You are on page 1of 22

c   c


  c 


c 

Pratiwi Nophan Saleh(C11107194)

Hardiansyah Muslimin(C11109008)

Alvin Andrean Jiwono(C11109115)

Dian Utami(C11109134)

Fatimah Yuni Kartika Akbar(C11109252)

Astari Pratiwi N(C11109270)

Titis Yunvicasari(C11109307)

Eka Ananda Putri(C11109381)

Ahmad Zainuddin(C11109289)

Angela Michelle(C11109326)

Fahmi Awaluddin(C11109344)

Ira Anastasia(C11109363)

Muhammad Yunus(C11109399)

 c     

    

  






Seorang perempuan berusia 40 tahun dibawa ke RS dengan keluhan utama sakit kepala

kronis yang dialami sejak 6 bulan sebelumnya. Nyeri kepala terasa diseluruh kepala semakin

lama semakin memberat. Sakit kepala terutama timbul pagi hari, terkadang disertai muntah

tanpa didahului mual. Sakit kepala dirasakan memberat saat pasien mengedan, buang air

besar dan batuk.

à  à

 Y Îanita, 40 tahun

 Y Cephalgia kronis

 Y 6 bulan

 Y Seluruh kepala

 Y Pagi hari

 Y Muntah (+), mual ( )

 Y Memberat


    
 !" #$
Nyeri kepala dipengaruhi oleh nukleus trigeminocervicalis yang merupakan nosiseptor
penting untuk kepala, tenggorokan dan leher bagian atas.semua aferen nociseptif dari saraf
trigeminus, facial, glosofaringeus, vagus, dan saraf dari C1 3 beramifikasi pada gray matter
area ini. Nukleus trigeminocervicalis terdiri dari tiga bagian yaitu pars oralis yang
berhubungan dengan transmisi sensasi taktil diskriminatifdari regio orofacial, pars
interpolaris yang berhubungan dengan transmisi sensasi taktil diskriminatif seperti sakit gigi,
pars caudalisyang berhubungan dengan transmisi nosiseptif dan suhu.
Terdapat overlapping dari proses ramifikasipada nukleus ini seperti afferen dari C2 selain
beramifikasi ke C2 juga beramifikasi ke C1 dan C3. Selain itu, afferen C3 juga akan
beramifikasi ke C1 dan C2. Hal inilah yang menyebabkan terjadi nyeri alih dari pada kepala
dan leher bagian atas.
Nyeri alih biasanya terdapat pada oksipital dan regio frontoorbital dari kepala dan yang
jarang adalah daerah yang dipersarafi oleh nervus maxillaris dan mandibularis. Ini
disebabkan karena afferen saraf tersebut tidak atau hanya sedikit yang meluas ke arah caudal.
Lain halnya dengan saraf oftalmikus dari saraf trigeminus. Aferen saraf ini meluas ke pars
kaudal.
Servicalis yang terlibat dalam sakit kepala adalah C1, C2, dan C3. Ramus dorsalis dari C1
menginnervasi otot suboccipital triangel obliquus superior, obliquus inferior dan rectus
capitis posterior major dan minor. Ramus dorsalis dari C2 memiliki cabang lateral yang
masuk ke otot leher superfisial posterior, longisimus capitis dan splenius sedangkan cabang
besarnya medial menjadi greater occipital nerve. Saraf ini mengelilingi pinggiran bawah dari
obliquus inferior, dan balik ke bagian atas serta bagian belakang melalui semispinalis capitis,
yang mana saraf ini disuplai dan masuk ke kulit kepala melalui lengkungan yang dikelilingi
oleh superior nuchal line dan the aponeurosis of trapezius.
%&" #$
Nyeri kepala adalah perasaan sakit atau nyeri, termasuk rasa tidak nyaman yang
menyerang daerah tengkorak (kepala) mulai dari kening kearah atas dan belakang kepala.
dan daerah wajah.
Definisi menurut IASP (International assosiation for the study of pain): Nyeri adalah
pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang sedang terjadi atau
telah terjadi atau yang digambarkan dengan kerusakan jaringan.

$&%&" #$
Klasifikasi HIS 1988 ;
1. migrain
2. nyeri kepala tension
3. nyeri kepala cluster dan hemicrania kronik paroksismal
4. nyeri kepala yang tidak berhubungan lesi structural
5. nyeri kepala berhubungan dengan cedera kepala
6. nyeri kepala berhubungan dengan gangguan vaskuler
7. nyeri kepala berhubungan denagn gangguan intrakranial non
vaskuler
8. nyeri kepala berhubungan dengan zat zat atau putus zat obat
9. nyeri kepela berhubunggan dengan infeksi non cephalic
10. nyeri kepala berhubungan dengan gangguan metabolic
11. nyeri kepala atau nyeri wajah dengan gangguan tengkorak,
leher, mata, hidung, gigi, mulut, atau struktur struktur wajah
kranium
12. neuralgia cranialis, nyeri batang syaraf dan nyeri deafness
13. nyeri kepala yang terklasifikasi

Nyeri terdiri dari:


1. nyeri perifer
2. nyeri sentral (nyeri di aferens, nyeri konduktif)
3. nyeri perseptif

#'#" #$
Secara garis besar, nyeri kepala dibagi 2; nyeri kepala primer dan sekunder. Nyeri kepala
yang disebabkan bermacam gangguan yang disebabkan penyebab lain seperti infeksi,tumor,
trauma kepala dll disebut sebagai nyeri kepala sekunder. Sedangkan nyeri kepala primer lebih
disebabkan kerena terlibatnya organ peka nyeri dalam kepala yang menyebabkan sensasi
nyeri. Organ dalam kepala yang peka nyeri terdiri dari selapit otak, pembuluh darah, saraf
otak, sebagian lapisan tengkorak. Pada nyeri kepala yang disebabkan gangguan
tidur,disebabkan karena akumulasi zat karbondioksida saat tidur yang menyebabkan
melebarnya pembuluh darah otak. Sensasi inilah yang menyebabkan sensasi nyeri kepala.

$(" #$
Istilah nyeri kepala digunakan untuk mencakup pelbagai penyebab nyeri fasial disamping
nyeri kepala yang lebih lazim digunakan.
Sinopsis Penyebab
A. Intrakranial
1. Inflamasi
Meningismus; Meningitis; Ensefalitis; Poliomielitis; Malaria; Abses Serebral; Artritis Krania.
2. Non Inflamasi
Migrain; Nyeri Kepala Kluster; Gegar Otak; Perdarahan Ekstra Dural; Perdarahan Subdural;
Perdarahan Subarakhnoid; Stroke; Neoplasma; Hipertensi Benigna Intrakranial.
B. Kranial
Penyakit Gigi; Otitis dan Mastoiditis; Sinusitis; Penyakit pada tengkorak.

