You are on page 1of 12

Imunoglobulin ; Mengenal Sistem Pertahanan

Tubuh Manusia
Posted on 29 August 2009 by pramesemara

PENGERTIAN

Immunoglobulin atau Antibodi merupakan suatu fraksi plasma (serum) yang bereaksi secara
khusus dengan antigen yang merangsang produksinya. Berat molekulnya dari terendah sekitar
150.000 (angka sedimentasi 7S) untuk  komponen IgG hingga fraksi dengan berat molekul
900.000 (19S) untuk IgM.

Antibodi ; Elemen Penting Pertahanan Tubuh Manusia

STRUKTUR DASAR

Imunoglobulin merupakan rangkaian 4 rantai polipeptida yang terdiri dari 2 rantai


“berat” (Heavy Chain =H) dan 2 rantai “ringan” (Light Chain = L) yang tersusun secara simetris
dan saling berhubungan satu sama lainnya melalui ikatan disulfida (Interchain Disulfide Bonds).
Struktur dasar ini ditemukan oleh Porter.
Molekul Imunoglobulin dapat dipecah oleh enzim Papain menjadi 3 fragmen. Dua fragmen
adalah identik dan dapat mengikat antigen untuk membentuk kompleks yang larut dan bervalensi
satu (Univalen), disebut Fab (Fragment Antigen Binding). Sedangkan untuk fragmen ketiga tidak
dapat mengikat antigen dan membentuk kristal Fc (Fragment Crytallizable).

Disamping itu, enzim proteolitik Pepsin juga dapat memecah antibodi pada tempat Fc sehingga
tertinggal satu fragmen besar yang masih dapat mengendapkan antigen, sehingga masih
bervalensi dua (divalen),  disebut F(ab’)2.

Analisa asam amino menunjukkan bahwa terminal-N dari rantai L maupun rantai-H sehingga
urutan asam amino yang ditemukan tidak konstan yang disebut Variabel. Sisa dari rantai ternyata
menunjukkan struktur yang relatif konstan yang disebut Konstan. Bagian variabel dari rantai-L
dan rantai-H, yang membentuk ujung dari Fab menentukan sifat khas antibodi. Oleh karena itu,
setiap molekul Imunoglobulin dapat mengikat 2 determinan antigen.

Untuk bagian yang konstan, sama  sekali tidak berpengaruh langsung terhadap antigen, tetapi
kemungkinan besar bagian Fc dari Imunoglobulin menentukan aktivitas biologis dari antibodi
tersebut. Selain itu, bagian Fc juga meningkatkan aktivitas tertentu setelah antibodi bergabung
dengan antigen, misalnya kemampuan mengikat zat Komplemen, perlekatan dengan sel
Makrofag atau menyebabkan degranulasi Mast Cell. Fungsi biologis dari bagian Fc pada
berbagai jenis Imunoglobulin berbeda satu sama lain, tergantung dari struktur primer molekul
dan mungkin memerlukan ikatan dengan antigen sebelum fungsi menjadi aktif.

Rantai-L (Light Chain)


Dengan pemeriksaan Bence-Jones menggunakan air kemih penderita Myeloma,
ditemukan 2 macam rantai-L, yaitu rantai-κ (Kappa) dan rantai-λ (Labda). Pengklasifikasian
tersebut dibuat berdasarkan perbedaan asam amino di daerah tetapnya. Kedua jenis ini terdapat
pada semua kelas Imunoglobulin, tetapi tiap molekul Imunoglobulin hanya mengandung satu
jenis rantai-L saja. Bagian ujung amino pada tiap rantai-L berisi bagian tempat pengikatan
antigen.

Rantai-H (Heavy Chain)

Rantai Berat merupakan dasar pengklasifikasian kelas Imunoglobulin. Bagian ujung amino tiap
rantai-H ikut serta dalam tempat pengikatan antigen, ujung lainnya (karboksi) membentuk
fragmen Fc, yang mempunyai berbagai aktivitas biologik.

