Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh
ABDULLAH ARIEF
Kelas
A (Semester III)
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah penulis sampaikan atas kehadirat Allah SWT. yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat dan salam tak lupa pula penulis sampaikan kepada Nabi
Muhammad SAW yang diutus untuk menjadi rahmat sekalian alam. Seiring dengan itu,
tidak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah
memberikan motivasi dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
BABII PEMBAHASAN....................................................................................... 2
A. Pengertian Sahabat……………………………………………………..... 2
B. Sahabat dan Periwayatan Hadist………………………………………... 4
C. Cara Sahabat Menerima Hadist dari Sahabat Lain………………….... 6
D. Masa Penyebarluasan Hadist ke Sahabat Lain…………………..…… 10
E. Sahabat Yang Meriwayatkan Hadist Nabi SAW………………….….. 11
A. KESIMPULAN........................................................................................ 19
B. SARAN...................................................................................................... 19
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kita sudah cukup mengetahui tentang pengertian tentang ilmu hadist,
pembagian hadist dan kedudukan hadist dalam alqur’an hingga
perkembangan hadist tersebut dari masa ke masa nya yang dimulai semenjak
zaman Nabi Muhammad SAW sampai dengan berkembangnya hadist
kontemporer yang dikarang oleh banyak golongan syi’ah saat ini. Dalam hal
ini untuk menjaga keeksistensian para sahabat dalam menriwayatkan hadist
Nabi SAW baik secara langsung bertemu atau hanya melihat Nabi SAW saja
ketika dalam majelis sehingga dapat meriwayatkan banyaknya hadist-hadist
hingga menkodifikasikan hadist tersebut.
Untuk itu dalam makalah ini kami ingin mengungkapkan secara ringkas
tentang arti dan peranan sahabat tersebut dalam periwayatan hadist dari Nabi
Muhammad SAW, serta hal-hal yang berkaitan lainnya yang menyangkut
tentang seputar sahabat Nabi SAW dalam penyebarluasan serta penyampaian
hadist ke sahabat lainnya.
B. Permasalahan
Beberapa yang menjadi topik sentral permasalahan dalam makalah ini
yang akan dibahas adalah:
1. Pengertian sahabat itu sendiri ?
2. Hubungan sahabat dalam periwayatan hadist Nabi SAW ?
3. Cara sahabat menerima hadist dari sahabat lain pada masa itu ?
4. Masa penyebarluasan hadist ke sahabat lain ?
5. Sahabat yang meriwayatkan hadist Nabi Muhammad SAW ?
6. Peranan Sahabat dalam meriwayatkan Hadist tersebut ?
4
BAB II
A. Pengertian sahabat
Secara etmologis, kata “sahabat” berasal dari shahiba, bentuk pluralnya
ashhab dan ashahib, yang mempunyai arti; menemani atau menyertai.
Pendapat demikian ini juga dikatakan pleh Ajjaj al- Khatib,2 yang
menjelaskan bahwa setiap orang yang menyertai atau menemani orang lain,
baik lama atau sebentar, bisaa dikatakan sebagai sahabat. Namun, menurut
kata shahabi itu berasal kata al-suhbah, yang sinonim dengan kata shahiba,
yaitu menyertai. Penggunaan kata itu berlaku pula untuk orang yang
menyertai Nabi SAW kendatipun hanya sehari atau sejam, sesuai dengan asal
katanya sahabat.
1
Lihat Muhammad Ibn Mukarram Ibn Manzhur, Lisan al-Arab, ttp.tth. Jilid II hal. 7.
2
Lihat Ushul al-Hadist Ulumuhu wa Musthalahuhu, hal. 385.
5
Secara umum para ulama hadist mengatakan bahwa yang dikatakan
sahabat adalah umat islam yang pernah melihat Rasul Allah.
Para ulama3 mendefinisikan sahabat sebagai berikut :
1. Muhammad Nawawi al-Jawi berpendapat bahwa orang yang dinyatakan
sahabat Nabi itu adalah setiap mukmin yang berkumpul dengan Nabi
setelah beliau diangkat menjadi Rasul, meskipun belum ada perintah
untuk berda’wah. Yakni, dengan pertemuan yang saling mengenal
walaupun dalam keadaan gelap, buta, belum baliqh, bahkan hanya
sekedar bertemu atau melihat atau dilihat Nabi kendatipun dengan jarak
jauh, hal ini dinyatakan tetap sebagai sahabat Nabi.
