Professional Documents
Culture Documents
Pada awalnya, inseminasi buatan lebih sering terdengar dilakukan pada hewan dan
tumbuhan. Dengan cara mengambil sperma lalu menginjeksikannya pada hewan
betina, begitupula halnya pada manusia, dan upaya ini dilakukannya karena
adanya kesulitan untuk mencapai dan menyatu dengan ovum (sel telur).
Teknik ini merupakan suatu proses yang membantu wanita untuk mengatasi
kemandulan di mana saluran telur wanita tersebut tidak ada atau bahkan
mengalami kelainan/ cacat. Oleh karena pembuahan di luar rahim atau tidak
seperti halnya yang dilakukan oleh pasangan suami isteri melalui proses
persetubuhan yang alami inilah, maka teknologi kedokteran bisa melakukan
inseminasi buatan dengan merekayasa teknik fertilisasi (pembuahan) di luar rahim
yaitu dengan proses penyuntikan sperma ke dalam rahim wanita tanpa harus
berhubungan badan dengan tujuan menghamilkan/ bisa hamil.
Sedangkan tujuan yang ingin dicapai dari penulisan skripsi ini, adalah:
1. Untuk mengetahui lebih jauh dan jelas lagi bagaimana hukum Islam
menanggapi teknik inseminasi buatan.
Pada akhir penulisan skripsi ini ada beberapa saran yang dapat dijadikan sebagai
sumbangan ataupun kontribusi pemikiran terhadap inseminasi buatan pada
manusia dengan kontrak rahim agar mengangkat dan mengasuh anak yatim untuk
diperlakukan sebagaimana layaknya anaknya sendiri.
Deskripsi Alternatif :
Pada awalnya, inseminasi buatan lebih sering terdengar dilakukan pada hewan
dan tumbuhan. Dengan cara mengambil sperma lalu menginjeksikannya pada
hewan betina, begitupula halnya pada manusia, dan upaya ini dilakukannya
karena adanya kesulitan untuk mencapai dan menyatu dengan ovum (sel telur).
Teknik ini merupakan suatu proses yang membantu wanita untuk mengatasi
kemandulan di mana saluran telur wanita tersebut tidak ada atau bahkan
mengalami kelainan/ cacat. Oleh karena pembuahan di luar rahim atau tidak
seperti halnya yang dilakukan oleh pasangan suami isteri melalui proses
persetubuhan yang alami inilah, maka teknologi kedokteran bisa melakukan
inseminasi buatan dengan merekayasa teknik fertilisasi (pembuahan) di luar
rahim yaitu dengan proses penyuntikan sperma ke dalam rahim wanita tanpa
harus berhubungan badan dengan tujuan menghamilkan/ bisa hamil.
Sedangkan tujuan yang ingin dicapai dari penulisan skripsi ini, adalah:
1. Untuk mengetahui lebih jauh dan jelas lagi bagaimana hukum Islam
menanggapi teknik inseminasi buatan.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa inseminasi buatan yang tidak
berasal dari ovum dan sperma suami isteri yang sah diharamkan hukumnya,
sedangkan inseminasi buatan dengan kontrak rahim dalam hukum Islam adalah
diharamkan karena alasan yang sangat mendasar adalah mengandung unsur
asing dari pembuahan yang bukan berasal dari benih sperma dan ovum
pasangan suami isteri yang sah.
Pada akhir penulisan skripsi ini ada beberapa saran yang dapat dijadikan
sebagai sumbangan ataupun kontribusi pemikiran terhadap inseminasi buatan
pada manusia dengan kontrak rahim agar mengangkat dan mengasuh anak yatim
untuk diperlakukan sebagaimana layaknya anaknya sendiri.
Setelah Dr. Patrick Steptoe dan Dr. Robert Edwards pada tahun 1978
berhasil melakukan teknik spektakuler “fertilisasi in vitro”, dunia
kedokteran mengalami perkembangan yang sangat pesat dan mengagumkan
dalam penanganan masalah infertilitas dan di bidang rekayasa genetika
manusia. Teknik yang selanjutnya dikenal dengan istilah “Bayi Tabung” ini
berkembang ke seluruh dunia termasuk di Indonesia.
