Professional Documents
Culture Documents
com
* Home
* Profil
* Terms and Conditions
* Contact
* Donate
* Tanya Jawab
* Report Abuse
Home
IMPLEMENTASI KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN
PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG / JASA PEMERINTAH DI RSUP Dr.
* View
* clicks
* Administrasi Negara
abstraks:
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi Keputusan Presiden nomor 80 tahun
2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang / jasa Pemerintah di RSUP Dr. Soeradji
Tirtonegoro. Disamping itu juga untuik mengetahui hambatan yang timbul dalam pelaksanaan
Keppres tersebut.
Peneliltian ini didesain dalam bentuk penenltian implementasi dengan menekankan pada konsep
implementasi dari Ripley dan Franklin (1985). Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif
kualitatif. Data diambil dari narasumber yang ditentukan berdasarkan tehnik Purposive sampling.
Pengumpulan data dilakukan dengan tehnik wawancara mendalam, observasi dan studi
dokumen. Untuk keperluan analisis data digunakan tehnik analisis interaktif dari Miles dan
Huberman, dengan uji validitas menggunakan triangulasi data.
Hasil penelitian menunjukan bahwa implementasi Keppres nomor 80 tahun 2003 di RSUP Dr.
Soeradji Tirtonegoro Klaten telah dilaksanakn sesuai dengan petunjuk pelaksanaannya.
Keseluruhan tahapan telah dilalui dengan baik mulai dari perencanaan hingga evaluasinya.
Serjumlah faktor diidentifikasi sebagai yang mempengaruhi proses implementasi, diantaranya
adalah sikap pelaksana, sumber daya dan sistem komunikasi yang dibangun. Meskipun
pelaksanaannya telah sesuai dengan juklaknya akan tetapi masih ditemukan hambatan dalam
poelaksanaan keppres tersebut. Hambatan itu adalah hambatan yang bersumber dari kinerja
panitia Pengadaan dan hambatan sistem.
Untuk itu maka saran yang penenlti ajukan antara lain adalah perlunya langkah kongkrit untuk
menunjukkan adnya transparansi dalam pengadaan baranag, menguirangi mekanisme
penunjukan rekanan dengan cara-cara yang lebih obyektif serta mengupauyaklan komunikasi
yang intensif antara pelaksana dari petahap perencanaan hingga evaluasinya.
BAB I
PENDAHULUAN
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan apa yang diuraikan dalam latar belakang masalah diatas maka permasalahan yang
ada dalam penenltian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
a. Bagaimanakah implementasi Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten ?
b. Hambatan apa yang muncul dalam implementasi Keppres nomor 80 tahun 2003 tersebut ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dapat dikelompokkan kedalam dua kelompok yaitu tujuan fungsional dan
tujuan individual. Penjabaran dari masing-masing tujuan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Tujuan Fungsional
a. Mengetahui implementasi Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten
b. Mengetahui kendala / permasalahan yang terdapat pada proses pengadaan barang / jasa di
RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.
2. Tujuan Individual
Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna meraih sarjana S1 pada Program Studi Ilmu
Administrasi Negara Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) MADANI Klaten.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Secara teoritis melalui penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu
Administrasi Negara khususnya dalam bidang studi kebijakan publik dengan pokok kajian tentang
implementasi kebijakan.
b. Menambah pemahaman peneliti dan sebagai bahan pustaka ilmu administrasi negara
khususnya tentang hasil-hasil penelitian implementasi kebijakan publik.
2. Manfaat Praktis
a. Menambah wawasan peneliti dalam bidang ilmu adminsitrasi negara khususnya tentang
implementasi Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.
b. Sebagai informasi dan sekaligus menjadi salah satu bahan untuk melakukan evaluasi atas
implementasi Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian
Dalam penelitian ilmiah, metode penelitian diperlukan sebagai frame dalam melakukan research,
analisa data, dan penyajian data sehingga terintegrasi dalam satu garis pemikiran dan tidak bias.
Beberapa tipe penelitian antara lain penelitian deskriptif, eksplanatif dan eksploratif. Disamping
itu ada beberapa jenis penelitian, antara lain penelitian survei, eksperimen, grounded research,
kombinasi pendekatan kualitatif dan kuantitatif, dan analisa data sekunder (Singarimbun dan
Effendi : 1999:13).
