Professional Documents
Culture Documents
Pengertian al-Qur’an
Secara Bahasa (Etimologi)
Merupakan mashdar (kata benda) dari kata kerja Qoro-’a ( )قرأyang bermakna Talaa ([ )تالkeduanya bererti:
membaca], atau bermakna Jama’a (mengumpulkan, mengoleksi). Anda dapat menuturkan, Qoro-’a Qor’an
Wa Qur’aanan ( )قرأ قرءا وقرآناsama seperti anda menuturkan, Ghofaro Ghafran Wa Qhufroonan ( غفر غفرا
)وغفرانا. Berdasarkan makna pertama (Yakni: Talaa) maka ia adalah mashdar (kata benda) yang semakna
dengan Ism Maf’uul, ertinya Matluw (yang dibaca). Sedangkan berdasarkan makna kedua (Yakni: Jama’a)
maka ia adalah mashdar dari Ism Faa’il, ertinya Jaami’ (Pengumpul, Pengoleksi) kerana ia
mengumpulkan/mengoleksi berita-berita dan hukum-hukum.*
Secara Syari’at (Terminologi)
Adalah Kalam Allah ta’ala yang diturunkan kepada Rasul dan penutup para Nabi-Nya, Muhammad
shallallaahu ‘alaihi wasallam, diawali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Naas.
Allah ta’ala berfirman, “Sesungguhnya Kami telah menurunkan al-Qur’an kepadamu (hai Muhammad)
dengan beransur-ansur.” (al-Insaan:23)
Dan firman-Nya, “Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa al-Qur’an dengan berbahasa Arab, agar
kamu memahaminya.” (Yusuf:2)
Allah ta’ala telah menjaga al-Qur’an yang agung ini dari upaya merubah, menambah, mengurangi atau pun
menggantikannya. Dia ta’ala telah menjamin akan menjaganya sebagaimana dalam firman-Nya,
“Sesunggunya Kami-lah yang menurunkan al-Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar
memeliharanya.” (al-Hijr:9)
Oleh kerana itu, selama berabad-abad telah berlangsung namun tidak satu pun musuh-musuh Allah yang
berupaya untuk merubah isinya, menambah, mengurangi atau pun menggantinya. Allah SWT pasti
menghancurkan tabirnya dan membuka tipudayanya.
http://hikmatun.wordpress.com/2007/01/03/pengertian-al-qur%E2%80%99an/
Hadits adalah segala perkataan (sabda), perbuatan dan ketetapan dan persetujuan dari Nabi Muhammad
SAW yang dijadikan ketetapan ataupun hukum dalam agama Islam. Hadits dijadikan sumber hukum dalam
agama Islam selain Al-Qur'an, Ijma dan Qiyas, dimana dalam hal ini, kedudukan hadits merupakan sumber
hukum kedua setelah Al-Qur'an.
http://opi.110mb.com/haditsweb/pendahuluan/pengertian_hadits.htm
Pemberitaan tentang empat unsur tersebut yg disandarkan kepada Nabi Muhammad saw. disebut berita yg
marfu’ yg disandarkan kepada para sahabat disebut berita mauquf dan yg disandarkan kepada tabi’in disebut
maqthu’.
1. Perkataan Yang dimaksud dgn perkataan Nabi Muhammad saw. ialah perkataan yg pernah beliau
ucapkan dalam berbagai bidang syariat akidah akhlak pendidikan dan sebagainya. Contoh perkataan beliau
yg mengandung hukum syariat seperti berikut. Nabi Muhammad saw. bersabda Hanya amal-amal perbuatan
itu dgn niat dan hanya bagi tiap orang itu memperoleh apa yg ia niatkan .. . Hukum yg terkandung dalam
sabda Nabi tersebut ialah kewajiban niat dalam seala amal perbuatan utk mendapatkan pengakuan sah dari
syara’.
2. Perbuatan Perbuatan Nabi Muhammad saw. merupakan penjelasan praktis dari peraturan-peraturan yg
belum jelas cara pelaksanaannya. Misalnya cara cara bersalat dan cara menghadap kiblat dalam salat sunah
di atas kendaraan yg sedang berjalan telah dipraktikkan oleh Nabi dgn perbuatannya di hadapan para
sahabat. Perbuatan beliau tentang hal itu kita ketahui berdasarkan berita dari sahabat Jabir r.a. katanya
Konon Rasulullah saw.
bersalat di atas kendaraan menurut kendaraan itu menghadap. Apabila beliau hendak salat fardu beliau turun
sebentar terus menghadap kiblat. .
