You are on page 1of 15

PENDIDIKAN ISLAM KHULAFAURRASYIDIN

Ngatirotul Jannah
PENDAHULUAN

Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW status sebagai Rasulullah tidak dapat diganti oleh
siapapun (khatami al-anbiya’ wa al-mursalin), tetapi kedudukan beliau yang kedua sebagai
pimpinan kaum muslimin mesti segera ada gantinya. Orang itulah yang dinamakan “Khalifah”
artinya yang menggantikan Nabi menjadi kepala kaum muslimin (pimpinan komunitas Islam)
dalam memberikan petunjuk ke jalan yang benar dan melestarikan hukum-hukum Agama Islam.
Dialah yang menegakkan keadilan yang selalu berdiri diatas kebenaran, maka pemerintah Islam
dipegang secara bergantian oleh Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin affan, dan Ali ibn
Abi Thalib.
Khulafaurrasidin adalah para pengganti Nabi. Islam sebagai sebuah ajaran dan Islam sebagai
institusi Negara, mulai tumbuh dan berkembang pada masa tersebut. Dalam Islam kedaulatan
tertinggi ada pada Allah SWT, sehingga para pengganti Nabi tidak memiliki fasilitas “ekstra”
dalam ajaran Islam untuk menentukan sebuah hukum baru, namun mereka termasuk pelaksana
hukum.
Penyebaran Islam yang terjadi pada masa khulafaurrasidin mengalami tahapan-tahapan
yang penting untuk diketahui, untuk lebih lanjut maka akan dibahas dalam bab pembahasan
sebagai berikut.

PEMBAHASAN
PENDIDIKAN ISLAM KHULAFAURRASYIDIN

A. ABU BAKAR
Abu Bakar menerima jabatan Khalifah pada saat sejarah Islam dalam keadaan krisis dan gawat.
Yaitu timbulnya perpecahan, munculnya para nabi palsu dan terjadinya berbagai pemberontakan
yang mengancam eksistensi negeri Islam yang masih baru.
Memang pengangkatan Abu Bakar berdasarkan keputusan bersama (musyawarah di balai
Tsaqifah Bani Sa’idah) akan tetapi yang menjadi sumber utama kekacauan ialah wafatnya nabi
dianggap sebagai terputusnya ikatan dengan Islam, bahkan dijadikan persepsi bahwa Islam telah
berakhir.
Abu Bakar bukan hanya dikatakan sebagai Khalifah, namun juga sebagai penyelamat Islam dari
kehancuran karena beliau telah berhasil mengembalikan ummat Islam yang telah bercerai berai
setelah wafatnya Rasulullah SAW. Disamping itu beliau juga berhasil memperluas wilayah
kekuasaan Islam. Jadi dapat disimpulkan bahwa letak peradaban pada masa Abu Bakar adalah
dalam masalah agama (penyelamat dan penegak agama Islam dari kehancuran serta perluasan
wilayah) melalui sistem pemerintahan (kekhalifahan) Islam.
Menjelang wafat, Abu Bakar menunjuk Umar ibn Khattab sebagai penggantinya. Disamping itu,
jasa Abu Bakar yang mengabdikannya, ialah atas usulan Umar, ia berhasil membukukan al
Qur’an dalam satuan mushaf, sebab setelah banyak penghafal al Qur’an gugur dalam perang
Riddah di Yamamah. Oleh karena itu khalifah menugaskan Zaid ibn Tsabit untuk membukukan
al Qur’an dibantu oleh Ali bin Abi Thalib. Naskah tersebut terkenal dengan naskah Hafsah yang
selanjutnya pada masa khalifah Ustman membukukan al Qur’an berdasarkan mushaf itu,
kemudian terkenal dengan Mushaf Usmani yang sampai sekarang masih murni menjadi
pegangan kaum muslim tanpa ada perubahan atau pemalsuan.
Dengan demikian, tidak salah pemberian gelar istimewa kepada Abu Bakar oleh para sejarawan:
Abu Bakar is the savior of Islam after the Prophet Muhammad (Abu Bakar adalah penyelamat
Islam setelah Nabi Muhammad SAW wafat).

B. UMAR BIN KHATAB


Pada masa khalifah Umar bin Khattab, situasi politik dalam keadaan stabil. Dengan meluasnya
wilayah Islam sampai keluar Jazirah Arab, karena bangsa-bangsa tersebut memiliki alat dan
kebudayaan yang berbeda dengan Islam, maka dipikirnya pendidikan Islam di daerah-daerah
tersebut. Oleh karena itu Umar memerintahkan panglima-panglima apabila telah berhasil
menguasai daerah, hendaknya mendirikan masjid sebagai tempat ibadah dan pendidikan. Untuk
keperluan khususnya dalam kaitannya dengan pendidikan. Umar mengangkat dan menunjuk
guru-guru setiap daerah yang ditaklukan untuk bertugas mengajukan isi Al-Qur’an dan ajaran
Islam kepada penduduk yang baru masuk Islam.
Pada masa ini juga sudah terdapat pengajaran bahasa Arab. Dengan dikuasainya wilayah baru
oleh Islam, menyebabkan munculnya keinginan untuk belajar bahasa Arab sebagai pengantar
diwilayah-wilayah tersebut. Orang-orang yang baru masuk Islam dari daerah-daerah yang
ditaklukkan harus belajar bahasa Arab jika mereka ingin belajar dan mendalami pelajaran Islam.
Dalam masyarakat, yang sebelumnya terdapat penggolongan masyarakat berdasarkan kasta,
setelah Islam datang, tidak ada lagi istilah kasta tersebut (thabaqatus sya’by). Kedudukan wanita
sangat diperhatikan dalam semua aspek kehidupan. Istana dan makanan Khalifah dikelola
sesederhana mungkin. Terhadap golongan minoritas (Yahudi- Nasrani), diberikan kebebasan
menjalankan perintah agamanya. Tidak ada perbedaan kaya-miskin. Hal ini menunjukkan
realisasi ajaran Islam telah nampak pada masa Umar.
Mengenai ilmu keIslaman pada saat itu berkembang dengan pesat. Para ulama menyebarkan ke
kota-kota yang berbeda, baik untuk mencari ilmu maupun mengajarkannya kepada muslimin
yang lainnya. Hal ini sangat berbeda dengan sebelum Islam datang, dimana penduduk Arab,
terutama Badui, merupakan masyarakat yang terbelakang dalam masalah ilmu pengetahuan. Buta
huruf dan buta ilmu adalah sebuah fenomena yang biasa.
Di samping ilmu pengetahuan, seni bangunan, baik itu bangunan sipil (imarah madaniyah),
bangunan agama (imarah diniyah), ataupun bangunan militer (imarah harbiyah), mengalami
kemajuan yang cukup pesat pula.
Kota-kota gudang ilmu, di antaranya adalah Basrah, Hijaz, Syam, dan Kuffah seakan menjadi
idola ulama dalam menggali keberagaman dan kedalaman ilmu pengetahuan. Ahli-ahli
kebudayaan membagi ilmu Islam menjadi 3 kelompok, yaitu:
1. Al ulumul Islamiyah atau al adabul Islamiyah atau al ulumun naqliyah atau al ulumus syariat
yang meliputi ilmu-ilmu Quran, hadis, kebahasaan (lughat), fikih, dan sejarah (tarikh).
2. Al adabul Arabiyah atau al adabul jahiliyah yang meliputi syair dan khitabah (retorika) yang
sebelumnya memang telah ada, tapi mengalami kemajuan pesat pada masa permulaan Islam.
3. Al ulumul aqliyah yang meliputi psikologi, kedokteran, tehnik, falak, dan filsafat. Pada saat
itu, para ulama berlomba-lomba menyusun berbagai ilmu pengetahuan karena:
a. Mereka mengalami kesulitan memahami Al Qur’an
b. Sering terjadi perkosaan terhadap hukum
c. Dibutuhkan dalam istimbath (pengambilan) hukum
d. Kesukaran dalam membaca Al Qur’an.
Oleh karena itulah, banyak orang yang berasumsi bahwa kebangkitan Arab masa itu didorong
oleh kebangkitan Islam dalam menyadari pentingnya ilmu pengetahuan. Apabila ada orang
menyebut, “ilmu pengetahuan Arab”, pada masa permulaan Islam, berarti itu adalah “ilmu
pengetahuan Islam”.