Penelitian ini dilakukan untuk menggambarkan atau melukiskan proses implementasi Keputusan
Presiden RI Nomor 80 tahun 2003 tentang pedoman pelaksanaan pengadaan barang/ jasa
pemerintah, dengan berbagai aspek kajian yang telah ditentukan. Penelitian ini didesain dalam
bentuk penelitian implementasi.
Untuk itu dalam rangka menggambarkan proses pelaksanaan dan menggali informasi yang
dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan penelitian sebagaimana telah diformulasikan dalam
rumusan masalah, penulis menggunakan tipe penelitian deskriptif, dengan mengkombinasikan
pendekatan kualitatif, analisis data sekunder dan wawancara mendalam secara langsung
(Indepth Interview) untuk menggali data-data primer.
Penelitian deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan
menggambarkan / melukiskan keadaan subyek / obyek penelitian (seorang, lembaga,
masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau
sebagaimana adanya (Hadari Nawawi 1998 : 63). Penelitian deskriptif ini akan dipadukan dengan
pendekatan kualitatif. Menurut Moleong (2000: 5), bahwa penelitian deskriptif kualitatif digunakan
berdasarkan pertimbangan : 1) Menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan
dengan kenyataan 2) Metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peniliti
dengan responden dan 3) Metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan
banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.
Sementara itu berdasarkan tipologi tujuannya penelitian ini digolongkan dalam penelitian
implementasi. Hal ini disebabkan karena penenltian ini dilakukan pada saat implementasi
kebijakan sedang berlangsung, sehingga lebih menekankan pada proses yang terjadi. Acuan
yang digunakan dalam penelitian adalah mengacu pada konsep Ripley & Franklin (1985) dimana
dalam penelitian implementasi yang ingin dilihat adalah tingkat kepatuhan pelaksana dan
berbagai hal yang terjadi selama proses pelaksanaan tersebut. Hasil yang diharapkan dalam
penelitian semacam ini adalah generalisasi mengenai bagaimana intervensi (program/ kebijakan)
tersebut berjalan dan bagaimana kondisi yang dapat membuat program tersebut efektif. (Patton
1990:160-161).
Dari sisi sumber datanya, penelitian yang dilakukan ini lebih menekankan pada penelitian
lapangan (field study).
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten, yang beralamat di jalan
KRT. Suraji Tirtonegoro No. 1 Klaten. Pemilihan lokasi ini didasari oleh pertimbangan :
a. RSUP Dr. Soeradji Tironegoro Klaten sebagai unit pelaksana teknis (UPT) pemerintah yang
mempunyai keharusan menerapkan Keppres Nomor 80 Tahun 2003 dalam proses pengadaan
barang dan jasa yang jumlah kegiatannya terus meningkat sejalan dengan bertambahnya volume
kegiatan pelayanan di rumah sakit.
b. Semua kebutuhan barang / bahan untuk operasionalisasi kegiatan pelayanan rumah sakit
dilakukan melalui pengadaan barang / jasa berdasarkan Keppres No. 80 Tahun 2003.
2. Pengamatan/observasi.
Tehnik ini digunakan untuk menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, tempat atau
lokasi dasn benda serta rekaman gambar. Observasi merupakan kegiatan pengamatan langsung
terhadap objek yang akan diteliti sehingga gambaran objek yang didapat akan menjadi lebih
konkret. Dalam kaitan dengan pengamatan ini bisa dilakukan terutama terhadap berbagai hal
yang berkaiatan dengan aktivitas pengadaan baranag, barang yang dibeli dan sebagainya.
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi adalah cara pengumpulan data dengan jalan menyelidiki benda-benda tertulis
seperti buku-buku, peraturan-peraturan, dokumen, majalah, notulen rapat, catatan harian dan
sebagainya. Ini merupakan salah satu tehnik non interaktif. Dalam kaitan dengan persoalan
pengadaan barang, maka dokumen yang diperlukan antara lain tentang MOU kontrak
pengadaan, kuitansi pembayran, berita acara proses tender dsb. Dalam penggunaan tehnik ini
peneliti berusaha mengkritisi dokumen-dokumen yang ada guna menangkap maknanya. Untuk
itu juga dilakukan pembandingan antar dokumen satu dengan dokumen yang lain.
