Professional Documents
Culture Documents
KEWAJIBAN PEMBUKUAN
A.Kewajiban Pembukuan
Berdasarkan pasal 28 ayat 1, UU RI No. 28 th 2007 tentang perubahan
ketiga atas UU.NO.6 tahun 1983 tentang KUP, WP Badan di Indonesia wajib
menyelenggarakan pembukuan.
Pembukuan berdasarkan :
- SAK berlaku umum dan menghasilkan laporan keuangan komersial (LKK)
- untuk tujuan menghitung penghasilan neto fiskal/rugi fiskal dilakukan
penyesuaian fiskal positif (negatif).
D.Konsistensi
E.Tahun Buku
Tahun pajak adalah jangka waktu satu tahun takwim (1 Januari s.d. 31
Desember ), kecuali bila WP menggunakan tahun buku yang tidak sama
dengan tahun takwim.
Penghasilan :
Akuntansi membedakan penghasilan dikelompokkan menjadi 2 :
- Penghasilan dari Usaha Pokok
- penghasilan diluar usaha,
PPh membedakan :
a. Biaya dapat dikurangkan dari penghasilan bruto (deductible
expense), (pasal 6)
b. Biaya tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto (non
deductible expense), (pasal 9).
c. Pasal 4 PP No. 138 tahun 2000
Pengeluaran dan biaya yang tidak dapat dikurangkan dalam
menghitung PhKP, termasuk :
• Biaya untuk mendapatkan, penagihan dan memelihara
penghasilan yang bukan merupakan objek pajak, dikenakan PPh –
Final, norma penghitungan.
• PPh pasal 21/23 yang ditanggung perusahaan kecuali PPh pasal
26 yang gross up
• Kerugian dari harta atau utang yang dimiliki dan tidak
dipergunakan dalam usaha atau kegiatan untuk mendapatkan,
menagih dan memelihara penghasilan yang merupakan objek pajak.
G.Konservatis
Akuntansi menggunakan Prinsip konservatis, yaitu mengakui kerugian yang
mungkin timbul (belum direalisasi) yang dapat diperkirakan atau ditaksir
Contoh :
10 Sept’06 dibeli saham PT. ABC Tbk di BEI seharga Rp. 100.000.000,-
Akhir tahun 2006 harga pasar kurs di BEI sebesar Rp. 90.000.000,-
Akuntansi :
Kerugian Rp. 10.000.000 walaupun belum terjadi (saham belum terjual)
dicatat sebagai Kerugian Penurunan Nilai Surat-Surat Berharga (SSB)
Fiskal :
Berdasarkan pasal 13 ayat (3) KUP, jumlah pajak dalam SKPKB ditambah
dengan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 50% dari PPh yang
tidak atau kurang dibayar dalam satu tahun pajak.
Pasal 26 ayat (4) KUP dalam hal WP mengajukan keberatan harus dapat
membuktikan ketidak benaran ketetapan pajak tersebut.
Pasal 28 :
1. WP OP yang melakukan kegiatan usaha / pekerjaan bebas dan WP
Badan di Indonesia wajib menyelenggarakan pembukuan,
2. WP yang dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan pembukuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tapi wajib melakukan pencatatan,
adalah WP OP yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas,
diperbolehkan menghitung penghasilan neto dengan menggunakan Norma
Penghitungan Penghasilan Neto dan WP OP yang tidak melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
3. Pembukuan atau pencatatan tersebut harus diselenggarakan dengan
memperhatikan iktikad baik dan mencerminkan keadaan atau kegiatan
usaha yang sebenarnya.
4. Pembukuan / pencatatan harus diselenggarakan di Indonesia dengan
menggunakan huruf latin, angka arab, satuan mata uang rupiah, dan
disusun dalam bahasa Indonesia / dalam bahasa asing yang diijinkan
oleh Men Keu.
5. Pembukuan diselenggarakan dengan prinsip taat azas dan dengan stelsel
akrual / stelsel kas.
6. Perubahan terhadap metode pembukuan dan / th buku harus mendapat
persetujuan dari DJP.
7. Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai harta,
kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta penjualan dan
pembelian sehingga dapat dihitung besarnya pajak yang terutang.
6. Pada dasarnya metode pembukuan yang dianut harus taat azas, yaitu
harus sama dengan tahun-tahun sebelumnya, misalnya dalam hal
penggunaan metode pengakuan penghasilan dan biaya (metode kas/metode
akrual), metode penyusutan aktiva tetap, dan metode penilaian persediaan.
Perubahan metode pembukuan masih dimungkinkan dengan syarat :
mendapat persetujuan DJP. Perubahan metode pembukuan harus
diajukan ke DJP sebelum dumulainya tahun buku ybs dengan menyampaikan
alasan yang logis dan dapat diterima serta akibat yang mungkin timbul dari
perubahan tersebut.
Ps-28 ayat (1) UU No.28 Tahun 2007 : WPOP yang melakukan kegiatan usaha
atau pekerjaan bebas dan Wajib Pajak Badan di Indonesia wajib
menyelenggarakan pembukuan.
