You are on page 1of 11

ISSN : 1693-9883

REVIEW ARTIKEL Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. II, No.2, Agustus 2005, 51 - 61

RNA THERAPEUTIC,
PENDEKATAN BARU DALAM TERAPI GEN
Amarila Malik
Departemen Farmasi FMIPA-UI, Universitas Indonesia, Depok.

ABSTRACT
Some diseases, such as cancer, hereditary and genetic diseases, as well as viral
infectious diseases, have been treated unsatisfied by the conventional therapy so far,
and even more, by the gene therapy. Together with the pharmaceutical industries,
researchers put their best effort to hunt some molecules that can be more favorable for
such kind of therapy. After a pivotal study reported in May, 2001, it is certain that
Ribonucleic acid (RNA) could effectively silence gene expression in mammalian cell
line, so it was then proposed in 2004 the term RNA therapeutics. Antisense RNA
therapy which came into the stage earlier seemed to be the one that can answer all the
problems in knocking out the unwanted messenger in gene expression. RNA interfer-
ence (RNAi) concept, which came later in around 2000, began to look like a possible
contender. It was reported in some studies that RNAi seems to have some more advan-
tages over both stronger gene-silencing effects and greater ease of use. However, the
main obstacle of all kind of gene therapy is, undoubtedly, on the delivery of this
molecule to enter the target cell, and mostly, to where it is needed most inside the
body. Some studies on genetic material delivery system have been reported, and their
progress has been discussed.
Keywords: RNA therapeutics, antisense RNA, siRNA, terapi gen, gene silenc-
ing.

Pengobatan dengan terapi gen dengan gen normal dengan melaku-


telah berkembang dengan pesat sejak kan rekombinasi homolog. Pende-
clinical trial terapi ini pertama kali katan ketiga adalah mereparasi gen
diperkenalkan pada tahun 1990 (Rob- abnormal dengan cara mutasi balik
erts, 2004). Terapi gen adalah teknik selektif, sedemikian rupa sehingga
untuk mengoreksi gen-gen yang akan mengembalikan fungsi normal
cacat yang bertanggung jawab ter- gen tersebut. Selain pendekatan-pen-
hadap suatu penyakit. Selama ini pen- dekatan tersebut, ada pendekatan
dekatan terapi gen yang berkembang lain untuk terapi gen, yaitu mengen-
adalah menambahkan gen-gen nor- dalikan regulasi ekspresi gen abnor-
mal ke dalam sel yang mengalami mal tersebut (Holmes, 2003).
ketidak normalan. Pendekatan lain Perkembangan terapi gen yang
adalah melenyapkan gen abnormal terkini untuk penyakit-penyakit ada-
Corresponding author : E-mail : amarila.malik@farmasi.ui.ac.id.