Istilah Bayi Tabung ( tube baby) dalam bahasa kedokteran dikenal dengan
sebutan “In Vitro Fertilization and Embryo Transfer” (IVF-ET) atau dalam
khazanah hukum Islam dikenal dengan “Thifl al-Anâbîb” atau “Athfâl al-
Anbûbah”. Sedangkan Inseminiasi Buatan (Artificial Insemination) dalam
hukum Islam dikenal dengan sebutan “At-Talqîh al-Shinâi”.
Setelah sperma dan sel telur dicampur didalam tabung di luar rahim
(in vitro), kemudian hasil campuran yang berupa zygote atau embrio yang
dinyatakan baik dan sehat itu ditransplantasikan ke rahim isteri atau rahim
orang lain. Secara medis, zigot itu dapat dipindahkan ke rahim orang lain.
Hal ini disebabkan karena rahim isteri mengalami gangguan antara lain : (1)
kelainan bawaan rahim (syndrome rokytansky), (2) infeksi alat kandungan,
(3) tumor rahim, dan (4) Sebab operasi atau pengangkatan rahim yang
pernah dijalani. Adapun teknik Inseminasi Buatan lebih disebabkan karena
faktor sulitnya terjadi pembuahan alamiah karena sperma suami yang
lemah atau tidak terjadinya pertemuan secara alamiah antara sperma dan
sel telur.
Dari table tampak jelas bahwa teknik bayi tabung dan inseminasi
buatan yang dibenarkan menurut moral dan hukum Islam adalah teknik
yang tidak melibatkan pihak ketiga serta perbuatan itu dilakukan karena
adanya hajat dan tidak untuk main-main atau percobaan. Sedangkan teknik
bayi tabung atau inseminasi buatan yang melibatkan pihak ketiga hukumnya
haram.
Tidak ada dosa lebih berat dari perbuatan syirik (menyekutukan Tuhan)
melainkan dosa seseorang yang mentransplantasikan “benih” kepada
rahim wanita yang tidak halal baginya.
Dalam hal pihak ketiga merupakan isteri sah, maka para ulama
dalam hal ini menolaknya karena bertentangan dengan maksud ayat Al-
Qur’an :
Masalah lain yang dilarang menurut moral dan hukum Islam adalah
teknologi “Post Mortem - Fertilization” , yakni pelelehan zygote atau embrio
yang telah lama disimpan dan dibekukan di dalam “tabung pengawet” dari
hubungan sah suami isteri, namun trnsplantasi zygote dilakukan terhadap
isteri yang memiliki zygote itu setelah suaminya meninggal dunia atau
setelah terjadinya perceraian.
Bayi Tabung ( Test Tube Baby) Dalam Hukum Islam
INDRA - POSTAR
INDRA - Dalam kehidupan modern dewasa ini ada kemungkinan seorang istri yang sulit
untuk mendapatkan keturunan bisa menghamilkan suatu benih bukan melalui jalur
biasa yaitu hubungan kelamin, melainkan melalui cara suntikan atau operasi, sehingga
benih tersebut di masukkan kedalam rahim istri ( wanita) itu sampai mengandung,
karena benih tersebut di ambil dari zakar laki-laki da disimpan lebih dulu dalam suatu
tabung. Maka kehamilan seperti inilah yang disebut dengan kehamilan bayi tabung. Dan
pada paper ini penulis akan membahas pengertian, teknik pembuatan serta pendapat
beberapa ulama tentang bayi tabung.
Inseminasi buatan adalah terjemahan dari bahasa Inggris, yaitu Artificial Insemination.
Dalam bahasa Arab disebut dengan Al- Talqih Al- Shina’iy. Dalam bahasa Indonesia orang
menyebutnya dengan inseminasi buatan, pembuahan buatan, atau penghamilan
buatan. Bayi tabung istilah ilmiahnya adalah usaha manusia untuk mengadakan
pembuahan dengan sebuah tabung gelas. Proses pembuahan seperti ini disebut dengan
in vivo, sedangkan proses pembuahan secara alamiah disebut dengan in vitro.banyak
batasan yang dikemukakan oleh para ahli dengan redaksi yang berbeda- beda. Dalam
buku ini akan mengangkat dua batasan saja. Pertama, Dra. Djamalin Djanah
memeberikan pengertian, bayi tabung inseminasi buatan adalah “ suatu pekerjaan
memasukkan mani kedalam rahim (kandungan) dengan menggunakan alat khusus
dengan maksud terjadinya pembuahan”. Dr. H. Ali Akbar mendefinisikan” memasukkan
sperma kedalam alat kelamin perempuan tanpa persetubuhan untuk membuahi telur
atau ovum wanita.