Tetapi tidak semua perbuatan Nabi saw. itu merupakan syariat yg harus dilaksanakan oleh semua umatnya.
Ada perbuatan-perbuatan Nabi saw. yg hanya spesifik utk dirinya bukan utk ditaati oleh umatnya. Hal itu
krn adanya suatu dalil yg menunjukkan bahwa perbuatan itu memang hanya spesifik utk Nabi saw. Adapun
perbuatan-perbuatan Nabi saw. yg hanya khusus utk dirinya atau tidak termasuk syariat yg harus ditaati
antara lain ialah sebagai berikut.
a. Rasulullah saw. diperbolehkan menikahi perempuan lbh dari empat orang dan menikahi perempuan tanpa
mahar. Sebagai dalil adanya dispensasi menikahi perempuan tanpa mahar ialah firman Allah sebagai
berikut.
.. dan Kami halalkan seorang wanita mukminah menyerahkan dirinya kepada Nabi bila Nabi menghendaki
menikahinya sebagai suatu kelonggaran utk engkau bukan utk kaum beriman umumnya.
b. Sebagian tindakan Rasulullah saw. yg berdasarkan suatu kebijaksanaan semata-mata yg bertalian dgn
soal-soal keduniaan perdagangan pertanian dan mengatur taktik perang. Misalnya pada suatu hari
Rasulullah saw. pernah kedatangan seorang sahabat yg tidak berhasil dalam penyerbukan putik kurma lalu
menanyakannya kepada beliau maka Rasulullah menjawab bahwa kamu adl lbh tahu mengenai urusan
keduiaan . Dan pada waktu Perang Badar Rasulullah menempatkan divisi tentara di suatu tempat yg
kemudian ada seorang sahabat yg menanyakannya apakah penempatan itu atas petunjuk dari Allah atau
semata-mata pendapat dan siasat beliau. Rasulullah kemudian menjelaskannya bahwa tindakannya itu
semata-mata menurut pendapat dan siasat beliau. Akhirnya atas usul salah seorang sahabat tempat tersebut
dipindahkan ke tempat lain yg lbh strategis.
c. Sebagian perbuatan beliau pribadi sebagai manusia. Seperti makan minum berpakaian dan lain
sebagainya. Tetapi kalau perbuatan tersebut memberi suatu petunjuk tentang tata cara makan minum
berpakaian dan lain sebagainya menurut pendapat yg lbh baik sebagaimana dikemukakan oleh Abu Ishaq
dan kebanyakan para ahli hadis hukumnya sunah. Misalnya Konon Nabi saw. mengenakan jubah sampai di
atas mata kaki. .
3. Taqrir Arti taqrir Nabi ialah keadaan beliau mendiamkan tidak mengadakan sanggahan atau menyetujui
apa yg telah dilakukan atau diperkatakan oleh para sahabat di hadapan beliau. Contohnya dalam suatu
jamuan makan sahabat Khalid bin Walid menyajikan makanan daging biawak dan mempersilakan kepada
Nabi utk meni’matinya bersama para undangan.
Rasulullah saw. menjawab Tidak . Berhubung binatang ini tidak terdapat di kampung kaumku aku jijik
padanya! Kata Khalid Segera aku memotongnya dan memakannya sedang Rasulullah saw.
melihat kepadaku. .
Contoh lain adl diamnya Nabi terhadap perempuan yg keluar rumah berjalan di jalanan pergi ke masjid dan
mendengarkan ceramah-ceramah yg memang diundang utk kepentingan suatu pertemuan.
Adapun yg termasuk taqrir qauliyah yaitu apabila seseorang sahabat berkata aku berbuat demikian atau
sahabat berbuat berbuat begitu di hadapan Rasul dan beliau tidak mencegahnya. Tetapi ada syaratnya
yaituperkataan atau perbuatan yg dilakukan oleh seorang sahabat itutidak mendapat sanggahan dan
disandarkan sewaktu Rasulullah masih hidup dan orang yg melakukan itu orang yg taat kepada agama
Islam. Sebab diamnya Nabi terhadap apa yg dilakukan atau diucapkan oleh orang kafir atau munafik bukan
berarti menyetujuinya. Memang sering nabi mendiamkan apa-apa yg diakukan oleh orang munafik lantaran
beliau tahu bahwa banyak petunjuk yg tidak memberi manfaat kepadanya.
