You are on page 1of 18

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP INSEMINASI BUATAN PADA

MANUSIADENGAN KONTRAK RAHIM

Undergraduate Theses from JIPTUMM / 2002-06-11 09:39:00


Oleh : NURDIANA YUKE ANDRIANI (98120021/P), Dept. of Psychology
Dibuat : 2002-08-09, dengan 1 file

Keyword : INSEMINASI BUATAN PADA MANUSIA

Pada awalnya, inseminasi buatan lebih sering terdengar dilakukan pada hewan dan
tumbuhan. Dengan cara mengambil sperma lalu menginjeksikannya pada hewan
betina, begitupula halnya pada manusia, dan upaya ini dilakukannya karena
adanya kesulitan untuk mencapai dan menyatu dengan ovum (sel telur).

Teknik ini merupakan suatu proses yang membantu wanita untuk mengatasi
kemandulan di mana saluran telur wanita tersebut tidak ada atau bahkan
mengalami kelainan/ cacat. Oleh karena pembuahan di luar rahim atau tidak
seperti halnya yang dilakukan oleh pasangan suami isteri melalui proses
persetubuhan yang alami inilah, maka teknologi kedokteran bisa melakukan
inseminasi buatan dengan merekayasa teknik fertilisasi (pembuahan) di luar rahim
yaitu dengan proses penyuntikan sperma ke dalam rahim wanita tanpa harus
berhubungan badan dengan tujuan menghamilkan/ bisa hamil.

Sehubungan dengan permasalahan diatas dalam penulisan skripsi ini, peneliti


ingin mengkaji inseminasi buatan pada manusia dengan kontrak rahim dalam
tinjauan hukum Islam dengan suatu rumusan : (1) Bagaimana pandangan hukum
Islam mengenai inseminasi buatan pada manusia (2) Apa hukum kontrak rahim
untuk inseminasi buatan pada manusia dalam tinjauan hukum Islam.

Sedangkan tujuan yang ingin dicapai dari penulisan skripsi ini, adalah:

1. Untuk mengetahui lebih jauh dan jelas lagi bagaimana hukum Islam
menanggapi teknik inseminasi buatan.

2. Untuk mengetahui dan mengkonfirmasikan bagaimana sebenarnya hukum


kontrak rahim menurut Islam.

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kepustakaan (Library Research). Oleh


karena penelitian ini adalah penelitian pustaka, maka dalam proses pengumpulan
data-data menggunakan studi pustaka. Di mana data yang dibutuhkan dicari dari
buku atau bahan pustaka lainnya. Dan data yang dikumpulkan adalah data yang
bersifat kualitatif.

Adapun analisa yang penyusun gunakan adalah analisa deskriftif kualitatif,


maksudnya adalah setelah data sebagai bahan skripsi ini terkumpul, kemudian
dibahas secara deduktif, induktif, dan komparatif.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa inseminasi buatan yang tidak berasal
dari ovum dan sperma suami isteri yang sah diharamkan hukumnya, sedangkan
inseminasi buatan dengan kontrak rahim dalam hukum Islam adalah diharamkan
karena alasan yang sangat mendasar adalah mengandung unsur asing dari
pembuahan yang bukan berasal dari benih sperma dan ovum pasangan suami isteri
yang sah.

Pada akhir penulisan skripsi ini ada beberapa saran yang dapat dijadikan sebagai
sumbangan ataupun kontribusi pemikiran terhadap inseminasi buatan pada
manusia dengan kontrak rahim agar mengangkat dan mengasuh anak yatim untuk
diperlakukan sebagaimana layaknya anaknya sendiri.

Deskripsi Alternatif :

Pada awalnya, inseminasi buatan lebih sering terdengar dilakukan pada hewan
dan tumbuhan. Dengan cara mengambil sperma lalu menginjeksikannya pada
hewan betina, begitupula halnya pada manusia, dan upaya ini dilakukannya
karena adanya kesulitan untuk mencapai dan menyatu dengan ovum (sel telur).

Teknik ini merupakan suatu proses yang membantu wanita untuk mengatasi
kemandulan di mana saluran telur wanita tersebut tidak ada atau bahkan
mengalami kelainan/ cacat. Oleh karena pembuahan di luar rahim atau tidak
seperti halnya yang dilakukan oleh pasangan suami isteri melalui proses
persetubuhan yang alami inilah, maka teknologi kedokteran bisa melakukan
inseminasi buatan dengan merekayasa teknik fertilisasi (pembuahan) di luar
rahim yaitu dengan proses penyuntikan sperma ke dalam rahim wanita tanpa
harus berhubungan badan dengan tujuan menghamilkan/ bisa hamil.

Sehubungan dengan permasalahan diatas dalam penulisan skripsi ini, peneliti


ingin mengkaji inseminasi buatan pada manusia dengan kontrak rahim dalam
tinjauan hukum Islam dengan suatu rumusan : (1) Bagaimana pandangan hukum
Islam mengenai inseminasi buatan pada manusia (2) Apa hukum kontrak rahim
untuk inseminasi buatan pada manusia dalam tinjauan hukum Islam.

