Professional Documents
Culture Documents
Frase : gabungan dua kata atau lebih yang tidak melebihi batas fungsi.
Idiom : gabungan dua kata atau lebih yang susunannya terbentuk secara
tetap(baku) dan saling kebergantungan ; atau gabungan kata yang
maknanya tidak sama dengan unsure-unsur pembentuknya.
Kata Majemuk : gabungan dua kata atau lebih menciptakan makna baru yang
berbeda dengan makna dari unsur-unsur pembentuknya.
PEMBAHASAN
idiom frase
Dalam beberapa kasus, idiom sama dengan kata majemuk. Namun demikian, tidak berarti
kata majemuk selalu identik dengan idiom. Kata majemuk hanya merujuk pada kelompok
kata yang memiliki makna penuh. Dengan demikian, contoh gabungan kata seperti suka
akan, terdiri atas, dan berhubung dengan, bukanlah kata majemuk. Contoh-contoh
gabungan kata semacam itu hanya bisa dikelompokkan ke dalam idiom.
]
RESUM LINGUISTIK UMUM
Disusun Oleh :
Morfologi dan sintaksis adalah bidang tataran iinguistik yang secara tradisional
disebut tata bahasa atau grarnatika. Morfosintaksis merupakan gabungan dari morfologi
dan sintaksis. Morfologi membicarakan struktur internal kata, sedangkan sintaksis
membicarakan kata dalam hubungannya dengan kata lain, atau unsur-unsur lain sebagai
suatu satuan ujaran.
5.1. Struktur Sintaksis
Secara umum struktur sintaksis itu terdiri dari susunan subjek (S), predikat
(P), objek (O), dan keterangan (K). Susunan fungsi sintaksis tidak selalu berurutan
S, P, O dan K. Keempat fungsi ini tidak harus ada dalam setiap struktur
sintaksis.Namun banyak pakar yang menyatakan bahwa suatu struktur sintaksis
minimal harus memiliki fungsi Subyek dan fungsi Predikat.
Mengenai harus munculnya sebuah Objek pada kalimat yang Prediatnya
bebera verba transitif, ternyata dalam bahasa Indonesia ada sejumlah verba transitif
yang Obyeknya tidak perlu ada, yaitu verba yang secara simatik menyatakan
”kebiasaan” atau verba itu mengenai orang pertama tunggal atau orang banyak
secara umum.
Adapula pendapat lain yang menyatakan bahwa hadir tidaknya suatu fungsi
sintaksis tergantung pada konteksnya. Umpamanya dalam kalimat jawaban,
kalimat perintah, dan kalimat seruan. Maka yang muncul hanyalah fungsi yang
menyatakan jawaban, perintah, atau seruan itu. Para ahli tata bahasa tradisional
berpendapat bahwa fungsi Subyek harus diisi oleh kategori nomina, fungsi Predikat
oleh kategori verba, fungsi Obyek oleh kategori nomina., dan fungsi Keterangan
oleh kategori adverbia. Akibat dari pandangan ini maka kalimat ”dia guru” adalah
salah yang seharusnya kalimat itu diberi kata adalah atau menjadi.
Eksistensi struktur sintaksis terkecil di topang oleh urutan kata, bentuk kata
yang intonasi. Urutan kata ialah letak atau posisi kata yang satu dengan yang lain
dalam suatu konstruksi sintaksis. Konstruksi tiga jam memiliki makna berbeda
dengan konstruksi tiga jam. Bentuk kata umpamanya kalau kata melirik pada
kalimat nenek melirik kakek di ganti dengan dilrik, maka makna kata tersebut
menjadi beruah. Alat sintaksis ketiga yang dalam bahasa di tulis tidak dapat
digambarkan secara akurat dan teliti yang akibatnya seringkali menimbulkan
kesalahpahaman adalah intonasi. Perbedaan modus kalimat bahasa Indonesia
tampaknya lebih ditentukan oleh intonasinya daripada komponen segmentalnya.
batas antara subjek dan predikat dalam bahasa Indonesia biasanya ditandai dengan
intonasi berupa pada naik dan tekanan. Kelompok kata atau frase dalam bahasa
Indonesia batasnya juga sering ditandai dengan tekanan pada kata terakhir.
Alat sintaksis yang keempat adalah konektor yang biasanya berupa sebuah
morfem atau gabungan morfem yang secara kuantitas merupakan kelas yang
tertutup. Dilihat dari sifat hubungannya konektor ada dua macam yaitu konektor
koordinatif dan konektor subordinatif.