4. Sifat-Sifat Keadaan-Keadaan dan Himmah Rasulullah Sifat-sifat beliau yg termasuk unsur al-hadits ialah
sebagai berikut.
a. Sifat-sifat beliau yg dilukiskan oleh para sahabat dan ahli tarikh seperti sifat-sifat dan bentuk jasmaniah
beliau yg dilukiskan oleh sahabat Anas r.a. sebagai berikut. Rasulullah itu adl sebaik-baik manusia
mengenai paras mukanya dan bentuk tubuhnya. Beliau bukan orang tinggi dan bukan pula orang pendek. .
b. Silsilah-silsilah nama-nama dan tahun kelahiran yg telah ditetapkan oleh para sahabat dan ahli sejarah.
Contoh mengenai tahun kelahiran beliau seperti apa yg dikatakan oleh Qais bin Mahramah r.a. Aku dan
Rasulullah saw. dilahirkan pada tahun gajah. .
c. Himmah beliau yg belum sempat direalisasi. Misalnya hasrat beliau utk berpuasa pada tanggal 9 Asyura
seperti yg diriwayatkan oleh Ibnu Abbas r.a. Tatkala Rasulullah saw. berpuasa pada hari Asyura dan
memerintahkan utk dipuasai para sahabat menghadap kepada Nabi mereka berkata ‘Ya Rasulullah bahwa
hari ini adl yg diagungkan oleh orang Yahudi dan Nasrani.’ Sahut Rasulullah ‘Tahun yg akan datang Insya
Allah aku akan berpuasa tanggal sembilan’. .
http://blog.re.or.id/pengertian-hadis.htm
Al-Qur'an adalah wahyu Allah ( 7:2 ) yang berfungsi sebagai mu'jizat bagi Rasulullah Muhammad saw ( 17:88; 10:38 )
sebagai pedoman hidup bagi setiap Muslim ( 4:105; 5:49,50; 45:20 ) dan sebagai korektor dan penyempurna
terhadap kitab-kitab Allah yang sebelumnya ( 5:48,15; 16:64 ), dan bernilai abadi.
Sebagai mu'jizat, Al-Qur'an telah menjadi salah satu sebab penting bagi masuknya orang-orang Arab di zaman
Rasulullah ke dalam agama Islam, dan menjadi sebab penting pula bagi masuknya orang-orang sekarang, dan
( insya Allah) pada masa-masa yang akan datang. Ayat-ayat yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dapat
meyakinkan kita bahwa Al-Qur'an adalah firman-firman Allah, tidak mungkin ciptaan manusia apalagi ciptaan Nabi
Muhammad saw yang ummi (7:158) yang hidup pada awal abad ke enam Masehi (571 - 632 M). Diantara ayat-ayat
tersebut umpamanya : 39:6; 6:125; 23:12,13,14; 51:49; 41:11-41; 21:30-33; 51:7,49 dan lain-lain.
Demikian juga ayat-ayat yang berhubungan dengan sejarah seperti tentang kekuasaan di Mesir, Negeri Saba'.
Tsamud, 'Ad, Yusuf, Sulaiman, Dawud, Adam, Musa dan lain-lain dapat memberikan keyakinan kepada kita bahwa
Al-Qur'an adalah wahyu Allah bukan ciptaan manusia. Ayat-ayat yang berhubungan dengan ramalan-ramalan khusus
yang kemudian dibuktikan oleh sejarah seperti tentang bangsa Romawi, berpecah-belahnya Kristen dan lain-lain juga
menjadi bukti lagi kepada kita bahwa Al-Qur'an adalah wahyu Allah SWT. (30:2,3,4;5:14).
Bahasa Al-qur'an adalah mu'jizat besar sepanjang masa, keindahan bahasa dan kerapihan susunan katanya tidak
dapat ditemukan pada buku-buku bahasa Arab lainnya. Gaya bahasa yang luhur tapi mudah dimengerti adalah
merupakan ciri dari gaya bahasa Al-Qur'an. Karena gaya bahasa yang demikian itulah �Umar bin Khattab masuk
Islam setelah mendengar Al-Qur'an awal surat Thaha yang dibaca oleh adiknya Fathimah. Abul Walid, diplomat
Quraisy waktu itu, terpaksa cepat-cepat pulang begitu mendengar beberapa ayat dari surat Fushshilat yang
dikemukakan Rasulullah sebagai jawaban atas usaha-usaha bujukan dan diplomasinya.