C. USTMAN BIN AFFAN


Ustman Ibnu Affan (Khalifah ketiga) yang memerintah umat Islam paling lama dibandingkan
ketiga Khalifah lainnya. Ia memerintah selama 12 tahun.
Ustman bin Affan masuk Islam pada usia 34 tahun. Berawal dari kedekatannya dengan Abu
Bakar, beliau dengan sepenuh hati masuk Islam bersama sahabatnya Thalhah bin Ubaidillah.
Meskipun masuk Islamnya mendapat tantangan dari pamannya yang bernama Hakim, ia tetap
pada pendiriannya. Karena pilihan agamanya tersebut, Hakim sempat menyiksa Ustman bin
Affan dengan siksaan yang amat pedih. Siksaan terus berlangsung hingga datang seruan Nabi
Muhammad SAW agar orang-orang Islam berhijrah ke Habsyi (Ahmad, 1984: 33).
Pada masa Khalifah Ustman kedudukan peradaban Islam tidak jauh berbeda demikian juga
pendidikan Islam tidak jauh berbeda dengan masa sebelumnya. Para sahabat diperbolehkan dan
diberi kelonggaran meninggalkan Madinah untuk mengajarkan ilmu-ilmu yang dimiliki. Dengan
tersebarnya sahabat-sahabat besar keberbagai daerah meringankan umat Islam untuk belajar
Islam kepada sahabat-sahabat yang tahu banyak ilmu Islam di daerah mereka sendiri atau daerah
terdekat.
Penyebaran Islam bertambah luas dan para Qori‘ pun tersebar di berbagai daerah, sehinga
perbedaan bacaan pun terjadi yang diakibatkan berbedanya qiro‘at dari qori‘ yang sampai pada
mereka. Sebagian orang Muslim merasa puas karena perbedaan tersebut disandarkan pada
Rasullullah SAW. Tetapi keadaan demikian bukan berarti tidak menimbulkan keraguan kepada
generasi berikutnya yang tidak secara langsung bertemu Rasullullah.
Ketika terjadi perang di Armenia dan Azarbaijan dengan penduduk Irak, diantara orang yang ikut
menyerbu kedua tempat tersebut adalah Hudzaifah bin Aliaman. Ia melihat banyak perbedaan
dalam cara membaca Al-Qur‘an. Sebagian bacaan itu tercampur dengan kesalahan tetapi masing-
masing berbekal dan mempertahankan bacaannya. Bahkan mereka saling mengkafirkan. Melihat
hal tersebut beliau melaporkannya kepada Khalifah Ustman. Para sahabat amat khawatir kalau
perbedaan tersebut akan membawa perpecahan dan penyimpangan pada kaum muslimin. Mereka
sepakat menyalin lembaran pertama yang telah di lakukan oleh Khalifah Abu Bakar yang
disimpan oleh istri Rasulullah, Siti Hafsah dan menyatukan umat Islam dengan satu bacaan yang
tetap pada satu huruf (Khalil al-Qathan, 1992: 192).
Selanjutnya Ustman mengirim surat pada Hafsah yang isinya kirimkanlah pada kami lembaran-
lembaran yang bertuliskan Al-Qur‘an, kami akan menyalinnya dalam bentuk mushaf dan setelah
selesai akan kami kembalikan kepada anda. Kemudian Hafsah mengirimkannya kepada Ustman.
Ustman memerintahkan para sahabat yang antara lain:
Zaid Ibn Tsabit, Abdullah Ibn Zubair, Sa‘ad Ibn Al-‘Ash dan Abdurahman Ibnu Harist Ibn
Hisyam, untuk menyalin mushaf yang telah dipinjam. Khalifah Ustman berpesan kepada kaum
Quraisy bila anda berbeda pendapat tentang hal Al-Qur‘an maka tulislah dengan ucapan lisan
Quraisy karena Al-Qur‘an diturunkan di kaum Quraisy. Setelah mereka menyalin ke dalam
beberapa mushaf Khalifah Ustman mengembalikan lembaran mushaf asli kepada Hafsah.
Selanjutnya ia menyebarkan mushaf yang yang telah di salinnya ke seluruh daerah dan
memerintahkan agar semua bentuk lembaran mushaf yang lain dibakar (At-Tibyan, 1984: 96).
Al-Mushaf ditulis lima buah, empat buah dikirimkan ke daerah-daerah Islam supaya disalin
kembali dan supaya dipedomani, satu buah disimpan di Madinah untuk Khalifah Ustman sendiri
dan mushaf ini disebut mushaf Al-Imam dan dikenal dengan mushaf Ustmani (Depag, 1987: 29).
Jadi langkah pengumpulan mushaf ini merupakan salah satu langkah strategis yang dilakukan
Khalifah Ustman bin Affan yakni dengan meneruskan jejak Khalifah pendahulunya untuk
menyusun dan mengkodifikasikan ayat-ayat al-Qur an dalam sebuah mushaf. Karena selama
pemerintahan Ustman, banyak sekali bacaan dan versi al-Qur’an di berbagai wilayah kekuasaan
Islam yang disesuaikan dengan bahasa daerah masing-masing.
Dengan dibantu oleh Zaid bin Tsabit dan sahabat-sahabat yang lain, Khalifah berusaha
menghimpun kembali ayat-ayat al-Qur an yang outentik berdasarkan salinan Kitab Suci yang
terdapat pada Siti Hafsah, salah seorang isteri Nabi yang telah dicek kembali oleh para ahli dan
huffadz dari berbagai kabilah yang sebelumnya telah dikumpulkan (Hasjmy, 1994: 133).
Keinginan Khalifah Ustman agar kitab al-Qur’an tidak mempunyai banyak versi bacaan dan
bentuknya tercapai setelah kitab yang berdasarkan pada dialek masing-masing kabilah semua
dibakar, dan yang tersisa hanyalah mushaf yang telah disesuaikan dengan naskah al-Qur’an
aslinya. Hal tersebut sesuai dengan keinginan Nabi Muhammad SAW yang menghendaki adanya
penyusunan al-Qur’an secara standar (Ahmad, 1984: 37-38).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa motif pengumpulan mushaf oleh Khalifah Abu
Bakar dan Khalifah Ustman berbeda. Pengumpulam mushaf yang dilakukan oleh Khalifah Abu
Bakar dikarenakan adanya kekhawatiran akan hilangnya Al-Qur‘an karena banyak huffadz yang
meninggal karena peperangan, sedangkan motif Khalifah Ustman karena banyaknya perbedaan
bacaan yang dikhawatirkan timbul perbedaan (Said al- Qathani, 1994: 118).
Pada masa ini pendidikan Islam adalah pembudayaan ajaran agama Islam ke dalam lingkungan
budaya bangsa-bangsa disekitar jazirah Arab, yang berlangsung bersamaan dan mengikuti
berkembangnya wilayah kekuasaan Islam. Proses pengembangan pendidikan Islam pada masa
ini sebagian besar memang diwarnai oleh pengajaran atau pembudayaan Al-qur’an dan sunnah
ke dalam lingkungan budaya bangsa-bangsa secara luas. Para khalafaur Rasyidin dan sahabat
adalah pelaku utama dalam proses pendidikan Islam masa ini, yang kemudian digantikan oleh
para tabi’in. namun berkembang sebagaimana masa-masa sesudahnya. Begitu pula dalam hal
pendidikan Islam tidak jauh berbeda dengan masa Nabi Muhammad SAW yang menekankan
pada pengajaran baca tulis dan ajaran-ajaran Islam disebabkan oleh perhatian umat Islam
terhadap perluasan wilayah Islam dan terjadinya pergolakan politik, khususnya dimasa Ali bin
Abu Thalib.