C. Ekstrakranial
Trauma; Spondilosis servikalis; Glaukoma; Ulkus Kornea; Iritis; Skleritis; Neuralgia
Trigeminus; Neuralgia temporo mandibularis.

D. Umum
Febris; Hipertensi; Obat obatan; Penyebab Psikogenik.

Rasa nyeri di dalam kepala, seperti halnya nyeri di bagian lain, akan dihantarkan ke korteks
serebri oleh serabut serabut saraf sensorik. Nyeri kepala dapat mempunyai distribusi
permukaan yang terlokalisasi atau terasa menyeluruh (difus) di dalam kepala sebagai suatu
kesatuan. Nervus yang terutama terlibat:

1. Nervus Trigeminus atau nervus kelima yang mempersarafi wajah dan bangunan di wajah,
bagian dua per tiga anterior kulit kepala dan periosteum di bawahnya di luar tulang
tengkorak. Di dalam tengkorak, nervus ini mempersarafi dura mater dan pembuluh pembuluh
darah pada fossa anterior dan media di depan tentorium serebri.

2. Tiga nervus servikalis pertama yang mempersarafi bagian sepertiga posterior kulit kepala
serta periosteum dan muskulus trapezius di luar tengkorak. Di dalam tengkorak, ketiga saraf
ini mempersarafi dura mater di sebelah posterior tentorium dan pembuluh pembuluh darah
pada fossa posterior


   c
Tengkorak sendiri tidak peka terhadap rasa nyeri. Lesi pada tulang seperti metastase
keganasan atau penyakit Paget jarang menimbulkan keluhan pada penderitanya. Rasa nyeri
dapat ditimbulkan oleh penyakit gigi, sinusitis akut, otitis atau mastoiditis.


   c

Otak sendiri tidak peka terhadap rasa nyeri. Jaringan yang peka terhadap rasa nyeri adalah
pembuluh darah arteri serebral dan dural, pembuluh darah yang besar dan sinus venosus.
Nyeri dapat timbul dari:

1. Inflamasi pembuluh pembuluh arteri serebral, seperti pada arthritis kranialis.


2. Dilatasi pembuluh arteri seperti migraine, febris atau akibat kerja obat, termasuk alcohol.
3. Penarikan atau pergeseran pembuluh darah serebral seperti yang terjadi pada tumor, abses
atau perdarahan.
4. Inflamasi dura mater seperti pada meningitis.


    c
Spasme terus menerus pada otot leher atau kulit kepala merupakan penyebab nyeri yang
lazim terjadi pada penderita spondilosis servikalis atau tension headache (nyeri kepala tegang
otot). Rasa nyeri ini sering disertai rasa tekan setempat yang terutama dirasakan di otot otot
frontalis dan trapezius. Nyeri ekstrakranial dapat disebabkan oleh inflamasi, rupture atau
dilatasi pembuluh darah ekstrakranial. Sebagai contoh, arteri superfisialis temporalis sering
terkena pada arthritis kranialis. Penyakit okuler seperti iritis atau glaucoma akut dapat
menimbulkan nyeri ekstrakranial dengan derajat nyeri yang bervariasi. Akhirnya bagian
terbesar nyeri kepala dapat dikatakan terjadi akibat gangguan vaskuler atau kontraksi terus
menerus pada otot otot ekstrakranial.

 %&$(" #$
Pada nyeri kepala, sensitisasi terdapat di nosiseptor meningeal dan neuron trigeminal sentral.
Fenomena pengurangan nilai ambang dari kulit dan kutaneus allodynia didapat pada
penderita yang mendapat serangan migren dan nyeri kepala kronik lain yang disangkakan
sebagai refleksi pemberatan respons dari neuron trigeminalsentral.
lnervasi sensoris pembuluh darah intrakranial sebahagian besar berasal dari ganglion
trigeminal dari didalam serabut sensoris tersebut mengandung neuropeptid dimana jumlah
dan peranannya adalah yang paling besar adalah CGRP(Calcitonin Gene Related Peptide),
kemudian diikuti oleh SP(substance P), NKA(Neurokinin A), pituitary adenylate cyclase
activating peptide (PACAP) nitricoxide (NO), molekul prostaglandin E2 (PGEJ2 ) bradikinin,
serotonin(5 HT) dan adenosin triphosphat (ATP), mengaktivasi atau mensensitisasi
nosiseptor2. Khusus untuk nyeri kepala klaster clan chronic parox ysmal headache ada lagi
pelepasan VIP(vasoactive intestine peptide) yang berperan dalam timbulnya gejala nasal
congestion dan rhinorrhea.
Marker pain sensing nerves lain yang berperan dalam proses nyeri adalah opioid
dynorphin, sensory neuron specific sodium channel(Nav 1.8), purinergic reseptors(P2X3),
isolectin B4 (IB4) , neuropeptide Y , galanin dan artemin reseptor ( GFR Ë3 = GDNF Glial
Cell Derived Neourotrophic Factor family receptor Ë3). Sistem ascending dan descending
pain pathway yang berperan dalam transmisi dan modulasi nyeri terletak dibatang otak.
Batang otak memainkan peranan yang paling penting sebagai dalam pembawa impuls
nosiseptif dan juga sebagai modulator impuls tersebut. Modulasi transmisi sensoris
sebahagian besar berpusat di batang otak (misalnya periaquaductal grey matter, locus
coeruleus, nukleus raphe magnus dan reticular formation), ia mengatur integrasi nyeri, emosi
dan respons otonomik yang melibatkan konvergensi kerja dari korteks somatosensorik,
hipotalamus, anterior cyngulate cortex, dan struktur sistem limbik lainnya. Dengan demikian
batang otak disebut juga sebagai generator dan modulator sefalgi.
Stimuli elektrode, atau deposisi zat besi Fe yang berlebihan pada periaquaduct
grey(PAG) matter pada midbrain dapat mencetuskan timbulnya nyeri kepala seperti migren
(migraine like headache).Pada penelitian MRI(Magnetic Resonance Imaging) terhadap
keterlibatan batang otak pada penderita migren, CDH(Chronic Daily Headache) dan sampel
kontrol yang non sefalgi, didapat bukti adanya peninggian deposisi Fe di PAG pada penderita
migren dan CDH dibandingkan dengan kontrol.
Patofisiologi CDH belumlah diketahui dengan jelas .Pada CDH justru yang paling
berperan adalah proses sensitisasi sentral. Keterlibatan aktivasi reseptor NMDA(N metil D 
Aspartat), produksi NO dan supersensitivitas akan menaikkan produksi neuropeptide sensoris
yang bertahan lama. Kenaikan nitrit Likuor serebrospinal ternyata bersamaan dengan
kenaikan kadar cGMP(cytoplasmic Guanosine Mono phosphat) di likuor. Kadar CGRP, SP
maupun NKA juga tampak meninggi pada likuor pasien CDH.
Reseptor opioid di down regulated oleh penggunaan konsumsi opioid analgetik yang
cenderung menaik setiap harinya. Pada saat serangan akut migren, terjadi disregulasi dari
sistem opoid endogen, akan tetapi dengan adanya analgesic overusedmaka terjadi
desensitisasi yang berperan dalam perubahan dari migren menjadi CDH.15
Adanya inflamasi steril pada nyeri kepala ditandai dengan pelepasan kaskade zat
substansi dari perbagai sel. Makrofag melepaskan sitokin lL1 (Interleukin .1), lL6 dan TNFË
(Tumor Necrotizing Factor Ë) dan NGF (Nerve Growth Factor). Mast cell
melepas/mengasingkan metabolit histamin, serotonin, prostaglandin dan arachidonic acid
dengan kemampuan melakukan sensitisasi terminal sel saraf. Pada saat proses inflamasi,
terjadi proses upregulasi beberapa reseptor (VR1, sensory specific sodium/SNS, dan SNS 
2)dan peptides(CGRP, SP)

