Professional Documents
Culture Documents
Sistem pembangkit listrik tersebut terdiri dari chamber berisi udara yang berfungsi untuk
menggerakkan turbin, kolom tempat air bergerak naik dan turun melalui saluran yang
berada di bawah ponton dan turbin yang terhubung dengan generator. Gerakan air naik
dan turun yang seiring dengan gelombang laut menyebabkan udara mengalir melalui
saluran menuju turbin. Turbin tersebut didesain untuk bisa bekerja dengan generator
putaran dua arah.
Sistem yang berfungsi mengkonversi energi mekanik menjadi listrik terletak di atas
permukaan laut dan terisolasi dari air laut dengan meletakkannya di dalam ruang khusus
kedap air, sehingga bisa dipastikan tidak bersentuhan dengan air laut.
Dengan sistem yang dimilikinya, pembangkit listrik tersebut bisa memanfaatkan efisiensi
optimal dari energi gelombang dengan meminimalisir gelombang-gelombang yang
ekstrim. Efisiensi optimal bisa didapat ketika gelombang dalam kondisi normal. Hal
tersebut bisa dicapai dengan digunakannya katup khusus yang menghindarkan turbin
tersebut dari overspeed.
• Energi gelombang
Energi kinetik yang ada pada gelombang laut digunakan untuk menggerakkan turbin.
Ombak naik ke dalam ruang generator, lalu air yang naik menekan udara keluar dari
ruang generator dan menyebabkan turbin berputar.ketika air turun, udara bertiup dari luar
ke dalam ruang generator dan memutar turbin kembali.(lihat gambar di sampin
Bentuk lain dari pemanfaatan energi laut dinamakan energi pasang surut. Ketika pasang
datang ke pantai, air pasang ditampung di dalam reservoir. Kemudian ketika air surut, air
di belakang reservoir dapat dialirkan seperti pada PLTA biasa. Agar bekerja optimal, kita
membutuhkan gelombang pasang yang besar. dibutuhkan perbedaan kira-kira 16 kaki
antara gelombang pasang dan gelombang surut. Hanya ada beberapa tempat yang
memiliki kriteria ini. Beberapa pembangkit listrik telah beroperasi menggunakan sistem
ini. Sebuah pembangkit listrik di Prancis sudah beroperasi dan mencukupi kebutuhan
listrik untuk 240.000 rumah.
Cara lain untuk membangkitkan listrik dengan ombak adalah dengan memanfaatkan
perbedaan suhu di laut. Jika kita berenang dan menyelam di laut kita akan merasakan
bahwa semakin kita menyelam suhu laut akan semakin rendah (dingin).
Suhu yang lebih tinggi pada permukaan laut disebabkan sinar matahari memanasi
permukaan laut. Tetapi, di bawah permukaan laut, suhu sangat dingin. Itulah sebabnya
penyelam menggunakan baju khusus ketika mereka menyelam. Baju tersebut akan
menjaga agar suhu tubuh mereka tetap hangat.
Untuk mengkonversi energi gelombang terdapat 3 (tiga) sistem dasar yaitu sistem kanal
yang menyalurkan gelombang ke dalam reservoar atau kolam, sistem pelampung yang
menggerakan pompa hidrolik, dan sistem osilasi kolom air yang memanfaatkan
gelombang untuk menekan udara di dalam sebuah wadah. Tenaga mekanik yang
dihasilkan dari sistem-sistem tersebut ada yang akan mengaktifkan generator secara
langsung atau mentransfernya ke dalam fluida kerja, air atau udara, yang selanjutnya
akan menggerakan turbin atau generator.
Daya total dari gelombang pecah di garis pantai dunia diperkirakan mencapai 2 hingga 3
juta megawatt. Pada tempat-tempat tertentu yang kondisinya sangat bagus, kerapatan
energi gelombang dapat mencapai harga rata-rata 65 megawatt per mil garis pantai. Ada
3 cara untuk menangkap energi gelombang, yaitu:
Dengan pelampung. Dimana alat ini akan membangkitkan listrik dari hasil gerkana
vertikal dan rotasional pelampung. Alat ini dapat ditambatkan pada sebuah rakit yang
mengambang atau alat yang tertambat di dasar laut.
Kolom air yang berosilasi (Oscillating Water Column). Alat ini membangkitkan listrik
dari naik turunnya air akibat gelombang dalam sebuah pipa silindris yang berlubang.
Naik turunnya kolom air ini akan mengakibatkan keluar masuknya udara di lubang
bagian atas pipa dan menggerakkan turbin.
Wave Surge atau Focusing Devices). Peralatan ini biasa juga disebut sebagai tapered
channel atau kanal meruncing atau sistem tapchan, dipasang pada sebuah struktur kanal
yang dibangun di pantai untuk mengkonsentrasikan gelombang, membawanya ke dalam
kolam penampung yang ditinggikan. Air yang mengalir keluar dari kolam penampung ini
yang digunakan untuk membangkitkan listrik dengan menggunakan teknologi standar
hydropower.
Seperti di negara Australia, Pusat stasiun pembangkit listrik gelombang laut komersial
yang pertama di Australia mengapung persis di lepas pantai Australia. Stasiun
pembangkit tersebut siap untuk menyalurkan tenaga listrik dan air minum ke sekitar 500
rumah di selatan Sydney, Australia. Listrik dihasilkan ketika muncul gelombang yang
menerpa corong yang menghadap ke lautan; gerakan ini mengalirkan udara melalui pipa
dan masuk ke putaran roda air (turbin) yang mampu memompa 500 kw daya listrik setiap
harinya ke jaringan kota. Stasiun ini merupakan proyek pencontohan untuk pemasangan
dalam skala yang lebih besar yang akan dibangun di pantai selatan Australia. Minat untuk
membangun tempat yang sama telah berdatangan dari Hawai, Spanyol, Afrika Selatan,
Meksiko, Cili, dan Amerika Serikat. John Bell, Direktur Keuangan Energetech yang
mengembangkan stasiun tersebut, mengatakan bahwa ”Energi gelombang merupakan
sumber energi yang tiada habisnya dibandingkan sumber energi alam lainnya.
