You are on page 1of 26

A.

DEFINISI FRASE, IDIOM, DAN KATA MAJEMUK

Frase : gabungan dua kata atau lebih yang tidak melebihi batas fungsi.
Idiom : gabungan dua kata atau lebih yang susunannya terbentuk secara
tetap(baku) dan saling kebergantungan ; atau gabungan kata yang
maknanya tidak sama dengan unsure-unsur pembentuknya.
Kata Majemuk : gabungan dua kata atau lebih menciptakan makna baru yang
berbeda dengan makna dari unsur-unsur pembentuknya.

PEMBAHASAN

(1) Kadispen Polda Metro AKBP Nur Usman


(2) Tiga tim Gegana yang diterjunkan
(3) Dari bom yang ditaruh di mobil

Yang harus diingat:

a. Frase tidak melebihi batas fungsi

Tiga tim gegana diterjunkan (bukan frase)


SP
b. Frase menunjukkan identitas makna sebenarnya.

Besar kepala, buah tangan (bukan frase)

idiom frase

Besar kepala Kepala besar


Rumah makan Di rumah
Malam panjang Siang malam
Muka masam Buah asam
Panjang tangan Tangan panjang

Dalam beberapa kasus, idiom sama dengan kata majemuk. Namun demikian, tidak berarti
kata majemuk selalu identik dengan idiom. Kata majemuk hanya merujuk pada kelompok
kata yang memiliki makna penuh. Dengan demikian, contoh gabungan kata seperti suka
akan, terdiri atas, dan berhubung dengan, bukanlah kata majemuk. Contoh-contoh
gabungan kata semacam itu hanya bisa dikelompokkan ke dalam idiom.

Filed under: Uncategorized


19 Comments
« JENIS WACANA
KARYA ILMIAH »
Comments (19) Trackbacks (1) ( subscribe to comments on this post )

]
RESUM LINGUISTIK UMUM

Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Kelompok


Mata Kuliah Kajian Bahasa Indonesia SD
Dosen Pengampu : Drs. Umar Samadhy

Disusun Oleh :

Deasy Renaningtyas S 1402408285

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2008
BAB V
TATARAN LINGUISTIK (3) : SINTAKSIS

Morfologi dan sintaksis adalah bidang tataran iinguistik yang secara tradisional
disebut tata bahasa atau grarnatika. Morfosintaksis merupakan gabungan dari morfologi
dan sintaksis. Morfologi membicarakan struktur internal kata, sedangkan sintaksis
membicarakan kata dalam hubungannya dengan kata lain, atau unsur-unsur lain sebagai
suatu satuan ujaran.
5.1. Struktur Sintaksis
Secara umum struktur sintaksis itu terdiri dari susunan subjek (S), predikat
(P), objek (O), dan keterangan (K). Susunan fungsi sintaksis tidak selalu berurutan
S, P, O dan K. Keempat fungsi ini tidak harus ada dalam setiap struktur
sintaksis.Namun banyak pakar yang menyatakan bahwa suatu struktur sintaksis
minimal harus memiliki fungsi Subyek dan fungsi Predikat.
Mengenai harus munculnya sebuah Objek pada kalimat yang Prediatnya
bebera verba transitif, ternyata dalam bahasa Indonesia ada sejumlah verba transitif
yang Obyeknya tidak perlu ada, yaitu verba yang secara simatik menyatakan
”kebiasaan” atau verba itu mengenai orang pertama tunggal atau orang banyak
secara umum.
Adapula pendapat lain yang menyatakan bahwa hadir tidaknya suatu fungsi
sintaksis tergantung pada konteksnya. Umpamanya dalam kalimat jawaban,
kalimat perintah, dan kalimat seruan. Maka yang muncul hanyalah fungsi yang
menyatakan jawaban, perintah, atau seruan itu. Para ahli tata bahasa tradisional
berpendapat bahwa fungsi Subyek harus diisi oleh kategori nomina, fungsi Predikat
oleh kategori verba, fungsi Obyek oleh kategori nomina., dan fungsi Keterangan
oleh kategori adverbia. Akibat dari pandangan ini maka kalimat ”dia guru” adalah
salah yang seharusnya kalimat itu diberi kata adalah atau menjadi.
Eksistensi struktur sintaksis terkecil di topang oleh urutan kata, bentuk kata
yang intonasi. Urutan kata ialah letak atau posisi kata yang satu dengan yang lain
dalam suatu konstruksi sintaksis. Konstruksi tiga jam memiliki makna berbeda
dengan konstruksi tiga jam. Bentuk kata umpamanya kalau kata melirik pada
kalimat nenek melirik kakek di ganti dengan dilrik, maka makna kata tersebut
menjadi beruah. Alat sintaksis ketiga yang dalam bahasa di tulis tidak dapat
digambarkan secara akurat dan teliti yang akibatnya seringkali menimbulkan
kesalahpahaman adalah intonasi. Perbedaan modus kalimat bahasa Indonesia
tampaknya lebih ditentukan oleh intonasinya daripada komponen segmentalnya.
batas antara subjek dan predikat dalam bahasa Indonesia biasanya ditandai dengan
intonasi berupa pada naik dan tekanan. Kelompok kata atau frase dalam bahasa
Indonesia batasnya juga sering ditandai dengan tekanan pada kata terakhir.
Alat sintaksis yang keempat adalah konektor yang biasanya berupa sebuah
morfem atau gabungan morfem yang secara kuantitas merupakan kelas yang
tertutup. Dilihat dari sifat hubungannya konektor ada dua macam yaitu konektor
koordinatif dan konektor subordinatif.