Selanjutnya untuk menguji keabsahan data yang diperoleh, peneliti menggunakan tehnik
triangulasi, yaitu tehnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di
luar data, untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut
(Moleong, 1994:178). Dalam kaitan dengan triangulasi ini dibedakan empat macam triangulasi
yaitu triangulasi sumber, metode, penyidik dan teori. Dalam penelitian ini digunakan tehnik
triangulasi sumber guna menguji keabsahan datanya. Ini berarti bahwa pengecekan keabsahan
atau validitas data dilakukan dengan membandingkan dan mengecek balik derajad kepercayaan
suatu informasi yang diperoleh dengan sumber yang berbeda.
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan dikemukakan hasil penelitian yang dilakukan beserta pembahasannya.
Uraian akan diawali dengan menjelaskan implementasi Keppres nomor 80 tahun 2003, factor-
faktor yang mempengaruhi dan hambatan yang dirasakan dalam proses implementasi.
Selanjutnya di bagian akhir akan dilakukan pembahasan hasil penelitian dibandingkan dengan
teori yang digunakan. Untuk lebih jelasnya dikemukakan masing-masing sebagai berikut :
Untuk memperjelas tentang hal tersebut berikut ini dikemukakan tahapan-tahapan nya sebagai
berikut :
1. Tahap Persiapan pengadaan barang/ jasa Pemerintah
Menurut Kasubag Penyusunan program, pada tahap persiapan ini dilakukan beberapa kegiatan
yaitu :
a). Perencanaan Pengadaan barang/ jasa
Dalam hal perencanaan pengadaan barang/ jasa untuk kebutuhan Rumah sakit, pelaksanaannya
dilakukan oleh masing-masing unit kerja dan dikoordinir di Sub Bagian Perencanaan, Hal ini
seperti dikemukakan oleh Kasubag Perencannan RSUP Soeradji Tirtonegoro sebagai berikut :
Untuk masalah pengadaan barang/ jasa di RSUP Soeraji Tirtonegoro, identifikasi kebutuhan
biasanya dilakukan oleh masing-masing unit kerja, dan dikoordinir dan dikumpulkan di Sub
Bagian Perencanaan. Proses ini dilakukan biasanya pada awal tahun. Sub Bagian Perencanaan
menerima masukan atau usulan dari masing-masing unit kerja tersebut (wawancara juni 2007) .
Apa yang dikemukakan oleh Kasubag Perencanaan Program tersebut dibenarkan oleh Kepala
Bagian Kepegawaian RSUP sebagai berikut :
Memang untuk kebutuhan akan peralatan rutin seperti ATK , maupun alat-alat rumah tangga,
kami dari masing-masing unit mengajukan melalui Sub Bagian Perencanaan. Dan sub Bgain
perencanaanlah yang pada akhirnya akan menyusun sebagai suatu perencanana tahunan untuk
kebutuhan barang dan jasanya. Hal ini biasanya dilakukan pada awal tahun anggaran yaitu pada
bulan januari. (wawancara juli 2007).
Hal itu dibenarkan oleh Kasubag Perencanaan Program RSUP dengan menyatakan sebagai
berikut :
Kami di bagian Perencanaan hanya membuat dan menampung kebutuhan-kebutuhan masing-
masing unit. Untuk pengadaannya, biasanya Direktur membentuk panitia yang dibentuk dengan
Surat keputusan Direktur Rumah Sakit Panitia tersebut berbeda antara pengadaan barang yang
non medik dan yang medik.(wawancara juni 2007)
Adapun Panitia Pengadaan Barang Non medis dan pekerjaan (jasa) Perbaikan/ Pemeliharaan
Alat-alat non medis tahun 2006 berdasarkan Keputusan Direktur RSUP Soeradji Tirtonegoro,
Klaten nomor : PL.00.06.01.03E.03A, tanggal 2 januari 2006 terdiri atas :
1. Ketua : Mustaqim S.IP, M. Si
2. Sekretaris I : Muslimah
Sekretaris II : Sri Asih Wulandari, SH
3. Anggota : Ririn Yuliati, S. SiT
: Triyono.
