You are on page 1of 21

MODUL I

KEWAJIBAN PEMBUKUAN

A.Kewajiban Pembukuan
Berdasarkan pasal 28 ayat 1, UU RI No. 28 th 2007 tentang perubahan
ketiga atas UU.NO.6 tahun 1983 tentang KUP, WP Badan di Indonesia wajib
menyelenggarakan pembukuan.

Pasal 1 angka 29 KUP, pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang


dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan
yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya , serta jumlah
harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan
menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi untuk
periode tahun pajak tersebut.

Pengertian pembukuan menurut KUP identik dengan pengertian akuntansi


yaitu proses pencatatan, penggolongan , peringkasan dan penyajian dengan
cara tertentu atas transaksi keuangan yang terjadi dalam perusahaan atau
organisasi lain serta penafsiran terhadap hasilnya.

Tujuan penyelenggaraan pembukuan adalah untuk menghitung


penghasilan neto fiskal/rugi fiskal.
Penjelasan pasal 28 ayat (7) KUP, pembukuan dapat berdasarkan Standar
Akuntansi Keuangan (SAK),

Pembukuan berdasarkan :
- SAK berlaku umum dan menghasilkan laporan keuangan komersial (LKK)
- untuk tujuan menghitung penghasilan neto fiskal/rugi fiskal dilakukan
penyesuaian fiskal positif (negatif).

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB MUTIAH AKUNTANSI PERPAJAKAN 1


Akuntansi Pajak adalah bagian dari Akuntansi Umum (General Accounting),
sehingga WP tidak perlu membuat 2 (dua) pembukuan, cukup 1 (satu)
pembukuan berdasarkan SAK kemudian dilakukan penyesuaian fiskal.
Inti dari Akuntansi PPh adalah melakukan Rekonsiliasi Laporan keuangan
fiskal sebagai dasar pengisian SPT Tahunan PPh.

Sesuai azas self assessment, penyesuaian fiskal dilakukan oleh WP,


mulai tahun pajak 2002 penyesuaian fiskal dimasukkan dalam lampiran I
SPT Tahunan PPh-WP Badan.

B.Prinsip Pembukuan dan Cara Pembukuan


Pasal 28 ayat (3) KUP; pembukuan atau pencatatan tersebut harus
diselenggarakan dengan memperhatikan itikad baik dan mencerminkan
keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya.

Pasal 28 ayat (4) KUP, pembukuan atau pencatatan harus diselenggarakan


di Indonesia dengan menggunakan huruf latin, angka arab, satuan mata
uang rupiah, dan disusun dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasa asing
yang diizinkan oleh Menteri Keuangan.

Pasal 28 ayat (7) KUP, pembukuan sekurang-kurangnya terdiri dari catatan


mengenai harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta penjualan
dan pembelian, sehingga dapat dihitung besarnya pajak yang terutang.

Penjelasan Pasal 28 ayat (7) KUP :


Pengertian pembukuan telah diatur dalam pasal 1 angka 26,
Pengaturan ayat ini agar dari pembukuan dapat dihitung :
- besarnya PPh terutang,
- pajak-pajak lainnya,
- PPN dan PPn BM

Agar PPN dan PPn BM dapat dihitung dengan benar maka


pembukuan harus mencatat juga :

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB MUTIAH AKUNTANSI PERPAJAKAN 2


• jumlah harga perolehan / nilai impor,
• jumlah harga jual / nilai ekspor,
• jumlah harga jual dari barang yang dikanakan PPn BM,
• jumlah pembayaran atas pemanfaatan BKP dan atau
pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean,
• jumlah PM yang dapat dikreditkan dan yang tidak dapat
dikreditkan.

C.Dasar Akrual dan dasar kas


Ps-28 (5) KUP, pembukuan perpajakan diselenggarakan dengan stelsel
akrual atau stelsel kas.
Dasar Kas yang digunakan dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak
(PhKP) adalah dasar kas campuran bahkan mendekati dasar akrual.