Badan : adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan
baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha
yang meliputi PT, Perseroan Komanditer, Perseroan lainnya, BUMN
atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi,
koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan,
Wajib Pencatatan :
- WP OP yang tidak Melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
- Wp OP yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dengan
omzet tidak melebihi Rp. 600 juta setahun. (KEP-536/PJ./2000),
KMK.03/2007 tidak melebihi Rp. 1,8 Milyar.
Ps-1 UU KUP :
Pembukuan : suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk
mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi : harta,
kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan
dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun
Laporan Keuangan berupa neraca dan laporan laba/rugi pada setiap
tahun pajak berakhir laporan neraca dan laba/rugi tersebut wajib
dilampirkan dalam penyampaian SPT Tahunan akhir tahun(ps-4 ayat (4)
UU KUP.
1. Going Concern :
Konsep kesinambungan usaha sebagai prinsip dasar akuntansi juga dianut
dalam akuntansi perpajakan. Pembebanan atas harta melalui penyusutan
dan kompensasi kerugian fiscal merupakan bentuk dari prinsip
kesinambungan usaha.
Contoh :
WP dalam th 2002 menggunakan metode penyusutan Garis Lurus (straight
line method). Dalam th 2003 WP bermaksud mengubah metode penyusutan
aktiva dengan menggunakan metode penyusutan saldo menurun (declining
balance method).
Untuk keperluan tersebut, WP harus minta persetujuan terlebih dahulu
kepada DJP yang diajukan sebelum dimulainya th buku 2003 dengan
menyebutkan alasan-alasan dilakukannya perubahan metode penyusutan
dan akibat dari perubahan tersebut.
6. Historical Cost :
9. Kesatuan Usaha :
Setiap Badan Usaha diwakili dengan satu identitas NPWP yang dipisahkan
dari pemiliknya.
2
LOCOM/COMWIL (Cost or Market Whichever is Lower).
2. Penilaian
- Harga Perolehan atau harga penjualan harta adalah harga yang
sesungguhnya dikeluarkan. Termasuk harga perolehan adalah harga beli
dan biaya yang dikeluarkan dalam rangka memperoleh harta tersebut,
seperti Bea Masuk, biaya pengangkutan dan biaya pemasangan. Jika
harga perolehan dan penjualan dipengaruhi hubungan istimewa maka
harga perolehan adalah jumlah yang seharusnya dikeluarkan dan harga
penjualan adalah harga yang seharusnya diterima (Ps-10 ayat (1) UU
PPh).
- DJP mempunyai wewenang untuk mengoreksi harga-harga yang
dipengaruhi hubungan istimewa.
- Nilai perolehan atau nilai penjualan dalam hal tukar menukar adalah
jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau diterima berdasarkan harga
pasar.
- Dalam hal likuidasi, penggabungan, peleburan, atau pemekaran,
pemecahan, atau pengambilalihan usaha adalah jumlah yang seharusnya
dikeluarkan atau diterima berdasarkan harga pasar.
- Penggunaan nilai buku dalam rangka penggabungan, peleburan atau
pemekaran usaha harus seijin DJP (PMK75/KMK.03/2005).
- Dasar penilaian atas pengalihan harta untuk bantuan, sumbangan, hibah
dan warisan yang memenuhi syarat pasal 4 ayat (3) huruf a dan b UU
PPh menggunakan nilai sisa buku atau nilai yang ditetapkan oleh DJP.
Jika tidak memenuhi syarat pasal 4 ayat (3) adalah harga pasar wajar.
- Penilaian untuk persediaan dan pemakaian persediaan untuk menghitung
harga pokok menggunakan metode rata-rata atau metode FIFO (pasal 10
ayat (6). Tidak diperkenankan menggunakan COMWIL.
- Penilaian penyusutan dan amortisasi harta berwujud dan tidak berwujud
menggunakan metode garis lurus atau saldo menurun dengan masa usia
manfaat yang telah ditetapkan sesuai dengan golongan (Ps-11 UU PPh).
3. Pengakuan
- Pengakuan timbulnya pendapatan dan biaya mengikuti azas akrual atau
azas kas yang diterapkan secara taat azas.
- Pengakuan timbulnya hutang PPN adalah paling lambat akhir bulan
berikutnya setelah bulan penyerahan atau saat pembayaran jika
pembayaran mendahului, mana yang terjadi lebih dahulu.
- Timbulnya kewajiban pemotongan PPh (withholding tax) adalah akhir
bulan saat pembebanan biaya atau pembayaran mana yang terjadi lebih
dahulu.
4. Perkiraan (akun)
- Penggolongan transaksi dalam akun lain-lain menimbulkan masalah.
- Bukti pendukung eksternal lebih dipercaya.
- Deffered Tax bukan transaksi perpajakan. (Formasi :6).---
5. Pengungkapan
Tercermin dalam SPT :
- Nama Auditor (KAP) dan Konsultan Pajak
- Pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa
- Perbedaan Laba/Rugi komersial dengan Laba/Rugi Fiskal
- Daftar aktiva dan penyusutan
- Pihak pemegang saham
- Pengurus dan komisaris
- Tenaga ahli
- Biaya jamuan.