Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh
M. ADRI (10951008085)
M. RIDWAN (10951005514)
Kelas
A (Semester III)
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah penulis sampaikan atas kehadirat Allah SWT. yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat dan salam tak lupa pula penulis sampaikan kepada Nabi
Muhammad SAW yang diutus untuk menjadi rahmat sekalian alam. Seiring dengan itu,
tidak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah
memberikan motivasi dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
BABII PEMBAHASAN.......................................................................................2
A. KESIMPULAN......................................................................................... 29
B. SARAN...................................................................................................... 29
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.2.13 Konstitusi Negara RI yang pernah dipakai Indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN
5
dan kewajiban warga Negara, keadlian sosial, dan lainnya diatur dalam suatu
Undang-Undang Dasar Negara. Hal inilah yang dimaksud dengan pengertian
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan Republik Indonesia. Dalam
pembahasan ini tidak dapat dilepaskan dengan eksistensi Pembukaan UUD
1945, yang merupakan deklarasi bangsa dan Negara Republik Indonesia,
yang memuat pancasila sebagai dasar Negara, tujuan Negara serta bentuk
Negara Republik Indonesia. Oleh karena itu, Pembukaan UUD 1945 dalam
konteks ketatanegaraan Republik Indonesia memiliki kedudukan yang sangat
penting karena merupakan staasfundamentalnorm (kaedah Negara yang
fundamental), dan berada pada hierarki tertib hukum tertinggi di Negara
Indonesia.
6
UNDANG-UNDANG DASAR 1945
PEMBUKAAN
Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh
sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai
dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan
oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka
rakyat Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaanya.
7
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.
8
MPR, Undang-undang, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang,
Peraturan Pemerintah dan peraturan perundang-undangan yang lainnya.
9
Dengan demikian maka seluruh peraturan hukum yang ada di dalam
wilayah Negara Republik Indonesia sejak saat di tetapkannya Pembukaan
UUD 1945 secara formal pada tanggal 18 Agustus 1945, telah memenuhi
syarat sebagai suatu tertib hukum Negara.
10
Pokok pikiran ini menempatkan suatu tujuan atau cita-cita yang ingin
dicapai dalam Pembukaan, dan merupakan suatu kausa finalis (sebab
tujuan), sehingga dapat menentukan jalan serta aturan-aturan mana yang
harus dilaksanakan dalam Undang-Undang Dasar untuk sampai pada
tujuan itu yang didasari dengan bekal persatuan. Pokok pikiran ini
merupakan penjabaran Sila Kelima Pancasila
11
Kemudian bilamana kita pahami secara sistematis maka pokok pikiran
ke- I, II, III memiliki makna kenegaraan sebagai berikut : Negara ingin
mewujudkan suatu tujuan negara yaitu melindungi segenap bangsa dan
seluruh tumpah darah Indonesia (pokok pikiran I). Selain itu tujuan negara
harus didasarkan pada suatu dasar politik negara yaitu negara republik
yang ber kedaulatan rakyat (pokok pikiran I dan III).1
Oleh karena itu, dalam pembukaan UUD 1945 secara formal yuridis
Pancasila ditetapkan sebagai dasar filsafat Negara Republik Indonesia. Maka
hubungan antara pembukaan UUD 1945 adalah bersifat timbale balik sebagai
berikut :
1
(Notonagoro, 1974 : 16 )
12
a. Bahwa rumusan Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia
adalah seperti yang tercantumkan dalam Pembukaan UUD 1945 alinea
IV.
13
menyimpang dari Pembukaan tersebut adalah sama halnya dengan
mengubah secara tidak sah pembukaan UUD 1945, bahkan berdasarkan
hokum positif sekalipun dan hal ini sebagaimana ditentukan dalam
ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966, (juncto Tap No. V/MPR/1973).
14
E. Konstitusi Negara Republik Indonesia
15
Majelis Permusywaratan Rakyat”. Atas dasar itu, maka kedudukan Majelis
Permusywaratan Rakyat (MPR) adalah sebagai lembaga tertinggi negara.
Kedudukan lembaga-lembaga tinggi Negara yang lain berada di bawah
MPR.
Mengenai sistem pemerintahan negara diatur dalam Pasal 4 ayat (1)
yang berbunyi “Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan
pemerintahan menurut Undang- Undang Dasar”. Pasal tesebut
menunjukkan bahwa system pemerintahan menganut sistem presidensial.