5.3. Frase
5.3.1. Pengertian Frase
Frase lazim didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa
gabungan kata yang bersifat nonpredikatif, atau lazim juga disebut
gabungan kata yang mengisi satah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat.
Frase tidak memiliki makna baru, melainkan makna sintaktik atau
makna gramatikal bedanya dengan kata majemuk yaitu kata majemuk
sebagai komposisi yang memiliki makna baru atau memiliki satu makna.
5.3.2. Jenis Frase
5.3.2.1. Frase Eksostentrik
Frase eksosentrik adalah frase yang komponen
komponennya tidak mempunyai perilaku sintaksis yang sama
dengan keseluruhannya. Misalnya, frase di pasar, yang terdiri dari
komponen di dan komponen pasar. Frase eksosentirk biasanya
dibedakan atas frase eksosentrik yang direktif dan frase
eksosentrik yang nondirektif.
Frase eksosentrik yang direktif komponen pertamanya
berupa preposisi, seperti di, ke dan dari, dan komoponen
keadaanya berupa kata atau kelompok kata, yang biasanya
berkategori nomina. Frase eksostentrik yang nondirektif komponen
pertamanya berupa artikulus, saperti si dan sang atau kata lain
seperti y ang para dan kaum, sedangkan komponen keduanya
berupa kata atau kelompok kata berkategorinomina, ajetifa, atau
verba.
5.4. Klausa
Klausa merupakan tataran dalam sintaksis yang berada diatas tataran frase
dan dibawah tataran kalimat.
5.4.1. Pengertian Klausa
Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata
berkonstruksi predikatif. Artinya, di dalam konstruksi itu ada komponen,
berupa kata atau frase, yang berfungsi sebagai predikat; dan yang lain
berfungsi sebagai subjek, sebagai objek, dan sebagai keterangan.
Sebuah konstruksi disebut kalimat kalau kepada konstruksi itu
diberikan intonasi final atau intonasi kalimat. Jadi, konstruksi nenek mandi
baru dapat disebut kalimat kalau kepadanya diberi intonasi final kalau belum
maka masih berstatus klausa. Tempat klausa adalah di dalam kalimat.
5.4.2. Jenis Klausa
Berdasarkan strukturnya dapat dibedakan adanya klausa bebas dan
klausa terikat. Klausa bebas dalah klausa yang mempunyai unsur-unsur
lengkap, sekurang-kurangnya mempunyai subyek dan predikat, dan karena
itu mempunyai potensi untuk menjadi kalimat mayor.
Klausa terikat memiliki struktur yang tidak lengkap. Berdasarkan
kategori unsur segmental yang menjadi predikatnya dapat dibedakan adanya
klausa verbal, klausa nominal, klausa ajektival, klausa adverbial dan klausa
preposisional. Dengan adanya berbagai tipe verba, maka dikenal adanya
klausa transitif, klausa intransitif, klausa refleksif dan klausa resprokal.
Kluasa ajektival adalah klausa yang predikatnya berkategori ajektiva,
baik berupa kata maupun frase. Klausa adverbial adalah klausa yang
predikatnya berupa adverbial. Klausa preposisional adalah klausa yang
predikatnya berupa frase berkategori.
Klausa numeral adalah klausa yang predikatnya berupa kata atau
frase numerila. Klausa berupasat adalah klausa yang subjeknya terikat
didalam predikatnya, meskipun di tempat lain ada nomina atau frase nomina
yang juga berlaku sebagai subjek.
5.5. Kalimat
5.5.1. Pengertian Kalimat
Kalimat adalah susunan kata-kata yang teratur yang berisi pikiran
yang lengkap. Dalam kaitannya dengan satuan-satuan sintaksis yang lebih
kecil (kata, frase, dan klausa) kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun
dari konstituen dasar yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan
konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final. Intonasi final
yang ada yang memberi ciri kalimat ada tiga buah, yaitu intonasi deklaratif,
intonasi interogratif (?) dan intonasi seru (!)
5.5.2. Jenis Kalimat
Jenis kalimat dapat dibedakan berdasarkan berbagai, kriteria atau
sudut pandang.
