You are on page 1of 23

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ANALISA

Semester : III
Kelompok : II ( Dua )
Judul percobaan : Penentuan Asam Asetat Dengan Titrasi Asidi –
Alkalimetri
Tanggal percobaan : 21 Agustus 2009

DEDY ANWAR
080405009

LABORATORIUM KIMIA ANALISA


DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009

LABORATORIUM KIMIA ANALISA


DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

LEMBAR PENGESAHAN

NAMA / NIM : Dedy Anwar


KELOMPOK : II (dua)
MODUL : Penentuan Kadar Asam Asetat dengan Titrasi Asidi - Alkalimetri
TGL. PERCOBAAN : 21 Agustus 2009
Medan, 2009 Asisten,

(Wulan Pratiwi)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
ABSTRAK ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR GAMBAR v
DAFTAR TABEL . vi
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Perumusan Masalah 1
1.3 Tujuan Percobaan 1
1.4 Manfaat Percobaan 1
1.5 Ruang Lingkup Percobaan 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1 Prinsip Dasar Titrasi 3
2.2 Asidi-Alkalimetri 5
2.3 Asam Cuka 8
2.4 Aplikasi ..9
BAB III BAHAN DAN PERALATAN 11
3.1. Alat Bahan dan Fungsi 11
3.1.1. Sampel (Cika) 11
3.1.2. Natrium Hidroksida 11
3.1.3. Indikator Phenolphtalein (PP) 12
3.1.4. Aquades (Air) 12
3.2. Alat dan Fungsi 13
3.3. Rangkaian Peralatan 14
BAB IV PROSEDUR PERCOBAAN 16
4.1. Prosedur 16
4.1.1. Penyiapan Larutan NaOH (0,6 N) 16
4.1.2. Menentukan Kadar Asam Asetat dalam Cuka 16
4.2. Flowchart 17
4.2.1. Flowchart Penyiapan Larutan NaOH 0,6 N 17
4.2.2. Flowchart Penentuan Kadar Asam Asetat dalam Cuka 18
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 19
5.1. Hasil Percobaan 19
5.2. Pembahasan 20
BAB VI KESIMPULAN 23
6.1. Kesimpulan 23
DAFTAR PUSTAKA 24
LAMPIRAN A LA-1
LAMPIRAN B LB-1

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Flowsheet Pembuatan Asam Nitrat 10
Gambar 3.1. Beaker Glass + Batang Pengaduk 14
Gambar 3.2. Pipet Tetes + Corong + Erlemmeyer 14
Gambar 3.3. Statif dan Klem + Buret + Erlenmeyer 15
Gambar 4.1. Flowchart Penyiapan Larutan NaOH 0,6 N 17
Gambar 4.2. Flowchart Penentuan Kadar Asam Asetat dalam Cuka 18
Gambar 5.1. Kurva Titrasi NaOH 0,6 N terhadap Asam Asetat 20
Gambar 5.2. Kurva Titrasi NaOH 0,6 N terhadap Sampel I 21
Gambar 5.3. Kurva Titrasi NaOH 0,6 N terhadap Sampel II 21

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. Penyiapan Larutan NaOH 0,6 N 19


Tabel 5.2. Perhitungan Kadar Asam Asetat 19
Tabel 5.3. Perhitungan Kadar Sampel I 19
Tabel 5.4. Perhitungan Kadar Sampel II 20
Tabel LA.1. Penyiapan Larutan NaOH 0,6 N LA-1
Tabel LA.2. Perhitungan Kadar Asam Asetat LA-2
Tabel LA.3. Perhitungan Kadar Sampel I LA-3
Tabel LA.4. Perhitungan Kadar Sampel II LA-4
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan
Laporan Praktikum Kimia Analisa Modul Penentuan Asam Asetat dengan Titrasi Asidi-Alkalimetri dengan
sebaik-baiknya dan tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah sebagai syarat untuk menyelesaikan Praktikum Kimia
Analisa dan agar dapat mengikuti praktikum-praktikum selanjutnya yang ada di Departemen Teknik
Kimia. Selain itu pembuatan Laporan Praktikum Kimia Analisa ini adalah sebagai bukti hasil dari
percobaan-percobaan yang dilakukan saat praktikum, dan untuk melengkapi tugas dari Praktikum Kimia
Analisa.
Penulisan laporan ini didasarkan pada hasil percobaan yang dilakukan selama praktikum serta literatur-
literatur yang ada baik dari buku maupun sumber lainnya.
Dengan ini, praktikan juga menyampaikan terima kasih kepada :
1. Orang tua yang telah memberikan dukungan baik materil maupun spiritual.
2. Kepala Laboratorium Kimia Analisa, Ibu Maulida, ST, MSc.
3. Asisten-asisten Laboratorium Kimia Analisa, terutama asisten yang menangani modul ini.
4. Rekan-rekan mahasiswa seangkatan, secara istimewa Kelompok II yang membantu praktikan dalam
pelaksanaan praktikum dan dalam penulisan laporan ini.
Laporan ini merupakan tulisan yang dibuat berdasarkan percobaan yang telah dilakukan. Tentu ada
kelemahan dalam teknik pelaksanaan maupun dalam tata penulisan laporan ini. Maka saran-saran dari
pembaca dibutuhkan dalam tujuan menemukan refleksi untuk peningkatan mutu dari laporan serupa di
masa mendatang. Akhir kata, selamat membaca dan terima kasih.
Medan, 6 September 2009
Penulis,