Sedangkan tujuan yang ingin dicapai dari penulisan skripsi ini, adalah:

1. Untuk mengetahui lebih jauh dan jelas lagi bagaimana hukum Islam
menanggapi teknik inseminasi buatan.

2. Untuk mengetahui dan mengkonfirmasikan bagaimana sebenarnya hukum


kontrak rahim menurut Islam.

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kepustakaan (Library Research).


Oleh karena penelitian ini adalah penelitian pustaka, maka dalam proses
pengumpulan data-data menggunakan studi pustaka. Di mana data yang
dibutuhkan dicari dari buku atau bahan pustaka lainnya. Dan data yang
dikumpulkan adalah data yang bersifat kualitatif.

Adapun analisa yang penyusun gunakan adalah analisa deskriftif kualitatif,


maksudnya adalah setelah data sebagai bahan skripsi ini terkumpul, kemudian
dibahas secara deduktif, induktif, dan komparatif.

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa inseminasi buatan yang tidak
berasal dari ovum dan sperma suami isteri yang sah diharamkan hukumnya,
sedangkan inseminasi buatan dengan kontrak rahim dalam hukum Islam adalah
diharamkan karena alasan yang sangat mendasar adalah mengandung unsur
asing dari pembuahan yang bukan berasal dari benih sperma dan ovum
pasangan suami isteri yang sah.

Pada akhir penulisan skripsi ini ada beberapa saran yang dapat dijadikan
sebagai sumbangan ataupun kontribusi pemikiran terhadap inseminasi buatan
pada manusia dengan kontrak rahim agar mengangkat dan mengasuh anak yatim
untuk diperlakukan sebagaimana layaknya anaknya sendiri.

Bayi Tabung & Inseminasi Buatan


Posted on October 28th, 2008 by fathurin

Setelah Dr. Patrick Steptoe dan Dr. Robert Edwards pada tahun 1978
berhasil melakukan teknik spektakuler “fertilisasi in vitro”, dunia
kedokteran mengalami perkembangan yang sangat pesat dan mengagumkan
dalam penanganan masalah infertilitas dan di bidang rekayasa genetika
manusia. Teknik yang selanjutnya dikenal dengan istilah “Bayi Tabung” ini
berkembang ke seluruh dunia termasuk di Indonesia.

Istilah Bayi Tabung ( tube baby) dalam bahasa kedokteran dikenal dengan
sebutan “In Vitro Fertilization and Embryo Transfer” (IVF-ET) atau dalam
khazanah hukum Islam dikenal dengan “Thifl al-Anâbîb” atau “Athfâl al-
Anbûbah”. Sedangkan Inseminiasi Buatan (Artificial Insemination) dalam
hukum Islam dikenal dengan sebutan “At-Talqîh al-Shinâi”.

Secara teknis, kedua istilah ini memiliki perbedan yang cukup


signifikan, meskipun memiliki tujuan yang hampir sama yakni untuk
menangani masalah infertilitas atau kemandulan. Bayi Tabung merupakan
teknik pembuahan (fertilisasi) antara sperma suami dan sel telur isteri yang
masing-masing diambil kemudian disatukan di luar kandungan (in vitro) –
sebagai lawan “di dalam kandungan” (in vivo) - . Biasanya medium yang
digunakan adalah tabung khusus. Setelah beberapa hari, hasil pembuahan
yang berupa embrio atau zygote itu dipindahkan ke dalam rahim.
Sedangkan teknik Inseminasi Buatan relatif lebih sederhana. Yaitu sperma
yang telah diambil dengan alat tertentu dari seorang suami kemudian
disuntikkan ke dalam rahim isteri sehingga terjadi pembuahan dan
kehamilan.

Teknik Bayi Tabung diperuntukkan bagi pasangan suami isteri yang


mengalami masalah infertilitas. Pasien Bayi Tabung umumnya wanita yang
menderita kelainan sebagai berikut : (1) kerusakan pada saluran telurnya,
(2) lendir rahim isteri yang tidak normal, (3) adanya gangguan kekebalan
dimana terdapat zat anti terhadap sperma di tubuh isteri, (4) tidak hamil
juga setelah dilakukan bedah saluran telur atau seteleh dilakukan
pengobatan endometriosis, (5) sindroma LUV (Luteinized Unruptured
Follicle) atau tidak pecahnya gelembung cairan yang berisi sel telur, dan (6)
sebab-sebab lainnya yang belum diketahui. Sedangkan pada suami, teknik
ini diperuntukkan bagi mereka yang pada umumnya memiliki kelainan
mutu sperma yang kurang baik, seperti oligospermia atau jumlah sperma
yang sangat sedikit sehingga secara alamiah sulit diharapkan terjadinya
pembuahan.

Setelah sperma dan sel telur dicampur didalam tabung di luar rahim
(in vitro), kemudian hasil campuran yang berupa zygote atau embrio yang
dinyatakan baik dan sehat itu ditransplantasikan ke rahim isteri atau rahim
orang lain. Secara medis, zigot itu dapat dipindahkan ke rahim orang lain.
Hal ini disebabkan karena rahim isteri mengalami gangguan antara lain : (1)
kelainan bawaan rahim (syndrome rokytansky), (2) infeksi alat kandungan,
(3) tumor rahim, dan (4) Sebab operasi atau pengangkatan rahim yang
pernah dijalani. Adapun teknik Inseminasi Buatan lebih disebabkan karena
faktor sulitnya terjadi pembuahan alamiah karena sperma suami yang
lemah atau tidak terjadinya pertemuan secara alamiah antara sperma dan
sel telur.

