You are on page 1of 5

Nama : Bagus Edi Anggianto Kelas : 1-A TKPB

NIM : 101424007 Prodi : Kimia Produksi Bersih

TEKNOLOGI LINGKUNGAN PERTAMBANGAN

PENELITIAN PERHITUNGAN BIOLOGICAL OXYGEN DEMAND MENGGUNAKAN


INDERAJA

Biological Oxygen Demand (BOD) adalah suatu analisis empiris yang mencoba mendekati
secara global proses mikrobiologis yang benar-benar terjadi di dalam air. Angka BOD adalah
jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan (mengoksidasikan) hampir
semua zat organis yang terlarut dan sebagian zat organis yang tersuspensi dalam air.
Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan
penduduk atau industri, dan untuk mendisain sistem pengolahan biologis bagi air yang tercemar
tersebut. Penguraian zat organis adalah peristiwa alamiah. Apabila sesuatu badan air dicemari
oleh zat organis, bakteri dapat menghabiskan oksigen terlarut dalam air selama proses oksidasi
tersebut yang bisa mengakibatkan kematian ikan. Keadaan menjadi anaerobik dan dapat
menimbulkan bau busuk pada air.

BOD merupakan salah satu indikator yang menyatakan dampak biologis dari jasad organik yang
hidup di air, dan merupakan salah satu parameter kualitas air. Kajian mengenai parameter
kualitas air telah banyak dilakukan, namun untuk parameter BOD belum banyak studi yang
dilakukan khususnya menggunakan data citra Landsat.

Model perhitungan BOD ini dikembangkan dari model perhitungan parameter kualitas air antara
lain, dari pengertian dasar
tentang kelarutan oksigen di air yang bergantung pada temperatur. Oleh  karena itu Band6 juga
digunakan. Selain band sinar, tampak Band1, Band2, Band3 (serta angka banding Band3 dan
Band1) yang juga banyak digunakan oleh para peneliti (Abdullah dkk., 2000; Mancebo dkk.,
1997; Yin Qui dkk., 1999) untuk kajian parameter lingkungan.

Dari hasil analisis regresi berganda, dapat dirumuskan persamaan regresinya adalah: e **BOD=
557 9,02 * Band1 + 0,851 * Band2 + 10,8 * Band3 257 * e **(Band3/Band1) + 1,96 * |Band6-
Band3|. Nilai absolut dari selisih Band6 dan Band3 tampaknya merupakan prediktor yang sangat
baik. Jika regresi hanya dihitung dari keempat nilai prediktor yang pertama
(Band1, Band2, Band3, dan exp Band3/Band1) sebenarnya telah diperoleh persamaan regresi
yang cukup baik, yaitu dengan nilai standard deviasi =9,244 dan Rsq= 93.0. Penambahan
prediktor angka selisih absolut antara Band6 dan Band3 mampu memperkecil nilai standard
deviasi.

Sebagai catatan, dengan nilai maksimum e** BOD= 256, maka BOD maksimum adalah 5,55.
Angka BOD sebesar 5,55 ini pada kenyataannya merupakan angka yang wajar untuk kondisi air
permukaan di alam.
Serangkain test perlu dilakukan kembali untuk menguji persamaan  regresi tersebut dengan data
pengamatan yang lebih banyak. Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini setidaknya dapat
memberikan langkah yang perlu dilakukan dalam menduga angka BOD melalui data citra
Landsat, serta band-band yang digunakan dalam analisis.

Sedangkan COD atau Chemical Oxygen Demand adalah jumlah oksigen


yang diperlukan untuk mengurai seluruh bahan organik yang terkandung dalam
air (Boyd, 1990). Hal ini karena bahan organik yang ada sengaja diurai secara
kimia dengan menggunakan oksidator kuat kalium bikromat pada kondisi asam
dan panas dengan katalisator perak sulfat (Boyd, 1990; Metcalf & Eddy, 1991),
sehingga segala macam bahan organik, baik yang mudah urai maupun yang
kompleks dan sulit urai, akan teroksidasi. Dengan demikian, selisih nilai antara
COD dan BOD memberikan gambaran besarnya bahan organik yang sulit urai
yang ada di perairan. Bisa saja nilai BOD sama dengan COD, tetapi BOD tidak
bisa lebih besar dari COD. Jadi COD menggambarkan jumlah total bahan
organik yang ada.