Dari beberapa definisi diatas dapat diambil pengertian bahwa inseminasi buatan adalah
suatu cara atau teknik untuk memperoleh kehamilan tanpa melalui persetubuhan
( coitus). Adapun proses kerja inseminasi buatan untuk menghasilkan anak yang
dilakukan tanpa persetubuhan, maka teknik yang digunakan adalah:
1.Fertilisasi In Vitro ( FIV), caranya dengan mengambil sperma suami dan ovum istri,
kemudian diproses di vitro ( tabung) dan setelah terjadi pembuahan, lalu ditranfer ke
wanita. Teknik ini dikenal dengan bayi tabung atau pembuahan di luar tubuh.
2.Gamet Intra Felopian Tuba (GIFT), dengan cara mengambil sperma suami dan ovum
istri, setelah dicampur, terjadi pembuahan, maka sagera ditanam dan di salurkan telur
( tuba falupi), atau dengan kata lain, mempertemukan sel benih ( gamet) yaitu sperma
dan ovum dengan cara menyemprotkan campuran sel benih itu memekai kanul tuba
kedalam ampulla, namun teknik ini bukan merupakan bayi tabung. Teknik kedua ini
lebih alamiah dibanding teknik pertama, sebab sperma hanya bisa membuahi ovum di
tuba falupi si ibu sendiri setelah terjadi ejakulasi melalui hubungan seksual.
Bayi tabung ( test tube baby) yang kita kenal dengan bayi tabung yang didapatkan
melalui proses pembuahan yang dilakukan diluar rahim sehingga terjadi embrio tidak
secara alamiah, melainkan dengan bantuan ilmu kedokteran.
Sejarah
Borner berkomentar terhadap penemuan Abbe Lazaric Spallanzani pada tahun 1784
yang berhasil untuk pertama kali mengawinkan serangga, binatang ampibi dan
kemudian anjing yang melahirkan tiga ekor anak anjing. Atas keberhasilan ini, Borner
berkomentar,” akan datang waktunya penemuan amat penting ini terjadi pada
masyarakat manusia”. Di Rusia karena Stalin sangat mencemaskan akibat perang atom,
maka ia setuju untuk mendirikan bank ayah atau bank sperma. Tahun 1968, Kruschov
dengan adanya bank sperma ingin mengumpulkan sperma orang- orang jenius dalam
ilmu pengetahuan, peperangan, sastra, dan lain- lain yang ingin dikembangbiakkan
dalam rahim gadis- gadis cantik yang sehat yang memiliki IQ tinggi agar nantinya lahir
generasi jenius.
Praktek inseminasi pada manusia juga terkandung dalam cerita “midrash”, diman Ben
Sirah dikandungsecar tidak sengaja karena ibunya memakai air bak yang sudah
tercampur sedikit air mani. Di Indonesia, keberhasilan inseminasi buatan ditandai
dengan lahirnya Akmal dari pasangan Linda- Soekotjo pada tanggal 25 Agustus 1987 dan
Dimas Aldila Akmal Sudiar, lahir pada 2 Oktober 1988 dari pasangan Wiwik Juwari-
Sudirman. Keduanya lahir atas kerja sama team Makmal Terpadu Imuno Endilrinologi
Fakultas Kedokteran UI. Atas keberhasilan ini dekan Fakultas Kedokteran UI ketika itu
Asri Rasyad, mengatakan :” Teknologi ini semata- mata untuk membantu pasangan
suami istri yang sulit mendapatkan keturunan”.
·Alternative bagi wanita yang ingin punya anak dan tidak mau menikah.
·Untuk percobaan ilmiah.
Adapun alasan lain yaitu sesuai dengan hadist Abu Hurairah yang berbunyi:
Artinya : Dari Abu Hurairah bahwa Rasululloh Saw telah bersabda: apabila seseorang
telah mati, maka putuslah dari sagala amalnya, kecuali dari tiga hal yaitu shadaqoh
jariah, ilmu yang bermanfaat, atau anak sholeh yang mendoakannya.
