Professional Documents
Culture Documents
Alhamdulillah, segala puji, puja serta syukur kita panjatkan ke hadirat Illahi
Rabbi, yang senantiasa memberikan curahan kasih rahmat-Nya kepada hamba-
Nya, yang benar-benar ingin mencari ridha serta inayah-Nya. Tidak lupa rahmat
serta keselamatan semoga tercurah limpah kepada paduka alam, uswah kehidupan
muslim serta penutup para Nabi dan Rasul Allah, yakni Nabi Muhammad Saw.
Akhirnya atas izin Allah SWT makalah ini dapat diselesaikan.
Penulis
Kelompok V | 1
Daftar Isi
Kata
Pengantar…………………………………………………………………………….
.1
Daftar
Isi…………………………………………………………………………………….
2
BAB I -PENDAHULAN
A. Latar Belakang
Masalah……………………………………………………….4
B. Rumusan
Masalah………………………………………………………………4
C. Metode Pemecahan
Masalah………………………………………………….4
PEMBAHASAN
A. Pengertian Landasan
Sosiologi……………………………………………….6
C.Landasan Sosiologi
Pendidikan………………………………………………6
B. Sistem nilai di
masyarakat……………………………………………………16
A. Pengertian
Lingkungan……………………………………………………….35
C. Macam-Macam
Lingkungan…………………………………………………35
A.Landasan Historis
Pendidikan………………………………………………...40
B.Landasan Yuridis
Pendidikan…………………………………………………40
BAB III –
PENUTUP………………………………………………………………………46
Kelompok V | 3
Daftar
Pustaka……………………………………………………………………………..4
7
BAB I
PENDAHULAN
Manusia adalah makhluk hidup yang diberikan berbagai potensi oleh Tuhan,
setidaknya manusia diberikan panca indera dalam hidupnya. Namun tentu saja
potensi yang dimilikinya harus digunakan semaksimal mungkin sebagai bekal
dalam menjalani hidupnya. Untuk memaksimalkan semua potensi yang dimiliki
oleh kita sebagai manusia, tentunya harus ada sesuatu yang mengarahkan dan
membimbingnya, supaya berjalan dan terarah sesuai dengan apa yang diharapkan.
Kelompok V | 4
pihak manusia juga memiliki kemampuan dan diberikan akal pikiran yang berbeda
dengan makhluk yang lain. Sedangkan pendidikan itu adalah usaha yang disengaja
dan terencana untuk membantu perkembangan potensi dan kemampuan manusia
agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya.
Memasuki abad ke-21 dan menyongsong milenium ketiga tentu akan terjadi
banyak perubahan dalam kehidupan masyarakat sebagai akibat dari era globalisasi.
Dan pada kenyataannya masyarakat mengalami perubahan sosial yang begitu
cepat, maju dan memperlihatkan gejala desintegratif yang meliputi berbagai sendi
kehidupan dan menjadi masalah, salah satunya dirasakan oleh dunia pendidikan.
Tak hanya perubahan sosial, budaya pun berpengaruh besar dalam dunia
pendidikan akibat dari pergeseran paradigma pendidikan yaitu mengubah cara
hidup, berkomunikasi, berpikir, dan cara bagaimana mencapai kesejahteraan.
Dengan mengetahui begitu pesatnya arus perkembangan dunia diharapkan dunia
pendidikan dapat merespon hal-hal tersebut secara baik dan bijak.
B. Rumusan Masalah
Dari rumusan masalah diatas yang bersifat umum, dapat dijabarkan beberapa
pertanyaan sebagai berikut :
BAB II
Kelompok V | 6
tentang realitas sosial itu berbeda-beda, sehingga dapat ditemukan bermacam-
macam aliran filsafat sosial.
Kelompok V | 7
bermutu. Pendidikan dipandang sebagai faktor pembeda antara kelas-kelas sosial
yang cukup merisaukan. Untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan tersebut ia
mendesak pemerintahnya agar menyelenggarakan wajib belajar. Usulan itu
dikabulkan, dan wajib belajar di USA berlangsung 11 tahun, sampai tamat Senior
High School (Rochman Natawidjaja, et. al., 2007: 78).