Gelombang selalu ada dan tidak hilang seperti matahari dan angin.”
Ketersediaan teknologi ini mencapai 90 persen dan kerapatan energi yang dihasilkannya
lebih tinggi,katanya. Mesin sendiri juga dapat dirakit dan digunakan dalam skala kecil
maupun besar tergantung pada energi yang dibutuhkan. Potensi penggunaan energi pun
bisa diterapkan di banyak negara terutama yang memiliki kawasan pantai. Dibandingkan
dengan energi angin atau matahari, energi gelombang laut kerapatannya jauh lebih tinggi.
Peneliti yang sama dari OSU, Alan Wallace menyebutkan penyediaan energi gelombang
ini dengan hanya 200 buoy yang diapungkan, satu buah pelabuhan atau kota besar seperti
Portland sudah dapat memanfaatkan energinya dengan sangat melimpah tanpa harus
menarik bayaran. Peneliti percaya jika hasil penelitian tersebut benar-benar dioptimalkan
di sepanjang pantai, seluruh energi listrik di dunia sudah bisa terpenuhi. Jumlah ini
ditaksir hanya mengambil 0,2 persen energi pantai, kata Alan. Keyakinanya semakin le-
bih diperkuat dengan efisiensi penghasilan energi yang tinggi dan besar, energi
gelombang laut ini bisa menjadi energi utama pengganti energi sekarang.
Di samping nilai ekonomis yang cukup menjanjikan ada hal-hal lain yang dapat
memberikan keuntungan di bidang lingkungan hidup. Energi ini lebih ramah Iingkungan,
tidak menimbulkan polusi suara, emisi C02, maupun polusi visual dan sekaligus mampu
memberikan ruang kepada kehidupan laut untuk membentuk koloni terumbu karang di
sepanjang jangkar yang ditanam di dasar laut. Pada kasus-kasus seperti ini biasanya lebih
menguntungkan karena ikan dan binatang laut selalu lebih banyak berkumpul.
Penempatan buoy dengan ukuran yang tidak terlalu besar juga tidak mengganggu
pelayaran. Rata-rata dengan besar buoy kurang dari dua meter, kapal besar atau kecil bisa
melihat obyek tersebut dan dapat menghindarinya. Energi listrik namun yang secara
efisien bisa dialihkan menjadi energi listrik adalah gelombang laut.
1.Energi ombak adalah energi yang bisa didapat setiap hari, tidak akan pernah habis.
3.Mudah untuk mengkonversi energi listrik dari energi mekanik pada ombak
4.Keuntungan penggunaan energi arus laut adalah selain ramah lingkungan, energi ini
juga mempunyai intensitas energi kinetik yang besar dibandingkan dengan energi
terbarukan yang lain. Hal ini disebabkan densitas air laut 830 kali lipat densitas udara
sehingga dengan kapasitas yang sama, turbin arus laut akan jauh lebih kecil dibandingkan
dengan turbin angin.
• Kekurangan :
1.Diperlukan alat khusus yang memerlukan teknologi tinggi, sehingga tenaga ahli sangat
diperlukan.
2.Output dari pembangkit listrik tenaga pasang surut mengikuti grafik sinusoidal sesuai
dengan respons pasang surut akibat gerakan interaksi Bumi-Bulan-Matahari.
4.Tantangan teknis tersendiri untuk para insinyur dalam desain sistem turbin, sistem roda
gigi, dan sistem generator yang dapat bekerja secara terus-menerus selama lebih kurang
lima tahun.
http://antonbudiman.wordpress.com/2010/04/10/teknik-konversi-energi-gelombang-
menjadi-energi-listrik/
Adanya kesenjangan antara kebutuhan dan persediaan energi merupakan masalah yang
perlu segera dicari pemecahannya. Apalagi mengingat perkiraan dan perhitungan para
ahli pada tahun 2010-an produksi minyak akan menurun tajam dan bisa menjadi titik
awal kesenjangan energi, ditambah lagi dengan tidak menentunya harga minyak dipasar
internasional yang mengakibatkan melambungnya harga minyak dunia yang merupakan
sumber energi primer yang banyak digunakan.
Situasi ini sedikit banyak telah berpengaruh pada bangsa Indonesia. Dimana minyak
bumi menjadi sumber energi utama. Hal ini menyebabkan naiknya ongkos produksi
akibat adanya kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Untuk itulah perlu solusi
energi alternatif yang dapat menggantikan minyak bumi atau bahan bakar fosil lainnya
yang bersifat lebih efisien, ramah lingkungan dan terbaharui. Namun, pengembangan
sumber energi alternatif memerlukan waktu sebelum sampai pada pemanfaatan secara
ekonomi. Beberapa negara seperti Amerika Serikat, Uni Soviet, Inggris, Perancis,
Kanada, Jepang, Belanda, dan Korea telah mulai meneliti kemungkinan pemanfaatan
energi dari laut terutama, gelombang, pasang surut, dan panas laut dengan hasil yang
memberikan harapan cukup baik.
Dengan luas perairan hampir 60% dari total luas wilayah sebesar 1.929.317 km2,
Indonesia mempunyai potensi dibidang kemaritiman yang sangat besar. Apalagi dengan
bentangan Timur ke Barat sepanjang 5.150 km dan bentangan Utara ke Selatan 1.930 km
telah mendudukkan Indonesia sebagai negara dengan garis pantai terpanjang di dunia.
Laut selain menjadi sumber pangan juga mengandung beraneka sumber daya energi. Kini
para ahli menaruh perhatian terhadap laut sebagai upaya mencari jawaban terhadap
tantangan kekurangan energi di waktu mendatang dan upaya menganekakan penggunaan
sumber daya energi.
Pada musim hujan, angin umumnya bergerak dari Utara Barat Laut dengan kandungan
uap air dari Laut Cina Selatan dan Teluk Benggala. Di musim Barat, gelombang air laut
naik dari biasanya di sekitar Pulau Jawa.
Penerapannya di Indonesia bukanlah sesuatu yang mustahil. Tapi perlu ada masterplan
yang jelas untuk mewujudkannya. Karena ini dapat menjadi sumber energi alternatif
potensial. Apalagi proses pembuatannya tidak merusak alam, melainkan ramah
lingkungan.
