You are on page 1of 87

HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT TUNGKAI, KEKUATAN

OTOT PUNGGUNG, DAN KEKUATAN OTOT LENGAN TERHADAP


KEMAMPUAN SMASH NORMAL DALAM PERMAINAN
BOLA VOLI PADA SISWA PUTERA KELAS II SMA NEGERI
DI KABUPATEN PEKALONGAN

SKRIPSI

Diajukan Dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata 1


Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

Nama : IKA RINAWATI


NIM : 6124990064
Program Studi : Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
Fakultas : Ilmu Keolahragaan

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


2005

i
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi


Fakultas Ilmu Keolahragaan Univeritas Negeri Semarang pada:

Hari : Selasa
Tanggal : 24 Juli 2005
Pukul : 11.00 – 13.00 WIB
Tempat : Laboratorium PJKR

Panitia Ujian

Ketua Sekretaris

Drs. Sutardji, M.S. Drs. Sulaiaman, M.Pd.


NIP. 130523506 NIP. 131469638

Dewan Penguji

1. Drs. Herry Koesyanto, MS. (Ketua)


NIP. 131571549

2. Drs. Tri Nuharsono, M.Pd. (Anggota)


NIP. 131571556

3. Drs. Harry Pramono, M.Si. (Anggota)


NIP. 131469638

ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke sidang

panitia ujian skripsi pada :

Hari : ……………………………….

Tanggal : ……………………………….

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Tri Nuharsono, M.Pd. Drs. Harry Pramono, M.Si.


NIP.131571556 NIP.131469638

Mengetahui,

Ketua Jurusan PJKR

Drs. Harry Pramono, M.Si.


NIP.131469638

iii
SARI

Ika Rinawati, 2005. Hubungan Antara Kekuatan Otot Tungkai, Kekuatan Otot
Punggung dan Kekuatan Kekuatan Otot Lengan dengan Kemampuan Smash
Normal dalam Permainan Bola Voli pada Siswa Putera Kelas II SMA Negeri di
Kabupaten Pekalongan. Skripsi Jurusan PKJR FIK UNNES.

Tujuan penelitian ini adalah : 1) Untuk mengetahui seberapa besar


sumbangan kekuatan otot tungkai, otot punggung dan otot lengan terhadap
kemampuan smash normal dalam permainan bola voli dan 2) Untuk mengetahui
mana yang lebih besar sumbangannya antara kekuatan otot tungkai, kekuatan otot
punggung, dan kekuatan otot lengan terhadap kemampuan smash normal dalam
permainan bola voli. Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat : 1) Sebagai
bahan pertimbangan bagi para pembina, pelatih, dan guru pendidikan jasmani dan
kesehatan untuk meningkatkan prestasi smash normal dalam permainan bola voli
dan 2) Menjadi bahan perbandingan bagi yang berminat untuk mengadakan
penelitian lebih lanjut dalam hal smash pada permainan bola voli.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa putera kelas II SMA
Negeri di Kabupaten Pekalongan tahun ajaran 2004/2005 yang berjumlah 126
orang. Dalam penelitian ini menggunakan penelitian populasi, sehingga semua
siswa putera kelas II dijadikan sebagai sampel penelitian. Variabel bebas dalam
penelitian ini yaitu kekuatan otot tungkai, kekuatan otot punggung dan kekuatan
otot lengan, sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan smash normal.
Data diambil melalui teknik tes dan pengukuran. Data yang diperoleh dianalisis
menggunakan analisis regresi dan korelasi sederhana maupun ganda.
Hasil analisis data diperoleh koefisien korelasi (r1y) sebesar 0,441 > rtabel =
0,176, yang berarti ada hubungan yang signifikan antara kekuatan otot tungkai
dengan kemampuan smash normal. Koefisien korelasi (r2y) sebesar 0,492 > rtabel =
0,176, yang berarti ada hubungan yang signifikan antara kekuatan otot punggung
dengan kemampuan smash normal. Korelasi korelasi (r3y) sebesar 0,542 > rtabel =
0,176, yang berarti ada hubungan yang signifikan antara kekuatan otot lengan
dengan kemampuan smash normal. Korelasi korelasi (r123y) sebesar 0,637.
Koefisien korelasi ganda tersebut diuji keberartiannya menggunakan uji F.
berdasarkan hasil perhitungan diperoleh Fhitung = 27,772 dengan probabilitas 0,000
< 0,05, yang berarti ada hubungan yang signifikan antara kekuatan otot tungkai,
kekuatan otot punggung dan kekuatan otot lengan dengan kemampuan smash
normal.
Mengacu dari hasil tersebut penulis dapat mengajukan saran yaitu : 1)
komponen utama yang menentukan baik-buruknya kemampuan smash normal
adalah kekuatan otot lengan dan kekuatan otot punggung. Oleh karena bagi para
pelatih ataupun guru olahraga hendaknya melakukan program latihan peningkatan
kekuatan otot lengan dan kekuatan otot punggung agar para pemain dapat
melakukan pukulan smash normal yang baik dan 2) Hasil ini hendaknya
digunakan sebagai bahan referensi sebagai pembanding bagi peneliti yang
melakukan penelitian sejenis sehingga hasilnya akan lebih sempurna.

iv
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi.

Keberhasilan penulis dalam menyusun skripsi ini atas bantuan dan

dorongan dari berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan

penulis menjadi mahasiswa UNNES.

2. Dekan FIK Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin dan

kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi FIK UNNES yang

telah memberikan dorongan dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Drs. Tri Nurharsono, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing utama dan Drs. Harry

Pramono, M.Si., selaku Dosen Pembimbing pendamping yang telah

memberikan bimbingan, petunjuk dan pengarahan sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri

Semarang yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan sehingga penulis

dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

6. Drs. Munadi Arisdyanto, selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Bojong dan

Sutjipto, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Sragi yang telah

v
memberikan kesempatan dan bantuan kepada penulis untuk melakukan

penelitian pada anak-anak didiknya.

7. Siswa putera kelas II SMA Negeri 1 Bojong dan SMA Negeri 1 Sragi yang

telah banyak membantu dalam pelaksanaan penelitian dan kesediaannya

sebagai sampel.

8. Ayah dan Ibunda tercinta yang dengan tulus ikhlas berdo’a dan memberikan

dorongan materiil serta semangat yang begitu besar.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu atas bantuan

yang telah diberikan dalam penelitian untuk penulisan skripsi ini.

Semoga Allah S.W.T. memberikan pahala yang setimpal atas kebaikan

yang telah mereka berikan selama ini.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para

pembaca semua.

Semarang, Mei 2005

Penulis

vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto :

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu


telah selesai dari urusan kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan lain, dan
hanya kepada Tuhan-mulah hendaknya kamu berharap”.
(QS. –Al Insyirah : 6-8).

Persembahan :

Skripsi ini kupersembahkan kepada :

1. Ayah dan Ibunda tercinta.

2. Suami dan anakku tercita.

3. Adikku tersayang.

4. Rekan-rekan PJKR angkatan 1999.

5. Almamater FIK UNNES.

vii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ iii
SARI................................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... vii
DAFTAR ISI.................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL............................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Alasan Pemilihan Judul.................................................................. 1
1.2 Permasalahan ................................................................................. 6
1.3 Penegasan Istilah............................................................................ 7
1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................... 8
1.5 Pentingnya Penelitian..................................................................... 9
1.6 Sumber-sumber Pemecahan Masalah ............................................ 10
BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESI............................................. 11
2.1 Sejarah Permainan Bola Voli ......................................................... 11
2.1.1 Sejarah Dunia ....................................................................... 11
2.1.2 Sejarah Perkembangan Bola Voli di Asia............................ 12
2.1.3 Sejarah Perkembangan Bola Voli di Indonesia.................... 13
2.2 Fasilitas Dan Perlengakapan Bola Voli ......................................... 14
2.2.1 Ukuran Luas ......................................................................... 14
2.2.2 Pengukuran Lapangan Permainan........................................ 14
2.2.3 Daerah/Bagian dari Lapangan Permainan............................ 14
2.2.4 Net/Jaring dan Tiang-Tiang Net .......................................... 15
2.2.5 Bola ...................................................................................... 16
2.2.6 Perlengkapan Para Pemaian ................................................. 16
2.3 Ciri Khas Permainan Bola Voli...................................................... 16

viii
2.4 Teknik Dasar Permainan Bola Voli ............................................... 19
2.4.1 Pengertian Teknik ................................................................ 19
2.4.2 Macam-Macam Teknik Dasar dalam Permainan Bola Voli 19
2.4.3 Macam-macam Umpan ........................................................ 24
2.5 Tinjauan Teknik Dasar Smash ....................................................... 27
2.5.1 Pengertian Smash ................................................................. 27
2.5.2 Sikap Dasar Melakukan Smash............................................ 28
2.5.3 Macam-macam Pukulan Smash ........................................... 33
2.6 Hakekat Kekuatan (Strength)......................................................... 42
2.6.1 Kekuatan Otot Tungkai dan Hasil Smash Nomal ................ 44
2.6.2 Kekuatan Otot Punggung dan Hasil Smash Nomal ............. 46
2.6.3 Kekuatan Otot Lengan dan Hasil Smash Nomal.................. 47
2.7 Hipotesis......................................................................................... 48
BAB III METODOLOGI PENELITIAN......................................................... 50
3.1 Penentuan Populasi...................................................................... 50
3.2 Penentuan Sampel........................................................................ 51
3.3 Variabel Penelitan........................................................................ 51
3.4 Metode Pengumpulan Data ......................................................... 52
3.5 Metode Analisis Data .................................................................. 56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 58
4.1 Hasil Penelitian............................................................................ 58
4.2 Pembahasan ................................................................................. 69
4.3 Hal-hal yang Mempengaruhi Hasil Penelitian............................. 71
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 73
5.1 Simpulan ..................................................................................... 73
5.2 Saran ........................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 75
LAMPIRAN-LAMPIRAN............................................................................... 76

ix
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
4.1 Deskriptif Data tentang Kekuatan Otot Tungkai, Kekuatan Otot
Punggung, Kekuatan Otot Lengan dan Hasil Smash Normal................. 58
4.2 Uji Normalitas Data Kekuatan Otot Tungkai, Kekuatan Otot Punggung,
Kekuatan Otot Lengan dan Hasil Smash Normal.................................... 59
4.3 Uji Homogenitas Data Kekuatan Otot Tungkai, Kekuatan Otot
Punggung, Kekuatan Otot Lengan dan Hasil Smash Normal.................. 60
4.4 Uji Linieritas Model Regresi Kekuatan Otot Tungkai, Kekuatan Otot
Punggung dan Kekuatan Otot Lengan Dengan Hasil Smash Normal ..... 61
4.5 Koefisien Korelasi antara Kekuatan Otot Tungkai dengan Hasil Smash
Normal..................................................................................................... 62
4.6 Koefisien Regresi Kekuatan Otot Tungkai dengan Hasil Smash Normal 63
4.7 Koefisien Korelasi antara Kekuatan Otot Punggung dengan Hasil
Smash Normal ......................................................................................... 64
4.8 Koefisien Regresi Kekuatan Otot Punggung dengan Hasil Smash
Normal..................................................................................................... 64
4.9 Koefisien Korelasi antara Kekuatan Otot Lengan dengan Hasil Smash
Normal..................................................................................................... 65
4.10 Koefisien Regresi Kekuatan Otot Lengan dengan Hasil Smash Normal 66
4.11 Koefisien Korelasi antara Kekuatan Otot Tungkai, Kekuatan Otot
Punggung dan Kekuatan Otot Lengan dengan Hasil Smash Normal ...... 67
4.12 Model Regresi Ganda antara kekuatan Otot Tungkai, Kekuatan Otot
Punggung dan Kekuatan Otot Lengan dengan Hasil Smash Nomal ....... 68

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Sikap Saat Awalan Dan Tolakan................................................................ 30
2. Saat Memukul Dan Perkenaan Bola .......................................................... 31
3. Sikap Saat Mendarat .................................................................................. 32
4. Daerah Jatuhnya Bola Umpan Normal ...................................................... 34
5. Gerakan Smash Langsung .......................................................................... 38
6. Gerakan Smash Dari Belakang Dengan Umpan Panjang .......................... 39
7. Gerakan Smash Silang (Cross) .................................................................. 40
8. Struktur Otot Tungkai (a) Dari Depan Dan (b) Dari Belakang.................. 45
9. Struktur Anatomi Otot Punggung .............................................................. 46
10. Struktur Otot Lengan (a) Dari Depan Dan (b) Dari Belakang ................... 48
11. Peta Sasaran Smash Bola Voli ................................................................... 54

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Hasil Tes dan Pengukuran Kekuatan Otot Tungkai, Otot Punggung, Dan

Otot Lengan................................................................................................ 76

2. Hasil Tes dan Pengukuran Smash Normal ................................................. 79

3. Pembakuan skor Kekuatan Otot Tungkai (X1), Otot Punggung (X2,

Otot Lengan (X3) dan Hasil Smash Normal .............................................. 82

4. Deskripsi Data Penelitian, Uji Normalitas Data, Uji Homogenitas Data .. 86

5. Uji Linieritas Garis Regresi ....................................................................... 87

6. Analisis Regresi antara X1 dengan Y ........................................................ 88

7. Analisis Regresi antara X2 dengan Y ........................................................ 89

8. Analisis Regresi antara X3 dengan Y ........................................................ 90

9. Analisis Regresi antara X1, X2, dan X3 dengan Y.................................... 91

10. Usulan Penetapan Pembimbing.................................................................. 92

11. Rekomendasi Penetapan Dosen Pembimbing............................................ 93

12. Permohonan Ijin Penelitian Pendidikan ..................................................... 94

13. Rurat Rekomendasi Research/Survei dari Bappeda Pekalongan ............... 95

14. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari SMA Negeri 1 Sragi. 96

15. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari SMA Negeri 1 Bojong 97

xii
Lampiran
98

DAFTAR PEMBANTU PENELITIAN

No. Nama Keterangan


1. Suwarto Koordinator tim penelitian
2. Yusantio Prabowo Peraga smash normal
3. Sugiharjo Pencatat data
4. Gandung BW. Pencatat data
5. Slamet Taruno Tosser
6. Pratomo Penyedia alat
Wito Penyedia alat

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul

Permainan bola voli adalah cabang olahraga yang sangat digemari, dan

menurut para ahli saat ini bola voli tercatat sebagai olahraga yang menempati

urutan kedua yang paling terkenal di dunia. Demikian pula di Indonesia, bola voli

merupakan cabang olahraga yang sudah memasyarakat baik dilingkunagn sekolah,

Instansi pemerintah maupun swasta, perguruan tinggi serta dilingkungan

masyarakat umum.