Penjelasan Ps-28 (5) KUP :


a. Penjualan meliputi seluruh penjualan baik yang tunai maupun
yang bukan tunai (kredit), hal ini sama dengan akrual.
b. Harga Pokok Penjualan harus diperhitungkan seluruh pembelian
(tunai dan kredit) dan persediaan (awal dan akhir), hal ini sama dengan
akrual.
c. Harta yang dapat disusutkan dan hak-hak yang dapat
diamortisasi, pembebanannya tidak boleh sekaligus tapi harus dilakukan
melalui penyusutan dan amortisasi, hal ini sama dengan akrual.
d. Pasal 6 UU PPh-1984, dalam menentukan biaya yang dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto tidak dibedakan antara dasar kas dan
dasar akrual.
e. Penghasilan bunga yang bersumber dari kredit non performing
(kurang lancar, diragukan dan macet) diakui sebagai penghasilan pada
saat bunga tersebut diterima bank (sama dengan PSAK No. 13 butir
02)

D.Konsistensi

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB MUTIAH AKUNTANSI PERPAJAKAN 3


Ps-28 ayat (5) KUP, pembukuan diselenggarakan dengan prinsip taat asas
(konsisten),

Ps-28 ayat (6) KUP, KUP memperkenankan merubah metode pembukuan


atau tahun buku dengan syarat :
a. Diajukan ke DJP sebelum dimulainya tahun buku yang bersangkutan.
b. Menyampaikan alasan-alasan yang logis dan dapat diterima serta akibat-
akibat yang mungkin timbul.
c. Persetujuan DJP.

PSAK No.1 butir 14, perubahan kebijakan akuntansi yang berpengaruh


material perlu diuangkapkan dalam Laporan Keuangan.

E.Tahun Buku
Tahun pajak adalah jangka waktu satu tahun takwim (1 Januari s.d. 31
Desember ), kecuali bila WP menggunakan tahun buku yang tidak sama
dengan tahun takwim.

F.Penghasilan dan Biaya

Penghasilan :
Akuntansi membedakan penghasilan dikelompokkan menjadi 2 :
- Penghasilan dari Usaha Pokok
- penghasilan diluar usaha,

PPh membedakan Penghasilan :


a. Penghasilan yang merupakan objek pajak yang dikenakan tariff
umum (pasal 4 ayat (1).
b. Penghasilan yang merupakan objek pajak yang dikenakan PPh-
final, (pasal 4 ayat (2).
c. Penghasilan yang bukan objek pajak ( pasal 4 ayat (3)

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB MUTIAH AKUNTANSI PERPAJAKAN 4


Biaya :
Tidak semua biaya dapat dikurangkan dari penghasilan bruto,

PPh membedakan :
a. Biaya dapat dikurangkan dari penghasilan bruto (deductible
expense), (pasal 6)
b. Biaya tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto (non
deductible expense), (pasal 9).
c. Pasal 4 PP No. 138 tahun 2000
Pengeluaran dan biaya yang tidak dapat dikurangkan dalam
menghitung PhKP, termasuk :
• Biaya untuk mendapatkan, penagihan dan memelihara
penghasilan yang bukan merupakan objek pajak, dikenakan PPh –
Final, norma penghitungan.
• PPh pasal 21/23 yang ditanggung perusahaan kecuali PPh pasal
26 yang gross up
• Kerugian dari harta atau utang yang dimiliki dan tidak
dipergunakan dalam usaha atau kegiatan untuk mendapatkan,
menagih dan memelihara penghasilan yang merupakan objek pajak.

Prinsip Akuntansi PPh : mempertemukan antara biaya yang dapat


dikurangkan (ps-6) dengan penghasilan (pasal 4 ayat 1).
Biaya untuk memperoleh penghasilan yang bukan objek PPh dan
biaya untuk memperoleh penghasilan yang dikenakan PPh final
tidak boleh dikurangkan.

G.Konservatis
Akuntansi menggunakan Prinsip konservatis, yaitu mengakui kerugian yang
mungkin timbul (belum direalisasi) yang dapat diperkirakan atau ditaksir

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB MUTIAH AKUNTANSI PERPAJAKAN 5


dengan membentuk penyisihan, misalnya : penurunan nilai surat –surat
berharga, kerugian piutang, potong penjualan, retur penjualan, penilaian
persediaan berdasarkan harga pokok dan harga pasar mana yang lebih
rendah.
Pasal 9 (1) c UU.PPh, tidak boleh membentuk atau memupuk dana
cadangan, kecuali diatur dengan KMK No.681/KMK.04/1999) :
• Cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan SGU
dengan hak opsi
• Cadangan untuk usaha asuransi
• Cadangan reklamasi untuk usaha pertambangan

Tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto adalah :


a. Penyisihan kerugian piutang untuk perusahaan selain bank & SGU
dengan hak opsi,
b. penyisihan potongan penjualan,
c. penyisihan retur penjualan,
d. penyisihan penurunan nilai surat-surat berharga,
e. penilaian persediaan berdasarkan LOCOM.