KELAS IMUNOGLOBULIN

Berdasarkan jenis rantai-H yang dimiliki, maka pengklasifikasian kelas Imunoglobulin adalah
sebagai berikut :
ImunoglobulinG (IgG)

Adalah reaksi imun yang diproduksi terbanyak sebagai antibodi utama dalam proses sekunder
dan merupakan pertahanan inang yang penting terhadap bakteri yang terbungkus dan virus.
Mampu menyebar dengan mudah ke dalam celah ekstravaskuler dan mempunyai peranan
penting menetralisir toksin kuman, serta  melekat pada kuman sebagai persiapan fagositosis.

Merupakan proteksi utama pada bayi terhadap infeksi selama beberapa minggu pertama setelah
lahir, dikarenakan mampu menembus jaringan plasenta. IgG yang dikeluarkan melalui cairan
kolostrum dapat menembus mukosa usus bayi dan menambah daya kekebalan. 

IgG mempunyai dua tempat pengikatan antigen yang sama (divalen) dan dikenal 4 subkelas,
yaitu IgG1 IgG1, IgG2, IgG3 dan IgG4. Perbedaannya terletak pada rantai-H dengan beberapa
fungsi biologis serta jumlah dan lokasi ikatan disulfida. IgG1 merupakan 65% dari keseluruhan
IgG. IgG2  berguna untuk melawan antigen polisakarida dan menjadi pertahanan yang penting
bagi inang untuk melawan bakteri yang terbungkus.

Imunoglobulin A (IgA)

Adalah Imunoglobulin utama dalam sekresi selektif, misalnya pada susu, air liur, air mata dan
dalam sekresi pernapasan, saluran genital serta saluran pencernaan atau usus (Corpo Antibodies).
Imunoglobulin ini melindungi selaput mukosa dari serangan bakteri dan virus. Ditemukan pula
sinergisme antara IgA dengan lisozim dan komplemen untuk mematikan kuman koliform. Juga
kemampuan IgA melekat pada sel polimorf dan kemudian melancarkan reaksi komplemen
melalui jalan metabolisme alternatif.

Tiap molekul IgA sekretorik berbobot molekul 400.000 terdiri atas dua unit polipeptida dan satu
molekul rantai-J serta komponen sekretorik. Sekurang-kurangnya dalam serum terdapat dua
subkelas IgA1 dan IgA2. Terdapat dalam serum terutama sebagai monomer 7S tetapi cenderung
membentuk polimer dengan perantaraan polipeptida yang disintesis oleh sel epitel untuk
memungkinkan IgA melewati permukaan epitel, disebut rantai-J. Pada sekresi ini IgA ditemukan
dalam bentuk dimer yang tahan terhadap proteolisis berkat kombinasi dengan suatu protein
khusus, disebut Secretory Component yang disintesa oleh sel epitel lokal dan juga diproduksi
secara lokal oleh sel plasma.

Imunoglobulin M (IgM)

Imunoglobulin utama yang pertama dihasilkan dalam respon imun primer. IgM terdapat pada
semua permukaan sel B yang tidak terikat. Struktur polimer IgM menurut Hilschman adalah
lima subunit molekul 4-peptida yang dihubungkan oleh rantai-J. Pentamer berbobot molekul
900.000 ini secara keseluruhan memiliki sepuluh tempat pengikatan antigen Fab sehingga
bervalensi 10, yang dapat dibuktikan dengan reaksi Hapten. Polimernya berbentuk bintang,
tetapi apabila terikat pada permukaan sel akan berbentuk kepiting.

Disebabkan bervalensi tinggi, maka antibodi ini paling sering bereaksi di antara semua
Imunoglobulin, sangat efisien untuk reaksi aglutinasi dan reaksi sitolitik, pengikatan komplemen,
reaksi antibodi-antigen yang lain dan karena timbulnya cepat setelah terjadi infeksi dan tetap
tinggal dalam darah, maka IgM merupakan daya tahan tubuh yang penting untuk  bakteremia dan
virus. Antibodi ini dapat diproduksi oleh janin yang terinfeksi.

ImunoglobulinE (IgE)

Didalam serum ditemukan dalam konsentrasi sangat rendah. IgE apabila disuntikkan ke dalam
kulit akan terikat pada Mast Cells dan Basofil. Kontak dengan antigen akan menyebabkan
degranulasi dari Mast Cells dengan pengeluaran zat amin yang vasoaktif. IgE yang terikat ini
berlaku sebagai reseptor yang merangsang produksinya dan kompleks antigen-antibodi yang
dihasilkan memicu respon alergi  Anafilaktik melalui pelepasan zat perantara.