Dalam lingkungan sekolah khususnya tingkat SLTP dan SLTA, cabang

olahraga bola voli telah tercantum dalam kurikulum pendidikan olahraga dan

kesehatan, sehingga cabang olahraga ini wajib diajarkan pada lingkungan sekolah

seperti pendapat Suharno (1985:9) bahwa mencari pemain berbakat dimulai dari

usia dini dapat dilakuakan atau dipantau di sekolah-sekolah seperti SD, SLTP,

SLTA atau pada Club Bola Voli.

Pada awalnya ide dasar permainan bola voli adalah memasukan bola ke

daerah lawan melewati suatu rintangan berupa tali atau net dan berusaha

memenangkan permainan dengan mematikan bola itu di daerah lawan. Memvoli

artinya memainkan/memantulkan bola sebelum bola jatuh atau sebelum

menyentuh lantai.

Sebagai aturan dasar, bola boleh dipantulkan dengan seluruh anggota

badan. Pada dasarnya permainan bola voli itu adalah permainan tim atau regu,

1
2

meskipun sekarang sudah mulai dikembangkan permainan bola voli dua lawan

dua dan satu lawan satu yang lebih mengarah kepada tujuan rekreasi seperti voli

pantai yang mulai berkembang akhir-akhir ini. Aturan dasar lainnya, bola boleh

dimainkan/dipantulkan dengan temannya secara bergantian tiga kali berturut-turut

sebelum diseberangkan ke daerah lawan.

Tujuan bermain yang berawal dari tujuan yang bersifat rekreatif untuk

mengisi waktu luang, kemudian berkembang kearah tujuan yang lain seperti

tujuan mencapai prestasi yang tinggi mengharumkan nama daerah, bangsa dan

Negara. Selain tujuan tersebut banyak orang berolahraga untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan/kesegaran jasmani.

Sebagai olahraga yang sering dipertandingkan, bola voli dapat dimainkan

di lapangan terbuka (out door) maupun di lapangan tertutup (in door). Karena

makin berkembangnya olahraga ini, bola voli dapat dimainkan di pantai yang kita

kenal dengan bola voli pantai. Dengan adanya tuntutan prestasi yang tinggi, maka

perlu adanya latihan yang terprogran dengan baik, terutama dalam memilih cara

melatih yang tepat. Masalah peningkatan prestasi dibidang olahraga sebagai

bagian yang ingin dicapai dalam pembinaan olahraga di Indonesia, secara tidak

langsung akan mengalami berbagai tahapan dan peningkatan yang menuju pada

tujuan utama. Hal ini mengandung arti, bahwa untuk mencapai hasil yang optimal

pada cabang olahraga tertentu diperlukan latihan dan pembinaan secara intensif

dan lebih dini. Khususnya untuk cabang olahraga bola voli seorang atlet harus

sejak dini/kecil sudah harus melatih diri untuk mempersiapkan fisik maupun

teknik untuk mencapai prestasi yang maksimal.


3

Dalam rangka usaha untuk meningkatkan prestasi maksimal pada cabang

olahraga yang ditekuni, seorang atlet perlu sekali memperhatikan faktor-faktor

penentunya. Faktor-faktor penentu dapat disebutkan ada tiga faktor penting yaitu :

1. Kondisi fisik atau tingkat kesegaran jasmani.

2. Kemampuan teknik atau ketrampilan yang dimiliki.

3. Maslah-masalah lingkungan

Bila seorang atlet menginginkan prestasi yang maksimal maka ketiga

faktor tersebut secara bersamaan harus ditingkatkan. Selain yang disebutkan di

atas untuk memperoleh prestasi yang maksimal di perlukan latihan yang intensif,

serta disiplin yang tinggi serta tidak boleh terlepas dari prinsip-prinsip dalam

latihan sehingga akan tercapai hasil yang maksimal.

Persiapan fisik harus di pandang sebagai salah satu aspek terpenting dalam

latihan untuk mencapai suatu prestasi yang tinggi. Dalam usaha meningkatkan

prestasi atlet, khususnya permainan bola voli, perlu ditingkatkan unsur-unsur,

kondisi fisik, teknik, taktik, kematangan mental, kerjasama, kekompakan, dan

pengalaman dalam bertanding. Pada bagian pertama sebelum seseorang

memperdalam teknik, tanpa persiapan kondisi fisik yang memadai akan sulit

mencapai suatu prestasi yang tinggi. Sebagai contoh, untuk mempelajari teknik

smash dalam permainan bola voli, seseorang atlet harus memiliki kekuatan otot

kaki, lengan dan punggung yang cukup sehingga ia mampu melompat yang tinggi

dan memukul bola di atas net. Jika kondisi fisik ini tidak disiapkan secara khusus

sebelumnya, maka akan sulit dan terlalu lama bagi atlet untuk dapat menguasai

teknik dan taktik dalam bermain.


4

Jadi tujuan latihan kondisi fisik adalah untuk meningkatkan kualitas

fungsional peralatan tubuh sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan untuk mencapai

prestasi yang optimal dalam suatu cabang olahraga tertentu. Sebagai calon

guru/pembina/pelatih olahraga yang membina anak-anak/yunior calon

olahragawan, benar-banar dapat memberikan pendasaran yang kuat agar anak-

anak yang berbakat nantinya dapat berkembang mencapai prestasi yang maksimal.

Guru-guru olahraga sebagai pembina olahraga ekstrakurikuler hendaknya

memiliki suatu wawasan yang luas dalam hal pembinaan prestasi karena untuk

mencapai prestasi puncak dalam suatu cabang olahraga harus dimulai dari umur

muda dengan latihan yang terencana secara benar serta mendasar.

Persiapan kondisi fisik umum berlaku untuk semua cabang olahraga, yang

bertujuan meningkatkan kapasitas organ-organ tubuh. Semakin tinggi kualitas

kerja sistem organ tubuh, akan semakin mudah untuk meningkatkan tuntutan-

tuntutan kerja fisik dan tuntutan psikologis dalam latihan. Program pengembangan

yang bersifat multilateral (menyeluruh) sebagai dasar yang kuat untuk menuju

pada spesialisasi suatu cabang olahraga.

Seni dalam permainan bola voli terlihat dari pemain yang sudah menguasai

teknik tinggi hingga menyerupai akrobatik dengan pukulan-pukulan dan tipu

muslihat yang indah dan mempesona para penonton yang menyaksikannya.

Penguasaan teknik dasar dalam permainan bola voli sangatlah penting mengingat

hal-hal sebagai berikut :

1. Hukuman terhadap kesalahan teknik memantulkan bola dan memukul bola

dalam peraturan permainan bola voli cukup dominan bila di bandingkan

dengan cabang olahraga lainnya.


5

Kesalahan teknik itu antara lain : membawa bola, menyendok bola,

mendorong bola, mengangkat bola dan pukulan ganda.

2. Permainan bola voli adalah permainan dengan tempo yang cepat, sehingga

waktu untuk memainkan bola sangat terbatas, dan bila tidak menguasi teknik

dasar yang sempurna akan memungkinkan kesalahan-kesalahan teknik yang

lebih besar.

3. Regu yang saling bertanding dipisahkan oleh net sehingga tidak pernah terjadi

kontak badan antara pemain yang saling berlawanan, hal ini mempermudah

wasit mengawasi kesalahan teknik yang dilakukan pemian.

4. Untuk mengembangkan taktik-taktik yang tinggi hanya dimungkinkan jika

teknik dikuasi dengan sempurna.

Untuk dapat menguasai permainan bola voli dengan baik dan sempurna,

maka diperlukan penguasaan teknik dasar secara baik pula. Adapun teknik dasar

dalam permainan bola voli adalah :

1. Service

2. Passing

3. umpan (set-up)

4. Smash (spike)

5. Bendungan (block)

Salah satu teknik dasar dalam permainan ini adalah teknik smash, yang

mengandung arti tindakan pukulan terhadap bola yang lurus ke bawah sehingga

bola akan bergerak dengan cepat dan menukik melewati atas jaring menuju ke

lapangan/daerah lawan. (Penataran Pelatih Bola Voli, 1975:4).


6

Untuk dapat melakukan teknik smash diperlukan beberapa faktor-faktor

penentu, yakni : langkah awalan, tolakan untuk meloncat, memukul bola saat

melayang di udara, saat mendarat kembali setelah memukul bola.

Dari beberapa hal di atas, masing-masing komponen penguasaan teknik

dasar memerlukan kekuatan otot, kecepatan dan kelentukan. Kekuatan merupakan

modal dasar yang dibutuhkan oleh seorang atlet untuk dapat melakukan smash

secara baik dan sempurna. Oleh sebab itu kekuatan sangat besar pengaruhnya

terhadap atlet bola boli dalam melakukan smash. Terutama kekuatan otot tangan,

punggung, serta kekuatan otot tungkai sebagai tumpuan tolakan.

Dari uraian di atas mendorong penulis untuk meneliti masalag tentang

“Hubungan antara kekuatan otot tungkai, kekuatan otot punggung, dan kekuatan

otot lengan terhadap kemapuan smash normal pada siswa putera kelas II SMA

Negeri di Kabupaten Pekalongan.

Adapun alasan pemilihan judul yang ingin disampaikan dalam penelitian

ini adalah :

1. Dalam permainan bola voli, teknik dasar smash adalah sangat penting, karena

smash adalah serangan langsung ke lapangan lawan untuk mendapatkan nilai

dalam usaha mencapai suatu kemenangan.

2. Dalam melaukan gerakan smash kekuatan sangat menentukan hasil yang akan

dicapai, terutama kekuatan otot tungkai, kekuatan otot punggung dan kekuatan

otot lengan.

1.2 Permasalahan

Dari uraian alasan pemilihan judul di atas, maka permasalahan dalam

penelitian ini adalah :


7

1. Apakah ada hubungan yang signifikan antara kekuatan otot tungkaidengan

hasil smash dalam permainan bola voli.

2. Apakah ada hubungan yang signifikan antara kekuatan otot punggungdengan

hasil smash dalam permainan bola voli.

3. Apakah ada hubungan yang signifikan antara kekuatan otot lengan dengan

hasil smash dalam permainan bola voli.

4. Apakah ada hubungan yang signifikan antara kekuatan otot tungkai, kekuatan

otot punggung, dan kekuatan otot lengan dengan hasil smash dalam permainan

bola voli.

5. Seberapa besar sumbangan yang diberikan antara kekuatan otot tungkai,

kekuatan otot punggung, dan kekuatan otot lengan terhadap hasil smash dalam

permainan bola voli serata mana yang lebih besar sumbangan dari ketiga

variable tersebut.

1.3 Penegasan Istilah

Untuk menghindari salah pengertian atau pemahaman terhadap istilah

yang digunakan dalam skripsi ini dan untuk memperoleh gambaran yang jelas,

maka istilah-istilah yang perlu ditegaskan ialah :

1. Kekuatan otot tungkai

Kekuatan merupakan daya penggerak setiap aktivitas fisik dan memegang

peranan yang sangat penting untuk melindungi tubuh dari efek cedera. Pengertian

otot tungkai disini adalah tungkai diartikan sebagai kaki (seluruh struktur otot kaki

pangkal paha atas ke bawah) yang terdiri dari, tungkai atas, tungkai bawah, tapak

kaki. Jadi pengertian otot tungkai disini adalah sekelompok otot untuk digunakan

secara maksimum dalam waktu yang relatif singkat. Dalam melakukan smash,
8

kekuatan otot tungkai memegang peranan penting sebagai tumpuan kaki/tubuh

untuk melompat ke atas untuk melakukan rangkaian gerakan smash selanjutnya

(Tom Gullikson, 1996:64).

2. Kekuatan otot punggung

Kekuatan otot punggung disini mengandung arti hampir sama dengan

kekuatan otot lengan, yaitu peningkatan latihan kekuatan dengan memfokuskan

pada struktur otot punggung (James A. Balay, 1986:280).

Untuk mengetahui kekuatan otot punggung digunakan alat Back and leght

Dinamometer yang hasilnya akan diketahui secara langsung dari masing-masing

siswa yang satu dengan yang lainnya.

Kekuatan otot punggung membantu koordinasi gerakan smash sebagai

tenaga dorongan ke depan sehingga menghasilkan smash yang keras dan terarah.

3. Kekuatan otot lengan

Dalam melakukan gerakan smash, lengan menjadi faktor utama dalam

menentukan keberhasilan suatu gerakan yang dilakukan yaitu memukul bola

dengan kekuatan maksimal, terarah, dan menukik keras ke bawah ke daerah lawan

dengan tujuan mematahkan pertahanan lawan (Tom Gullikson, 1998:64).

Otot-otot lengan terdiri meliputi otot dari bagian atas yang sangat penting

untuk gerakan smash adalah otot tropesius, otot deltoidius, otot pectoralis bagian

atas, otot trisop dan bisep, otot pada lengan, otot pergelangan lengan dan bagian

punggung atas. Sesuai dengan pendapat M. Sajoto dalam bukunya Pembinaan

Fisik Dasar menyebutkan bahwa semakin besar serabut seseorang makin kuat pula

otot mereka dan semakin panjang ukuran otot mereka makin kuat pula ototnya.

Otot akan mengalami pembesaran yang disebut hypertropy, ialah bertambah

besarnya myofibril, sebaliknya akan mengalami pengecilan kalau tidak dilatih dan

disebut stropy.
9

4. Kemampuan smash normal (open smash)

Tujuan mendapatkan hasil yang optimal dalam melakukan gerakan ini, maka

harus menguasai teknik dasarnya secara sempurna dan ditunjang oleh latihan

kondisi fisik yang sempurna pula. Kemampuan disini mengandung arti sebagai

suatu bentuk kesanggupan, kecakapan, dan kekuatan.

Smash adalah pukulan yang utama dalam penyerangan dalam usaha

mencapai kemenangan. Ciri khusus smash normal adalah lambungan (umpan)

bola cukup tinggi, mencapai 3 m ke atas.

Dalam melakukan gerakan smash dibagi dalam beberapa tahapan yaitu :

langkah awalan, tolakan untuk meloncat, memukul bola saat melayang di udara,

saat mendarat kembali setelah memukul bola.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui seberapa besar sumbangan ketiga variabel tersebut terhadap

kemampuan smash normal dalam permainan bola voli.

2. Untuk mengetahui mana yang lebih besar sumbangannya antara kekuatan otot

tungkai, kekuatan otot punggung, dan kekuatan otot lengan terhadap

kemampuan smash normal dalam peramainan bola voli.

1.5 Pentingnya Penelitian

1. Merupakan sumbangan yang berarti bagi para pembina, pelatih, dan guru

pendidikan jasmani dan kesehatan untuk meningkatkan prestasi smash normal

dalam peramainan bola voli.


10

2. Penelitian diharapkan menjadi bahan perbandingan bagi yang berminat untuk

mengadakan penelitian lebih lanjut dalam hal samash pada permainan bola

voli.

