

yang harus dikerjakan oleh peserta didik.60

4) Tujuan Penilaian KBK

a) Menilai kemampuan individual melalui tugas tertentu.

b) Menentukan kebutuhan pembelajaran.

c) Membantu dan mendorong siswa.

d) Membantu dan mendorong guru untuk mengajar yang lebih baik.

e) Menentukan strategi pembelajaran.

f) Akuntabilitas lembaga.

g) Meningkatkan kualitas pendidikan.61

5) Acuan Penilaian KBK

a) Prinsipnya semua siswa memiliki kemampuan yang sama dan bisa

belajar apa saja, hanya waktu yang diperlukan untuk mencapai

kemampuan tertentu berbeda.

b) Standar ketuntasan harus ditentukan terlebih dahulu.

c) Hasil penilaian : Lulus dan Tidak Lulus.

6) Indikator ketercapaian Hasil Belajar


60
Ibid
61
Ibid
48

Indikator ketercapaian dalam evaluasi hasil belajar adalah

karakteristik, ciri-ciri, tanda-tanda, perbuatan, atau respon yang harus dapat

dilakukan atau ditampilkan oleh peserta didik, untuk menunjukkan bahwa

siswa yang bersangkutan telah mencapai kompetensi dasar tertentu.

Format Penyusunan Indikator

a) Dikembangkan dari kompetensi dasar.

b) Menggunakan kata kerja operasional dengan tingkat berpikir menengah

dan tinggi.

c) Tiap kompetensi dasar dijabarkan menjadi 3 (tiga) atau lebih indikator;

d) Indikator yang terdapat dalam dokumen kurikulum harus dikembangkan

kemabali oleh guru, yang dapat juga menjadi acuan/panduan/konstruk

bagi guru dalam membuat indikator penilaian.

e) Untuk non-tes, dibuat dulu ciri-ciri (indikator) yang dijabarkan dari

aspek yang akan diukur, misalnya minat, motivasi belajar, disiplin,

kerjasama, dan sebagainya.

f) Dalam satu semester, bisa dilakukan beberapa blok ujian sesuai

rancangan guru, yang harus diinformasikan kepada siswa.

g) Materi ujian dalam satu Blok terdiri atas beberapa kompetensi dasar

yang memiliki kesamaan karakteristik.62

7) Prinsip-Prinsip Penilaian Hasil Belajar Berbasis Kompetensi

62
Ibid, hal. 3.
49

a) Prinsip Belajar Tuntas.

Prinsip penilaian dalam KBK adalah Belajar Tuntas (mastery

learning), yakni siswa tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan

berikutnya, sebelum mampu menyelesaikan pekerjaan dengan prosedur

yang benar, dan hasil yang baik. Prinsip belajar tuntas untuk pencapaian

kompetensi Sangat efektif untuk meningkatkan kinerja akademik.

John B. Carrol, dalm bukunya A Model of School Learning

mengatakan: “Jika siswa dikelompokkan berdasarkan tingkat

kemampuannya untuk beberapa mata pelajaran, dan diajar sesuai dengan

karakteristik mereka, maka sebagian besar dari mereka akan mencapai

ketuntasan. Guru harus mempertimbangkan antara waktu yang diperlukan

(berdasarkan karakteristik siswa) dan waktu yang tersedia (di bawah

kontrol guru)”.

Menurut JH. Block dan Benjamin S. Bloom, siswa yang belajar

lambat perlu waktu lebih lama untuk materi yang sama, mereka dapat

berhasil jika kompetensi awal mereka terdiagnosis secara benar dan mereka

diajar dengan metode dan materi yang berurutan, mulai dari tingkat

kompetensi awal mereka. Sementara perhatian harus difokuskan pada

pengajaran unit-unit terkecil, dan tes menggunakan acuan kriteria guna

menentukan apakah siswa telah memiliki keterampilan yang dipersyaratkan

pada setiap tingkatan keberhasilan belajarnya.


50

Adapun mengenai pengukuran ketuntasan belajar menurut Nitko :

1996 adalah siswa harus mencapai skor 80-90% sebelum beralih pada

modul/topik berikutnya. Sementara guru dapat menentukan skor/batas lulus

untuk setiap target belajar. Patokan yang digunakan 80% atau yang

mendekati.

b) Penentuan Ketuntasan

- Nilai Ketuntasan Standar Kompetensi Ideal = 100.