5.5.2.1. Kalimat inti dan Kalimat Non Inti
Kalimat inti atau disebut kalimat dasar, adalah kalimat yang
dibentuk dari klausa inti yang lengkap bersifat deklaratif, aktif,
atau netral, dan afirmarif. Kalimat inti dapat diubah menjadi
kalimat noninti dengan berbagai proses transformasi, seperti
transformasi pemasifan, transformasi pengingkaran, transformasi
penanyaan, transformasi pemerintahan, transformasi
penginversian, trartsformasi pelesapan, dan transformasi
penambahan. Di dalam praktek berbahasa, lebih banyak digunakan
kalimat non inti daripada kalimat inti.
5.5.4.2. Apsek
Aspek adalah cara unatuk memandang pembentukan waktu
secara internal didalam suatu situasi, keadaan, kejadian, atau
proses. Berbagai macam aspek antara lain : aspek kuntinuatif,
aspek inseptif, aspek progresif, aspek repetitif, aspek perfektif,
aspek imperfektif, dan aspek sesatif.
5.5.4.3. Kala
Kala atau tenses adalah informasi dalam kalimat yang
menyatakan waktu terjadinya perbuatan, kejadian, tindakan, atau
pengalaman yang disebutkan di dalam predikat.
5.5.4.4. Modalitas
Modalitas adalah keterangan dalam kalimat yang
menyatakan sikap pembicara terhadap hal yang dibicarakan, yaitu
mengenai perbuatan, keadaan dan peristiwa atau juga sikap
terhadap lawan bicara.
5.5.4.5. Fokus
Fokus adalah unsur yang menonjol bagian kalimat sehingga
perhatian pendengar atau pembaca tertuju pada bagian itu.
Fokus kalimat dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Pertama yang memberi tekanan pada kalimat yang difokuskan.
Kedua dengaa mengedepankan bagian kalimat yang difokuskan.
Ketiga, dengan cara memakai partikul pun, yang, tentang dan
adalah pada bagian kalimat yang difokuskan. Keempat dengan
mengontraskan dua bagian kalimat dan yang kelima dengan
menggunakan konstruksi posesif anaforis beranteseden.
5.5.4.6. Diatesis
Diatesis adalah gambaran hubungan antara pelaku atau
peserta dalam kalimat dengan perbuatan yang dikemukakan dalam
kalimat itu. Beberapa macam diatesis antara lain diatesis aktif,
diatesis pasif, diatesis refleksif, diatesis resiprokal, dan diatesis
kausatif.
5.6. Wacana
Kalimat atau kalimat-kalimat ternyata hanyalah unsur pembentuk satuan
bahasa yang lebih besar yang disebut wacana.
Kata atau ayat[1] adalah suatu unit dari suatu bahasa yang mengandung arti dan terdiri
dari satu atau lebih morfem. Umumnya kata terdiri dari satu akar kata tanpa atau dengan
beberapa afiks. Gabungan kata-kata dapat membentuk frasa, klausa, atau kalimat.
Daftar isi
[sembunyikan]
• 1 Etimologi
• 2 Masalah pendefinisian
• 3 Definisi Kamus Besar Bahasa Indonesia
• 4 Jenis kata
• 5 Penentuan batas kata
• 6 Catatan kaki
• 7 Rujukan
• 8 Lihat pula
[sunting] Etimologi
Kata "kata" dalam bahasa Melayu dan Indonesia diambil dari bahasa Sansekerta kathā.
Dalam bahasa Sansekerta kathā sebenarnya artinya adalah "konversasi", "bahasa",
"cerita" atau "dongeng"[2]. Dalam bahasa Melayu dan Indonesia terjadi penyempitan arti
semantis menjadi "kata".
1. Elemen terkecil dalam sebuah bahasa yang diucapkan atau dituliskan dan
merupakan realisasi kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam
berbahasa
2. konversasi, bahasa
3. Morfem atau kombinasi beberapa morfem yang dapat diujarkan sebagai bentuk
yang bebas
4. Unit bahasa yang dapat berdiri sendiri dan terdiri dari satu morfem (contoh kata)
atau beberapa morfem gabungan (contoh perkataan)
Definisi pertama KBBI bisa diartikan sebagai leksem yang bisa menjadi lema atau entri
sebuah kamus. Lalu definisi kedua mirip dengan salah satu arti sesungguhnya kathā
dalam bahasa Sansekerta. Kemudian definisi ketiga dan keempat bisa diartikan sebagai
sebuah morfem atau gabungan morfem.