1.6 Sumber-sumber Pemecahan Masalah

Untuk memecahkan masalah yang ada dalam penelitian ini, maka penulis

mengambil beberapa sumber sebagai berikut :

1. Sumber data pokok

Didapat dari data hasil survei tes pada siswa putera kelas II SMA Negeri di

kabupaten Pekalongan.

2. Sumber data pelengkap diperoleh dari :

a. Buku-buku literatur yang ada hubungannya dengan penulisan skripsi ini.

b. Wawancara dengan pakar cabang olahraga bola voli

c. Hasil perkuliahan dan pengalaman penulis selama menuntut ilmu di FIK

UNNES.

d. Petunjuk, bimbingan, serta anjuran dari para dosen terutama dosen

pembimbing.
11

BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

5.1 Sejarah Permainan Bola Voli

5.1.1 Sejarah Dunia

Bola voli sudah dikenal sejak abad pertengahan terutama di negara-negar

Romawi. Pada tahun 1893 di Jerman permainan ini dikenal dengan nama “faust

ball”. Dua tahun kemudian yakni pada tahun 1895 William G. Morgan seorang

guru pendidikan jasmani pada young Men Cristian Association (Y.M.C.A) di kota

holioke, Massachusette mencobakan permainan sejenis faust ball, yang mula-mula

rekreasi dalam lapangan tertutup (in door). Pada saat itu sedang populer olahraga

basket tetapi banyak para usahawan yang berlatih basket sudah mencapai usia

lanjut merasakan permainan basket terlalu memeras tenaga.

Berikut ini secara garis besar dari tahun ke tahun terjadi perubahan-

perubahan peraturan sebagai berikut :

Tahun 1900 sistem point mulai berlaku dengan 21 point untuk satu net.

Tahun 1912 suatu komisi para ahli dari kalangan Y.M.C.A ditugaskan meninjau

kembali peraturan yang sudah ada. Komisi ini berhasil melakukan beberapa

perubahan antara lain sistem rotasi mulai diterapkan.

Tahun 1917 sistem point diubah menjadi sistem 15 point.

Tahun 1918 tim inti yang ada di lapangan ditetapkan 6 orang dan tinggi net

ditetapkan 8 feet (2143m).

Tahun 1921 mulai ditetapkan garis tengah dibawah net.

11
12

Tahun 1922 setiap regu diperbolehkan memainkan bola masing-masing hanya tiga

kali kemudian harus diseberangkan ke daerah lawan.

Pada tahun itu juga Y.M.C.A yang pertama kali di brooklyn, New york.

Tahun 1923 ukuran lapangan permainan ditetapkan seperti yang ada sekarang

yaitu lebar 9 m dan panjang 18 m.

Pada konggres tahun 1988 di olimpiade Seoul ada beberapa keputusan

penting antara lain : pengaturan permainan dengan “Tie Break” sebagai pengganti

set kelima dan point maksimal mencapai nilai 17. dalam konggres di Seoul itu

juga dr. Ruben Acosta terpilih kembali sebagai presiden F.I.V.B. tim putra USA

menunjukan keunggulan sebagai pemegang medalai emas atas tim U.S.S.R.

5.1.2 Sejarah Perkembangan Bola Voli di Asia

Tahun 1900 permainan voli sudah dikenal di India dibawa oleh seorang

ahli pendidikan jasmani dari Y.M.C.A yang bernama De Gray. Philipina dan

negara lain di timur jauh mulai mengenal permainan dari Elwood E. brown pada

tahun 1910. akan tetapi permainan yang dikembangkan di Timur jauh pada waktu

itu sudah di modifikasi, tidak menggunakan 6 orang tapi satu regu terdiri dari 9

pemain yang dikenal dengan istilah “The Far Eastern Volley Ball Sustem” atau

“Nine Men System” yang dimaksud dengan negara timur Jauh adalah Jepang,

Korea, China, dan Philipina.

Pada tahun 1961 persatuan Bola Voli Nasional Pakistan memprakarsai

turnamen bola voli International yang disebut dengan nama “Morgan Cup”.

Tujuan penyelenggaraan turnamen ini adalah untuk menghormati William G.

Morgan sebagai pencipta permainan bola voli modern, dalam kejuaraan itu

Indonesia tercatat sebagai peserta. Asian Volley Ball Convederation (A.V.C) saat
13

itu sudah beranggotakan sebanyak 50 negara termasuk didalamnya Asia dan

Oceania antara lain Australia, New Zelland, Papua New Guniea, Vanuatu, Sanioa,

Fiji, Tonga, dan lain-lain. Sebagai presiden Asia volley ballconvederation saat ini

Mr. Yasutaka matsudaira dan Japan volley ball Assosation yang berkedudukan di

Tokyo.

5.1.3 Sejarah Perkembangan Bola Voli di Indonesia.

Konggres pertama P.B.V.S.I dilaksanakan di Jakarta pada tanggal 28-30

Mei 1955. Pada konggres yang pertama itu dihadiri oleh 20 persatuan kota yang

menggabungkan diri ke P.B.V.S.I pada tahun itu pula P.B.V.S.I mendapat

pengesahan sementara dari I.V.F di Paris.

Perkembangan permainan bola voli di Indonesia nampak maju dengan

pesat sejak persiapan menghadapi Asia Games IV dan ganefo I di jakarta. Hal itu

terbukti dengan banyaknya klub-klub bola voli dari kota besar sampai ke pelosok

desa yang terpencil. Berikut ini adalah bagian struktur organisasi bola voli dari

tahun 1977 hingga sekarang :

F.I.V.B (tingkat dunia)

P.B.V.S.I (tingkat nasional)

P.B.V.S.I I (daerah tingkat I)

P.B.V.S.I II (daerah tingkat II)

Klub-klub bola voli yang menjadi anggota P.B.V.S.I Tingkat II.


14

5.2 Fasilitas dan Perlengkapan Permainan Bola Voli

5.2.1 Ukuran Luas

1. Lapangan permainan terbentuk persegi panjang 18 x 9 m, dikelilingi oleh

daerah bebas minimal 3 m, dan dengan ruang bebas dari suatu penghalang

sampai ketinggian minimal 7 m dari permukaan lapangan permainan.

2. Untuk pertandingan-pertandingan international yang resmi daerah bebas

tersebut minimal 5 m dari garis samping serta 8 m dari garis belakang. Ruang

bebas itu berukuran tinggi 12,5 m dari permukaan lapangan.

5.2.2 Permukaan Lapangan Permainan

1. Permukaan harus datar, horisontal dan seragam.

2. Pada pertandingan international hanya diperbolehkan permukaannnya terbuat

dari kayu atau sintetis, jenis yang lain harus mendapat pengesahan dari

F.IV.B.

3. Permukaan lapangan tidak boleh menimbulkan cidera atau bahaya bagi

pemain.

4. Pada lapangan tertutup, permukaannya harus satu warna yang terang. Pada

pertandingan international warna garis-garis adalah putih, dan warna lain

untuk lapangan permainan dan daerah bebas terserah yang dikehendaki.

5. Pada lapangan terbuka suatu kemiringan 5 mm per meter untuk pengurasan

(drainase), dilarang membuat garis-garis lapangan dengan benda padat yang

keras.

5.2.3 Daerah/Bagian dari Lapangan Permainan

1. Daerah serang (depan)

Dalam setiap lapangan daerah depan dibatasi oleh poros dari tengah dan garis

serang selebar 3 m dari batas garis belakang.


15

2. Daerah sevice

Daerah sevice adalah selebar 3 m daerahnya dibelakang garis akhir. Dibatasi

oleh garis pendek pada kedua bagian tersebut, panjang tiap potongan garis

adalah 15 cm dan 20 cm perpanjangan daerah service adalah sampai batas

akhir dari daerah bebas.

3. Garis tengah

Poros garis tengah membagi dua lapangan menjadi dua bidang yang berukuran

9 x 9 m.

5.2.4 Net/Jaringan dan Tiang-Tiang Net

1. Net/jaring lebar net adalah 1 m, dan panjangnya 9,50 m terletak vertikal di

atas poros dari garis tengah. Lubang-lubang berbentuk persegi berwarna hitam

berupa mata jala berukuran 10 cm tiap lubang.pada atas net tersebut terdapat

pita putih yang horizontal, lebarnya 5 cm. pada bagian bawah net terdapat tali

untuk meregangkan dan menarik net supaya kencang.

2. Antena (Rod)

Antena adalah tongkat yang lentur, panjang 1,80 m dan garis tengahnya 10

mm, tinggi setiap antena diatas net 80 cm dan terdapat warna-warna garis

kontras sepanjang 10 cm, lebih baik berwarna merah dan putih.

3. Tinggi net

Tinggi net untuk putera 2,45 m dan puteri 2,24 m. tiang-tiang net adalah

sebagai penunjang, bentuknya harus bulat dan licin, dengan ketinggian 2,55 m.
16

5.2.5 Bola

1. Bola harus terbuat dari bahan lunak (lentur), bentuknya bulat dan dalamnya

terbuat dari bahan karet/sejenisnya adapun ukuran dari bola adalah :

warna : satu warna dan modifikasi

keliling : 65-67 cm

berat : 260-280 gram

tekanan udara : 0,40-0,45 kg/cm

2. Kesegaran dari bola

Semua bola yang digunakan dalam suatu pertandingan harus sesuai dengan

ketentuan mengenai keliling, berat, tekanan udara, bentuk dan sebagainya

yang diatur dan di syahkan dari FIVD.

3. Cara menggunakan 3 bola

Untuk pertandingan internasional yang resmi, harus menggunakan sistem 3

bola. Dalam hal ini 6 orang penjaga bola harus mengambil tempat disetiap

sudut [ada daerah bebas 1 orang, dan di belakang setiap wasit 1 orang.

5.2.6 Perlengkapan para pemain

1. Perlengkapan para pemain terdiri dari baju kaos, celana pendek, dan sepatu

olahraga.

2. Baju kaos dan celana pendek harus seragam, bersih dan harus berwarna sama.

3. Baju kaos pemain harus bernomor 1-15 dan nomor harus ditempatkan pada

bagian tengah depan dan belakang.

2.3. Ciri Khas Permainan Bola Voli

Permainan bola voli adalah olahraga beregu yang dimainkan oleh dua regu

yang masing-masing terdiri dari 6 orang pemain disetiap lapangan dengan


17

dipisahkan oleh net, pantulan yang dimainkan tersebut dengan menggunakan

tangan atau lengan dan pada masa sekarang setelah mengalami perubahan

peraturan, pantulan dapat dilakukan dengan menggunakan semua anggota badan.

Tujuan dari permainan ini adalah agar setip regu melewatkan bola secara

teratur atau baik melalui net sampai bola yang dilewatkan tidak menyentuh lantai

lapangan sendiri. Permainan dimulai dengan posisi bola berada pada pemain

kanan garis belakang, yaitu dimulai dengan melakukan sevice, pukulan harus

melewati net kedaerah lapangan lawan.

Dalam permainan bola voli setiap regu berhak melakukan maksimal tiga

(3) kali sentuhan dalam memainkan bola untuk mengembalikannya kedaerah

lawan. Seorang pemain (kecuali pembendung) tidak diperbolehkan menyentuh

dan memainkan bola dua kali berturut-turut. Apabila regu penerima

memenangkan dalam permainan bola akan mendapatkan giliran sevice, dalam set

penentuan juga akan mendapat angka dan setiap pemain melakukan

penggeseran/rotasi satu posisi menurut arah jarum jam. Perputaran tersebut untuk

menjamin bahwa pemain pada kedua pihak yang berada di depan net dan pada

daerah belakang.

Pada perkembangannya saat ini permainan bola voli menggunakan sistem

raly point, yakni regu yang bisa mematikan lawan akan mendapatkan nilai baik

regu yang melakukan sevice maupun regu yang menerima sevice.

Suatu set dimenangkan oleh regu yang pertama mendapatkan angka 25

dengan minimal selisih 2 angka. Dalam kedudukan angka 24-24, permainan

dilanjutkan sampai terdapat selisih 2 angka. Bila kedudukan set 2-2, maka set
18

penentuan dimainkan hanya sampai angka 15 dan bila terjadi deuce maka dengan

selisih 2 angka dan regu yang mencapai angka 17, maka regu tersebut menjadi

pemenangnya.

Perselangan (istirahat) tiap-tiap set adalah 3 menit, selama waktu

perselangan tersebut, pertukaran tempat/lapangan dan daftar posisi dari dua regu

harus sudah diselesaikan dalam score-sheet. Sesudah berakhir tiap set regu

berpindah lapangan kecuali pada set penentuan, para cadangan juga berganti

tempat duduk. Dalam set penentuan salah satu regu mencapai angka 8 regu akan

berpindah tempat tanpa memperlambat dan pemain menempati posisi seperti tadi.

Jika pergantian lapangan tidak dilakukan secara semestinya dan tidak segera

mungkin mengambil tempat, kesalahan tersebut diberikan peringatan.

Dalam permainan bola voli setiap regu diperkenankan maksimal 2 kali

time out dan 6 kali pergantian setiap setnya. Penghentian hanya boleh diajukan

oleh coach (pelatih/official) atas playing kapten, apabila bola mati dan sebelum

bunyi peluit untuk sevice, dengan wasit memberikan isyarat tangan sebagai

penghubung. Satu regu tidak diperkenankan untuk mengajukan pergantian pemain

berturut-turut dan harus dimulai dahulu dengan permainan. Tetapi dua pemain

atau lebih dapat mengadakan perggantian pada saat penghentian pergantian

tersebut. Diantara permintaan yang lain, ada juga yang tidak sesuai mengajukan

permintaan diantaranya :

1. Pada saat atau selama dalam satu permainan rely atau sesudah wasit meniup

peluit untuk service.

2. Tidak diberikan hak untuk mengantikan pemain seregunya.


19

3. Mengajukan pergantian oleh regu yang sama sebelum permainan dilanjutkan

dari pergantian terlebih dahulu.

4. Sesudah batas jumlah time-out dan jumlah pergantian pemainnya.

2.4. Teknik Dasar Permainan Bola Voli

2.4.1 Pengertian Teknik

Permainan adalah cara melakukan atau melaksanakan sesuatu untuk

mencapai suatu tujuan tertentu. Secara efisien dan efektif. Teknik dalam

permainan bola voli dapat diartikan, sebagai cara memainkan bola dengan efisien

dan efektif sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku untuk mencapai hasil

yang optimal.

Teknik permainan yang baik selalu berdasarkan pada teori dan hukum-

hukum yang berlaku dalam ilmu dan pengetahuan yang menunjang pelaksanaan

teknik tersebut. Seperti : Biomekanik, anatomi, fisiologi, kinesiologi, dan ilmu-

ilmu penunjang lainnya, serta berdasarkan pula peraturan permainan yang berlaku.