5.2. Kata Sebagai Satuan Sintaksis


Dalam tataran morfologi kita merupakan satuan terbesarm tetapi dalam
tataran sintaksis kata merupakan satuan terkecil. Yang secara hierarkiral menjadi
komponen pembentuk frase. Kata sebagai pengisi satuan sintaksis ada dua macam,
yaitu kata penuh (fullword) dan kata tugas (function word).
Yang merupakan kata penuh adalah kata-kata yang termasuk kategori
nomina, verba, ajektiva, adverbia, dan numeralia. Sedangkan yang termasuk kata
tugas adalah kata-kata berkategori dan konjungsi.

5.3. Frase
5.3.1. Pengertian Frase
Frase lazim didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa
gabungan kata yang bersifat nonpredikatif, atau lazim juga disebut
gabungan kata yang mengisi satah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat.
Frase tidak memiliki makna baru, melainkan makna sintaktik atau
makna gramatikal bedanya dengan kata majemuk yaitu kata majemuk
sebagai komposisi yang memiliki makna baru atau memiliki satu makna.
5.3.2. Jenis Frase
5.3.2.1. Frase Eksostentrik
Frase eksosentrik adalah frase yang komponen
komponennya tidak mempunyai perilaku sintaksis yang sama
dengan keseluruhannya. Misalnya, frase di pasar, yang terdiri dari
komponen di dan komponen pasar. Frase eksosentirk biasanya
dibedakan atas frase eksosentrik yang direktif dan frase
eksosentrik yang nondirektif.
Frase eksosentrik yang direktif komponen pertamanya
berupa preposisi, seperti di, ke dan dari, dan komoponen
keadaanya berupa kata atau kelompok kata, yang biasanya
berkategori nomina. Frase eksostentrik yang nondirektif komponen
pertamanya berupa artikulus, saperti si dan sang atau kata lain
seperti y ang para dan kaum, sedangkan komponen keduanya
berupa kata atau kelompok kata berkategorinomina, ajetifa, atau
verba.

5.3.2.2. Frase Endosentrik


Frase endosentrik adalah frase yang salah satu unsurnya atau
komponennya memiliki perilaku sintaksias yang sama dengan
keseluruhannya. Misalnya, sedang komponen keduanya yaitu
membaca dapat menggantikan kedudukan frase tersebut.

5.3.2.3. Frase Koordinatif


Frase koordinatif adalah frase yang komponen
pembentuknya terdiri dari dua komponen atau lebih yang sama
dan sederajat dan secara potensial dapat dihubungkan oleh
kunjungsi koordinatif.
5.3.2.4. Frase Apositif
Frase apositif adalah frase koordinatif yang kedua k
komponenanya saling merujuk sesamanya, dan oleh karena itu
urutan komponennya dapat dipertukarkan.

5.3.3. Perluasan Frase


Salah satu ciri prase adalah bahwa frase itu dapat diperluas,
maskudnya frase itu dapat diberi tambahan komponen baru sesuai dengan
konsep atau pengertian yang ditampilkan. Dalam bahasa Indonesia,
perluasan frase sangat produktif. Pertama, karena untuk menyatakan
konsep-konsep khusus, atau sangat khusus, atau sangat khusus sekali,
biasanya diterangkan secara leksikal. Faktor kedua adalah bahwa
pengungkapan konsep kata, modalitas aspek, jenis, jumlah ingkar, dan
pembatas tidak dinyatakan dengan afiks seperti dalam bahasa-bahasa
perfiks, melainkan dinyatakan dengan unsur leksikal. Faktor lain adalah
keperluan untuk memberi deskripsi secara terperinci terhadap suatu konsep
terutama untuk konsep nomina biasanya digunakan konjungsi.

5.4. Klausa
Klausa merupakan tataran dalam sintaksis yang berada diatas tataran frase
dan dibawah tataran kalimat.
5.4.1. Pengertian Klausa
Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata
berkonstruksi predikatif. Artinya, di dalam konstruksi itu ada komponen,
berupa kata atau frase, yang berfungsi sebagai predikat; dan yang lain
berfungsi sebagai subjek, sebagai objek, dan sebagai keterangan.
Sebuah konstruksi disebut kalimat kalau kepada konstruksi itu
diberikan intonasi final atau intonasi kalimat. Jadi, konstruksi nenek mandi
baru dapat disebut kalimat kalau kepadanya diberi intonasi final kalau belum
maka masih berstatus klausa. Tempat klausa adalah di dalam kalimat.
5.4.2. Jenis Klausa
Berdasarkan strukturnya dapat dibedakan adanya klausa bebas dan
klausa terikat. Klausa bebas dalah klausa yang mempunyai unsur-unsur
lengkap, sekurang-kurangnya mempunyai subyek dan predikat, dan karena
itu mempunyai potensi untuk menjadi kalimat mayor.
Klausa terikat memiliki struktur yang tidak lengkap. Berdasarkan
kategori unsur segmental yang menjadi predikatnya dapat dibedakan adanya
klausa verbal, klausa nominal, klausa ajektival, klausa adverbial dan klausa
preposisional. Dengan adanya berbagai tipe verba, maka dikenal adanya
klausa transitif, klausa intransitif, klausa refleksif dan klausa resprokal.
Kluasa ajektival adalah klausa yang predikatnya berkategori ajektiva,
baik berupa kata maupun frase. Klausa adverbial adalah klausa yang
predikatnya berupa adverbial. Klausa preposisional adalah klausa yang
predikatnya berupa frase berkategori.
Klausa numeral adalah klausa yang predikatnya berupa kata atau
frase numerila. Klausa berupasat adalah klausa yang subjeknya terikat
didalam predikatnya, meskipun di tempat lain ada nomina atau frase nomina
yang juga berlaku sebagai subjek.