Tetapi sebelumnya, harus dilakukan sebuah riset yang berguna untuk mengukur
kedalaman sepanjang garis pantai Indonesia. Sehingga dapat ditentukan di daerah mana
saja yang layak. Kita seharusnya menyadari bahwa alam menyediakan semua yang
dibutuhkan. Hanya perlu kerja keras dan kebijakan yang memperhatikan sumber daya
alam yang terbatas. Sehingga kita tidak terseret dalam ketakutan krisis energi.
Air laut memiliki banyak manfaat Salah satunya, menghasilkan energi listrik dari pusat
pembangkit listrik tenaga ombak. Sifat kontinyuitasnya yang tersedia terus setiap waktu
menjadikan ombak baik untuk dijadikan sebagai pembangkit tenaga listrik Melalui
pembangkit listrik ini, energi besar yang dimiliki ombak dapat diubah menjadi tenaga
listrik. Listrik dari tenaga ombak ini diharapkan dapat menjadi solusi bagi krisis energi
yang terjadi akhir-akhir ini.
Pembangkit listrik tenaga ombak telah diuji cobakan di pulau Islay, di lepas pantai barat
Skotlandia, dan menghasilkan 500 KW listrik yang cukup untuk kebutuhan 400 rumah
tangga.
Cara kerja pembangkit listrik baru ini sangat sederhana. Sebuah tabung beton dipasang
pada suatu ketinggian tertentu di pantai dan ujungnya dipasang dibawah permukaan air
laut. Tiap kali ada ombak yang datang ke pantai, air di dalam tabung beton itu akan
mendorong udara yang terdapat di bagian tabung yang terletak di darat. Pada saat ombak
surut, terjadi gerakan udara yang sebaliknya dalam tabung tadi. Gerakan udara yang
bolak-balik inilah yang dimanfaatkan untuk memutar turbin yang dihubungkan dengan
sebuah pembangkit listrik. Sebuah alat khusus dipasang pada turbin itu supaya turbin
hanya berputar satu arah, walaupun arah arus udara dalam tabung beton itu silih berganti.
Selain skotlandia langkah ini juga telah dirintis di New South Wales, Australia, baru-baru
ini. Pembangkit listrik itu mempunyai luas seperempat lapangan sepak bola dan tingginya
setara gedung bertingkat lima. Pembangkit listrik tenaga ombak pertama ini nantinya
akan diletakkan 200 meter dari garis pantai.m Ombak yang datang akan memasuki
sebuah lorong dan menciptakan tiupan udara dengan kecepatan mencapai 400 kilometer
per jam untuk memutar turbinnya menerangi 2.000 rumah. Keuntungan lain pembangkit
listrik ini, tak menghasilkan gas emisi hingga ramah lingkungan. Selain itu, alat
pembangkit itu dapat dioperasikan dari mana saja melalui sambungan internet.
Selain cara konversi energi ombak ke energi listrik di atas juga sedang diteliti system
koversi energi ombak lain diantaranya : system rakit Crockerell, Sistem tabung tegak
Kayser, Sistem Pelampung Salter, dan sistem tabung Masuda.
Sistem rakit Cockerell ini terdiri dari untaian rakit-rakit yang saling dihubungkan dengan
engsel-engsel dan sistem ini bergerak naik turun mengikuti gerakan gelombang laut.
Gerakan relatif rakit-rakit menggerakkan mendorong pompa hidrolik yang berada di
antara dua rakit yang akan menggerakkan generator.
Sistem tabung tegak Kayser menggunakan pelampung yang bergerak naik turun dalam
tabung karena adanya tekanan air. Gerakan relatif antara pelampung dan tabung
menimbulkan tekanan hidrolik yang dapat diubah menjadi energi untuk dijadikan
premover untuk menggerakkan generator.
Sistem Pelampung Salter memanfaatkan gerakan relatif antara bagian/pembungkus luar
(external hull) dan bandul didalamnya (internal pendulum) untuk diubah menjadi energi
listrik.
Sistem tabung Masuda metodenya adalah memanfaatkan gerak gelombang laut masuk
ke dalam ruang bawah dalam pelampung dan menimbulkan gerakan perpindahan udara di
bagian ruangan atas dalam pelampung. Gerakan perpindahan udara ini dapat
menggerakkan turbin udara.
Wilayah Indonesia terdiri dari banyak pulau. Cukup banyak selat sempit yang
membatasinya maupun teluk yang dimiliki masing-masing pulau. Hal ini memungkinkan
untuk memanfaatkan energi pasang surut. Saat laut pasang dan saat laut surut aliran
airnya dapat menggerakkan turbin untuk membangkitkan listrik.
Proyek pembangunan pusat listrik tenaga pasang surut yang pertama, terdapat di La
Rance, antara St Maro dan Dinard, Brittany, Perancis. Secara resmi, proyek ini dibuka
oleh presiden Perancis, Jenderal De Gaulle, bulan November 1956. Pelaksanaan proyek
mercusuar ini bertujuan untuk memasok kebutuhan energi. Karena semasa Perang Dunia
II, konsumsi listrik Perancis bertambah dua kali lipat. Pemanfaatan pusat listrik energi
pasang surut yang direalisasikan di La Ranche Perancis juga diikuti oleh Rusia di
Murmansh, Lumboy, Tae Menzo Boy, dan The Thite Sea. Tidak jauh dari Indonesia, ada
Australia yang memanfaatkannya di Kimberly. Saat ini potensi energi pasang surut di
seluruh samudera di dunia tercatat 3.106 MW.
Untuk Indonesia daerah yang potensial adalah sebagian Pulau Sumatera, Sulawesi, Nusa
Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Papua, dan pantai selatan Pulau Jawa, karena pasang
surutnya bisa lebih dari lima meter.
Mekanisme pusat listrik energi pasang surut tergantung pada beberapa faktor: arah angin,
kecepatan, lamanya bertiup, dan luas daerah yang dipengaruhi. Oleh karena itu, di dalam
penelitian mengenai energi ini faktor meteorologi/geofisika menjadi kuncinya.