Contoh :
10 Sept’06 dibeli saham PT. ABC Tbk di BEI seharga Rp. 100.000.000,-
Akhir tahun 2006 harga pasar kurs di BEI sebesar Rp. 90.000.000,-

H. Perolehan = Rp. 100.000.000,-


Kurs Akhir th’06 = Rp. 90.000.000,-
Kerugian Akhir th’06 = Rp. 10.000.000,-

Akuntansi :
Kerugian Rp. 10.000.000 walaupun belum terjadi (saham belum terjual)
dicatat sebagai Kerugian Penurunan Nilai Surat-Surat Berharga (SSB)

Fiskal :

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB MUTIAH AKUNTANSI PERPAJAKAN 6


Kerugian Penilaian nilai SSB sebesar Rp. 10.000.000,- tidak dapat
dikurangkan dalam menghitung Ph KP akhir tahun 2006 karena sahamnya
belum terjual.

H. Sanksi tidak menyelenggarakan pembukuan


a. Pasal 39 ayat (1) huruf g KUP, setiap orang yang dengan sengaja tidak
menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan, sehingga dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan Negara, dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 6 (enam )bulan dan paling lama 6
(enam ) tahun dan denda paling sedikit 2(dua) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4
(empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.
b. Pasal 14 ayat (5) UU PPh WP yang wajib menyelenggarakan
pembukuan, yang ternyata tidak atau tidak sepenuhnya
menyelenggarakan pembukuan, maka penghasilan netonya dihitung
berdasarkan Norma Penghitungan Penghasilan Neto atau cara lain yang
ditetapkan dengan KMK.

Berdasarkan pasal 13 ayat (3) KUP, jumlah pajak dalam SKPKB ditambah
dengan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 50% dari PPh yang
tidak atau kurang dibayar dalam satu tahun pajak.

Pasal 26 ayat (4) KUP dalam hal WP mengajukan keberatan harus dapat
membuktikan ketidak benaran ketetapan pajak tersebut.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB MUTIAH AKUNTANSI PERPAJAKAN 7


Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan :

Pasal 28 :
1. WP OP yang melakukan kegiatan usaha / pekerjaan bebas dan WP
Badan di Indonesia wajib menyelenggarakan pembukuan,
2. WP yang dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan pembukuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tapi wajib melakukan pencatatan,
adalah WP OP yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas,
diperbolehkan menghitung penghasilan neto dengan menggunakan Norma
Penghitungan Penghasilan Neto dan WP OP yang tidak melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
3. Pembukuan atau pencatatan tersebut harus diselenggarakan dengan
memperhatikan iktikad baik dan mencerminkan keadaan atau kegiatan
usaha yang sebenarnya.
4. Pembukuan / pencatatan harus diselenggarakan di Indonesia dengan
menggunakan huruf latin, angka arab, satuan mata uang rupiah, dan
disusun dalam bahasa Indonesia / dalam bahasa asing yang diijinkan
oleh Men Keu.
5. Pembukuan diselenggarakan dengan prinsip taat azas dan dengan stelsel
akrual / stelsel kas.
6. Perubahan terhadap metode pembukuan dan / th buku harus mendapat
persetujuan dari DJP.
7. Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai harta,
kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta penjualan dan
pembelian sehingga dapat dihitung besarnya pajak yang terutang.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB MUTIAH AKUNTANSI PERPAJAKAN 8


8. Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain
rupiah dapat diselenggarakan oleh WP setelah mendapat ijin Men Keu.
9. Pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas data yang
dikumpulkan secara teratur tentang peredaran atau penerimaan bruto dan /
penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak yang
terutang, termasuk penghasilan yang bukan objek pajak dan / yang dikenai
pajak yang bersifat final.
10. Dihapus.
11. Buku, catatan dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan/pencatatan dan
dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yang dikelola
secara electronic atau secara program aplikasi on-line wajib disimpan
selama 10th di Indonesia, yaitu ditempat kegiatan atau tempat tinggal WP OP
atau ditempat kedudukan WP Badan.
12. Bentuk dan tata cara pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

Penjelasan Ps-28, ayat :


5. Prinsip taat azas : prinsip yang sama digunakan dalam metode pembukuan
dengan tahun-tahun sebelumnya untuk mencegah penggeseran Laba/Rugi.
Prinsip taat azas dalam metode pembukuan misalnya dalam penerapan :
a. stelsel pengakuan penghasilan,
b. tahun buku,
c. metode penilaian persediaan,
d. metode penyusutan dan amortisasi.

Stelsel Akrual : suatu metode penghitungan penghasilan dan biaya dalam


arti penghasilan diakui pada waktu diperolehnya dan biaya diakui pada
waktu terutang. Jadi tidak tergantung kapan penghasilan itu diterima
dan kapan biaya itu dibayar secara tunai.
Termasuk dalam pengertian stelsel akrual adalah pengakuan penghasilan
berdasarkan metode prosentase tingkat penyelesaian pekerjaan yang
umumnya dipakai dalam bidang konstruksi dan metode lain yang dipakai

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB MUTIAH AKUNTANSI PERPAJAKAN 9


dalam bidang usaha tertentu seperti built operate and transfer (BOT) dan real
estat.