Pada orang dengan hipersensitivitas alergi berperantara antibodi, konsentrasi IgE akan
meningkat dan dapat muncul pada sekresi luar. IgE serum secara khas juga meningkat selama
infeksi parasit cacing.

ImunoglobulinD (IgD)

Antibodi ini fungsi keseluruhannya belum diketahui secara jelas. Dalam serum IgD ditemukan
dalam jumlah yang sangat sedikit dan IgD merupakan antibodi inti sel. Zat ini juga terdapat pada
sel penderita leukemia getah bening.

Telah dibuktikan pula bahwa IgD dapat bertindak sebagai reseptor antigen apabila berada pada
permukaan limfosit B tertentu dalam darah tali pusar janin dan mungkin merupakan reseptor
pertama dalam permulaan kehidupan sebelum diambil alih fungsinya IgM dan Imunoglobulin
lainnya, setelah sel tubuh berdiferensiasi lebih jauh. 

********

DAFTAR PUSTAKA

1. Ernets, Jawetz. 1996. “Mikrobiologi Kedokteran Edisi 20”. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta
2. Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1994. “Buku Ajar
Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi”. Penerbit Binarupa Aksara. Jakarta
3. Handout Kuliah Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. 2004
4. Anonim. http://en.wikipedia.org/wiki/Antibody
STRUKTUR IMUNOGLOBULIN

Imunoglobulin atau antibodi adalah sekelompok glikoprotein yang terdapat dalam serum atau
cairan tubuh pada hampir semua mamalia. Imunoglobulin termasuk dalam famili glikoprotein
yang mempunyai struktur dasar sama, terdiri dari 82-96% polipeptida dan 4-18% karbohidrat.
Komponen polipeptida membawa sifat biologik molekul antibodi tersebut. Molekul antibodi
mempunyai dua fungsi yaitu mengikat antigen secara spesifik dan memulai reaksi fiksasi
komplemen serta pelepasan histamin dari sel mast. Pada manusia dikenal 5 kelas imunoglobulin.
Tiap kelas mempunyai perbedaan sifat fisik, tetapi pada semua kelas terdapat tempat ikatan
antigen spesifik dan aktivitas biologik berlainan. Struktur dasar imunoglobulin terdiri atas 2
macam rantai polipeptida yang tersusun dari rangkaian asam amino yang dikenal sebagai rantai
H (rantai berat) dengan berat molekul 55.000 dan rantai L (rantai ringan) dengan berat molekul
22.000. Tiap rantai dasar imunoglobulin (satu unit) terdiri dari 2 rantai H dan 2 rantai L. Kedua
rantai ini diikat oleh suatu ikatan disulfida sedemikian rupa sehingga membentuk struktur yang
simetris. Yang menarik dari susunan imunoglobulin ini adalah penyusunan daerah simetris
rangkaian asam amino yang dikenal sebagai daerah domain, yaitu bagian dari rantai H atau rantai
L, yang terdiri dari hampir 110 asam amino yang diapit oleh ikatan disulfid interchain,
sedangkan ikatan antara 2 rantai dihubungkan oleh ikatan disulfid interchain. Rantai L
mempunyai 2 tipe yaitu kappa dan lambda, sedangkan rantai H terdiri dari 5 kelas, yaitu rantai G
(γ), rantai A (α), rantai M (μ), rantai E (ε) dan rantai D (δ). Setiap rantai mempunyai jumlah
domain berbeda. Rantai pendek L mempunyai 2 domain; sedang rantai G, A dan D masing-
masing 4 domain, dan rantai M dan E masing-masing 5 domain.