)!'!)!" #$
1.Y Tension Headache
2.Y Cluster Headache
3.Y Migren
4.Y Nyeri Kepala Sekunder
5.Y Nyeri Kepala disebabkan Tumor Otak

%% $(&
Gejala Tension Cluster Migren Tumor
Headache Headache Otak
Gender PR:LK=1,4:1 LK:PR=5:1 PR:LK=5:1 ???
Usia Semua usia Semua usia 20 50 tahun 20 40
tahun
Kronis/Akut Akut dan Akut dan Akut Kronis
Kronis Kronis
Lokasi Nyeri Leher, rahang Mata, sisi Sisi sebelah Seluruh
wajah atau semua sisi kepala,
memberat
Îaktu Timbul Nyeri Pagi hari Setiap waktu Pagi hari Pagi hari
Muntah ' ' * *
Mual ' ' * *
Sakit Kepala saat ' ' ' *
mengedan, BAB,
batuk

&+),

TTH merupakan jenis nyeri kepala yang paling sering terjadi. Nyeri kepala yang dirasakan
bersifat konstan, menekan, atau seperti diikat. Nyeri dirasakan pada bagian frontal, temporal,
oksipital, atau parietal (paling sering pada region frontal dan temporal).

TTH dapat terjadi pada usia berapa pun, tetapi pada umumnya awitan pada saat pubertas atau
dewasa muda. Rasio wanita pria = 1,4 :1.

Berdasarkan the International Headache Society, TTH diklasifikasikan sebagai berikut

pp 

ðY Paling tidak terjadi 10 kali nyeri kepala yang memenuhi criteria berikut; dimana nyeri
kepala terjadi kurang dari 15 kali per bulan
ðY Nyeri kepala berdurasi sekitar 30 menit ± 7 hari
ðY Paling tidak dua dari karakteristik nyeri berikut terpenuhi:
áY kualitas nyeri menekan (nonpulsatil)
áY intensitas ringan atau sedang
áY lokasi bilateral
áY Tidak diperberat dengan aktivitas fisik rutin
ðY Tidak ada mual atau muntah
ðY Tidak terjadi Fotofobia dan fonofobia atau hanya ada satu di antaranya
ðY tidak ada dugaan nyeri kepala tipe sekunder

pp 
 

ðY Frekuensi rata rata nyeri kepala lebih dari 15 hari per bulan selama lebih dari 6 bulan
dan memenuhi criteria berikut
ðY Paling tidak 2 dari karakteristik nyeri berikut terpenuhi
áY kualitas nyeri menekan (nonpulsatil)
áY intensitas ringan atau sedang
áY lokasi bilateral
áY Tidak diperberat dengan aktivitas fisik rutin
ðY Tidak ada mual atau muntah
ðY Tidak terjadi Fotofobia dan fonofobia atau hanya ada satu di antaranya
ðY tidak ada dugaan nyeri kepala tipe sekunder

Patofisiologi TTH kompleks dan multifaktorial dengan kontribusi dari faktor faktor sentral
maupun peripheral. Dahulu, dipikirkan berbagai mekanisme termasuk vascular, muscular
(kontraksi berlebihan dari otot otot kulit kepala) dan faktor psikogenik. Saat ini penyebab
yang paling mungkin terjadinya TTH dipercayai adalah akibat sensitivitas neuronal yang
abnormal dan fasilitasi nyeri, bukan kontraksi otot abnormal. Berbagai studi menunjukkan
bahwa TTH berasosiasi dengan supresi eksteroseptif (ES2), serotonin platelet abnormal, dan
penurunan beta endorfin likuor serebrospinal.

Nosisepsi miofasial ekstrakranial merupakan salah satu dari mekanisme nyeri kepala tegang.
Nyeri kepala tidak secara langsung berhubungan dengan kontraksi otot, dan dipikirkan
kemungkinan hipersensitivitas neuron pada nucleus trigeminal kaudalis. Sensitisasi sentral
tersebut dikarenakan adanya input nosiseptif yang berkepanjangan yang dihasilkan dari
jaringan miofasial perikranial. Perubahan tersebut dapat mempengaruhi mekanisme perifer
dan menimbulkan peningkatan aktivitas otot perikranial atau pelepasan neurotransmitter pada
jaringan miofasial. Sensitisasi sentral tersebut dapat bertahan bahkan setelah factor pencetus
awal telah dihilangkan sehingga menimbulkan konversi dari nyeri kepala tegang episodik
menjadi kronik.

82% pasien mengalami TTH dengan durasi kurang dari 24 jam. Tidak ditemukan gejala
prodromal dan aura. Pasien biasanya tidak melaporkan adanya fotofobia, sonofobia, atau
mual. Beberapa pasien dapat mengalami ketidaknyamanan pada leher, rahang, atau sendi
temporomandibular. Pada pemeriksaan fisik umum maupun neurologist tidak ditemukan
kelainan.

Faktor presipitasi bervariasi antar individu. Faktor yang dapat mencetuskan TTH adalah
sebagai berikut

ðY Stress
ðY Kurang tidur
ðY Posisi yang salah atau membuat tidak nyaman yang berkepanjangan
ðY Kelaparan
ðY Ketegangan pada mata

 -  c 

Meskipun sakit kepala 2  2 umum dan berdampak besar pada masyarakat, sangat
sedikit studi yang terkontrol baik dari pengobatannya yang telah dilakukan. Banyak
percobaan sebelumnya termasuk pasien dengan gabungan tipe 2  dan migrain tanpa aura
dan pasien dengan sakit kepala akibat penggunaan berlebihan pengobatan.