Stelsel Kas : suatu metode yang penghitungannya didasarkan atas


penghasilan yang diterima dan biaya yang dibayar secara tunai. Dalam hal ini
Penghasilan baru dianggap sebagai penghasilan apabila benar-benar telah
diterima secara tunai dalam suatu periode tertentu serta biaya baru dianggap
sebagai biaya apabila benar-benar telah dibayar secara tunai dalam suatu
periode tertentu.
Stelsel kas biasanya digunakan oleh : perusahaan kecil OP / perusahaan
jasa, Misal : transportasi, hiburan, restoran yang tenggang waktu antara
penyerahan jasa dan penerimaan pembayarannya tidak berlangsung lama.

6. Pada dasarnya metode pembukuan yang dianut harus taat azas, yaitu
harus sama dengan tahun-tahun sebelumnya, misalnya dalam hal
penggunaan metode pengakuan penghasilan dan biaya (metode kas/metode
akrual), metode penyusutan aktiva tetap, dan metode penilaian persediaan.
Perubahan metode pembukuan masih dimungkinkan dengan syarat :
mendapat persetujuan DJP. Perubahan metode pembukuan harus
diajukan ke DJP sebelum dumulainya tahun buku ybs dengan menyampaikan
alasan yang logis dan dapat diterima serta akibat yang mungkin timbul dari
perubahan tersebut.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB MUTIAH AKUNTANSI PERPAJAKAN 10


FRMS :

Ps-28 ayat (1) UU No.28 Tahun 2007 : WPOP yang melakukan kegiatan usaha
atau pekerjaan bebas dan Wajib Pajak Badan di Indonesia wajib
menyelenggarakan pembukuan.

Akuntansi Umum : “Service Activity “ berfungsi menyediakan informasi


kuantitatif yang bersifat keuangan untuk dasar pengambilan
keputusan  USER : STAKE HOLDER  STANDAR AKUNTANSI
KEUANGAN.

Akuntansi Pajak : Istilahnya Pembukuan : Proses pencatatan yang dilakukan


secara teratur untuk menyediakan informasi sehingga dapat dihitung
besarnya pajak,  DJP  SAK dan UU PAJAK (Pnjlsn Ps-28 ayat(7).

Akuntansi Pajak menganut Prinsip Akuntansi Umum, kecuali


Ketentuan Pajak mengatur Khusus  Referensi : Pnjlsn Ps-28
ayat(7) UU KUP “Dengan demikian pembukuan harus
diselenggarakan dengan cara atau system yang lazim dipakai di
Indonesia misalnya berdasarkan SAK, kecuali peraturan perUUan
perpajakan menentukan lain”.

Badan : adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan
baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha
yang meliputi PT, Perseroan Komanditer, Perseroan lainnya, BUMN
atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi,
koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan,

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB MUTIAH AKUNTANSI PERPAJAKAN 11


organisasi massa, organisasi social politik, atau organisasi yang
sejenis, lembaga, BUT, dan Bentuk Badan lainnya.

Setiap kegiatan usaha atau bisnis harus didukung dengan pembukuan.


Namun demikian, ketentuan perpajakan menyadari bahwa tidak semua Wajib
Pajak sanggup untuk menyelenggarakan pembukuan sehingga diberikan
keringanan untuk menyelenggarakan pencatatan bagi Wajib Pajak tertentu.

A.Pembukuan dan Pencatatan :


Wajib Pembukuan (Ps-28 ayat (1) UU KUP :
- WP OP yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas;
- WP Badan

Wajib Pencatatan :
- WP OP yang tidak Melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
- Wp OP yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dengan
omzet tidak melebihi Rp. 600 juta setahun. (KEP-536/PJ./2000), 
KMK.03/2007  tidak melebihi Rp. 1,8 Milyar.

Perhitungan besarnya penghasilan neto bagi Wajib Pajak yang


menyelenggarakan pencatatan dihitung dengan norma penghitungan
(ps-14 UU PPh), yaitu :

Penghasilan Neto = % norma x Penghasilan Bruto

Hasil Tidak Pernah RUGI

Pasal 14 ayat (5) UU PPh : WP yang wajib menyelenggarakan pembukuan,


termasuk WP sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dan ayat (4), yang
ternyata tidak/tidak sepenuhnya menyelenggarakan pencatatan atau
pembukuan atau tidak memperlihatkan pencatatan/pembukuan atau
bukti-bukti pendukungnya, maka penghasilan netonya dihitung

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB MUTIAH AKUNTANSI PERPAJAKAN 12


berdasarkan Norma Penghitungan Penghasilan neto atau cara lain yang
ditetapkan dengan KMK.