Dalam melaksanakan kegiatannya, panitia Pengadaan barang / jasa non medis ini bertugas
sebagai berikut:
1. Menyusun rencana dan menetapkan :
a). Rencana kerja dan syarat-syarat pengadaan
b). Tata cara pengadaan
c). Syarat-syarat peserta penunjukkan langsung/ pemilihan langsung/ pelelangan untuk diajukan
kepada Direktur guna mendapatkan persetujuan/ pengesahan.
2. Melaksanakan proses pengadaan barang dan pelaksanaan pekerjaan sesuai prosedur/ aturan
yang berlaku
3. Membuat laporan pertanggungjawaban kepada Direktur.
Pernyataan diatas dibenarkan oleh Kasubag Anggaran dan Perbendaharaan RSUP Suradji
Tirtonegoro yang menyatakan sebagai berikut :
Untuk memudahkan pencairan dananya, biasanya kita lakukan penjadualan kegiatan pengadaan
pada setiap triwulan. Oleh karena itu masing-masing unit kerja harus bisa memprioritaskan
kebutuhan yang harus dipenuhinya terlebih dahulu (wawancara juni 2007)
Dalam jadual tersebut dicantumkan agenda kegiatan beserta tanggal pelaksanaannya. Berikut ini
ditampilkan salah satu contoh jadual pengadaan kebutuhan gudang perlengkapan untuk triwulan
I tahunh 2006.
Tabel 5.1.
Jadual Kegiatan Pengadaan Gudang perlengkapan Triwulan I tahun 2006
No Kegiatan Tanggal No. Agenda
1. Pemberian undangan 1/2/06 PL..06.01.03E.03B500A
2. Pengambilan dokumen Prakualifikasi 4/2/06 -
3. Pakta integritas 4/2/06 PL.06.01.03E.03B.608B
4. Pengembalian dokumen prakualifikasi 7/2/06 PL.06.01.03E.03B.675A
5. Evaluasi dokumen 9/2/06 PL.06.01.03E.03B.675A
6. Pengumuman hasil prakualifikasi 11/2/06 PL.06.01.03E.03B.709A
7. Penjelasan Pekerjaan 13/2/06 PL.06.01.03E.03B.726A
8. Pemasukan Penawaran 15/2/06 -
9. Evaluasi dokumen penawaran 17/2/06 PL.06.01.03E o3B 806A
10. Negosiasi teknik dan biaya 20/2/06 PL.06.01.03E.03B.880A
11. Laporan dan usul persetujuan penetapa harga dan penujukan pelaksana pekerjaan 22/02/06
PL.06.01/03E.03B.914A
12 Persetujuan Penetapan harga 24/2/06 PL.06.01.03E.03B.945A
13. Penunjukan pelaksana 25/2/06 PL.06.01.03E.03B.954A
14. Surat Perintah Kerja (SPK) 27/2/06 PL.06.01.03E.03B.972A
Sumber : Laporan Panitia Pengadaan Barang jasa triwulan I, tahun 2006.
Dari tabel diatas nampak bahwa tahap perencanaan pengadaan barang/ jasa hanya dilakukan
dalam waktu satu bulan. Sebenarnya hal itu akan sangat efektif jika dalam prakteknya dilakukan
sesuai dengan jadual waktu yang ditentukan. Akan tetapi dalam kenyataanya jadual tersebut
sering mundur dan tak tepat waktu. Hal ini seperti diungkapkan salah seorang staff di Sub bagian
Anggaran sebagai berikut ;
Sebenarnya dari sisi penjadualan telah dilakukan dengan baik. Akan tetapi kenyataannya sering
tidak ditepati. Ketidaktepatan itu biasanya disebabkan karena kesibukan tugas rutin yang
diemban oleh Panitia Pengadaan barang/ jasa, dan ketergantungannya pada unsure pimpinan.
(wawancara juni 2007)
Ini dibenarkan oleh sekretaris panitia pengadaan barang/ jasa sebagai berikut ;
Memang dalam kenyataanya semua tak bisa berjalan sesuai jadual yang dibuat. Ini disebabkan
karena kesibukan pekerjaan rutin dari panitia. Hal itu m,emang seharusnya dimaklumi, mengingat
barang yang harus dibeli juga tidak harus seketika itu ada. Disamping itu ada kecenderungan
senantiasa menghadirkan pimpinan dalam rapat atau pertemuan yang diadakan. Padahal posisi
pimpinan atau direktur sering tak ada di tempat (wawancara juni 2007).