Pembuatan inseminasi buatan ini membutuhkan proses dari mulai pengambilan bibit,
dalam pengambilan bibit ini terdapat analisa hukum islam dan sumber pengambilan
bibit itu, cara mengeluarkan sperma dan dokter yang menanganinya. Setelah
pengambilan bibit, lalu bagaimana juga menganalisa hukum islam tentang penanaman
bibit. Dalam tahap ini yang menjadi permasalahan adalah rahim wanita yang akan
mengandungnya.
Pengambilan bibit ini meliputi pengambilan sel telur ( ovum pik up) dan pengambilan/
pengeluaran sperma. Untuk pengambilan bibit sel telur wanita dapat ditempuh dengan
dua cara. Pertama dengan laparosopi dan USG ( ultrasonografi), cara pertama : indung
telur di pegang dengan penjepit dan dilakukan pengisapan. Cairan folikel yang berisi sel
telur di periksa di mikroskop untuk ditemukan sel telur. Sedangkan cara kedua ( USG)
folikel yang tampak di layar ditusuk dengan jarum melalui vagina kemudian dilakukan
pengisapan folikel yang berisi sel telur seperti pengisapan laparoskopi.
Analisa hukum islam, lalu bagaimana hukum melihat aurat besar wanita, meraba, dan
memasukkan sesuatu pada vagina wanita. Semua aktifitas ini dibutuhkan dalam
pengambilan sel telur dari wanita. Para ulama dari kalangan mahab sepakat bahwa
vagina adalah bagian dari aurat wanita yang paling vital atau disebut aurat besar yang
wajib dijaga dan tidak boleh dilihat. Akan tetapi, ketika darurat tidak ada jalan lain
kecuali harus membuka dan memegangnya, seperti untuk kepentingan medis ( berobat),
maka semata untuk keadaan darurat para ulama sepakat aurat wanita boleh dibuka.
Dalam pengambilan sel telur dari wanita, seorang dokter tidak bisa melakukannya
kecuali harus melihat, meraba, dan memasukkan alat kedalam aurat besar wanita dalam
ruangan yang tidak ada orang lain.
Pendapat ulama:
·Yusuf Qardawi mengatakan dalam keadaan darurat atau hajat melihat atau memegang
aurat diperbolehkan dengan syarat keamanan dan nafsu dapat dijaga. Hal ini sejalan
dengan kaidah ushul fiqih:
“ Kebutuhan yang sangat penting itu diperlakukan seperti keadaan terpaksa ( darurat).
Dan keadaan darurat itu membolehkan hal-hal yang dilarang”.
·Menurut hemat penulis adalah keadaan seperti ini di sebut dengan keadaan darurat ,
dimana orang lain boleh melihat dan memegang aurat besar wanita. Karena belum
ditemukan cara lain dan kesempatan unutuk melihat dan memegang aurat wanita itu
ditujukan semata- mata hanya untuk kepentingan medis yang tidak menimbulkan
rangsangan.
Pengeluaran sperma
ØIstimna’ ( onani)
Diantara kelima cara diatas, cara yang dipandang baik adalah dengan cara onani
( mastrubasi) yang dilakukan di rumah sakit sebagaiman yang di sponsori oleh
Universitas Indonesia.
Pendapat ulama:
·Ulama Hanabilah mengharamkan onani, kecuali khawatir berbuat zina atau terganggu
kesehatannya, sedang ia tidak punya istri atau tidak mampu kawin. Yusuf Qardawi juga
sependapat dengan ulama Hanabilah.
·Pendapat penulis adalah onani dapat dibolehkan apabila dalam keadaan terpaksa,
sebagaimana tersirat pada pendapat sebelumnya. Jika dikaitkan dengan keperluan
inseminasi buatan, maka dapat digolongkan dalam keadaan terpaksa. Dimana istimna’
dibolehkan, baik dengan tangannya sendiri atau tangan istrinya. Sesuai dengan firman
Allah:
Islam membolehkan senggama antara laki- laki dan perempuan, jika keduanya sudah
diikat oleh tali pernikahan. Motif senggama yang di lakukan oleh pasangan yang sah
adalah untuk mendapatkan keturunan. Adapun senggama diluar pernikahan adalah
untuk memuaskan nafsu belaka. Jika dikaitkan dengan inseminasi buatan yang bibitnya
berasal dari suami istri yang sah, baik dengan cara pembuahan diluar rahim kemudian
disuntikkan kedalah rahim istri atau dengan cara mengambil sperma suami kemudian
disuntikkan ke uterus istri. Tindakan ini tidaklah tergolong zina atau boleh hukumnya
karena berasal dari pasangan suamu istri yang sah. Hal ini diperbolehkan kalau memang
kondisi suami istri benar- benar memerlukan cara inseminasi buatan untuk memperoleh
anak.