Secara ringkas, hukum teknik Bayi Tabung dan Inseminasi Buatan


terhadap manusia dapat dilihat pada table berikut ini :

No Nama Teknik Sperma Ovum Media Hukum Alasan/


/ Jenis Teknik Pembuahan
Analogi
hukum
1 Bayi Tabung Suami Isteri Rahim Halal Tidak
(IVF-ET) Isteri melibatkan
Jenis I
orang lain
2 Bayi Tabung Suami Isteri Rahim Haram Melibatkan
(IVF-ET) orang lain/ orang lain
Jenis II titipan/ dan
sewaan dianalogikan
dengan zina
3 Bayi Tabung Suami Orang Rahim Haram Melibatkan
(IVF-ET) lain/ Isteri orang lain
Jenis III donor/ dan
bank dianalogikan
ovum dengan zina
4 Bayi Tabung Suami Orang Rahim Haram Melibatkan
(IVF-ET) lain/ orang lain/ orang lain
Jenis IV donor/ titipan dan
bank /sewaan dianalogikan
ovum dengan zina
5 Bayi Tabung Orang Isteri Rahim Haram Melibatkan
(IVF-ET) lain/ Isteri orang lain
Jenis V donor/ dan
bank dianalogikan
sperma dengan zina
6 Bayi Tabung Orang Isteri Rahim Haram Melibatkan
(IVF-ET) lain/ orang lain/ orang lain
Jenis VI donor/ titipan/ dan
bank sewaan dianalogikan
sperma dengan zina
7 Bayi Tabung Orang Orang Rahim Haram Melibatkan
(IVF-ET) lain/ lain/ isteri orang lain
Jenis VII donor/ donor/ sebagai dan
bank bank titipan / dianalogikan
sperma ovum sewaan dengan zina
8 Bayi Tabung Suami Isteri Isteri yang Haram Melibatkan
(IVF-ET) lain (isteri orang lain
Jenis VIII ke dua, dan dianggap
ketiga atau membuat
keempat) kesulitan dan
mengada-ada
9 Inseminasi Suami Isteri Rahim Halal Tidak
Buatan Isteri melibatkan
dengan orang lain
sperma suami
(Arificial
Insemination
by a Husband
= AIH)
10 Inseminasi Donor Isteri Rahim Haram Melibatkan
Buatan Isteri orang lain
dengan dan
sperma donor dianalogikan
(Arificial dengan zina
Insemination
by a Donor =
AID)

Dari table tampak jelas bahwa teknik bayi tabung dan inseminasi
buatan yang dibenarkan menurut moral dan hukum Islam adalah teknik
yang tidak melibatkan pihak ketiga serta perbuatan itu dilakukan karena
adanya hajat dan tidak untuk main-main atau percobaan. Sedangkan teknik
bayi tabung atau inseminasi buatan yang melibatkan pihak ketiga hukumnya
haram.

Alasan syar’i tentang haramnya keterlibatan (benih atau rahim)


pihak ketiga tersebut merujuk kepada maksud larangan berbuat zina (lihat
al-Qur’an, antara lain Surat Al-Isrâ [17] : 32). Secara filosofis larangan zina
itu didasarkan atas dua hal. Pertama, “tindakan melacur” (al-fujûr, al-fâ?
isyah) dan kedua, akibat tindakan itu dapat menyebabkan kaburnya
keturunan (ikhtilâth al-ansâb).

Rasulullah menyatakan yang artinya :

Tidak ada dosa lebih berat dari perbuatan syirik (menyekutukan Tuhan)
melainkan dosa seseorang yang mentransplantasikan “benih” kepada
rahim wanita yang tidak halal baginya.

Dalam hal pihak ketiga merupakan isteri sah, maka para ulama
dalam hal ini menolaknya karena bertentangan dengan maksud ayat Al-
Qur’an :

Dan janganlah kalian menjatuhkan dirimu sendiri dalam kebinasaan.


[QS. Al-Baqarah (2) : 195 ].

Teknologi rekayasa genetika lain yang masih menjadi perdebatan moral


yang cukup sengit di kalangan agamawan dan kaum moralis di seluruh
dunia adalah “Teknologi Kloning” pada manusia. Pada umumnya, ulama di
negara-negara muslim masih melarang pengkloningan pada manusia. Hal ini
lebih dikarenakan kehati-hatian mereka dalam menentukan proses
keberadaan manusia yang direkayasa oleh manusia lainnya.

