You are on page 1of 4

Dampak Globalisasi Terhadap Perekonomian

Dampak Positif :

Produksi global dapat ditingkatkan

Meningkatkan kemakmuran masyarakat dalam suatu negara.

Meluaskan pasar untuk produk dalam negeri.

Dapat memperoleh lebih banyak modal dan teknologi yang lebih baik.

Menyediakan dana tambahan untuk pembangunan ekonomi.

Dampak Negatif :

Karena perkembangan sistem perdagangan luar negeri yang menjadi lebih bebas,

sehingga dapat menghambat pertumbuhan sektor industri.

Dapat memperburuk neraca pembayaran.

Sektor keuangan semakin tidak stabil.

Memperburuk proses pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

Globalisasi juga mempunyai implikasi bagi penjualan dan pajak cukai, khususnya pada produk dengan nilai

tinggi tetapi sedikit berat atau volume, seperti parfum, barang elektronik dan perhiasan. Kemungkinan dan

meningkatkan popularitas belanja lintas batas (termasuk bandara besar menjadi pusat perbelanjaan dan outlet-

outlet perbelanjaan utama dekat perbatasan pajak), penggunaan internet, surat atau telepon- order belanja, dan

sejenisnya, telah meletakkan langit-langit di atas penjualan dan tarif cukai diperdagangkan semacam itu.23

Berbagai perundingan multilateral dan regional di bawah perdagangan dan perjanjian investasi sedang

berlangsung di bidang telekomunikasi dan teknologi informasi, dengan demikian, mengurangi ruang lingkup

lebih lanjut untuk pengadaan pajak pada sektor ini melalui harga kebijakan monopoli negara. Hal ini pada

gilirannya dapat mengakibatkan penurunan pendapatan negara. Di atas akan mempengaruhi semua negara Asia

Tenggara, tapi terutama mereka dengan kapasitas secara substansial atas permintaan domestik seperti

Singapura. Singapura akan juga perlu berjuang dengan meningkatnya kesediaan Malaysia dan, sampai batas

tertentu, Indonesia, untuk menggunakan fiskal dan langkah-langkah lain untuk mengurangi pangsa

perdagangan internasional mereka dilakukan melalui Singapura. Perusahaan negara di Asia Tenggara,
termasuk monopoli di sektor telekomunikasi juga cenderung merasa jauh lebih sulit untuk terus menikmati

margin keuntungan yang tinggi.

Dampak Globalisasi Terhadap Arus Barang Dan Investasi

Saat ini Indonesia mulai memaknai kehidupan kenegaraannya dalam fase globalisasi. Satu diantaranya adalah

globalisasi ekonomi, yang merupakan proses kegiatan ekonomi dan perdagangan bebas. Negara-negara di

seluruh dunia menjadi satu kesatuan “Pasar” yang terintegrasi tanpa rintangan atau sekat-sekat teritorial

wilayah Negara.

Globalisasi menjadi keharusan menolak atau menghapus hambatan bagi arus modal, barang dan jasa. Dan

berdasar globalisasi tersebut membuat keterkaitan ekonomi nasional dengan perekonomian internasional

menjadi makin erat. Dalam skala nasional, globalisasi adalah peluang pasar internasional bagi produk dalam

negeri secara kompetitif. Namun pada sisi tertentu juga peluang masuknya produk-produk global

ke
dalam
pasar
domestik.

Dengan derasnya arus modal, barang dan jasa, membawa konsekuensi terhadap perusahan-perusahan

internasional yang berproduksi di berbagai Negara yang dipilih. Pertimbangan mendasar bahwa produktivitas

yang dilakukan mendapat biaya produksi murah, sebagai akibat upah buruh yang rendah dan tarif bea masuk

yang kecil bahkan tidak dikenakan. Pada aspek tertentu dapat menuntut infrastruktur memadai, termasuk iklim

usaha dan politik yang kondusif. Negara yang dipilih, seperti Indonesia merupakan lokasi manufaktur global.

Sebagai realita globalisasi menuntut kegiatan perdagangan dan persaingan produksi yang begitu ketat, cepat

dan “fair”. Daya beli dan tabungan adalah cermin dari kemakmuran masyarakat dalam suatu

Negara.