Vol. II, No.2, Agustus 2005 51


REVIEW ARTIKEL

lah lebih ke arah gagasan mencegah namun sesungguhnya protein lah


diekspresikannya gen-gen yang jelek yang mempunyai peran utama dalam
atau abnormal, atau dikenal dengan melaksanakan fungsi-fungsi kehi-
gene silencing. Untuk tujuan gene si- dupan dan menyusun mayoritas
lencing atau membungkam ekspresi struktur seluler. Jika suatu gen di-
gen tersebut, maka penggunaan RNA ganggu sehingga menyebabkan pro-
jika dibandingkan dengan DNA lebih tein yang disandikannya menjadi
dimungkinkan, sehingga dikenal tidak mampu untuk melaksanakan
istilah RNA therapeutic (Adams, 2005). fungsi normalnya, maka akan meng-
Suatu studi yang menggemparkan akibatkan suatu cacat genetis.
dilaporkan di majalah Nature bulan RNA adalah suatu asam ribo-
Mei 2001 yang menunjukkan bahwa nukleat yang terdapat dalam alur
RNA dapat membungkam ekspresi informasi genetik organisme yang
gen dengan efektif (Elbashir, 2001). berupa dogma sentral dari DNA —>
Gagasan terapi gen dengan merepa- RNA —> Protein, yaitu DNA ditran-
rasi mRNA (messenger RNA) daripada skripsi menjadi RNA, dan selanjut-
mengganti gen yang cacat berarti nya RNA ditranslasi menjadi protein
menggunakan mekanisme regulasi (Dale, 1994; Thenawijaya, 1994). Di
sel itu sendiri, sehingga efek samping dalam sel terdapat tiga jenis RNA
yang merugikan lebih dapat ditekan yaitu mRNA, tRNA dan rRNA.
(Penman, 2002). Setelah adanya Diantara ketiga jenis RNA, mRNA
laporan-laporan penelitian tersebut, dapat dimanfaatkan untuk tujuan
maka dimulailah booming dalam tersebut di atas. RNA dalam keadaan
bisnis perusahaan-perusahaan yang normal merupakan untai tunggal,
berkaitan dengan riset RNA, mau- namun pada kenyataannya untai
pun perusahaan-perusahaan farmasi tunggal ini dapat membentuk du-
yang berharap RNA therapeutic ini pleks dengan membentuk ikatan
segera dapat diluncurkan sebagai hidrogen, sebagaimana DNA, jika
sediaan obat (Pallarito, 2004). Na- terdapat untai yang komplemen
mun, para pakar memperkirakan dalam urutan basa nukleotidanya.
masih sekitar tujuh sampai limabelas Bentuk dupleks RNA akan menga-
tahun lagi baru terealisasi (Pray, kibatkan terhalangnya proses tran-
2004; Wang, 2004) slasi sehingga sintesis protein ter-
ganggu, atau posttranscriptional gene
silencing (PTGS), atau gene silencing
Fenomena terapetik RNA (Agrawal, et al., 2003; Provost et al,
Gen adalah suatu sekuens basa 2002). Gene silencing adalah suatu pro-
spesifik yang menyandikan instruksi ses membungkam ekspresi gen yang
mensintesis suatu protein. Walaupun pada mulanya diketahui melibatkan
gen mendapatkan perhatian lebih mekanisme pertahanan alami pada
banyak untuk diteliti dan dibahas, tanaman untuk melawan virus.

52 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN


REVIEW ARTIKEL

Alur informasi genetik di dalam ditemukannya lebih kurang empat


sel dari DNA ke RNA dan ke pro- tahun yang lalu suatu micro RNA
tein disebut sebagai proses ekspresi (miRNA) yang berperan membung-
gen (Dale,1989). Penghambatan kam ekspresi gen (Johnston, 2004;
proses ekspresi gen dapat dilakukan Pfeffer, et al, 2002).
pada beberapa tahap, diantaranya Banyak teori terapetik RNA
adalah tahap translasi, yaitu dengan yang sangat ideal dan menjanjikan te-
mengganggu proses translasi ter- rapi yang ampuh. Namun, bagaimana
sebut pada molekul mRNA. Molekul cara memasukkan molekul RNA ini
RNA yang akan ditranslasi mem- ke dalam tempat kerjanya, yaitu
punyai sekuense di bagian hulu nukleus? Untuk menghantar molekul
sebagai tempat pengenalan bagi RNA diperlukan suatu wahana yang
ribosom dalam proses sintesis pro- sesuai untuk membawanya ke target
tein. Ribosom, sebagai mesin pensi- sel tertentu. Wahana paling banyak
tesis polipeptida yang kemudian digunakan dalam terapi gen adalah
dimodifikasi lebih lanjut menjadi pro- virus yang telah dimodifikasi secara
tein, memerlukan situs pengenalan genetis sehingga mampu membawa
yang terdapat pada mRNA untuk DNA manusia normal. Disamping itu,
dapat melaksanakan pekerjaannya. teknologi penghantaran obat dengan
Manipulasi pada tahap translasi bentuk liposome yang kini juga telah
mRNA yang bertujuan untuk menga- banyak mengalami modifikasi, serta
tasi suatu penyakit genetis saat ini teknologi menggunakan pengenalan
dikenal dengan istilah antisense RNA, reseptor, telah mendukung perkem-
small interfering RNA (si RNA), atau bangan terapetik RNA (Anantha-
disebut pula RNAinterference (RNAi) swamy, 2003).
(Lieberman, 2003;
Lucentini, 2004;
GENE ENEG
Pray, 2004; Wang,
2004). Potongan
pendek dari duplex
RNA atau DNA un- Transkripsi
tai ganda (short inter-
ferring RNA atau
siRNA) dilaporkan Messenger RNA Antisense RNA
mengakibatkan Pembentukan
degradasi RNA- dupleks
RNA lain di dalam
sel yang memiliki Translasi
terhalang
sekuens berkese-
suaian. Yang lebih Gambar 1. Mekanisme kerja antisense RNA dalam
terkini lagi adalah menghalangi ekspresi gen.