http://www.pengobatan.com/ajaran_islam/fungsidanperanan_alquran.htm
Kemukjizatan Al-Qur’an
Ditulis oleh admin • Okt 7th, 2008 • Kategori: Kajian Al-Qur'an
Di antara ciri agama yang layak dianut di abad modern adalah bahwa agama tersebut dibawa oleh manusia
pilihan (yaitu nabi) yang dikuatkan dengan mukjizat. Sebagian mukjizat nabi tersebut hendaknya masih bisa
kita saksikan sekarang ini, sehingga kita bisa membuktikan apakah agama tersebut benar-benar asli dari
Sang Pencipta atau tidak, dengan cara menentang mukjizat tersebut. Kalau mukjizat itu bisa kita kalahkan
berarti ia bukanlah mukjizat.
Dalam pengetahuan agama, mukjizat bisa diartikan sebagai sesuatu yang luar biasa, muncul pada diri
seseorang yang mengaku menjadi Nabi, bersifat menantang dan tidak mungkin untuk ditandingi oleh
siapapun. Kalau mukjizat bisa ditandingi oleh manusia, tidak ada artinya mukjizat tersebut sebagai tanda
kebenaran seorang Rasul Allah. Agama nantinya bisa dipalsukan oleh orang-orang yang mengaku menjadi
nabi.
Agama Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. Beliau dikuatkan dengan berbagai
mukjizat seperti membelah bulan, kitab suci Al-Quran, dan sebagainya. Mukjizat Nabi Muhammad saw
yang masih bisa kita saksikan adalah Al-Qur’an. Al-Qur’an adalah mukjizat Nabi Muhammad yang abadi
sampai hari Kiamat. Ciri-ciri kemukjizatan Al-Qur’an adalah : ia merupakan kitab suci yang luar biasa
hebatnya baik ditinjau dari segi keindahan susunan bahasa ataupun dari isinya. Ia diwahyukan Allah kepada
Nabi Muhammad saw yang menantang semua orang kafir untuk menandinginya (lihat QS Al-Baqarah 23-24
dan QS Yunus 37-39), tapi sampai sekarang tidak ada seorangpun yang mampu menandinginya. Allah
berfirman, ”Bila kalian ragu-ragu terhadap apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami (berupa Al-
Qur’an), buatlah satu surat saja yang sepadan (dengan salah satu surat Al-Qur’an) dan panggillah penolong-
penolong kalian selain Allah bila kamu sekalian benar. Bila kalian tidak bisa melakukannya dan pasti tidak
akan bisa melakukannya, takutlah kepada api neraka yang bahan bakarnya dari manusia dan batu, yang
disiapkan untuk orang-orang kafir.” (QS Al-Baqarah: 23-24).
Al-Qur’an menantang orang-orang kafir yang ragu terhadap kebenaran Al-Qur’an untuk membuat surat
yang sepadan dengan Al-Qur’an dari segi keindahan bahasa dan kebenaran isinya. Kemukjizatan Al-Qur’an
menurut sebagian ulama terletak pada keindahan susunan kalimatnya dalam hal balaghah, fashahah dan
keindahan ungkapannya. Namun sebagian ulama berpendapat bahwa kemukjizatan Al-Qur’an terletak pada
kesesuaian prinsip-prinsip Al-Qur’an untuk seluruh umat manusia. Kalau seandainya prinsip-prinsip ajaran
itu dari produk manusia atau produk masyarakat tertentu pasti tidak akan cocok untuk diterapkan sepanjang
masa .
Sebagian ulama berpendapat bahwa kemukjizatan Al-Qur’an terletak pada pemberitannya tentang hal-hal
ghaib. Misalnya dalam QS Ali Imran disebutkan: “Katakanlah kepada orang-orang yang kafir: Kalian pasti
akan dikalahkan di dunia ini dan akan digiring ke dalam neraka jahannam. Dan itulah tempat yang seburuk-
buruknya. Sesungguhnya telah ada tanda bagi kalian pada dua golongan yang telah bertemu (bertempur).
Segolongan berperang di jalan Allah dan segolongan yang lainnya kafir yang dengan mata kepala seakan-
akan melihat orang-orang muslimin dua kali jumlah mereka. Allah menguatkan dengan bantuan-Nya siapa
yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang
mempunyai mata hati.” (QS Ali Imran: 12-13)
http://ikadijatim.org/?p=149
29. Apa arti harfiah dan istilah IJtihad? Sebutkan bentuk-bentuk Ijtihad?
Jawab:
Ijtihad menurut arti harfiahnya adalah kerja keras. Sedangkan arti istilahnya adalah kerja keras menggali
hukum islam dari sumber-sumbernya yaitu Al-Qur’an dan Hadits.