2.4.2 Macam-Macam Teknik dalam Permainan Bola Voli

1. Service

Pada umumnya service hanya merupakan pukulan pembukaan untuk

memulai suatu permainan sesuai dengan kemajuan permainan, teknik service saat

ini hanya sebagai permukaan permainan, tapi jika ditinjau dari sudut taktik sudah

merupakan suatu serangan awal untuk mendapatkan nilai agar suatu regu berhasil

meraih kemenangan. Karena kedudukannya begitu penting maka para pelatih

selalu berusaha menciptakan bentuk teknik service yang dapat menyukarkan

lawan dan mendapat nilai.


20

Bertolak dari pentingnya kedudukan service diciptakan bermacam-macam

teknik dan variasi sevice :

a. Sevice tangan bawah

Sevice ini adalah sevice yang sangat sederhana dan diajarkan terutama

untuk pemula. Gerakannya lebih alamiah dan tenaga yang dibutuhkan tidak begitu

besar.

1) Sikap permulaan

Berdiri didaerah sevice menghadap kelapangan, bagi yang tidak kidal kaki

kiri berada di depan dan bagi yang kidal sebaliknya. Bola dipegang tangan kiri,

tangan kanan boleh menggenggam atau dengan telapak tangan terbuka, lutut agak

ditekuk sedikit dan berat badan berada di tengah.

2) Gerakan pelaksanaan

Bola dilambungkan di depan pundak kanan, setinggi 10 sampai 20 cm,

pada saat bersamaan tangan kanan ditarik ke belakang kemudian diayunkan ke

arah depan atas dan mengenai bagian belakang bawah bola

Lengan diluruskan dan telapak tangan/genggaman tangan ditegangkan

3) Gerakan lanjutan

Setelah memukul diikuti dengan memindahkan berat badan dengan

melangkahkan kaki kanan kedepan dan segera masuk kelapangan untuk

mengambil posisi dengan sikap siap normal, siap untuk menerima pengembalian

serangan dari pihak lawan (lihatlah sikap siap normal pada gambar 14 dan teknik

urutan gerak “sevice tangan bawah” pada gambar 15).


21

b. Floating serve (sevice mengapung)

Yang dimaksud dengan sevice mengapung (floating serve) adalah jenis

sevice dimana jalannya bola dari hasil pukulan sevice itu tidak mengandung

putaran dengan kata lain, bola berjalan mengapung/mengambang.

Dari sekian banyak teknik sevice, pada saat ini paling populer adalah

“floating service” terutama yang dilakukan dari overhand. Kesukaran lawan

dalam menerima sevice float ini terletak pada sifat jalannya bola yang mengapung,

dan berjalan tidak pada suatu lintasan lurus, kecepatannya yang tidak teratur, bola

sering melayang ke kiri dan ke kanan ke atas dan ke bawah, sehingga

menimbulkan kesukaran untuk memprediksi arah datangnya bola sehingga

menimbulkan kesukaran untuk memprediksi arah datangnya bola secara tepat.

- Floating overhand service

a) Sikap permulaan

Berdiri didaerah sevice menghadap kelapangan, bagi yang tidak kidal kai

kiri berada didepan dan jika kidal posisi kaki sebaliknya, namun ada juga pemain

berdiri dengan kedua kaki sejajar dengan menghadap ke net. Bola dipegang

ditangan kiri setinggi kepala, tangan kanan menggenggam atau dapat juga dengan

telapak tangan terbuka.

b) Gerakan pelaksanaan

Bola dilambungkan didepan atas lebih tinggi dari kepala, tangan kanan

segera memukul bola pada bagian tengah belakang dari bola dan gaya yang

mengenai bola harus berjalan memotong garis tengah bola, untuk menghindari

terjadinya putaran pada bola, pergelangan tangan harus di fiksir atau dikakukan.

c) Gerakan lanjutan
22

Gerakan lanjutan dan pemukul harus segaris dengan gaya yang dihasilkan

atau didorongkan ke depan. Jika pukulan dilakukan dengan gerakan yang cepat

(pukulan keras) dapat dilakukan tanpa follow trough. Lihat urutan gerak floating

overhandseve pada gambar 16, dan pada gambar 17 menunjukan ketinggian

lambungan bola dan posisi tangan saat perkenaan dengan bola.

- Overhand change-up service (slider floating overhand)

a) Sikap permulaan

Berdiri menyampingi net, posisi kedua kai sejajar, tangan kiri memegang

bola ke depan badan, tangan kanan yang akan memukul bola menggenggam.

b) Gerak pelaksanaan

Langkahkan kaki kiri ke samping, lambungkan bola di depan pundak kiri

kemudian ayunkan lengan kanan dengan gerak melingkar ke arah bola samping

memindahkan berat badan ke kaki kiri, perkenaan tangan dengan bola berada di

depan pundak kiri dan lengan dalam ke adaan lurus.

c) Gerak lanjutan (follow through)

Setelah tangan mengenai bola, gerakan lengan di bawah lurus ke depan

sambil memindahkan berat badan ke depan dan segera masuk kelapangan untuk

mengambil posisi siap menerima bola serangan dari lawan.

b. Overhand round-house service (hook service)

Sevice jenis ini disebut suga sevice cekis (Suharno, 1982:21)

1) Sikap permulaan

Berdiri menyampingi lapangan, jarak kedua kaki selebar pundak, kedua

tangan memegang bola.


23

2) Sikap pelaksanaan

Lambungkan bola diatas pundak kanan, liukan badan kearah kanan dan

lutut ditekuk, ayunkan lengan kanan kearah bola dengan gerak melingkar secepat

mungkin.

3) Dumping service

Service dilakukan dengan gerakan melompat seperti gerakan smash.

Lambungkan bola setinggi kurang lebih 3 m agak ke depan badan lalu melakukan

awalan melompat setinggi mungkin dan bola dipukul seperti gerakan smash.

Putaran bola yang dihasilkan terus topspin yang tinggi agar bola secepatnya turun

ke daerah lapangan lawan. Sebagai catatan, sewaktu melakukan awalan, tolakan

kedua kaki harus dibelakang garis, tetapi setelah memukul, boleh menginjak garis

atau mendarat jauh di dalam lapangan sesuai peraturan yang berlalku.

4) Passing

Adalah mengoperkan bola kepada teman sendiri dalam satu regu dengan

suatu teknik tertentu, sebagai langkah awal untuk menyusun serangan kepada regu

lawan.

Macam-macam passing :

a. Pass-bawah normal

b. Variasi pass-bawah

c. Pass-atas normal

d. Variasi pass-atas

e. Passing dalam berbagai macam ketinggian bola


24

5) Umpan (set-up)

Umpan adalah menyajikan bola kepada teman dalam satu regu, yang

kemudian diharapkan bola tersebut dapat diserangkan ke daerah lawan dalam

bentuk smash. Teknik mengumpan pada dasarnya sama dengan teknik passing.

Letak perbedaannya hanya pada tujuan dan kurve jalannya bola. Umpan yang baik

harus memenuhi beberapa persyaratan, yakni :

a. Bola harus melambung di atas jaring dengan tenang di daerah serang lapangan

sendiri.

b. Bola harus berada di atas jaring jaring dengan ketinggian yang cukup agar

dapat di smash oleh Smasher.

c. Jarak umpan dengan net sesuai dengan tipe serangan yang diinginkan. Pada

umpan normal jarak bola dengan net berkisar 20-50 cm.

2.4.3 Macam-macam Umpan

a. Menurut macamnya smash.

1. Umpan normal

Dikatakan oleh Suharno (1982:30), bahwa teknik umpan normal sebagai

dasar untuk mengembangkan teknik lainnya. Tinggi umpan normal 2 m ke atas

dari tepi atas net dan berlaku segala posisi..

2. Umpan semi

Tinggi umpan semi berkisar antara 1-1,99 m di atas net. Tujuan umpan ini

untuk membuat tempo permainan lebih cepat dan merupakan variasi serangan

untuk merusak pertahanan lawan.


25

3. Umpan push (umpan dorong)

Tinggi bola diatas net lebih kurang 0,15-1,5 m. Umpan ini dilakukan

dengan dorongan yang lebih cepat jika di bandingkan dengan teknik umpan

lainnya.

4. Umpan pull (quick)

Ketinggian bola berkisar antara bola-bola persis diatas net sampai

ketinggian 0,99 m dan letak bola umpan lebih dekat ke pengumpan. Tujuan dari

umpan ini adalah mengubah variasi serangan agar tempo permainan menjadi lebih

cepat.

5. Umpan pull straight

Tujuan umpan ini mengubah tempo permainan agar manjadi cepat dan

bervariasi. Bedanya dengan umpan pull, jalannya bola ke arah pengumpan yang

lebih tajam, seperti pada umpan push, tetapi ketinggian bola di atas net sama

dengan umpan pull.

b. Menurut arah bola dari sisi pengumpan

1. Mengumpan ke depan dekat dan sejajar dengan net.

2. Mengumpan ke belakang dekat dan sejajar dengan net.

3. Umpan ke depan dengan meloncat

4. Umpan kebelakang dengan meloncat

4. Bendungan (Block)

Block merupakan benten pertahanan yang utama untuk menangkis

serangan lawan. Jika ditinjau dari teknik gerakan, block bukanlah merupakan

teknik yang sulit. Namun keberhasilan suatu block prosentasenya relatif kecil
26

karena bola smash yang akan diblok, arahnya dikendalikan oleh lawan untuk

dapat menghindari block.

a. Block menurut banyaknya pemblok

1. block Satu

2. block berdua dan block ketiga

Block ini merupakan suatu kerjasama yang kompak, sebab bila tidak ada

kerjasama yang baik dalam block berkawan, tentu nilainya sama saja dengan

block satu.

b. Macam-macam langkah awalan block

1. awalan dari belakang

2. teknik gerakan block dengan awalan langkah samping

3. teknik gerakan block dengan awalan silang

4. teknik gerakan block dengan awalan lari ke posisi block

5. teknik gerakan block dengan lari diagonal 450 ke arah posisi block

c. Sikap tangan pada saat block

Setelah melompat kedua tangan diluruskan ke atas net, jarak antara

kedua antara kedua tangan adalah kurang dari diameter bola. Jari-jari terbuka

dan agak sedikit ditekuk. Sudut tangan dengan bola tergantung dari sudut

datangnya bola dan kemana arah pantulan bock yang diinginkan. Ada

beberapa kemungkinan pantulan bola dari tangan pemblok menurut sudut

datangnya bola dan posisi tangan pemblok.

5. Smash

Adalah tindakan pukulan terhadap bola yang lurus ke bawah, sehingga

bola akan bergerak dengan cepat dan menukik melewati atas jaring menuju ke

lapangan lawan.
27

2.5. Tinjauan Teknik Dasar Smash

2.5.1. Pentingnya Smash

Pengusaan teknik dasar smash dalam permainan bola voli sangat penting,

keberhasilan suatu regu dalam memenangkan pertandingan bola voli banyak

ditentukan oleh smash. Sebab smash merupakan cara termudah untuk

memenangkan angka, seperti yang dikemukakan Dietch Beuthelshol (1986:23),

kalau pemain hendak memenangkan pertandingan bola voli, mereka harus

meguasai teknik smash yang sempurna. Dalam permainan bola voli smash

berguna sebagai alat penyeranga yang paling mematikan sepertei yang dikatakan

oeh Yunus (1982:108), smash merupakan pulan yang utama dalam penyerangan

dalam usaha mencapai kemenangan. Oleh karena itu setiap pemain dalam satu

team harus benar-benar mengusai smash dengan baik, karena smash merupakan

serangan utama.

Untuk dapat melakukan smash yang baik, harus memenuhi beberapa

persayaratan yaitu:

1. Arahkan smash ke tempat yang lemah

2. Arahkan smash ke tempat yang kosong sesuai pola yang dipergukan oleh

lawan.

3. Arahkan bola antarea dua pamain defender

4. Sasaran smash ke tempat pemain bertahan yang sedang maju ke samping

5. Buat sasaran yang tepat dimana defender akan mengambil bola harus bergerak

terlebih dahulu.

6. Pukul bola diatas pengeblok yang lemah

7. Jalankan smash tipuan sesuai dengan kemampuan


28

2.5.2. Sikap Dasar Melakukan Smash

Dalam melakukan pukulan smash seoran Smasher harus melalui tiga

gerakan yang terkoordinasi dengan baik dan merupaan suatu kesatuan gerakan

yang harmonis yaitu dari sikap permukaan sikap, saat perkenaan sampai, sikap

akhir.

Untuk lebih jelasnya akan penulis uraikan sebegai berikut

1. Sikap Permulaan

Pengambilan awalah atau ancang-ancang yaitu mengambil sikap siap

normal dengan jarak yang cukup dari jaring (3-4 m). pada saat akan melakukan

langkah kedepan terlebih dahulu melaukakn langkah-langkah kecil di tempat.

Langkah ini dimaksudkan agar pada saat badan telah dalam batas setinbang atau

pada saatnya untuk bergerak ke depan. Sesudah itu dilanjutkan dengan langkah ke

depan dan agar tetap dijaga disamping kontinyuitas juga letak bahu kiri yang

relatif akan selalu berada lebih dekat net jaring dari pada bahu kanan.

Tolakkan harus dilakukan dengan menumpu terlebih dahulu dengan kedua

kaki dan langkah pada saat akan menumpu ini tidak boleh lebar atau dengan

suatu loncatan. Setelah menumpu dengan kedua kaku kemudian harus segera

diikuti dengan gerakan merendahkan badan dengan jalan menekuk lutu gak dalam

ke bawah serta kedua lengan telah berada disamping belakang badan. Kemudian

setelah itu diikuti dengan tolakkan kaki ke atas secara eksplosif dan di bantu

dengan ayunan kedua lengan dari arah belakang ke depan atas (Soejadi , 1979:34).

Perlu diperhatikan bahwa setelah kaki menolak keatas maka kedua kaku

harus dalam keadaan rileks, tangan kanan berada di samping atas kepala agak ke
29

belakang dan tangan sediit lurus, dengan telapak tangan menghadap ke depan

sedang tangan kiri berada disamping dengan kepala kira-kira setinggi telinga.

Tangan dan lengan kiri dalam keadan rileks saja dan ikut menjaga keseimbangan

tubuh selama melayang di udara.

Menurut Durwacher dalam bukunya menerangkan bahwa pengambilan

ancang-ancang yang baik 45 – 800 terhadap net. Langkah terakhir biasanya

menuju ke dekat garis serang atau melampauinya. Pada saat melakukan gerak

ancang-ancang kedua tangan berada didepan, dan terangkat sedikit setinggi dada.

Loncatan smash dilakukan dengan irama ganda dan cepat. Mula-mula langkah

tumpuan yang panjang dan mendatar, disusul oleh tarikan cepat kaki yang satu

lagi.

