You are on page 1of 6

MAKALAH

“TAFSIR AL-QURAN SURAT AL-QOSHOS AYAT 77


(FUNGSI PENDIDIKAN)”

Disusun
Dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Tafsir II
Dosen Pembimbing: Hayaturrahman, M.Si

Disusun oleh:

Cecep Sunarya

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA


(STAINU BOGOR)
Tahun Akademik 2009/2010
PENDAHULUAN

Secara fitrah manusia adalah makhluk pedagogik yang dapat dididik dan mendidik. Potensi itu
ada karena Allah telah menganugerahkan akal-pikiran, perasaan, dan nurani yang menjadikan
manusia makhluk paling sempurna di antara makhluk-Nya yang lain. Akan tetapi, potensi
tersebut tidak dapat memberikan manfaat jika tidak ada usaha untuk mengaktifkan,
merangsang, melatih dan mengembangkannya. Semua itu membutuhkan sebuah proses yang
memakan waktu, tenaga bahkan biaya. Tetapi, dibandingkan dengan potensi luar biasa yang
akan diraih, pengorbanan tersebut tidaklah sia-sia. Proses inilah yang kemudian disebut dengan
pendidikan.

Surat Al Qashash terdiri atas 88 ayat termasuk golongan surat-surat Makkiyyah. Dinamai dengan
Al Qashash, karena pada ayat 25 surat ini terdapat kata Al Qashash yang berarti cerita. Ayat ini
menerangkan bahwa setelah Nabi Musa a.s. bertemu dengan Nabi Syua'ib a.s. ia menceritakan
cerita yang berhubungan dengan dirinya sendiri, yakni pengalamannya dengan Fir'aun, sampai
waktu ia diburu oleh Fir'aun karena membunuh seseorang dari bangsa Qibthi tanpa disengaja,
Syua'ib a.s. menjawab bahwa Musa a.s. telah selamat dari pengejaran orang-orang zalim.
Turunnya ayat 25 surat ini amat besar artinya bagi Nabi Muhammad s.a.w. dan bagi sahabat-
sahabat yang melakukan hijrah ke Madinah, yang menambah keyakinan mereka, bahwa akhirnya
orang-orang Islamlah yang menang, sebab ayat ini menunjukkan bahwa barangsiapa yang
berhijrah dari tempat musuh untuk mempertahankan keimanan, pasti akan berhasil dalam
perjuangannya menghadapi musuh-musuh agama. Kepastian kemenangan bagi kaum muslimin
itu, ditegaskan pada bagian akhir surat ini yang mengandung bahwa setelah hijrah ke Madinah
kaum muslimin akan kembali ke Mekah sebagai pemenang dan penegak agama Allah.
FUNGSI PENDIDIKAN
(Surat Al-Qoshos : 77)

            
              
  
“dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat,
dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah
(kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan.”

Arti Mufrodat Arti Mufrodat


sebagaimana  Dan carilah 
telah berbuat baik  pada apa yang 
telah menganugerahkan
Allah  
kepadamu
kepadamu  Allah 
dan jangan  Negeri/rumah 
Kamu menginginkan  Akhirat 
Kerusakan (kemaksiatan)  dan jangan   
di bumi   Kamu melupakan 
sesungguhnya  Bagianmu/nasibmu 
Allah  dari 
tidak menyukai   Dunia (dengan bekerja) 
orang-orang yang berbuat dan berbuat baiklah
 
kerusakan kamu

Dalam tafsir Jalalain dijelaskan bahwa:


 (dan carilah) upayakanlah -   (pada apa yang telah dianugerahkan
Allah kepadamu) berupa harta benda -  (kebahagiaan negeri akhirat)
umpamanya kamu menafkahkannya di jalan ketaatan kepada Allah -  (dan janganlah
kamu melupakan) jangan lupa -   (bagianmu dari kenikmatan duniawi)
yakni hendaknya kamu beramal dengannya untuk mencapai pahala di akhirat -  (dan
berbuat baiklah) kepada orang-orang dengan bersedekah kepada mereka -    
  (sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat)
mengadakan -   (kerusakan di muka bumi) dengan mengerjakan perbuatan-
perbuatan maksiat -      (sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan) maksudnya Allah pasti akan menghukum mereka.

Pada ayat ini, Allah Swt menerangkan empat macam nasihat dan petunjuk yang apa bila
diamalkan akan memperoleh kesejahteraan dunia dan akhirat, yaitu:

1. Orang yang dianugrahi Allah kekayaan yang berlimpah ruah, perbendaharaaan harta yang
bertumpuk-tumpuk, serta nikmat yang banyak, hendaklah ia memanfaatkannya di jalan Allah,
patuh dan taat pada perintah-Nya, mendekatkan diri kepada-Nya untuk memperoleh pahala
sebanyak-banyaknya di dunia dan akhirat.