Dalam tata bahasa baku bahasa Indonesia, kelas kata terbagi menjadi tujuh kategori,
yaitu:
1. Nomina (kata benda); nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala
yang dibendakan, misalnya buku, kuda.
2. Verba (kata kerja); kata yang menyatakan suatu tindakan atau pengertian dinamis,
misalnya baca, lari.
o Verba transitif (membunuh),
o Verba kerja intransitif (meninggal),
o Pelengkap (berumah)
3. Adjektiva (kata sifat); kata yang menjelaskan kata benda, misalnya keras, cepat.
4. Adverbia (kata keterangan); kata yang memberikan keterangan pada kata yang
bukan kata benda, misalnya sekarang, agak.
5. Pronomina (kata ganti); kata pengganti kata benda, misalnya ia, itu.
o Orang pertama (kami),
o Orang kedua (engkau),
o Orang ketiga (mereka),
o Kata ganti kepunyaan (-nya),
o Kata ganti penunjuk (ini, itu)
6. Numeralia (kata bilangan); kata yang menyatakan jumlah benda atau hal atau
menunjukkan urutannya dalam suatu deretan, misalnya satu, kedua.
o Angka kardinal (duabelas),
o Angka ordinal (keduabelas)
7. Kata tugas adalah jenis kata di luar kata-kata di atas yang berdasarkan peranannya
dapat dibagi menjadi lima subkelompok:
o preposisi (kata depan) (contoh: dari),
o konjungsi (kata sambung) - Konjungsi berkoordinasi (dan), Konjungsi
subordinat (karena),
o artikula (kata sandang) (contoh: sang, si) - Umum dalam bahasa Eropa
(misalnya the),
o interjeksi (kata seru) (contoh: wow, wah), dan
o partikel.
Pada jeda
Seorang pembicara disuruh untuk mengulang kalimat yang diberikan secara
pelan, diperbolehkan untuk beristirahat dan mengambil jeda. Sang pembicara
maka akan cenderung memasukkan jeda pada batas-batas kata. Namun metoda ini
tidaklah sempurna: sang pembicara bisa dengan mudah memilah-milah kata-kata
yang terdiri dari banyak suku kata.
Keutuhan
Seorang pengguna disuruh untuk mengucapkan sebuah kalimat secara keras dan
lalu disuruh untuk mengucapkannya lagi dan ditambah beberapa kata.
Bentuk bebas minimal
Konsep ini pertama kali diusulkan oleh Leonard Bloomfield. Kata-kata adalah
leksem, jadi satuan terkecil yang bisa berdiri sendiri.
Batas fonetis
Beberapa bahasa mempunyai aturan pelafazan khusus yang membuatnya mudah
ditinjau di mana batas kata sejatinya. Misalnya, di bahasa yang secara teratur
menjatuhkan tekanan pada suku-kata terakhir, maka batas kata mungkin jatuh
setelah masing-masing suku-kata yang diberi tekanan. Contoh lain bisa
didengarkan pada bahasa yang mempunyai harmoni vokal (seperti bahasa Turki):
vokal dalam sebagian kata memiliki "kualitas" sama, oleh sebab itu batas kata
mungkin terjadi setiap kali kualitas huruf hidup berganti. Tetapi, tidak semua
bahasa mempunyai peraturan fonetis seperti itu yang mudah, kalaupun iya, pada
bahasa ini ada pula perkecualiannya.
Satuan semantis
Seperti pada banyak bentuk bebas yang minimal yang disebut di atas ini, metode
ini memilah-milah kalimat ke dalam kesatuan-kesatuan semantiknya yang paling
kecil. Tetapi, bahasa sering memuat kata yang mempunyai nilai semantik kecil
(dan sering memainkan peran yang lebih gramatikal), atau kesatuan-kesatuan
semantik yang adalah kata majemuk.
Dalam prakteknya, ahli bahasa mempergunakan campuran semua metode ini untuk
menentukan batas kata dalam kalimat. Namun penggunaan metode ini, definisi persis
kata sering masih sangat sukar ditangkap.
[sunting] Rujukan
1. Alwi, H.; Soenjono Dardjowidjojo, Hans Lapoliwa, Anton M. Moeliono (1998).
Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia.
2. (1990) Ensiklopedi Nasional Indonesia (ENI), Jilid 8, Jakarta: PT. Cipta Adi
Pustaka, hlm. 217-218.