Vol. II, No.2, Agustus 2005 53


REVIEW ARTIKEL

Terapi antisense RNA gunaan metode DNA rekombinan


Prinsip terapi antisense RNA daripada RNA rekombinan, lebih
merupakan pemikiran yang brilian memungkinkan untuk menghantar-
yang sebenarnya mengadopsi kon- kan gen sintetis yang menyandikan
disi alamiah seperti di dalam meka- molekul RNA antisense ke dalam
nisme pertahanan tanaman terhadap suatu organisme dengan relatif lebih
virus, dan suatu mekanisme yang stabil.
sama pada nematoda Caenorhabditis Suatu antisense mRNA (aRNA)
elegans (Pfeffer, 2004; Lee, 1993). jika dimasukkan ke dalam sel suatu
Ketika itu ditemukan suatu RNA organisme, maka aRNA akan ber-
untai ganda (double strand RNA = ikatan dengan mRNA yang ada di
dsRNA) yang menunjukkan kemam- dalam sel tersebut sehingga mem-
puan menghambat ekspresi gen bentuk suatu dupleks (Gambar 1).
(Lieberman, 2003). Prinsip ini lebih Terbentuknya dupleks RNA ini akan
cocok untuk diimplementasikan menyebabkan terjadinya pengham-
dalam terapi gen untuk mengatasi batan ekspresi gen pada tahap tran-
penyakit tertentu dimana terjadi slasi. Untuk berlangsungnya proses
ekspresi gen-gen abnormal yang translasi, selain ribosom sebagai
menimbulkan penyakit, seperti mesin pensintesis protein, maka
misalnya pada penyakit kanker. diperlukan pula mRNA untai tung-
Mekanisme kerja antisense RNA gal, juga diperlukan tRNA yang
adalah sebagai berikut (Dale, 1994; membawa asam amino – asam amino,
Glick & Pasternak, 1994). Untai RNA serta protein-protein kecil khusus
yang ditranslasi disebut sebagai untai yang terkandung di dalam ribosom
sense. Sementara itu, untai yang (Thenawijaya, 1994).
mempunyai sekuens basa nukleotida Sebenarnya sel mengandung
komplemen dengan untai sense di- gen-gen yang secara alami ditran-
sebut antisense. Jika untai sense slasikan menjadi RNA antisense yang
berikatan dengan untai antisense mempunyai kemampuan mengha-
membentuk dupleks, maka terjadi langi translasi gen-gen lainnya di
pemblokiran proses translasi yang dalam sel (Agrawal, et al., 2003).
mengakibatkan terjadinya peng- Baru-baru ini beberapa kasus ditemu-
hambatan ekspresi gen (Penman, kan, dan tampaknya hal ini dapat
2002). Hal ini dapat terjadi disebab- mewakili metode regulasi ekspresi
kan ribosom tidak memperoleh akses gen yang lain. Pada tikus dan manu-
ke pada nukleotida pada untai sia, gen-gen untuk reseptor insulin-
mRNA, atau yang dapat pula terjadi like growth factor 2 receptor (Igf2r) yang
adalah disebabkan bentuk duplex diwariskan dari bapak mensintesis
RNA sangat mudah terdegradasi suatu RNA antisense yang tampak-
oleh enzim pendegradasi ribonuk- nya bekerja menghalangi sintesis
leat, ribonuclease, di dalam sel. Peng- mRNA Igf2r (Kawasaki & Taira,