Pada saat melakukan langkah-langkah tumpuan, kedua tangan terayun kuat

ke belakang, kedua lutut ditekuk, titik berat badan bergeser ke atas persendian

lompatan, lalu kedua lengan disentakan dengan cepat ke atas melewati paha,

mengawali gerakan rentangan tungkai yang eksplosif, bahu mengikuti gerak

eksplosif ke atas. Lengan kiri menarik tubuh mengimbangi gerak menurun

kembali. Lengan pemukul yang di bengkokan terayun sesaat sebelum mengenai

bola bahu ditarik ke belakang, sedangkan tangan yang terbuka berada di dekat

telinga, pada gerak ini punggung melengkung ke belakang sedangkan betis hampir

horisontal. (Durrwacher, 1990:63)

Dari pendapat di atas penulis dapat simpulkan, bahwa sikap permulaan

dalam pukulan smash adalah dimulai pada sikap normal dengan jarak yang cukup

dari jaring dengan jarak gerak awalan 45-600 terhadap jaring. Pada saat

melakukan awalan kedua tangan berada di depan dan mengikuti irama langkah
30

awalan. Setelah menumpu dengan kedua kaki lalu kedua lutut ditekuk dan lengan

telah terayun ke belakang dan diteruskan dengan tolakan kaki ke atas secara

eksplosif dan dibantu dengan ayunan kedua lengan dari arah belakang ke depan

atas melewati paha. Setelah menolak kaki rileks tangan kiri berada di samping

dengan kepala kira-kira setinggi telinga untuk menjaga keseimbangan dan tangan

kanan berada di samping atas kepala agak ke belakang dengan telapak tangan

terbuka siap memukul.

Untuk lebih jelasnya seperti gambar di bawah ini :

Gambar 1

Sikap saat awalan dan tolakan


(Bola Voli Belajar dan Berlatih Sambil Bermain, Gramedia : Jakarta, 1990)

Keterangan gambar :

Nomir 1,2 dan 3 sikap awal dalam persiapan melakukan smash bola voli.

Nomor 4,5 dan 6 melakukan gerakan tolakan dengan bertumpu pada kedua kaki.

Nomor 7 dan 8 melakukan lompatan untuk melakukan gerakan smash bola voli.
31

2) Sikap Perkenaan

Sikap saat melayang seperti tersebut di atas harus di usahakan sedemikian

rupa sehingga bola berada di atas depan Smasher. Bila bola berada di atas depan

jangkauan tangan maka segeralah tangan kanan dipukulkan pada bola secepatnya.

Hasil pukulan atau lebih sempurna lagi bila lecutan tangan dan lengan itu juga

diikuti gerakan membungkuk dari togok. (Soejoedi, 1978:35)

Sedangkan sikap perkenaan menurut Durrwacher adalah pukulan smash

dimulai dengan rentangan tubuh atas. Bahu lengan pemukul ditarik ke depan dan

ke atas kaki disentakan ke depan hampir menyentuh tepi bawah jaringnya.

Berdasarkan dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sikap saat

perkenaan adalah saat melayang dengan rentangan tubuh atas diusahakan berada

di atas depan Smasher, setelah bola berada pada posisi jangkauan tangan, segera

lengan pemukul dihentikan ke depan didahului siku dan diikuti telapak tangan

langsung memukul pada sisi belakang bola. Untuk jelasnya seperti gambar 2

Gambar 2

Saat memukul dan perkenaan bola


(Bola Voli Belajar dan Berlatih Sambil Bermain, Gramedia : Jakarta, 1990)
32

3. Sikap akhir

Setelah bola berhasil dipukul maka Smasher akan segera mendarat

kembali ke tanah. Pada saat mendarat Smasher harus mendarat dengan kedua

kakinya dan dalam keadaan lentur. Tempat pendaratan harus diusahakan sedekat

mungkin dengan tempat melakukan tolakan. Setelah Smasher berhasil mendarat

kembali di lapangan segeralah disusul dengan pengambilan sikap siap normal.

Sikap akhir adalah saat mendarat kedua kaki serempak menyentuh lantai

dan elastis. Pada pukulan smash ke depan muka dan dada sedapat mungkin

menghadap jaring.

Dari sikap di atas dapat penulis simpulkan bahwa pada dasarnya sikap

akhir adalah sikap mendarat dengan kedua kaki secara serempak dalam keadaan

elastis. Untuk itu lihat gambar 3.

Gambar 3

Sikap saat mendarat


(Bola Voli Belajar dan Berlatih Sambil Bermain, Gramedia : Jakarta, 1990)
33

Keterangan gambar :

- Saat pendaratan setelah melakukan gerakan smash bola voli dengan kedua

kaki dan kedua lutut agak ditekuk serta rileks.

2.5.3 Macam-macam Pukulan Smash

Smash dapat dibedakan menjadi beberapa macam yaitu :

1) Smash normal (open smash)

2) Smash semi

3) Smash semi jalan

4) Smash push

5) Smash pull (quick)

6) Smash pull jalan

7) Smash pull straght

8) Smash cekis (drive smash)

9) Smash langsung

10) Smash dari belakang

11) Smash silang dan smash lurus (Yunus, 1992:108-122)

1) Smash normal (open smash)

Proses smash dimulai dari : sikap permulaan, gerak pelaksanaan dan gerak

lanjut sama dengan proses pelaksanaan smash secara umum.

Ciri-ciri khusus pada smash normal adalah :

a) Lambungan umpan) bola cukup tinggi, mencapai 3 m dari net.

b) Jarak lintasan bola diumpankan berkisar antara 20 sampai 50 cm dari net.

c) Titik jatuhnya bola yang diumpankan berada di sekitar daerah tengah antara

pengumpan dan Smasher yang diukur dari garis proyeksi Smasher terhadap

net. (lihat gambar 4)


34

d) Langkah awalan dimulai setelah bola lepas dari lengan tangan pengumpan

dengan pandangan berkonsentrasi pada jalannya bola.

e) Meraih dan memukul bola setinggi-tingginya di atas net.

NET

A1 C Bx

Garis serang
Ax

Garis belakang

Gambar 4

Daerah jatuhnya bola Umpan normal


(Bola Voli Belajar dan Berlatih Sambil Bermain, Gramedia : Jakarta, 1990)

Keterangan gambar :

Ax : posisi tempat berdiri Smasher mengambil awalan

A1 : titik proyeksi posisi awalan Smasher dengan net

Bx : posisi tempat berdiri pengumpan

C : daerah jatuhnya bola umpan yang jaraknya setengan dari jarak A1-Bx.

2) Smash semi

Sikap permulaan gerak pelaksanaan dan gerak lanjutan sama dengan

smash normal. Perbedaannya terletak pada ketinggian umpan yang diberikan dan

timing mengambil langkah awalan. Awalan langkah ke depan mulai pelan-pelan


35

sejak bola mengarah ke pengumpan dan begitu bola diumpan oleh pengumpan

Smasher segera meloncat dan memukul bola secepat-cepatnya di atas net.

Ketinggian umpan lebih kurang 1 m di atas net.

3) Smash semi jalan

Pada dasarnya smash semi jalan ini sama dengan smash semi

perbedaannya hanya pada arah jalan awalan. Pada smash semi awalan berlawanan

dengan arah umpan sedangkan pada smash semi jalan ini langkah awalan search

dengan jalannya umpan yang berarti posisi awalan searah dengan jalannya umpan

yang berarti posisi awal Smasher berada disamping atau agak dibelakang

pengumpan.

4) Smash push

Sikap permulaan, untuk mengambil awalan Smasher segera menempatkan

diri diluar lapangan mendekati tiang net, menghadap ke arah pengumpan. Gerakan

pelaksanaan, begitu bola yang kearah pengumpan Smasher langsung bergerak

menyongsong bola dan lari sejajar dengan net.

Ketika bola umpan sampai di tepi atas jaring maka Smasher segera

meloncat dan memukul bola dengan secepat-cepatnya, dengan ketinggian bola

umpan berkisar antara 30 sampai dengan 40 cm diatas jaring.

Gerak lanjutan, setelah memukul bola, segera mendarat dengan dua kaki

dan mengeper, tempat pendaratan agak ke depan tempat menolak karena arah lari

awalan yang sejajar dengan net.

5) Smash pull (quick)

Dipergunakan sebagai variasi serangan terutama untuk bermain dengan

tempo cepat. Sikap permulaan, pada dasarnya tidak berbeda dengan sikap awal

ada type smash yang lain, hanya dutekankan pada sikap normal yang lebih dan
36

mengambil jarak lebih dekat pada pengumpan karena umpan ada smash pull ini

lebih pendek dari umpan semi dan bola umpan ditempatkan di atas pengumpan.

Gerak pelaksanaan, begitu bola datang ke pengumpan dengan cukup enak

maka sebelum bola diumpankan Smasher segera mengambil langkah awalan dan

langsung meloncat setinggi-tingginya dengan membawa lengan ke atas siap-siap

untuk memukul bola yang datang ke arah tangan pengumpan, begitu bola datang

ke arah tangan Smasher, Smasher segera memukul bola tersebut secepat-sepatnya

dengan lebih banyak menggunakan lecutan pergelangan tangan (lompatan

Smasher mendahului umpan).

Gerakan lanjutan, setelah melakukan pukulan segera mendarat kembali

dengan dua kaki dan mengeper kemudian segera mengambil sikap siap normal

kembali, siap untuk menerima bola.

6) Smash pull jalan

Pada dasarnya smash ini sama dengan smash pull, bedanya pada arah

umpannya. Sikap permulaan, Smasher mengambil posisi disamping pengumpan.

Gerak pelaksanaan, begitu bola sampai pada pengumpan, Smasher segera

mengambil langkah awalan ke arah dengan jalannya bola umpan kemudian

meloncat dan memukul bola secepat-cepatnya di atas net.

Gerak lanjutan, setelah memukul bola kemudian mendarat dengan kedua

kaki dengan gerakan mengeper dan cepat mengambil posisi siap normal kembali.

7) Smash pull straght

Sikap permulaan, gerak pelaksanaan dan gerak lanjutan hampir sama

dengan smash pull, perbedaannya hanya terletak pada arah umpan yang diberikan

oleh pengumpan. Pada smash pull umpan berada di atas pengumpan sedangkan
37

pull straight bola umpan didorong ke depan seperti umpan smash push hanya

ketinggian bola di atas net sama dengan pull, yaitu bola tepat berada di atas net.

Timing lompatan Smasher pull straight bersamaan dengan bola menyentuh tangan

pengumpan.

8) Smash cekis (drive smash)

Smash ini biasa digunakan untuk memukul bola yang umpannya berada di

atas kepala atau sedikit ke sebelah kanan Smasher. Umpannya relatif rendah dan

juga digunakan untuk pukulan penyelamatan pada bola yang lebih rendah dari net,

dan berada di sebelah kanan pemukul.

Sikap permulaan sama dengan smash normal. Gerak pelaksanaan

pengambilan langkah awalan juga tidak berada dengan smash normal,

perbedaannya adalah pada ayunan lengan saat memukul bola. Pada smash cekis

lengan pemukul (kanan) diayunkan kekanan atas membentuk gerak melingkar

seperti pada overhand. Round house, service (hook service). Jalannya bola

berputar ke puncak (top spin) karena lecutan pergelangan tangan bergerak dari

bawah menuju atas dan ke depan.

Gerakan lanjutan, juga tidak berbeda dengan smash lainnya yaitu segera

melakukan pukulan mendarat dengan dua kaki dan mengeper, serta segera

mengambil sikap siap normal.

9) Smash langsung

Yang dimaksud smash langsung adalah smash yang dilakukan terhadap

bola yang langsung datang dari seberang net. Jika bola yang datang agak jauh dan

tinggi dapat dilakukan dengan langkah awalan, tetapi bila bola yang datang dekat
38

dan rendah maka Smasher langsung meloncat secepat-cepatnya tanpa langkah

awalan dan memukul bola secepatnya di atas net. Seperti gambar 5.

Gambar 5
Gerakan smash langsung
(Olahraga Pilihan Bola Voli. Depdibud, 1992)

Keterangan gambar :

- Nomer 1,2 dan 3 melakukan persiapan awal untuk melakukan lompatan

- Nomer 4 dan 5 melakukan lompatan untuk melakukan gerakan smash

- Nomer 6 dan 7 melakukan gerakan smash

- Nomer 8 dan 9 lanjutan gerakan smash dan pada saat mendarat.

- Nomer 10 gerakan pendaratan dengan tumpuan pada kedua kaki dan agak

rileks.

10) Smash dari belakang

Smash dari belakang dilakukan sebagai variasi serangan untuk

menghindari block yang kuat.

Sikap permulaan, Smasher berdiri jauh dibelakang daerah serang, umpan

diberikan jauh dari net dan mendekati garis serang.


39

Gerak pelaksanaan, Smasher mengambil langkah awalan dengan menolak

daerah serang dan menempatkan pada posisi badan agar bola berada tepat di

depan atas Smasher. Usahakan memukul bola setinggi-tingginya dengan pukulan

top spin drive.

Gerak lanjutan, mendarat dengan mengeper di depan tempat menolak (di

dalam daerah serang). Jika smash dilakukan oleh pemain belakang, Smasher tidak

boleh menolak dalam daerah serang atau menginjak garis serang namun bola

mendarat di daerah serang setelah melakukan pukulan. Untuk lebih jelasnya,

seperti, seperti gambar 6 :

Gambar 6

Gerakan smash dari belakang dengan umpan panjang


(Olahraga Pilihan Bola Voli. Depdibud, 1992)

Keterangan gambar :

- Nomer 1, 2 dan 3 gerakan awal melakukan smsh

- Nomer 4, 5 dan 6 melakukan langkah lebar pada saat akan melompat.

- Nomer 7, 8 dan 9 melakukan gerakan lompatan pada saat akan memukul bola.
40

- Nomer 10 dan 11 melakukan gerakan smash bola voli.

- Nomer 12 melakukan pendaratan dengan bertumpu pada kedua kaki agak

rileks.

11) Smash silang dan smash lurus (Yunus, 1992:108-122)

Ditinjau dari arah smash maka dapat dibedakan smash silang dan smash

lurus. Pelaksanaan gerakannya dilihat gambar 7. teknik gerakan pada smash silang

dan gambar 8 adalah teknik gerakan pada smash lurus.

Gambar 7
Gerakan smash silang (cross)
(Olahraga Pilihanbola Voli. Depdibud, 1992)

Keterangan gambar :

- Nomer 1 dan 2 persiapan langkah awal untuk melakukan tolakan.

- Nomer 5, 6 dan 7 melakukan lompatan secara vertikal.

- Nomer 8 melakukan gerakan smash lurus (straight)

- Nomer 9 gerakan lanjutan smash pada saat akan mendarat.

- Nomer 10 melakukan gerakan pendaratan dengan bertumpu pada kedua kaki

dan agak rileks.


41

Setelah membahas bermacam-macam smash, penulis menyimpulkan

bahwa smash dapat dilakukan dengan bermacam-macam cara, hal ini berguna

sekali bagi pemain untuk melakukan variasi smash dalam permainan bola voli.