Pada pemanfaatan energi ini diperlukan daerah yang cukup luas untuk menampung air
laut (reservoir area). Namun, sisi positifnya adalah tidak menimbulkan polutan bahan-
bahan beracun baik ke air maupun udara.
Selain panas laut dan pasang surut, masih ada energi samudera lain yaitu energi
gelombang. Sudah banyak pemikiran untuk mempelajari kemungkinan pemanfaatan
energi yang tersimpan dalam ombak laut. Salah satu negara yang sudah banyak meneliti
hal ini adalah Inggris.
Menurut pengamatan Hulls, deretan ombak (gelombang) yang terdapat di sekitar pantai
Selandia Baru dengan tinggi rata-rata 1 meter dan periode 9 detik mempunyai daya
sebesar 4,3 kW per meter panjang ombak. Sedangkan deretan ombak serupa dengan
tinggi 2 meter dan 3 meter dayanya sebesar 39 kW per meter panjang ombak. Untuk
ombak dengan ketinggian 100 meter dan perioda 12 detik menghasilkan daya 600 kW per
meter.
Karena beberapa laut di Indonesia mempunyai ombak dengan ketinggian di atas 5 meter,
maka potensi energi gelombangnya perlu diteliti lebih jauh.
Konversi energi panas laut adalah sistem konversi energi yang terjadi akibat perbedaan
suhu di permukaan dan di bawah laut menjadi energi listrik. Potensi terbesar konversi
energi panas laut untuk pembangkitan listrik terletak di khatulistiwa. Soalnya, sepanjang
tahun di daerah khatulistiwa suhu permukaan laut berkisar antara 25-30°C, sedangkan
suhu di bawah laut turun 5-7°C pada kedalaman lebih dari 500 meter.
Terdapat dua siklus konversi energi panas laut, yaitu siklus Rankine terbuka dan siklus
Rankine tertutup. Sebagai pembangkit tenaga listrik, konversi energi panas laut siklus
Rankine terbuka memerlukan diameter turbin sangat besar untuk menghasilkan daya
lebih besar dari 1MW, sedangkan komponen yang tersedia belum memungkinkan untuk
menghasilkan daya sebesar itu, alternatif lain yaitu siklus Rankine tertutup dengan fluida
kerja amonia atau freon.
Berdasarkan letak penempatan pompa kalor, konversi energi panas laut dapat
diklasifikasikan menjadi tiga tipe, konversi energi panas laut landasan darat, konversi
energi panas laut terapung landasan permanen, dan konversi energi panas laut terapung
kapal.
Konversi energi panas laut landasan darat alat utamanya terletak di darat, hanya sebagian
kecil peralatan yang menjorok ke laut. Kelebihan sistem ini adalah dayanya lebih stabil
dan pemeliharaannya lebih mudah. Kekurangan sistem jenis ini membutuhkan keadaan
pantai yang curam, agar tidak memerlukan pipa air dingin yang panjang.
Status teknologi konversi energi panas laut jenis ini baru pada tahap percontohan dengan
kapasitas 100 W dan dengan fluida kerja freon yang dilakukan oleh TEPSCO-Jepang,
dengan lokasi percontohan di Kepulauan Nauru. Selain itu dibangun pusat penelitian dan
pengembangan konversi energi panas laut landasan darat (STF) yang terletak di Hawaii.
Untuk konversi energi panas laut terapung landasan permanen, diperlukan sistem
penambat dan sistem transmisi bawah laut, sehingga permasalahan utamanya pada sistem
penambat dan teknologi transmisi bawah laut yang mahal. Jenis ini masih dalam taraf
penelitian dan pengembangan.
Konversi energi panas laut terapung kapal beroperasi dengan bebas karena dibangun di
atas kapal. Biasanya energi listrik yang dihasilkan untuk memproduksi berbagai bahan
yaitu amonia, hidrogen, methanol, dan lain-lain.
Status teknologi konversi energi panas laut jenis ini baru taraf percontohan, dengan nama
pembangkit Mini OTEC yang berkapasitas 50 kW dengan lokasi percontohan di laut
Hawaii. Mini OTEC menghasilkan daya bersih 10 kW sampai 15 kW. Selain itu, pada
tempat yang sama beroperasi konversi energi panas laut dengan nama OTEC1 dengan
kapasitas 1 MW.
Perkembangan teknologi konversi energi panas laut di Indonesia baru mencapai status
penelitian, dengan jenis konversi energi panas laut landasan darat dan dengan kapasitas
100 kW, lokasi di Bali Utara.
Sumber : Kompas
Set as favorite
Bookmark
Email this
Hits: 157
Komentar (0)
Tulis Komentar
Tampilkan/Sembunyikan form komentar
Email (wajib di isi) Komentar Anda
Website (optional)
smaller | bigger
Submit
Baca Juga:
Artikel sebelumnya:
Model yang dikembnagkan di Parang Racuk Technopark untuk menjawab tantangan itu,
kita membuka ilmuan dari berbagai bidang di Indonesia memanfaatkan kawasan sesuai
minatnya, ini yang pertama di Indonesia, kata Kepala BPPT Said D Jenie kepada Jurnal
Nasional di Yogyakarta, Jumat (22/6)
Di kawasan seluas 12 hektare yang ada disepanjang pantai itu kini telah hadir beberapa
perangkat teknologi pembangkit listrik terbarukan yaitu Oscillating Water Column
(OWC) dengan biaya pengembangan Rp2,5 miliar yang mengubah energi ombak
menjaaadi energi listrik. Selain itu telah terpasang juga pembangkit tenaga bayu (angin)
berupa kincir angin serta panel sel surya untuk mengolah energi listrik dari matahari.
Di tahap awal memang dikembangkan model fix based, ke floating base yang ada di
perairan. secara bertahap akan terus dilanjutkan proyek pwemhembangan pemanfaatan
energi alternatif yang ramah lingkungan, ujar Said melanjutkan.
Energi Persilangan
Melengkapi faasilitas penyimpanan energi listrik yang dibangkitkan dari tenaga ombak,
angin dan srya disediakan pula sistem pengendali beban otomatis berbasis DC dengan
kapasitas 3599 kW.