Kelompok V | 8
Maka diubahlah nama Educational Sociology menjadi Sociology of Education dan
Journal of Educational Sociology menjadi Journal of the Sociology of Education
(1963). Serta seksi Educational Sociology dalam American Sociological Society
pun berubah menjadi seksi Sociology of Education yang berlaku sampai sekarang.
Penelitian dan publikasi hasilnya menandai kehidupan Sociology of Education
sejak pasca Perang Dunia II.
Kelompok V | 9
Di Indonesia, perhatian akan peran pendidikan dalam pengembangan
masyarakat, dimulai sekitar tahun 1900, saat Indonesia masih dijajah Belanda. Para
pendukung politis etis di Negeri Belanda saat itu melihat adanya keterpurukan
kehidupan orang Indonesia. Mereka mendesak agar pemerintah jajahan melakukan
politik balas budi untuk memerangi ketidakadilan melalui edukasi, irigasi, dan
emigrasi. Meskipun pada mulanya program pendidkan itu amat elitis, lama
kelamaan meluas dan meningkat ke arah yang makin populis sampai
penyelenggaraan wajib belajar dewasa ini. Pelopor pendidikan pada saat itu antara
lain: Van Deventer, R.A.Kartini, dan R.Dewi Sartika.
Paham individualisme dilandasi teori bahwa manusia itu lahir merdeka dan
hidup merdeka. Masing-masing boleh berbuat apa saja menurut keinginannya,
asalkan tidak mengganggu keamanan orang lain.
Kelompok V | 10
Dampak individualisme menimbulkan cara pandang yang lebih
mengutamakan kepentingan individu di atas kepentingan masyarakat. Dalam
masyarakat seperti ini, usaha untuk mencapai pengembangan diri, antara anggota
masyarakat satu dengan yang lain saling berkompetisi sehingga menimbulkan
dampak yang kuat.
Para ahli Sosiologi dan ahli Pendidikan sepakat bahwa, sesuai dengan
namanya, Sosiologi Pendidikan atau Sociology of Education (juga Educational
Kelompok V | 11
Sociology) adalah cabang ilmu Sosiologi, yang pengkajiannya diperlukan oleh
professional dibidang pendidikan (calon guru, para guru, dan pemikir pendidikan)
dan para mahasisiwa serta professional sosiologi.
Kelompok V | 13
institusi pendidikan dan dampaknya bagi peserta didik, tentang hubungan antara
lembaga pendidikan dan komunitas sekitarnya, dan tentang hubungan antara
pendidikan dengan pranata kehidupan lain.
Masyarakat dapat merupakan suatu kesatuan hidup dalam arti luas ataupun
dalam arti sempit. Masyarakat dalam arti luas pada umumnya lebih abstrak
misalnya masyarakat bangsa, sedang dalam arti sempit lebih konkrit misalnya
marga atau suku.
Masyarakat sebagai kesatuan hidup memiliki ciri utama, antara lain: (1) ada
interaksi antara warga-warganya, (2) pola tingkah laku warganya diatur oleh adapt
istiadat, norma-norma, hukum, dan aturan-aturan khas, (3) ada rasa identitas kuat
yang mengikat para warganya. Kesatuan wilayah, kesatuan adat- istiadat, rasa
identitas, dan rasa loyalitas terhadap kelompoknya merupakan pangkal dari
perasaan bangga sebagai patriotisme, nasionalisme, jiwa korps, dan
kesetiakawanan sosial (Umar Tirtarahardja dan La Sulo, 1994: 100).
Kelompok V | 14
kesatuan politik untuk mendirikan satu negara serta berusaha mewujudkan satu
masyarakat Indonesia sebagaiu masyarakat yang bhinneka tunggal ika.
Sampai saat ini, masyarakat Indonesia masih ditandai oleh dua ciri yang
unik, yakni (1) secara horizontal ditandai oleh adanya kesatuan-kesatuan social
atau komunitas berdasarkan perbedaan suku, agama, adat istiadat, dan kedaerahan,
dan (2) secara vertical ditandai oleh adanya perbedaan pola kehidupan antara
lapisan atas, menengah, dan lapisan bawah.