5.5. Kalimat
5.5.1. Pengertian Kalimat
Kalimat adalah susunan kata-kata yang teratur yang berisi pikiran
yang lengkap. Dalam kaitannya dengan satuan-satuan sintaksis yang lebih
kecil (kata, frase, dan klausa) kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun
dari konstituen dasar yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan
konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final. Intonasi final
yang ada yang memberi ciri kalimat ada tiga buah, yaitu intonasi deklaratif,
intonasi interogratif (?) dan intonasi seru (!)
5.5.2. Jenis Kalimat
Jenis kalimat dapat dibedakan berdasarkan berbagai, kriteria atau
sudut pandang.
5.5.2.1. Kalimat inti dan Kalimat Non Inti
Kalimat inti atau disebut kalimat dasar, adalah kalimat yang
dibentuk dari klausa inti yang lengkap bersifat deklaratif, aktif,
atau netral, dan afirmarif. Kalimat inti dapat diubah menjadi
kalimat noninti dengan berbagai proses transformasi, seperti
transformasi pemasifan, transformasi pengingkaran, transformasi
penanyaan, transformasi pemerintahan, transformasi
penginversian, trartsformasi pelesapan, dan transformasi
penambahan. Di dalam praktek berbahasa, lebih banyak digunakan
kalimat non inti daripada kalimat inti.

5.5.2.2. Kalimat Tunggal dan Kalimat Majemuk


Kalau klausanya hanya satu, maka kalimat tersebut disebut
kalimat tunggal. Kalau klausa di dalam kalimat terdapat lebih dari
satu, maka kalimat itu disebut kalimat majemuk. Berdasarkan sifat
hubungan klausa di dalam kalimat, dibedakan adanya kalimat
majemuk koordinatif (konjungsi koordinatif seperti dan, atau,
tetapi, lalu) kalimat majeuk subordinatif (kalau, ketika, meskipun,
karena) dan kalimat majemuk kompleks ( terdiri dari tiga klausa
atau lebih, baik dihubungkan secara koordinatif maupun
subrodinatif atau disebut kalimat majemuk campuran./

5.5.2.3. Kalimat Mayor dan Kalimat Minor


Kalau klausa lengkap sekurang-kurangnya memiliki unsur
subjek dan predikat, maka kalimat itu disebut kalimat mayor.
Kalau klausanya tidak lengkap, entah terdiri subjek saja, predikat
saja, ataukah keterangan saja, maka kalimat tersebut disebut
kalimat minor.
5.5.2.4. Kalimat Verbal dan Kalimat Non-Verbal
Kalimat verbal adalah kalimat yang dibentuk dari klausa
verbal, atau kalimat yang predikatnya berupa kata atau frase yang
berkategori verba. Sedangkan kalimat nonverbal adalah kalimat
yang predikatnya bukan frase atau frase verbal, bisa nomina,
ajektiva, adverbial, atau juga numeralia. Berkenaan dengan
banyaknya jenis atau tipe verba, maka biasanya dibedakan pula
adanya kalimat transitif, kalimat intransitif, kalimat aktif, kalimat
pasif, kalimat dinamis, kalimat statis, kalimat refleksif, kalimat
resiprokal dan kalimat ekuatif.

5.5.2.5. Kalimat Bebas dan Kalimat Terikat


Kalimat bebas adalah kalimat yang mempunyai potensi
untuk menjadi ujaran lengkap atau dapat memulai sebuah paragraf
atau wacana tanpa bantuan kalimat atau konteks lain yang
menjelaskannya. Sedangkan kalimat terikat adalah kalimat yang
tidak dapat berdiri sendiri sebagai ujaran lengkap, atau menjadi
pembuka paragraf atau wawancara tanpa bantuan konteks.

5.5.3. Intonasi Kalimat


Dalam bahasa Indonesia intonasi tidak berlaku pada tataran fonologi
dan morfologi, melainkan hanya berlaku pada tataran sintaksis. Intonasi
merupakan ciri utama yang membedakan kalimat dari sebuah klausa. Ciri-
ciri intonasi berupa tekanan tempo dan nada.

5.5.4. Modus, Aspek, Kala, Modalitas, Fokus dan Diatesis


5.5.4.1. Modus
Modus adalah pengungkapan atau penggambaran suasana
psikologis perbuatan menurut tafsiran si pembaca tentang apa
yang diucapkannya. Ada beberapa macam modus antara lain
modus indikatif atau modus deklaratif, modus optatif, modus
imperatif, modus interogratif, modus obligatif, modus desideratif,
dan modus kondisional.

5.5.4.2. Apsek
Aspek adalah cara unatuk memandang pembentukan waktu
secara internal didalam suatu situasi, keadaan, kejadian, atau
proses. Berbagai macam aspek antara lain : aspek kuntinuatif,
aspek inseptif, aspek progresif, aspek repetitif, aspek perfektif,
aspek imperfektif, dan aspek sesatif.

5.5.4.3. Kala
Kala atau tenses adalah informasi dalam kalimat yang
menyatakan waktu terjadinya perbuatan, kejadian, tindakan, atau
pengalaman yang disebutkan di dalam predikat.

5.5.4.4. Modalitas
Modalitas adalah keterangan dalam kalimat yang
menyatakan sikap pembicara terhadap hal yang dibicarakan, yaitu
mengenai perbuatan, keadaan dan peristiwa atau juga sikap
terhadap lawan bicara.