- Guru dan sekolah dapat menetapkan nilai Ketuntasan Minimum

secara bertahap dan terencana agar memperoleh nilai ideal.

- Nilai ketuntasan minimum per-matapelajaran ditetapkan berdasarkan

tingkat kesulitan dan kedalaman kompetensi dasar yang harus dicapai

siswa (setiap mata pelajaran dapat berbeda batas minimum nilai

ketuntasannya). Akan tetapi, idealnya penentuan ketuntasan diberikan

untuk setiap indikator.

- Siswa yang belum tuntas harus mengikuti program remedial.63

8) Sistem Penilaian Berkelanjutan

a) Menilai semua Kompetensi Dasar.

b) Ujian dapat dilakukan pada satu atau lebih Kompetensi Dasar.

c) Hasil ujian dianalisis dan ditindaklanjuti melalui program remedial atau

program pengayaan.

d) Ujian mencakup aspek kognitif, psikomotor, dan afektif.

63
Ibid, hal. 6.
51

e) Aspek afektif diukur melalui pengamatan dan kuesioner.

f) Ketentuan-ketentuan padaa Penilaian Berkelanjutan :

- Nilai Remedial tidak melebihi nilai minimum batas ketuntasan yang

ditetapkan guru.

- Ujian dapat dilakukan beberapa kali sampai siswa mencapai tingkat

ketuntasan yang ditetapkan.

- Materi ujian dapat terdiri dari satu atau sejumlah Kompetensi Dasar.

- Nilai akhir semester merupakan nilai kumulatif dari keseluruhan nilai

perolehan, selama satu semester yang terkait.

9) Aspek yang Diukur Dalam Penilai Berbasis Kompetensi

a) Aspek Kognitif (6 Tingkat Kognitif Berfikir)

- Pengetahuan (Knowledge), Kemampuan mengingat (misalnya : nama

ibukota, rumus).

- Pemahaman (Comprehension), Kemampuan memahami (misalnya :

menyimpulkan suatu paragraf).

- Aplikasi (Application), Kemampuan Penerapan (Misalnya :

menggunakan suatu informasi/pengetahuan yang diperolehnya untuk

memecahkan masalah).

- Analisis (Analysis), Kemampuan menganalisis suatu informasi yang

luas menjadi bagian-bagian kecil (Misalnya : menganalisis bentuk,

jenis atau arti suatu puisi).


52

- Sintesis (Synthesis), Kemampuan menggabungkan beberapa informasi

menjadi suatu kesimpulan (misalnya: menformulasikan hasil

penelitian di laboratorium).

- Evaluasi (Evaluation), Kemampuan mempertimbangkan mana yang

baik dan mana yang buruk dan memutuskan untuk mengambil

tindakan tertentu.

Untuk penyusunan soal, sesuai dengan indikator yang telah disusun

dalam silabus, hendaknya memiliki tingkat berpikir menengah sampai

tinggi.

b) Aspek Afektif

- Mencakup penilaian a.l. : Sikap, Tingkah Laku, Minat, Emosi dan

Motivasi, Kerjasama, Koordinasi dari setiap siswa.

- Dilakukan melalui pengamatan dan interaksi langsung secara terus-

menerus. Pada umumnya dilakukan secara non-ujian (misalnya ; untuk

mengetahui siapa siswa yang bisa dipercaya, siapa siswa yang disiplin,

siapa yang berminat ke jurusan Ilmu Sosial atau Ilmu Alam dan lain-

lain).

- Setiap informasi yang diperoleh dikumpulkan dan disimpan sebagai

referensi dalam penilaian berikutnya.

- Penilaian afektif dibagi atas penilaian afektif secara umum (budi

pekerti) dan penilaian afektif per mata pelajaran.


53

c) Aspek Psikomotor

- Tidak semua mata pelajaran dapat dinilai aspek psikomotornya

(disesuaikan dengan tuntutan kompetensi dasar yang harus dicapai

oleh siswa).

- Digunakan untuk pembelajaran yang banyak memerlukan praktik:

Pendidikan Agama, Pendidikan Seni, Pendidikan Jasmani, Praktik

IPA dan Bahasa.