Kesalahan-kesalahan umum dalam melakukan smash antara lain :

1) Langkah awalan terlalu lebar dalam meloncat akibatnya mengurrangi daya

tolak ke atas.

2) Tempat meloncat (take off) di bawah bola, sehingga tidak dapat memukul bola

dengan keras.

3) Lengan pemukul terlalu ditekuk pada siku akibatnya tinggi raihan pukulan

rendah. Apalagi gerakan lengan pemukul diputar-putarkan dulu ke belakang

kanan kepala sehingga gerakan cambukan kurang efisien dan efektif.

4) Kurang aktifnya gerakan pergelangan tangan saat mencambuk bola sehingga

tidak bisa mengarahkan bola.

5) Gerakan lengan pemukul dari awalan dampai cambukan bola empat kali

semestinya hanya dua kali gerakan pokok.

6) Meloncat ke depan hingga menyentuh net dan saat mendarat hanya satu kaki

dan tidak mengeper.

7) Saat memukul bola posisi badan di udara terlalu, miring akibatnya pukulan

smash arahnya terbatas.

8) Smasher kurang kreatif untuk menghindari block dan bervariasi dalam smash.

9) Irama awalan. Loncat mencambuk dan mendarat kurang teratur (terputus-

putus) sehingga gerakan smash terputus-putus kaku dan tidak luwes.

10) Pada waktu meloncat lutut kurang ditekuk dan ayunan kedua tangan belakang

dan ke arah bawah sehingga merugikan tinggi loncatan pemain sendiri.

11) Jari-jari dan telapak tangan digenggam pada saat memukul bola.
42

12) Waktu mendarat hanya menggunakan salah satu kaki saja dan tidak mengeper

sehingga kaki sering cedera karena menerima beban yang cukup berat di satu

kaki.

13) Waktu dan memukul bola tidak melihat bola yang di samash.

14) Berat badan tidak membantu lecutan lengan dalam smash, sehingga pukulan

tidak keras.

15) Pada saat mencambuk bola ke dua kaki di tekuk pada lutut.

16) Gerakan sendi bahu, sendi siku dan sendi pergelangan tangan kurang lentur.

(Suharno, 1985:48-49).

2.6 Hakekat Kekuatan (Strength)

Peningkatan prestasi maksimal dapat dicapai apabila atlet tersebut dapat

meningkatkan kondisi fisik seluruh komponen tersebut dan dikembangkan sesuai

dengan kebutuhan. Artinya bahwa setiap cabang olahraga memerlukan keadaan

kondisi fisik yang berbeda dan tergantung pada komponen mana yang dominan

untuk cabang olahraga tersebut.

Pada hakekatnya, kondisi fisik adalah kesatuan dari unsur–unsur

kesegaran fisik (Physical Fitness) dan kesegaran motorik (Motor Fitness)

(Depdikbud; 1997:5) Kondisi fisik dalam tubuh manusia terdiri dari sepuluh

komponen antara lain : 1) kekuatan (Strength), 2) Daya tahan (endurance), 3)

Daya otot (Musculus Power), 4) Kecepatan (Speed), 5) daya lentur (Flexibility),

6) kelincahan (agility), 7) Keseimbangan (balance), 8) Ketepatan (accuracy), 9)

Reaksi ( Reaction) dan 10) Keseimbangan (body composition) (Depdikbud;

1997:5-7).

Oleh karena itu pembinaan atlet diperlukan berbagai persiapan dengan

prioritas urutan adalah persiapan fisik, persiapan teknik, persiapan taktik dan
43

persiapan mental, (Depdikbud; 1997:3). Artinya persiapan fisik merupakan suatu

yang sangat penting untuk direncanakan dan dikerjakan mendahului aspek

lainnya, karena fisik merupakan dasar kelancaran pembinaan. Menurut Doemadi

(1986:116) Pembinaan kondisi fisik khususnya kekuatan merupakan yang

mendasar kemampuan motorik, yang dikembangkan melalui aspek psikomotor.

Jadi seorang atlet tidak akan dapat melakukan teknik dasar cabang olahraga

apapun tanpa didasari kekuatan otot-ototnya, kemampuan jantung, paru-paru dan

peredaran darahnya, kelenturan persendian serta otot lainnya. Penjelasan tersebut

diperjelas lagi oleh Sajoto, M (1994:33) mengatakan bahwa : "Unsur-unsur

kondisi fisik harus ditingkatkan seoptimal mungkin bagi setiap atlet dan kekuatan

merupakan unsur yang lebih dominan dibanding lainnya, perlu mendapat

prioritas utama dalam pelaksanaan program latihan". Hal ini cukup beralasan

karena dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kekuatan adalah dasar yang

paling penting dalam ketrampilan gerak. Seperti yang dikatakan oleh Jenssen dkk

(1984) dikutip oleh Sajoto, M (1994:34) mengatakan bahwa "Hampir semua

keterampilan gerak yang cukup berat tergantung pada kemampuan pelaksanaan

menahan beban”.

Banyak para ahli fisiologi dan olahraga memberikan definisi tentang

kekuatan. Menurut Harsono (1982:49) mengatakan bahwa : “Kekuatan (Strength)

adalah energi untuk melawan suatu tahanan, atau kemampuan untuk

membangkitkan tegangan (Tension) terhadap suatu tahanan (Resistance)". Straus

(1979:97) membatasi strength sebagai kemampuan tegangan maksimal yang

dilakukan otot atau sekelompok otot, di sini yang ditelaah yaitu menegangnya

otot untuk memperoleh kekuatan yang maksimal". Sedangkan Hazeldine, Rex

(1989:65) menjelaskan tentang kekuatan adalah "Pengembangan kekuatan otot


44

melibatkan suatu otot atau sekelompok otot-otot yang mengerahkan suatu gaya

ketika sedang berkontraksi terhadap (atau melawan) suatu resistansi"

Dari batasan-batasan tentang kekuatan seperti dikemukakan oleh para ahli

tersebut dapat disimpulkan bahwa kekuatan adalah kemampuan seseorang

menahan atau melakukan tekanan tertentu dengan melakukan kontraksi otot

dalam tubuh atau otot anggota tubuh.

Kesimpulan yang diperoleh dari definisi kekuatan adalah kekuatan

maksimal ini adalah gaya dan tenaga terbesar yang dihasilkan oleh otot yang

berkontraksi (Pasi; 1993:70). Kekuatan maksimum tidak menentukan betapa

cepat suatu gerakan dilakukan atau berapa lama gerakan itu dapat diteruskan

yang diperlukan. Menurut Harsono (1982:49) untuk hampir semua cabang

olahraga bukan strength (kekuatan) saja, akan tetapi power, oleh karena di dalam

power, kecuali ada kekuatan terdapat pula kecepatan Jadi power adalah hasil dari

force x velocity, dimana force adalah sama (equivalent) dengan strength dan

velocity dengan speed.

Dapat disimpulkan bahwa untuk mendapatkan hasil pukulan yang keras

dan cepat maka atlet tersebut harus mempunyai power di samping kekuatan

maksimum. Dengan kata lain, atlet yang mempunyai power adalah atlet yang

kuat juga cepat.

2.6.1 Kekuatan Otot Tungkai dan Hasil Smash Normal

Tom Gullikson (1998:64) menyebutkan bahwa ada saat melakukan


pukulan smash normal kekuatan otot tungkai memberikan dorongan dari bawah
pada saat melakukan smash normal. Adapun otot-otot tungkai yang terlibat
adalah otot tensor fasilata, otot abduktor paha, otot gluteus maksimus, otot
proneus longus, otot sartorius, otot tibialis anterior, otot rektus femoris, otot
gastroknemius, otot proneus longus, otot abduktor dan otot paha leteral.
45

Gambar 8.a
Struktur otot tungkai dari sisi depan
Sumber : Evelyn C. Pearce (1999: 111 – 112)

Gambar 8.b
Struktur otot tungkai dari sisi belakang
Sumber : Evelyn C. Pearce (1999: 111 – 112)
46

2.6.2 Kekuatan Otot Punggung dan Hasil Smash Nomal

Saat melakukan gerakan smash normal membutuhkan kelentukan pada

bonggol bahu serta pada tulang punggung untuk mengasilkan gerakan memutar,

hyperextension, penegangan (flexion) serta lateral, sehingga memberikan hentakan

pada suatu pukulan. Semakin tinggi tingkat kelentukan bagian-bagian tubuh

tersebut, semakin jauh kebelakang mereka mampu menarik tangan dan hasilnya

semakin besar momen ada pada lengan saan melakukan pukulan (James A. Baley,

1986:280).

Gambar 9

Struktur Anatomi Otot Punggung


Sumber: Everlin G. Pearce (1999:156)
47

2.6.3 Kekuatan Otot Lengan dan Hasil Smash Normal

Kekuatan otot lengan merupakan salah satu unsur penting yang

mempengaruhi prestasi bola voli. Pada olahraga yang menggunakan otot lengan

seperti renang, kekuatan otot lengan ini penting sekali, karena tidak mungkin

seorang perenang dapat berprestasi tanpa menggunakan lengannya. Panjang

lengan merupakan salah satu faktor dalam pembinaan prestasi.

(M.Sajoto,1995:11-13).

Otot lengan yang terlibat dalam sevice atas bola voli yaitu otot trisep, otot

bisep, otot brakialis, otot brakioradialis, otot pranatorteres, otot fleksorkarpi

radialis, otot palmaris longus, otot fleksor pretina kulum, otot fleksor

karpiulnaris, otot ekstensor, dan abdiktor ibu jari, otot ekstensor oligitorium, otot

ekstensor carpi radialis longus, otot ankoncus, otot brakhioradialis, otot deltoid

Pada pembahasan mengenai overhead smash, telah diterangkan di atas

bahwa pola gerak untuk melakukan pukulan overhead smash ada tiga tahapan

yaitu: ayunan kebelakang, ayunan kedepan dan gerak lanjut.

Dalam bukunya Tom Gullikson (1998:64) menerangkan bahwa otot yang

bekerja pada saat ayunan ke belakang, ke depan dan lanjutan adalah sebaga

berikut:

1. Untuk menggerakan extensor siku, yaitu saat melakukan ayunan ke belakang

yaitu otot triceps.

2. Untuk menggerakan lengan memutar pada saat ayunan kedepan yaitu otot

teres major, sub scapularis, latisimusdorsi dan pectoralis major.

3. Untuk menggerakan lengan sebagai pendorong saat melakukan gerakan

lanjutan, yaitu : otot latisimusdorsi, pectoralis major, teres major dan tricep.

Untuk lebih jelasnya, struktur otot lengen sebagai penggerak dalam

melakukan pukulan overhead smash terlihat pada gambar berikut ini.


48

Gambar 9

Struktur otot lengan (a) dari depan dan (b) dari belakang.
Sumber : Evelyn C. Pearce (1999: 111 – 112)

2.1 Hipotesis

Berlandaskan teori dan kerangka berfikir maka dapat dibuat hipotesis untuk

penelitian yang disusun sebagai berikut :

1. Ada hubungan antara kekuatan otot tungkai dengan hasil smash normal dalam

pemainan bola voli.


49

2. Ada hubungan antara kekuatan otot punggung dengan hasil smash normal

dalam pemainan bola voli.

3. Ada hubungan antara kekuatan otot lengan dengan hasil smash normal dalam

pemainan bola voli.

4. Ada hubungan antara kekuatan otot tungkai, kekuatan otot punggung dan

kekuatan otot lengan dengan hasil smash normal dalam pemainan bola voli.
50

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada suatu penelitian penggunaan metode yang dipakai harus tepat dan

mengarah pada tujuan penelitian serta dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah

sesuai dengan aturan yang berlaku, agar penelitian tersebut dapat diperoleh hasil

sesuai tujuan yang diharapkan.

Ada bermacam-macam metode yang dapat digunakan pada penelitian

namun harus dapat memilih metode yang tepat dan sesuai. Permasalahan yang

dihadapi bukan terletak pada baik dan buruknya suatu metode, tetapi

permasalahannya harus tepat dalam menggunakan metode yang sesuai dengan

obyek penelitian atau tujuan penelitian. Guna memahami obyek penelitian perlu

ditempuh hal-hal atau langkah yang sistematik yaitu metode penelitian yang

meliputi :

3.1 Penentuan Populasi

Pengertian populasi adalah sebagai berikut : populasi adalah seluruh

penduduk yang dimasukan untuk diselidiki (universal). Populasi di batasi sebagai

sejumlah penduduk dan atau individu yang paling sedikit mempunyai sifat yang

sama (Sutrisno Hadi, 1986:220). Jadi yang dimaksud populasi adalah individu

yang memiliki sifat yang sama walau prosentase kesamaan itu sedikit, atau dengan

kata lain pengertian tersebut mengandung maksud bahwa seluruh individu yang

akan dijadikan sebagai obyek penelitian.

50
51

Dari pengertian di atas, populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa

putera kelas II SMA Negeri di kabupaten Pekalongan.

Jadi yang akan diselidiki dalam penelitian ini adalah suatu kesamaan saja

dari beberapa komponen aspek yang terdapat dalam semua siswa putera kelas II

SMA Negeri di kabupaten Pekalongan tahun ajaran 2005/2006.

3.2 Penentuan Sampel

Menurut Sutrisno Hadi pengertian sampel adalah “Sebagian individu yang

hendak diselidiki disebut sampel (Sutrisno Hadi, 1986:70). Sampel dalam

pengertian ini adalah dengan mengikut sertakan semua populasi

Jadi teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan total sampling. Dikatakan total sampling sebab populasi dalam

penelitian ini terdiri dari individu yang diteliti.

3.3 Variabel Penelitian

Setiap penelitian mempunyai obyek yang dijadikan sasaran dalam

penelitian. Obyek tersebut sering disebut sebagai gejala, sedangkan gejala-gejala

yang menunjukan variasi baik dari jenisnya maupun tingkatnya disebut variabel.

Dalam penelitian ini terdapat 4 variabel yaitu :

3.3.1 Hasil pengukuran otot tungkai (X1)

3.3.2 Hasil pengukuran otot punggung (X2)

3.3.3 Hasil pengukuran otot lengan (X3)

3.3.4 Hasil tes smash normal, sebagai variabel tergantung (Y)


52

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode survei

dengan teknik tes.

3.4.1 Macam/jenis tes

Untuk mendapatkan data yang diperlukan, maka siswa harus melakukan

tes yang telah ditetapkan jenis tes dalam penelitian ini meliputi :

1) Tes pengukuran kekuatan otot tungkai

Pelaksanaannya adalah teste berdiri di atas tumpuan leg dynamometer

tanpa alas kaki kedua tangan masing-masing memegang bagian tongkat pegangan

leg dynamometer. Maka rantai diatur sedemikian rupa sehingga posisi punggung

tetap tegak, akan tetapi kedua lutut ditekuk, segera pasang sabuk pembantu

melingkar pinggang, kedua ujungnya masing-masing diikatkan pada ujung

tongkat pegangan leg dynamometer.