Pada prinsipnya pengukuran COD adalah penambahan sejumlah tertentu kalium


bikromat (K2Cr2O7) sebagai oksidator pada sampel (dengan volume diketahui)
yang telah ditambahkan asam pekat dan katalis perak sulfat, kemudian
dipanaskan selama beberapa waktu. Selanjutnya, kelebihan kalium bikromat
ditera dengan cara titrasi. Dengan demikian kalium bikromat yang terpakai
untuk oksidasi bahan organik dalam sampel dapat dihitung dan nilai COD dapat
ditentukan. Kelemahannya, senyawa kompleks anorganik yang ada di perairan
yang dapat teroksidasi juga ikut dalam reaksi (De Santo, 1978), sehingga dalam
kasus-kasus tertentu nilai COD mungkin sedikit ‘over estimate’ untuk gambaran kandungan
bahan organik.
PENGUJIAN MUTU AIR DAN LIMBAH
BOD
kebutuhan Oksigen biokimia (Biochemical Oxigen Demand/BOD) jumlah mg oksigen yang
dibutuhkan oleh mikroba anaerobik untuk menguraikan bahan organik karbon dalam 1 L air
selama 5 hari pada suhu 20 derajat C kurang lebih 1 derajat C
COD
Chemical Oxigen Demand(COD)=jumlah mg oksigen yang dibutuhkan untuk menguraikan
bahan organik dan anorganik secara kimiawi ataupun microbiologi dalam 1 liter air. jumlah
oksidan Cr2O7 yang beraksi dengan contoh uji dan dinyatakan sebagai mg O2 untuk setiap
1000ml contoh uji
prinsip COD Senyawa organik dan anorganik terutama organik dalam contoh uji dioksidasi oleh
Cr2O7 dalam refluks tertutup menghasilkan Cr3+
TSS(total suspention Solid)
residu dari padatan total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2 mikro
atau lebih besar dari ukuran partikel koloid
PARAMETER FISIK AIR
1.Cahaya
Cahaya merupakan sumber energi utama dalam ekosistem perairan. Di perairan, cahaya memilki
dua fungsi utama (Jeffries dan Mills, 1996):
•Memanasi air sehingga terjadi perubahan suhu dan berat jenis densitas) dan selanjutnya
menyebabkan terjadinya pencampuran massa dan kimia air. Perubahan suhu juga mempengaruhi
tingkat kesesuain perairan sebagai habitat bagi suatu organisme akuatik, karena setiap organisme
akuatik memiliki kisaran suhu minimum dan maksimum bagi kehidupannya.
•Merupakan sumber energi bagi proses fotosintesis algae dan tumbuhan air.

2.Suhu
Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang (latitude), ketinggian dari permukaan laut
(altitude), waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan awan, dan aliran serta kedalaman badan
air. Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses fisika, kimia, dan biologi badan air. Suhu juga
sangat berperan mengendalikan kondisi ekosistem perairan. Peningkatan suhu mengakibatkan
viskositas, reaksi kimia, evaporasi, dan volatilisasi, menyebabkan penurunan larutan gas dalam
air misalnya O2, CO2, N2, CH4 dsb selain itu peningkatan suhu menyebabkan peningkatan
kecepatan metabolisme dan respirasi organisme air, dan selanjutnya peningkatan konsumsi
oksigen.

3.Kecerahan dan Kekeruhan


•Kecerahan tergantung warna dan kekeruhan . Kecerahan merupakan ukuran transparansi
perairan, yang ditentukan secara visual dengan menggunakan secchi disk yang dinyatakan dalam
satuan meter. Nilai ini sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan,
padatan tersuspensi dan ketelitian analis.
•Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang
diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat dalam air.
•Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut
(ex: lumpur dan pasir halus), maupun bahan organik dan anorganik yang berupa plankton dan
mikroorganisme. Kekeruhan dinyatakan dalam satuan turbiditas.
•Alat pengukur turbiditas air yaitu: Jackson Candler Turbidimeter (satuan 1 JTU yang bersifat
visual yang membandingkan air sampel dengan air standar), metode Nephelometric (sumber
cahaya dilewatkan pada sampel dan intensitas cahaya yang dipantulkan oleh bahan-bahan
penyebab kekeruhan diukur dengan menggunakan suspensi polimer formazin sebagai larutan
standar denga satua NTU)
•Padatan tersuspensi berkolerasi positif dengan kekeruhan. Semakin tinggi nilai padatan
tersuspensi, nilai kekeruhan juga semakin tinggi. Akan tetapi tingginya padatan terlarut tidak
selalu diikuti dengan tingginya kekeruhan. Misalnya air laut memiliki nilai padatan terlarut
tinggi tetapi tidak berarti memiliki nilai kekeruhan tinggi.

