Professional Documents
Culture Documents
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Alloh SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Farmakologi Antibiotik Makrolida tepat
pada waktunya.
Kami juga tidak lupa berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
terselesaikannya makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dra. Dewi Aminah, M.Kes. selaku Ketua Program Studi Keperawatan Sidoarjo.
2. Ibu Siti Fatimah, S.Kep. selaku Dosen Wali Kelas II-B.
3. Ibu Dra. Kiaonarni, Apt. selaku Dosen Mata Kuliah Farmakologi.
4. Staf dan karyawan perpustakaan Prodi Keperawatan Sidoarjo, Akademi Kebidanan
Sutomo dan Akademi Keperawatan Sutomo.
5. Serta teman-teman dan pihak yang membantu terselesaikannya makalah ini.
Kami sebagai penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah kami ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca
demi sempurnanya makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini bisa bermanfaat bagi
penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 1
C. Perumusan Masalah 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Farmakokinetik 3
B. Farmakodinamik 3
C. Efek Samping dan Reaksi yang Merugikan 3
D. Mekanisme Kerja 4
E. Farmakologi Klinis 5
F. Indikasi Penggunaan 8
G. Toksisitas dan Efek Samping 8
DAFTAR PUSTAKA 12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Eritromisin, turunan dari bakteri seperti jamur, streptomyces erythaeus pertama kali
diperkenalkan pada awal tahun 1950-an. Eritromisin menghambat sintesis protein. Dalam
dosis rendah sampai sedang, obat ini mempunyai efek bakteriostatik dan dengan dosis
tinggi efeknya bakteriostatik dan dengan dosis tinggi efeknya bakterisidal. Eritromisin
dapat diberikan melalui oral atau intravena. Karena asam lambung merusak obat,
berbagai garam eritromisin (contoh etilsuksinat, stearat dan estolat) dipakai untuk
mengulangi disolusi (pecah menjadi partikel-partikel kecil) di dalam lambung dan
memungkinkan absorbsi terjadi pada usus halus. Untuk pemakaian intravena, senyawa,
eritromisin laktobionat dan eritromisin gluseptat, dipakai untuk meningkatkan absorbsi
obat.
Eritromisin aktif melawan hampir semua bakteri gram positif, kecuali staphylococcus
aureus, dan cukup aktif melawan beberapa gram negatif. Obat ini sering diresepkan
sebagai pengganti penisilin. Obat ini merupakan obat pilihan untuk pneumonia akibat
mikroplasma dan penyakit legionnaire.
Eritromisin dibuat oleh streptomyces erythreus dan secara kimiawi merupakan cincin
lakton makrositik. Sering golongan antibiotika ini disebut sebagai makrolida. Ia
mempunyai pka yang tinggi 8,8 dan senyawa induknya (basa/mungkin rentan terhadap
keasaman lambung).
B. Tujuan
B.1. Tujuan Umum
a. Untuk meningkatkan kemampuan membuat makalah para mahasiswa.
b. Untuk meningkatkan perbendaharaan kata.
c. Untuk meningkatkan ilmu pengetahuan.
B.2. Tujuan Khusus
a. Agar mahasiswa lebih mengetahui dan memahami tentang farmakologi.
b. Agar mahasiswa mengetahui macam-macam antibiotik khususnya makrolida.
c. Agar mahasiswa lebih mengetahui efek obat-obatan.
d. Agar mahasiswa mengetahui kandungan yang terdapat dalam antibiotik makrolida.
e. Agar mahasiswa lebih mengetahui manfaat dan kerugian dari obat-obatan antibiotik
khususnya makrolida.
C. Rumusan Masalah
C.1. Bagaimanakah farmakokinetik dari makrolida ?
C.2. Bagaimanakah farmakodinamik dari makrolida ?
C.3. Apakah efek samping dan reaksi yang merugikan dari makrolida ?
C.4. Bagaimana mekanisme kerja dari makrolida ?
C.5. Apakah farmakologi klinis dari makrolida ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Farmakokinetik
Preparat eritromisin oral diabsorbsi dengan baik melalui saluran gastrointestinal. Obat ini
tersedia untuk pemberian intravena, tetapi harus diencerkan dalam 100 ml salin atau
dextrosa 5% dalam larutan air untuk mencegah plebitis atau rasa terbakar pada tempat
suntikan. Obat ini mempunyai waktu paruh yang singkat dan efek pengikatnya pada
proteinnya sedang. Obat ini diekstresikan ke dalam empedu, feses dan sebagian kecil
dalam urine. Karenanya jumlah yang diekskresikan ke dalam urine sedikit, maka
insufisiensi ginjal bahkan merupakan kontra indikasi bagi pemakaian eritromisin.
B. Farmakodinamik
Eritromisin menekan sintesis protein bakteri. Mulai terjadi preparat oral adalah 1 jam.
Waktu untuk mencapai puncak adalah 4 jam dan lama kerjanya adalah 6 jam.
D. Mekanisme Kerja
Eritromisin menghambat sintesis protein yang tergantung RNA. Pada sub unit ribosom 50
S menyekat reaksi-reaksi transpeptidasi dan translokasi. Terdapat bukti yang
menggambarkan bahwa eritromisin dapat paling sedikit sebagian menempati suatu
tempat pengikatan bersama-sama dengan klindamisin.