Namun niat politik yang kuat menjadi suatu masyarakat bangsa Indonesia
serta kemajuan dalam berbagai bidang pembangunan, maka sisi ketunggalan dari
“bhinneka tunggal ika” makin mencuat. Berbagai upaya dilakukan, baik melalui
Kelompok V | 15
kegiatan jalur sekolah maupun jalur luar sekolah, telah menumbuhkan benih-benih
persatuan dan kesatuan yang semakin kokoh.
Kelompok V | 16
Bab III
Sistem Nilai Budaya
Kelompok V | 17
Menilai berarti memberi pertimbangan untuk menentukan apakah sesuatu itu
bermanfaat/berguna atau tidak, baik atau buruk, benar atau salah. Hasil penilian
diebut nilai (value).
Sistem nilai budaya yang sudah berpola meliputi segala aspek nilai
kehidupan masyarakat. Kehidupan masyarakat adalah pola kehidupan yang
berkelompok dalam bentuk-bentuk tertentu karena :
1. ikatan perkawinan dan keturunan darah, seperti keluarga.
2. Kesatuan geografis, seperti desa dan marga.
3. Kesamaan asal usul seperti etnis Melayu, Cina dan Sunda
4. Kesamaan kepentingan dan tujuan, seperti subak, organisasi pemuda dan
lembaga swadaya masyarakat (LSM) serta
5. Kesamaan keahlian dan ketrampilan seperti profesi keilmuan.
Sistem nilai budaya yang sudah berpola merupakan gambaran sikap, pikiran,
dan tingkah laku anggota/warga yang diwujudkan dalam bentuk sikap dan
perbuatan dalam hidup bermasyarakat. Setiap anggota / warga masyarakat
menyesuaikan diri dengan sistem nilai budaya mereka yang sudah berpola itu.
Kelompok V | 18
Sistem nilai budaya tersebut adalah produk budaya hasil pengalaman hidup yang
berlangsung terus menerus, terbiasa yang akhirnya disepakati bersama sebagai
pedoman hidup mereka dan sebagai identitas kelompok masyrarkat.
Sistem nilai budaya yang sudah berpola itu antara lain mengenai :
1. struktur kelompok masyarakat
2. bentuk rumah dan anggota penghuninya.
3. perkawinan dan proses pelangsungannya
4. etika dan tata krama dalam pergaulan hidup
5. bahasa dan tutur kata dalam komunikasi
6. bentuk dan cara berpakaian serta penggunaannya dan
7. tata tertib makan dan minum (jenis, cara, dan penyajiannya).
2. pelaksanaan pembangunan,
Pelaksanaan pembangunan yang terus menerus akan dapat merubah sistem
nilai ke arah yang positif dan negatif.. Pergeseran sistem nilai yang mengarah ke
perbaikan antara lain :
a. Pola hidup tradisional, dan bertaraf lokal yang berbau mistis, berubah menjadi
pola hidup modern bertaraf nasional-internasional yang berbasis ilmu pengetahuan
dan teklnologi.
Kelompok V | 20
b. Pola hidup sederhana yang hanya bergantung pada alam lingkungan, meningkat
menjadi pola hidup modern yang mampu menguasai alam lingkungan dengan
dukungan prasarana dan sarana serta teknologi.
c. Pola hidup makmur yang hanya kecukupan sandang, pangan, dan perumahan
meningkat menjadi pola hidup makmur dan juga sehat, teratur, bersih dan senang
serta aman sesuai dengan standar menurut ilmu pengetahuan dan teknologi.
Berikut dikemukakan beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli mengenai
nilai sosial :
Kelompok V | 22
1. Kimball Young, nilai sosial adalah asumsi abstrak dan sering tidak disadari
tentang apa yang benar dan apa yang penting.
2. Nilai vital, yaitu meliputi bergai konsepsi yang berkaitan dengan segala sesuatu
yang berguna bagi manusia dalam melaksanakan berbagai aktivitas.