Cakupan Penilaian

a) Aspek penilaian afektif terdiri dari :

- Menerima (receiving) termasuk kesadaran, keinginan untuk

menerima stimulus, respon, kontrol dan seleksi gejala atau

rangsangan dari luar.

- Menanggapi (responding) : reaksi yang diberikan: ketepatan reaksi,

perasaan kepuasan dll.

- Menilai (evaluating) : kesadaran menerima norma, sistem nilai dll.

- Mengorganisasi (organization) : pengembangan norma dan nilai

dalam organisasi sistem nilai.

- Membentuk watak (Characterization) : sistem nilai yang terbentuk

mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah laku.

b) Aspek Psikomotorik terdiri dari :

- Meniru (perceptioni)

- Menyusun (manipulating)
54

- Melakukan dengan prosedur (precision)

- Melakukan dengan baik dan tepat (articulation)

- Melakukan tindakan secara alami (naturalization)64

10) Tagihan.

Tingkat kemampuan yang dituntut dari siswa setelah ia mempelajari

kompetensi dasar tertentu yang ditunjukkan dengan berbagai perilaku hasil

belajar. Tagihan dari hasil belajar siswa dapat diperoleh melalui berbagai

cara atau jenis. Adapun jenis-jenis tagihan tersebut antara lain :

a) Kuis, isian atau jawaban singkat yang menanyakan hal-hal prinsip.

b) Pertanyaan lisan, mengukur pemahaman terhadap konsep, prinsip, atau

teorema.

c) Ulangan harian, dilakukan secara periodik pada akhir pembelajaran

KD tertentu.

d) Ulangan Blok, dilakukan dengan menggabungkan beberapa KD dalam

satu waktu.

e) Tugas individu, diberikan dalam waktu-waktu dan kebutuhan tertentu

dalam berbagai bentuk (kliping, paper, dsb.)

f) Tugas kelompok, digunakan untuk menilai kompetensi kerja kelompok.

g) Responsi atau Ujian Praktik, digunakan pada MP tertentu yang

membutuhkan praktikum, baik pra (untuk mengetahui kesiapan)

maupun pasca (untuk mengetahui pencapaian KD tertentu.

64
Ibid, hal. 6-10.
55

h) Laporan kerja praktik, dilakukan pada MP yang membutuhkan

praktikum dengan mengamati suatu gejala dan dilaporkan.65

11) Penilaian Portofolio.

Penilaian Portopolio adalaah penilaian dengan metode pengumpulan

informasi atau data secara sistematik, atas hasil pekerjaan seseorang.

Metode penilaian yang berkesinambungan ini memiliki hasil penilaian

dengan akurasi yang tinggi. Adapun bentuk penilaian seperti ini dapat

berupa kumpulan hasil belajar/karya siswa (hasil-hasil tes, tugas

perorangan, praktikum) yang dinilai proses kemajuannya baik secara

analitik, holistik atau kombinasi keduanya. Penilaian dengan metode ini

berfungsi sebagai alat untuk mengetahui kemajuan (progress) tentang

kompetensi yang telah dicapai dan mendiagnosis kesulitan belajar dll. (bagi

guru, siswa dan orang tua).

Penilaian dengan metode ini sangat efektif untuk proses perbaikan

dan penyempurnaan kegiatan pembelajaran dan dapat memberikan umpan

balik. Dalam praktiknya guru dapat mengembangkan berbagai cara sesuai

dengan kreatifitas masing-masing. Jenis penilaian portofolio dapat

diterapkan di antaranya pada kemampuan menulis (bahasa) dan melukis

(seni). Contoh : portofolio menulis, dipakai untuk mengukur kemampuan

khusus menulis yang menilai proses kemajuannya dan mendiagnosis

bidang-bidang yang memerlukan peningkatan.

65
Ibid, hal. 12.
56

Evaluasi produk portofolio berdasarkan penskoran holistik, analitik

atau kombinasi keduanya. Penskoran holistik berdasarkan keseluruhan

impresi dari produk bukan hanya sekedar pertimbangan unsur-unsur

individu. Keputusan global dibuat dengan menggunakan skor numerik

untuk setiap produk. Penskoran analitik memerlukan keputusan untuk setiap

karakteristik yang berbeda dari suatu produk. Sebagai contoh : penilaian

kemampuan menulis seperti organisasi, vocabulary, gaya, ide-ide, dan

mekanik dinilai terpisah.66

12) Penyiapan Perangkat Penilaian

a) Sebelum masa semester 1, guru/kelompok MGMP sekolah menyusun

silabus dan sistem penilaian untuk kurun waktu 1 semester atau 2

semester (1 tahun).