Besarnya norma penghitungan diatur dalam KEP-536/PJ./2000 jo SE-


02/PJ.43/2001. WP OP yang menggunakan norma penghitungan harus
memberitahukan terlebih dahulu kepada DJP paling lama 3 bulan sejak awal
tahun pajak, jika tidak mengajukan pemberitahuan dianggap memilih
pembukuan.

Pemberitahuan dalam jangka waktu tersebut dianggap disetujui kecuali dari


hasil pemeriksaan WP tidak memenuhi syarat. WP yang menyelenggarakan
pencatatan tanpa pemberitahuan perhitungan penghasilan netonya tetap
dilakukan dengan norma penghitungan namun WP dikenakan sanksi sebesar
50% dari pajak terutang. (Frms :1).

Ps-1 UU KUP :
Pembukuan : suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk
mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi : harta,
kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan
dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun
Laporan Keuangan berupa neraca dan laporan laba/rugi pada setiap
tahun pajak berakhir laporan neraca dan laba/rugi tersebut wajib
dilampirkan dalam penyampaian SPT Tahunan akhir tahun(ps-4 ayat (4)
UU KUP.

Tujuan Pembukuan Menurut Fiskal : dapat digunakan untuk menghitung


besarnya pajak terutang, maka yang terutama adalah dapat meyakinkan
fiskus ketika pemeriksaan.

Sanksi bagi WP yang tidak menyelenggarakan pembukuan adalah


penghitungan pajaknya akan dilakukan dengan menggunakan norma
penghitungan penghasilan neto dan ditambah sanksi kenaikan sebesar 50%
dari pajak yang kurang dibayar (sanksi pasal 13 ayat (3) UU KUP).

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB MUTIAH AKUNTANSI PERPAJAKAN 13


Disamping itu, ada sanksi pidana bagi WP yang dengan sengaja tidak
menyelenggarakan pembukuan atau menyelenggarakan pembukuan yang
tidak benar sehingga menimbulkan kerugian bagi Negara, berupa pidana
kurungan paling lama 6 th dan denda paling banyak 4 kali jumlah pajak yang
kurang dibayar (sanksi pasal 39 UU KUP).

Ps-29 ayat (3) dan (4) UU KUP : UU KUP menghilangkan kewajiban


merahasiakan jika WP terikat perjanjian untuk merahasiakan.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB MUTIAH AKUNTANSI PERPAJAKAN 14


BAB II
PRINSIP AKUNTANSI PERPAJAKAN

Akuntansi Pajak sebagaimana yang diatur dalam UU Perpajakan merupakan


lex specialis untuk tujuan perpajakan.1
Secara umum sepanjang aturan perpajakan tidak mengatur maka tata cara
dan aturan pembukuan mengikuti ketentuan umum yang berlaku sesuai
dengan Prinsip-prinsip Akuntansi yang diterima umum. Hal ini dinyatakan
secara tegas dalam penjelasan Ps-28 ayat (7) UU KUP. Pembukuan harus
diselenggarakan dengan cara atau system yang lazim dipakai di Indonesia,
misalnya : berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan, kecuali Peraturan
Perundang-undangan Perpajakan menentukan lain.

PRINSIP AKUNTANSI PERPAJAKAN dibandingkan dengan AKUNTANSI


UMUM :

1. Going Concern :
Konsep kesinambungan usaha sebagai prinsip dasar akuntansi juga dianut
dalam akuntansi perpajakan. Pembebanan atas harta melalui penyusutan
dan kompensasi kerugian fiscal merupakan bentuk dari prinsip
kesinambungan usaha.

2. Subtansi Mengalahkan Bentuk :


Sesuai dengan pasal 28 UU KUP bahwa penyelenggaraan pembukuan harus
dengan itikad baik dan menggambarkan keadaan yang sebenarnya.

3. Tidak bersifat Netral :


Bertujuan untuk kepentingan perpajakan yaitu dapat dihitung besarnya pajak
yang terutang, baik PPh, PPN dan pajak-pajak lainnya.

4. Prinsip Taat Azas :


1
Lex Specialis : Ketentuan khusus mengalahkan ketentuan umum.

Mis : UU Pajak dengan SAK

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB MUTIAH AKUNTANSI PERPAJAKAN 15


Prinsip taat azas adalah prinsip yang sama digunakan dalam metode
pembukuan dengan tahun-tahun sebelumnya, untuk mencegah pergeseran
laba/rugi.