54 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN


REVIEW ARTIKEL

2004). Perbedaan dalam ekspresi RNA nukleus merupakan bentuk


suatu gen tergantung pada apakah yang berlipat secara kompak dan
gen tersebut diwariskan atau tidak diselubungi oleh protein nukleus.
dari ibu atau dari bapak yang disebut Bahkan, dalam hal RNA, struktur
sebagai genomic atau parental imprint- terlipatnya belum begitu banyak
ing. dipahami, dan masih sedikit infor-
Dalam praktiknya, terapi gen masi mengenai hal ini, sehingga pada
dengan prinsip antisense tidaklah kenyataannya terapi antisense masih
semudah teorinya. Dimulai dari merupakan pekerjaan trial and error
proses pemasukan molekul RNA pada berbagai lokasi dari suatu gen
antisense ke dalam sistem biologis sel yang dipilih berdasarkan apakah itu
organisme. Molekul ini harus ber- pada lokasi awal, pada bagian tengah
hadapan dengan kondisi adanya atau pada bagian lain yang esensial
enzim nuklease dimana-mana, baik bagi proses ekspresi gen tersebut.
di dalam sel maupun di dalam sir-
kulasi darah (Agrawal, et al., 2003).
Untuk menghindari degradasi ini, Terapi siRNA
asam nukleat (dalam hal ini RNA) RNA interference (RNAi) merupa-
dimodifikasi secara kimia dengan kan strategi pertahanan kuno yang
memodifikasi gugus di dalam struk- dimiliki oleh tumbuhan dan inver-
tur asam nukleat. Setelah berhasil tebrata tingkat rendah untuk mela-
mengatasi enzim nuklease, molekul wan infeksi virus dan kerusakan
asam nukleat harus mampu menem- genomik akibat menyisipnya materi
bus sel membran yang merupakan genetik asing (Lieberman, et al., 2003;
lapisan lemak ganda. Padahal, asam Downward, 2004). RNAi dapat
nukleat terbangun atas gugus fosfat menghambat ekspresi gen pada
sebagai tulang punggungnya yang sekuens yang spesifik dengan jalan
menghasilkan muatan negatif ber- memutus mRNA yang mengandung
sifat hidrofilik. Di dalam sel, asam sekuens pendek yang homolog
nukleat harus dialokasikan dengan (kurang lebih 19 basa nukleotida)
benar dan tepat ke tempat kerjanya (Elbashir, et al. 2001; Kawasaki &
yaitu di nukleus. Namun, sebelum Taira, 2004; Chen, et al., 2004). Para
dapat masuk ke dalam nukleus, di peneliti yang menekuni molekul RNA
dalam sitoplasma sel, asam nuklet telah memberikan hasil menggem-
terapetik ini harus berhadapan de- birakan bahwa RNAi dapat berlaku
ngan berbagai penghalang. Setelah juga pada sel mamalia. Penelitian-
melalui rintangan-rintangan dan penelitian in vitro selanjutnya diterus-
masuk ke dalam nukleus dengan me- kan dengan penelitian in vivo untuk
nembus pori-pori membran nukleus, mengetahui bagaimana mekanisme
belum dapat begitu saja melaksana- kerja RNAi tersebut pada sel-sel
kan tugasnya. Seringkali DNA dan mamalia. Penelitian terbaru menun-