Masalah lain yang dilarang menurut moral dan hukum Islam adalah
teknologi “Post Mortem - Fertilization” , yakni pelelehan zygote atau embrio
yang telah lama disimpan dan dibekukan di dalam “tabung pengawet” dari
hubungan sah suami isteri, namun trnsplantasi zygote dilakukan terhadap
isteri yang memiliki zygote itu setelah suaminya meninggal dunia atau
setelah terjadinya perceraian.
Bayi Tabung ( Test Tube Baby) Dalam Hukum Islam

INDRA - POSTAR

Bayi Tabung ( Test Tube Baby) Dalam Hukum Islam

INDRA - Dalam kehidupan modern dewasa ini ada kemungkinan seorang istri yang sulit
untuk mendapatkan keturunan bisa menghamilkan suatu benih bukan melalui jalur
biasa yaitu hubungan kelamin, melainkan melalui cara suntikan atau operasi, sehingga
benih tersebut di masukkan kedalam rahim istri ( wanita) itu sampai mengandung,
karena benih tersebut di ambil dari zakar laki-laki da disimpan lebih dulu dalam suatu
tabung. Maka kehamilan seperti inilah yang disebut dengan kehamilan bayi tabung. Dan
pada paper ini penulis akan membahas pengertian, teknik pembuatan serta pendapat
beberapa ulama tentang bayi tabung.

Inseminasi buatan adalah terjemahan dari bahasa Inggris, yaitu Artificial Insemination.
Dalam bahasa Arab disebut dengan Al- Talqih Al- Shina’iy. Dalam bahasa Indonesia orang
menyebutnya dengan inseminasi buatan, pembuahan buatan, atau penghamilan
buatan. Bayi tabung istilah ilmiahnya adalah usaha manusia untuk mengadakan
pembuahan dengan sebuah tabung gelas. Proses pembuahan seperti ini disebut dengan
in vivo, sedangkan proses pembuahan secara alamiah disebut dengan in vitro.banyak
batasan yang dikemukakan oleh para ahli dengan redaksi yang berbeda- beda. Dalam
buku ini akan mengangkat dua batasan saja. Pertama, Dra. Djamalin Djanah
memeberikan pengertian, bayi tabung inseminasi buatan adalah “ suatu pekerjaan
memasukkan mani kedalam rahim (kandungan) dengan menggunakan alat khusus
dengan maksud terjadinya pembuahan”. Dr. H. Ali Akbar mendefinisikan” memasukkan
sperma kedalam alat kelamin perempuan tanpa persetubuhan untuk membuahi telur
atau ovum wanita.

Dari beberapa definisi diatas dapat diambil pengertian bahwa inseminasi buatan adalah
suatu cara atau teknik untuk memperoleh kehamilan tanpa melalui persetubuhan
( coitus). Adapun proses kerja inseminasi buatan untuk menghasilkan anak yang
dilakukan tanpa persetubuhan, maka teknik yang digunakan adalah:

1.Fertilisasi In Vitro ( FIV), caranya dengan mengambil sperma suami dan ovum istri,
kemudian diproses di vitro ( tabung) dan setelah terjadi pembuahan, lalu ditranfer ke
wanita. Teknik ini dikenal dengan bayi tabung atau pembuahan di luar tubuh.

2.Gamet Intra Felopian Tuba (GIFT), dengan cara mengambil sperma suami dan ovum
istri, setelah dicampur, terjadi pembuahan, maka sagera ditanam dan di salurkan telur
( tuba falupi), atau dengan kata lain, mempertemukan sel benih ( gamet) yaitu sperma
dan ovum dengan cara menyemprotkan campuran sel benih itu memekai kanul tuba
kedalam ampulla, namun teknik ini bukan merupakan bayi tabung. Teknik kedua ini
lebih alamiah dibanding teknik pertama, sebab sperma hanya bisa membuahi ovum di
tuba falupi si ibu sendiri setelah terjadi ejakulasi melalui hubungan seksual.

Bayi tabung ( test tube baby) yang kita kenal dengan bayi tabung yang didapatkan
melalui proses pembuahan yang dilakukan diluar rahim sehingga terjadi embrio tidak
secara alamiah, melainkan dengan bantuan ilmu kedokteran.

Sejarah

Borner berkomentar terhadap penemuan Abbe Lazaric Spallanzani pada tahun 1784
yang berhasil untuk pertama kali mengawinkan serangga, binatang ampibi dan
kemudian anjing yang melahirkan tiga ekor anak anjing. Atas keberhasilan ini, Borner
berkomentar,” akan datang waktunya penemuan amat penting ini terjadi pada
masyarakat manusia”. Di Rusia karena Stalin sangat mencemaskan akibat perang atom,
maka ia setuju untuk mendirikan bank ayah atau bank sperma. Tahun 1968, Kruschov
dengan adanya bank sperma ingin mengumpulkan sperma orang- orang jenius dalam
ilmu pengetahuan, peperangan, sastra, dan lain- lain yang ingin dikembangbiakkan
dalam rahim gadis- gadis cantik yang sehat yang memiliki IQ tinggi agar nantinya lahir
generasi jenius.