6. Berita acara negosiasi. Proses negosiasi meliputi negosiasi atas berbagai hal yaitu :
a) jenis / item barang/ pekerjaan
b) Volume atau spesifikasi barang/ pekerjaan
c) Ketentuan pembayaran dan juga pekerjaan
d) Penawaran harga
7. Persetujuan penetapan harga
8. Penunjukan pelaksana Pekerjaan
9. Pembuatan Surat perintah kerja
Pernyataan ketua Panitia tersebut dibenarkan oleh anggota Panitia Pengadaan yang lain dengan
menyatakan pendapatnya sebagai berikut ;
Tahun 2006 kebetulan di RSUP tidak ada pengadaan barang kebutuhan rutin non medik yang
berada di leveldiatas RP. 100 juta. Jika pun ada biasanya itu berdasarkan penunjukan langsung
dari Pusat. Kita hanya tinggal membuat Surat perintah kerja untuk pelaksanannya saja
(wawancara juni 2007).
2. Untuk pengadaan diatas Rp. 10 juta sampai dengan Rp. 100 juta biasanya digunakan
penunjukan secara langsung, atas dasar penawaran yang diajukan oleh rekanan. Ini sesuai
dengan pernyataan Sekretaris Panitia pengadaan yang menyatakan sebagai berikut :
Pembelian diantara Rp. 10 juta hingga Rp. 100 juta dilakukan dengan mekanisme penunjukan
secara langsung terhadap penawaran-penawaran dari rekanan yang masuk. Dalam hal ini
biasanya kita menggunakan rekanan yang selama ini sudah diajak bekerjasama dan hasilnya
tidak mengecewakan. (wawancara juni 2007)
Untuk tahun 2006 beberapa rekanan yang ditunjuk adalah sebagai berikut :
Tabel 5.2.
Nama-nama rekanan RSUP untuk pengadaan barang kebutuhan rutin non medik
No. Nama rekanan Alamat Jenis barang
1. CV Pandulu Seto Klaten Barang kewbutuhan poko, makanan dsb
2. UD Saudara Klaten ATK, barang cetakan
3. PT Bhakti Kurnia Tama Klaten Peralatan Rumah Tangga
4. CV Dian Rana Klaten Barang kebutuhan rumah tangga
Sumber : Panitia Pengadaan barang/ jasa RSUP th 2006.
3). Sedangkan ketentuan untuk pelaksanaan pekerjaan pengadaan dengan anggaran dibawah
Rp. 10 juta biasanya dilakukan secara langsung dengan rekomendasi dari Panitia Pengadaan,
Adapaun pelaksana pengadaannya adalah pelaksanan di tingkat unit kerja.
Setelah penunjukan dilakukan maka selanjutnya dibuat kontrak kerja dengan pihak rekanan Ini
dilakukan setelah diterbitkannya surat keterangan penunjukan pelaksana pekerjaan. Dalam
kontrak kerja tersebut tertulis berbagai hal antara lain :
Adapun anggota Tim Pembantu Direktur untuk menerima barang non medis untuk tahun 2006
adalah sebagai berikut ;
a) . Ketua : Dra Nining Setyawati, M. Si
b). Sekretaris I : Ririn Yuliati, SD.So.T
c.). Sekretaris II : Muslimah
d). Anggota ; 1. Triyono
2. CH. Suryati, AMK
Pemeriksanaan atas barang yang diterima dilakukan dengan diterbitkannya Berita acara
penerimaan barang. Dalam berita acara tersebut tercantum hari, tanggal dan tempat
diserahkannya barang-barang yang dipesan, serta kesimpulan Tim atas barang-barang yang
dipesan tersebut. Dalam pelaksanaan tahun 2006 proses penerimaan berjalan baik. Ini berarti
bahwa tidak ada barang pesnan yang datang yang tak sesuai dengan ketentuan yang tertuang
dalam kontrak dan SPK. Ini dinyatakan oleh Ketua Tim sebagai berikut :
Hasil pemeriksaan yang kami mlakukan untuk tahun 2006 tidak ada barang yang dikembalikan
pada rekanan karena tak sesuai dengan ketentuan pemesanan. Hampir semua dapat dilakukan
dengan baik dan sesuai pesanan RSUP (wawancara juni 2007)
Dari semua uraian diatas jika kita melihat proses implementasinya nampak bahwa prtoses
implementasi Keppres nomor 80 tahun 2003 di RSUP Soeradji Tirtonegoro telah dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan. Keseluruhan tahapan-tahapan yang seharusnya dilaksanakan telah
direalisasikan dengan baik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa proses implementasi telah
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dari keppres Nomor 80 tahun 2003 tentang pedoman
pengadaan barang/ jasa pemerintah.