2. Al-Bukhari menyatakan yang disebut sahabat itu adalah orang yang
menyertai Nabi atau melihatnya sedangkan dia dari kalangan orang-orang
islam, maka ia adalah sahabat
3. Menurut Ibnu Hazm bahwa yang dinamakan sahabat Rasul itu adalah
setiap orang yang pernah bersama-sama dengan nabi dalam suatu majlis,
walaupun sesaat dan dapat mendengarkan pembicaraan Nabi walaupun
sekalimat atau dapat melihat sesuatu yang ia memahaminya dari Nabi itu.
4. Ibnu al-Shalah dalam muqaddimah bukunya mengatakan bahwa menurut
kalangan ulama ahli hadist, seperti yang dinyatakan oleh Ibnu al-
Mudhaffar al-sam’ani, bahwa yang dinamakan sahabat nabi itu adalah
orang-orang yang meriwayatkan hadist secara langsung dari Nabi
walaupun hanya satu buah saja. Bahkan menurut para ulama, orang yang
hanya melihat Nabi bias disebut sebagai sahabat.
3
Lihat Muhammad al-nawawi al-Jawi dalam Kasyifat al-Saja. Maktabah wa mathba’ah,
Pekalongan. Tth. Hal 4, Abu Abdullah Muhammad Ibn Ismail al-Bukhari dalam al-Jami’ al-
Shahih, tth. Hal. 287.
6
B. Sahabat dan Periwayatan Hadist
Aktivitas sahabat dalam periwayatan hadist, lebih jelas lagi terlihat dari
kesungguhan mereka dalam menyertai kehidupan Rasul, sehingga dalam
keadaan apapun kegiatan Rasul selalu didampingi oleh para sahabat meskipun
tidak semua sahabat yang selalu mendampingi rasul tiap hari. Data-data
sejarah menunjukkan kesungguhan sahabat dalam meliput kegiatan Rasul,
antaralain suatu ketika Rasul memasuki ka’bah bersama beberapa sahabat
kemudian pintunya dikunci dari dari dalam, maka para sahabat yang lain yang
tidak sempat mengikuti Rasul terpaksa menunggu di luar sambil bertanya-
tanya apa gerangan yang dikerjakan rasul di dalam ka’bah. Ketika Rasul
keluar, Abdullah Ibn Umar bertanya kepada Bilal yang mendapat kehormatan
mendampingi Rasul memasuki ka’bah itu, Abdullah berkata :
Dalam hal-hal kecil sifatnya dari kegiatan Rasul, tampaknya para sahabat
tidak rela melepaskan perhatiannya. Motivasi untuk mengikuti ruang gerak
Rasul yang dikuti oleh sahabat, ternyata bukan hanya sekedar kekaguman
4
Lihat, ibn Hajjar al-Asqalani, Fath al-Bari fi syarh al-Shahih al-Bukhari , Dar al-Fikr wa
maktabah al-Salafiyah, ttp. 1959 Jilid II hal. 125.
7
terhadap Rasul Allah akan tetapi ada kaitannya dengan realisasi dan
aktualisasi dari pelaksanaan syariat itu sendiri.
5
Lihat, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadist, hal. 28.
8
4. Yang erat perhubungannya dengan Nabi, yaitu : Ummahatu al-Mu’minin,
seperti Aisyah dan Umu salamah.
Cara para sahabat menerima hadis pada masa Rasulullah Saw berbeda
dengan cara yang dilakukan oleh generasi setelah itu. Cara para sahabat
menerima hadis dimasa Nabi Muhammad Saw yaitu dilakukan oleh sahabat
yang dekat dengan beliau, seperti Khaula Faurra Syidan, dimasa Nabi para
sahabat mempunyai minat yang besar untuk memperoleh hadis dari pada
Nabi Muhammad Saw. oleh karena itu mereka berusaha keras mengikuti
Nabi Muhammad Saw agar perkataan, perbuatan atau taqrir beliau dapat
mereka terima atau mereka lihat secara langsung.6 Jika diantara para sahabat
ada yang berhalangan maka dicari sahabat yang lain untuk dapat mendengar
dan melihat apa yang disampaikan. Nabi Muhammad Saw pokoknya setiap
Nabi menyampaikan sesuatu hukum atau melakukan ibadah apapun jangan
sampai tidak ada sahabat yang melihatnya.
6
Nawir Yuslem, Ulumul Hadist (Jakarta : PT. Mutiara Sumber Widya, 2001) h. 88
9
Siapa diantara sahabat yang bertugas menemui dan mengikuti Nabi serta
mendapatkan hadis dari beliau, maka ia segera menyampaikan untuk sahabat-
sahabat yang lain.7
Dalam hal ini ada empat cara yang ditempuh oleh para sahabat untuk
mendapatkan hadis dari Nabi Muhammad Saw.