b) Setiap indikator pada masing-masing KD, minimal dibuatkan 3 (tiga)

bentuk/jenis tagihan. >>> 1 soal ulangan Blok, 1 ujian susulan, dan 1

soal remedial.

c) Ditentukan jadwal ulangan Blok dan remedial, minimal untuk 1

semester.

d) Pada awal semester, guru menjelaskan SK dan KD yang harus dicapai

oleh siswa, berikut sistem penilaian yang akan diterapkan.

e) Pelaksanaan ujian dilakukan dengan penjadwalan yang matang untuk

menghindari beban ujian yang berlebihan pada hari yang sama. Dengan

66
Ibid, hal. 13.
57

demikian perlu koordinasi antar guru mata pelajaran, jadwal ujian

diinformasikan kepada orang tua dan siswa.

f) Setiap hasil ujian ditelaah oleh guru melalui MGMP, dan direkam secara

berkelanjutan untuk mengetahui tingkat pencapaian SK/KD.

g) Hasil evaluasi belajar setiap Blok dilaporkan secara komprehensif

kepada orang tua, baik KD yang telah maupun yang belum dicapai.

Adapun “Bentuk Instrumen” dari penilaian pada KBK antara lain :

a) Tes Tertulis, berupa :

- Obyektif: Pilihan ganda, Menjodohkan, Benar Salah.

- Non Obyektif : Kuis/Jawaban singkat, uraian.

b) Tes Lisan (Pedoman Wawancara)

c) Tes Perbuatan (Daftar Cek, Lembar Pengamatan)

d) Non Tes berupa Angket, Kuesioner, Check-list, Inventori, Skala Sikap,

dan pengamatan.

e) Produk (Daftar Cek/Pedoman Penskoran)67

13) Implementasi Penilaian.

Dalam satu semester, ujian bisa dilakukan dalam beberapa kali (ujian

dengan sistem Blok) sesuai dengan rancangan guru. Rancangan dimaksud

harus diinformasikan kepada siswa pada awal semester. 68

67
Ibid, hal. 14-15.
68
Direktorat Pendidikan Menengah Umum: DITJEN DIKDASMEN DIKNAS, Pedoman
Penilaian Berdasarkan Kurikulum 2004, Jakarta, 2003, hal. 3.
58

14) Pelaporan Hasil Belajar (Raport)

Setiap akhir semester, guru menelaah hasil pencapaian belajar setiap

siswa (semua nilai ujian blok, tugas-tugas, ulangan harian, dsb.) Tiap akhir

semester, profil hasil belajar siswa disampaikan kepada siswa dan orang tua

siswa. Nilai raport pada prinsipnya merupakan rangkuman nilai hasil

tagihan (ujian blok, tugas-tugas, ulangan harian, dan nilai-nilai harian

lainnya) selama semester berlangsung.

Adapun maksud dari Laporan Penilaian (Laporan Hasil Belajar)

tersebut adalah untuk menjawab keingin tahuan orang tua seperti:

- Bagaimana siswa belajar di sekolah secara akademik, fisik, sosial maupun

emosional.

- Sejauh mana partisipasi anaknya dalam kegiatan di sekolah.

- Kemampuan apa yang diraih siswa selama kurun waktu belajar tertentu.

- Apa yang harus dilakukan orang tua untuk membantu mengembangkan

potensi anaknya lebih lanjut.

Sedangkan Manfaat Laporan Penilaian adalah untuk mendiagnosis

hasil belajar siswa, memprediksi masa depan siswa, seleksi dan sertifikasi,

dan umpan balik KBM di sekolah.

Bentuk Laporan Penilaian disesuaikan dengan pembuat laporan, dan

bentuknya dapat berbeda. Laporan penilaian dilakukan oleh :

- Guru kepada wali kelas, kepala sekolah, BK dan lainnya.


59

- Sekolah kepada orang tua dalam bentuk buku rapor dan kepada

masyarakat dan instansi terkait (akuntabilitas publik).