3. Nilai kerohanian, yaitu meliputi berbagai konsepsi yang berkaitan dengan segala
sesuatu yang berhubungan dengan kebutuhan rohani manusia seperti :
a. nilai kebenaran, yakni yang bersumber pada akal manusia (cipta);
b. nilai keindahan, yakni nilai yang bersumber pada unsur perasaan (estetika);
c. nilai moral, yakni yang bersumber pada unsur kehendak (karsa) dan
d. nilai keagamaan, (religiusitas), yakni nilai yang bersumber pada revelasi
(wahyu) dari Tuhan.
2. Nilai sosial diimbaskan. Nilai dapat diteruskan dan diimbaskan dari satu orang
atau kelompok ke orang atau kelompok lain melalui berbagai macam prosessosial
seperti kontak sosial, komunikasi interaksi, difusi, adaptasi, adopsi, akulturasi
maupun asimilasi.
3. Nilai dipelajari. Nilai diperoleh, dicapai dan dijadikan milik diri melalui proses
be- lajar, yakni sosialisasi yang berlangsung sejak masa kanak-kanak dalam
keluarga.
6. Nilai-nilai cenderung berkaitan satu dengan yang lain dan membentuk pola pola
dan sistem nilai dalam masyarakat. Dalam hal ini apabila tidak terjadi keharmo-
nisan jalinan integral dari nilai-nilai akan timbul problema sosial dalam
masyarakat.
Kelompok V | 24
7. Sistem-sistem nilai beragam bentuknya antara kebudayaan yang satu dengan
kebudayaan yang lain, sesuai dengan penilian yang diperlihatkan oleh setiap
kebudayaan terhadap bentuk-bentuk kegiatan tertentu dalam masyarakat yang
bersangkutan. Dengan kata lain, keanekaragaman kebudayaan dengan bentuk dan
fungsi yang saling berbeda, menghasilkan sistem nilai yang berbeda pula.
8. Nilai selalu memberikan pilihan dari sistem-sistem nilai yang ada, sesuai dengan
tingkatan kepentingannya.
2. Sebagai petunjuk arah: cara berpikir, berperasaan, dan bertindak, serta panduan
menentukan pilihan, sarana untuk menimbang penilaian masyarakat, penentu
dalam memenuhi peran sosial, dan pengumpulan orang dalam suatu kelompok
sosial.
Kelompok V | 25
3. Nilai dapat berfungsi sebagai alat pengawas dengan daya tekan dan pengikat
tertentu. Nilai mendorong, menuntun, dan kadang-kadang menekan para individu
untuk berbuat dan bertindak sesuai dengan nilai yang bersangkutan. Nilai
menimbulkan perasaan bersalah dan menyiksa bagi pelanggarnya.
Kelompok V | 27
3. Tata kelakuan (mores) Tata kelakuan merupakan norma yang bersumber kepada
filsafat, ajaran agama atau ideologi yang dianut oleh masyarakat. Pelanggarnya
disebut jahat. Contoh : larangan berzina, berjudi, minum minuman keras,
penggunaan narkotika dan zat-zat aditif (obat-obatan terlarang), dan mencuri.
Menurut Mac Iver dan Page, apabila kebiasaan (folkways) tidak hanya dianggap
sebagai cara berperilaku, tetapi juga diterima sebagai norma pengatur, maka
kebiasaan tadi pun menjadi mores. Ia mencerminkan sifat-sifat yang hidup dan
secara sadar atau tidak digunakan sebagai alat pengawas oleh masyarakat terhadap
warganya.
Tata kelakuan di satu pihak memaksakan suatu perbuatan dan di lain pihak
melarang suatu perbuatan, sehingga secara langsung merupakan suatu alat
pengendalian sosial agar anggota masyarakat menyesuaikan tindakan-tindakan dan
perbuat- an-perbuatannya dengan tata kelakuan itu.
4. Adat ( customs) Adat merupakan norma yang tidak tertulis namun sangat kuat
mengikat sehingga anggota-anggota masyarakat yang melanggar adat-istiadat akan
menderita, karena sanksi keras yang kadang-kadang secara tidak langsung
dikenakan. Misalnya pada masyarakat yang melarang terjadinya perceeraian,
apabila terjadisuatu perceraian maka tidak hanya yang bersangkutan yang
mendapatkan sanksi atau menjadi tercemar, tetapi seluruh keluarga atau bahkan
masyarakatnya. Sanksi atas pelanggaran terhadap adat istiadat dapat
berupapengucilan, dikeluarkan dari masyarakat atau harus memenuhi persyaratan
tertentu, misalnya melakukan upacara tertentu sebagai media rehabilitasi dirinya.