2. Setiap orang dipersilahkan untuk tidak meninggalkan sama sekali kesenangan dunia, baik
berupa makanan, minuman, pakaian serta kesenangan-kesenangan yang lain sepanjang tidak
bertentangan dengan ajaran yang telah digariskan oleh Allah.

3. Setiap orang harus berbuat baik sebagaimana Allah berbuat baik kepadanya. Misalnya
membantu orang-orang yang memerlukan, menyambung tali silaturahim, dan lain
sebagainya.

4. Setiap orang dilarang berbuat kerusakan di atas bumi dan berbuat jahat kepada sesama
makhluk, karena Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.

Korelasi dari ayat di atas terhadap fungsi Pendidikan Islam bahwa pada hakikatnya Pendidikan
Islam merupakan keseimbangan dalam segala aspek kehidupan, antara lain:

Keseimbangan antara dunia dan akhirat


Pendidikan adalah suatu proses untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Manusia
haruslah berusaha untuk memperoleh kebaikan, keselamatan, kenikmatan dan kebahagiaan
untuk akhiratnya. Akan tetapi, tidak melupakan dan mengesampingkan peranannya sebagai
khalifah di muka bumi. Perspektif Islam membimbing pemeluknya agar mampu memelihara,
mengelola dan membangun planet bumi untuk kesejahteraan hidupnya sebagai bekal bagi hidup
akhiratnya. Sesuai dengan prinsip Islam untuk memperoleh kebaikan dunia dan akhirat. Dengan
demikian, mendorong umat Islam untuk melaksanakan etos kerja: “Bekerja keras untuk
dunianya, seolah-olah akan hidup selamanya. Dan bekerja keras untuk akhiratnya seolah-olah
akan mati esok”.

Keseimbangan antara kebutuhan jasmani dan rohani


Pendidikan merupakan alat pemenuh kebutuhan dalam hidup, baik itu jasmani maupun rohani.
Dengan pendidikan seseorang berusaha untuk mengaktualisasikan diri di tengah-tengah
masyarakat dengan berabagai macam cara atau pekerjaan. Dengan bekerja berarti ia berusaha
untuk mencukupi kebutuhan fisiknya dari hasil yang ia dapatkan, seperti: sandang, pangan dan
papan. Selain itu, melalui pendidikan pula kebutuhan rohani seseorang dapat terpenuhi, seperti:
ilmu pengetahuan, wawasan, dsb.

Keseimbangan antara kepentingan individu dan sosial


Allah Swt menjelaskan peran manusia di muka bumi. Sebagai makhluk individu, manusia
mempunyai hak untuk memenuhi segala macam kebutuhannya. Akan tetapi tidak melupakan
perannya sebagai makhluk social. Manusia tidak akan pernah terlepas dengan kebutuhannya
berinteraksi dengan orang lain. Dalam hal ini dibutuhkan toleransi, saling mengerti dan kerja
sama yang baik dalam membangun masyarakat. Antara hak dan kewajiban harus mempunyai
kedudukan yang proporsional, mana kepentingan pribadi atau mana kepentingan sosial.

Keseimbangan antara ilmu pengetahuan dan amal


Untuk menunjang kelestarian kehidupan, manusia senantiasa harus menjadi pribadi yang
mampu memberikan manfaat terhadap lingkungannya. Keintelektualan seseorang bukanlah
diukur dari banyaknya ilmu pengetahuan yang ia miliki, akan tetapi manfaat dari ilmu
pengetahuan itu sendiri. Ilmu pengetahuan yang dimiliki, selain bermanfaat bagi diri sendiri juga
harus bermanfaat bagi lingkungannya. Yaitu dengan cara diamalkan untuk menjaga eksistensinya
dan mampu memberikan kontribusi kepada yang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah Mushaf Ar-Rusydi, Jakarta: Cahaya
Qur’an, 2006
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Tafsirnya (Edisi yang Disempurnakan), Jakarta:
Departemen Agama, 2009

Al-Qur’an Digital : 2004


Bhakti, Eka, Muslim Exploler 7 Islamic Software for Al-Qur’an and Al-Hadith Studies, Malaysia:
Ekabakti.Com, 2002 – 2007
Al-Mahali, Imam Jalaluddin, As-suyuti, Imam Jalaluddin, Tafsir Jalalain 2 (terjemahan Bahrun Abu
Bakar, L.C). Bandung: Sinar Baru Algensindo 2009

URL: http://www.mukhlishfahruddin.web.id/2009/03

You might also like