Sistem energi persilangan (hybrid) itu telah diujicobakan dan dapat bekerja dengan
optimal, meski pasokan energi sangat teergantung dari kondisi alam yaitu ada atau
tidaknya ombak ataupun angin yang mencukupi untuk sumber energi pembnagkit listrik.
Sistem pengendali beban diperlukan setelah ada konversi sebelum listrik dimanfaatkan
oleh konsumen, kata Dr Erzi Agson Gani Meng, Kepala Divisi Mesin Perkakas, Teknik,
Produksi dan Otomatisasi (MEPPO) BPPT.
Sejak tahun 2005 telah ada upaya pemanfaatan energi terbarukan seperti ombak, angin
dan energi surya yang ditangkap panel surya untuk memnuhi kebutuhan energi listrik.
Meski hasilnya masih terbatas, karena perlu pengembangan lebih lanjut teknologi yang
disebutkan cocok untuk pasokan listrik di daerah terpencil atau sbagai bagian daari
sumber daya rambu navigasi.
Di luar itu, dapat juga menjadi wisata teknologi energi dan riset dari akademisi dan
lembaga litbang lainnya. Itu menjadi sumber energi bersih yang potensial di masa depan,
kata Erzi.
Bagi masyarakat Gunung Kidul, hadirnya taman teknologi yang memanfaatkan tanah
Sultan (Aultan Ground) tentu saja menjadikan keuntungan tersendiri. Jika selama ini
hanya mengandalkan wisata pantai, ke depan pengembangan teknologi itu jelas akan
memancing hadirnya rekayasa baru yang dapat memanfaatkan potnsi alam di kawasan
pesisir pantai.
Guning Kidul itu sudah dikenal dengan kondisi alam yang kering, tepi memiliki sumber
daya alan di pesisir pantai yang belum dikembangkan. Hadirnya teknologi untuk energi
tebarukan membantu pengembangan di kawasan pantai, kata Bupati Gunungkidul
Suharto, SH.
Kita punya potensi alam saja, itu pun dnegan kondisi yang cukup berat bagi upaya
mengundang investor. Jika ada teknologi yang masuk jelas membantu kebutuhan energi
wrga, kata Suharto.
Oscillating Water Column (OWC) 500 KW ombak pantai Pantai Parang Rucuk
Tanjungsari Gunung Kidul Teknologi ini dikembangkan Balai Pengkajian Dinamika
Pantai BPPT (Kompas)
Berkaitan dengan hal tersebut pada 22 Juni 2007 bertempat di Parang Racuk Yogyakarta
telah diresmikan Technopark Parang racuk melalui Uji Operasional PLTO (Pembangkit
Listrik Tenaga Ombak) pada Konsi Air Pasang oleh Kepla BPPT Said D Jenie.
Acara yang dihadiri Sekretaris Utama, Deputi TIRBR, Deputi TPSA, Deputi TAB,
Eselon II di lingkungan Setama dan Eselon I, II, III di lingkungan TIRBR, dan Bupati
Gunung Kidul, Staf Ahli Kepala BPPT serta pimpinan dan peneliti dari BPDP
Yogyakarta.
Tujuan kegiatan ini untuk memberikan paket model sumber energi alternatif yang
ketersediaan sumbernya cukup melimpah di wilayah perairan pantai Indonesia.
paket model tersebut akan menunjukan tingkat efisiensi energi yang dihasilkan dan
parameter-parameter minimal hiroosenografi yang layak, baik itu secara teknis maupun
ekonomis untuk melakukan konversi energi.
Hasil survey hidroosenografi di wilayah perairan Parang Racuk menunjukan, sistem akan
dapat membangkitkan daya listrik optimal jika ditempatkan sebelum gelombang pecah
atau pada kedalaman 4 m-11 m.
Pada kondisi ini akan dapat dicapai putaran turbin antara 3000-700 rpm. Posisi prototipe
II OWC (Oscillating Wave Column) masih belum mencapai minimal yang diisyaraatkan,
karena kesulitan pelaksanaan operasional alat mekanis. Posisi ideal akan dicapai melalui
pembangunan prototipe III yang berupa sistem OWC apung.
Khusus untuk pengembnagan energi angin, BPPT melakukan kajian tehadap tipe-tipe
konversi energi angin yang efisien dan tepat diterapkan di Indonesia sesuai kegunaannya:
mekanikal ataupun kelistrikan.
Kegiatan ini dimulai pada tahun 2005 dan menghasilkan Sistem Pengandali Berbasis DC
dengan kapasitas 3500 KW.
Sistem tersebut telah dipasang di Baron Energy park-BPPT dan Parang Racuk yang siap
diuji coba (OT&E) bersama UPT LAGG yang mengemangkan wind turbine serta BPDP
yang mengembangkan sistem OWC. (Jurnal Nasional / Humas Ristek)
sumber : http://www.ristek.go.id/index.php?mod=News&conf=v&id=1961
Baca Juga:
Artikel sebelumnya:
Panjang tiap rangkaian Konverter Energi Ombak ini adalah sekitar 140 meter. Bila
rangkaian Konverter Energi ini kita gelar disepanjang pantai lautan di dunia, maka akan
dapat dibangkitkan Energi Listrik sebesar 2 Tera Watts, cukup untuk dua kali
kebutuhan energi listrik dunia.
Rangkaian 3 Konverter Energi Ombak
Situasi ini sedikit banyak telah berpengaruh pada bangsa Indonesia. Dimana minyak
bumi menjadi sumber energi utama. Hal ini menyebabkan naiknya ongkos produksi
akibat adanya kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Untuk itulah perlu solusi
energi alternatif yang dapat menggantikan minyak bumi atau bahan bakar fosil lainnya
yang bersifat lebih efisien, ramah lingkungan dan terbaharui. Namun, pengembangan
sumber energi alternatif memerlukan waktu sebelum sampai pada pemanfaatan secara
ekonomi. Beberapa negara seperti Amerika Serikat, Uni Soviet, Inggris, Perancis,
Kanada, Jepang, Belanda, dan Korea telah mulai meneliti kemungkinan pemanfaatan
energi dari laut terutama, gelombang, pasang surut, dan panas laut dengan hasil yang
memberikan harapan cukup baik.
