Professional Documents
Culture Documents
Disusun
Dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Tafsir II
Dosen Pembimbing: Hayaturrahman, M.Si
Disusun oleh:
Cecep Sunarya
Secara fitrah manusia adalah makhluk pedagogik yang dapat dididik dan mendidik. Potensi itu
ada karena Allah telah menganugerahkan akal-pikiran, perasaan, dan nurani yang menjadikan
manusia makhluk paling sempurna di antara makhluk-Nya yang lain. Akan tetapi, potensi
tersebut tidak dapat memberikan manfaat jika tidak ada usaha untuk mengaktifkan,
merangsang, melatih dan mengembangkannya. Semua itu membutuhkan sebuah proses yang
memakan waktu, tenaga bahkan biaya. Tetapi, dibandingkan dengan potensi luar biasa yang
akan diraih, pengorbanan tersebut tidaklah sia-sia. Proses inilah yang kemudian disebut dengan
pendidikan.
Surat Al Qashash terdiri atas 88 ayat termasuk golongan surat-surat Makkiyyah. Dinamai dengan
Al Qashash, karena pada ayat 25 surat ini terdapat kata Al Qashash yang berarti cerita. Ayat ini
menerangkan bahwa setelah Nabi Musa a.s. bertemu dengan Nabi Syua'ib a.s. ia menceritakan
cerita yang berhubungan dengan dirinya sendiri, yakni pengalamannya dengan Fir'aun, sampai
waktu ia diburu oleh Fir'aun karena membunuh seseorang dari bangsa Qibthi tanpa disengaja,
Syua'ib a.s. menjawab bahwa Musa a.s. telah selamat dari pengejaran orang-orang zalim.
Turunnya ayat 25 surat ini amat besar artinya bagi Nabi Muhammad s.a.w. dan bagi sahabat-
sahabat yang melakukan hijrah ke Madinah, yang menambah keyakinan mereka, bahwa akhirnya
orang-orang Islamlah yang menang, sebab ayat ini menunjukkan bahwa barangsiapa yang
berhijrah dari tempat musuh untuk mempertahankan keimanan, pasti akan berhasil dalam
perjuangannya menghadapi musuh-musuh agama. Kepastian kemenangan bagi kaum muslimin
itu, ditegaskan pada bagian akhir surat ini yang mengandung bahwa setelah hijrah ke Madinah
kaum muslimin akan kembali ke Mekah sebagai pemenang dan penegak agama Allah.
FUNGSI PENDIDIKAN
(Surat Al-Qoshos : 77)
“dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat,
dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah
(kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan.”
Pada ayat ini, Allah Swt menerangkan empat macam nasihat dan petunjuk yang apa bila
diamalkan akan memperoleh kesejahteraan dunia dan akhirat, yaitu:
1. Orang yang dianugrahi Allah kekayaan yang berlimpah ruah, perbendaharaaan harta yang
bertumpuk-tumpuk, serta nikmat yang banyak, hendaklah ia memanfaatkannya di jalan Allah,
patuh dan taat pada perintah-Nya, mendekatkan diri kepada-Nya untuk memperoleh pahala
sebanyak-banyaknya di dunia dan akhirat.
2. Setiap orang dipersilahkan untuk tidak meninggalkan sama sekali kesenangan dunia, baik
berupa makanan, minuman, pakaian serta kesenangan-kesenangan yang lain sepanjang tidak
bertentangan dengan ajaran yang telah digariskan oleh Allah.
3. Setiap orang harus berbuat baik sebagaimana Allah berbuat baik kepadanya. Misalnya
membantu orang-orang yang memerlukan, menyambung tali silaturahim, dan lain
sebagainya.
4. Setiap orang dilarang berbuat kerusakan di atas bumi dan berbuat jahat kepada sesama
makhluk, karena Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
Korelasi dari ayat di atas terhadap fungsi Pendidikan Islam bahwa pada hakikatnya Pendidikan
Islam merupakan keseimbangan dalam segala aspek kehidupan, antara lain:
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah Mushaf Ar-Rusydi, Jakarta: Cahaya
Qur’an, 2006
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Tafsirnya (Edisi yang Disempurnakan), Jakarta:
Departemen Agama, 2009
URL: http://www.mukhlishfahruddin.web.id/2009/03