D. ALI BIN IBI THOLIB


Khalifah Ali bin Abi Thalib adalah Amirul Mukminin keempat yang dikenal sebagai orang yang
alim, cerdas dan taat beragama. Khalifah Ali bin Abi Thalib merupakan orang yang pertama kali
masuk Islam dari kalangan anak-anak. Nabi Muhammad SAW, semenjak kecil diasuh oleh
kakeknya Abdul Muthalib, kemudian setelah kakeknya meninggal di asuh oleh pamannya Abu
Thalib.
Karena hasrat hendak menolong dan membalas jasa kepada pamannya, maka Ali di asuh Nabi
SAW dan di didik. Pengetahuannya dalam agama Islam amat luas. Karena dekatnya dengan
Rasulullah, beliau termasuk orang yang banyak meriwayatkan Hadits Nabi. Keberaniannya juga
masyhur dan hampir di seluruh peperangan yang dipimpin Rasulullah, Ali senantiasa berada di
barisan muka.
Pada masa kekhalifahan Ali ibn Abi Thalib dalam pandangan keagamaannya, diantaranya adalah
jika seorang muslim tidak menjalankan shalat, maka ia wajib dibunuh, dan jika seorang yang
meninggal dunia tanpa tobat terlebih dahulu, maka ia akan masuk neraka selamanya. Dengan
demikian, tanpa amal sholeh maka seseorang sama halnya dengan tidak mukmin (kafir).
Seseorang yang tidak bersih hati nuraninya, maka ia termasuk golongan orang murtad, dan
dalam pandangannya seseorang yang demikian itu masuk neraka selamanya. Pandangan
khawarij yang paling mencolok adalah keyakinan bahwa orang Islam yang tidak menganut
ajaran-ajaran mereka tersebut dianggap kafir. Hal ini mendasari sikap mereka terhadap umat
Islam (selain golongan khawarij) keras dan tegas, sementara dengan non-muslim (Yahudi dan
Nasrani) mereka bersikap lunak. Mereka beranggapan bahwa Ali, Amr, dan Muawiyah adalah
kafir. Karena, atas ulah mereka banyak umat Islam mati di medan konflik yang ada tersebut.
Khawarij menolak, surat yusuf menjadi bagian dari al Qur, an. Hal ini didasarkan karena surat itu
terlalu menjelaskan hal-hal keduniaan-cinta (Alam, 1969: 250-253).
Orang yang mengikuti Ali dan termasuk bagian yang mengagungkan khalifah Ali kemudian
disebut sebagai Syi’ahtu Ali (pengikut Ali) yang kemudian hari dikenal dengan kelompok
Syi’ah. Orang syi’ah mengakui Muhammad sebagai Rasul dan al Qur’an benar-benar wahyu dari
Allah SWT. Imam itu jabatan sakral yang ditentukan oleh Allah dan memiliki tujuan untuk
kesejahteraan umat manusia. Bagi mereka imam merupakan seseorang yang tidak pernah
berdosa dan terlindungi (Ma’shum), jadi apa yang disampaikan imam merupakan ucapan Tuhan.
Dalam kalimat syahadat ditambah dengan kalimat Ali Khalifatullah. Kelompok Syi’ah ekstern
(al-Ghurabiyah) percaya, bahwa wahyu sesungguhnya diturunkan Allah kepada Ali, namun jibril
keliru menyampaikan, dan justru kepada Muhammad mereka juga mengklaim, bahwa dalam al
Qur’an ayat-ayat yang memihak syi’ah disembunyikan oleh orang Sunni atau disebarkan aya-
ayat palsu yang mendeskriditkan Syi’ah. Menurut mereka al Qur’an dan hadis yang diriwayatkan
oleh orang Syi’ah kedudukannya adalah atas segala ilmu. Oleh karena itu menurut mereka tidak
perlu ijma’ dan Qiyas. Salah satu tujuan mereka terhadap kelompok Sunni adalah Sunni
dianggap menyembunyikan hadis-hadis yang menjelaskan, bahwa Ali merupakan khalifah
setelah Nabi.

KESIMPULAN

Dari bab yang telah dijelaskan sebelumnya dalam pembahasan maka sidikit dapat diambil
kesimpulan bahwa:
Pada masa Abu Bakar, beliau bukan hanya dikatakan sebagai Khalifah, namun juga sebagai
penyelamat Islam dari kehancuran karena beliau telah berhasil mengembalikan ummat Islam
yang telah bercerai berai setelah wafatnya Rasulullah SAW. Disamping itu beliau juga berhasil
memperluas wilayah kekuasaan Islam. Jadi dapat disimpulkan bahwa letak peradaban pada masa
Abu Bakar adalah dalam masalah agama (penyelamat dan penegak agama Islam dari kehancuran
serta perluasan wilayah) melalui sistem pemerintahan (kekhalifahan) Islam.
Pada masa Umar bin Khatab Mengenai ilmu keIslaman pada saat itu berkembang dengan pesat.
Para ulama menyebarkan ke kota-kota yang berbeda, baik untuk mencari ilmu maupun
mengajarkannya kepada muslimin yang lainnya. Hal ini sangat berbeda dengan sebelum Islam
datang, dimana penduduk Arab, terutama Badui, merupakan masyarakat yang terbelakang dalam
masalah ilmu pengetahuan. Buta huruf dan buta ilmu adalah sebuah fenomena yang biasa.
Pada masa Khalifah Ustman kedudukan peradaban Islam tidak jauh berbeda demikian juga
pendidikan Islam tidak jauh berbeda dengan masa sebelumnya. Para sahabat diperbolehkan dan
diberi kelonggaran meninggalkan Madinah untuk mengajarkan ilmu-ilmu yang dimiliki. Dengan
tersebarnya sahabat-sahabat besar keberbagai daerah meringankan umat Islam untuk belajar
Islam kepada sahabat-sahabat yang tahu banyak ilmu Islam di daerah mereka sendiri atau daerah
terdekat.