(lihat Format Raport KBK berikut)


LAPORAN HASIL BELAJAR
SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS

Nama Siswa : Nama Sekolah :


No. Induk : Tahun Pelajaran :
Kelas / Smt : Program :

Nilai Hasil Belajar


No Mata Pelajaran Kognitif Psikomotor Afektif

Angka Huruf Angka Huruf Huruf


1 Pendidikan Agama
2 Kewarganegaraan
3 Bahasa dan Sastra Indonesia
4 Bahasa Inggris
5 Matematika
6 Kesenian
7 Pendidikan Jasmani
8 Sejarah
9 Geografi
10 Ekonomi
11 Sosiologi
12 Fisika
13 Kimia
14 Biologi
15 Teknologi Informasi & Komunikasi
16 Keterampilan / Bahasa Asing

Keterangan :
Aspek Kognitif dan Psikomotor : < 60 (Kurang), 61 – 75 (Cukup), 76 – 85 (Baik), 86 –100 (Amat Baik)
Aspek Afektif : < 60 (Rendah), 61 – 80 (Sedang), 81 – 100 (Tinggi)

Ketercapaian Kompetensi Siswa


No Mata Pelajaran Keterangan
1 Pendidikan Agama
2 Kewarganegaraan
3 Bahasa dan Sastra Indonesia
4 Bahasa Inggris
5 Matematika
6 Kesenian
7 Pendidikan Jasmani
8 Sejarah
9 Geografi
10 Ekonomi
11 Sosiologi
12 Fisika
13 Kimia
14 Biologi
15 Teknologi Informasi & Komunikasi
16 Keterampilan / Bahasa Asing

Kegiatan Ekstrakurikuler
No Jenis Kegiatan Predikat Keterangan
1
60

2
3
4
5
6
Ketidakhadiran
No Alasan Lama (Jam / Hari)
1 Sakit
2 Izin
3 Tanpa Keterangan
Kepribadian
No Kepribadian Keterangan
1 Kelakuan
2 Kerajinan
3 Kerapian
4 Kebersihan

Catatan Wali Kelas

Pengisian Laporan Hasil Belajar.

a) Pada kolom kognitif dan psikomotorik diisi dengan angka (dua

desimal), dan dilanjutkan dengan huruf (misalnya; A: 86-100, B: 76-85,

C: 60-75 atau K: < 60).

b) Pada kolom afektif setiap mata pelajaran diisi dengan nilai kualitatif,

misal Tinggi, Sedang, Rendah.

c) Pada kolom ketercapaian kompetensi diisi dengan materi yang tidak

tuntas atau memiliki nilai yang luar biasa.

d) Penilaian afektif secara umum dimasukkan dalam Tabel Penilaian

Kepribadian.69

14) Kenaikan Kelas

a) Siswa yang sudah kompoten berhak untuk naik ke kelas yang lebih

tinggi.

b) Siswa dinyatakan naik kelas, bila maksimal memiliki 3 mata pelajaran

yang belum kompoten.


69
Ibid, hal. 16-20.
61

c) Mata pelajaran yang belum kompoten yang dimaksud bukan mata

pelajaran yang menjadi ciri utama pada jurusan yang dipilih.

d) Siswa dinyatakan kompoten bila memenuhi batas minimum ketuntasan

yang ditetapkan sekolah.70

15) Penjurusan

a) Penjurusan dimulai di kelas XI semester 1.

b) Penjurusan dilakukan berdasarkan atas pilihan siswa (minat),

kemampuan akademik, dan potensi siswa.

c) Untuk jurusan IA, 4 mapel ciri utama (fisika, kimia, matematika dan

biologi) harus mencapai ketuntasan.

d) Untuk jurusan IS, mata pelajaran ekonomi, geografi, sejarah dan

sosiologi harus mencapai ketuntasan.

e) Untuk jurusan Bahasa, mata pelajaran bahasa Indonesia, bahasa Inggris,

bahasa asing lain, dan Teknologi Informatika dan Komunikasi harus

mencapai ketuntasan.

f) Untuk jurusan non-pengkhususan harus mempertimbangkan kondisi

obyektif sekolah terkait dengan sumber daya yang ada.