3. (1997) Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
4. Monier-Williams, Monier (1899). Sanskrit-English Dictionary.
Jumat, 2008 Desember 26
KATA MAJEMUK
Kata majemuk adalah gabungan 2 kata atau lebih yang memiliki struktur tetap, tidak
dapat di sisipi kata lain. Contohnya
Meja makan
gabungan kata di atas termasuk contoh kata majemuk karena strukturnya tetap, tidak
dapat diubah-ubah letaknya.
Makan meja (tidak logis)
Kemudian, gabungan kata tersebut tidak dapat disisipi oleh kata lain, seperti yang,
sedang, dll.
Meja (yang) makan (tidak logis)
Meja (sedang) makan (tidak logis)
Selain itu, ciri lain dari kata majemuk adalah gabungan kata tersebut membentuk makna
baru. Namun, makna baru tersebut masih dapat dirunut atau ditelusuri dari makna kata
pembentuknya.
Rumah baru (a)
Tono sakit (b)
Rumah sakit (c)
secara gramatika (tata bahasa) makna yang terbentuk pada contoh (a) dan (b) sama
dengan makna leksikal unsur pembentuknya. Gabungan kata di atas mempunyai makna
“rumah (yang) baru” (a) dan “Tono (sedang) sakit.”
Berbeda halnya dengan gabungan kata pada contoh pertama (a) dan kedua (b), gabungan
kata pada contoh kedua (c) secara gramatika makna yang terbentuk berbeda dari makna
leksikal unsur pembentuknya. Makna kata secara leksikal pada contoh kedua (c) adalah
“rumah (yang/sedang) sakit.” Makna ini tidak logis, yaitu benda mati dapat merasakan
sakit seperti halnya makhluk hidup (manusia). Namun, makna yang terbentuk dalam
contoh (c) adalah “rumah tempat merawat orang sakit.” Inilah yang disebut dengan
membentuk makna baru tetapi makna baru tersebut masih dapat ditelusuri dari makna
kata pembentuknya.
di 05:27 Diposkan oleh berbagi ilmu
STRUKTUR ELEMEN DAN TIPE-TIPE
KONSTRUKSI KATA MAJEMUK
Posted on Januari 11, 2009 by Pakde sofa
Kata adalah bentuk bebas yang terkecil yang tidak dapat dibagi menjadi unsur
bebas yang lebih kecil. Tangan, ibu, kota, jari dan sebagainya adalah beberapa
contohnya. Sebagai bentuk bebas kata biasanya dapat diisolasikan, seperti pada
sifat kata ibu di bawah ini.
Ayah akan bertemu ibu.
Ayah akan bertemu dengan ibu.
Ayah akan bertemu paman dan ibu.
Anda dipersilakan menguji sendiri kata tangan, kota, dan jari dengan cara seperti
(1), (2), dan (3) sehingga terbukti bahwa ketiga bentuk lingual ini adalah kata.
Kata beli, tukar, dengar, ukur, dan sebagainya adalah calon kata yang sebenarnya
belum dapat berdiri sendiri. Bentuk-bentuk ini akan menjadi kata apabila diberi
imbuhan sehingga menjadi membeli, ditukar, terdengar, pengukur, dan sebagainya.
Bentuk-bentuk yang tergolong pokok kata ini dapt digunakan untuk membentuk
kalimat perintah tanpa bantuan afiks, seperti terlihat dalam kalimat berikut ini.
Beli saja buku itu!
Kalau rusak, tukar saja dengan yang baru.
Dengar baik-baik keterangan gurumu.
Ukur kekuatanmu sebelum memutuskan mengerjakan tugas itu.
Akar adalah bentuk asal yang terikat. Satuan lingual yang disebut akar ini tidak
dapat berdiri, dan tidak dapat digunakan sebagai kata kerja kalimat perintah
tanpa diikuti oleh afiks lain. Contoh satuan lingual ini misalnya juang, temu, sua,
tengger, dan sebagainya. Seperti terlihat dalam kalimat di bawah ini.
Kata majemuk berstruktur kata + kata tidak begitu sukar ditemui di dalam bahasa
Indonesia tangan kanan, panjang tangan, kamar mandi, rumah sakit, dan
sebagainya adalah kata majemuk-kata majemuk yang tergolong ke dalam tipe ini.