5. Hukum (laws) Hukum merupakan norma yang bersifat formal dan berupa aturan
tertulis. Ketentuan sanksi terhadap pelanggar paling tegas apabila dibandingkan
dengan norma-norma yang disebut terdahulu. Hukum adalah suatu rangkaian
aturan yang ditujukan kepada anggota masyarakat yang berisi ketentuan-ketentuan,
perintah, kewajiban ataupun larangan, agar dalam masyarakat tercipta suatu
ketertiban dan keadilan. Ketentuan-ketentuan dalam norma hukum lazimnya
diindikasikan dalam bentuk kitab undang-undang atau konvensi-konvensi.
Kelompok V | 29
Disamping norma-norma yang tersebut di atas, dalam masyarakat masih
terdapat pula norma yang mengatur tentang tindakan-tindakan yang berkaitan
dengan estetika, seperti tari-tarian, pakaian, musik, arsitektur rumah, dan interior
mobil. Mirip dengan estetika adalah mode atau fashion. Mode atau fashion
merupakan cara atau gaya dalam melakukan atau membuat sesuatu yang sering
berubah-ubah dan diikuti oleh banyak orang. Salah satu ciri khas mode adalah
sifatnya yang massal dan tiba- tiba dalam waktu yang relatif singkat.
Norma yang bserlaku dalam masyarakat dapat pula dibedakan berdasarkan jenis
atau sumbernya yaitu sebagai berikut :
1. Norma agama, yakni ketentuan-ketentuan hidup bermasyarakat yang bersumber
pada ajaran agama (wahyu atau revelasi).
2. Norma kesopanan atau etika, yakni ketentuan-ketentuan hidup yang berlaku
dalam hubungan atau interaksi sosial antar manusia dalam masyarakat.
Sebagai bagian dari adat istiadat dan wujud ideal dari kebudayaan, sistem
nilai budaya seolah-olah berada di luar dan di atas diri para individu yang menjadi
warga masyarakat yang bersangkutan. Para individu itu sejak kecil telah diresapi
Kelompok V | 30
dengan nilai-nilai budaya yang hidup dalam masyarakatnya sehingga konsepsi-
konsepsi itu sejak lama telah berakar dalam alam jiwa mereka. Itulah sebabnya
nilai-nilai budaya adi sukar diganti dengan nilai-nilai budaya lain dalam waktu
singkat Keluarga juga berfungsi sebagai sumber budaya dan nilai budaya.
Dikatakan sum- ber budaya karena keluarga adalah pusat interaksi sosial pertama
suami dan isteri kemudian ditambah anak yang lahir dari hubungan suami dan
isteri.
Kelompok V | 31
Ayah sebagai kepala keluaraga menjadi panutan keluarga. Artinya, apabila
terjadi perubahan sistem nilai pada ayah selaku kepala keluarga, akan diikuti pula
oleh anggota sekeluarga. Apabila perubahan sistem nilai itu positif dalam arti
bermanfaat menuju pada kebaikan dan kesejahteraan hal ini menjadi faktor
pendorong ke arah perkembabngan budaya yang lebih maju dan sehat. Kehidupan
keluarga tersebut dapat menjadi contoh bagi masyarakat luas.
Contoh perubahan sistem nilai positif itu antara lain sbabgai berikut:
1. budaya malas dan pasif berubah menjadi budaya aktif kreatif dan produktif.
2. budaya komuniasi kurang terbuka dalam keluarga berubah menjadi budaya kasih
sayang, ramah, serta suka memperhatikan dan menghargai pendapat anggota
keluarga.
2. Kegiatan keagamaan Faktor ini membekali keluarga dengan iman dan takwa
yang menjadi pedoman kehidupan etis dan berguna sebagai pencegah perbuatan
mungkar yang merugikan diri sendiri dan keluarga.
Kelompok V | 33
4. Pembauran dalam kelompok masyrakat Faktor ini membekali keluarga dengan
pengalaman sistem nilai yang diperolehnya dari hubungan dan cara hidup
masysdrakat setempat.