Tidak ada obat baru yang disetujui oleh FDA khususnya untuk pengobatan sakit kepala
2  . Namun, mengingat sifat kronis gangguan ini dan risiko penggunaan berlebihan obat 
obatan sakit kepala pada pasien dengan sakit kepala sering, terapi profilaksis tampaknya
terjamin untuk kebanyakan pasien. Sejak sakit kepala 2  2 kronis adalah sebuah
gangguan pengolahan nyeri sentral, obat dengan sentral efek modulasi nyeri cenderung paling
efektif.

2 2 


Antidepresan trisiklik obat pilihan untuk mencegah sakit kepala 2  2 kronis, dan
beberapa daripadanya juga efektif sebagai profilaksis migrain. Antidepresan diuji pada studi
   , dikontrol plasebo yang mencakup amitriptyline, doxepin, dan maprotiline.
Amitriptyline mengurangi jumlah sakit kepala harian atau durasi sakit kepala sekitar 50%
pada sekitar sepertiga pasien dalam beberapa studi, meskipun studi lain menemukan ini tidak
lebih baik daripada placebo.

Pada anak dan pasien tua, dosis awal biasa amitriptyline (atau obat serupa) adalah 10 mg
pada waktu tidur. Pada dewasa, dosis awal biasa adalah 25 mg pada waktu tidur. Dosis dapat
ditingkatkan sampai hasil terapeutik diperoleh atau efek samping tidak dapat ditoleransi.
Antidepresan biasanya diberikan dari 4 sampai 6 minggu untuk bisa menunjukkan efek
menguntungkan.

Antidepresan trisiklik lainnya mungkin juga efektif, sebagaimana disarankan oleh


pengalaman klinis, meskipun belum diteliti pada sakit kepala 2  2 kronis.

SSRI: fluoxetine, paroxetine, dan citalopram belum menunjukkan efikasi studi terkontrol.


Obat ini sering digunakan, namun, karena mereka memiliki insiden efek samping lebih
rendah.

  22

Cyclobenzaprine adalah relaksan otot struktural terkait dengan amitriptyline. Pada 1972 studi
   , 10 dari 20 pasien meneriman cyclobenzaprine mengalami 50 % atau lebih
perbaikan pada sakit kepala 2  2 , dibandingkan dengan 5 dari 20 pasien yang
menerima plasebo. Dosis biasa cyclobenzaprine adalah 10 mg pada waktu tidur.

Tizanidine, sebuah penghambat alfa adrenergik, dilaporkan efektif untuk sakit kepala


2  2 kronis pada percobaan plasebo terkontrol tunggal. Dosis biasanya dititrasi dari 2
mg pada waktu tidur hingga 20 mg per hari, dibagi menjadi tiga dosis. Sedasi adalah efek
samping paling umum dari agen ini.


2

Valproate, antikonvulsi agonis asam      2


 (GABA), telah dievaluasi untuk
keberhasilannya pada migraine, dan ³sakit kepala harian kronis´. Mathew dan Ali
mengevaluasi kemanjuran valproate 1.000 hingga 2.000 mg per hari pada 30 pasien dengan
sakit kepala harian kronis membandel (migrain tanpa aura dan sakit kepala 2  2
kronis) dalam percobaan   . Level darah dipertahankan antara 75 dan 100 mg/mL.
Pada bulan ketiga terapi, dua pertiga pasien telah membaik secara signifikan. Efek samping
yang paling sering dilaporkan adalah berat bertambah, gemetaran, rambut rontok, dan mual.

2 2     2




Obat anti inflamasi non steroid (NSAID) secara luas diresepkan baik sebagai terapi tambahan
sakit kepala 2  2 dan untuk profilaksis dari migraine. Tidak ada acak percobaan
terkontrol acak akan efikasi mereka pada profilaksis sakit kepala 2  2 kronis,
meskipun mereka sering digunakan untuk tujuan ini.
p 2 

Suntikan toksin botulinum pada otot kepala dan leher ditemukan efektif untuk meredakan
sakit kepala 2  2 kronis pada seri kecil pasien. Hasil dari uji klinis kecil telah
dicampur, dan dua uji terkontrol plasebo besar saat ini sedang dilakukan.

   

Pengobatan akut sakit kepala 2  2 harian sulit.

NSAID mungkin berguna sebagai analgesik untuk sakit kepala harian dan mengurangi
potensi penyebab sakit kepala dipicu obat.

Relaksan otot seperti chlorzoxazone, orphenadrine sitrat, carisoprodol, dan metaxalone


umumnya digunakan oleh pasien dengan sakit kepala 2  2 kronis, tetapi belum
terbukti efektif untuk melegakan nyeri akut.

Sumatriptan telah dievaluasi pada beberapa studi sakit kepala 2  2 . Obat ini tidak
lebih efektif daripada plasebo untuk serangan akut pada pasien dengan sakit kepala 2 
2 kronis; namun, sakit kepala 2  2 episodik berat pada pasien bersama dengan
migrain tampaknya merespon terhadap agen ini.

Agen untuk mencegah. Benzodiazepine, kombinasi butalbital, kombinasi kafein, dan


narkotika harus dihindari, atau gunakanlah obat obatan tersebut dengan kontrol yang cermat,
karena risiko habituasi dan sakit kepala diinduksi pengobatan.

 --   c  

Sebuah kondisi yang sangat penting berkontribusi bagi berkembangnya sakit kepala dalam
pola harian kronis adalah penggunaan obat berlebihan. Ini paling mungkin terjadi pada pasien
dengan sakit kepala sering, terutama sakit kepala 2  2 kronis.

Obat obatan yang paling umum dihubungkan dengan sakit kepala


  analgesik adalah
preparat ergotamin, kombinasi analgesik butalbital, opiat, dan kafein mengandung kombinasi
analgesik. Analgesik sederhana seperti aspirin, asetaminofen, dan NSAID mungkin tidak
menginduksi sakit kepala
  analgesik.

Diagnosis penggunaan berlebihan obat obatan tergantung pada riwayat cermat konsumsi


obat, termasuk obat 
2
 2
. Pengobatan efektif membutuhkan penghentian
menyinggung agen.

    c-

Banyak studi klinis telah mendukung kegunaan relaksasi dan terapi  
elektromielografik pada sakit kepala 2  2 kronis.
Studi tidak menemukan satu pun teknik (relaksasi,  , atau kombinasi tersebut)
yang akan lebih baik daripada yang lain. Rata rata hasil dari 37 percobaan yang
menggunakan sakit kepala harian, direkam untuk mengevaluasi relaksasi atau terapi
  elektromielografik, Holroyd menemukan bahwa setiap terapi atau kombinasinya
mengurangi aktivitas sakit kepala 2  2 sekitar 50%.