REFERENSI

Karim, Abdul. M, Sejarah Pemikiran Dan Peradaban Islam, Pustaka Book Publisher,
Yogyakarta, 2007.

Nata, Abuddin, Sejarah Pendidikan Islam, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta 2004.

Supriyadi, Dedi, Sejarah Peradaban Islam, CV Pustaka Setia, Bandung, 2008.

www.google.com (Islam pada masa khulafaurrasidin)

Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta 1993.
Diposkan oleh muqowim di 02.04 4 komentar

Makalah SPI "RENNA"

Tolong buat komentar terhadap makalah di bawah ini di kotak komentar.

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA KHULAFAUR RASYIDIN


Oleh: Renna

Setelah Rasulullah wafat, peradaban Islam memberi contoh bagaimana cara mengendalikan
negara dengan bijaksana (hikmat). Kebijaksanaan ini adalah politik yang mengandung hikmat,
bergerak, berpikir, bertindak, berlaku dan berbuat, yang dalam istilah sekarang disebut taktik,
strategi dam diplomasi yang berbau kelincahan dan kelicikan. Al-Qur’an dan al-Hadits telah
menentukan batas-batas yang diperbolehkan dan yang tidak, serta memberikan jalan untuk
berpikir, bermusyawarah, dan bertindak.
Maka pemerintah Islam dipegang secara bergantian oleh Abubakar, Umar bin Khattab,Usman
bin affan, danAli ibn Abi Thalib. Pada masa Abu Bakar, Pada awal pemerintahannya diguncang
oleh pemberontakan dari orang-orang murtad, orang-orang yang mengaku Nabi, dan orang-orang
yang tidak mau membayar zakat. Oleh karena itu beliau memusatkan perhatiannya untuk
memerangi pemberontakan yang dapat mengacaukan keamanan dan adapat mempengaruhi
orang-orang Islam yang masih lemah imannya untuk menyimpang dari Islam
Pengertian Khulafaurrasidin
Khulafaurrasyidin adalah pecahan dari kata Khulafa’ dan Al-Rasyidin, Kata Khulafa’
mengandung pengertian : cerdik, pandai dan pengganti. Sedangkan kata, Al-Rasyidin
mengandung pengertian : Lurus Benar dan Mendapat petunjuk.
Pengertian Khulafaurrasyidin adalah “ Pengganti yang cerdik dan benar serta para pemimpin
pengganti Rasulullah dalam urusan kehidupan kaum muslimin, yang sangat adil dan bijaksana,
pandai dan cerdik, dan dalam menjalankan tugasnyasenantiasa pada jalur yang benar serta
senantiasa mendapatkan hidayah dari Allah SWT.
Para pemimpin Khulafaurrasyidin terdiri dari empat orang sahabat Rasulullah Yaitu:
1. Abu Bakar Siddiq (11-13 H/632-634 M)
2. Umar Ibn Khattab (13-23 H/634-644 M)
3. Utsman Ibn Affan.(23-35 H/644-656 M)
4. Ali Ibn Abi Thalib.(35-40 H/656-661 M)
Dalam pemerintahannya mereka berjuang terus untuk agama Islam . mereka tidak pernah
memanfaatkan jabatan untuk kepentingan pribadinya ataua untuk mengeruk harta. Mereka
adalah pemimpin-pemimpin yang baik dalam melaksanakan kekuasaan. Mereka mau menerima
dan mengemban kekhalifahan, bukan karena untuk mengharapkan sesuatu yang akan
menguntungkan pribadiya, tetapi semata-mata karena pengabdiannya terhadap Islam dan
mencari Keridhaan Allah SWT semata.
Setiap langkah yang dilakukan oleh Khulafaurrasyidin tidak pernah bertentangan dengan
kemauan kaum muslimin selalu berjalan pada jalur yang benar.

KHALIFAH ABU BAKAR SHIDDIQ

1. Riwayat Hidup Abu Bakar


Abu Bakar memiliki nama lengkap Abu Bakar Abdullah bin Abi Quhafah bin Utsman bin Amr
bin MAs’ud bin Tam bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr At-Taimi Al-Qurasyi.
[1] Sebelum memeluk agama Islam , beliau bernama Abdul ka’bah, setelah masuk Islam oleh
rasulullah Namanya diganti menjadi Abdullah Ibn Abu Quhafah At – Tamimi. Ibunya bernama
Ummul Khoir Salma Binti Sakhir Ibn Amir. Beliau Lahir dua tahun setelah Kelahiran Nabi
Muhammad.
Abdullah kemudian digelari Abu Bakar Asy Siddiq yang artinya “ Abu (Bapak ) dan Bakar
( Pagi), gelar Ash Siddiq diberikan kepada beliau karena beliau orang senantiasa membenarkan
segala tindakan Rasulullah, terutama dalam peristiwa Isra’ Mi’raj.
Abu Bakar merupakan orang yang pertama kali masuk Islam ketika Islam mulai didakwahkan.
Baginya, tidaklah sulit untuk mempercayai ajaran yang dibawa Muhammad SAW dikarenakan
sejak kecil, ia telah mengenal keagungan Muhammad. Setelah masuk Islam, ia tidak segan untuk
menumpahkan segenap jiwa dan harta bendanya untuk Islam.
Pengorbanan Abu Bakar terhadap Islam tidak dapat diragukan. Ia juga pernah ditunjuk Rasul
sebagai penggantinya untuk mengimani shalat ketika Nabi sakit. Nabi Muhammad pun
meninggal dunia setelah peristiwa tersebut[2]
2. Abu Bakar menjadi Khalifah
Rasulullah, Sebagai utusan Allah mengemban dua jabatan , yakni sebagai Rasulullah dan sebagai
kepala Negara. Jabatan Beliau yang pertama selesai bersamaan dengan wafatnya. Namun jabatan
kedua perlu ada penggantinya,
Belum lagi rasulullah dikebumikan , disebuah tempat yang bernama “ Saqifah bani Sa’idah telah
terjadi perselisihan pendapat antara golongan Anshor dan golongan muhajirin , tentang pengganti
rasul dalam pemerintahan.
Berita perdebatan dua golongan ini kemudian terdengar oleh sahabat-sahabat terkemuka seperti
Abu Bakar, Umar Ibn Khattab dan Utsman Ibn Affan yang sedang berada di rumah Rasulullah,
sedang sahabat Ali sedang sibuk mengurus jenazah Rasulullah.
Mendegar berita ini akhirnya sahabat Abu baker dan Umar ibn Khattab sangat terkejut,
kemudian keduanya cepat-cepat mendatangi dimana kedua golongan tersebut yang sedang
berdebat, untuk itu mereka mendatangi Saqifah Bani Sa’idah.
Abu bakar berpidato dihadapan mereka dengan mengemukakan kelebihan-kelebihan Anshor dan
Golongan Muhajirin, Abu Bakar Mengusulkan agar hadirin memilih salah satu dari sahabat yaitu
Umar Ibn Khattab dan Abu Ubaidah, namun keduanya menolak, dan keduanya berkata, “Demi
Allah kami tidak akan menerima pekerjaan besar ini selama engkau m,asih ada , hai abu bakar!
…. Engkaulah Orang Muhajirin yang paling mulia, Engkaulah satu-satunya orang yang
menyertai Rasulullah di Gua ketika dikejar-kejar oleh orang-orang Quraisy engkaulah satu-satu
nya orang yang pernah Rasulullah untuk menjadi Imam Shalat waktu Rasulullah Sakit…Untuk
itu tengadahkanlah tanganmu wahai abu baker, kami hendak membaiatmu.
Pada awalnya Abu bakar sendirimerasa keberatan, kemudian Umar ibn Khattab memegang
tangan Abu bakar sebagai tanda pembaiatan dan diikuti oleh sahabat Abu Ubaidillah, setelah
kedua sahabat selesai maka diikuti oleh seluruh sahabat yang ada di balairung itu baik kaum
Muhajirin maupun Anshor.
Kemudian Abu Bakar berpidato; “Wahai Manusia! saya telah diangkat untuk mengandalikan
urusanmu padahal aku bukanlah orang terbaik diantara kamu , maka jikalau aku menjalankan
tugasku dengan baik maka ikutilah aku, tetapi jika aku berbuat salah , maka luruskanlah! orang
yang kamu pandang kuat saya pandang lemah, sehingga aku dapat mengambil hak darinya,
sedag orang yang kau pandang lemah aku pandang kuat , sehingga aku dapat mengambalikan
hak kepadanya. Hendaklah kamu taat kepadaku selama aku Taat kepada Allah dan RasulNya.,
tetapi bilamana aku tidak mentaati Allah dan rasulnya, kamu tidak perlu mentaatiku. Dirikanlah
shalat, semoga Allah merahmati kalian.”[3]