Berdasarkan definisi di atas, kita bisa menyimpulkan, bahwa iijtihad adalah proses menggali hukum syariat
dari dalil-dalil yang bersifat zhanni dengan mencurahkan segenap tenaga dan kemampuan hingga tidak
mungkin lagi melakukan usaha lebih dari itu.
Bentuk-bentuk Ijtihad yaitu:
• Ijtihad Muthlaq/Mustaqil, yaitu Ijtihad yang dilakukan dengan cara menciptakan sendiri norma-norma dan
kaidah istinbath yang dipergunakan sebagai sistem/metode bagi seorang mujtahid dalam menggali hukum.
Norma-norma dan kaidah itu dapat diubahnya sendiri manakala dipandang perlu. Mujtahid dari tingkatan ini
contohnya seperti Imam Hanafi, Imam Malik, Imam Syafi'i dan Imam Ahmad yang terkenal dengan sebutan
Mazhab Empat.
• Ijtihad Muntasib, yaitu Ijtihad yang dilakukan seorang mujtahid dengan mempergunakan norma-norma
dan kaidah-kaidah istinbath imamnya (mujtahid muthlaq/Mustaqil). Jadi untuk menggali hukum dari
sumbernya, mereka memakai sistem atau metode yang telah dirumuskan imamnya, tidak menciptakan
sendiri. Mereka hanya berhak menafsirkan apa yang dimaksud dari norma-norma dan kaidah-kaidah
tersebut. Contohnya, dari mazhab Syafi'i seperti Muzany dan Buwaithy. Dari madzhab Hanafi seperti
Muhammad bin Hasan dan Abu Yusuf. Sebagian ulama menilai bahwa Abu Yusuf termasuk kelompok
pertama/mujtahid muthalaq/mustaqil.
• Ijtihad mazhab atau fatwa yang pelakunya disebut mujtahid mazhab/fatwa, yaitu Ijtihad yang dilakukan
seorang mujtahid dalam lingkungan madzhab tertentu. Pada prinsipnya mereka mengikuti norma-
norma/kaidah-kaidah istinbath imamnya, demikian juga mengenai hukum furu'/fiqih yang telah dihasilkan
imamnya. Ijtihad mereka hanya berkisar pada masalah-masalah yang memang belum diijtihadi imamnya,
men-takhrij-kan pendapat imamnya dan menyeleksi beberapa pendapat yang dinukil dari imamnya, mana
yang shahih dan mana yang lemah. Contohnya seperti Imam Ghazali dan Juwaini dari madzhab Syafi'i.
• Ijtihad di bidang tarjih, yaitu Ijtihad yang dilakukan dengan cara mentarjih dari beberapa pendapat yang
ada baik dalam satu lingkungan madzhab tertentu maupun dari berbagai mazhab yang ada dengan memilih
mana diantara pendapat itu yang paling kuat dalilnya atau mana yang paling sesuai dengan kemaslahatan
sesuai dengan tuntunan zaman. Dalam mazhab Syafi'i, hal itu bisa kita lihat pada Imam Nawawi dan Imam
Rafi'i. Sebagian ulama mengatakan bahwa antara kelompok ketiga dan keempat ini sedikit sekali
perbedaannya; sehingga sangat sulit untuk dibedakan. Oleh karena itu mereka menjadikannya satu
tingkatan.
www.contohskripsitesis.com/.../Jawab%20Soal%20Hukum%20Islam.doc
Metodologi Ijtihad
Dilihat dari pelaksanaannya, ijtihad dibagi kepada dua macam, yaitu ijtihad fardhi dan
ijtihad jama’i. Ijtihad fardhi adalah ijtihad yang dilakukan seorang mujtahid secara pribadi.
Sedangkan ijtihad jamai’ adalah ijtihad yang dilakukan oleh para mujtahid secara berkelompok.
Metode yang umumnya digunakan dalam berijtihad yaitu :
Ijma' , Kebulatan pendapat atau kesepakatan semua ahli ijtihad ummat setelah wafatnya nabi
pada suatu masa tentang suatu hukum. Seperti mendirikan Negara bagi masyarakat Islam dan
mengangkat pemimpin bagi ummat, pembukuan Al Quran dsb.