Alasan yang dikedepankan adalah dengan perdagangan bebas memungkinkan masyarakat dari berbagai negara

mengimpor lebih banyak barang dari luar negeri. Hal ini menempatkan konsumen mempunyai banyak pilihan

barang yang dibutuhkan dengan


harga
bersaing
(murah)
dan
barang
yang
berkualitas.

Bagi Indonesia --disamping keuntungan komparatif di atas, dampak globalisasi perekonomian (termasuk

globalisasi perdagangan) diharapkan dapat memperoleh tambahan modal dan alih teknologi yang lebih baik,

yaitu melalui “investasi” modal asing dan membanjirnya tenaga ahli terdidik yang berpengalaman. Memang

bagi negara berkembang, kebutuhan modal dan tenaga ahli berpengalaman merupakan masalah

utama
dalam
pertumbuhan
perekonomiannya.
Namun, dari keuntungan yang diharapkan tersebut, globalisasi perekonomian juga
membawa sisi buruk yang perlu dicermati. Perkembangan ini menjadikan Negara

(Indonesia dan negara berkembang lainnya) tidak dapat lagi menggunakan tarif tinggi sebagai proteksi bagi

pertumbuhan industri barunya (infant industry). Disini industri domestik menjadi lambat—bahkan terpuruk,

sehingga situasi pasar menjanjikan keuntungan pada industri-industri perusahan multinasional karena

didukung oleh permodalan

yang
besar.

Dampak terhadap neraca pembayaran, lebih disebabkan oleh dua kecenderungan. Pertama adalah

kecenderungan globalisasi dari membanjirnya barang-barang impor, sehingga menempatkan produk domestik

tidak dapat bersaing dan ekspor menjadi tidak berkembang. Kedua efek globalisasi pada pembayaran netto

pendapatan faktor luar negeri yang cenderung defisit. Hal ini akibat dari investasi asing keterkaitan dengan

aliran pembayaran keuntungan atau pendapatan “investasi” ke luar negeri.

Konsekuensi Perpajakan Yang Timbul Karena pengaruh Globalisasi

Globalisasi telah sangat meningkatkan mobilitas internasional barang, jasa, faktor- faktor (khususnya modal),

keuangan, dan konsumen (atau lebih tepatnya konsumsi kegiatan). Faktor mobilitas internasional telah
meningkatkan kebutuhan akan efisien dan adil pajak perlakuan perusahaan yang beroperasi di beberapa

wilayah hukum pajak. Current prosedur yang digunakan oleh sebagian besar

negara untuk

mengalokasikan dasar pengenaan pajak antara yurisdiksi dan untuk menghindari pengenaan pajak berganda

melalui jaringan lebih dari 1500 perjanjian bilateral pengenaan pajak berganda (DTAs), yang sebagian besar

model setelah konvensi OECD, tidak hanya rumit, tetapi juga akan datang di bawah tekanan meningkat

sebagai lingkup dan volume kegiatan lintas-batas memperluas tajam. Hal ini karena DTAs didasarkan pada

asumsi kedaulatan nasional kebijakan pajak, yang akan menjadi kurang relevan dengan kemajuan globalisasi.

Masing-masing anak perusahaan dari perusahaan induk yang terletak di yurisdiksi pajak yang berbeda adalah

saat ini dikenai pajak sebagai entitas yang terpisah. Hal ini memberikan insentif bagi perusahaan-perusahaan

yang terlibat dalam kegiatan di beberapa yurisdiksi pajak untuk menurunkan pajak tangguhan di seluruh dunia

melalui transfer pricing, yaitu manipulasi biaya input yang diimpor dari anak perusahaan di yurisdiksi pajak

yang berbeda dan melalui alokasi biaya bersama markas, dan penelitian. Saat ini, penerima (atau host) negara

di mana aktivitas investasi atau didasarkan hak untuk pertama pajak pendapatan yang dihasilkan Pengirim

maka negara mempunyai hak untuk pajak penghasilan menurut prinsip atau

Dampak Globalisasi Terhadap Perekonomian


Suatu Negara

You might also like