Dengan demikian dari sisi kepatuhan pada aturan pelaksanaan dapat dikatakan bahwa para
pelaksana di RSUP Suradji Tirtonegoro telah mematuhi apa yang tertuang dalam pedoman
pelaksanaan yaitu Keppres nomor 80 tahun 2003 tersebut. Para pelaksana mematuhi apa yang
ada dalam ketentuan tersebut. Dampaknya adalah bahwa proses berhjalan seperti yang
diharapkan.
D. Pembahasan
Berdasarkan semua uraian diatas jika kita mengacu pada konsep implementasi dari Ripley dan
Franklin (1986) maka dapat dikatakan bahwa dari sisi kepatuhan, pelaksanaan Keputusan
presiden Nomor 80 tahun 2003 tentang Pedoman pelaksanan Pengadan barang/ jasa
Pemerintah di RSUP Soeradji Tirtonegro Klaten telah dilaksanakan sesuai dengan standar aturan
yang ada. Keseluruhan tahapan-tahapan mulai dari perencanaan hingga evaluasi telah dilakukan
sesuai ketentuan.
Menurut Ripley dan Franklin (1986) untuk melakukan penelitian implementasi maka yang harus
dilakuklan adalah memberikan penjelasan atas dua aspek yaitu aspek kepatuhan (compliance)
dan menguraiakn apa yang terjadi sela aproses itu berlangsung (what’s happened).
Dari sisi kepatuhan, para pelaksana sudah cukup optimal dalam pelaksanaan tugasnya. Mereka
mempunyai komitmen yang tinggi dalam pelaksanana Keppres tersebut. Hal ini mempngaruhi
kerbhasilan implementasinya. Meskipun demikian berbagai kekurangan, khususnya dalam hal
komunikasi, transparansi dan kecenderungan menunggu petunjuk masih terjadi.
Sementara itu untuk menjelaskan apa yang terjadi (what’s happened), selain dijelaskan proses
yang berlangsung, dapat dilakukan identifikasi berbagai hal yang terjadi selama proses
implementasi dengan mengambil beberapa indicator yang mungkin bisa berperanan
mempengaruhi dalam proses implementasi program. Diantara factor-faktor yang diidentifikasi
tersebut antara lain sikap pelaksana, komunikasi yang dibangun, sumber daya yang digunakan.
Faktor-faktor tersebut diadopsi dari beberapa model Topdown yang dikemukakan seperti Grindle,
Van meter dan Van Horn, serta Sabatier & Mazmanian.
Dari beberapa faktor diatas semuanya mempengaruhi proses pelaksanaan Kepmendiknas
tersebut. Dari sisi sikap pelaksana, pemahaman yang baik tentang petunjuk pelaksanaan dan
petunjuk tehnis telah menyebabkan kinerja implementasi yang optimal dari pelaksana. Menurut
Samodra Wibawa (1994 : 21) bahwa sikap pelaksana merupakan kognisi, netralitas, dan
obyektivitas para individu pelaksana yang dapat memahami kondisi dan menerima sasaran agar
mau melaksanakan aturan-aturan yang telah disepakati akan memberikan dukungan positif
terhadap keberhasilan implementasi. Ketidakpahaman mereka akan juklak dan juknis
menyebabkan proses pelaksanaanya seperti sesuatu yang tak ada kepastiannya.
Komunikasi yang dilakukan meskipun agak tersendat namun masih mampu menjadikan
pelaksanaan program berjalan seperti yang diharapkan. Faktor sumber daya manusia khusunya
pelaksana kebijakan juga merupakan factor yang mempengaruhi keberhasilan implementasi.