Manajemen stres dengan menggunakan terapi perilaku kognitif sama efektif dengan


menggunakan relaksasi atau   dalam mengurangi sakit kepala 2  2 . Terapi
kognitif bisa jadi paling mungkin untuk meningkatkan efektivitas relaksasi atau  
ketika stres kronis, depresi, atau masalah penyesuaian memperburuk sakit kepala pasien.

Kombinasi terapi non farmakologi dengan terapi farmakologi menyediakan manfaat lebih


besar dari terapi jika terapi digunakan sendiri sendiri. Selain itu pencitraan    untuk
terapi farmakologis menghasilkan perbaikan yang signifikan baik dalam kualitas kesehatan
yang berhubungan dengan kehidupan dan sakit kepala yang berhubungan cacat. Dalam
percobaan placebo terkontrol pengobatan antidepresan trisiklik dengan terapi manajemen
stres, Holroyd dkk menemukan bahwa keduanya secara sederhana efektif dalam mengobati
sakit kepala 2  2 kronis, namun terapi kombinas lebih baik dari monoterapi.

Terapi non farmakologi terutama berguna untuk pasien yang enggan untuk minum obat
karena efek samping sebelumnya dari obat obatan, seiring masalah medis, atau ada keinginan
untuk hamil. Sementara  dan terapi manajemen stres biasanya memerlukan
rujukan ke psikolog, pencitraan    dan terapi relaksasi dapat dipelajari dari kaset audio
yang tersedia di toko buku kebanyakan.


.$/& +),
Defenisi:

suatu sindrom nyeri kepala neurovaskuler yang khas yang dapat disembuhkan walau pun
insidennya jauh lebih jarang dari pada migren. Nyeri kepal cluster sering terjadi pada laki 
laki dari pada perampuan 5:1.

Alcohol sebagai factor pemicu utama. Factor penunjang lain adalah stress, perubahan cuaca,
dan serangan hay fever.

Nyeri memiliki karakteristik kontan parah, tidak berdenyut dan unilateral serta sering terbatas
apada mata atau sisi wajah. Biasanya timbul 2 sampai 3 jam setelah tidur dan tampaknya
berkaitan dengan tidur rapid eye movement. Nyeri kepala cluster berlangsung dari beberapa
menit sampai beberapa jam dan berkaitan dengan injeksi konjungtiva, lakrimasi, hidung
tersumbat dan kadang kadang kemerahan pipi disisi yang terkena.
Patofisiologi dasar dipergerakkan adalah system vaskuler trigeminis, jalur akhir bersama
dengan nyeri dipicu secara siklis oleh suatu pemacu sentral.

Obat : vasokonstrikor ergotamine tartrat, antagonis serotoninmetisergid, litium veratamil, dan


prednisone.


(

Migrain atau nyeri kepala sebelah adalah salah satu penyakit yang diperkirakan diderita oleh
25% wanita dan 10% pria di seluruh dunia. Secara statistik, wanita tiga kali lebih sering
terkena migrain dibanding laki laki dan lebih banyak diderita orang dewasa di usia 20 hingga
50 tahun.

Seiring pertambahan usia, tingkat keparahan dan frekuensinya pun ikut menurun. Migrain
juga banyak menimpa remaja dan anak anak. Terutama mereka yang memiliki keluarga
dengan riwayat penderita migrain.

Migrain adalah nyeri kepala berdenyut yang disertai mual dan muntah yang biasanya
menyerang di pagi hari, sehingga sangat mengganggu aktivitas. Penderita juga biasanya
menjadi lebih sensitif terhadap cahaya, suara, dan bau bauan.

Sakit kepala akibat migrain, agak sulit dibedakan dengan sakit kepala akibat sinusitis atau
otot leher tegang. Meski sering dirasakan di salah sisi kepala, namun nyerinya bisa berpindah
atau mengenai kedua sisi sekaligus.

Migrain juga dapat timbul akibat adanya penyakit lain, seperti asma dan depresi atau penyakit
berat, semisal tumor atau infeksi. Namun kejadian ini sangat jarang.

Meski belum diketahui pasti penyebabnya, migrain diperkirakan terjadi akibat adanya
hiperaktivitas impuls listrik otak yang meningkatkan aliran darah di otak dan mengakibatkan
terjadinya pelebaran pembuluh darah otak serta proses inflamasi (peradangan).

Pelebaran dan inflamasi ini menyebabkan timbulnya nyeri dan gejala lain, seperti mual.
Semakin berat inflamasi yang terjadi, semakin berat pula migrain yang diderita. Faktor
genetik umumnya sangat berperan pada timbulnya migrain.

Migrain terbagi dalam empat golongan, yaitu:

Migrain biasa
Sebagian besar penderita migrain umumnya menderita migrain golongan ini, dengan gejala
seperti nyeri berdenyut di salah satu sisi kepala dengan intensitas sedang hingga berat. Bila
sudah parah, penderita tidak dapat beraktivitas karena selalu merasa mual, muntah, sensitif
terhadap cahaya, suara dan bau. Sakitnya akan hilang sendiri dalam waktu 4 hingga 72 jam.
Migrain Klasik
Migrain golongan ini umumnya didahului dengan gejala yang dinamakan aura, yaitu
gangguan penglihatan seperti melihat garis bergelombang, cahaya terang, bintik gelap atau
tidak dapat melihat benda dengan jelas.

Gejala aura lainnya, adalah rasa geli atau kesemutan di tangan. Sebagian penderita tidak
dapat mengucapkan kata kata dengan baik, merasa kebas di tangan, pundak, atau wajah, atau
merasa lemah pada satu sisi tubuhnya, atau merasa bingung.

Penderita dapat mengalami satu atau beberapa macam gejala, meski tidak timbul secara
bersamaan. Gejala yang umumnya timbul 30 menit sebelum rasa sakit ini, dapat hilang atau
bertahan sampai rasa sakit di kepala menyerang.

Migrain Haid
Migrain ini umumnya timbul beberapa hari sebelum, selama atau sesudah haid. Penderita
akan tahu bahwa migrain yang ia rasakan, berhubungan dengan siklus haidnya. Rasa sakit
yang dirasakan, bisa seperti migrain biasa atau klasik.

Migrain Komplikasi
Migrain golongan ini kerap disertai gangguan sistim saraf, seperti mati rasa pada kulit dan
geli, kesulitan berbicara atau mengerti pembicaraan, ketidakmampuan menggerakkan lengan
atau kaki. Gejala syaraf ini dapat tetap bertahan meski migrainnya telah sembuh.

FAKTOR PENCETUS MIGRAIN

  Konsumsi makanan tertentu


  Tidur berlebihan atau kurang tidur
  Tidak makan
  Perubahan cuaca atau tekanan udara
  Stres atau tekanan emosi
  Bau yang sangat menyengat atau asap rokok
  Sinar yang sangat terang atau pantulan sinar matahari.