Diperbolehkannya bayi tabung bagi suami istri yang sah, disebabkan karena manfaatnya
sangat besar dalam kehidupan rumah tangga. Bagi suami istri yang sangat merindukan
anak, namun tidak bisa berproses secara alami maka melalui proses bayi tabung, anak
yang dirindukannya akan segara hadir disisinya. Disinilah letak kemaslahatannya,
sehingga kebolehannya didasarkan melalui maslahah mursalah.
Pendapat ulama:
·Jumhur ulama membolehkan inseminasi buatan yang berasal dari bibit suami istri.
Mereka adalah Syeik Mahmud Syaltut, Yusuf Qardawi, Ahmad Ribasyi, Zakaria Ahmad
Al- Barry.
·Majelis ulama DKI Jakarta dan Majelis Pertimbangan Kesehatan dan Syara’ Department
Kesehatan RI.
·Menurut hemat penulis adalah membolehkan inseminasi buatan, asalkan berasal dari
bibit suami istri yang sah. Karena dengan adanya inseminasi buatan ini memudahkan
bagi pasangan suami istri yang sulit untuk mendapatkan keturunan agar dapat hidup
normal dan memperpanjang keturunan.
Inseminasi buatan berasal dari donor sperma laki- laki yang disuntikkan kedalam vagina
yang bukan istrinya. Kedua dengan cara pembuahan di luar rahim, dimana
pembuahannya diambil dari sel sperma suami istri, kemudian dititipkan ke rahim
perempuan lain.
·Jumhur ulama menghukuminya haram. Karena sama hukumnya dengan zina yang akan
mencampur adukkan nashab dan sebagai akibat, hukumnya anak tersebut tidak sah dan
nasabnya hanya berhubungan dengan ibu yang melahirkannya. Sesuai firman Allah
dalam surat (At-Tiin: 4) adalah:
“Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik- baiknya”
“Tidak boleh orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir menyirami air spermanya
kepada tanaman orang lain ( vagina perempuan bukan istrinya). HR. Abu Daud At-
Tarmidzi yang dipandang shahih oleh Ibnu Hibban”.
·Robin Rowlan ( Australia) menentang inseminasi buatan dengan donor sperma, karena
mempertimbangkan nantinya wanita menjadi incubator buatan. Ninoek Laksono
berpendapat jika model inseminasi ini dijalankan maka definisi anak dan ibu menjadi
tidak menentu dan akan memunculkan ibu- ibu titipan.
·Syekh Syaltut berpendapat bahwa mengharamkan mutlak. Karena suatu perbuatan zina
dalam satu waktu, sebab intinya adalah satu dan hasilnya satu juga: itu meletakkan
sperma laki-laki lain dengan suatu kesengajaan pada lading yang tidak ada ikatan
perkawinan secara syara’ yang dilindungi hukum naluri dan syariat agama. Andaikata
tidak ada pembatasan- pembatasan dalam masalah bentuk pelanggaran hokum niscaya
pencangkokan ini dapat dihukumi berzina yang oleh syariat Allah telah diberi
pembatasan dan kitab- kitab agama akan menurunkan ayat tentang itu. Menisbatkan
anak kepada selain ayahnya sendiri menyebabkan laknat.