Namun demikian juga masih ditemukasn berbagai hal yang dirasa kurang dalam hal
implermentasi. Keppres tersebut
Hal ini berarti bahwa masih ada hambatan yang ditemukan dalam pelaksanaan Kepmendiknas
tersebut. Jika diidentifikasi maka hambatan tersebut berupa hambatan system, hambatan
komunikasi serta hambatan yang bersumber dari sisi kinerja Panitia Pengadaan barang/ jasa. .
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa secara umum implementasi
Keputusan Presiden Republik Indonesia nomor 80 tahun 2003 tentang Pedoman Pengadaan
barang/ jasa Pemerintah di Rumah Sakit Umum Pusat Suradji Tirtonegoro telah dilaksanakan
sesuai dengan petunjuk pelaksanaannya. Keseluruhan tahapan-tahapan dalam proses
implementasi telah dilakukan dengan baik. Namun demikian dari hasil penelitian juga masih
ditemukan berbagai hambatan dalam implementasi Keppres tersebut. Secara lebih terperinci
kesimpulan tersebut diuraikan sebagai berikut :
1. Proses implementasi Keppres nomor 80 tahun 2003 telah dilakukan mulai tahap perencanaan,
pelaksanaan hingga tahap evaluasi. Dalam tahap perencanaan sudah dilakuakn berbagai upaya
seperti identifikasi kebutuhan masing-masing unit kerja, pembentukan Panitia Pengadaan
barang/ jasa, hingga penyiapan segala berkas administrasi dan dokumen untuk pengadaan..
2. Tahap pelaksanaan, dimulai setalah berhasil memilih rekanan untuk pengadaan hingga
dibuatnya kontrak kerja sama dan terbitnya Surat perintah Kerja bagi rekanan yang ditunjuk.
Dalam hal ini sejumlah rekanan diambil dari potensi lokal/ daerah yang ada.
3. Tahap evaluasi dilakukan dengan pencocokan barang yang dibeli dengan pesanan yang
datang dari rekanan. Untuk keperluan ini ditangani oleh Tim pembantu Direktur untuk menerima
barang / jasa yang dipesan. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa selama tahun 2006 semua
pesanan yang diajukan oleh rekanan telah memenuhi persyaratan seperti yang dipesan, baik dari
sisi kualitas mapun kauntitas.
4. Dari sisi kepatuhan disimpulkan bahwa para pelaksana telah mematuhi Keppres tersebut,
sehingga proses implementasi bisa berjalan seperti yang diharapkan. Pelaksana cukup
mempunyai komitmen untuk mengimplementasikan Keppres tersebut. Mereka telah memahani
substansi Kepprer dengan baik dan benar.
5. Berdasarakan hasil penelitian juga dapat disimpulkan bahwa sejumlah factor diidentifikasi
sebagai factor yang mempengaruhi keberhasilan implementasi. Faktor tersebut antara lain
adalah sikap pelaksana, sumber daya yang digunakan serta system komunikasi yang dibangun.
6. Hambatan yang ditemukan dalam implementasi keppres tersebut diantaranya adalah
hambatan yang bersumber dari kinerja panitia, dan hambatan system. Yang bersumber dari
kinerja Panitia lebih disebabkan karena kecenderungan panitia menunggu pimpinan dalam setiap
kegiatan, dan karena kesibukan panitia melaksanakan tugas rutinnya. Sedangkan yang
bersumber dari system lebih berupa penunjukan langsung rekanan dan kebiasaan mengikuti hal-
hal yang sudah ada dan dilakukan sejak dahulu. Ini berdampak pada kurangnya kreativitas dan
transparansi dari pelaksana dalam hal pengadaan barang dan jasa di RSUP Suradji Tirtonegoro
B. Saran-saran
Sejumlah saran yang peneliti rekomendasikan dalam penelitian ini antara lain adalah :
1. Perlu dilakukan langkah-langkah kongkrit untuk lebih menunjukkan adanya transparansi dalam
hal pengadaan barang dan jasa di RSUP, sebab selama ini berbagai pihak termasuk unit kerja
tidak mengetahui proses pengadaan itu sendiri.
2. Mekanisme penunjukan langsung mestinya sudah dikurangi, dan diganti dengan cara-cara
yang lebih obyektif melihat penawaran yang menguntungkan pihak RSUP Suradji Tirtonegoro.