3. Langkah langkah Khalifah Abu Bakar.


Diawal pemerintahannya muncul tiga golongan, Golongan pertama menyatakan dirinya keluar
dari Islam (Murtad), Golongan kedua yaitu golongan yang tidak puas dengan Islam, mereka
menganggap karena , pemimpinnya sama dengan para budak. Maka muncul Musailamah Al
Kazzab dari bani Hanifah di yamamah., Sajah dari bani Tamim, Al Aswad al Ansi dari yaman
dan Thulaihah ibn Khuwailid dari Bani Asad. Mereka ini mengaku dirinya sebagai Nabi setelah
Nabi Muhammad SAW. Kemudian golongan ketiga adalah mereka yang ketiga adalah mereka
yang salah memahami ayat – ayat Al – Qur’an. Mereka mengatakan bahwa yang berhak
memungut zakat adalah Nabi, untuk itu setelah Nabi Wafat maka tidak seorang pun yang berhak
memungut zakat.
Menghadapi golongan – golongan ini Abu bakar setelah bermusyawarah dengan sahabat –
sahabat lainnya mengambil tindakan tegas. Beliau membentuk pasukan yang dibagi ke dalam 11
batalion. Sebelum Pasukan itu dikerahkan kenegeri masing-masing, Khalifah Abu bakar terlebih
dahulu mengirimkan surat kepada golongan-golongan itu agar mereka kembali ke Islam. Namun
sebagian besar merka tetap bersikeras, maka pasukan ini pun dikerahkan , dan dalam waktu yang
relative singkat , pasukan Abu Bakar telah sukses dengan gemilang.
Dengan suksesnya pasukan Khalifah Abu Bakar ini , maka keadaan Negara Arab tenag kembali.
Langkah kedua yang dilakukan Khalifah Abu bakar adalah mengirimkan pasukan ke Negri
Persia dan Syam dibwah pimpinan Panglimanya. Yakni Kholid Ibn Walid. Penyerangan ini
dilakukan karena pada saat Abu bakar sedang menghadapi golongan – golongan pembngkang
Persia dan syam banyak memberi dukungan dan bantuan kepada mereka , disamping itu Persia
dan syam selalu mengancam terhadap Islam.
Kholid Ibn Walid sebelum menyerang terlebih dahulu mengirim surat kepada Hormoz (Kaisar
Persia) untuk memeluk agama Islam, Namu Kaisar Hormoz membalasnya dengan mengirimkan
pasukan, maka pertempuranpun tak terelakkan. Dalam pertempuran ini panglima kholid ibn
walid berhasil menaklukkan psukan Persia dan raja Hormoz sendiri terbunuh. Dengan demikian
Persia menjadi wilayah Islam.
Langkah selanjutnya adalah mengumpulkan ayat – ayat al Qur’an . Usaha ini awalnya muncul
dari usul umar Ibn Khattab, beliau melihat banyaknya penghafal alqur’an yang gugur dalam
pernag yamamah.,Mulanya Abu Bakar Menolak, Kemudian khalifah Abu bakar memerintah
sahabat Zaid Ibn Tsabit untuk mengumpulkan Al Qur’an, karena beliau paling bagus
Hafalannya.

Pola Pendidikan Abu Bakar


Pola pendidikan pada masa Abu Bakar masih seperti pada masa Nabi, baik dari segi materi
maupun lembaga pendidikannya. Dari segi materi pendidikan Islam terdiri dari pendidikan
tauhid atau keimanan, akhlak, ibadah, kesehatan, dan lain sebagainya. Menurut Ahmad Syalabi
lembaga untuk belajar membaca menulis ini disebut dengan Kuttab. Kuttab merupakan lembaga
pendidikan yang dibentuk setelah masjid, selanjutnya Asama Hasan Fahmi mengatakan bahwa
Kuttab didirikan oleh orang-orang Arab pada masa Abu Bakar dan pusat pembelajaran pada
masa ini adalah Madinah, sedangkan yang bertindak sebagai tenaga pendidik adalah para sahabat
rasul terdekat.
Lembaga pendidikan Islam masjid, masjid dijadikan sebagai benteng pertahanan rohani, tempat
pertemuan, dan lembaga pendidikan Islam, sebagai tempat shalat berjama’ah, membaca Al-
qur’an dan lain sebagainya.
KHALIFAH UMAR IBN KHATTAB

1. Biografi Umar Ibn Khattab.


Umar ibn Al-Khattab memiliki nama lengkap Umar bin Khatthab bin Nufail bin Abd Al-Uzza
bin Ribaah bin Abdillah bin Qart bin Razail bin 'adi bin KA'ab bin Lu'ay. [4]Ayahnya bernama
Nufail Al Quraisy dan Ibunya bernama Hantamah Binti Hasim. Beliau berasal dari bani Adiy.
Dimasa Jahiliyah Umar adalah seorang saudagar yang berpengaruh mulia dan berkedudukan
tinggi.
Masuknya Umar ke barisan Umat islam telah membawa perubahan baru bagi masyarakat
Islam.umat Islam berani menjalankan Sholat dirumahnya masing – masing. Tidak takut
menghadapi kaum Quraisy.
Umar Ibn Khattab diangkat menjadi Khalifah setelah wafatnya khalifah abu baker ,Yaitu tahun
634 M- 644/13 H-23 H Peranan Umar dalam sejarah Islam masa permulaan merupakan yang
paling menonjol karena perluasan wilayah, disamping kebijakan-kebijakan politiknya yang lain.
Adanya penaklukan besar-besaran pada masa pemerintahan Umar merupakan fakta yang diakui
kebenaranya oleh para sejarahwan. Bahkan, ada yang mengatakan kalau tidak karena
penaklukan-penaklukan yang dilakukan pada masa Umar, Islam belum tentu akan tersebar
seperti sekarang ini.