Prinsip taat azas dalam metode pembukuan misalnya dalam penerapan


a. Stelsel pengakuan penghasilan;
b. Tahun Buku:
c. Metode Penilaian Persediaan;
d. Metode Penyusutan dan Amortisasi.

` Penjelasan pasal 28 ayat (6) UU KUP dijelaskan bahwa pada dasarnya


metode-metode pembukuan yang dianut harus taat asas, yaitu harus sama
dengan tahun-tahun sebelumnya, misalnya dalam penggunaan metode
pengakuan penghasilan dan biaya (metode kas atau akrual), metode
penyusutan aktiva tetap, metode penilain persediaan dan sebagainnya.
Namun demikian, perubahan metode pembukuan masih dimungkinkan
dengan syarat telah mendapat persetujuan dari DJP sebelum dimulainya
tahun buku yang bersangkutan dengan menyampaikan alasan-alasan yang
logis dan dapat diterima serta akibat-akibat yang mungkin timbul dari
perubahan tersebut.

Perubahan metode pembukuan akan mengakibatkan perubahan dalam


prinsip taat azas yang dapat meliputi peruhan metode dari kas ke akrual
atau sebaliknya. Perubahan menggunakan metode pengakuan penghasilan
atau pengakuan biaya itu sendiri. Misalnya dalam metode pangakuan biaya
yang berkenaan dengan penyusutan aktiva tetap dengan menggunakan
metode penyusutan tertentu.

Contoh :
WP dalam th 2002 menggunakan metode penyusutan Garis Lurus (straight
line method). Dalam th 2003 WP bermaksud mengubah metode penyusutan
aktiva dengan menggunakan metode penyusutan saldo menurun (declining
balance method).
Untuk keperluan tersebut, WP harus minta persetujuan terlebih dahulu
kepada DJP yang diajukan sebelum dimulainya th buku 2003 dengan
menyebutkan alasan-alasan dilakukannya perubahan metode penyusutan
dan akibat dari perubahan tersebut.

Selain itu, perubahan periode th buku juga berakibat berubahnya jumlah


penghasilan atau kerugian WP oleh karena itu perubahan tersebut juga
harus mendapat persetujuan DJP.

Tahun Pajak : adalah sama dengan th takwim (th kalender), kecuali WP


menggunakan th buku yang tidak sama dengan th takwim. Apabila WP
menggunakan th buku yang tidak sama dengan th takwim, maka penyebutan
th pajak yang bersangkutan menggunakan th yang didalamnya termasuk 6
bln pertama atau lebih.

5. Stelsel Akrual (Accrual Basis) atau stelsel Kas (Cash Basis)

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB MUTIAH AKUNTANSI PERPAJAKAN 16


Berbeda dengan Prinsip Akuntansi Umum didalam menghadapkan biaya
dengan pendapatan (matching cost again revenue) yang hanya mengakui
stelsel akrual, akuntansi pajak mengakui stelsel akrual dan stelsel kas.

Stelsel Akrual : metode penghitungan penghasilan dan biaya dalam arti


Penghasilan diakui pada waktu diperoleh dan biaya diakui pada waktu
terutang. Jadi tidak tergantung kapan penghasilan itu diterima dan kapan
biaya itu dibayar tunai.

Termasuk pengertian stelsel akrual : adalah pengakuan penghasilan


berdasarkan metode persentase tingkat penyelesaian pekerjaan yang
umumnya dipakai di bidang konstruksi dan metode lainnya yang dipakai
dibidang usaha tertentu seperti : Build Operate and Transfer (BOT), Real
Estate, dan lain-lain.

Stelsel Kas : metode yang penghitungannya didasarkan atas penghasilan


yang diterima dan biaya yang dibayar secara tunai. Penghasilan baru
dianggap sebagai penghasilan, bila benar-benar telah diterima tunai
dalam suatu periode tertentu, serta biaya baru dianggap sebagai biaya,
bila benar-benar telah dibayar tunai dalam suatu periode tertentu.

Stelsel kas biasanya digunakan oleh perusahaan kecil OP atau


perusahaan jasa,
Misalnya :
- transportasi,
- hiburan,
- restoran, yang tenggang waktunya antara penyerahan jasa dan
penerimaan pembayaran tidak berlangsung lama. Dalam stelsel kas
murni, penghasilan dari penyerahan barang atau jasa ditetapkan pada
saat diterimanya pembyaran dari langganan, dan biaya-biaya
ditetapkan pada saat dibayarnya barang, jasa dan biaya operasi
lainnya.