Penderita migrain harus berhati hati dalam mengkonsumsi makanan, karena ada beberapa
jenis makanan yang dapat memicu terjadinya migrain (meski tergantung dari sensitivitas
masing masing individu), misalnya:

1. Alkohol
Alkohol termasuk zat yang diuretik atau penyebab dehidrasi tubuh, sehingga dapat memicu
timbulnya migrain. Meski anggur merah memiliki fungsi ganda yang berlawanan, karena
kaya akan unsur fenolik yang sangat baik buat jantung, namun anggur merah juga bisa
memicu terjadinya migrain.

2. Kafein
Meski mengkonsumsinya membantu menghilangkan migrain, namun sebenarnya tidak
dianjurkan dilakukan bagi penderitanya. Sebab bila sudah kecanduan, kurang konsumsi
kafein malah akan memicu terjadinya migrain. Bila hanya ingin menghentikan migrain, satu
gelas saja sudah cukup.

3. Keju
Meski masih pro kontra, namun beberapa ahli mengatakan keju adalah salah satu pemicu
migrain. Unsur asam amino tiramin yang terkandung pada keju, diperkirakan mampu memicu
timbulnya sakit kepala karena mengurangi kadar serotonin dalam otak yang mengganggu
irama aliran darah.

4. Aditif Makanan
Para penderita migrain umumnya mengatakan bahwa mereka sangat sensitif dengan makanan
yang mengandung MSG, Nitrit, aspartame (pemanis buatan), tetrazin dan sulfite (ditemukan
pada minuman alkohol dan wine).

/! 

Tumor otak merupakan penyakit yang sukar terdioagnosa secara dini, karena pada awalnya
menunjukkan berbagai gejala yang menyesatkan dan eragukan tapi umumnya berjalan
progresif.
Manifestasi klinis tumor otak dapat berupa:
‡ Gejala serebral umum, nyeri kepala, kejang
‡ Gejala tekanan tinggi intrakranial
‡ Gejala tumor otak yang spesifik
‡ Gejala serebral umum
Dapat berupa perubahan mental yang ringan (Psikomotor asthenia), yang dapat dirasakan
oleh keluarga dekat penderita berupa: mudah tersinggung, emosi, labil, pelupa, perlambatan
aktivitas mental dan sosial, kehilangan inisiatif dan spontanitas, mungkin diketemukan
ansietas dan depresi. Gejala ini berjalan progresif dan dapat dijumpai pada 2/3 kasus
‡ Nyeri Kepala
Diperkirakan 1% penyebab nyeri kepala adalah tumor otak dan 30% gejala awal tumor otak
adalah nyeri kepala. Sedangkan gejala lanjut diketemukan 70% kasus. Sifat nyeri kepala
bervariasi dari ringan dan episodik sampai berat dan berdenyut, umumnya bertambah berat
pada malam hari dan pada saat bangun tidur pagi serta pada keadaan dimana terjadi
peninggian tekanan tinggi intrakranial. Adanya nyeri kepala dengan psikomotor asthenia
perlu dicurigai tumor otak.
‡ Muntah
Terdapat pada 30% kasus dan umumnya meyertai nyeri kepala. Lebih sering dijumpai pada
tumor di fossa posterior, umumnya muntah bersifat proyektif dan tak disertai dengan mual.
‡ Kejang
Bangkitan kejang dapat merupakan gejala awal dari tumor otak pada 25% kasus, dan lebih
dari 35% kasus pada stadium lanjut.
Diperkirakan 2% penyebab bangkitan kejang adalah tumor otak. Perlu dicurigai penyebab
bangkitan kejang adalah tumor otak bila:
  Bagkitan kejang pertama kali pada usia lebih dari 25 tahun
  Mengalami post iktal paralisis
  Mengalami status epilepsi
  Resisten terhadap obat obat epilepsi
  Bangkitan disertai dengan gejala TTIK lain
Bangkitan kejang ditemui pada 70% tumor otak dikorteks, 50% pasIen dengan astrositoma,
40% pada pasen meningioma, dan 25% pada glioblastoma.
‡ Gejala Tkanan Tinggi Intrakranial
Berupa keluhan nyeri kepala di daerah frontal dan oksipital yang timbul pada pagi hari dan
malam hari, muntah proyektil dan penurunan kesadaran. Pada pemeriksaan diketemukan
papil udem. Keadaan ini perlu tindakan segera karena setiap saat dapat timbul ancaman
herniasi. Selain itu dapat dijumpai parese N.VI akibat teregangnya N.VI oleh TTIK. Tumor 
tumor yang sering memberikan gejala TTIK tanpa gejala gejala fokal maupun lateralisasi
adalah meduloblatoma, spendimoma dari ventrikel III, haemangioblastoma serebelum dan
craniopharingioma.
‡ Gejala spesifik tumor otak yang berhubungan dengan lokasi:
c 
 2
ðY Menimbulkan gejala perubahan kepribadian
ðY Bila tumor menekan jaras motorik menimbulkan hemiparese kontra lateral, kejang fokal
ðY Bila menekan permukaan media dapat menyebabkan inkontinentia
ðY Bila tumor terletak pada basis frontal menimbulkan sindrom foster
kennedy
ðY Pada lobus dominan menimbulkan gejala afasia Lobus parietal
ðY Dapat menimbulkan gejala modalitas sensori kortikal hemianopsi
homonym
ðY Bila terletak dekat area motorik dapat timbul kejang fokal danpada girus angularis
menimbulkan gejala sindrom gerstmann¶s
c 2 

ðY Akan menimbulkan gejala hemianopsi, bangkitan psikomotor, yang didahului dengan
aura atau halusinasi
ðY Bila letak tumor lebih dalam menimbulkan gejala afasia dan
hemiparese
ðY Pada tumor yang terletak sekitar basal ganglia dapat diketemukan gejala choreoathetosis,
parkinsonism
c 2
ðY Menimbulkan bangkitan kejang yang dahului dengan gangguan penglihatan
ðY Gangguan penglihatan yang permulaan bersifat quadranopia berkembang menjadi
hemianopsia, objeckagnosia Tumor di ventrikel ke III
ðY Tumor biasanya bertangkai sehingga pada pergerakan kepala menimbulkan obstruksi dari
cairan serebrospinal dan terjadi peninggian tekanan intrakranial mendadak, pasen tiba 
tiba nyeri kepala, penglihatan kabur, dan penurunan kesadaran
p 

  2  
ðY Tersering berasal dari N VIII yaitu acustic neurinoma
ðY Dapat dibedakan dengan tumor jenis lain karena gejala awalnya berupa gangguan fungsi
pendengaran
ðY Gejala lain timbul bila tumor telah membesar dan keluar dari daerah pontin angel
p 
 2  
ðY Menyebabkan gejala TTIK akibat oklusi dari foramen Monroe
ðY Gangguan fungsi hipotalamus menyebabkan gejala: gangguan perkembangan seksuil
pada anak anak, amenorrhoe,dwarfism, gangguan cairan dan elektrolit, bangkitan
p 