Vol. II, No.2, Agustus 2005 55


REVIEW ARTIKEL

potongan kecil fragmen


Produksi protein cacat dapat dihalangi dengan membungkam gen mutan untai ganda mRNA.
Selain itu, siRNA juga
DNA penyandi
short interfering RNA (siRNA)
dihasilkan dari suatu
digabungkan ke genom short hairpin RNA, yaitu
di dalam nukleus
untai dupleks RNA yang
terbentuk dari suatu
untai tunggal yang mem-
siRNA bergabung dengan
bentuk hairpin (seperti
protein membentuk
kompleks silencing
jepit rambut, dengan
lengkungan melipat pada
Kompleks silencing
salah satu ujungnya)
berikatan ke kopi RNA yang yang juga dipotong oleh
membawa gen cacat dan
menghancurkannya Dicer. Oleh enzim heli-
case, siRNA akan dibuka
ikatan hidrogennya se-
Kopi RNA gen normal
tetap utuh hingga untai antisense
dari siRNA yang ter-
bebas dapat bergabung
Gambar 2. Mekanisme kerja short interfering RNA
(siRNA) dalam menghalangi ekspresi gen. (Dikopi dari dengan suatu kompleks
NewScientist.com 10.32 13 March 2003). protein RNA-induced si-
lencing complex (RISC)
jukkan bahwa RNAi dapat diguna- (Gambar 2). Kompleks tersebut akan
kan untuk melindungi mencit dari mengaktifkan RISC yang semula
virus hepatitis (Xia, et al., 2004). inaktif, dan kemudian protein ini
Penelitian tentang upaya RNAi untuk akan melaksanakan tugasnya bekerja
mengatasi penyakit-penyakit pada memutus mRNA pada bagian yang
manusia sampai saat ini masih terus mengandung sekuens homolog
dikembangkan. dengan siRNA (Agrawal, et al., 2003;
Mekanisme kerja RNAi adalah Lucentini, 2004; Pray, 2004; Provost,
melibatkan suatu intermediet aktif et al., 2002; Tang, 2005).
yang disebut small interfering RNA Berbagai jenis gen dapat dijadi-
(siRNA). Molekul siRNA berukuran kan sebagai target potensial untuk
kecil yaitu hanya 21-25 nukleotida dibungkam ekspresinya oleh siRNA.
dengan dua nukleotida pada kedua Hal ini membuka harapan yang
ujung tidak berpasangan. Molekul ini menggembirakan tentang pengguna-
dihasilkan dari hasil kerja suatu an siRNA dalam dunia pengobatan.
enzim Dicer, yaitu suatu ribonuclease Potensi dan spesifisitas siRNA yang
dengan energi ATP, yang mengenali besar untuk membungkam ekspresi
dan memotong mRNA yang mem- gen, yaitu 1000 kali lebih besar diban-
bentuk dupleks untai ganda menjadi dingkan oligonukleotida antisense,

56 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN


REVIEW ARTIKEL

pula menjadi pendukung harapan Kendala dalam Penggunaan Terapi


tersebut. Dibandingkan dengan RNA secara klinik
terapi antibodi, terapi siRNA pem- Prospek dari penggunaan mole-
buatannya relatif lebih mudah dan kul RNA dalam aplikasi pengobatan
sistem penghantarannya relatif lebih diharapkan dapat segera direalisasi-
murah pula. Studi in vitro dari RNAi kan. Namun demikian, para ahli
saat ini sedang difokuskan terutama menyadari masih adanya kendala-
pada terapi infeksi virus dan kanker, kendala yang harus diantisipasi agar
dan tampaknya penggunaan klinik molekul RNA tersebut dapat diguna-
awal bagi terapi RNAi nantinya kan dengan hasil yang optimal.
adalah lebih utama kepada kedua Faktor-faktor yang menjadi penyulit,
penyakit tersebut (Adams, 2005). yaitu karena antisense RNA maupun
Beberapa penelitian in vitro aktivitas siRNA harus dimasukan ke dalam
RNAi yang telah dilaporkan antara sistem biologis sel hidup, bukan pada
lain adalah menghambat pemben- media sel bebas (Agrawal, et al,
tukan sel kanker dengan jalan meng- 2003); sehingga
hambat ekspresi gen Ras yang ter-
mutasi yang banyak ditemukan pada 1. Molekul antisense RNA harus
berbagai tipe kanker, gen human pap- menghindari pemecahan oleh enzim
illoma virus (HPV) E6 dan E7, faktor nuklease yang akan memotong asam
transkripsi, serta ekspresi berlebihan nukleat menjadi basanya. Enzim ini
dari proto-onkogen seperti Bcl-2 ada di mana-mana, baik di dalam
(Lucentini, 2004; Yague, et al., 2004), sirkulasi darah maupun di dalam sel.
pada Leukemia-associated tyrosine kinase Untuk membuat asam nukleat lebih
fusion (TEL-PDGFbR) (Chen, et al., resisten terhadap enzim ini telah
2004), dan erb B2 (Kawasaki & Tarai, dibuat beberapa strategi, salah satu-
2004). nya adalah dengan cara mengganti
Yang menjadikan RNAi lebih oksigen pada jembatan basa dengan
menarik untuk terus diteliti kemam- sulfur, sehingga menghasilkan jem-
puan aktivitasnya adalah tingkat batan fosforotioat yang lebih resiten.
spesifisitasnya yang cukup tinggi
yang tidak dimiliki oleh inhibtor lain. 2. Terapi harus masuk ke dalam sel.
Disamping itu, RNAi mampu bekerja Kendala ini merupakan masalah
pada berbagai gen pada waktu klasik dalam penggunaan materi
bersamaan (Yague, et al., 2004 ; genetik dalam pengobatan. Para
Holmes 2003). Namun, kesuksesan peneliti telah berusaha untuk me-
terapi RNAi, sebagimana terapi rekayasa sistem penghantaran untuk
berbasis materi genetik lain, diten- kultur sel. Sebagaimana sistem
tukan oleh stabilitas sediaan serta penghantaran materi genetik yang
teknik penghantaran yang diguna- lain, secara teori penghantaran
kan. siRNA dapat dilakukan dengan 2