Praktek inseminasi pada manusia juga terkandung dalam cerita “midrash”, diman Ben
Sirah dikandungsecar tidak sengaja karena ibunya memakai air bak yang sudah
tercampur sedikit air mani. Di Indonesia, keberhasilan inseminasi buatan ditandai
dengan lahirnya Akmal dari pasangan Linda- Soekotjo pada tanggal 25 Agustus 1987 dan
Dimas Aldila Akmal Sudiar, lahir pada 2 Oktober 1988 dari pasangan Wiwik Juwari-
Sudirman. Keduanya lahir atas kerja sama team Makmal Terpadu Imuno Endilrinologi
Fakultas Kedokteran UI. Atas keberhasilan ini dekan Fakultas Kedokteran UI ketika itu
Asri Rasyad, mengatakan :” Teknologi ini semata- mata untuk membantu pasangan
suami istri yang sulit mendapatkan keturunan”.

Adapun alasannya ialah:

·untuk mengembangbiakkan manusia secara cepat.

·Untuk menciptakan manusia jenius, ideal dan sesuai dengan keinginan.

·Alternative bagi wanita yang ingin punya anak dan tidak mau menikah.
·Untuk percobaan ilmiah.

·Solusi bagi pasangan yang mandul.

·Mengembangkan teknologi kedokteran.

·Menolong pasangan suami- istri yang sulit mendapatkan anak.

Adapun alasan lain yaitu sesuai dengan hadist Abu Hurairah yang berbunyi:

Artinya : Dari Abu Hurairah bahwa Rasululloh Saw telah bersabda: apabila seseorang
telah mati, maka putuslah dari sagala amalnya, kecuali dari tiga hal yaitu shadaqoh
jariah, ilmu yang bermanfaat, atau anak sholeh yang mendoakannya.

Teknik pembuatan dan pendapat ulama

Pembuatan inseminasi buatan ini membutuhkan proses dari mulai pengambilan bibit,
dalam pengambilan bibit ini terdapat analisa hukum islam dan sumber pengambilan
bibit itu, cara mengeluarkan sperma dan dokter yang menanganinya. Setelah
pengambilan bibit, lalu bagaimana juga menganalisa hukum islam tentang penanaman
bibit. Dalam tahap ini yang menjadi permasalahan adalah rahim wanita yang akan
mengandungnya.

Pengambilan bibit sel telur

Pengambilan bibit ini meliputi pengambilan sel telur ( ovum pik up) dan pengambilan/
pengeluaran sperma. Untuk pengambilan bibit sel telur wanita dapat ditempuh dengan
dua cara. Pertama dengan laparosopi dan USG ( ultrasonografi), cara pertama : indung
telur di pegang dengan penjepit dan dilakukan pengisapan. Cairan folikel yang berisi sel
telur di periksa di mikroskop untuk ditemukan sel telur. Sedangkan cara kedua ( USG)
folikel yang tampak di layar ditusuk dengan jarum melalui vagina kemudian dilakukan
pengisapan folikel yang berisi sel telur seperti pengisapan laparoskopi.

Analisa hukum islam, lalu bagaimana hukum melihat aurat besar wanita, meraba, dan
memasukkan sesuatu pada vagina wanita. Semua aktifitas ini dibutuhkan dalam
pengambilan sel telur dari wanita. Para ulama dari kalangan mahab sepakat bahwa
vagina adalah bagian dari aurat wanita yang paling vital atau disebut aurat besar yang
wajib dijaga dan tidak boleh dilihat. Akan tetapi, ketika darurat tidak ada jalan lain
kecuali harus membuka dan memegangnya, seperti untuk kepentingan medis ( berobat),
maka semata untuk keadaan darurat para ulama sepakat aurat wanita boleh dibuka.
Dalam pengambilan sel telur dari wanita, seorang dokter tidak bisa melakukannya
kecuali harus melihat, meraba, dan memasukkan alat kedalam aurat besar wanita dalam
ruangan yang tidak ada orang lain.

Pendapat ulama:

·Yusuf Qardawi mengatakan dalam keadaan darurat atau hajat melihat atau memegang
aurat diperbolehkan dengan syarat keamanan dan nafsu dapat dijaga. Hal ini sejalan
dengan kaidah ushul fiqih:

“ Kebutuhan yang sangat penting itu diperlakukan seperti keadaan terpaksa ( darurat).
Dan keadaan darurat itu membolehkan hal-hal yang dilarang”.

·Menurut hemat penulis adalah keadaan seperti ini di sebut dengan keadaan darurat ,
dimana orang lain boleh melihat dan memegang aurat besar wanita. Karena belum
ditemukan cara lain dan kesempatan unutuk melihat dan memegang aurat wanita itu
ditujukan semata- mata hanya untuk kepentingan medis yang tidak menimbulkan
rangsangan.

Pengeluaran sperma

Dibanding pengambilan sel telur, pengambilan sperma lebih mudah. Untuk


mendapatkan sperma laki- laki dapat ditempuh dengan cara :

ØIstimna’ ( onani)

ØAzl ( senggama terputus)

ØDihisap dari pelir ( testis)

ØJima’ dengan memakai kondom

ØSperma yang ditumpahkan kedalam vaginayang disedot tepat dengan spuit

ØSperma mimpi malam

Diantara kelima cara diatas, cara yang dipandang baik adalah dengan cara onani
( mastrubasi) yang dilakukan di rumah sakit sebagaiman yang di sponsori oleh
Universitas Indonesia.