Dengan luas perairan hampir 60% dari total luas wilayah sebesar 1.929.317 km2,
Indonesia mempunyai potensi dibidang kemaritiman yang sangat besar. Apalagi dengan
bentangan Timur ke Barat sepanjang 5.150 km dan bentangan Utara ke Selatan 1.930 km
telah mendudukkan Indonesia sebagai negara dengan garis pantai terpanjang di dunia.
Laut selain menjadi sumber pangan juga mengandung beraneka sumber daya energi. Kini
para ahli menaruh perhatian terhadap laut sebagai upaya mencari jawaban terhadap
tantangan kekurangan energi di waktu mendatang dan upaya menganekakan penggunaan
sumber daya energi.
Pada musim hujan, angin umumnya bergerak dari Utara Barat Laut dengan kandungan
uap air dari Laut Cina Selatan dan Teluk Benggala. Di musim Barat, gelombang air laut
naik dari biasanya di sekitar Pulau Jawa.
Penerapannya di Indonesia bukanlah sesuatu yang mustahil. Tapi perlu ada masterplan
yang jelas untuk mewujudkannya. Karena ini dapat menjadi sumber energi alternatif
potensial. Apalagi proses pembuatannya tidak merusak alam, melainkan ramah
lingkungan.
Tetapi sebelumnya, harus dilakukan sebuah riset yang berguna untuk mengukur
kedalaman sepanjang garis pantai Indonesia. Sehingga dapat ditentukan di daerah mana
saja yang layak. Kita seharusnya menyadari bahwa alam menyediakan semua yang
dibutuhkan. Hanya perlu kerja keras dan kebijakan yang memperhatikan sumber daya
alam yang terbatas. Sehingga kita tidak terseret dalam ketakutan krisis energi.
Air laut memiliki banyak manfaat Salah satunya, menghasilkan energi listrik dari pusat
pembangkit listrik tenaga ombak. Sifat kontinyuitasnya yang tersedia terus setiap waktu
menjadikan ombak baik untuk dijadikan sebagai pembangkit tenaga listrik Melalui
pembangkit listrik ini, energi besar yang dimiliki ombak dapat diubah menjadi tenaga
listrik. Listrik dari tenaga ombak ini diharapkan dapat menjadi solusi bagi krisis energi
yang terjadi akhir-akhir ini.
Pembangkit listrik tenaga ombak telah diuji cobakan di pulau Islay, di lepas pantai barat
Skotlandia, dan menghasilkan 500 KW listrik yang cukup untuk kebutuhan 400 rumah
tangga.
Cara kerja pembangkit listrik baru ini sangat sederhana. Sebuah tabung beton dipasang
pada suatu ketinggian tertentu di pantai dan ujungnya dipasang dibawah permukaan air
laut. Tiap kali ada ombak yang datang ke pantai, air di dalam tabung beton itu akan
mendorong udara yang terdapat di bagian tabung yang terletak di darat. Pada saat ombak
surut, terjadi gerakan udara yang sebaliknya dalam tabung tadi. Gerakan udara yang
bolak-balik inilah yang dimanfaatkan untuk memutar turbin yang dihubungkan dengan
sebuah pembangkit listrik. Sebuah alat khusus dipasang pada turbin itu supaya turbin
hanya berputar satu arah, walaupun arah arus udara dalam tabung beton itu silih berganti.
Selain skotlandia langkah ini juga telah dirintis di New South Wales, Australia, baru-baru
ini. Pembangkit listrik itu mempunyai luas seperempat lapangan sepak bola dan tingginya
setara gedung bertingkat lima. Pembangkit listrik tenaga ombak pertama ini nantinya
akan diletakkan 200 meter dari garis pantai.m Ombak yang datang akan memasuki
sebuah lorong dan menciptakan tiupan udara dengan kecepatan mencapai 400 kilometer
per jam untuk memutar turbinnya menerangi 2.000 rumah. Keuntungan lain pembangkit
listrik ini, tak menghasilkan gas emisi hingga ramah lingkungan. Selain itu, alat
pembangkit itu dapat dioperasikan dari mana saja melalui sambungan internet.
Selain cara konversi energi ombak ke energi listrik di atas juga sedang diteliti system
koversi energi ombak lain diantaranya : system rakit Crockerell, Sistem tabung tegak
Kayser, Sistem Pelampung Salter, dan sistem tabung Masuda.
Sistem rakit Cockerell ini terdiri dari untaian rakit-rakit yang saling dihubungkan dengan
engsel-engsel dan sistem ini bergerak naik turun mengikuti gerakan gelombang laut.
Gerakan relatif rakit-rakit menggerakkan mendorong pompa hidrolik yang berada di
antara dua rakit yang akan menggerakkan generator.
Sistem tabung tegak Kayser menggunakan pelampung yang bergerak naik turun dalam
tabung karena adanya tekanan air. Gerakan relatif antara pelampung dan tabung
menimbulkan tekanan hidrolik yang dapat diubah menjadi energi untuk dijadikan
premover untuk menggerakkan generator.
Sistem tabung Masuda metodenya adalah memanfaatkan gerak gelombang laut masuk
ke dalam ruang bawah dalam pelampung dan menimbulkan gerakan perpindahan udara di
bagian ruangan atas dalam pelampung. Gerakan perpindahan udara ini dapat
menggerakkan turbin udara.
Wilayah Indonesia terdiri dari banyak pulau. Cukup banyak selat sempit yang
membatasinya maupun teluk yang dimiliki masing-masing pulau. Hal ini memungkinkan
untuk memanfaatkan energi pasang surut. Saat laut pasang dan saat laut surut aliran
airnya dapat menggerakkan turbin untuk membangkitkan listrik.