Struktur dasar imunoglobulin terdiri atas 2 rantai berat (H-chain) yang identik dan 2 rantai
rinngan (L-chain) yang juga identik. Setiap rantai ringan terikat pada rantai berat melalui ikatan
disulfida (S-S), demikian pula rantai berat satu dengan yang lain diikat dengan ikatan S-S.
Molekul ini oleh enzim proteolitik papain dapat dipecah menjadi tiga fragmen, yaitu 2 fragmen
yang mempunyai susunan sama terdiri atas H-chain dan L-chain, disebut fragmen Fab yang
dibentuk oleh domain terminal-N, dan 1 fragmen yang hanya terdiri atas H-chain saja disebut
fragmen Fc yang dibentuk oleh domain terminal-C. Fragmen Fab dengan antigen binding site,
berfungsi mengikat antigen karena itu susunan asam amino di bagian ini berbeda antara molekul
imunoglobulin yang satu dengan yang lain dan sangat variabel sesuai dengan variabilitas antigen
yang merangsang pembentukannya. Sebaliknya fragmen Fc merupakan fragmen yang konstan.
Fragmen ini tidak mempunyai kemampuan mengikat antigen tetapi dapat bersifat sebagai antigen
(determinan antigen). Fragmen ini pulalah yang mempunyai fungsi efektor sekunder dan
menentukan sifat biologik imunoglobulin bersangkutan, misalnya kemampuan imunoglobulin
untuk melekat pada sel, fiksasi komplemen, kemampuan imunoglobulin menembus plasenta,
distribusi imunoglobulin dalam tubuh dan lain-lain. Papain memecah imunoglobulin pada
terminal asam amino di tempat iakatan S-S yang mengikat kedua rantai H satu dengan yang lain.
Enzim proteolitik lain yaitu pepsin dapat memecah molekul imunoglobulin dibelakang ikatan S-
S. Pemecahan ini mengakibatkan terbentuknya satu fragmen besar yang disebut F(ab’)2 yang
mampu mengikat dan menggumpalkan antigen karena ia bersifat bivalen dan dapat membentuk
lattice. Pepsin selanjutnya dapat memecah fragmen Fc menjadi beberapa bagian kecil. Bagian
molekul imunoglobulin yang peka terhadap pemecahan oleh kedua enzim diatas disebut bagian
engsel (hinge region). Kedua bentuk imunoglobulin, yaitu sIg dan Ig yang disekresikan hanya
berbeda pada domain terminal-C: sIg memiliki bagian transmembran dan bagian intrasitoplasmik
yang pendek.

Polimerisasi imunoglobulin terjadi pada IgM (pentamer atau heksamer) dan IgA (umumnya
dimer). Polimerisasi kelas imunoglobulin ini bergantung pada rantai J (joining) dan banyaknya
rantai J menentukan proporsi molekul IgM pentamer dibanding IgM heksamer. Rantai J
membantu polimerisasi IgM dan IgA dengan cara ikat-silang disulfida pada sesidu cysteine yang
terdapat pada domain C-terminal molekul IgM dan IgA yang disekresi

Rantai dasar imunoglobulin dapat dipecah menjadi beberapa fragmen. Enzim papain memecah
rantai dasar menjadi 3 bagian, yaitu 2 fragmen yang terdiri dari bagian H dan rantai L. Fragmen
ini mempunyai susunan asam amino yang bervariasi sesuai dengan variabilitas antigen. Fab
memiliki satu tempat tempat pengikatan antigen (antigen binding site) yang menentukan
spesifisitas imunoglobulin. Fragmen lain disebut Fc yang hanya mengandung bagian rantai H
saja dan mempunyai susunan asam amino yang tetap. Fragmen Fc tidak dapat mengikat antigen
tetapi memiliki sifat antigenik dan menentukan aktivitas imunoglobulin yang bersangkutan,
misalnya kemampuan fiksasi dengan komplemen, terikat pada permukaan sel makrofag, dan
yang menempel pada sel mast dan basofil mengakibatkan degranulasi sel mast dan basofil, dan
kemampuan menembus plasenta.

Enzim pepsin memecah unit dasar imunoglobulin tersebut pada gugusan karboksil terminal
sampai bagian sebelum ikatan disulfida (interchain) dengan akibat kehilangan sebagian besar
susunan asam amino yang menentukan sifat antigenik determinan, namun demikian masih tetap
mempunyai sifat antigenik. Fragmen Fab yang tersisa menjadi satu rangkaian fragmen yang
dikenal sebagai F(ab2) yang mempunyai 2 tempat pengikatan antigen (lihat Gambar 9-5).
 