Laksanakan gerakan meluruskan kedua tungkai atas dan bawah sekuat-

kuatnya dengan gerakan perlahan-lahan, akan tetapi letak pegangan leg

dynamometer harus tetap setinggi bahu. Gerakan dianggap gagal apabila letak

tongkat pegangan tergeser ke bawah, posisi punggung tidak tegak, kedua tangan

ikut serta membantu menarik tongkat pegangan ke arah atas dan melakukan

gerakan sentuhan.

2) Tes pengukuran kekuatan punggung

Pelaksanaannya hampir sama dengan pelaksanaan pengukuran kekuatan

otot tungkai, akan tetapi bedanya terletak pada posisi lutut. Testee berdiri di atas
53

tumpuan leg dynamometer, kedua tangan memegang tongkat pegangan. Mata

rantai diikatkan pada ikatan leg dynamometer dengan posisi lutut tegak lurus.

Setelah berkonsentrasi serta merta melakukan gerakan meluruskan punggung ke

atas tegak tanpa bantuan kedua tangan, sehingga yang berperan dalam gerakan ini

adalah otot punggung saja. Gerakan dianggap gagal apabila, sewaktu meluruskan

punggung dibantu dengan kekuatan kedua tangan, lutut dalam posisi tidak lurus,

gerakan dilakukan tanpa satu rangkaian gerakan.

3) Tes pengukuran kekuatan otot lengan

Pelaksanaan tes kekuatan otot lengan, pengukurannya menggunakan pull

dynamometer yang digantungkan ditiang dengan ketinggian di atas kepala lebih

satu lengan ke atas. Pull dynamometer diikat dengan kencang, kemudian tester

berdiri depan tiang. Tegak lurus posisi tangan memegang pull dynamometer

kemudian tester melakukan gerakan tangan seperti menyemes bola dengan

melecutkan tangan ke depan dengan sekuat tenaga, sehingga yang berperan dalam

gerakan ini hanya otot lengan saja. Gerakan dianggap gagal apabila sewaktu

melucutkan tangan tidak ke depan tetapi ke bawah dengan dibantu oleh kekuatan

badan/badan menggantung, gerakan dilakukan tanpa satu rangkaiangerakan.

4) Tes kemampuan melakukan smash normal

Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes smash dari laveage.

Tes ini dimaksudkan untuk mengukur kemampuan smash pemain dalam ketepatan

mengarahkan dan ketepatan smash dengan bola (pleasing) kesasaran tertentu.

Untuk lebih jelasnya lihat gambar dibawah ini :


54

2m 2,5 m 4,5 m

D A F 3m

=
C H 3m

E B G 3m
X
Net Petak sasaran
3m

Gambar 10

Peta sasaran smash bola voli


(Sumber gambar : Belajar Bermain Bola Voli : Harry Koesyanto, 2004)

Keterangan gambar :

A – H Petak sasaran smash

Æ Smash dari posisi 4

Harga petak sasaran untuk ketepatan smash mengarahkan bola (pleasing)

Daerah F dan G nilai 10

Daerah H nilai 5

Daerah D dan E nilai 3

Daerah C nilai 1

Pelaksanaan tes pada penilaian adalah :

1. Setiap pemain melakukan tes smash 10 kali


55

2. Umpan tiga kali berturut-turut tidak dismes dianggap satu kali gagal dan nilai

0.

3. Teknik pelaksanaan smash sesuai dengan peraturan permainan, semua

pelanggaran mendapatkan nilai 10.

4. Jika bola yang dismes jatuh pada garis batas antara dua atau lebih petak

sasaran, harga tertinggi yang diambil sebagai nilai smash tersebut.

5. Nilai akhir setiap pemain adalah jumlah nilai yang diperoleh dari 10 kali

smash.

3.4.2 Alat dan perlengkapan tes

Alat yang diperlukan dalam penelitian ini selain dipinjami dari fakultas

juga peneliti pinjam dari SMA Negeri I Sragi dan SMA Negeri 1 Bojong secara

terperinci alat dan perlengkapan yang digunakan adalah :

1) Alat dan perlengkapan tes kekuatan otot tungkai dan punggung

- 1 buah back and leg dynamometer

- blanko penilaian dan alat tulis

2) Salat dan perlengkapan tes kekuatan otot

- 1 buah push and pull dynamometer

- blanko penilaian dan alat tulis

- tali dan tiang

3) Alat dan perlengkapan tes smash normal

- 5 buah bola voli

- lapangan bola voli


56

- net

- roll meteran

- kapur untuk membuat skor petak sasaran dan garis

- alat tulis dan blanko penilaian

3.4.3 Tempat tes

Untuk tempat pelaksanaan tes peneliti menggunakan lapangan bola voli

SMA Negeri 1 Sragi dan SMA Negeri 1 Bojong.

3.4.4 Petugas peneliti

Penelirian ini dibantu oleh teman-teman dari mahasiswa FIK UNNES

dimana peneliti dibantu oleh pembantu petugas lapangan untuk mengambil data.

Daftar nama-nama petugas terlampir.

3.4.5 Pelaksanaan penelitian

Tes dan pengukuran dalam pengambilan data untuk penelitian ini

berlangsung tanggal 06 April – 06 Mei 2005. Adapun daftar terperinci terlampir.

3.5 Metode Analisis Data

Data dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik karena data yang

dikumpulkan berupa angka-angka. Istilah statistik pada pokoknya mempunyai

dua pengertian, yaitu pengertian yang luas dan pengertian yang sempit dalam

pengertian yang sempit statistik digunakan untuk menunjukkan semua kenyataan

yang berwujud angka-angka. Dalam pengertian yang luas yaitu pengertian teknik
57

metodologi, statistik berarti cara-cara ilmiah yang dipersiapkan untuk

mengumpulkan, menyajikan dan menganalisis data yang berwujud angka

(Sutrisno Hadi, 1987 : 221).

Karena data ini berupa angka, maka menggunakan analisis statistik. Untuk

menentukan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat maka dicari

dengan menggunakan:

1. Analisis Regresi Sederhana

2. Analisis Regresi Ganda

Sebelum melakukan uji analisis, terlebih dahulu dilakukan sejumlah uji

persyaratan untuk mengetahui kelayakan data meliputi :

1. Uji normalitas

2. Uji homogenitas varians

3. Uji linieritas garis regresi

Semua perhitungan dilakukan dengan program komputasi SPSS for

windows release 10 untuk taraf kesalahan 5%.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian

Hasil pengukuran kekuatan otot tungkai, kekuatan otot punggung,

kekuatan otot lengan dan hasil smash normal dari 126 siswa putera kelas II SMA

Negeri di Kabupaten Pekalongan tahun ajaran 2004/2005 dapat dilihat pada

lampiran dan terangkum pada tabel 1 berikut.

Tabel 1
Deskriptif Data tentang Kekuatan Otot Tungkai, Kekuatan Otot Punggung,
Kekuatan Otot Lengan dan Hasil Smash Normal

Berdasarkan tabel 4 tersebut, terlihat bahwa rata-rata kekuatan otot tungkai

adalah 81,7937 kg, dengan kekuatan otot tungkai tertinggi 141,5 kg dan terendah

49 kg. Rata-rata kekuatan otot punggung sebesar 76,3897 kg dengan data tertinggi

sebesar 125 kg, dan terendah 50 kg. Rata-rata kekuatan otot lengan 31,4048

dengan data tertinggi 49 kg dan data terendah 15 kg, Rata-rata hasil Smash normal

sebesar 48,1667 dengan hasil tertinggi 68 dan terendah 28.

4.1.2 Persyaratan Uji Analisis Data

Untuk menguji hipotesis penelitian digunakan analisis regresi korelasi

sederhana dan ganda. Hasil analisis regresi tersebut dapat dilakukan apabila data

58
59

tersebut memenuhi syarat yaitu: berdistribusi normal, homogen dan model regresi

antar variabel yang diperoleh linier.

1. Uji Normalitas Data

Untuk menguji normalitas data digunakan rumus kolmogorof smirnov,

yang perhitungannya menggunakan program SPSS release 10. Apabila hasil

perhitungan diperoleh probabilitas (p) lebih besar dari pada taraf kesalahan

(0.05), maka data berdistribusi normal. Hasil uji normalitas tersebut dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2
Uji Normalitas Data Kekuatan Otot Tungkai, Kekuatan Otot Punggung,
Kekuatan Otot Lengan dan Hasil Smash Normal

Berdasarkan tabel 2 tersebut, diperoleh nilai kolmogorof smirnov untuk

data kekuatan otot tungkai sebesar 0,806 dengan probabilitas (0.535) > 0,05,

yang berarti bahwa data tersebut berdistribusi normal. Besarnya nilai

kolomogorof smirnov untuk data kekuatan otot punggung sebesar 1,228

dengan probabilitas (0,098) > 0.05, yang berarti data tersebut berdistribusi

normal. Besarnya nilai kolomogorof smirnov untuk data kekuatan otot lengan
60

sebesar 1,278 dengan probabilitas (0,076) > 0.05, yang berarti data tersebut

berdistribusi normal. Untuk data hasil smash normal diperoleh nilai

kolomogorof smirnov sebesar 0,735 dengan probabilitas (0,653) > 0,05, yang

berarti data tersebut juga berdistribusi normal. Berdasarkan analisis tersebut

menunjukkan bahwa keempat data tersebut berdistribusi normal, maka dapat

digunakan statistik parametrik untuk pengujian hipotesis selanjutnya.

2. Uji Homogenitas

Hasil uji homogenitas data dapat dilihat dari hasil uji levence test.

Apabila nilai probabilitasnya lebih besar dari taraf kesalahan 0,05, maka dapat

disimpulkan bahwa data yang diperoleh mempunyai varians yang sama atau

homogen. Hasil perhitungan menggunakan SPSS release 10 tampak pada tabel

berikut.

Tabel 3
Uji Homogenitas Data Kekuatan Otot Tungkai, Kekuatan Otot Punggung,
Kekuatan Otot Lengan dan Hasil Smash Normal

Berdasarkan tabel 3 tersebut diperoleh nilai levene statistic untuk data

kekuatan otot tungkai sebesar 1,402 dengan probabilitas 0,101 > 0,05, untuk

data kekuatan otot punggung sebesar 1,442 dengan probabilitas (0,084) >

0,05, dan untuk data kekuatan otot lengan sebesar 1,217 dengan probabilitas

(0,227) > 0,05. dengan demikian menunjukkan bahwa data-data variabel


61

bebas dengan variabel terikat homogen. Berdasarkan hasil analisis ini, maka

pengujian hipotesis selanjutnya dapat digunakan analisis regresi.

3. Uji Linieritas

Hasil uji linieritas garis regresi dengan menngunakan uji F diperoleh

hasil seperti pada lampiran dan terangkum pada tabel berikut.

Tabel 4
Uji Linieritas Model Regresi Kekuatan Otot Tungkai, Kekuatan Otot
Punggung dan Kekuatan Otot Lengan Dengan Hasil Smash Normal

Berdasarkan tabel 4 tersebut diperoleh nilai Fhitung untuk kekuatan otot

tungkia sebesar 1,103 dengan probabilitas (0,348) > 0,05, kekuatan otot

punggung sebesar 0,576 dengan probabilitas (0,966) > 0,05 dan kekuatan otot

lengan sebesar 1,005 dengan probabilitas (0,477) > 0,05. Hal ini berarti data

kekuatan otot lengan, kekuatan otot punggung dan kekuatan otot lengan

membentuk garis linier dengan data hasil smash normal.

4.1.3 Uji Hipotesis


62

1. Hubungan Kekuatan Otot Tungkai dengan Hasil Smash Normal

Hipotesis yang pertama menyatakan bahwa: ada hubungan antara

kekuatan otot tungkai dengan hasil smash normal dalam permainan bola voli

pada siswa putera kelas II SMA Negeri di Kabupaten Pekalongan Tahun

Ajaran 2004/2005. Hasil uji hipotesis dengan menggunakan analisis regresi

korelasi tersebut dapat dilihat pada output SPSS berikut ini.

Tabel 5
Koefisien Korelasi antara Kekuatan Otot Tungkai dengan Hasil Smash Normal

Berdasarkan hasil analisis tersebut di atas diperoleh koefisien korelasi

antara kekuatan otot tungkai dengan hasil smash normal sebesar 0,441. Uji

keberatian koefisien korelasi tersebut dilakukan dengan cara mengonsultasi

harga rhitung dengan r product moment. Pada α = 5% dengan N = 126

diperoleh rtabel = 0,176. Karena koefisien korelasi tersebut lebih besar dari

rtabel, berarti koefisien korelasi tersebut signifikan sehingga Ha berbunyi ada

hubungan positif antara kekuatan otot tungkai dengan hasil Smash normal

dalam permainan bola voli pada siswa putera kelas II SMA Negeri di

Kabupaten Pekalongan Tahun Ajaran 2004/2005 diterima.

Bentuk hubungan antara kekuatan otot tungkai dengan hasil smash

normal dapat digambarkan dengan persamaan regresi yang diperoleh.

Berdasarkan hasil analisis melalui perhitungan komputasi program SPSS

diperoleh persamaan regresi seperti tersaji pada tabel 5 berikut ini :


63

Tabel 6
Koefisien Regresi Kekuatan Otot Tungkai dengan Hasil Smash Normal

Berdasarkan tabel 6 di atas maka persamaan regresi antara kekuatan

ˆ = 27,928 + 0,441X1.
otot tungkai dengan hasil smash normal adalah Y

Melalui persamaan tersebut, dimana koefisien regresi yang diperoleh adalah

bertanda positif maka bentuk hubungan antara kekuatan otot tungkai dengan

hasil Smash normal adalah hubungan postif. Hal ini berarti bahwa setiap

terjadi kenaikan kekuatan otot tungkai sebesar 1 point, akan diikuti pula

kenaikan hasil smash normal sebesar 0,441 point pada konstanta 27,928.

Dengan kata lain untuk memperoleh hasil smash normal yang optimum,

dibutuhkan kekuatan otot tungkai yang tinggi, begitu juga dengan sebaliknya.

2. Hubungan Kekuatan Otot Punggung dengan Hasil Smash Normal

Hipotesis yang kedua berbunyi: ada hubungan antara kekuatan otot

punggung dengan hasil smash normal dalam permainan bola voli pada siswa

putera kelas II SMA Negeri di Kabupaten Pekalongan Tahun Ajaran

2004/2005. Hasil uji hipotesis dengan menggunakan analisis regresi korelasi

tersebut dapat dilihat pada output SPSS berikut ini.