  
ðY Umumnya didapat gangguan berjalan dan gejala TTIK akan cepat terjadi disertai dengan
papil udem
ðY Nyeri kepala khas didaerah oksipital yang menjalar keleher dan spasme dari otot otot
servikal
p 
2


Diketemukan gangguan berjalan, nyeri kepala dan muntah disertai dengan nystacmus,
biasanya merupakan gejala awal dari medulloblastoma

IV. PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN PENUNJANG


Setelah diagnosa klinik ditentukan, harus dilakukan pemeriksaan yang spesifik untuk
memperkuat diagnosa dan mengetahui letak tumor.
# Elektroensefalografi (EEG)
# Foto polos kepala
# Arteriografi
# Computerized Tomografi (CT Scan)
# Magnetic Resonance Imaging (MRI)

V. GAMBARAN CT SCAN TUMOR OTAK BENIGNA


CT Scan merupakan alat diagnostik yang penting dalam evaluasi pasen yang diduga
menderita tumor otak. Sensitifitas CT Scan untuk mendeteksi tumor yang berpenampang
kurang dari 1 cm dan terletak pada basis kranil. Gambaran CT Scan pada tumor otak,
umumnya tampak sebagai lesi abnormal berupa massa yang mendorong struktur otak
disekitarnya. Biasanya tumor otak dikelilingi jaringan udem yang terlihat jelas karena
densitasnya lebih rendah. Adanya kalsifikasi, perdarahan atau invasi mudah dibedakan
dengan jaringan sekitarnya karena sifatnya yang hiperdens. Beberapa jenis tumor akan
terlihat lebih nyata bila pada waktu pemeriksaan CT Scan disertai dengan pemberian zat
kontras. Penilaian CT Scan pada tumor otak:
# Tanda proses desak ruang:
o Pendorongan struktur garis tengah itak
o Penekanan dan perubahan bentuk ventrikel
# Kelainan densitas pada lesi: hipodens, hiperdens atau kombinasi, kalsifikasi, perdarahan
# Udem perifokal
1. Meningioma
  Merupakan tumor jinak susunan saraf pusat yang berasal dari sel sel pembentuk lapisan luar
membrana arakhnoidal (arakhnoid cap cels), oleh sebab itu dapat dijumpai sepanjang
durameter
  Insidennya sekitar 15% dari seluruh tumor otak
  Lokasinya ektra aksial dan berkapsul
  Gambaran CT Scan:
o Tanpa kontras gambaran meninioma 75% hiperdens dan 14,4% isodens
o Gambaran spesifik dari meninioma berupa enchancement dari tumor dengan pemberian
kontras. Meninioma tampak sebagai masa yang homogen dengan densitas tinggi, tepi
bulat dan tegas.
o Dapat terlihat juga adanya hiperostosis kranialis, destruksi tulang, udem otak yang terjadi
sekitar tumor, dan adanya dilatasi ventrikel.

2. Adenoma Dituitari/Adenoma Hipofise


  Hampir semua tumor hipofise berasal dari sel endokrin hipofise, sehingga tumor hipofise
dikenal sebagai adenoma hipofise
  Insidennya diperkirakan 5 10% dari tumor otak
  Berupa masa intraseler dengan sekresi, masa intraseler non sekresi atau masa dengan
pembesaran ekstra seler
  Kharakteristik dari adenoma hipofise adanya endokrinopati dan penekanan tumor pada
jaringan sekitarnya, menyebabkan penekanan khiasma optikus
  Biasanya pada usia 30 40 tahun
  Tumor biasanya solid, dan bila terdapat pembentukan kista, nekrosis atau perdarahan
menunjukkan degenerasi keganasan.
  Gambaran CT Scan:
o Terdapat gambaran hipodens yang berlokasi sekitar sella tursika, yang melebar dalam
lingkungan konveks keatas dari kelenjar hipofisis
o Pada makroadenoma, terlokasi secara sentral dan simetris pada sisterna supraseller dengan
gambaran agak hiperdens, dengan kontras menunjukkan enchanchement
o Bila adenoma kistik memperlihatkan gambaran hipoden dengan enchancement cincin
sekitarnya
o Adanya perdarahan pada adenoma menunjukkan gambaran hiperdens yang bulat dan
ireguler
3. Kraniopharingioma
  Tumor ini berasal dari sisa jaringan embrional, dan 50% usia pasen kurang dari 20 tahun
  Insidennya kira kira 2,5 4% dari tumor otak
  Secara patologi gambarannya bervariasi dari solid, kistik dan kalsifikasi
  Lokalisasi biasanya di supraseller dengan obstruksi dari foramen intraventrikular yang
menyebabkan hidrosefalus. Dapat pula tumbuh pada ventrikel III
  Gambaran CT Scan:
o Memperlihatkan densitas iso, hipo, dan hiperdens yang heterogen dan mempunyai tepi yang
ireguler, dengan kontras terdapat enhanchement pada bagian tepi (Peripheral rim) atau bentuk
cincin dengan density yang heterogen
o Pada kraniofaringioma yang kistik dan memperlihatkan lesi hipodens yang bulat dengan
enchancement cincin perifer, perlu di differesiasi diagnosa:
# Adenoma pituitary
# Meninioma juxtaseller
# Glioma pada khiasma optikus

4. Pilocytic Astrositoma
  Merupakan jenis astrositoma dengan grade rendah (grade 1)
  Sering didapat pada usia muda (9 10 tahun), dan sering diketemukan di daerah ventrikel
atau serebelum dan jarang pada sereberum
  Insidennya diperkirakan 4% dari tumor intrakranial dan 8% dari glioma
  Secara CT Scan:
o Menunjukkan gambaran hipodens bentuk tak teratur dan tepi tak rata. Pada jenis lain
mungkin diketemukan kista. Kalsifikasi didapat 8 10% dan efek dari masa 50% kasus.
Enchanchement pada 50% kasus, biasanya tak merata

5. Akuistik Neurinoma
  Berasal dari sel sel selubung neurilemmal cabang vestibuler N.VIII, dekat ganglion dalam
kanalis akustikus internus. Insiden pada usia 40 60 tahun
  Insidennya 5 10% dari tumor intrakranial
  Tumor ini sering ditemukan pada sudut serebelloponting, sifatnya unilateral da pada 5 8%
bilateral dan biasanya merupakan bagian dari penyakit neurofibromatosis
  Tumbuhnya lambat sehingga gejala berjalan berbulan/bertahuntahun sebelum diagnosa
ditegakkan
  Merupakan tumor jinak dan gejala yang ditimbulkan karena penekanan pada struktur
sekitarnya berupa penekanan N.VIII, N.VII, N.V, serebelum, penekanan dan distorsi dari
batang otak, terjadi sumbatan pada aquaduktus silvii menyebabkan hidrosefalus dan herniasi
tonsil serebelum ke foremen magnum
  Gambaran CT Scan:
o Tanpa kontras menunjukkan gambaran isodens atau hipodens, mingkin terdapat gambaran
kistik
o Dengan kontras menunjukkan enhanchement yang homogen kadang kadang membentuk
cincin
o Bila tumor besar, ventrikel IV terdorong dan terdapat hidrosefalus
a   

 
    
    
      




    

    
     
     

    
           
   
            
    

  
          
   
                  
     
  
       
         
        

   
 
      
   

 
  
                  
  

     
   
          
  

         


!         