Dengan cara ini, pemakaian stelsel kas dapat mengakibatkan,


penghitungan yang mengaburkan terhadap penghasilan, yaitu besarnya
penghasilan dari tahun ke tahun dapat disesuaikan dengan mengatur
penerimaan kas dan pengeluaran kas.

Oleh karena itu untuk menghitung pajak penghasilan dalam


memakai stelsel kas harus memperhatikan hal-hal antara lain sbb :
a. Penghitungan jumlah penjualan dalam satu periode harus meliputi
seluruh penjualan, baik yang tunai maupun yang bukan.
Dalam menghitung HPP harus diperhitungkan seluruh pembelian dan
persediaan.
b. Dalam memperoleh harta yang dapat disusutkan dan hak-hak yang
dapat diamortisasi, biaya-biaya yang dikurangkan dari penghasilan
hanya dapat dilakukan melalui penyusutan dan amortisasi.
c. Pemakaian stelsel kas harus dilakukan secara taat azas (konsisten).

6. Historical Cost :

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB MUTIAH AKUNTANSI PERPAJAKAN 17


Seperti halnya akuntansi umum setiap transaksi dicatat sesuai dengan nilai
historisnya, kecuali atas saldo kas, bank, piutang dan utang mata uang asing.
Wajib Pajak dapat menilai kembali dengan menggunakan kurs tengah BI
sehingga diakui adanya keuntungan dan kerugian selisih kurs.
Penilaian denan menggunakan metode LOCOM (Lower of cost or market)
tidak dikenal.2

7. Azas realisasi dibanding Konservatif :


Perpajakan mengakui adanya keuntungan dan kerugian jika sudah
direalisasikan. Pembentukan cadangan tidak diperkenankan kecuali bagi
usaha perbankan, leasing, asuransi dan pertambangan.

8. Materialitas tidak dikenal :


Pengeluaran yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun
dikapitalisasi dan dibebankan melalui penyusutan atau amortisasi tanpa
melihat materialitasnya.

9. Kesatuan Usaha :
Setiap Badan Usaha diwakili dengan satu identitas NPWP yang dipisahkan
dari pemiliknya.

10. Periode Akuntansi Pajak :


Tahun Pajak adalah periode 12 bln. WP dapat memilih menggunakan tahun
takwim atau periode 12 bln lainnya yang tidak sama dengan tahun takwim.
Perubahan tahun buku harus mendapat ijin dari Dirjen Pajak.

11. Konsep Utama dalam penentuan Penghasilan dan Biaya Fiskal :


a. Pemisahan Penghasilan bukan objek pajak, dikenakan PPh Final, dan
tidak dikenakan PPh Final (objek pajak) serta biaya-biaya yang terkai.
Jika tidak dipisahkan perhitungan biaya terkait akan dilakukan secara
proporsional.
b. Biaya yang diakui adalah biaya yang berhubungan dengan usaha (3M).
c. Pengakuan pendapatan dan biaya menganut azas realisasi dan tidak
melihat azas materialitas.
d. Pengeluaran yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 th tidak
boleh dibebankan sekaligus.
e. Pajak tidak mengakui biaya terkait dengan penghasilan bukan objek
pajak & penghasilan yang dikenakan pajak final.
f. Pengukuran dengan historical cost dan tidak mengakui pengukuran lain
seperti COMWIL.
g. Pengakuan pendapatan dan Biaya menganut azas realisasi.
Azas Konservatisme tidak diakui kecuali bagi perusahaan ttt yang
diperbolehkan mengakui adanya penyisihan piutang tak tertagih.
h. Pengeluaran yang mempunyai masa manfaat lebih dari setahun
dikapitalisasi tanpa melihat materialitas (Azas materialitas tidak
digunakan).(Frms :5).---

2
LOCOM/COMWIL (Cost or Market Whichever is Lower).

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB MUTIAH AKUNTANSI PERPAJAKAN 18


Pokok-pokok Laporan Keuangan Fiskal :
1. Pengukuran (Measurement)
Menggunakan mata uang rupiah, penggunaan mata uang asing
diperbolehkan bagi : Perusahaan PMA, Kontrak Karya Pertambangan, BUT,
dan Perusahaan Afiliasi asing (Hubungan istimewa) harus dengan ijin tertulis
dari Men. Keu. Kecuali bagi perusahaan Kontrak Karya dan Kontrak Bagi
Hasil.
Sesuai KMK. 533/KMK.04/2000 dan KMK 543/KMK.04/2000 :
a. Mata uang asing yang diperkenankan : Dollar US
b. Bahasa Asing : Bhs. Inggris
c. Permohonan diajukan paling lambat 3 bln sblm th buku atau 3 bln stlh
pendirian perusahaan, kecuali bagi perusahaan kontrak karya dan
kontrak bagi hasil tidak perlu mengajukan permohonan tetapi cukup
pemberitahuan paling lambat 1 bln.
d. Penyampaian SPT wajib dengan Bhs. Indonesia kecuali lampiran berupa
laporan keuangan dan dalam mata uang dollar US.