7
Muhammad Ajaj Al-kharib, Assunnah Dablat-Tadwin (Beirut : Dar al-Fikr, th. 1981) h. 20.
8
Nawir Yuslem, Ulumul Hadist. h. 15.
10
Dari Abu Hurairah, r.a bahwa Rasulullah melewati seorang
penjual makanan lantas beliau bertanya bagaimana caranya engkau
berjualan ? maka si pedagang menjelaskannya pada Rasulullah.
Selanjutnya beliau menyuruh pedagang itu memasukkan tangannya
ke dalam tumpukan makanan tersebut, ketika tangannya ditarik
keluar terlihat tangannya basah, maka ketika itu Rasulullah bersabda,
tidaklah termasuk golongan kami orang yang menipu. (HR.Ahmad).9
9
Ajaj Al-Khatib, I-Sunnah Dabla Tadwin, h.60.
10
Khudri Bek, Tarikh Tasyri’ Al-Islam (Kairo : Dar Al-Fikr, 1967) h.110.
11
M.Ajjaz Al-Khatib, Ushul Al-Hadist. Juz I.h.42.
11
langsung pada Rasulullah maka sahabat mengutus sahabat yang
lain yang berani menanyakan secara langsung tentang peristiwa
apa yang dialami sahabat pada waktu itu, sehingga tidak ada
persoalan yang tidak jelas hukumnya.12
Artinya : Dari Abu Hurairah r.a dia berkata, adalah Nabi Saw tampak
pada suatu hari ditengah- tengah manusia, maka datang seorang laki-
laki seraya bertanya, apakah iman itu ? Rasulullah Saw menjawab,
Iman itu adalah engkau beriman. Akhirnya Rasulullah Saw
mengatakan kepada para sahabat, Dia malaikat Jibril yang mengajari
manusia tentang masalah agama (HR.Bukhari).14 Setelah mendapatkan
hadis dengan cara-cara diatas, para sahabat menghafal sebagaimana
halnya
12
Ibid, h.18.
13
Nawir Yuslem, Ulumul Hadist, h.93
14
Husen Al-Majid, Imam Bukhari Muhaddisan Wafaqiahn (Kairo : Dar Qaumiyah Al-Thaibah’ah
AL-Azhar, tt)h.12.
12
dengan al-qur’an.
D. Masa Penyebarluasan Hadist ke Sahabat Lain
Para sahabat selalu berusaha agar periwayatan hadis bisa tersebar luas
keberbagai pelosok daerah. Hal ini terwujud setelah Rasulullah wafat. Yang
nampak sekali terjadi pada masa Usman Ibnu Affan, karena mereka
memberikan kelonggaran-kelonggaran kepada para sahabat untuk
menyebarluaskan periwayatan hadis ke daerah-daerah lain yang dimulai
dengan penyebaran syiar agama Islam mengikuti pula dengan penyebaran
hadis-hadis.15
Diantara beberapa kota yang banyak terdapat para sahabat dan aktifitas
periwayatan hadis, antaranya :
1. Madinah.
Dikota ini banyak terdapat para sahabat yang mempunyai ilmu agama
yang mendalam, terutama bidang hadis diantaranya, Disyar r.a, Abdullah
Ibnu Sabid dan banyak sahabat- sahabat lainnya.17
2. Mekkah
Dikota ini perkembangan hadis juga mengalami kemajuan hampir sama
dengan kota Madinah. Disana ditunjuk Muaz Jabal sebagai guru yang
mengajar penduduk setempat tentang halal dan haram. Peranan kota
Mekkah dalam hal penyebaran hadis pada masa selanjutnya adalah sangat
15
Ibid, h.16.
16
Ibid, h.23.
17
Subhi As-Shalih, Ulumul Al-Hadis Wamustalah (Beirut : Darul Ilmi Cul Malay) h.121.
13
signifikan terutama pada musim-musim haji, dimana pada waktu itu
merupakan sangat tepat. Dimana para sahabat saling bertemu satu sama
lainnya, terutama para tabi’in. Waktu itu terjadi penukaran informasi
tentang hadis yang kemudian mereka bawa pulang ke daerah masing-
masing.18
Sedangkan pada sahabat, tabi’in dan tabi’ tabi’in tradisi itulah makin
berkembang dan terarah pada kegiatan-kegiatan mencari hadis sampai
mereka harus pergi ke tempat yang jauh untuk mencari dan meneliti
validitas dari hadis tersebut, atau hanya untuk bersilaturrahmi dengan
sahabat-sahabat yang lain. Disitulah mereka bisa memperoleh hadis. Cara
yang seperti ini umumnya dilakukan oleh para tabi’in karena dengan yang
demikian terjadilah pertukaran riwayat antara satu dengan yang lainnya.