Lalu bagaimana hukum onani untuk kepentingan inseminasi buatan? Karena


sebagaimana kita ketahui bahwa islam islam memandang onani adalah perbuatan yang
tidak etis, namun dalam penetapannya terjadi perbedaan pendapat.

Pendapat ulama:

·Ulama Malikiyah, Syafi’iyah, Zaidiyah, mengharamkan secara multak berdasarkan Al-


Qur’an surat Al- Mu’minun ayat 5-7, dimana Allah telah memerintahkan manusia untuk
menjaga kehormatan kelamin dalam setiap keadaan, kecuali terhadap istri dan budak.

·Ulama Hanabilah mengharamkan onani, kecuali khawatir berbuat zina atau terganggu
kesehatannya, sedang ia tidak punya istri atau tidak mampu kawin. Yusuf Qardawi juga
sependapat dengan ulama Hanabilah.

·Ulama Hanafiyah berpendapat bahwa istimna’ pada prinsipnya diharamkan, namun


istimna’ diperbolehkan dalam keadaan tertentubahkan wajib, jika dikhawatirkan jatuh
kepada perbuatan zina. Hal ini didasari oleh kaidah ushul adalah:

“Wajib menempuh bahaya yang lebih ringan diantara dua bahaya”

·Pendapat penulis adalah onani dapat dibolehkan apabila dalam keadaan terpaksa,
sebagaimana tersirat pada pendapat sebelumnya. Jika dikaitkan dengan keperluan
inseminasi buatan, maka dapat digolongkan dalam keadaan terpaksa. Dimana istimna’
dibolehkan, baik dengan tangannya sendiri atau tangan istrinya. Sesuai dengan firman
Allah:

“ Barang siapa dalam keadaan terpaksa ( memakannya), sedang ia tidak


menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya.
Seseungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

Asal dan tempat penanaman bibit

1.Bibit dari suami istri yang sah ( inseminasi homolog)

Islam membolehkan senggama antara laki- laki dan perempuan, jika keduanya sudah
diikat oleh tali pernikahan. Motif senggama yang di lakukan oleh pasangan yang sah
adalah untuk mendapatkan keturunan. Adapun senggama diluar pernikahan adalah
untuk memuaskan nafsu belaka. Jika dikaitkan dengan inseminasi buatan yang bibitnya
berasal dari suami istri yang sah, baik dengan cara pembuahan diluar rahim kemudian
disuntikkan kedalah rahim istri atau dengan cara mengambil sperma suami kemudian
disuntikkan ke uterus istri. Tindakan ini tidaklah tergolong zina atau boleh hukumnya
karena berasal dari pasangan suamu istri yang sah. Hal ini diperbolehkan kalau memang
kondisi suami istri benar- benar memerlukan cara inseminasi buatan untuk memperoleh
anak.

Diperbolehkannya bayi tabung bagi suami istri yang sah, disebabkan karena manfaatnya
sangat besar dalam kehidupan rumah tangga. Bagi suami istri yang sangat merindukan
anak, namun tidak bisa berproses secara alami maka melalui proses bayi tabung, anak
yang dirindukannya akan segara hadir disisinya. Disinilah letak kemaslahatannya,
sehingga kebolehannya didasarkan melalui maslahah mursalah.

Pendapat ulama:

·Jumhur ulama membolehkan inseminasi buatan yang berasal dari bibit suami istri.
Mereka adalah Syeik Mahmud Syaltut, Yusuf Qardawi, Ahmad Ribasyi, Zakaria Ahmad
Al- Barry.
·Majelis ulama DKI Jakarta dan Majelis Pertimbangan Kesehatan dan Syara’ Department
Kesehatan RI.

·Menurut hemat penulis adalah membolehkan inseminasi buatan, asalkan berasal dari
bibit suami istri yang sah. Karena dengan adanya inseminasi buatan ini memudahkan
bagi pasangan suami istri yang sulit untuk mendapatkan keturunan agar dapat hidup
normal dan memperpanjang keturunan.

2.Bibit bukan pasangan suami istri ( heterolog)

Inseminasi buatan berasal dari donor sperma laki- laki yang disuntikkan kedalam vagina
yang bukan istrinya. Kedua dengan cara pembuahan di luar rahim, dimana
pembuahannya diambil dari sel sperma suami istri, kemudian dititipkan ke rahim
perempuan lain.

Diantaranya pendapat ulama adalah:

·Jumhur ulama menghukuminya haram. Karena sama hukumnya dengan zina yang akan
mencampur adukkan nashab dan sebagai akibat, hukumnya anak tersebut tidak sah dan
nasabnya hanya berhubungan dengan ibu yang melahirkannya. Sesuai firman Allah
dalam surat (At-Tiin: 4) adalah:

“Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik- baiknya”

Dan hadist Rasululloh Saw:

“Tidak boleh orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir menyirami air spermanya
kepada tanaman orang lain ( vagina perempuan bukan istrinya). HR. Abu Daud At-
Tarmidzi yang dipandang shahih oleh Ibnu Hibban”.

