You are on page 1of 8

TAHAP PENYIDIKAN

Pengertian penyidik diatur dalam undang undang hukum acara pidana yang

terdapat pada pasal 1 butir 1 yang berbunyi sebagai berikut:

Penyidik adalah pejabat polisi Negara republik Indonesia atau PPNS

tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang undang untuk

melakukan penyidikan.

Dari pengertian penyidik diatas, dan penjelasan undang-undang disimpulkan

mengenai pejabat yang berwenang untuk melakukan penyidikan yaitu Pejabat

POLRI dan PPNS yang diberi wewenang khusus oleh Undang-Undang, selain

penyidik dalam KUHAP dikenal pula penyidik pembantu, ketentuan mengenai

hal ini terdapat pada pasal 1 butir 3 KUHAP, yang menyebutkan bahwa :

Penyidik pembantu adalah pejabat kepolisian Negara republic Indonesia

yang diberi wewenang tertentu dapat melakukan penyidikan yang diatur

dalam undang undang ini.

Selanjutnya mengenai pengertian penyidik pembantu diatur dalam pasal 1

butir 12 undang undang nomor 2 tahun 2002, yang menyatakan bahwa :

Hukum Acara Pidana | Tahapan Penyidikan 1


Penyidik pembantu adalah penjabat kepolisian Negara Indonesia yang

diangkat oleh kepala kepolisian Negara Republik Indonesia berdasarkan

syarat kepangkatan dan diberi wewenang tertentu dalam melakukan

tugas penyidikan yang diatur dalam undang undang.

Mengenai penyidik pengawai negeri sipil dijelaskan lebih lanjut dalam

penjelasan pasal 7 ayat 2 KUHAP, bahwa:

Yang dimaksud dengan penyidik dalam ayat ini adalah misalnya pejabat

bea cukai, pejabat imigrasi, pejabat kehutanan yang melakukan tugas

penyidikan sesuai dengan wewenang khusus yang diberikan oleh

undang undang yang menjadi dasar hukumnya masing–masing.

Berdasarkan ketentuan perundang–undangan mengenai penyidik dan penyidik

pembantu diatas, dapat diketahui bahwa untuk dapat melaksanakan tugas

penyidikan harus ada pemberian wewenang. Mengenai pemberian wewenang

tersebut menurut Andi hamzah, berpendapat bahwa:

Pemberian wewenang kepada penyidik bukan semata mata didasarkan

atas kekuasaan tetapi berdasarkan asas pendekatan kewajiban dan

tanggung jawab yang diembannya. Dengan demikian kewenangan yang

diberikan disesuaikan dengan kedudukan, tingkat kepangkatan,

Hukum Acara Pidana | Tahapan Penyidikan 2


pengetahuan serta berat ringannya kewajiban dan tanggung jawab

penyidik.

Tugas penyidikan yang dilakukan oleh penyidik POLRI adalah merupakan

penyidik tunggal bagi tindak pidana umum, tugasnya sebagai penyidik sangat

sulit dan membutuhkan tanggung jawab yang besar, karena penyidikan

merupakan tahap awal dari rangkaian proses penyelesaian perkara pidana

yang nantinya akan berpengaruh bagi tahap proses peradilan selanjutnya.

Sedangkan pada pasal 1 butir 2 KUHAP menjelaskan mengenai pengertian

penyidikan, sebagai berikut:

Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan

menurut cara yang diatur dalam undang undang ini untuk mencari serta

mengumpulkan bukti, yang dengan bukti itu membuat terang tentang

tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.

Sehubungan dengan hal tersebut Yahya Harahap, memberikan penjelasan

mengenai penyidik dan penyidikan sebagai berikut:

Sebagaimana yang telah dijelaskan pada pembahasan ketentuan umum

pasal 1 butir 1 dan 2, merumuskan pengertian penyidik yang

menyatakan, penyidik adalah pejabat polri atau pejabat pegawai negeri

Hukum Acara Pidana | Tahapan Penyidikan 3


tertentu yang diberi wewenang oleh undang undang. Sedangkan

penyidikan berarti ; serangkaian tindakan yang dilakukan pejabat

penyidik sesuai dengan cara yang diatur dalam undang undang untuk

mencari dan mengumpulkan bukti, dan dengan bukti itu membuat atau

menjadi terang suatu tindak pidana yang terjadi sekaligus menemukan

tersangkanya atau pelaku tindak pidananya.

Sedangkan Andi Hamzah dalam bukunya Hukum Acara Pidana Indonesia

menyimpulkan definisi dari pasal 1 butir 2 KUHAP, Sebagai berikut:

Penyidikan (acara pidana) hanya dapat dilakukan berdasarkan Undang-

Undang, hal ini dapat disimpulkan dengan melihat redaksi “menurut cara

yang diatur oleh Undang-Undang ini”.

Ketentuan ini dapat dibandingkan dengan pasal 1 Ned.Sv. yang berbunyi:

Straftvordering heft allen wet wet voorzien. (hukum acara pidana

dijalankan hanya berdasarkan undang undang).