5. Adaptasi budaya setempat dan budaya pendatang Faktor ini membekali keluarga
dengan sitem nilai baru yang lebih baik dari keadaan sebelumnya karena
perpaduan dan penyesuaian unsur-unsur positif dari kedua budaya yang berlainan.
Kelompok V | 34
Bab IV
A. Pengertian Lingkungan
Yang dimaksud dengan lingkungan disini ialah, segala sesuatu yang terdapat
disekitar, baik makhluk hidup maupun benda mati. Yang dimaksud dengan
lingkungan dalam pembahasan ini menitik beratkan pada lingkungan dimana
terjadi proses interaksi, baik lingkungan inforaml (keluarga), atau non formal
(Masyarakat), atau lingkungan formal sekolah itu sendiri.
1.Pengaruh
Pengaruh ialah : “Daya yang ada atau yang timbul dari sesuatu (orang, benda, dsb)
yang berkuasa atau yang berkekuatan (ghaib dsb)”
2.Dalam hubungannya dengan judul makalah ini, yang dimaksud dengan pengaruh
yaitu suatu kekuatan yang timbul dari luar individu yang menjadi sebab terhadap
prestasi belajar pada anak.
Pendidikan
Menurut Carted V Good : pendidikan adalah sejumlah dari pada proses yang cukup
lama untuk membina kemampuan pembawaan dan beberapa bentuk dari pada
tingkah laku kepada nilai yang lebih baik dimasyarakat dimana ia tinggal.
Kelompok V | 35
Dari pengertian diatas, dapat kita kemukakan bahwa pendidikan merupakan suatu
proses yang terjadi di samping kehidupan guna mewujudkan aneka pembedaan
dalam rangka membentuk dan mengembangkan segala potensi yang bersifat
pembawaan, intelektual dan emosional bagi manusia itu sendiri atau bimbingan
orang dewasa terhadap anak didik dalam perkembangannua menuju arah
kedewasaan.
Perlu diketahui bahwa pendidikan terjadi di mana saja dan kapan saja
asalkan berbeda dalam suatu hubungan yang dapat menimbulkan pengaruh-
pengaruh atau perubahan-perubahan yang positif.
Prestasi Belajar
Prestasi belajar ialah hasil yang dicapai, dilakukan atau dikerjakan. Yang
dimaksud penulis ialah daya mampu anak atau siswa dalam menyerap pelajaran
yang diberikan oleh guru terhadap materi pelajaran atau bidang studi yang
diwujudkan, misalnya dalam bentuk nilai Raport atau Hasil Ujian.
Kelompok V | 36
Mengenai pengertian linkungan, disamping yang telah dikemukakan diatas,
penulis kutipkan kembali pengertian lingkungan menurut para ahli, antara lain :
Drs. H.M. Hafiz Anshari Lingkungan ialah : “segala sesuatu yang ada
disekitar anak baik berupa benda-benda, peristiwa-peristiwa yang terjadi maupun
kondisi masyarakat terutama yang dapat memberikan pengaruh kuat kepada anak
yaitu lingkungan dimana proses pendidikan berlangsung dan lingkungan mana
anak bergaul sehari-hari”.
Drs. Amir Daein Lingkungan ialah : “ segala sesuatu yang berada diluar diri
anak yang memberikan pengaruh terhadap perkembangan anak”.
Dari beberapa pendapat para ahli yang penulis sebutkan diatas, dapatlah kita
simpukan, bahwa pada prinsipnya pendapat para sarjana tersebut sama dalam
mengambil pengertian tentang lingkungan, yaitu segala sesuatu yang ada disekitar
anak dan dapat memberikan pengaruh terhadap anak dalam perkembangannya,
sehingga tidak bisa dipungkiri akan berpengaruh pula terhadap prestasi belajar
pada anak.