2. Penilaian
- Harga Perolehan atau harga penjualan harta adalah harga yang
sesungguhnya dikeluarkan. Termasuk harga perolehan adalah harga beli
dan biaya yang dikeluarkan dalam rangka memperoleh harta tersebut,
seperti Bea Masuk, biaya pengangkutan dan biaya pemasangan. Jika
harga perolehan dan penjualan dipengaruhi hubungan istimewa maka
harga perolehan adalah jumlah yang seharusnya dikeluarkan dan harga
penjualan adalah harga yang seharusnya diterima (Ps-10 ayat (1) UU
PPh).
- DJP mempunyai wewenang untuk mengoreksi harga-harga yang
dipengaruhi hubungan istimewa.
- Nilai perolehan atau nilai penjualan dalam hal tukar menukar adalah
jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau diterima berdasarkan harga
pasar.
- Dalam hal likuidasi, penggabungan, peleburan, atau pemekaran,
pemecahan, atau pengambilalihan usaha adalah jumlah yang seharusnya
dikeluarkan atau diterima berdasarkan harga pasar.
- Penggunaan nilai buku dalam rangka penggabungan, peleburan atau
pemekaran usaha harus seijin DJP (PMK75/KMK.03/2005).
- Dasar penilaian atas pengalihan harta untuk bantuan, sumbangan, hibah
dan warisan yang memenuhi syarat pasal 4 ayat (3) huruf a dan b UU
PPh menggunakan nilai sisa buku atau nilai yang ditetapkan oleh DJP.
Jika tidak memenuhi syarat pasal 4 ayat (3) adalah harga pasar wajar.
- Penilaian untuk persediaan dan pemakaian persediaan untuk menghitung
harga pokok menggunakan metode rata-rata atau metode FIFO (pasal 10
ayat (6). Tidak diperkenankan menggunakan COMWIL.
- Penilaian penyusutan dan amortisasi harta berwujud dan tidak berwujud
menggunakan metode garis lurus atau saldo menurun dengan masa usia
manfaat yang telah ditetapkan sesuai dengan golongan (Ps-11 UU PPh).

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB MUTIAH AKUNTANSI PERPAJAKAN 19


- Penilaian kembali aktiva tetap diperkenankan sesuai
KMK.486/KMK.03/2002.

3. Pengakuan
- Pengakuan timbulnya pendapatan dan biaya mengikuti azas akrual atau
azas kas yang diterapkan secara taat azas.
- Pengakuan timbulnya hutang PPN adalah paling lambat akhir bulan
berikutnya setelah bulan penyerahan atau saat pembayaran jika
pembayaran mendahului, mana yang terjadi lebih dahulu.
- Timbulnya kewajiban pemotongan PPh (withholding tax) adalah akhir
bulan saat pembebanan biaya atau pembayaran mana yang terjadi lebih
dahulu.

4. Perkiraan (akun)
- Penggolongan transaksi dalam akun lain-lain menimbulkan masalah.
- Bukti pendukung eksternal lebih dipercaya.
- Deffered Tax bukan transaksi perpajakan. (Formasi :6).---

5. Pengungkapan
Tercermin dalam SPT :
- Nama Auditor (KAP) dan Konsultan Pajak
- Pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa
- Perbedaan Laba/Rugi komersial dengan Laba/Rugi Fiskal
- Daftar aktiva dan penyusutan
- Pihak pemegang saham
- Pengurus dan komisaris
- Tenaga ahli
- Biaya jamuan.

Karakteristik Akuntansi Pajak


- Wajar, lengkap dan dapat diuji sehingga dapat meyakinkan fiskus,
jika tidak, fiskus akan menghitung penghasilan neto dengan Norma
Penghitungan (tidak diakui adanya kerugian) dan sanksi kenaikan.
- Jujur dan pengungkapan keadaan yang sebenarnya. Kesengajaan
atas ketidakjujuran diancam denda dan pidana penjara.
- Dapat dibandingkan dengan periode sebelumnya.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB MUTIAH AKUNTANSI PERPAJAKAN 20


- Tepat waktu, batas waktu penyampaian SPT Tahunan adalah 3 bln
setelah tahun pajak berakhir atau 31 Maret tahun berikutnya untuk tahun
pajak Januari s/d Desember.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB MUTIAH AKUNTANSI PERPAJAKAN 21

You might also like