KLASIFIKASI IMUNOGLOBULIN

Klasifikasi imunoglobulin berdasarkan kelas rantai H. Tiap kelas mempunyai berat molekul,
masa paruh, dan aktivitas biologik yang berbeda. Pada manusia dikenal 4 sub kelas IgG yang
mempunyai rantai berat γl, γ2, γ3, dan γ4. Perbedaan antar subkelas lebih sedikit dari pada
perbedaan antar kelas.

 
 

Imunoglobulin G

IgG mempunyai struktur dasar imunoglobulin yang terdiri dari 2 rantai berat H dan 2 rantai
ringan L. IgG manusia mempunyai koefisien sedimentasi 7 S dengan berat molekul sekitar
150.000. Pada orang normal IgG merupakan 75% dari seluruh jumlah imunoglobulin.

Imunoglobulin G terdiri dari 4 subkelas, masing-masing mempunyai perbedaan yang tidak


banyak, dengan perbandingan jumlahnya sebagai berikut: IgG1 40-70%, IgG2 4-20%, IgG3 4-
8%, dan IgG4 2-6%. Masa paruh IgG adalah 3 minggu, kecuali subkelas IgG3 yang hanya
mempunyai masa paruh l minggu. Kemampuan mengikat komplemen setiap subkelas IgG juga
tidak sama, seperti IgG3 > IgGl > IgG2 > IgG4. Sedangkan IgG4 tidak dapat mengikat
komplemen dari jalur klasik (ikatan C1q) tetapi melalui jalur alternatif. Lokasi ikatan C1q pada
molekul IgG adalah pada domain CH2. 

Sel makrofag mempunyai reseptor untuk IgG1 dan IgG3 pada fragmen Fc. Ikatan antibodi dan
makrofag secara pasif akan memungkinkan makrofag memfagosit antigen yang telah dibungkus
antibodi (opsonisasi). Ikatan ini terjadi pada subkelas IgG1 dan IgG3 pada lokasi domain CH3.

Bagian Fc dari IgG mempunyai bermacam proses biologik dimulai dengan kompleks imun yang
hasil akhirnya pemusnahan antigen asing. Kompleks imun yang terdiri dari ikatan sel dan
antibodi dengan reseptor Fc pada sel killer memulai respons sitolitik (antibody dependent cell-
mediated cytotoxicity = ADCC) yang ditujukan pada antibodi yang diliputi sel. Kompleks imun
yang berinteraksi dengan sel limfosit pada reseptor Fc pada trombosit akan menyebabkan reaksi
dan agregasi trombosit. Reseptor Fc memegang peranan pada transport IgG melalui sel plasenta
dari ibu ke sirkulasi janin.

Imunoglobulin M

Imunoglobulin M merupakan 10% dari seluruh jumlah imunoglobulin, dengan koefisien sedimen
19 S dan berat molekul 850.000-l.000.000. Molekul ini mempunyai 12% dari beratnya adalah
karbohidrat. Antibodi IgM adalah antibodi yang pertama kali timbul pada respon imun terhadap
antigen dan antibodi yang utama pada golongan darah secara alami. Gabungan antigen dengan
satu molekul IgM cukup untuk memulai reaksi kaskade komplemen.

IgM terdiri dari pentamer unit monomerik dengan rantai μ dan CH. Molekul monomer
dihubungkan satu dengan lainnya dengan ikatan disulfida pada domain CH4 menyerupai gelang
dan tiap monomer dihubungkan satu dengan lain pada ujung permulaan dan akhirnya oleh
protein J yang berfungsi sebagai kunci.

Imunoglobulin A

IgA terdiri dari 2 jenis, yakni IgA dalam serum dan IgA mukosa. IgA dalam serum terdapat
sebanyak 20% dari total imunoglobulin, yang 80% terdiri dari molekul monomer dengan berat
molekul 160.000, dan sisanya 20% berupa polimer dapat berupa dua, tiga, empat atau lima
monomer yang dihubungkan satu dengan lainnya oleh jembatan disulfida dan rantai tunggal J
(lihat Gambar 9-6). Polimer tersebut mempunyai koefisien sedimentasi 10,13,15 S. 