Dalam system ini, Presiden selain sebagai kepala negara juga sebagai
kepala pemerintahan. Menteri-menteri sebagai pelaksana tugas
pemerintahan adalah pembantu Presiden yang bertanggung jawab kepada
Presiden, bukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Perlu diketahui, lembaga tertinggi dan lembaga-lembaga tinggi negara
menurut UUD 1945 (sebelum amandemen) adalah :
a. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
b. Presiden
c. Dewan Pertimbanagan Agung (DPA)
d. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
e. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
f. Mahkamah Agung (MA)
16
menyelenggarakan Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag
(Belanda) tanggal 23 Agustus – 2 November 1949. Konferensi ini dihadiri
oleh wakil-wakil dari RepubIik Indonesia, BFO (Bijeenkomst voor
Federal Overleg, yaitu gabungan negara-negara boneka yang dibentuk
Belanda), dan Belanda serta sebuah komisi PBB untuk Indonesia. KMB
tersebut menghasilkan tiga buah persetujuan pokok yaitu:
1. Didirikannya Negara Rebublik Indonesia Serikat;
2. Penyerahan kedaulatan kepada Republik Indonesia Serikat; dan
3. Didirikan uni antara RIS dengan Kerajaan Belanda.
17
meliputi Jawa dan Sumatera dengan ibu kota di Yogyakarta. Sistem
pemerintahan yang digunakan pada masa berlakunya Konstitusi RIS
adalah sistem parlementer.
Hal itu sebagaimana diatur dalam pasal 118 ayat 1 dan 2 Konstitusi
RIS. Pada ayat (1) ditegaskan bahwa ”Presiden tidak dapat diganggu-
gugat”. Artinya, Presiden tidak dapat dimintai pertanggungjawaban atas
tugas-tugas pemerintahan. Sebab, Presiden adalah kepala negara, tetapi
bukan kepala pemerintahan. Kalau demikian, siapakah yang menjalankan
dan yang bertanggung jawab atas tugas pemerintahan? Pada Pasal 118 ayat
(2) ditegaskan bahwa ”Menteri-menteri bertanggung jawab atas seluruh
kebijaksanaan pemerintah baik bersama-sama untuk seluruhnya maupun
masing-masing untuk bagiannya sendiri-sendiri”.
Dengan demikian, yang melaksanakan dan mempertanggungjawabkan
tugas-tugas pemerintahan adalah Menteri-menteri. Dalam sistem ini,
kepala pemerintahan dijabat oleh Perdana Menteri. Dalam sistem
pemerintahan parlementer, pemerintah bertanggung jawab kepada
parlemen (DPR).
Perlu kita ketahui bahwa lembaga-lembaga Negara menurut Konstitusi
RIS adalah :
a. Presiden
b. Menteri-Menteri
c. Senat
d. Dewan Perwakilan Rakyat
e. Mahkamah Agung
f. Dewan Pengawas Keuangan
18
Perkembangan berikutnya adalah munculnya kesepakatan antara RIS
yang mewakili Negara Indonesia Timur dan Negara Sumatera Timur
dengan Republik Indonesia untuk kembali ke bentuk Negara esatuan.
Kesepakatan tersebut kemudian dituangkan dalam Piagam Persetujuan
tanggal 19 Mei 1950. Untuk mengubah negara serikat menjadi negara
kesatuan diperlukan suatu UUD Negara kesatuan. UUD tersebut akan
diperoleh dengan cara memasukan isi UUD 1945 ditambah bagian-bagian
yang baik dari Konstitusi RIS.
19
a) Presiden dan Wakil Presiden
b) Menteri-Menteri
d) Mahkamah Agung
Atas dasar hal tersebut, demi untuk menyelamatkan bangsa dan negara,
pada tanggal 5 Juli 1959 Presiden Soekarno mengeluarkan sebuah Dekrit
Presiden yang isinya adalah:
20
1. Menetapkan pembubaran Konsituante
21
serta kestabilan jalannya pemerintah. Lahirnya Supersemar tersebut
dianggap sebagai awal masa Orde Baru.