Ijma terdiri atas ijma qauli (ucapan), dan ijma sukuti (diam). Ijma qauli maksudnya para ulama
mujtahidin menetapkan pendapatnya baik dengan ucapan maupun dengan tulisan yang
menerangkan persetujuan atas pendapat mujtahid lain di masanya. Ijma sukuti adalah ketika
para ulama mujtahidin berdiam diri; tidak mengeluarkan pendapatnya atas hasil ijtihad para
ulama lain, diamnya itu bukan karena takut atau malu.
• Qiyas , menetapkan suatu perbutan yang belum ada ketentuan hukumnya, berdasarkan suatu
hukum yang sudah ditentukan oleh nash, didasarkan adanya persamaan diantara keduanya.
Contoh hukum berKB era sekarang dengan sistem ‘azl pada zaman Nabi saw. Karena ada
kesamaan ‚ilat hukum (sebab dan tujuan), KB era sekarang dan sistem ‚azl sama-sama cara berKB
maka para ulama sepakat menetapkan bolehnya berKB. Contoh lainnya zakat padi. Nash yang
sudah ada hanya menyebutkan gandum, bukannya padi. Karena ada kesamaan ‚ilat hukum
(sebab dan tujuan), padi dan gandum sama-sama makanan pokok, maka para ulama sepakat
menetapkan wajibnya zakat atas padi.
• Istihsan, merupakan perluasan dari qiyas. Yang dimaksud dengan istihsan adalah 1)
meninggalkan qiyas jalli (qiyas nyata) untuk menjalankan qiyas khafi (qiyas samar-samar) atau
meninggalkan hukum kulli (hukum umum) untuk menjalankan hukum istisna’i (pengecualian),
disebabkan ada dalil logika yang membenarkannya. 2) menetapkan suatu hukum yang berlainan
dengan hasil qiyas karena pertimbangan kepentingan dan kemaslahatan umat untuk
menghindarkan terjadinya kesulitan dan kezaliman. Contoh, Islam hanya membenarkan transaksi
jual beli jika barangnya sudah nyata-nyata ada. Praktek salam, yakni jual beli dengan cara bayar
duluan sementara barangnya belakangan dilarang oleh Islam. Tentu saja maksudnya agar tidak
terjadi kecurangan. Tapi zaman berkembang dan sistem trnsaski bisnis bergerak lebih cepat.
Seringkali produsen tidak sanggup menyediakan barang yang dibutuhkan pelanggan karena
keterbatasan modal. Atas dasar kebutuhan dan kepercayaan, pelanggan akhirnya membayar
duluan, sementara barang yang dipesannya baru diproduksi stelh pelanggan membayar (penuh
atau sebagian) dari keseluruhan harga barang yang dipesannya. Pembayaran secara salam
tersebut merupakan „kekecualian“ dari salam yang umum.
•Maslahah Mursalah , menetapkan suatu hukum terhadap suatu persoalan ijtihadiah atas dasar
pertimbangan keguanaan dan kemanpaatan yang sesuai dengan tujuan syariat Islam, sekalipun
tidak ada dalil-dalil secara eksplisit dari Al Quran dan Hadits. Contoh, mendirikan penjara.
Hukum Islam menetapkan qishas bagi pembunuhan sengaja, hukum cambuk bagi pezina. Dalam
perkembangan hukum terjadi ragam tindak pidana dan kriminal yang tidak tercakup secara tegas
dalam syara’. Kemudian muncul „penjara“. Syara tidak memerintahkan ataupun melarang
pembuatan penjara. Tetapi karena fungsinya sangat baik bagi kemananan dan ketertiban
masyarakat, maka keberadaan penjara dapat dipandang bermaslahat.
• ‘Urf atau Adat Kebiasaan
‘Urf merupakan adat kebiasaan baik berupa perkataan atau perbuatan yang baik, yang karenanya
dapat dibenarkan oleh syara’. Contohnya belanja di supermarket tanpa adanya ijab qabul secara
lisan dengan lafal yang jelas, karena ketika pelanggan memilih barang dan membayarnya di kasir
sebenarnya sudah terjadi ijab qabul. Hukum kebiasaanlah (‘urf) yang menetapkan sahnya jual
beli demikian.
http://yudaningsih-saad.com/?pg=articles&article=10021
http://abdullah21.wordpress.com/2008/10/13/sumber-%E2%80%93-sumber-ajaran-islam/