2. Perjuangan Khalifah Umar Ibn Khattab.


a. Memperbaiki Struktur dan lembaga Negara.
Beliau seorang yang adil dan jujur .pada masa pemerintahannya.negara menjadi Aman. Beliau
mengangkat dewan hakim, badan permusyawaratan para sahabat. Badan keuangan Untuk
daerah-daerah, karena wilayah kekuasaan islam semangkin luas,beliau mengangkat Gubernur

b. Lembaga kepentingan msyarakat


Yaitu diadakannya jawatan pos yang akan menyampaikan berita dari kota madina ke daerah –
daerrah lainnya, begitu juga sebaliknya Perbaikan jalan – jalan umum juga mendapat perhatian ,
memberi santunan anak yatim , orang tua dan wanita menyusui, khalifah umar juga menetapkan
tanggal 1 muharram sebagai tahun baru Hijriyah. Dan menetapkan bulan sabit sebagai lambing
Negara.

c. Menaklukkan beberapa Negara kedalam Islam


d. Menakklukkan Damaskus.
Dibawah pimpinan khalid Ibn Walid, pasukan Islam bergerak ke damaskus. Saat pasukan islam
masuk ke damaskus prajurit Islam dalam keadaan mabuk – mabukan sehingga dengan mudah
dapat ditaklukkan. Sementara panglima Abu Ubaidah bersama pasukannya juga sukses
menaklukkan daerah sekitar syam. Dan di daerah tersebut Khalifah umar memerintahkan Khalid
iIbn Walid dan Abu ubaidah agar memberi kebebasan beragama kepada penduduknya.
e. Membebaskan Baitul Maqdih
Saat itu baitul maqdis dikuasai oleh kerajaan romawi, maka khalifah umar ibn Khattab mengirim
bala tentaranya dibawah pimpinan Amr Ibn Ash. Pasukan Romawi yang dipimpin Artabun tidak
mampu menghadapi pasukan Islam, setelah pasukan romawi dikepung selama 4 bulan mereka
menyerah.
f. Menaklukkan Persi
Khalifah Umar mengirim pasukannya ke Persia dibawah pimpinn Khalid Ibn Walid yang dibantu
oleh Mutsanna Ibn Haritsah, akan tetapi Khalid ibn walid diperintahkan untuk membantu
pasukan Abu ubaidah di roma dan Mutsanna tetap di Persia. Dengan begitu kekauatan kaum
muslimin di Persia berkurangh dan tidak dapat menaklukkan Persia. Setelah romawi tunduk pada
Islam Khalifah Umar mengirimkan kembali pasukan Islam ke Persia berjumlah 8000 orang
dibawah pimpinan Sa’ad Ibn Abi Waqosh, dan bertemu dengan pasukan Persia dengan
kekauatan 30000 pasukan, namun kaum muslimin memperoleh kemenangan yang gemilang.
g. Menaklukkan Mesir
Mesir saat itu dikuasai oleh tentara Romawi, maka khalifah umar mengirim pasuknnya ke mesir
dibawh pimpinn Amr ibn Ash. Dibeberapa daerah kaum muslimin mendapat kemenangan,
namuan di Ummu Dunain, kaum muslimin tidak dapat menundukkan kekuatan tentara Romawi,
maka Amr Ibn Ash memint bantuan kepada khalifah umar Ibn Khattab. Kemudian khalifah umar
mengirim pasukannya yang berjumlah 4000 orang dimana terdapat Zubai, Ubadah Ibn Shamit,
dan Al Miqdad Ibn Aswad., dan kaum muslimin harus berjuang menghadapi lawan yang
berjumlah 20000 orang maka amr ibn ash mengatur siasat perang. Khalifah Umar Ibn Khattb
wafat tanggal 1 Muharram 23 H ( 644 ) beliau wafat akibat tikaman, saat menjalankan sholat
subuh. Oleh Fairuz atau Abu Lulu karena Dendam tak beralasan. Beliau menjadi khalifah selama
10 tahun. Dan dimakamkan di madinah disamping makam Rasulullah dan Abu Bakar As –
Siddiq
Pola Pendidikan Umar bin Khattab
Berkaitan dengan masalah pendidikan, khalifah Umar bin Khattab merupakan seorang pendidik
yang melakukan penyuluhan pendidikan di kota Madinah, beliau juga menerapkan pendidikan di
masjid-masjid dan pasar-pasar serta mengangkat dan menunjuk guru-guru untuk tiap-tiap daerah
yang ditaklukan itu, mereka bertugas mengajarkan isi Al-qur’an dan ajaran Islam lainnya.
Adapun metode yang mereka pakai adalah guru duduk di halaman masjid sedangkan murid
melingkarinya.
Pelaksanaan pendidikan di masa Khalifah Umar bin Kattab lebih maju, sebab selama Umar
memerintah Negara berada dalam keadaan stabil dan aman, ini disebabkan disamping telah
ditetapkannya masjid sebagai pusat pendidikan juga telah terbentuknya pusat-pusat pendidikan
Islam di berbagai kota dengan materi yang dikembangkan, baik dari segi ilmu bahasa, menulis,
dan pokok ilmu-ilmu lainnya.
Pendidikan dikelola di bawah pengaturan gubernur yang berkuasa saat itu,serta diiringi kemajuan
di berbagai bidang, seperti jawatan pos, kepolisian, baitulmal dan sebagainya. Adapun sumber
gaji para pendidik waktu itu diambilkan dari daerah yang ditaklukan dan dari baitulmal.
Umar Bin Khotob menjadikan Madinah sebagai pusat pendidikan. Para shahabat yang
faqihfiddin dan ahli hadits dilarang meninggalkan Madinah, kecuali atas izin Umar sebagai
Khalifah pada saat itu dan dengan waktu yang terbatas. Maka jika ingin memperdalam Islam,
semua orang harus datang ke Madinah. Selain menerapkan pendidikan di mesjid, Umar pun
menerapkan pendidikan di pasar-pasar. Setiap daerah yang dibebaskan Islam, Umar
memerintahkan Panglima perangnya mendirikan mesjid sebagai tempat ibadah dan pendidikan,
dan Umar pun menyediakan guru yang digaji oleh Baitulmaal untuk tiap daerah yang dibebaskan
untuk mengajarkan isi Al qur’an dan ajaran Islam lainnya, dan juga bahasa Arab.
Pada zaman Umar ini pula dikenalkan metode halaqoh dalam pengajaran tingkat lanjut. Adalah
Abdurahman bin Ma’qal dan Imran bin al Hashim yang diutus ke Basyrah dan Hasan bin Abi
Jabalah yang diutus ke Mesir, dan Abdurrahman bin Ghanam ke Syiria, menggunakan metode
guru duduk dihalaman mesjid sedangkan muridnya melingkarinya (halaqoh).Menurut
Nakoesteen sistem pendidikan islam dalam bentuk halaqoh ini sangat unik, guru biasanya duduk
di dekat dinding atau pilar mesjid, sementara siswanya duduk membentuk lingkaran dengan lutut
antar siswa saling menempel. Murid yang level pengetahuannya lebih tinggi duduk dekat guru,
sedangkan yang level pengetahuannya lebih rendah akan duduk lebih jauh dari gurunya.
Sehingga perlu belajar keras agar dapat mengubah konfigurasi halaqohnya, sebab posisi dalam
halaqoh menjadi sangat signifikan. Tidak ada batas resmi jumlah siswa dalam halaqoh, tetapi
biasanya terdiri sekitar 20 orang. Metode yang dipakai di halaqoh tersebut adalah imla, dan
penjelasan. Menjelang akhir halaqoh dilakukan dengan cara tanya jawab, atau guru memeriksa
catatan muridnya, mengoreksinya, dan menambahkan seperlunya.
KHALIFAH UTSMAN BIN AFFAN
1. Biografi Utsman bin Affan
Utsman bin Affan memiliki nama lengkap Utsman bin Affan bin Abi Al-Ash bin Umayyah bin
Abd Al-Manaf dari Quraisy. [5] Usman bin Affan lahir pada 574 Masehi dari golongan Bani
Umayyah. Nama ibu beliau adalah Arwa binti Kuriz bin Rabiah. Beliau masuk Islam atas ajakan
Abu Bakar dan termasuk golongan Assabiqunal Awwalun (golongan yang pertama-tama masuk
Islam).
Rasulullah Saw sendiri menggambarkan Utsman bin Affan sebagai pribadi yang paling jujur dan
rendah hati diantara kaum muslimin. Diriwayatkan oleh Imam Muslim bahwa Aisyah bertanya
kepada Rasulullah Saw, ‘Abu Bakar masuk tapi engkau biasa saja dan tidak memberi perhatian
khusus, lalu Umar masuk engkau pun biasa saja dan tidak memberi perhatian khusus. Akan
tetapi ketika Utsman masuk engkau terus duduk dan membetulkan pakaian, mengapa?’
Rasullullah menjawab, “Apakah aku tidak malu terhadap orang yang malaikat saja malu
kepadanya?”Pada saat seruan hijrah pertama oleh Rasullullah Saw ke Habbasyiah karena
meningkatnya tekanan kaum Quraisy terhadap umat Islam, Utsman bersama istri dan kaum
muslimin lainnya memenuhi seruan tersebut dan hijrah ke Habbasyiah hingga tekanan dari kaum
Quraisy reda. Tak lama tinggal di Mekah, Utsman mengikuti Nabi Muhammad Saw untuk hijrah
ke Madinah. Pada peristiwa Hudaibiyah, Utsman dikirim oleh Rasullah untuk menemui Abu
Sofyan di Mekkah. Utsman diperintahkan Nabi untuk menegaskan bahwa rombongan dari
Madinah hanya akan beribadah di Ka’bah, lalu segera kembali ke Madinah, bukan untuk
memerangi penduduk Mekkah.