Vol. II, No.2, Agustus 2005 57


REVIEW ARTIKEL

cara, yaitu (1) introduksi langsung penghantaran yang eksotik seperti


siRNA sinetik ; (2) introduksi suatu pada terapi gen. Mereka berpendapat
plasmid atau virus yang menyandi bahwa siRNA dapat secara langsung
sekuens gen yang akan memproduksi diintoduksikan ke jaringan seperti
siRNA yang sesuai. Cara kedua di- telah disebutkan di atas. Namun
anggap sebagai cara yang lebih baik demikian, hal inipun bukan berarti
karena memberikan efek yang lebih tanpa masalah, karena tubuh manusia
lama. akan dengan cepat mendegradasi
Asam nukleat bebas mempunyai siRNA yang masuk. Untuk mengatasi
muatan negatif yang kuat yang ber- hal tersebut perlu dilakukan upaya
asal dari gugus fosfat dari tulang untuk meningkatakan stabilitas
punggung struktur asam nukleat. Hal siRNA, salah satunya dengan modi-
ini membuat molekul tersebut mudah fikasi kimia (Downward, 2004;
larut dalam air, tetapi tidak dapat Lucentini, 2004).
larut dalam lemak ganda struktur
membran sel. Dengan menggabung- 3. Di dalam sel, antisense dan
kan asam nukleat dengan suatu siRNA harus ditransportasikan
pembawa yang berfungsi mening- dengan benar. Mula-mula RNA
katkan transpor ke dalam sel; atau ditangkap dalam endosom, kemu-
juga dikemas dalam suatu kapsul dian bertemu dengan lisosom untuk
lemak, misalnya liposom, yang telah degradasi intraseluler. Hanya seba-
digunakan secara luas untuk trans- gian kecil yang bisa lolos melewati
port amfoterisin dan beberapa obat pemecahan endosomal. Setelah bebas
kanker, diharapkan dapat memenuhi di dalam sitoplasma, molekul ini
keperluan penghantarannya (Anan- masuk ke dalam nukleus, kemudian
thaswamy, 2003). Dilaporkan pula berdifusi lewat pori-pori membran,
suatu sistem penghantar yang sangat dan di dalam nukleus ini akan
menjanjikan, yaitu berupa ligan bertemu dengan target. Jika seluruh
peptida dari suatu reseptor kompleks gen atau messenger di dalam nukleus
enzim serpin yang dibuat mem- dalam keadaan tidak terlindungi atau
bentuk kompleks dengan materi berbentuk linier, pelaksanaan terapi
genetik ini, yang mana dapat meng- akan lebih mudah. Pada kenyataan-
hantar ke berbagai sel target (Rob- nya, baik DNA maupun RNA terlipat
erts, 2004). secara rapi dan juga diselubungi oleh
Walaupun sampai saat ini belum protein biasa. Pada RNA masalah
ditemukan sistem penghantaran yang menjadi sangat berat, karena penge-
sesuai, para ahli tetap optimis. tahuan tentang struktur RNA yang
Sebagian dari mereka yakin, bahwa terlipat di dalam sel hidup masih
penghantaran antisense RNA dan sangat sedikit. Untuk mencapai sa-
siRNA mungkin tidak memerlukan saran terapi, masih digunakan cara
vektor berupa virus, ataupun sistem trial and error: satu seri percobaan