5.5.4.5. Fokus
Fokus adalah unsur yang menonjol bagian kalimat sehingga
perhatian pendengar atau pembaca tertuju pada bagian itu.
Fokus kalimat dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Pertama yang memberi tekanan pada kalimat yang difokuskan.
Kedua dengaa mengedepankan bagian kalimat yang difokuskan.
Ketiga, dengan cara memakai partikul pun, yang, tentang dan
adalah pada bagian kalimat yang difokuskan. Keempat dengan
mengontraskan dua bagian kalimat dan yang kelima dengan
menggunakan konstruksi posesif anaforis beranteseden.
5.5.4.6. Diatesis
Diatesis adalah gambaran hubungan antara pelaku atau
peserta dalam kalimat dengan perbuatan yang dikemukakan dalam
kalimat itu. Beberapa macam diatesis antara lain diatesis aktif,
diatesis pasif, diatesis refleksif, diatesis resiprokal, dan diatesis
kausatif.

5.6. Wacana
Kalimat atau kalimat-kalimat ternyata hanyalah unsur pembentuk satuan
bahasa yang lebih besar yang disebut wacana.

5.6.1. Pengertian Wacana


Wacana adalah satuan bahasa yang lengkap, sehingga dalam hierarki
gramatikal merupakan gramatikal tertinggi atau terbesar. Persyaratan
gramatikal dalam wacana akan terpenuhi kalau dalam wacana itu sudah
terbina kekhohesian maka akan terciptalah erensian.

5.6.2. Alat Wacana


Alat-alat gramatikal yang dapat digunakan untuk membuat sebuah
wacana menjadi kohesif antara lain : konjungsi, kedua menggunakan kata
ganti dia, nya, mereka, ini, dan itu sebagai rujukan anaforis, ketiga
menggunakan elipsis.
Selain dengan upaya gramatikal, sebuah wacana yang kohesif dan
koherens dapat juga dibuat dengan bantuan pelbagai aspek semantik.

5.6.3. Jenis Wacana


Berbagai jenis wacana sesuai dengan sudut pandang dari mana
wacana itu dilihat. Pertama-tama di lihat adanya wacana lisan dan wacana
tulis berkenaan dengan sarannya, yaitu bahasa lisan dan bahasa. Dilihat dari
penggunaan bahasanya ada wacana prosa dan wacana puisi.
5.6.4. Subsatuan Wacana
Wacana adalah satuan bahasa yang utuh dan lengkap, maksudnya
adalah wacana ini satuan ”ide” atau ”pesan” yang disampaikan akan dapat
dipahami pendengar atau pembaca tanpa keraguan, atau tanpa merasa
adanya kekurangan informasi dari ide atau pesan yang tertuang dalam
wacana itu.

5.7. Catatan Mengenai Hierarki Satuan


Fonem membentuk morfem, lalu morfem akan membentuk kata, kemudian
kata akan membentuk frase, selanjutnya frase akan membentuk klausa, sesudah itu
klausa akan membentuk kalimat, dan akhirnya kalimat akan membentuk wacana.
Kiranya urutan hieraki itu adalah urutan normal teoritis disamping urutan
normal itu bisa dicatat adanya kasus pelompatan tingkat, pelapisan tingkat, dan
penurunan tingkat.
Kata
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Langsung ke: navigasi, cari


Untuk kegunaan lain, lihat Kata (bela diri).

Contoh gambar satu halaman kamus atau daftar kata-kata.

Kata atau ayat[1] adalah suatu unit dari suatu bahasa yang mengandung arti dan terdiri
dari satu atau lebih morfem. Umumnya kata terdiri dari satu akar kata tanpa atau dengan
beberapa afiks. Gabungan kata-kata dapat membentuk frasa, klausa, atau kalimat.

Daftar isi
[sembunyikan]

• 1 Etimologi
• 2 Masalah pendefinisian
• 3 Definisi Kamus Besar Bahasa Indonesia
• 4 Jenis kata
• 5 Penentuan batas kata
• 6 Catatan kaki
• 7 Rujukan

• 8 Lihat pula

[sunting] Etimologi
Kata "kata" dalam bahasa Melayu dan Indonesia diambil dari bahasa Sansekerta kathā.
Dalam bahasa Sansekerta kathā sebenarnya artinya adalah "konversasi", "bahasa",
"cerita" atau "dongeng"[2]. Dalam bahasa Melayu dan Indonesia terjadi penyempitan arti
semantis menjadi "kata".

[sunting] Masalah pendefinisian


Istilah "kata" sungguh sulit untuk didefinisikan. Di dalam artikel ini dicoba untuk
menjelaskan konsep ini dengan menyajikan tiga definisi yang berbeda: definisi menurut
KBBI, tata bahasa baku bahasa Indonesia dan definisi yang umum diberikan di Dunia
Barat.

[sunting] Definisi Kamus Besar Bahasa Indonesia


Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (1997) memberikan beberapa definisi mengenai
kata:

1. Elemen terkecil dalam sebuah bahasa yang diucapkan atau dituliskan dan
merupakan realisasi kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam
berbahasa
2. konversasi, bahasa
3. Morfem atau kombinasi beberapa morfem yang dapat diujarkan sebagai bentuk
yang bebas
4. Unit bahasa yang dapat berdiri sendiri dan terdiri dari satu morfem (contoh kata)
atau beberapa morfem gabungan (contoh perkataan)

Definisi pertama KBBI bisa diartikan sebagai leksem yang bisa menjadi lema atau entri
sebuah kamus. Lalu definisi kedua mirip dengan salah satu arti sesungguhnya kathā
dalam bahasa Sansekerta. Kemudian definisi ketiga dan keempat bisa diartikan sebagai
sebuah morfem atau gabungan morfem.

[sunting] Jenis kata


Berdasarkan bentuknya, kata bisa digolongkan menjadi empat: kata dasar, kata turunan,
kata ulang, dan kata majemuk. Kata dasar adalah kata yang merupakan dasar
pembentukan kata turunan atau kata berimbuhan. Perubahan pada kata turunan
disebabkan karena adanya afiks atau imbuhan baik di awal (prefiks atau awalan), tengah
(infiks atau sisipan), maupun akhir (sufiks atau akhiran) kata. Kata ulang adalah kata
dasar atau bentuk dasar yang mengalami perulangan baik seluruh maupun sebagian
sedangkan kata majemuk adalah gabungan beberapa kata dasar yang berbeda membentuk
suatu arti baru.