·Majlis Tarjih Muhammadiyah melalui Mukhtamar tahun 80-an dengan tegas


mengharamkan bayi tabung dengan donor sperma. Begitu juga dengan (OKI) Organisasi
Konferensi Islam juga membuat fatwa yang sama yaitu mengharamkan bayi tabung dari
donor sperma.bahkan diluar islam Vatikan tahun 1987, telah mengecam keras
pembuatan bayi tabung ibu titipan, karena dipandang tidak bermoral dan bertentangan
dengan harkat kemanusian.

·Robin Rowlan ( Australia) menentang inseminasi buatan dengan donor sperma, karena
mempertimbangkan nantinya wanita menjadi incubator buatan. Ninoek Laksono
berpendapat jika model inseminasi ini dijalankan maka definisi anak dan ibu menjadi
tidak menentu dan akan memunculkan ibu- ibu titipan.

·Syekh Syaltut berpendapat bahwa mengharamkan mutlak. Karena suatu perbuatan zina
dalam satu waktu, sebab intinya adalah satu dan hasilnya satu juga: itu meletakkan
sperma laki-laki lain dengan suatu kesengajaan pada lading yang tidak ada ikatan
perkawinan secara syara’ yang dilindungi hukum naluri dan syariat agama. Andaikata
tidak ada pembatasan- pembatasan dalam masalah bentuk pelanggaran hokum niscaya
pencangkokan ini dapat dihukumi berzina yang oleh syariat Allah telah diberi
pembatasan dan kitab- kitab agama akan menurunkan ayat tentang itu. Menisbatkan
anak kepada selain ayahnya sendiri menyebabkan laknat.

·Namun berbeda dengan pendapat Dr. Ali. Akbar, menurutnya bahwa inseminasi model
kedua yaitu yang berasal dari sperma dan ovum suami istri kemudian kedalam rahim
perempuan lain bukanlah perbuatan zina. Karena yang ditanamkan pada rahim orang
lain itu adalah sperma dan ovum yang sudah bercampur terlebih dahulu, sehingga hanya
menitipkan untuk memperoleh kehidupan, yaitu makanan untuk menjadi bayi yang
sempurna. Dibolehkannya menitipkan sperma suami istri yang telah terjadi proses
pembuahan kerahim perempuan lain jika si istri dinyatakan secara medis tidak bisa
mengandung atau kalaupun bisa akan berbahaya. Maka wanita lain itu hanya berfungsi
sebagai titipan saja tempat kelangsungan perkembangbiakkan embrio. Dan wanita yang
dititipi tidak ada kaitan apa-apa dengan embrio yang sudah berkembang. Dari sini
inseminasi model kedua tidak merusak nasab, karena bibit tetap dari suami istri yang
sah. Namun efek negative yang ditimbulkannya juga harus dapat dikendalikan.karena
akan munculnya ibu sewaan. Demi karir mungkin banyak perempuan ingin punya anak,
tapi tidak mau hamil, dan cukup menitipkan kepada orang lain. Adanya kemungkinan
ingkar janji anak yang dilahirkan tidak dikembalikan kepada yang menitipkan kurangnya
kasih saying dan sebagainya.
·Penulis berpendapat adalah usaha untuk memperoleh anak adalah naluriah setiap
manusia dan usaha yang dianjurkan oleh agama. Karenanya jika dengan cara biasa tidak
dapat memperoleh anak, maka hendaklah dapat mengusahakan melalui bayi tabung,
termasuk hal yang dianjurkan, namun harus memperhatikan norma- norma agama.
Karena bayi tabung lebih banyak berhubungan dengan masalah teknis atau proses
memperoleh keturunan. Jika ini sudah dipegang maka suami istri boleh saja menempuh
cara yang tidak lazim ( bayi tabung) kalau memang cara alamiah tidak menghasilkan
anak. Karena ini termasuk kebutuhan yang daruriyat, selam tidak berbenturan dengan
nash yang qat’I bayi tabung dengan sperma yang berasal dari suami istri yang sah, maka
hukumnya boleh.

Kesimpulan

Bayi tabung ( test tube baby) yang kita kenal dengan bayi tabung yang didapatkan
melalui proses pembuahan yang dilakukan diluar rahim sehingga terjadi embrio tidak
secara alamiah, melainkan dengan bantuan ilmu kedokteran. Dalam proses pembuahan
yang dilakukan diluar rahim perlu disediakan ovum/ sel telur dan sperma, ovum diambil
dari tuba faluppi ( kandung telur) seorang ibu dan sperma diambil dari ejakulasi seorang
ayah diperiksa apakah benih tersebut memenuhi persyaratan atau tidak. Begitu juga
dengan sel telur seorang ibu. Dan bila pada saat ovulasi terdapat sel- sel yang benar-
benar masak maka sel telur itu dihisap dengan jarum suntik melalui sayatan pada perut.
Sel telur itu kemudian ditaruh dal suatu tabung yang diberi suhu menyamai panas badan
seorang wanita.

Kedua sel kelamin tersebut dibiarkan bercampur (zygota) dalam tabung sehingga
terjadilah fertilisasi. Zygota yang dihasilkan berkembang dalam medium yang terdapat
dalam tabung reaksi sehingga menjadi morulla, morulla yang terbentuk melalui teknik
embrio, lalu ditransfer kerahim seorang ibu yang telah disiapkan akan ibu akan hamil.