Semboyan Orde Baru pada masa itu adalah melaksanakan Pancasila dan
UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Apakah tekad tersebut menjadi
suatu kenyataan? Ternyata tidak. Dilihat dari prinsip demokrasi, prinsip
negara hukum, dan keadilan sosial ternyata masih terdapat banyak hal
yang jauh dari harapan. Hampir sama dengan pada masa Orde Lama,
sangat dominannya kekuasaan Presiden dan lemahnya kontrol DPR
terhadap kebijakan-kebijakan Presiden/pemerintah. Selain itu, kelemahan
tersebut terletak pada UUD 1945 itu sendiri, yang sifatnya singkat dan
luwes (fleksibel), sehingga memungkinkan munculnya berbagai
penyimpangan. Tuntutan untuk merubah atau menyempurnakan UUD
1945 tidak memperoleh tanggapan, bahkan pemerintahan Orde Baru
bertekat untuk mempertahankan dan tidak merubah UUD 1945.
22
1945 sesudah amandemen adalah : UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Sumber: Setjen MPR
a) Presiden
b) Majelis Permusyawaratan Rakyat
c) Dewan Perwakilan Rakyat
d) Dewan Perwakilan Daerah
e) Badan Pemeriksa Keuangan
f) Mahkamah Agung
g) Mahkamah Konstitusi
h) Komisi Yudisial
23
4. Suatu sistem perwakilan
1. Konsep Kekuasaan
Teradapat dalam :
24
“… maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam
suatu Undang-undang dasar Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat…”
Pasal 1:
Pasal 2 :
B. Pembagian kekuasaan
C. Pembatasan Kekuasaan
25
a. “Kedaulatan ditangan rakyat….” (pasal 1 ayat 2). Kedaulatan rakyat
dilaksanak lewat pemilu untuk membentuk MPR dan DPR setiap 5
tahun sekali.
E. Konsep Pengawasan
F. Konsep Partisipasi
26
G. Lembaga-lembaga Negara Menurut UUD 1945
1. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). MPR terdiri dari anggota DPR dan
anggota DPD yang dipilih secara langsung. Pasal 3 UUD 1945
menyebutkan kewenangan MPR sebagai berikut:
27
c. Hak menyampaikan pendapat
3. Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Anggota DPD dipilih dari setiap propinsi
melalui pemilu. Anggota DPD dari setiap propinsi jumlahnya sama dan
jumlah seluruh anggota DPD itu tidak lebih dari sepertiga jumlah anggota
DPR. Lembaga DPD bersidang sedikitnya sekali dalam se-tahun.
5. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). BPK adalah salah satu badan bebas dan
madiri yang diadakan untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab
tentang keuangan negara. Anggota BPK dipilih oleh DPR dengan
memperhatikan pertimbangan DPD dan diresmikan oleh presiden.
28
b. Mahkamah Konstitusi (MK) Kewenangan MK adalah sebagai berikut:
1. Berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir
Dasar 1945 terdiri dari tiga bagian yang mempunyai kedudukan yang sama,
A. Dalam Pembukaan
29
- Alinea ketiga : Dapat disimpulkan bahwa rakyat indonesia menyatakan
bebas.
Namun dalam hal ini yang perlu dicatat, bahwa dalam pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 dan dalam batang tubuh UUD 1945. Hak-hak
asasi itu telah ada. Karena itu tidak heranlah bahwasannya Negara
Indonesia saat ini telah mengatur masalah UUD 1945, dan yang harus
30
dipikirkan oleh pemerintah adalah bagaimana supaya segera menyusun
undang-undang pelaksanaannya.
BAB III
31
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pancasila merupakan sumber nilai serta sumber norma dalam setiap aspek
penyelenggaraan Negara, termasuk sebagai sumber tata tertib hukum di
Negara Republik Indonesia. Artinya, seluruh peraturan perundang-undangan
serta penjabarannya berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila
pancasila. Negara Indonesia adalah Negara demokrasi yang berdasarkan atas
hukum, oleh karena itu segala aspek dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan
Negara diatur dalam suatu sistem perundang-undangan yaitu UUD 1945.
B. SARAN
Kami selaku pemakalah mohon maaf atas segala kekurangan yang
terdapat dalam makalah ini, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan
saran dari teman-teman semua agar makalah ini dapat dibuat dengan lebih
baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
32
Kaelan, 2008, Pendidikan Pancsila, Paradigma, Yogyakarta.
Sinar Grafika, 1998, Garis-Garis Besar Haluan Negara 1998-2003, Tap MPR Nomor
II/MPR/1998, Jakarta.
33