4.Warna
warna perairan dikelompokkan menjadi dua yaitu:
•Warna sesungguhnya (true color): warna yang hanya disebabkan oleh bahan-bahan kimia
terlarut. Pada penentuan warna true color , bahan-bahan tersuspensi yang menyebabkan
kekeruhan dipisahkan terlebih dahulu.
•Warna tampak (apparent color): warna yang hanya tidak disebabkan oleh bahan terlarut, tetapi
juga oleh bahan tersuspensi.
Warna perairan umumnya disebabkan oleh partikel koloid bermuatan negatif, sehingga
penghilangan warna di perairan dapat dilakukan dengan penambahan koagulan yang bermuatan
positif, misalnya alumunium dan besi.

5.Padatan total, terlarut dan tersuspensi


•Padatan total (residu) adalah bahan yang tersisa setelah air sampel mengalami evaporasi dan
pengeringan pada suhu tertentu. Residu dianggap sebagai kandungan total bahan terlarut dan
tersuspensi dalam air. Selama penentuan residu ini, sebagian besar bikarbonat merupakan anion
utama di perairan telah mengalami transformasi menjadi CO2, sehingga CO2 dan gas-gas lain
yang menghilang pada saat pemanasan tidak tercakup dalam nilai padatan total
•Total padatan tersuspensi (Total Suspended Solid) adalah bahan-bahan tersuspensi (diameter >1
µm) yang tertahan pada saringan millipore dengan diameter pori 0,45 µm. TSS terdiri dari
lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik, terutama disebabkan oleh kikisan ntanah atau
erosi tanah yang terbawa ke badan air.
•Total padatan terlarut (Total Dissolved Solid) adalah bahan-bahan terlarut (diameter < 10 -6
mm) dan koloid (diameter < 10 -6 mm - < 10 -3 mm) yang berupa senyawa kimia dan bahan-
bahan lain yang tidak tersaring pada kertas saring berdiameter 0,45 µm.
6.Konduktivitas
Konduktivitas (daya hantar listrik) adalah gambaran numerik dari kemampuan air untuk
meneruskan aliran air. Oleh karena itu semakin banyak garam-garam terlarut yang dapat
terionisasi, semakin tinggi pula nilai daya hantar listrik.

7.Salinitas
Salinitass adalah konsentrasi total ion yang terdapat di perairan. Salinitas menggambarkan
padatan total di dalam air, setelah semua karbonat dikonversi menjadi oksida, semua bromida
dan iodida digantikan oleh klorida dan semua bahan organik telah dioksidasi.

Alaert dan Santika (1987) menyatakan bahwa “untuk standar baku mutu untuk warna adalah
50 Pt.Co atau lebih baik bila tidak berwarna”

PH ( tingkat asam / basa suatu limbah cair ) harus berkisar antara 6.0 – 9.0

Debit ( volume yang mengalir per detiknya ) pada Limbah Cair maksimum 70m kubik per ton.

BPM ( Beban Pencemaran Maksimum ) adalah batasan / toleransi maksimum untuk pembuangan
limbah cair ke alam. BPA ( Beban Pencemaran Sebenarnya ) tidak diperbolehkan melewati harga
BPM.

Suhu
Maksud dari suhu adalah derajat temperatur limbah cair tersebut saat di buang ke lingkungan.
Suhu optimum untuk kehidupan dalam air adalah 25 - 30 0 C. dengan perubahan suhu yang sudah
tidak optimum akan mengganggu kehidupan didalam air, sehingga limbah cair yang dikuluarkan ke
lingkungan tidak boleh merubah suhu menjadi tidak optimum lagi.

You might also like