Para ulama banyak yang menghukumi boleh atas bayi tabung. Dengan catatan benihnya
berasal dari sel suami istri yang sah. Dan pasangan tersebut sulit untuk mendapatkan
keturunan. Namun dengan adanya bayi tabung tidak menimbulkan banyaknya ibu- ibu
sewaan yang hanya memanfaatkan karena factor ekonomi saja.

Daftar Bacaan :

Agil, Said, Husein Al- Munawwar, Hukum Islam Dan Pluralisme Islam , ( Jakarta
:Penama)
Hasan. M. Ali, Masail Fiqhiyah Al- Haditsah, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000)

Shidik Safiudin , Hukum Islam Tentang Berbagai Persoalan Kontemporer, (Jakarta:


Intimedia, 2004)

Qardawi ,Yusuf , Halal Dan Haram Dalam Islam, ( Jakarta : PT. Bina Aksara, 1993)

HASIL ANAK INSEMINASI DAN BAYI TABUNG

A. pengertian

Inseminasi bauatan merupakan terjemahan dari artificial


insemination. Artificial artinya buatan ataua tiruan, sedangkan
insemination berasal dari kata latin. Inseminatus artinya pemasukan
atau penyampaian. artificial insemination adalah penghamilan atau
pembuahan buatan. Dalam kamus ‫تلقيح الصناعى‬, seperti dalam kitab al-
fatawa karangan mahmud syaltut.

Jadi, insiminasi buatan adalah penghamilan buatan yang


dilakukan terhadap wanita dengan cara memasukan sperma laki-laki
ke dalam rahim wanita tersebut dengan pertolongan dokter, istilah lain
yang semakna adalah kawin suntik, penghamilan buatan dan
permainan buatan (PB). Yang dimaksud dengan bati taqbung (Test
tubebaby) adalah bayi yang di dapatkan melalui proses pembuahan
yang dilakukan di luar rahim sehingga terjadi embrio dengan bantuan
ilmu kedokteran. Dikatakan sebagai kehamilan, bayi tabung karena
benih laki-laki yang disedut dari zakar laki-laki disimpan dalam suatu
tabung.

Untuk menjalani proses pembuahan yang dilakukan di luar


rahim, perlu disediakan ovom (sel telur dan sperma). Jika saat ovulasi
(bebasnya sel telur dari kandung telur) terdapat sel-sel yang masak
maka sel telur itu di hisab dengan sejenis jarum suntik melalui sayatan
pada perut, kemudian di taruh dalam suatu taqbung kimia, lalu di
simpan di laboratorium yang di beri suhu seperti panas badan seorang
wanita. Kedua sel kelamin tersebut bercampur (zygote) dalam tabung
sehingga terjadinya fertilasi. Zygote berkembang menjadi morulla lalu
dinidasikan ke dalam rahim seorang wanita. Akhirnya wanita itu akan
hamil. Inseminasi permainan (pembuahan) buatan telah dilakukan oleh
para sahabat nabi terhadap pohon korma. Bank sperma atau di sebut
juga bank ayah mulai tumbuh pada awal tahun 1970.

B. motivasi di lakukan inseminasi buatan

Inseminasi buatan yang dilakukan untuk menolong pasangan


yang mandul, untuk mengembang biakan manusia secara cepat, untuk
menciptakan manusia jenius, ideal sesuai dengan keinginan, sebagai
alternative bagi manusia yang ingin punya anak tetapi tidak mau
menikah dan untuk percobaan ilmiah

C. hukum inseminasi buatan

Inseminasi buatan dilihat dari asal sperma yang dipakai dapat dibagi
dua:

1. inseminasi buatan dengan sperma sendiri atau AIH (artificial


insemination husband)
2. inseminasi buatan yang bukan sperma suami atau di sebut donor
atau AID (artificial insemination donor)

untuk inseminasi buatan dengan sperma suami sendiri di


bolehkan bila keadaannya benar-benar memaksa pasangan itu untuk
melakukannya dan bila tidak akan mengancam keutuhan rumah
tangganya (terjadinya perceraian) sesuai dengan kaidah usul
fiqh…………..

‫الحاجة تنزل منزلة الضرورة‬


“hajat itu keperluan yang sangat penting dilakukan seperti keadaan
darurat”.
Adapun tentang inseminasi buatan dengan bukan sperma
suami atau sperma donor para ulama mengharamkannya seperti
pendapat Yusuf Al-Qardlawi yang menyatakan bahwa islam juga
mengharamkan pencakukan sperma (bayi tabung). Apabila
pencakukan itu bukan dari sperma suami.

Mahmud Syaltut mengatakan bahwa penghamilan buatan


adalah pelanggaran yang tercela dan dosa besar, setara dengan zina,
karena memasukan mani’ orang lain ke dalam rahim perempuan tanpa
ada hubungan nikah secara syara’, yang dilindungi hukum syara’.

Pada inseminasi buatan dengan sperma suami sendiri tidak


menimbulkan masalah pada semua aspeknya, sedangkan inseminasi
buatan dengan sperma donor banyak menimbulkan masalah di
antaranya masalah nasab.

Bayi Tabung
Embrio

You might also like