Tabel 7
Koefisien Korelasi antara Kekuatan Otot Punggung dengan Hasil
Smash Normal
64

Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh koefisien korelasi antara

kekuatan otot punggung dengan hasil smash normal sebesar 0,492. Uji

keberatian koefisien korelasi tersebut dilakukan dengan cara mengonsultasi

harga rhitung dengan r product moment. Pada α = 5% dengan N = 126

diperoleh rtabel = 0,176. Karena koefisien korelasi tersebut lebih besar dari

rtabel, berarti koefisien korelasi tersebut signifikan sehingga Ha berbunyi ada

hubungan antara kekuatan otot punggung dengan hasil smash normal dalam

permainan bola voli pada siswa putera kelas II SMA Negeri di Kabupaten

Pekalongan Tahun Ajaran 2004/2005 diterima.

Bentuk hubungan antara kekuatan otot punggung dengan hasil smash

normal dapat digambarkan dengan persamaan regresi yang diperoleh.

Berdasarkan hasil analisis melalui perhitungan komputasi program SPSS

diperoleh persamaan regresi seperti tersaji pada tabel 7 berikut ini :

Tabel 8
Koefisien Regresi Kekuatan Otot Punggung dengan Hasil Smash Normal

Berdasarkan tabel 8 di atas maka persamaan regresi antara kekuatan

otot punggung dengan hasil smash normal adalah Ŷ = 25,383 + 0,492X2.

Melalui persamaan tersebut, dimana koefisien regresi yang diperoleh adalah


65

bertanda positif maka bentuk hubungan antara kekuatan otot punggung

dengan hasil smash normal adalah hubungan yang postif. Hal ini berarti

bahwa setiap terjadi kenaikan kekuatan otot punggung sebesar 1 point, akan

diikuti pula kenaikan hasil smash normal sebesar 0,492 point pada konstanta

27,928. Dengan kata lain untuk memperoleh hasil smash normal yang

optimum, dibutuhkan kekuatan otot punggung yang tinggi, begitu juga dengan

sebaliknya.

3. Hubungan Kekuatan Otot Lengan dengan Hasil Smash Normal

Hipotesis yang ketiga berbunyi: ada hubungan antara kekuatan otot

lengan dengan hasil smash normal dalam permainan bola voli pada siswa

putera kelas II SMA Negeri di Kabupaten Pekalongan Tahun Ajaran

2004/2005. Hasil uji hipotesis dengan menggunakan analisis regresi korelasi

tersebut dapat dilihat pada output SPSS berikut ini.

Tabel 9
Koefisien Korelasi antara Kekuatan Otot Lengan dengan Hasil Smash Normal

Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh koefisien korelasi antara

kekuatan otot lengan dengan hasil smash normal sebesar 0,542. Uji keberatian

koefisien korelasi tersebut dilakukan dengan cara mengonsultasi harga rhitung

dengan r product moment. Pada α = 5% dengan N = 126 diperoleh rtabel =

0,176. Karena koefisien korelasi tersebut lebih besar dari rtabel, berarti
66

koefisien korelasi tersebut signifikan sehingga Ha berbunyi ada hubungan

antara kekuatan otot lengan dengan hasil smash normal dalam permainan bola

voli pada siswa putera kelas II SMA Negeri di Kabupaten Pekalongan Tahun

Ajaran 2004/2005 diterima.

Bentuk hubungan antara kekuatan otot lengan dengan hasil smash

normal dapat digambarkan dengan persamaan regresi yang diperoleh.

Berdasarkan hasil analisis melalui perhitungan komputasi program SPSS

diperoleh persamaan regresi seperti tersaji pada tabel 9 berikut ini :

Tabel 9.
Koefisien Regresi Kekuatan Otot Lengan dengan Hasil Smash Normal

Berdasarkan tabel 9 di atas maka persamaan regresi antara kekuatan

otot punggung dengan hasil smash normal adalah Ŷ = 22,924 + 0,542X3.

Melalui persamaan tersebut, dimana koefisien regresi yang diperoleh adalah

bertanda positif maka bentuk hubungan antara kekuatan otot lengan dengan

hasil smash normal adalah hubungan yang postif. Hal ini berarti bahwa setiap

terjadi kenaikan kekuatan otot lengan sebesar 1 point, akan diikuti pula

kenaikan hasil smash normal sebesar 0,542 point pada konstanta 22,924.

Dengan kata lain untuk memperoleh hasil smash normal yang optimum,

dibutuhkan kekuatan otot lengan yang tinggi, begitu juga dengan sebaliknya.
67

4. Hubungan Kekuatan Otot Tungkai, Kekuatan Otot Punggung dan

Kekuatan Otot Lengan dengan Hasil Smash Normal

Hipotesis yang ketiga berbunyi: ada hubungan antara kekuatan otot

tungkai, kekuatan otot punggung dan kekuatan otot lengan dengan hasil smash

normal dalam permainan bola voli pada siswa putera kelas II SMA Negeri di

Kabupaten Pekalongan Tahun Ajaran 2004/2005. Hipotesis tersebut diuji

melalaui perhitungan korelasi ganda menggunakan program SPSS seperti

tampak pada tabel 7 berikut.

Tabel 10
Koefisien Korelasi antara Kekuatan Otot Tungkai, Kekuatan Otot Punggung
dan Kekuatan Otot Lengan dengan Hasil Smash Normal

Berdasarkan hasil analisis korelasi ganda pada tabel di atas diperoleh

koefisien korelasi antara kekuatan otot tungkai, kekuatan otot punggung dan

kekuatan otot lengan dengan hasil smash normal sebesar 0,637. Koefisien

korelasi ganda tersebut diuji keberartiannya menggunakan uji F. Berdasarkan

hasil analisis pada lampiran diperoleh Fhitung sebesar 27,772 dengan harga

signifikansi 0,000. Karena harga signifikansi yang diperoleh kurang dari 0,05,

berarti Ha yang berbunyi ada hubungan yang signifikan antara kekuatan otot

tungkai, kekuaan otot punggung dan kekuatan otot lengan dengan hasil smash

normal dalam permainan bola voli pada siswa putera kelas II SMA Negeri di

Kabupaten Pekalongan Tahun Ajaran 2004/2005 diterima.

Bentuk hubungan antara kekuatan otot tungkai, kekuatan otot

punggung dan kekuatan otot lengan dengan hasil smash normal, dapat dilihat
68

dari model regresi ganda yang diperoleh. Model regresi yang diperoleh dapat

dilihat dari hasil output SPSS seperti pada tabel 8 berikut.

Tabel 11
Model Regresi Ganda antara kekuatan Otot Tungkai, Kekuatan Otot
Punggung dan Kekuatan Otot Lengan dengan Hasil Smash Nomal

Model regresi antara kekuatan otot tungkai, kekuatan otot punggung

dan kekuatan otot lengan dengan hasil smash normal adalah Ŷ = 0,143X1 +

0,261X2 + 0,396X3 + 10,027. Melalui persamaan regresi tersebut dapat

dijelaskan bahwa setiap terjadi kenaikan 1 point kekuatan otot tungkai,

kekuatan otot punggung dan kekuatan otot lengan secara bersama-sama maka

akan terjadi kenaikan hasil smash normal sebesar (0,143 + 0,261 + 0,396)

point pada konstanta 10,027 dan sebaliknya setiap terjadi penurunan 1 point

kekuatan otot tungkai, kekuatan otot punggung dan kekuatan otot lengan

secara bersama-sama maka akan terjadi penurunan hasil smash normal sebesar

(0,143 + 0,261 + 0,396) point pada konstanta 10,027. Secara umum

menunjukkan bahwa kemampuan smash normal dipengaruhi oleh kekuatan

otot tunkai, kekuatan otot punggung dan kekuatan otot lengan.

Besarnya kontribusi atau sumbangan kekuatan otot tungkai, kekuatan

otot punggung dan kekuatan otot lengan dengan hasil smash normal dalam
69

permainan bola voli pada siswa putera kelas II SMA Negeri di Kabupaten

Pekalongan Tahun Ajaran 2004/2005 dapat diketahui dari harga koefisien

determisasi (R2) yaitu 0,406. Dengan demikian baik buruknya kemampuan

smash normal seseorang ikut ditentukan oleh kekuatan otot tungkai, kekuatan

otot punggung dan kekuatan otot lengannya sebesar 40,6%, selebihnya

kemampuan smash normal dari seseorang sebesar 59,4% ditentukan oleh

faktor lain seperti penguasaan teknik smash normal dan faktor fisik yang

lainnya.

Ditinjau dari sumbangan masing-masing komponen kekuata otot

terhadap hasil smash normal yang dikaji dalam penelitian ini menunjukkan

bahwa kekuatan otot lengan memberikan kontribusi yang paling besar

terhadap hasil smash normal yaitu 20,79%, kemudian diikuti oleh kekuatan

otot punggung sebesar 13,98% dan yang terakhir adalah kekuatan otot tungkai

sebesar 5,83%. Hal ini disebabkan tumpuan utama saat melakukan smash

normal terletak pada lengan sedangkan kekuatan otot punggung hanya sebagai

daya pendorong dari belangan sedangkan kekuatan otot tungkai hanya sebagai

daya pendorong dari bawah yang menambah kekuatan tangan saat berkenaan

dengan biola.

4.2 Pembahasan

Kekuatan yang terdapat pada diri manusia itu telah ada semenjak manusia

itu dilahirkan. Hanya pada saat manusia itu dilahirkan kekuatan itu sifatnya masih

murni, belum mendapat pengaruh dari lingkungannya. Perkembangan kekuatan

itu sejalan dengan bertambahnya usia manusia. Sehingga kekuatan dihasilkan oleh
70

kontraksi otot menjadi dasar untuk melakukan aktivitas, dalam kehidupan

manusia. Aktivitas yang dimaksud di sini adalah aktivitas olahraga khusus

olahraga bola voli.

Penguasaan teknik smash dalam permainan bola voli sangat mutlak

diperlukan untuk menunjang keberhasilan suatu regu dalam memenangkan

pertandingan. Sebab smash merupakan cara termudah untuk memperoleh angka.

Dalam permainan bola voli smash berguna sebagai alat penyerangan yang paling

mematikan karena smash merupakan pukulan yang utama dalam penyerangan.

Oleh karena itu kemampuan smash perlu mendapatkan perhatian yang cukup

dengan cara melatihnya sesering mungkin.

Sebagai senjata untuk menyerang maka saat melakukan smash normal

diperlukan kemampuan memukul bola yang baik dan terbebas dari bendungan

atau block lawan. Untuk tujuan tersebut maka seseorang yang hendak melakukan

smash normal membutuhkan kekuatan otot tungkai yang terdiri dari otot tensor

faasilata, otot abductor paha, otot gluteus maksimus, otot praneus langus, otot

sartorius, otot tibialis anterior, otot rektus femoris, otot gastroknemius, otot

proneus langus, otot adbuktor, otot paha lateral yang tinggi agar mampu

mendorong tubuh ke atas secara maksimal. Dengan kemampuan tolakan yang

semakin besar maka seorang pemain mampu melompat yang setinggi-tingginya

sehingga mampu memukul bola di atas bendungan lawan serta mampu mendarat

kembali dengan stabil. Berdasarkan hasil analisis data telah dibuktikan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara kekuatan otot tungkai dengan kemampuan

semesh normal dalam permainan bola voli.


71

Selain harus memiliki lompatan yang tinggi, saat melakukan smash normal

juga memerlukan kekuatan otot punggung dan kekuatan otot lengan yang kuat

agar mampu memukul bola dengan keras sehingga jalannya bola dapat cepat.

Kekuatan dan kecepatan dalam smash normal dapat terjadi akibat kontraksi otot-

otot yang terdapat pada punggung dan lengan. Hal tersebut dapat dibuktikan dari

hasil analisis data yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara

kekuatan otot tungkai, kekuatan otot punggung dan kekuatan otot lengan dengan

hasil smash normal dalam permainan bola voli.

4.3 Hal - hal yang Mempengaruhi Hasil Penelitian

Banyak hal yang mempengaruhi hasil penelitian antara lain adalah :

1. Kesungguhan hati

Hal ini memang sangat sukar untuk dicegah, karena. semua ini berasal dari

dalam diri individu, sehingga hasil tes akan berpengaruh.

2. Faktor kondisi fisik

Bila dicermati dengan teliti masalah kondisi fisik individu, dimana pada pagi

hari masih melakukan kegiatan proses belajar mengajar yang banyak menyita

fikiran dan tenaga yang mengakibatkan energi banyak terkuras dan berakhir

pada kelelahan.

3. Perlengkapan Tes

Selain alat tes yaitu instrumen tes servis yang diakui telah mempunyai

koefisien validitas dan reliabilitas yang meyakinkan, akan tetapi alat tes

untuk mengukur kekuatan otot bahu dan panjang lengan tidak dapat diakui
72

kevalidan dan reliabilitasnya, karena kedua alat tersebut belum sempat di

terapkan.

4. Jumlah Tes dan Pengukuran

Jumlah Tes dan Pengukuran saat survai hanya dilakukan satu kali, hal ini

akan menghasilkan data yang kurang baik, seandainya pengambilan data

tersebut dilakukan lebih dari satu kali mungkin hasilnya akan lebih baik.

5. Pengambil data

Kesalahan dan kekhilafan pengambil data dapat saja terjadi walaupun telah

diusahakan untuk mencatat data yang diperoleh hasil tes dan pengukuran

secara cermat dan benar. Namun hal tersebut tidak dapat dihindari karena

terjadi dalam situasi yang cepat sekali.


73

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam skripsi ini, maka

dapat disimpulkan :

1. Ada hubungan yang signifikan antara kekuatan otot tungkai, kekuatan otot

punggung dan kekuatan otot lengan dengan hasil smash normal bola voli

pada siswa kelas II SMA Negeri Di Kabupatan Pekalongan tahun ajaran

2004/2005.

2. Besarnya sumbangan kekuatan otot tungkai, kekuatan otot punggung dan

kekuatan otot lengan dengan hasil smash normal bola voli siswa kelas II

SMA Negeri Di Kabupatan Pekalongan tahun ajaran 2004/2005 secara

bersama-sama adalah 40,6% yang terbagi atas 20,79% adalah sumbangan

kekuatan otot lengan, 13,98% sumbangan otot punggung dan 5,83%

sumbangan otot tungkai.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan dari penelitian ini, maka

peneliti mengajukan saran-saran sebagai berikut :

1. Komponen utama yang menentukan baik-buruknya kemampuan smash normal

adalah kekuatan otot lengan dan otot punggung, sedangkan kekuatan otot

73
74

tungkai hanya sebagai penunjang saja. Oleh karena itu bagi para pelatih

hendaknya melakukan program latihan peningkatan kekuatan otot lengan dan

otot punggung agar para pemain dapat melakukan pukulan smash normal yang

baik.

2. Hasil ini hendaknya digunakan sebagai bahan referensi sebagai pembanding

bagi peneliti yang melakukan penelitian sejenis sehingga hasilnya akan lebih

sempurna.

You might also like