Sekretori IgA

Sekretori imunoglobulin A (sIgA) adalah imunoglobulin yang paling banyak terdapat pada sekret
mukosa saliva, trakeobronkial, kolostrum/ASI, dan urogenital. IgA yang berada dalam sekret
internal seperti cairan sinovial, amnion, pleura, atau serebrospinal adalah tipe IgA serum.

SIgA terdiri dari 4 komponen yaitu dimer yang terdiri dari 2 molekul monomer, dan sebuah
komponen sekretori serta sebuah rantai J. Komponen sekretori diproduksi oleh sel epitel dan
dihubungkan pada bagian Fc imunoglobulin A oleh rantai J dimer yang memungkinkan melewati
sel epitel mukosa (lihat Gambar 4-6). SIgA merupakan pertahanan pertama pada daerah mukosa
dengan cara menghambat perkembangan antigen lokal, dan telah dibuktikan dapat menghambat
virus menembus mukosa.

Imunoglobulin D

Konsentrasi IgD dalam serum sangat sedikit (0,03 mg/ml), sangat labil terhadap pemanasan dan
sensitif terhadap proteolisis. Berat molekulnya adalah 180.000. Rantai δ mempunyai berat
molekul 60.000 – 70.000 dan l2% terdiri dari karbohidrat. Fungsi utama IgD belum diketahui
tetapi merupakan imunoglobulin permukaan sel limfosit B bersama IgM dan diduga berperan
dalam diferensiasi sel ini.

 
Struktur Protein Antibodi Bermuka Dua

Dengan mengkombinasikan kristalografi sinar X dan prinsip – prinsip kinetik larutan, sebuah tim
biokimia telah membuktikan bahwa sebuah antibodi dapat mengambil dua bentuk yang cukup
berbeda satu sama lain, sehingga memungkinkan antibodi tersebut mengikat 2 antigen yang sama
sekali berbeda. Kedua bentuk ini dapat ditemukan dalam larutan yang sama, fakta yang mungkin
dapat menjelaskan pertanyaan yang sudah sekian lama tak terjawab mengenai bagaimana
antibodi dapat mengenali begitu banyak macam antigen secara selektif.

Penelitian ini dilaksanakan oleh rekan sejawat posdoktoral Leo C. James dari Centre for Protein
Engineering of the Medical Research Council Centre, Cambridge, England; ilmuwan senior Dan
S.Tawfik yang sekarang berada di Weizmann Institute of Science di Rehovot, Israel; dan rekan
sekerja dari Cambridge , Pietro Roversi {Science, 299, 1362(2003)}. Antibodi yang mereka
pelajari adalah monoclonal immunoglobulin yang biasanya mengikat molekul kecil 2,4-
dinitrophenol. Seperti yang ditampilkan di struktur berwarna merah muda, antigen diikat dalam
sebuah lubang yang kecil dan dalam di dalam antibodi. Tapi antibodi yang sama dapat pula
mengikat antigen yang ukuran molekulnya lebih besar seperti protein(hijau muda), seperti
ditunjukkan pada struktur biru muda, di mana protein melekatkan diri pada bagian yang cukup
luas dari lekukan yang dangkal pada permukaan antibodi.

Para peneliti telah mengetahui bahwa antibodi yang sedang mengikat antigen kadang mengambil
bentuk yang berbeda dari bentuk awalnya dalam larutan.
Satu penjelasan yang memungkinkan ialah bahwa proses pengikatan itu sendirilah yang
menyebabkan perubahan struktur. Kemungkinan lain ialah isomerasi struktur dari sebuah
antibodi terjadi dalam larutan dan masing-masing dapat mengikat antigen yang berbeda.Dengan
mengikat antigen, struktur baru antibodi itu sendiri menjadi stabil. Tim riset menemukan bahwa
kedua efek ini dapat ditemukan dalam antibodi yang mereka teliti : antibodi tersebut mengambil
dua bentuk yang berbeda secara bergantian, dan mengalami perubahan bentuk lebih lanjut segera
setelah mengikat antigen.

You might also like