Dalam tata bahasa baku bahasa Indonesia, kelas kata terbagi menjadi tujuh kategori,
yaitu:

1. Nomina (kata benda); nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala
yang dibendakan, misalnya buku, kuda.
2. Verba (kata kerja); kata yang menyatakan suatu tindakan atau pengertian dinamis,
misalnya baca, lari.
o Verba transitif (membunuh),
o Verba kerja intransitif (meninggal),
o Pelengkap (berumah)
3. Adjektiva (kata sifat); kata yang menjelaskan kata benda, misalnya keras, cepat.
4. Adverbia (kata keterangan); kata yang memberikan keterangan pada kata yang
bukan kata benda, misalnya sekarang, agak.
5. Pronomina (kata ganti); kata pengganti kata benda, misalnya ia, itu.
o Orang pertama (kami),
o Orang kedua (engkau),
o Orang ketiga (mereka),
o Kata ganti kepunyaan (-nya),
o Kata ganti penunjuk (ini, itu)
6. Numeralia (kata bilangan); kata yang menyatakan jumlah benda atau hal atau
menunjukkan urutannya dalam suatu deretan, misalnya satu, kedua.
o Angka kardinal (duabelas),
o Angka ordinal (keduabelas)
7. Kata tugas adalah jenis kata di luar kata-kata di atas yang berdasarkan peranannya
dapat dibagi menjadi lima subkelompok:
o preposisi (kata depan) (contoh: dari),
o konjungsi (kata sambung) - Konjungsi berkoordinasi (dan), Konjungsi
subordinat (karena),
o artikula (kata sandang) (contoh: sang, si) - Umum dalam bahasa Eropa
(misalnya the),
o interjeksi (kata seru) (contoh: wow, wah), dan
o partikel.

[sunting] Penentuan batas kata


Dalam ilmu linguistik barat ada minimal lima cara dalam menentukan batas-batas kata:

Pada jeda
Seorang pembicara disuruh untuk mengulang kalimat yang diberikan secara
pelan, diperbolehkan untuk beristirahat dan mengambil jeda. Sang pembicara
maka akan cenderung memasukkan jeda pada batas-batas kata. Namun metoda ini
tidaklah sempurna: sang pembicara bisa dengan mudah memilah-milah kata-kata
yang terdiri dari banyak suku kata.
Keutuhan
Seorang pengguna disuruh untuk mengucapkan sebuah kalimat secara keras dan
lalu disuruh untuk mengucapkannya lagi dan ditambah beberapa kata.
Bentuk bebas minimal
Konsep ini pertama kali diusulkan oleh Leonard Bloomfield. Kata-kata adalah
leksem, jadi satuan terkecil yang bisa berdiri sendiri.
Batas fonetis
Beberapa bahasa mempunyai aturan pelafazan khusus yang membuatnya mudah
ditinjau di mana batas kata sejatinya. Misalnya, di bahasa yang secara teratur
menjatuhkan tekanan pada suku-kata terakhir, maka batas kata mungkin jatuh
setelah masing-masing suku-kata yang diberi tekanan. Contoh lain bisa
didengarkan pada bahasa yang mempunyai harmoni vokal (seperti bahasa Turki):
vokal dalam sebagian kata memiliki "kualitas" sama, oleh sebab itu batas kata
mungkin terjadi setiap kali kualitas huruf hidup berganti. Tetapi, tidak semua
bahasa mempunyai peraturan fonetis seperti itu yang mudah, kalaupun iya, pada
bahasa ini ada pula perkecualiannya.
Satuan semantis
Seperti pada banyak bentuk bebas yang minimal yang disebut di atas ini, metode
ini memilah-milah kalimat ke dalam kesatuan-kesatuan semantiknya yang paling
kecil. Tetapi, bahasa sering memuat kata yang mempunyai nilai semantik kecil
(dan sering memainkan peran yang lebih gramatikal), atau kesatuan-kesatuan
semantik yang adalah kata majemuk.

Dalam prakteknya, ahli bahasa mempergunakan campuran semua metode ini untuk
menentukan batas kata dalam kalimat. Namun penggunaan metode ini, definisi persis
kata sering masih sangat sukar ditangkap.

[sunting] Catatan kaki


1. ^ Istilah yang dipergunakan di Malaysia.
2. ^ Lema kathā di kamus bahasa Sansekerta-Inggris oleh Monier-Williams (1899)

[sunting] Rujukan
1. Alwi, H.; Soenjono Dardjowidjojo, Hans Lapoliwa, Anton M. Moeliono (1998).
Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia.
2. (1990) Ensiklopedi Nasional Indonesia (ENI), Jilid 8, Jakarta: PT. Cipta Adi
Pustaka, hlm. 217-218.
3. (1997) Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
4. Monier-Williams, Monier (1899). Sanskrit-English Dictionary.
Jumat, 2008 Desember 26
KATA MAJEMUK