C. Macam-Macam Lingkungan
Lingkungan Keluarga
Lingkungan Sekolah
Lingkungan Masyarakat
Kalau kita meninjau dari sudut dalam hubungan dengan manusia, maka
dapat dikelompokkan :
Kelompok V | 38
Lingkungan buatan manusia
Milleu yang secara sadar dan sengaja diadakan, adalah segala lingkungan
yang diadakan dengan tujuan untuk mencapai tujuan tertentu, mislanya sebagai
contoh permainan anak-anak, bahan kepustakaan termasuk komplek lembaga
pendidikan/sekolah dan lembaga sosial lainnya yang bergerak dibidang
pendidikan.
Kelompok V | 39
Bab V
Iplikasi Pendidikan Yang Berdasarkan
Antropologi Di Indonesia
Kelompok V | 40
fisik. Mengingat cirri-ciri pendidikan yang diselenggarakan pemerintah Kolonial
Belanda yang tidak memungkinkan bangsa Indonesia untuk menjadi cerdas, bebas,
bersatu, dan merdeka, maka kaum pergerakan semakin menyadari bahwa
pendidikan yang bersifat nasional harus segera dimasukan ke dalam program
perjuangannya.
1) Tujuan dan isi pendidikan diarahkan demi kepentingan perang Asia Timur
Raya.
Kelompok V | 41
Selanjutnya dalam UU No. 2 Tahun 1989 ditegaskan lagi bahwa pendidikan
nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap
Tuhan YME dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,
kesehatan jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa
tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Kelompok V | 42
12. Pusat pembudayaan dan pembangunan masyarakat, dan
13. Pelaksanaan pengawsan dalam sistem pendidikan nasional
Dari dua definisi tersebut, dapat diidentifikasi adanya empat unsur di dalam
masyarakat yaitu :
Kelompok V | 43
kelahirannya, manusia dalam keadaan tak berdaya, karena naluri yang dibawa
ketika kelahirannya relative tidak lengkap. Ia belum memiliki sistem nilai, norma,
pengetahuan, adat kebiasaan, serta belum mengetahui dan belum dapat
menggunakan dengan tepat berbagai benda sebagai hasil karya masyarakatnya.
Anak manusia harus belajar dalam waktu yang relative lebih panjang untuk mampu
melaksanakan berbagai peranan sesuai statusnya dan sesuai kebudayaan
masyarakatnya.
Pranata social adalah suatu sistem peran dan norma social yang saling
berhubungan dan terorganisasi disekitar pemenuhan kebutuhan atau fungsi social
yang penting.
Kelompok V | 44
5) Fungsi mempersiapkan anak untuk suatu pekerjaan
6) Fungsi inovasi/men-transformasi masyarakat dan kebudayaan
Kelompok V | 45
BAB III
PENUTUP
Simpulan Dari hasil hasil pembahasan yang telah disajikan pada bab II, secara
umum dapat disimpulkan sebagai berikut :
Kelompok V | 46
mutualisme. Pendidikan atau sekolah memberi manfaat untuk meningkatkan
peranan mereka sebagai warga masyrakat.
Daftar Pustaka
www.newyouth.com/archives
www.re-searchengines.com
http://defauzan.wordpress.com/2009/04/18/makalah-landasan-sosial-
budaya-pendidikan/
http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:C6mgzm9dnnwJ:www.unik-
kediri.ac.id/unik/images/Ditat_Agribisnis/isbdpertanian2009.pdf?
PHPSESSID
%3D627e3e83afbc9b243e360aaa94a39a4b+implikasi+pendidikan+sosio
logi,abu+ahmadi&hl=id&gl=id
http://naniwijayantiloma.blogspot.Com 2009/9.
http://ahmadazhar.wordpress.com/2009/09/14/lingkungan-dan
pengaruhnya/#more-328
Kelompok V | 47
http://yandiyulio.wordpress.com/2009/05/25/landasan-pendidikan/
SOSIANTROPOLOGI PENDIDIKAN
LANDASAN ANTROPOLOGI PENDIDIKAN
Tugas ini Di Buat Untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah
Sosiantropologi Pendidikan
Disusun Oleh :
KELOMPOK V
FERRI BUSRA
FADLUN RAHMAN
FATMAWATI MADINA
IRNAWATI PAKAYA
ISMIRANTI S. HARMAIN
(Kelas A.1.1)
Kelompok V | 48
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGRI GORONTALO
T.P 2010/2011
Kelompok V | 49