18
Nawir Yuslem, h.17
19
Ajaj Al-Khatib, Al-Sunnah Qabla Al-Tadwin. h.169
14
Sayyidah Aisyah, Abdullah bin Abbas, Jabir bin Abdullah, dan Abu Said al-
Hudri.
1. Abu Hurairah
Abu Hurairah adalah sahabat yang paling banyak meriwayatkan
hadis di antara tujuh orang tersebut. Baqi bin Mikhlad mentahrijkan
hadis Abu Hurairah sebanyak 5374 Hadis. Di antara jumlah tersebut
352 hadis disepakati oleh Bukhori Muslim, 93 hadis diriwayatkan oleh
Bukhori sendiri dan 189 hadis diriwayatkan oleh Muslim sendiri.
Menurut keterangan Ibn Jauzi dalam Talqih Fuhumi al Atsar bahwa
hadis yang diriwayatkannya sebanyak 5374, tapi menurut al Kirmani
berjumlah 5364 dan barada dalam Musnad Ahmad terdapat 3848 buah
hadis.
Rasulullah sendirilah yang menjulukinya Abu Hurairah, ketika
beliau melihatnya membawa seekor kucing kecil. Julukan dari
Rasulullah itu semata karena kecintaan beliau kepadanya sehingga
jarang ada orang memanggilnya dengan nama sebenarnya yaitu
Abdurrahman bin Sakhir yang berasal dari bani Daus bin Adnan. Abu
Hurairah memeluk islam pada tahun tujuh hijriyah yaitu pada tahun
terjadinya perang Khoibar dan meninggal di Aqiq pada tahun 57 H.
demikian menurut pendapat yang kuat.
Ia adalah pemimpin para ahli suffah yang menggunakan seluruh
waktunya untuk beribadah di masjid Nabi. Suffah adalah tempat
beratap di dalam masjid para sahabat yang juhud itu melindungkan diri
di sana. Allah ternyata mengabulkan doa Nabi agar Abu Hurairah
dianugrahi hafalan yang kuat. Ia memang paling banyak hafalannya di
antara para sahabat. Imam Bukhori, Muslim dan at Tirmidzi
mentakhrijkan sebuah hadis darinya bahwa ia pernah berkata “aku
pernah mengadu kepada Rasulullah, wahai utusan Allah aku pernah
mendengar banyak darimu tetapi aku tidak hafal. Rasulullah bersabda,
bentangkanlah selendangmu, akupun membentangkannya lalu
Rasulullah menceritakan banyak hadis kepadaku dan aku tidak
melupakan sedikitpun apa yang beliau ceritakan kepadaku.”
15
Abu Hurairah telah meriwayatkan dari Nabi, Abu Bakar, Umar,
Utsman, Ubai bin Ka’ab, Utsman bin Zaid, Aisyah dan sahabat sahabat
lain. Sedangkan jumlah orang yang meriwayatkan darinya melebihi 800
orang terdiri dari para sahabat dan tabi’in seperti Abdullah bin Abbas,
Abdullah bin Umar, Jabir bin Abdullah, dan Anas bin Malik.
Sedangkan dari tabi’in di antaranya Said bin Al Musayyad, Ibn Sirrin,
Ikrimah, Mujahid dan as Sya’bi.
Sanad paling soheh yang berpangkal darinya ialah Ibn Shihab az
Zuhri, dari Said bin al Musayyad dari Abu Hurairah. Adapun yang
paling dhoif adalah Assari bin Sulaiman, dari Daud bin Yazid al Audi,
dari bapaknya (Yazid al Audi) dari Abu Hurairah.
16
ayahnya kemudian dari kakeknya.
17
Malik bin Anas dari Ibn Syihab az Zuhri. Sedangkan yang paling lemah
ialah melalui Daud ibn al Muhabbir dari ayahnya dari Abban ibn Abi
Iyasi.
Karena keluasan ilmunya tersebut Qatadah mengatakan di hari
wafatnya Anas bahwa Muwarid berkata pada hari ini telah lenyap
seperdua ilmu.
18
yang menerima hadis darinya diantaranya Said ibn Musayyab, Alkomah
ibn Qais, Masruk ibn Al Ajda’, Aisyah binti Tholhah, Hafsah binti
Sirrin.
Silsilah sanad yang paling tinggi derajatnya samapai kepadanya
adalah melalui Yahya ibn Said dari ubaidah ibn Amr ibn Hafs dari al
Kosim ibn Muhammad. Silsilah lainnya ialah melalui ibn Syihab az
Zuhri atau Hisyam ibn Urwah ibn Zubair. Sedangkan silsilah yang
paling lemah adalah melalui al Haris ibn Syubl dari Ummu an Nu’man.