Kata majemuk adalah gabungan 2 kata atau lebih yang memiliki struktur tetap, tidak
dapat di sisipi kata lain. Contohnya
Meja makan
gabungan kata di atas termasuk contoh kata majemuk karena strukturnya tetap, tidak
dapat diubah-ubah letaknya.
Makan meja (tidak logis)
Kemudian, gabungan kata tersebut tidak dapat disisipi oleh kata lain, seperti yang,
sedang, dll.
Meja (yang) makan (tidak logis)
Meja (sedang) makan (tidak logis)
Selain itu, ciri lain dari kata majemuk adalah gabungan kata tersebut membentuk makna
baru. Namun, makna baru tersebut masih dapat dirunut atau ditelusuri dari makna kata
pembentuknya.
Rumah baru (a)
Tono sakit (b)
Rumah sakit (c)
secara gramatika (tata bahasa) makna yang terbentuk pada contoh (a) dan (b) sama
dengan makna leksikal unsur pembentuknya. Gabungan kata di atas mempunyai makna
“rumah (yang) baru” (a) dan “Tono (sedang) sakit.”
Berbeda halnya dengan gabungan kata pada contoh pertama (a) dan kedua (b), gabungan
kata pada contoh kedua (c) secara gramatika makna yang terbentuk berbeda dari makna
leksikal unsur pembentuknya. Makna kata secara leksikal pada contoh kedua (c) adalah
“rumah (yang/sedang) sakit.” Makna ini tidak logis, yaitu benda mati dapat merasakan
sakit seperti halnya makhluk hidup (manusia). Namun, makna yang terbentuk dalam
contoh (c) adalah “rumah tempat merawat orang sakit.” Inilah yang disebut dengan
membentuk makna baru tetapi makna baru tersebut masih dapat ditelusuri dari makna
kata pembentuknya.
di 05:27 Diposkan oleh berbagi ilmu
STRUKTUR ELEMEN DAN TIPE-TIPE
KONSTRUKSI KATA MAJEMUK
Posted on Januari 11, 2009 by Pakde sofa

STRUKTUR ELEMEN DAN TIPE-TIPE KONSTRUKSI KATA MAJEMUK

Unsur-unsur yang membentuk sebuah kata majemuk tidak hanya bervariasi


berdasarkan jenis katanya, tetapi beragam pula apabila dilihat berdasarkan
jenis/status elemennya. Sebelum menapak ke uraian berikutnya ada baiknya
mengingat kembali beberapa konsep jenis elemen yang memungkinkan menjadi
unsur kata majemuk. Elemen-elemen itu adalah kata, pokok kata, akar, dan
morfem unik.

Kata adalah bentuk bebas yang terkecil yang tidak dapat dibagi menjadi unsur
bebas yang lebih kecil. Tangan, ibu, kota, jari dan sebagainya adalah beberapa
contohnya. Sebagai bentuk bebas kata biasanya dapat diisolasikan, seperti pada
sifat kata ibu di bawah ini.
Ayah akan bertemu ibu.
Ayah akan bertemu dengan ibu.
Ayah akan bertemu paman dan ibu.

Anda dipersilakan menguji sendiri kata tangan, kota, dan jari dengan cara seperti
(1), (2), dan (3) sehingga terbukti bahwa ketiga bentuk lingual ini adalah kata.

Kata beli, tukar, dengar, ukur, dan sebagainya adalah calon kata yang sebenarnya
belum dapat berdiri sendiri. Bentuk-bentuk ini akan menjadi kata apabila diberi
imbuhan sehingga menjadi membeli, ditukar, terdengar, pengukur, dan sebagainya.
Bentuk-bentuk yang tergolong pokok kata ini dapt digunakan untuk membentuk
kalimat perintah tanpa bantuan afiks, seperti terlihat dalam kalimat berikut ini.
Beli saja buku itu!
Kalau rusak, tukar saja dengan yang baru.
Dengar baik-baik keterangan gurumu.
Ukur kekuatanmu sebelum memutuskan mengerjakan tugas itu.

Akar adalah bentuk asal yang terikat. Satuan lingual yang disebut akar ini tidak
dapat berdiri, dan tidak dapat digunakan sebagai kata kerja kalimat perintah
tanpa diikuti oleh afiks lain. Contoh satuan lingual ini misalnya juang, temu, sua,
tengger, dan sebagainya. Seperti terlihat dalam kalimat di bawah ini.

(8)* Juang sekuat tenaga


(9)* Temu orang itu.
(10)* Tengger di dahan yang kuat!
Akhirnya morfem unik adalah morfem yang hanya dapat bergabung dengan satu
morfem saja. misalnya: gulita hanya bergabung dengan morfem gelap, benderang
hanya dapat bergabung dengan terang, jelita hanya dapat bergabung dengan
cantik, dan sebagainya. Dengan demikian, di dalam bahasa Indonesia hanya ada
gabungan terang benderang, gelap gulita, dan cantik jelita.

Dengan titik tolak ini dapatlah kemudian diketahui kemungkinan-kemungkinan


struktur elemen-elemen pembentuk kata majemuk bahasa itu. Kemungkinan-
kemungkinan itu adalah seperti berikut ini.
kata + kata
kata + pokok kata
pokok kata + kata
kata + akar
akar + kata
kata + morfem unik
pokok kata + pokok kata

Kata majemuk berstruktur kata + kata

Kata majemuk berstruktur kata + kata tidak begitu sukar ditemui di dalam bahasa
Indonesia tangan kanan, panjang tangan, kamar mandi, rumah sakit, dan
sebagainya adalah kata majemuk-kata majemuk yang tergolong ke dalam tipe ini.

Kata majemuk berstruktur kata + pokok kata

Di dalam bahasa Indonesia ada kata majemuk siap tempur, kuda balap, mobil
balap, jam kerja, dan sebagainya yang terdapat dalam kaliamat di bawah ini.

Dia sekarang dalam kondisi siap tempur.


Ayah kemarin membeli kuda balap.
Mobil balapnya berharga ratusa juta rupiah.
Jam kerja bagi pegawai negeri akan diperpanjang.