Proyek pembangunan pusat listrik tenaga pasang surut yang pertama, terdapat di La
Rance, antara St Maro dan Dinard, Brittany, Perancis. Secara resmi, proyek ini dibuka
oleh presiden Perancis, Jenderal De Gaulle, bulan November 1956. Pelaksanaan proyek
mercusuar ini bertujuan untuk memasok kebutuhan energi. Karena semasa Perang Dunia
II, konsumsi listrik Perancis bertambah dua kali lipat. Pemanfaatan pusat listrik energi
pasang surut yang direalisasikan di La Ranche Perancis juga diikuti oleh Rusia di
Murmansh, Lumboy, Tae Menzo Boy, dan The Thite Sea. Tidak jauh dari Indonesia, ada
Australia yang memanfaatkannya di Kimberly. Saat ini potensi energi pasang surut di
seluruh samudera di dunia tercatat 3.106 MW.
Untuk Indonesia daerah yang potensial adalah sebagian Pulau Sumatera, Sulawesi, Nusa
Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Papua, dan pantai selatan Pulau Jawa, karena pasang
surutnya bisa lebih dari lima meter.
Mekanisme pusat listrik energi pasang surut tergantung pada beberapa faktor: arah angin,
kecepatan, lamanya bertiup, dan luas daerah yang dipengaruhi. Oleh karena itu, di dalam
penelitian mengenai energi ini faktor meteorologi/geofisika menjadi kuncinya.
Pada pemanfaatan energi ini diperlukan daerah yang cukup luas untuk menampung air
laut (reservoir area). Namun, sisi positifnya adalah tidak menimbulkan polutan bahan-
bahan beracun baik ke air maupun udara.
Selain panas laut dan pasang surut, masih ada energi samudera lain yaitu energi
gelombang. Sudah banyak pemikiran untuk mempelajari kemungkinan pemanfaatan
energi yang tersimpan dalam ombak laut. Salah satu negara yang sudah banyak meneliti
hal ini adalah Inggris.
Menurut pengamatan Hulls, deretan ombak (gelombang) yang terdapat di sekitar pantai
Selandia Baru dengan tinggi rata-rata 1 meter dan periode 9 detik mempunyai daya
sebesar 4,3 kW per meter panjang ombak. Sedangkan deretan ombak serupa dengan
tinggi 2 meter dan 3 meter dayanya sebesar 39 kW per meter panjang ombak. Untuk
ombak dengan ketinggian 100 meter dan perioda 12 detik menghasilkan daya 600 kW per
meter.
Karena beberapa laut di Indonesia mempunyai ombak dengan ketinggian di atas 5 meter,
maka potensi energi gelombangnya perlu diteliti lebih jauh.
Konversi energi panas laut adalah sistem konversi energi yang terjadi akibat perbedaan
suhu di permukaan dan di bawah laut menjadi energi listrik. Potensi terbesar konversi
energi panas laut untuk pembangkitan listrik terletak di khatulistiwa. Soalnya, sepanjang
tahun di daerah khatulistiwa suhu permukaan laut berkisar antara 25-30°C, sedangkan
suhu di bawah laut turun 5-7°C pada kedalaman lebih dari 500 meter.
Terdapat dua siklus konversi energi panas laut, yaitu siklus Rankine terbuka dan siklus
Rankine tertutup. Sebagai pembangkit tenaga listrik, konversi energi panas laut siklus
Rankine terbuka memerlukan diameter turbin sangat besar untuk menghasilkan daya
lebih besar dari 1MW, sedangkan komponen yang tersedia belum memungkinkan untuk
menghasilkan daya sebesar itu, alternatif lain yaitu siklus Rankine tertutup dengan fluida
kerja amonia atau freon.
Berdasarkan letak penempatan pompa kalor, konversi energi panas laut dapat
diklasifikasikan menjadi tiga tipe, konversi energi panas laut landasan darat, konversi
energi panas laut terapung landasan permanen, dan konversi energi panas laut terapung
kapal.
Konversi energi panas laut landasan darat alat utamanya terletak di darat, hanya sebagian
kecil peralatan yang menjorok ke laut. Kelebihan sistem ini adalah dayanya lebih stabil
dan pemeliharaannya lebih mudah. Kekurangan sistem jenis ini membutuhkan keadaan
pantai yang curam, agar tidak memerlukan pipa air dingin yang panjang.
Status teknologi konversi energi panas laut jenis ini baru pada tahap percontohan dengan
kapasitas 100 W dan dengan fluida kerja freon yang dilakukan oleh TEPSCO-Jepang,
dengan lokasi percontohan di Kepulauan Nauru. Selain itu dibangun pusat penelitian dan
pengembangan konversi energi panas laut landasan darat (STF) yang terletak di Hawaii.
Untuk konversi energi panas laut terapung landasan permanen, diperlukan sistem
penambat dan sistem transmisi bawah laut, sehingga permasalahan utamanya pada sistem
penambat dan teknologi transmisi bawah laut yang mahal. Jenis ini masih dalam taraf
penelitian dan pengembangan.
Konversi energi panas laut terapung kapal beroperasi dengan bebas karena dibangun di
atas kapal. Biasanya energi listrik yang dihasilkan untuk memproduksi berbagai bahan
yaitu amonia, hidrogen, methanol, dan lain-lain.
Status teknologi konversi energi panas laut jenis ini baru taraf percontohan, dengan nama
pembangkit Mini OTEC yang berkapasitas 50 kW dengan lokasi percontohan di laut
Hawaii. Mini OTEC menghasilkan daya bersih 10 kW sampai 15 kW. Selain itu, pada
tempat yang sama beroperasi konversi energi panas laut dengan nama OTEC1 dengan
kapasitas 1 MW.
Perkembangan teknologi konversi energi panas laut di Indonesia baru mencapai status
penelitian, dengan jenis konversi energi panas laut landasan darat dan dengan kapasitas
100 kW, lokasi di Bali Utara.
Sumber :
www.kompas.com
www.sinarharapan.co.id
www.panda.org
www.terranet.or.id
www.norwegia.or.id
www.liputan6.com
Ducted Turbin
Turbin ditempatkan pada wadah atau penyangga, kemudian dipasang di
zona arus pasang surut.
c. Penjangkaran
Sistem penjangkaran dibuat agar alat pelamis dapat flexible mengarah atau
sejajar dengan arah gelombang. Terdiri dari konfigurasi 3 titik penjangkaran yang
kendur, sehingga pelamis dapat bergerak flexible sesuai arah ombak.