Murid-murid Aisyah diantaranya adalah generasi tabi’in. setidaknya ada
4 ulama besar yang lahir darinya antara lain Urwah ibn Zubair, Al
Qasim ibn Muhammad, Umrah binti Abi Rahmah dan Muadzah al
Adawiyah.
19
dikemukakan oleh al Asqalani menyebutkan jumlahnya lebih kecil dari
itu, menurut al Ghazali hanya empat hadis, menurut Ghandar hanya 9
hadis, dan menurut Yahya al Qattan hanya 10 hadis.
Silsilah sanad hadis yang paling tinggi nilainya yang sampai kepadanya
adalah ialah melalui ibn Shihab az Zuhri dari Ubaidillah ibn Abdillah
ibn Utbah. Sedang silsilah yang paling lemah adalah melaui
Muhammad ibn Marwan as Suddi as Shogir dari al Kalbi dari Abu
Sholeh.
20
7. Abu Said al Hudri
Hadis hadis yang beliau riwayatkan sebanyak 1170 hadis, dari
jumlah tersebut yang muttafaq alaihi sebanyak 46 hadis, yang
diriwayatkan bukhori sebanyak 16 dan yang diriwayatkan Muslim
sebanyak 52 hadis. Abu Said al Hudri adalah nama gelar yang
diberikan kepadanya sedang nama aslinya adalah Saad ibn Malik ibn
Sinan al Khajraji al Anshori. Ia dibawa ayahnya menngunjungi Rasul
untuk ikut berperang pada perang Uhud pada waktu itu ia baru
berumur 13 tahun tetapi Rasul melarangnnya karena dinilai masih
terlalu kecil. Ia meninggal pada tahun 74 hijriyah.
Kepribadiannya ia dikenal sebagai seorang yang zuhud dan ‘alim.
Dalam perjuangan untuk menegakkan agama Islam, Abu Said ikut
berperang sebanyak 12 kali.
Hadis hadis yang diterima disamping dari rasul adalah dari para
sahabat lainnya seperti Malik Ibn Sinan (ayahnya) Qatadah ibn an
Nukman (saudaranya se ibu) Abu Bakar, Umar, Usman, Ali, Abu
Musa al Asyari, Zaid ibn Sabit dan Abdullah ibn Salam.
Sedang para sahabat yang meriwayatkan hadis hadisnya antara lain
Abdurrahman (anaknya), Zainab binti Ka’ab Ibn ajrad, Abdullah ibn
Umar, Abdullah ibn Abbas, Abu At Tufaili, Nabi’ dan Ikrima.
21
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari uraian yang terdapat pada bab pembahasan dapat disimpulkan :
1. Sahabat adalah orang yang menyertai Nabi selama beliau
menyebarkan Risalah kenabiannya. Di sini peranan sahabat dalam
membantu nabi sangat berarti, baik ketika Nabi hidup, maupun setelah
wafatnya, terutama dalam menyebarkan da’wah Islam ke seluruh
jazirah Arab.
2. Periwayatan dilakukan secara berlangsung dari mulut ke mulut
melalui kekuatan hafalan, yakni menerimanya dengan metode
menghafal pula meskipun ada sebagian kecil yang mencatatnya.
3. Penyebaran hadist Nabi SAW pada waktu itu telah mencangkup di
daerah Mekkah, Madinah, Kufah dan Busrah.
4. Sahabat-sahabat yang paling banyak meriwayatkannya adalah : Abu
Hurairah, ‘Abdullah Ibn Umar Ibn Khattab, Anas Ibn Malik, ‘Aisyah
Ashshiddiqiyyah, ‘Abdullah Ibn ‘Abbas, jabir Ibn ‘Abdullah, Abu
Said Al-Khudri. Tak ada dalam kalangan sahabat meriwayatkan hadis
lebih dari seribu, selain mereka ini.
B. SARAN
Kami selaku pemakalah mohon maaf atas segala kekurangan yang
terdapat dalam makalah ini, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan
saran dari teman-teman semua agar makalah ini dapat dibuat dengan lebih
baik lagi.
22
DAFTAR PUSTAKA
As-Shalih, Dr. Subhi, Membahas Ilmu-ilmu Hadis. . Jakarta: Pustaka Firdaus. 2007.
Azami, Prof. Dr. M.M, Hadis Nabawi dan sejarahnya kodifikasinya. Jakarta: Pustaka
Firdaus. 2006.
23