58 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN


REVIEW ARTIKEL

dengan RNA dimulai pada target bulkan instruksi genetik yang dapat
lokasi awal untuk transkripsi atau menerjemahkannya ke dalam protein
translasi, dengan harapan bahwa yang berhubungan dengan penyakit,
lokasi tersebut relatif terbuka dan ini dilakukan oleh ribosom yang
(Agrawal, et al., 2003). mempunyai aktivitas instrinsik untuk
menguraikan dan memfasilitasi
4. Masalah selanjutnya adalah pembacaan pesan genetik tersebut.
bagaimana dapat terjadi interaksi Untuk menghindari hal ini, harus
antara terapi dan target, sehinga dibuat antisense yang ikatannya
dapat menghasilkan hibrida yang kuat. Dupleks DNA / RNA lebih
stabil. Antara basa guanin (G) lemah daripada dupleks RNA /
dengan sitosin (C) terdapat tiga DNA, maka sedang pula dikembang-
ikatan hidrogen, sehingga merupa- kan usaha untuk membuat DNA yang
kan ikatan yang lebih stabil diban- mirip RNA (Agrawal, et al., 2003).
dingkan dengan dua ikatan hidrogen
antara adenin (A) dengan timin (T). 6. Dari sisi efikasi, RNAi telah
Panjang minimum untuk rancangan diketahui menunjukkan spesifisitas
suatu untai RNA ditentukan oleh yang cukup tinggi. Akan tetapi,
besarnya genom. Di dalam genom sebagaimana molekul-molekul kecil
manusia, bagi molekul RNA yang yang lain, kemungkinan terjadinya
terdiri dari basa berjumlah kurang masalah dalam aplikasi klinik
dari 12-15, tampaknya akan menga- tetaplah ada. Efek samping yang
lami proses penggandaan, dan mung- mungkin saja terjadi berupa terham-
kin akan merusak gen atau messen- batnya ekspresi gen-gen lain yang
ger yang tidak sesuai. Oleh karena bukan target, baik akibat degradasi
itu, agar terapi stabil dan dikenali, mRNA, penghambatan translasi,
maka panjang basa nukleotidanya ataupun melalui induksi penekanan
adalah antara 13-20 basa. gen secara global dengan jalan
mengaktifkan respons interferon,
5. Setelah terbentuk hibrida, tugas terlebih jika siRNA diekspresikan
selanjutnya adalah merusak target. oleh vektor virus.
Antisense yang dirancang untuk
mRNA akan berhasil jika didukung
oleh enzim RNase H, yaitu enzim Penutup
yang bekerja memotong messenger. Konsep terapi antisense RNA
Jika antisense adalah untai tunggal dan RNAi atau RNA therapeutic ini
DNA, maka akan langsung berpar- yang bekerja membungkam ekspresi
tisipasi dalam destruksi messenger gen pada tahap pasca translasi (post-
selanjutnya. Destruksi messenger ini transcriptional gene-silencing) tampak
memang diinginkan. Akan tetapi sebagai suatu terapi yang sangat
hibrid ini lambat laun akan menim- ideal untuk mengatasi berbagai