Di dalam bahasa Indonesia ada kata majemuk siap tempur, kuda balap, mobil
balap, jam kerja, dan sebagainya yang terdapat dalam kaliamat di bawah ini.
Kata majemuk balap mobil, lomba panah, perang tombak, perang mulut, dan
sebagainya adalah kata majemuk yang berstruktur pokok kata + kata. Adapun
penggunaanya dapat dilihat dalam kalimat di bawah ini .
Kami akan menyaksikan balap mobil di Sentul minggu depan.
Lomba panah tidak dipertandingkan dalam kejuaraan ini.
Perang tombak anatara kedua belah pihak tidak dapat dihindari.
Petrang mulut antara teman adalah perbuatan yang tidak terpuji.
Anda dipersilakan mencoba mencari contoh lain kata majemuk tipe ini.
Agaknya kata majemuk tipe ini tidak terlalu banyak jumlahnya di dalam bahan
Indonesia sehingga untuk mencari contohnya yang lain tidak begitu mudah.
Dari akar kata temu dapat dibuat sejumlah kata majemuk berstruktur akar + kata
seperti temu karya, temu ilmiah, temu muka, temu alumni, dan sebagainya seperti
yang digunakan dalam kalimat berikut ini.
Temu karya itu tidak jadi diselenggarakan.
Fakultas sastra akan mengadakan temu ilmiah di Cisarua.
Antara tersangka dan saksi belum pernah mengadakan temu muka.
Temu alumni SMU kami sudah diadakan tahun lalu.
Kata majemuk terang benderang, cantik jelita, gelap gulita, gegap gempita, dan
sebagainya. Yang terdapat dalam kalimat di bawah ini merupakan kata majemuk
yang berstruktur kata + morfem unik.
Hari ini cuaca terang benderang.
Ia melihat gadis yang cantik jelita.
Keadaan di dalam gua gelap gulita.
Begitu dapat menyarangkan bola, para pendukungnya bersorak gegap gempita.
Di dalam bahasa Indonesia terdapat kata majemuk serah terima, jual beli, candak
kulak, timbang terima, dan sebagainya . Apabila diamati elemen-elemennya, maka
kata majemuk ini tergolong berstruktur elemen pokok kata + pokok kata. Untuk
ini, dapat diperhatikan kalimat (29) sampai dengan (32) di bawah ini .
Serah terima jabatan Kapolda DIY akan dilakukan pagi ini.
Jual beli kendaraan bekas sekarang ini semakin meningkat.
Beliau sebenarnya sudah sah menjadi rektor, tetapi belum timbang terima dengan
rektor yang lama.
singkat tipe-tipe konstruksi kata majemuk bahasa Indonesia. Tipe konstruksi ini
bersangkutan dengan kedudukan unsur-unsur kata majemuk. Secara sederhana
kata majemuk-kata majemuk itu dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni
Kata majemuk setara.
Kata majemuk tak setara.
Unsur kaki dan tangan, gegap dan gempita, serah dan terima pada kata majemuk
di atas memiliki kedudukan yang sama. Contoh lain misalnya: peluk cium, tabrak
lari, remuk redam, dan sebagainya.
Selanjutnya Anda dipersilakan mencari contoh dari kata majemuk tipe ini.
Kata majemuk tak setara adalah kata majemuk yang dibentuk dari unsur-unsur
kata tak setara. Salah satu unsur kata majemuk itu kedudukannya lebih tinggi
daripada yang lain, seperti kamar mandi, tangan kanan, makan hati, kambing
hitam, meja hijau, dan sebagainya seperti terlihat dalam kalimat di bawah ini.
Setiap hari dia membersihkan kamar mandi.
Tangan kanan pemerintah sudah tidak dapat diandalkan.
Setiap saat dia makan hati.
Siapa kambing hitam peristiwa berdarah itu.
Karena kejahatannya ia diseret ke meja hijau.
Kata kamar, tangan, makan, kambing, dan meja pada (36) sampai dengan (40) di
atas merupakan unsur yang kedudukannya lebih tinggi, sedangkan unsur-unsur
yang mengikutinya, yakni mandi, kanan, hati, hitam, dan hijau hanya sebagai
unsur penjelas atau penerangnya.
Tidak selamanya unsur yang berkedudukan lebih tinggi terletak di depa. Kata
majemuk-kata majemuk yang diambil dari bahasa Sansekerta atau Jawa Kuno
memiliki urutan sebaliknya. Kata putera, pura, dan karya berikut misalnya yang
masing-masing berfungsi sebagai unsur pusat terletak di belakang. Perhatikan
contoh kalimat di bawah ini.