Kata majemuk berstruktur pokok kata + kata

Kata majemuk balap mobil, lomba panah, perang tombak, perang mulut, dan
sebagainya adalah kata majemuk yang berstruktur pokok kata + kata. Adapun
penggunaanya dapat dilihat dalam kalimat di bawah ini .
Kami akan menyaksikan balap mobil di Sentul minggu depan.
Lomba panah tidak dipertandingkan dalam kejuaraan ini.
Perang tombak anatara kedua belah pihak tidak dapat dihindari.
Petrang mulut antara teman adalah perbuatan yang tidak terpuji.

Anda dipersilakan mencoba mencari contoh lain kata majemuk tipe ini.

Kata majemuk berstruktur kata + akar


Kata majemuk daya juang, daya tempur, merupakan 2 contoh kata majemuk yang
berstruktur kata + akar. Adapun contoh penggunaannya adalah kalimat di bawah
ini.
Daya juang pemuda itu tidak pernah surut.
Pesawat itu memiliki daya tempur yang cukup mengagumkan.

Agaknya kata majemuk tipe ini tidak terlalu banyak jumlahnya di dalam bahan
Indonesia sehingga untuk mencari contohnya yang lain tidak begitu mudah.

Kata majemuk berstruktur akar + kata

Dari akar kata temu dapat dibuat sejumlah kata majemuk berstruktur akar + kata
seperti temu karya, temu ilmiah, temu muka, temu alumni, dan sebagainya seperti
yang digunakan dalam kalimat berikut ini.
Temu karya itu tidak jadi diselenggarakan.
Fakultas sastra akan mengadakan temu ilmiah di Cisarua.
Antara tersangka dan saksi belum pernah mengadakan temu muka.
Temu alumni SMU kami sudah diadakan tahun lalu.

Kata majemuk berstruktur kata + morfem unik

Kata majemuk terang benderang, cantik jelita, gelap gulita, gegap gempita, dan
sebagainya. Yang terdapat dalam kalimat di bawah ini merupakan kata majemuk
yang berstruktur kata + morfem unik.
Hari ini cuaca terang benderang.
Ia melihat gadis yang cantik jelita.
Keadaan di dalam gua gelap gulita.
Begitu dapat menyarangkan bola, para pendukungnya bersorak gegap gempita.

Kata majemuk berstruktur pola kata + pokok kata

Di dalam bahasa Indonesia terdapat kata majemuk serah terima, jual beli, candak
kulak, timbang terima, dan sebagainya . Apabila diamati elemen-elemennya, maka
kata majemuk ini tergolong berstruktur elemen pokok kata + pokok kata. Untuk
ini, dapat diperhatikan kalimat (29) sampai dengan (32) di bawah ini .
Serah terima jabatan Kapolda DIY akan dilakukan pagi ini.
Jual beli kendaraan bekas sekarang ini semakin meningkat.
Beliau sebenarnya sudah sah menjadi rektor, tetapi belum timbang terima dengan
rektor yang lama.

Tipe konstruksi kata majemuk

singkat tipe-tipe konstruksi kata majemuk bahasa Indonesia. Tipe konstruksi ini
bersangkutan dengan kedudukan unsur-unsur kata majemuk. Secara sederhana
kata majemuk-kata majemuk itu dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni
Kata majemuk setara.
Kata majemuk tak setara.

Kata majemuk setara


Kata majemuk setara adalah kata majemuk yang unsur-unsur pembentuknya
memiliki kedudukan yang sama, seperti kaki tangan, gegap gempita, serah terima,
dan sebagainya. Adapun penggunaanya dapat dilihat dalam kalimat di bawah ini.
Ali adalah kaki tangan orang jahat.
Sorak sorai penonton gegap gempita di lapangan sepak bola.
Apakah serah terima jabatan bupati sudah dilaksanakan?

Unsur kaki dan tangan, gegap dan gempita, serah dan terima pada kata majemuk
di atas memiliki kedudukan yang sama. Contoh lain misalnya: peluk cium, tabrak
lari, remuk redam, dan sebagainya.

Selanjutnya Anda dipersilakan mencari contoh dari kata majemuk tipe ini.

Kata majemuk tak setara

Kata majemuk tak setara adalah kata majemuk yang dibentuk dari unsur-unsur
kata tak setara. Salah satu unsur kata majemuk itu kedudukannya lebih tinggi
daripada yang lain, seperti kamar mandi, tangan kanan, makan hati, kambing
hitam, meja hijau, dan sebagainya seperti terlihat dalam kalimat di bawah ini.
Setiap hari dia membersihkan kamar mandi.
Tangan kanan pemerintah sudah tidak dapat diandalkan.
Setiap saat dia makan hati.
Siapa kambing hitam peristiwa berdarah itu.
Karena kejahatannya ia diseret ke meja hijau.

Kata kamar, tangan, makan, kambing, dan meja pada (36) sampai dengan (40) di
atas merupakan unsur yang kedudukannya lebih tinggi, sedangkan unsur-unsur
yang mengikutinya, yakni mandi, kanan, hati, hitam, dan hijau hanya sebagai
unsur penjelas atau penerangnya.

Tidak selamanya unsur yang berkedudukan lebih tinggi terletak di depa. Kata
majemuk-kata majemuk yang diambil dari bahasa Sansekerta atau Jawa Kuno
memiliki urutan sebaliknya. Kata putera, pura, dan karya berikut misalnya yang
masing-masing berfungsi sebagai unsur pusat terletak di belakang. Perhatikan
contoh kalimat di bawah ini.
Perusahaan bumi putera harus mendapatkan suntikan dana di pemerintah.
Yogyakarta telah merebut piala adipura.
Semua orang harus menghargai adikarya seseorang.