2. Perjuangan Utsman bin Affan


Setelah wafatnya Umar bin Khatab sebagai khalifah kedua, diadakanlah musyawarah untuk
memilik khalifah selanjutnya. Ada enam orang kandidat khalifah yang diusulkan yaitu Ali bin
Abi Thalib, Utsman bin Affan, Abdurahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair bin Awwam
dan Thalhah bin Ubaidillah. Selanjutnya Abdurrahman bin Auff, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair
bin Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah mengundurkan diri hingga hanya Utsman dan Ali yang
tertinggal. Suara masyarakat pada saat itu cenderung memilih Utsman menjadi khalifah ketiga.
Maka diangkatlah Utsman yang berumur 70 tahun menjadi khalifah ketiga dan yang tertua, serta
yang pertama dipilih dari beberapa calon. Peristiwa ini terjadi pada bulan Muharram 24 H.
Utsman menjadi khalifah di saat pemerintah Islam telah betul-betul mapan dan terstruktur.Beliau
adalah khalifah kali pertama yang melakukan perluasan masjid al-Haram (Mekkah) dan masjid
Nabawi (Madinah) karena semakin ramai umat Islam yang menjalankan rukun Islam kelima
(haji). Beliau mencetuskan ide polisi keamanan bagi rakyatnya; membuat bangunan khusus
untuk mahkamah dan mengadili perkara yang sebelumnya dilakukan di masjid; membangun
pertanian, menaklukan Syiria, Afrika Utara, Persia, Khurasan, Palestina, Siprus, Rodhes, dan
juga membentuk angkatan laut yang kuat. Jasanya yang paling besar adalah saat mengeluarkan
kebijakan untuk mengumpulkan Al-Quran dalam satu mushaf.
Selama masa jabatannya, Utsman banyak mengganti gubernur wilayah yang tidak cocok atau
kurang cakap dan menggantikaannya dengan orang-orang yang lebih kredibel. Namun hal ini
banyak membuat sakit hati pejabat yang diturunkan sehingga mereka bersekongkol untuk
membunuh khalifah. Khalifah Utsman kemudian dikepung oleh pemberontak selama 40 hari
dimulai dari bulan Ramadhan hingga Dzulhijah. Meski Utsman mempunyai kekuatan untuk
menyingkirkan pemberontak, namun ia berprinsip untuk tidak menumpahkan darah umat Islam.
Utsman akhirnya wafat sebagai syahid pada hari Jumat tanggal 17 Dzulhijah 35 H ketika para
pemberontak berhasil memasuki rumahnya dan membunuh Utsman saat sedang membaca Al-
Quran. Persis seperti apa yang disampaikan Rasullullah Saw perihal kematian Utsman yang
syahid nantinya. Beliau dimakamkan di kuburan Baqi di Madinah

3. Pola Pendidikan Utsman bin Affan


Pada masa khalifah Usman bin Affan, pelaksanaan pendidikan Islam tidak jauh berbeda dengan
masa sebelumnya. Pendidikan di masa ini hanya melanjutkan apa yang telah ada, namun hanya
sedikit terjadi perubahan yang mewarnai pendidikan Islam. Para sahabat yang berpengaruh dan
dekat dengan Rasulullah yang tidak diperbolehkan meninggalkan Madinah di masa khalifah
Umar, diberikan kelonggaran untuk keluar di daerah-daerah yang mereka sukai. Kebijakan ini
sangat besar pengaruhnya bagi pelaksanaan pendidikan di daerah-daerah.
Proses pelaksanaan pola pendidikan pada masa Usman ini lebih ringan dan lebih mudah
dijangkau oleh seluruh peserta didik yang ingin menuntut dan belajar Islam dan dari segi pusat
pendidikan juga lebih banyak, sebab pada masa ini para sahabat memilih tempat yang mereka
inginkan untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat.
Tugas mendidik dan mengajar umat pada masa ini diserahkan pada umat itu sendiri, artinya
pemerintah tidak mengangkat guru-guru, dengan demikian para pendidik sendiri melaksanakan
tugasnya hanya dengan mengharapkan keridhaan Allah.