 $&" #$
Y
‡Y Serotonin agonist, opioids, baclofen(GABAB agonist) dan clonidine menginhibisi
pelepasan antidromic SP dengan cara mengaktivasi presinaps.
‡Y NMDA reseptor memainkan peran dalam fenomena wind up dan f sensitisasi sentral.
Pemberian ketamine secara sistemik dapat mengurangi allodynia dan hyperalgesia.
Ketamine adalah suatu NMDA antagonis dapat dipakai untuk memodulasi nyeri kronik.
Akan tetapi berdasarkan penelitian akhir ternyata golongan NMDA bloker seperti
Ketamine, dextrophan, dan memantine tidak bermanfaat terhadap migren, sehingga
tidak direkomendasikan sebagai obat migren
‡Y Artemin adalah salah satu jenis family dari Glial cell Derived Neurotrophic
Factor(GDNF) mempunyai efek antihyperalgesik dan antiallodynic effect dengan cara
menormalisasi pelepasan CGRP, SP dan P2X3 receptors, neuropeptide Y. Reseptor
yang selektif terhadap artemin belum dapat secara pasti diidentifikasi. Artemin
diProduksi ljuga disepanjang pembuluh darah yang melayani akson simpatis
‡Y Obat2an non selective serotonin reuptake inhibitor(NSSRi) seperti : amitriptilin secara
signifikan dapat sebagai profilaksis thd nyeri TTH kronik, mengurangi intensitas,
durasi dan frekwensi sekitar 30% . sedangkan obat antidepresan lain seperti highly
selective SHT reuptake inhibitor(citalopram) hanya mengurangi 12% saja secara tidak
signifikan.
‡Y Antidepresan juga mempunyai efek analgetik secara langsung dengan menghambat
serotonin reuptake, ternyata amitriptilin mempunyai efek analgetik lebih besar
dibandingkan obat2an SSRIs dan noradrenaline reuptake inhibitors. Diduga efek
analgetiknya terutama dari ,efeknya sebagai NMDA reseptor antagonis. Amitriptilin
juga mempunyai fungsi potensiasi terhadap efek opioid endogen. Dibuktikan bahwa
kadar Met enkephalin di likuor serebrospinal penderita TTH kronik meninggi, akan
tetapi kadar ȕendorphin normal.
‡Y COX 2 Inhibitor juga berperan di mekanisme nosiseptif sentral. COX 2 Inhibitor dapat
mengurangi proses neuronal spreading depression dan nociceptive excitoxicity yang di
mediasi oleh NMDA. Selektif COX 2 inhibitor yang dapat menembus otak juga
mempunyai efek terapeutik yang baik. COX 2 inhibitor mempunyai potensi analgetik
inti inflamasi yang sama dengan indometasin dan mempunyai tolerabilitas yang lebih
baik

‡Y Capsaicin sistemik berperan sebagai neurotoksin sensoris yang menurunkan kadar SF 
immunoreactive nerve fibers.dan NKA immunoreactive nerve fibers di cerebral
vasculature. Seperti diketahui bahwa letak SP bersama sama dengan NKA di
cerebrovascular nerve fibers dan di sel bodies dalam ganglion trigeminal. Capsaicin
secara akut atau kronik dapat menurunkan neurotransmitter SP di sensory fibers,
terutama pemberian secara topical. Capsaicin olesan mengaktivasi gerbang reseptor
vanilloid(VR I) sehingga kation dapat melewati sel
‡Y Nitric Oxide Synthase(NOS) inhibitor (L NAME) telah terbukti efektif untuk
pengobatan migren akut dan TTH kronik
‡Y Pada akhir akhir ini sudah mulai dibuat percobaan suatu CGRP bloker untuk
pengobatan migren.

‡Y Sudah dimulai penelitian mengenai penggunaan Substance P antagonist, NK 1


antagonis untuk pengobatan untuk menginhibisi inflamasi neurogenik, nyeri dan
depresi maupun anxiety.
‡Y Obat2an 5HT IBID reseptor agonist seperti sumatriptan dapat menurunkan kadar
CGRP. Jika stimulasi daripada 5 HT IB,ID oleh goltriptan maka dapat menghilangkan
serangan akut migren

ëY Antikonvulsan seperti Carbamazepin, phenytoin, lidocaine (dan analog oralnya :


mexiletine) memblokade sodium channel secara tidak spesifik dan mengurangi
excitabilitas neuron di C nosiseptor yang telah mengalami sensitisasi. Lamotrigine
menstabilkan salah subtype dari sodium channel, karena itu dapat menghambat
mengurangi pelepasan glutamate
Gabapentin yang mempunyai struktur analog dengan GABA (meskipun reseptornya maupun
fungsi biokimiawinya belum diketahui dengan jelas) ternyata mempunyai efek untuk
pelepasan GABA ataupun sintesa GABA. Sehingga gabapentin dapat digunakan untuk
pengobatan postherpetik neuralgia, neuropatik pain syndroma lainnya dan migren.
Valproic acid suatu GABA agonist menaikkan efektifitas GABA dengan cara menginhibisi
katabolisme GABA dan menghambat ekstravasasi plasma diduramater. Valproate sekarang
ini dipakai untuk profilaksis migren dan nyeri neuropatik di USA. Butalbital (barbiturate
yang beraksi dengan cara potensiasi pada GABA reseptor) juga digunakan untuk pengobatan
migren.
Topiramate telah diteliti keberhasilannya untuk pengobatan CDH yang terdiri atas kronik
migren dan analgesic overused, didapati dapat mengurangi frekwensi nyeri kepala
pasien(p<0.0007)

‡Y Mepyramine adalah suatu H1 antagonis yang dapat meblokade proses histamine induced
headache, sedangkan untuk NTG(nitriglycerine) induced headache dapat diblokade
dengan steroid yang dapat menginhibisi iNOS(inducable Nitric Oxide Synthase)
sehingga dapat menurunkan produksi NO inducable,

You might also like