3. Perlu diupayakan komunikasi yang intensif antara pelaksana dari persncanaan hingga
evaluasinya. Denagn demikian ada keharmonisan dalam upaya memenuhi kebutha barang jasa
pada masing-masing unit kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulwahab, Solichin, 1990, Pengantar Analisis Kebijakasanaan Negara, Rineka Cipta, Malang.
__________, 1991, Analisa Kebijakan dari Formulasi ke Implementasi kebijakan, Bumi Aksarea,
Jakarta.
Darwin, Muhajir, 1994, Kebijaksanaan Publik, Buku Pegagan Kuliah, UNS Press, Surakarta,
1994.
Dunn, William N, 1995, Analisis Kebijakan Publik, edisi terjemahan, Gajahmada University Press,
Yogyakarta.
Grindle, Merilee S., 1980, Politics and Policy Implementation in The Thirrd World, Princeton
Universitty Press, New Yersey.
Islamy, Irfan M., 1997, Perumusan kebijakasanaan Negara, Bina Aksara, Jakarta.
Matthew B Miles & A Michael Huberman, 1992, Analisis Data Kualitatif, UI Press, Jakarta.
Meter, Donald S Van and Carl E, Van Horn, 1975, The Policy Implementation Process; A
Conceptual Framework, Sage publication, Beverly Hills.
Ripley, Randall B & Franklyn, Grace A., 1986, Policy Implementation and Bureaucracy, The
Dorcey Press, Chicago.
Sutopo, HB 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif, Sebelas Maret University Press, Surakarta.
Sumber-sumber lain :
Panduan Wawancara :
1. Pedoman apa yang digunakan dalam rangka Pengadaan barang/ jasa di RSUP ?
2. Bagiaman langkah-langkah yang dilakukan pihak RSUP dalam rangka pengadaan barang dan
jasa ?
3. Apakah dalam hal pengadaan dibentuk kepanitiaan? Siapa saja anggotanya? Apa tugasnya ?
4. Apakah panitia tersebut telah diberikan pendidikan dan pelatihan khusus tentang pengadaan
barang dan jasa ?
5. Apakah dokumen-dokumen administratsi yang berhubungan dengan pengadaan barang dan
jasa tersimpan dengan baik ? Pada siapa/
6. Dalam hal pengadaan barang dan jasa di RSUP bagaimana tehnik dan system
pengadaannya ?
7. Selama ini apakah leang pernah dilakukan untuk meemnuhi kebutuhan akan pengadaan
barang dan jasa non medik ? Kalau iya kapan ?
8. Siapa saja yang dilibatkan dalam lelang ? Apakah beesifat terbuka dan transparan ?
9. Apakah dalam penentuan rekanan juga sering dilakuakn dengan penunjukan langsung ? Siapa
yang melakukan ? Atasa dasar apa itu dilakukan ?
10. Apakah dalam pelaksanaan pengadaan barang telah dilaksanakan sesuai dengan jadwal
yang ada ? Pernahkah terjadi ketyerlambatan ? Kalau ya mengapa itu terjadi ?
11. Apakah pelaksanan diberi kewenangan untuk menafsirkan isi keppres tersebut untuk
kemudian dicarikan jalan yang terbaik ataukah semuanya sudah ditentukan oleh pimpinan ?
12. Untuk keperluan kontrak, apakah itu dilakukan langsung oleh Direktur atau hanya oleh Panitia
? mengapa demikian ?
13. Siapa yang bertugas mencocokkan barang yang dipesan dengan spesifikasi yang diminta
dalam penjelasan pekerjaan pengadaan ?
14. Apakah semua berkas administrasi untuk keperluan pengadaan disediakan oleh pihak
Rumah sakit ?
15. Dengan rekanan darimana saja pihak Rumah sakit bekerja sama ?
16. Apakah system yang digunakan dalam pengadaan sudah cukup transparan ? apa buktinya ?
17. Hambatan apa yang dirasakan dalam rangka pengadaan barang dan jasa sesuai Keppres
nomor 80 tahun 2003?
18. Apakah pelaksana cukup konsisten dalam hal melaksanakan ketentuan dalam Keppres?
* click link
* 2023 clic