1. Spektrum aktivitas utama eritromisin melawan organisme-organisme gram positif
meskipun beberapa jenis bakteri gram negatif mungkin rentan juga. Treponema,
mycoplasma, chlamydia dan ricketsia dapat rentan.
2. Obat ini terutama bersifat bacteriostatik tetapi pada konsentrasi lebih tinggi dan
terutama terhadap bakteri gram positif dapat bersifat bakteriosid.
3. Ia basa lemah dan secara bermakna lebih aktif pada pH alkali daripada pada pH netral
atau asam.
4. Resistensi terhadap eritromisin dapat terjadi oleh mekanisme berikut ini :
a. Ketidakmampuan antibiotika untuk menembus mikroba.
b. Perubahan tempat reseptor pada ribosom 50 S.
c. Metilasi adenin.
E. Farmakologi Klinis
V.1. Kerentanan
Kerentanan in vitro untuk patogen yang tersering diisolasi diperlihatkan dalam tabel.
Terlihat aktivitas yang selalu tinggi terhadap S. neumoniae dan strepptococcus grup A,
meskipun kadang-kadang dapat ditemukan isolat-isolat yang resisten. Aktivitas in vitro
terhadap S. aureus (meskipun dapat terbukti rentan dengan tes in vitro) dapat
menghasilkan seleksi resitensi. Resistensi ini dikenal sebagai “resistensi yang tidak
berhubungan”, memilih sebagian kecil populasi yang resisten.
Organisme-organisme lain yang rentan terhadap eritromisin meliputi Listeri
monocytogenes, Coryne bacterium aphtheriae, Actinomycin dan Clostridium perfringes.
Bakteri gram negatif yang rentan terhadap eritromisin meliputi Neiseria, Meningitidis,
Mgonorgoweae, Bacterioides pertusis, Hemphilus influenzae. Kerentanan B. Fragilis
berubah-ubah.
Mikroba-mikroba rewel yang rentan terhadap eritromisin meliputi : legionella,
pneumophilla, t. pallidium, mycoplasma pneumonia dan rickettsia.
Kadar darah dan jaringan diperlukan dalam tabel basa stearat dan etilsussinat paling baik
diabsorbsi bila lambung kosong.
a. Nyeri pada penyuntikan IM menghalangi pemberian dengan jalur ini. Plebitis dapat
terjadi pada infus IV. Obat ini harus diencerkan dengan baik sebelum diberikan IV.
b. Kira-kira 40% obat terikat. Ia menetap di dalam jaringan lebih lama daripada di dalam
darah.
c. Jika konsentrasi darah rata-rata yang diambil sebagai 1,0 maka konsentrasi pada
tempat-tempat tubuh lainnya sehingga empedu 30; telinga tengah 0,7; cairan prostat 0,4;
cairan serebrospinalis (tanpa peradangan) < 0,01; cairan serebrospinalis (dengan
peradangan) < 0,1.
d. Eritromisin dipekatkan oleh hati dan diekskresi ke dalam empedu. Terdapat sirkulasi
enterohepatik. Jumlah obat antik yang dapat ditemukan dalam urine kurang dari 15%.
e. Waktu paruh serum ± 1½ jam dengan kadar serum yang adekuat, tersedia selama
sampai 6 jam biasanya tidak diperlukan penentuan dosis pada kegagalan ginjal.
f. Eritromisin tidak dapat dikeluarkan oleh dialisis peritoneal maupun kemodialisis.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
a. Farmakokinetik
Preparat eritromisin oral diabsorbsi dengan baik melalui saluran gastrointestinal. Obat ini
tersedia untuk pemberian intravena, terapi harus diencerkan dalam 100 ml salin atau
dextrosa 5% dalam larutan air untuk mencegah plebitis atau rasa terbakar pada tempat
suntikan.
b. Farmakodinamik
Eritromisin menekan sintesis protein bakteri.
c. Efek samping dan reaksi yang merugikan
Efek samping dan reaksi yang merugikan dari eritromisin adalah gangguan
gastrointestinal, seperti mual dan muntah, diare dan kejang abdomen.
d. Mekanisme kerja
Eritromisin menghambat sintesis protein yang tergantung RNA pada sub unit ribosom 50
S menyekat reaksi-reaksi transpeptidasi dan translokasi.
e. Farmakologi klinis
1. Kerentanan
2. Kadar darah dan jaringan yang diperlukan
f. Indikasi penggunaan
Indikasi primer dan sekunder penggunaannya disajikan dalam tabel.
1. Guna utama sebagai pengganti penisilin.
2. Penggunaan lainnya meliputi terapi legionella pneumophilla (penyakit legionnaire) dan
mycoplasma pneumoniae.
3. Penerapan klinis modifikasi kimia eritromisin.
B. Saran
1. Diharapkan pembaca dapat menambah sedikit pengetahuan mengenai antibiotik
makrolida dalam makalah ini.
2. Diharapkan pembaca mencari literatur lain selain dari makalah ini karena makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan guna menambah pengetahuan tentang “Antibiotik
Makrolida”.
3. Diharapkan pembaca dapat memberikan masukan terhadap kekurangan dari makalah
ini.
DAFTAR PUSTAKA