Perusahaan bumi putera harus mendapatkan suntikan dana di pemerintah.
Yogyakarta telah merebut piala adipura.
Semua orang harus menghargai adikarya seseorang.
Kata majemuk yang unsur pusatnya didepan jauh lebih banyak dibandingkan
dengan kata majemuk yang unsur pusat letaknya di belakang
Baca Artikel Lain
Daftar Pustaka
• Pengertian Frase
• Frase Endosentrik dan Eksosentrik
• Frase Nominal, Frase Verbal, Frase Bilangan, Frase Keterangan, dan Frase
Depan
• Pengertian Frase
Frase adalah unsur klausa atau satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang
tidak melampaui batas fungsi.
Dari batasan tersebut dapat dikemukakan bahwa Frase mempunyai dua sifat:
1. Frase merupakan satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih
2. Frase merupakan satuan yang tidak melebihi batas fungsi unsur klausa,
maksudnya frase itu selalu terdapat dalam satu fungsi unsur klausa, yaitu
S,P,O,PEL, atau KET.
contoh Frase:
• Frase Endosentrik
Frase endosentrik adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya
baik semua unsurnya maupun salah satu dari unsurnya.
contoh kalimat: Dua orang mahasiswa sedang membaca buku baru di perpustakaan.
Frase endosentrik yang koordinatif adalah frase yang terdiri dari unsur-unsur yang
setara. Kesetaraannya dapat dibuktikan oleh kemungkinan unsur-unsur itu dihubungkan
dengan kata penghubung dan atau atau. Misalnya:
• suami istri
• rumah pekarangan
• belajar atau bekerja
Frase endosentrik yang atributif adalah frase yang terdiri dari unsur-unsur yang tidak
setara. Unsur-unsurnya tidak mungkin dihubungkan dengan kata penghubung dan atau
atau. Misalnya :
• Frase Eksosentrik
Berdasarkan persamaan distribusi dengan golongan atau kategori kata, frase dapat
digolongkan menjadi empat golongan, yaitu:
1. Frase Nominal
2. Frase Verbal
3. Frase Bilangan
4. Frase Keterangan
5. Frase Depan
Frase Nominal adalah frase yang memiliki distribusi yang sama dengan kata nominal.
Contoh:
1. baju baru
2. mahasiswa baru
3. kapal terbang itu
Frase Verbal adalah frase yang memiliki distribusi yang sama dengan kata verbal
contoh :
1. akan pergi
2. sudah datang
3. makan dan minum
Frase Bilangan adalah frase yang memiliki distribusi yang sama dengan kata bilangan
Contoh :
1. tiga ekor
2. lima botol
3. tiga puluh kilogram
Frase Keterangan adalah frase yang memiliki distribusi yang sama dengan kata
keterangan
Contoh :
1. kemarin pagi
2. tadi pagi
3. sekarang ini
Frase Depan (preposisional) adalah frase yang terdiri dari kata depan
Contoh :
1. ke Jakarta
2. dari desa
3. kepada teman sejawat
Klausa
• Pengertian Klausa
• Analisis Klausa
• Penggolongan Klausa
Pengertian Klausa
Klausa adalah satuan gramatik yang terdiri dari S P baik disertai O, PEL, dan KET
ataupun tidak. Secara ringkas, klausa ialah S P (O) (PEL) (KET). Unsur inti klausa ialah
S dan P.
Contoh kalimat:
Aku datang ketika bibi sedang memasak nasi dan mencuci piring.
1. Aku/ datang.
___S__ P____
___S_______P ________O
___S____ P____ O
Analisis Klausa
1. Analisis klausa berdasarkan fungsi unsur-unsurnya
Letak subjek biasanya ada di depan predikat (SP), namun S dan P dapat dipertukarkan
tempatnya menjadi S di belakang P (PS).
contoh:
___S_______P____
menjadi:
____P_________S_
• Keterangan
2. Analisis klausa berdasarkan kategori kata atau frase yang menjadi unsurnya
Kalimat
• Penentuan Kalimat
• Kalimat Berklausa dan Tidak Berklausa
• Kalimat Berita, Kalimat Tanya, dan Kalimat Suruh
• Kalimat Sederhana dan Kalimat Luas