Acara pidana dijalankan jika terjadi tindak pidana hal ini dapat disimpulkan

dari kata MEMBUAT TERANG TINDAK PIDANA YANG TERJADI, hal inilah

yang tidak disetujui oleh Van Bemmelen, karena, menurutnya mungkin saja

acara pidana terjadi tanpa terjadi delik. Contoh klasik yang dia kemukakan

Hukum Acara Pidana | Tahapan Penyidikan 4


ialah kasus Jean Calas di prancis yang menyangkut seorang ayah dituduh

membunuh anaknya, padahal itu tidak terjadi namun proses pidananya sudah

berjalan.

Selanjutnya Andi Hamzah kembali menyatakan bahwa penyidikan ialah suatu

isitilah yang dimaksud sejajar dengan pengertian opsporing (Belanda). Dan

Investigation (Inggris) atau penyiasatan/siasat (Malaysia). Definisi penyidikan

dalam bahasa belandan adalah sama dengan opsporing.

Berikut ini Andi Hamzah mengutip pendapat De pinto yang menyatakan

bahwa ; Menyidik (opsporing) berarti pemeriksaan permulaan oleh pejabat

yang untuk itu ditunjuk oleh undang undang segera setelah mereka dengan

jalan apapun mendengar yang sekedar beralasan, ada terjadi suatu

pelanggaran hukum.

Penyidikan merupakan suatu aktifitas yuridis yang dilakuakn penyidik

untukmencari dan menemukan kebenaran sejati (membuat terang dan jelas

tindak pidana yang terjadi).

Apa yang dikemukakan tentang penyidikan tersebut diatas, buchari said

menyebutkan sebagai aktifitas yuridis, maksudnya adalah aktifitas yang

dilakukan berdasarkan aturan aturan hukum positif sebagai hasil dari

tindakan tersebut harus dapat dipertanggung jawabkan secara yuridis pula,

Hukum Acara Pidana | Tahapan Penyidikan 5


karena kata yuridis menunjuk kepada adanya suatu peraturan hukum yang

menjadi dasar bagi dilakukan suatu tindakan dan peraturan dimaksud tiada

lain mengenai peraturan peraturan hukum acara pidana.

Tujuan utama penyidikan adalah untuk mencari serta mengumpulkan suatu

tindak pidana, maka penyidik karena kewajibannya mempunyai wewenang

sebagaimana tercantum didalam isi ketentuan pasal 7 ayat 1 kitab undang

undang hukum acara pidana (KUHAP) jo. Pasal 16 ayat 1 undang undang

nomor 2 tahun 2002 tentang kepolisian Negara republic Indonesia, yang

menyebutkan bahwa wewenang penyidik adalah sebagai berikut:

1. Menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang tindak pidana;

2. Melakukan tindakan pertama di tempat terjadinya perkara;

3. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri

tersangka;

4. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan surat;

5. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang;

6. Memangging seseorang untuk didengar dan dipperiksa sebagai tersangka

atau saksi;

7. Mendatangkan ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan

pemeriksaan perkara;

8. Mengadakan penhentian penyidikan;

9. Melakukan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.

Hukum Acara Pidana | Tahapan Penyidikan 6


Penyidikan yang dillakukan tersebut didahului dengan pemberitahuan kepada

penuntut umum bahwa penyidikan terhadap suatu peristiwa pidana telah

mulai dilakukan. Secara formal pemberitahuan tersebut disampaikan melalaui

mekanisme surat pemberitahuan dimulainya penyidikan (SPDP), hal tersebut

diatur dalam ketentuan pasal 109 KUHAP. Namun kekurangan yang dirasa

sangat menghambat adalah tidak ada ketegasan dari ketentuan tersebut

kapan waktunya penyidikan harus diberitahukan kepada penuntut umum.

Tiap kali penyidik melakukan tugas dalam lingkup wewenangnya sebagaimana

dimaksud dalam pasal 75 KUHAP tanpa mengurangi ketentuan dalam undang

undang, harus dibuat berita acara tentang pelaksanaan tugas tersebut.

Apabila dalam penyidikan tersebut tidak ditemuakan bukti yang cukup atau

peristiwa tersebut bukanlah peristiwa pidana atau penyidikan dihentikan demi

hukum, maka penyidik mengeluarkan surat perintah penghentian penyidikan.

Dalam hal ini apabila surat perintah penghentian penyyidikan tersebut telah

diterbitkan maka penyidik memberitahukan hal itu kepada penuntut umum,

tersangka atau keluarganya. Apabila korban atau keluarganya tidak dapat

menerima pengehentian penyidikan tersebut. Maka korban atau keluarganya,

sedarah atau semenda dalam garis luruh keatas maupun kebawah sampai

dengan derajat ketiga, dapat mengajukan praperadilan kepada ketua

pengadilan sesuai daerah hukumnya dan ketentuan peraturan perundang

Hukum Acara Pidana | Tahapan Penyidikan 7


undangan yang berlaku. Mekanisme keberatan tersebut diatur dalam pasal 77

butir a KUHAP tentang praperadilan.

Dalam hal penyidik telah selesai melakukan penyidikan. Penyidik wajib segera

menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum. Dan dalam hal

penuntut umum berpendapat hasil penyidikan tersebut kurang lengkap,

penuntut umum segera mengembalikan berkas perkara tersebut kepada

penyidik untuk dilengkapi. Apabila saat penyidik menyerahkan hasil

penyidikan, dalam waktu 14 hari penuntut umum tidak mengembalikan

berkas tersebut. Maka penyidikan dianggap selesai.

Hukum Acara Pidana | Tahapan Penyidikan 8

You might also like