Siswa kelas X yang dapat naik kelas ke kelas XI, namun mata

pelajaran yang mendapat nilai tidak tuntas (kurang) mencapai 3 mata

pelajaran, wali kelas perlu mempertimbangkan apakah siswa tersebut akan

dimasukkan ke program/jurusan tertentu, dengan kasus tersebut seperti :

70
Ibid, hal. 20.
62

a) mata pelajaran yang kurang adalah Fisika, Matematika, dan Sejarah (2

mata pelajaran ciri khas Ilmu Alam dan 1 ciri khas Ilmu Sosial), maka

siswa tersebut secara akademik dapat dimasukkan ke program Bahasa.

b) Mata pelajaran yang kurang adalah Bahasa dan Sastra Indonesia,

Matematika, dan Teknologi Informasi dan Komunikasi (2 mata

pelajaran ciri khas Bahasa dan 1 ciri khas Ilmu Alam), maka siswa

tersebut secara akademik dapat dimasukkan ke program Ilmu Sosial.

c) Bagi siswa yang memiliki nilai tidak tuntas 3 mata pelajaran pada

semester 2 (untuk kenaikan kelas) misal nilai Kimia kurang, Ekonomi

kurang, Bahasa Inggris kurang, dan dia tidak dapat dijuruskan karena

salah satu mata pelajaran yang menjadi kekhususan jurusan tersebut

tidak tuntas/kurang, maka dia perlu ditanyakan minatnya ke jurusan apa,

kemudian diuji kembali (dengan mengikuti remedial) untuk menentukan

jurusannya (sampai memperoleh batas minimal ketuntasan).

d) Siswa yang tidak naik kelas, diwajibkan mengulang yaitu mengikuti

seluruh kegiatan pembelajaran pada tingkat kelas yang sama pada tahun

pelajaran berikutnya.71

71
Ibid, hal. 21-22.
63

Kesimpulan

a. KBK adalah : perangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi

dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan

belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam

pengembangan kurikulum sekolah

b. Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan kerangka inti yang

memiliki empat komponen, yaitu Kurikulum dan Hasil Belajar,

Pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah, Kegiatan Belajar

Mengajar, dan Penilaian Berbasis Kelas

c. Karakteristik KBK.

Kurikulum Berbasis Kompetensi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

i. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik

secara individual maupun klasikal.

ii. Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan

keberagaman.

iii. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan

pendekatan dan metode yang bervariasi.


64

iv. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber

belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.

v. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar

dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu

kompetensi.

d. Orientasi KBK.

Kurikulum Berbasis Kompetensi berorientasi pada:

i. Hasil dan dampak yang diharapkan muncul pada diri

peserta didik melalui serangkaian pengalaman belajar

yang bermakna.

ii. Keberagaman yang dapat dimanifestasikan sesuai

dengan kebutuhannya
65

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama : DITJEN DIKDASMEN DIKNAS,

Kurikulum Berbasis Kompetensi. Divisi Penerbitan Diknas, Jakarta, 2004

Direktorat Pendidikan Menengah Umum: DITJEN DIKDASMEN DIKNAS, Pola

Induk Pengembangan Silabus Berbasis Kemampuan Dasar Sekolah

Menengah Umum (SMU) (Pedoman Umum)

Direktorat Pendidikan Menengah Umum: DITJEN DIKDASMEN DIKNAS,

Pengintegrasian Life Skills ke dalam Silabus, Jakarta, 2003

Ella Yulaelawati, Kurikulum Berbasis Kompetensi (Makalah), Jakarta, Balitbang


DIKNAS, 2003.

Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta,

2002

Peter Salim, The Contemporary English-Indonesian Dictionary, Jakarta, Modern

English Press, 1987

Mekanisme Dan Prosedur Pengembangan Silabus Berbasis Kompetensi,

Jakarta, Bagian Proyek Pengelolaan DIKMENUM., 2002

Udin Saripuddin dan Rustana Ardiwinata, Materi Pokok Perencanaan

Pengajaran, Ditjen Binbaga Islam, Jakarta, 1991


66

http:///www.depdiknas.go.id/Jurnal/27/kurikulum_berbasis_kompetensi.htm
67

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI


Makalah dalam mata kuliah Pengembangan dan Inovasi Kurikulum
Yang dibimbing oleh : Dr. Yasmaruddin

Oleh :
Nurdiyanto Khusnia Hadi
NIM : 0904 S2 971
68

PRODI PENDIDIKAN ISLAM


PROGRAM PASCA SARJANA
UIN SULTAN SYARIF QASIM PEKANBARU RIAU
2010

You might also like