Vol. II, No.2, Agustus 2005 59


REVIEW ARTIKEL

penyakit. Secara teori mekanismenya 3. Ananthaswamy, A. 2003. Under-


sederhana, namun pada kenyataan- cover Genes Slip into the Brain.
nya banyak hal yang masih menjadi NewScientist.com 14:48 20
kendala dan menjadi pekerjaan March 2003.
penting bagi para peneliti, antara lain 4. Chen, J., et al. 2004. Stable Ex-
kestabilan. Perlu kerja sama para pression of Small Interfering
peneliti dengan perusahaan-peru- RNA Sensitizes TEL-PDGFbR to
sahaan farmasi, sehingga terapi ini inhibition with imatinib or
bisa dipercepat untuk dapat di- rapamycin. Journal of Clinical
manfaatkan bagi kesehatan seluruh Investigation 113: 1784-1791.
manusia. RNAi memberikan harapan 5. Dale, J.W. 1994. Molecular Ge-
yang lebih menggembirakan diban- netics of Bacteria. 2nd Edition.
dingkan antisense RNA dalam dunia John Wiley & Sons, Chichester.
pengobatan, salah satunya adalah Hal: 1-25; 75-105.
dalam pengobatan kanker. Spesifi- 6. Downward, J. 2004. RNA inter-
sitas dan efektivitas penghamabtan ference. British Medical Journal
ekspresi gen melalui mekanisme 328:1245-1248.
RNAi menjanjikan efek terapi dengan
7. Elbashir, S.M. et al. 2001. Du-
indeks terapeutik yang cukup lebar.
plexes of 21-nucleotide RNAs
Kendala besar yang sekarang masih
mediate RNA interference in cul-
dihadapi adalah bagaimana siRNA
tured mammalian cells. Nature
sebagai agens RNAi dapat dihantar-
411: 494-498.
kan secara stabil menuju sel yang
spesifik. Perkembangan yang cukup 8. Glick, B. R. and Pasternak, J.J.
menggembirakan dari hasil pene- 1994. Molecular Biotechnology,
litian ini yang telah dilakukan secara Principles and Applications of
in vivo pada hewan coba memung- Recombinant DNA. ASM Press.
kinkan pilot study pada manusia dapat Hal: 403-418.
dilakukan dalam waktu yang tidak 9. Holmes, B. 2003. Gene therapy
lama lagi. may switch off Huntington’s.
NewScientist.com 10.35, 13
March 2003.
DAFTAR PUSTAKA 10. Johnston, N. 2004. Seeds of a icro
1. Adams, A. 2005. RNA Therapeu- Revolution. The Scientist, 18(17):
tic enter Clinical Trials, The Sci- 16-17.
entist, January 17 11. Kawasaki, H. and Taira, K. 2004.
2. Agrawal, N., et al. 2003. RNA Induction of DNA Methylation
Interference: Biology, Mecha- and Gene Silencing by short in-
nism, and Applications. Microbi- terfering RNAs in human cells.
ology and Molecular Biology E-pub of print Nature, 1038/na-
Reviews 67(4): 657-685. ture2889, Aug 15.

60 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN


REVIEW ARTIKEL

12. Lee, R.C., et al. 1993. The C. 20. Roberts, J.P. 2004. Gene therapy’s
elegans heterochronic gene lin-4 Fall and Rise (Again). The Scien-
encodes small RNAs with tist 18(18): 22-24.
antisense complementary to lin- 21. Tang, G. 2005. siRNA and
14. Cell 116: 589-592. miRNA: an insight into RISCs,
13. Lieberman, J., et al. 2003. Inter- TRENDS in Molecular Medicine
fering with Disease: Opportuni- 30(2).
ties and roadblocks to harness- 22. Thenawijaya, M. 1994. Leh-
ing RNA interferences. TRENDS ninger, Dasar-dasar Biokimia.
in Molecular Medicine 9(9). Jilid 3. Penerbit Erlangga. Hal:
14. Lucentini, J. 2004. Silencing Can- 123-233.
cer. The Scientist 18(17): 14-15 23. Wang, M.B. et al., 2004. On the
15. Pallarito, K. 2004. Fueling the role of RNA silencing in the
Fires of RNA Interference. The pathogenicity and evolution of
Scientist, 18(17): 18-19. viroids and viral satellite. Proc
16. Penman, D. 2002. Subtle Gene Natl Acad Sci 101: 3275-3280.
Therapy Tackles Blood Disor- 24. Xia, H. et al. 2004. RNAi sup-
der. NewScientist.com 16:26 11 presses polyglutamine-induced
October 2002. neurodegeration in a model of
17. Pfeffer, S. et al. 2004. Identifica- spinocerebellar ataxia. Nature
tion of Virus-encoded micro Methods 10: 816-820.
RNAs. Science 304: 734-736. 25. Yague, E, et al. 2004. Complete
18. Pray, L.A. 2004. Viroids, Viruses, reversal of multidrug resistance
and RNA Silencing. The Scientist by stable expression of small in-
18(16):23. terfering RNAs targeting
19. Provost, P., et al. 2002. Ribonu- MDR1E. Gene Therapy 11:1170-
clease Activity and RNA binding 1174.
of recombinant human Dicer.
The EMBO Journal 21(21): 5864-
5874.

Vol. II, No.2, Agustus 2005 61

You might also like