·Namun berbeda dengan pendapat Dr. Ali. Akbar, menurutnya bahwa inseminasi model
kedua yaitu yang berasal dari sperma dan ovum suami istri kemudian kedalam rahim
perempuan lain bukanlah perbuatan zina. Karena yang ditanamkan pada rahim orang
lain itu adalah sperma dan ovum yang sudah bercampur terlebih dahulu, sehingga hanya
menitipkan untuk memperoleh kehidupan, yaitu makanan untuk menjadi bayi yang
sempurna. Dibolehkannya menitipkan sperma suami istri yang telah terjadi proses
pembuahan kerahim perempuan lain jika si istri dinyatakan secara medis tidak bisa
mengandung atau kalaupun bisa akan berbahaya. Maka wanita lain itu hanya berfungsi
sebagai titipan saja tempat kelangsungan perkembangbiakkan embrio. Dan wanita yang
dititipi tidak ada kaitan apa-apa dengan embrio yang sudah berkembang. Dari sini
inseminasi model kedua tidak merusak nasab, karena bibit tetap dari suami istri yang
sah. Namun efek negative yang ditimbulkannya juga harus dapat dikendalikan.karena
akan munculnya ibu sewaan. Demi karir mungkin banyak perempuan ingin punya anak,
tapi tidak mau hamil, dan cukup menitipkan kepada orang lain. Adanya kemungkinan
ingkar janji anak yang dilahirkan tidak dikembalikan kepada yang menitipkan kurangnya
kasih saying dan sebagainya.
·Penulis berpendapat adalah usaha untuk memperoleh anak adalah naluriah setiap
manusia dan usaha yang dianjurkan oleh agama. Karenanya jika dengan cara biasa tidak
dapat memperoleh anak, maka hendaklah dapat mengusahakan melalui bayi tabung,
termasuk hal yang dianjurkan, namun harus memperhatikan norma- norma agama.
Karena bayi tabung lebih banyak berhubungan dengan masalah teknis atau proses
memperoleh keturunan. Jika ini sudah dipegang maka suami istri boleh saja menempuh
cara yang tidak lazim ( bayi tabung) kalau memang cara alamiah tidak menghasilkan
anak. Karena ini termasuk kebutuhan yang daruriyat, selam tidak berbenturan dengan
nash yang qat’I bayi tabung dengan sperma yang berasal dari suami istri yang sah, maka
hukumnya boleh.
Kesimpulan
Bayi tabung ( test tube baby) yang kita kenal dengan bayi tabung yang didapatkan
melalui proses pembuahan yang dilakukan diluar rahim sehingga terjadi embrio tidak
secara alamiah, melainkan dengan bantuan ilmu kedokteran. Dalam proses pembuahan
yang dilakukan diluar rahim perlu disediakan ovum/ sel telur dan sperma, ovum diambil
dari tuba faluppi ( kandung telur) seorang ibu dan sperma diambil dari ejakulasi seorang
ayah diperiksa apakah benih tersebut memenuhi persyaratan atau tidak. Begitu juga
dengan sel telur seorang ibu. Dan bila pada saat ovulasi terdapat sel- sel yang benar-
benar masak maka sel telur itu dihisap dengan jarum suntik melalui sayatan pada perut.
Sel telur itu kemudian ditaruh dal suatu tabung yang diberi suhu menyamai panas badan
seorang wanita.
Kedua sel kelamin tersebut dibiarkan bercampur (zygota) dalam tabung sehingga
terjadilah fertilisasi. Zygota yang dihasilkan berkembang dalam medium yang terdapat
dalam tabung reaksi sehingga menjadi morulla, morulla yang terbentuk melalui teknik
embrio, lalu ditransfer kerahim seorang ibu yang telah disiapkan akan ibu akan hamil.
Para ulama banyak yang menghukumi boleh atas bayi tabung. Dengan catatan benihnya
berasal dari sel suami istri yang sah. Dan pasangan tersebut sulit untuk mendapatkan
keturunan. Namun dengan adanya bayi tabung tidak menimbulkan banyaknya ibu- ibu
sewaan yang hanya memanfaatkan karena factor ekonomi saja.
Daftar Bacaan :
Agil, Said, Husein Al- Munawwar, Hukum Islam Dan Pluralisme Islam , ( Jakarta
:Penama)
Hasan. M. Ali, Masail Fiqhiyah Al- Haditsah, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000)
Qardawi ,Yusuf , Halal Dan Haram Dalam Islam, ( Jakarta : PT. Bina Aksara, 1993)
A. pengertian
Inseminasi buatan dilihat dari asal sperma yang dipakai dapat dibagi
dua:
Bayi Tabung
Embrio