Kata majemuk yang unsur pusatnya didepan jauh lebih banyak dibandingkan
dengan kata majemuk yang unsur pusat letaknya di belakang
Baca Artikel Lain

Fungsi dan Makna Afiks dari Bahasa Asing>>>>> Baca

Membaca Karya Sastra ;>>>>> Baca

Pendekatan-Pembelajaran Bbhs Indonesia Masa Depan;>>>>>>>>>>>> Baca

Pengorganisasian-Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia;>>>>>>>>> Baca

Istilah Populer dalam Pasar Modal >> Baca

DIarsipkan di bawah: Bahasa, GURU

Daftar Pustaka

Posted by Anna at 9:00 PM 0 comments

Monday, March 12, 2007


Frase

• Pengertian Frase
• Frase Endosentrik dan Eksosentrik
• Frase Nominal, Frase Verbal, Frase Bilangan, Frase Keterangan, dan Frase
Depan

• Pengertian Frase
Frase adalah unsur klausa atau satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang
tidak melampaui batas fungsi.

Dari batasan tersebut dapat dikemukakan bahwa Frase mempunyai dua sifat:

1. Frase merupakan satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih
2. Frase merupakan satuan yang tidak melebihi batas fungsi unsur klausa,
maksudnya frase itu selalu terdapat dalam satu fungsi unsur klausa, yaitu
S,P,O,PEL, atau KET.

contoh Frase:

1. kamar hotel itu


2. yang sedang berjalan
3. baju baru anak itu

Frase Endosentrik dan Eksosentrik

• Frase Endosentrik
Frase endosentrik adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya
baik semua unsurnya maupun salah satu dari unsurnya.

contoh kalimat: Dua orang mahasiswa sedang membaca buku baru di perpustakaan.

Frase dua orang mahasiswa adalah frase endosentrik

Hal ini dapat kita lihat dalam kalimat berikut:

• Dua orang sedang membaca buku baru di perpustakaan.


• Mahasiswa sedang membaca buku baru di perpustakaan.

Frase endosentrik dapat dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu:

1. Frase endosentrik yang koordinatif


2. Frase endosentrik yang atributif
3. Frase endosentrik yang apositif

Frase endosentrik yang koordinatif adalah frase yang terdiri dari unsur-unsur yang
setara. Kesetaraannya dapat dibuktikan oleh kemungkinan unsur-unsur itu dihubungkan
dengan kata penghubung dan atau atau. Misalnya:

• suami istri
• rumah pekarangan
• belajar atau bekerja

Frase endosentrik yang atributif adalah frase yang terdiri dari unsur-unsur yang tidak
setara. Unsur-unsurnya tidak mungkin dihubungkan dengan kata penghubung dan atau
atau. Misalnya :

• Pembangunan lima tahun


• pekarangan luas
• malam ini

Pembangunan, pekarangan, dan malam adalah unsur pusat (UP)

lima tahun, luas, dan ini adalah atribut (Atr)

Frase endosentrik yang apositif adalah


Misalnya:

• Ahmad, anak Pak Satro


• Yogya, kota pelajar
• Suharto, Presiden RI

• Frase Eksosentrik
Berdasarkan persamaan distribusi dengan golongan atau kategori kata, frase dapat
digolongkan menjadi empat golongan, yaitu:

1. Frase Nominal
2. Frase Verbal
3. Frase Bilangan
4. Frase Keterangan
5. Frase Depan

Frase Nominal adalah frase yang memiliki distribusi yang sama dengan kata nominal.

Contoh:

1. baju baru
2. mahasiswa baru
3. kapal terbang itu

Frase Verbal adalah frase yang memiliki distribusi yang sama dengan kata verbal

contoh :

1. akan pergi
2. sudah datang
3. makan dan minum

Frase Bilangan adalah frase yang memiliki distribusi yang sama dengan kata bilangan

Contoh :

1. tiga ekor
2. lima botol
3. tiga puluh kilogram

Frase Keterangan adalah frase yang memiliki distribusi yang sama dengan kata
keterangan

Contoh :
1. kemarin pagi
2. tadi pagi
3. sekarang ini

Frase Depan (preposisional) adalah frase yang terdiri dari kata depan

Contoh :

1. ke Jakarta
2. dari desa
3. kepada teman sejawat

Posted by Anna at 11:12 PM 6 comments

Klausa

• Pengertian Klausa
• Analisis Klausa
• Penggolongan Klausa

Pengertian Klausa
Klausa adalah satuan gramatik yang terdiri dari S P baik disertai O, PEL, dan KET
ataupun tidak. Secara ringkas, klausa ialah S P (O) (PEL) (KET). Unsur inti klausa ialah
S dan P.

Contoh kalimat:

Aku datang ketika bibi sedang memasak nasi dan mencuci piring.

kalimat tersebut terdiri dari tiga klausa yaitu:

1. Aku/ datang.

___S__ P____

2. Bibi/ sedang memasak /nasi.

___S_______P ________O

3. Bibi /mencuci /piring.

___S____ P____ O

Analisis Klausa
1. Analisis klausa berdasarkan fungsi unsur-unsurnya

• Subjek dan Predikat

Letak subjek biasanya ada di depan predikat (SP), namun S dan P dapat dipertukarkan
tempatnya menjadi S di belakang P (PS).

contoh:

Anak itu /sangat cantik.

___S_______P____

menjadi:

Sangat cantik /anak itu.

____P_________S_

• Objek dan Pelengkap

• Keterangan

2. Analisis klausa berdasarkan kategori kata atau frase yang menjadi unsurnya

3. Analisis klausa berdasarkan makna unsur-unsurnya

Posted by Anna at 11:11 PM 0 comments

Kalimat

• Penentuan Kalimat
• Kalimat Berklausa dan Tidak Berklausa
• Kalimat Berita, Kalimat Tanya, dan Kalimat Suruh
• Kalimat Sederhana dan Kalimat Luas

You might also like