KHALIFAH ALI BIN ABI THALLIB


1. Biografi Ali Bin Abi Thallib
Ali bin Abi Thalib adalah orang yang paling awal memeluk agama Islam (assabiqunal awwalun),
sepupu Rasullullah Saw., dan juga khalifah terakhir dalam kekhalifahan Kulafaur Rasyidin
menurut pandangan Sunni. Namun bagi Islam Syiah, Ali adalah khalifah pertama dan juga imam
pertama dari 12 imam Syiah. Ali dilahirkan di Mekkah, daerah Hejaz, Jazirah Arab, pada tanggal
13 Rajab. Menurut sejarawan, Ali dilahirkan 10 tahun sebelum dimulainya kenabian
Muhammad, sekitar tahun 600 Masehi. Beliau bernama asli Haydar bin Abu Thalib. Namun
Rasullullah Saw. tidak menyukainya dan memanggilnya Ali yang berarti memiliki derajat yang
tinggi di sisi Allah
Ketika Rasullullah Saw. mulai menyebarkan Islam, Ali saat itu berusia 10 tahun. Namun ia
mempercayai Rasullullah Saw. dan menjadi orang yang pertama masuk Islam dari golongan
anak-anak. Masa remajanya banyak dihabiskan untuk belajar bersama Rasullullah sehingga Ali
tumbuh menjadi pemuda cerdas, berani, dan bijak. Jika Rasullullah Saw. adalah gudang ilmu,
maka Ali ibarat kunci untuk membuka gudang tersebut. Saat Rasullullah Saw. hijrah, beliau
menggantikan Rasullullah tidur di tempat tidurnya sehingga orang-orang Quraisy yang hendak
membunuh Nabi terpedaya. Setelah masa hijrah dan tinggal di Madinah, Ali dinikahkan Nabi
dengan putri kesayangannya Fatimah az-Zahra.Ali tidak hanya tumbuh menjadi pemuda cerdas,
namun juga berani dalam medan perang. Bersama Dzulfikar, pedangnya, Ali banyak berjasa
membawa kemenangan di berbagai medan perang seperti Perang Badar, Perang Khandaq, dan
Perang Khaibar.

2. Perjuangan Ali bin Abi Thalib


Setelah terbunuhnya Utsman bin Affan, keadaan politik Islam menjadi kacau. Atas dasar
tersebut, Zubair bin Awwam dan Talhah bin Ubaidillah mendesak agar Ali segera menjadi
khalifah. Ali kemudian dibaiat beramai-ramai, menjadikannya khalifah pertama yang dibaiat
secara luas. Namun kegentingan politik membuat Ali harus memikul tugas yang berat untuk
menyelesaikannya.Perang saudara pertama dalam Islam, Perang Siffin pecah diikuti dengan
merebaknya fitnah seputar kematian Utsman bin Affan membuat posisi Ali sebagai khalifah
menjadi sulit. Beliau meninggal di usia 63 tahun karena pembunuhan oleh Abdrrahman bin
Muljam, seseorang yang berasal dari golongan Khawarij (pembangkang) saat mengimami shalat
subuh di masjid Kufah, pada tanggal 19 Ramadhan, dan Ali menghembuskan nafas terakhirnya
pada tanggal 21 Ramadhan tahun 40 Hijriyah. Ali dikuburkan secara rahasia di Najaf, bahkan
ada beberapa riwayat yang menyatakan bahwa ia dikubur di tempat lain. Selanjutnya kursi
kekhalifahan dipegang secara turun temurun oleh keluarga Bani Umayyah dengan khalifah
pertama Muawiyah. Dengan demikian berakhirlah kekhalifahan Khulafaur Rasyidin.

Pola Pendidikan Ali bin Abi Thalib


Pada masa Ali telah terjadi kekacauan dan pemberontakan, sehingga di masa ia berkuasa
pemerintahannya tidak stabil. Dengan kericuhan politik pada masa Ali berkuasa, kegiatan
pendidikan Islam mendapat hambatan dan gangguan. Pada saat itu ali tidak sempat lagi
memikirkan masalah pendidikan sebab keseluruhan perhatiannya itu ditumpahkan pada masalah
keamanan dan kedamaian bagi seluruh masyarakat Islam.
Adapun pusat-pusat pendidikan pada masa Khulafa al-Rasyidin antara lain:
1. Makkah
2. Madinah
3. Basrah
4. Kuffah
5. Damsyik (Syam)
6. Mesir.

KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM MASA KHULAFAUR RASYIDIN


(632-661M./ 12-41H)
Sistem pendidikan islam pada masa khulafa al-Rasyidin dilakukan secara mandiri,tidak dikelola
oleh pemerintah, kecuali pada masa Khalifah Umar bin al;khattab yang turut campur dalam
menambahkan materi kurikulum pada lembaga kuttab.
Materi pendidikan islam yang diajarkan pada masa khalifah Al-Rasyidin sebelum masa Umar bin
Khattab, untuk pendidikan dasar:
a. Membaca dan menulis
b. Membaca dan menghafal Al-Qur’an
c. Pokok-pokok agama islam, seperti cara wudlu, shalat, shaum dan sebagainya
Ketika Umar bin Khattab diangkat menjadi khalifah, ia menginstruksikan kepada penduduk kota
agar anak-anak diajari:
a. Berenang
b. Mengendarai unta
c. Memanah
d. Membaca dan menghapal syair-syair yang mudah dan peribahasa.
Sedangkan materi pendidikan pada tingkat menengah dan tinggi terdiri dari:
a. Al-qur’an dan tafsirnya
b. Hadits dan pengumpulannya
c. Fiqh (tasyri’)

PUSAT-PUSAT PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA KHULAFAUR RASYIDIN

Mekkah. Guru pertama di Mekkah adalah Muaz bin Jabbal yang mengajarkan Al-Qur'an dan
Fiqh
Madinah. Sahabat yang terkenal antara lain: Abu Bakar, Utsman din Affan, Ali bin Abi Thalib
dan sahabat-sahabat lainnya.
Basrah. Sahabat yang termasyhur antara lain: Abu Musa al-Asy'ary, dia adalah seorang ahli Fiqh
dan Al-Qur'an
Kuffah. Sahabat-sahabat yang termasyhur disini ialah Ali bin Abi Thalib dan Abdullah bin
Mas'ud. Abdullah bin Mas'ud mengajarkan Al-Qur'an, ia adalah ahli tafsir, hadits dan Fiqh
Damasyik (Syam). Setelah Syam (Syria) menjadi bagian negara Islam dan pendduknya banyak
beragama Islam. Maka khalifah Umar mengirim tiga orang guru ke negara itu. Yang dikirim
adalah Mu'az bin Jabal, Ubaidah dan Abu Darda di Damasyik, Mu'az bin Jabal di Palestina
sedangkan Ubaidah di Hims.
Mesir. Sahabat yang mula-mula mendirikan madrasah dan menjadi guru di Mesir adalah
Abdullah bin Amru bin Ash, ia adalah seorang ahli hadits.[6]

Daftar Pustaka
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2008
Prof. Dr. H. Samsul Nizar, M.Ag, Sejarah Pendidikan Islam; Menelusuri Jejak Sejarah
Pendidikan Era Rasulullah sampai Indonesia, Jakarta: Kencana, 2007
Sitti Maryam, Sejarah Peradaban Islam; dari Masa Klasik Hingga Modern, Yogyakarta: 2009,
cet. 9

[1] Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2008, hlm. 67
[2] Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2008, hlm 68
[3] Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2008, hlm. 69
[4] Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2008, hlm. 77
[5] Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2008, hlm. 87
[6] Prof. Dr. H. Samsul Nizar, M.Ag, Sejarah Pendidikan Islam; Menelusuri Jejak Sejarah
Pendidikan Era Rasulullah sampai Indonesia, Jakarta: Kencana, 2007, hlm. 51

You might also like