2. Energetech OWC
Menggunakan prinsip OWC, atau Oscilating Water Column dan dapat
ditempatkan di kedalaman laut hingga 50 m. Memiliki dinding yang berbentuk
parabolic untuk memusatkan gelombang. Efisiensi sebesar 60 %.
a. Spesifikasi
?Lebar parabolik: 35m
?Berat struktur baja: 450tons
?Panjang divais: 60-90m
?Rating daya: 500kW – 2MW (bergantung pada kondisi gelombang dan dimensi
divais)
?Konversi energi: turbin udara dengan variable pitch
?Kedalaman air: 0 – 50 m
b. Konversi energy
Pemfokus parabolic digunakan agar gerakan naik turun ombak dapat maksimal.
Perubahan tekanan udara akan terjadi pada kolom udara, sehingga udara
mengalir melalui variable pitch air turbine. Turbin Wells yang bilah atau bilahnya
telah diatur agar hanya berputar pada satu arah saja, selanjutnya generator
bergerak dan menghasilkan listrik.
c. Penjangkaran
Penjangkaran tergantung pada kondisi lingkungan dimana alat ini akan diinstal.
Pada umumnya, menggunakan susunan penjangkaran asimetris yang
menggunakan 6 kaki penjangkaran depan dan 4 kaki penjangkaran belakang
pada kedalaman sekitar 10 m. struktur tambatan vertical mengguanakan 4 kaki
penjangkaran yang diletakkan pada dasar laut. Variasi penjangkaran meliputi
jumlah dan bahan dari kaki-kaki penjangkaran, penunjang vertical dan
sebagainya, tergantung dari lokasi penginstalan.
3. Wave Dragon
Menggunakan prinsip kerja overtopping, mengunakan dua lengan reflector yang
digunakan untuk memfokuskan energy ke waduk. Terdapat turbin Kaplan yang
telah dihubungkan dengan generator sehingga tekanan rendah akan dikonversi
menjadi energy listrik.
a. Spesifikasi
?Lebar divais: 260 m – 300 m
?Volume waduk: 5.000 m3 – 8.000 m3
?Kedalaman laut: >25 m
?Panjang divais: 700 m
?Berat divais: 22.000 ton – 33.000 tons (meliputi struktur baja, beton, dan
pemberat)
?Rating daya: 4 MW (bergantung pada kondisi gelombang)
?Konversi energi: turbin Kapalan yang telah diadaptasi dengan generator magnet
permanen (250kW – 400kW tiap turbin)
b. Konversi energi
Double curved overtopping ramp dan dua lengan reflector akan memusatkan air
ke waduk. Ketinggian air waduk akan lebih tinggi daripada permukaan air laut,
sehingga air akan mengalir melalui beberapa low head turbin hidro Kaplan.
Turbin ini telah dimodifikasi untuk kecepatan yang berubah-rubah, selanjutnya
akan menggerakkan generator untuk menghasilkan listrik.
c. Penjangkaran
Sistem penjangkaran didesain agar wave dragon dapat selalu berputar kea rah
datangnya ombak. Sehingga system yang dipakai adalah tipe catenary.
4. Wave Swing
Menggunakan prinsip point absorbser untuk membuat gerakan osilasi yang
selanjutnya akan dikonversi oleh generator linear menjadi energy listrik.
a. Spesifikasi
?Diameter divais: 9,5 m
?Kedalaman laut: 43 m
?Panjang divais: 80 m
?Rating daya: 4 MW (bergantung pada kondisi)
?Konversi energi: Linear Direct Induction Generator
b. Konversi energi
Floater atau pelampung akan membuat system bergerak isolasi. Di dalam floater
bagian atas terdapat udara, sehingga merupakan elemen pegas. Energy listrik
didapatkan dari generator linear yang akan mengkonversi gerakan osilasi.
c. Penjangkaran
Diletakkan di dasar laut, sehingga hanya membutuhkan system penjangkaran
yang sederhana.
5. PowerBuoy
Dengan mempergunakan prinsip point absorbser, maka akan terjadi gerakan
bolak-balik atau naik-turun, silinder hidrolik, motor hidrolik akan digunakan untuk
menggerakkan generator yang selanjutnya mengkonversi menjadi energy listrik.
a. Spesifikasi
Untuk power buoy dengan peak capability 1kW,
Tinggi : 9m
Ketinggian dia tas permukaan air : 1.7m
Draft : 7.4m
Diameter : 1.5m
Berat : 2140kg
Kedalaman laut : 30m-50m
Jarak dari daratan : 0.5-5 mil
b. Konversi energi
Silinder hidrolik akan digerakkan oleh gerkan naik turun dari buoy, sehingga
cairan hidrolik akan terpompa dan menggerakkan motor hidrolik. Selanjutnya
motor hidrolik akan menggerakkan generator yang telah terhubung untuk
mengkonversi menjadi energu listrik.
c. Penjangkaran
Menggunakan system penjangkaran yang flexible, sehingga alat langsung bias
dievakuasi bila suatu saat terjadi badai atau hal-hal yang dapat merusak alat
lainnya.
6. Sea Gen
Dengan menggunakan arus pasang surut, turbin akan berputar dan kemudian
akan memutar generator.
Spesifikasi :
Tinggi : 40 m
Diameter : 3 m
Power : 1,2 Mw
Massa : 150 ton
Kedalam Air : 20 m
b.konversi
Mempunyai rotor kembar yang berdiameter 16 m, kemudian dihubungkan ke
generator melalui gearbox. Bagian atas tiang sekitar 9m di atas permukaan laut
rata-rata. Rotor kembar mulai menghasilkan listrik pada kecepatan lebih besar
dari 1m / s. Pada kecepatan maksimum yang telah ditentukan, rotor mulai
menyesuaikan untuk batas kecepatan rotasi maksimum hingga 14 RPM,
sehingga kecepatan rotor puncak sekitar 12m / s.
c. Penjangkaran
Alat ini dipasang pada dasar laut, melalui sebuat batang atau body yang ditanam
di kedalaman tertentu di dasar laut. Lengan pemegang turbin bisa bergerak
memutar, sehingga turbin bias menyesuaikan arah aliran arus.
http://begokmild.com/2010/07/metode-konversi-gelombang-laut/