Dedy Anwar
ABSTRAK

Asidi-alkalimetri merupakan salah satu metode kimia analisa kuantitatif yang didasarkan pada prinsip
titrasi asam-basa. Asidi-alkalimetri berfungsi untuk menentukan kadar asam-basa dalam suatu larutan
secara analisa volumetri. Titik akhir dari titrasi ini mudah dilihat dengan penambahan indikator yang
sesuai. Percobaan ini dilakukan untuk menentukan kadar asam Cuka (CH3COOH) dengan titrasi Asidi-
Alkalimetri. Sampai pH asam cuka berubah menjadi larutan basa, untuk ditentukan kadarnya. Hasil
percobaan Asidi Alkalimetri yang diperoleh adalah kadar CH3COOH praktek yang diperoleh masing-
masing sebesar 7,2 %, 6,08% dan 7,7%. Dan pH sesudah titrasi adalah masing-masing sebesar 9.17, 9.16
dan 9.18

Kata Kunci : As.Asetat, Titrasi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Kesetimbangan asam-basa merupakan topik yang luar biasa pentingnya dalam seluruh ilmu kimia dan
bidang lain, yang mamanfaatkan kimia. Contohnya Titrasi asam basa sangat berguna dalam dunia
kefarmasian terutama untuk reaksi-reaksi dalam pembuatan obat. Oleh karena itu asidi alkalimetri
sangat perlu untuk dipelajari. Metode analisis dengan volumetri ataupun titrimetri menggunakan prinsip
asam basa adalah asidi alkalimetri. Proses ini digunakan dalam perhitungan untuk menentukan kadar
suatu zat berdasarkan perhitungan volume dengan larutan standar yang telah diketahui kadarnya
dengan tepat. Dalam percobaan ini yang dilakukan adalah titrasi asam yaitu menentukan konsentrasi
asam cuka dengan menggunakan larutan natrium hidroksida (NaOH).

1.2Perumusan Masalah
Bagaimana cara menstandarisasi suatu larutan, dan menentukan kadar asam asetat Bagaimana tahapan
tahapan yang terjadi pada proses titrasi.

1.3 Tujuan Percobaan


Mempelajari dan Menentukan kadar asam cuka (CH3COOH) dengan cara titrasi asidi-alkalimetri.

1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari percobaan Asidi Alkalimetri ini antara lain :
1.Dapat mengetahui dan memahami prinsip titrasi Asidi Alkalimetri.
2.Dapat melaksanakan percobaan Asidi Alkalimetri dengan tepat dan benar.
3.Dapat menentukan kadar sampel larutan asam maupun basa sesuai dengan prinsip titrasi Asidi
Alkalimetri.
4.Serta nantinya dapat diaplikasikan kebidang lain, dalam kehidupan sehari - hari
1.5 Ruang Lingkup Percobaan
Praktikum Kimia Analisa Kuantitatif (Kelompok II) dengan modul percobaan Penentuan Asam Asetat
dengan Titrasi Asidi-Alkalimetri ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analisa, Fakultas Teknik,
Departemen Teknik Kimia, Universitas Sumatera Utara. Dengan kondisi ruangan :
1.Temperatur : 30oC.
2.Tekanan udara : 760 mmHg
Dilakukan dalam ruangan dengan menggunakan bahan–bahan antara lain sampel asam cuka, natrium
hidroksida (NaOH) dan indikator phenolphtalein. Sedangkan untuk peralatan digunakan alat-alat seperti
statif dan klem, buret, erlenmeyer, beaker glass, pipet tetes, corong dan batang pengaduk.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1Prinsip Dasar Titrasi


Reaksi penetralan dalam analisis titrimetri lebih dikenal sebagai reaksi asam basa. Reaksi ini
menghasilkan larutan yang pH-nya lebih netral. Secara umum metode titrimetri didasarkan pada reaksi
kimia sebagai berikut
aA produk+ tT
dimana a molekul analit A bereaksi dengan t molekul pereaksi T. untuk menghasilkan produk yang sifat
pH-nya netral. Dalam reaksi tersebut salah satu larutan (larutan standar) konsentrasi dan pH-nya telah
diketahui. Saat equivalen mol titran sama dengan mol analitnya begitu pula mol equivalennya juga
berlaku sama.
ntitran = nanalit
neq titran = neq analit
dengan demikian secara stoikiometri dapat ditentukan konsentrasi larutan ke dua. (anonim, 2009)
Dalam analisis titrimetri, sebuah reaksi harus memenuhi beberapa persyaratan sebelum reaksi tersebut
dapat dipergunakan, diantaranya:
1. reaksi itu sebaiknya diproses sesuai persamaan kimiawi tertentu dan tidak adanya reaksi sampingan
2. reaksi itu sebaiknya diproses sampai benar-benar selesai pada titik ekivalensi. Dengan kata lain
konstanta kesetimbangan dari reaksi tersebut haruslah amat besar besar. Maka dari itu dapat terjadi
perubahan yang besar dalam konsentrasi analit (atau titran) pada titik ekivalensi.
3. diharapkan tersedia beberapa metode untuk menentukan kapan titik ekivalen tercapai. Dan
diharapkan pula beberapa indikator atau metode instrumental agar analis dapat menghentikan
penambahan titran
4. diharapkan reaksi tersebut berjalan cepat, sehingga titrasi dapat dilakukan hanya beberapa menit.
(anonim, 2009)
Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang
sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di
dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam
basa, titrasi redoks untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk
titrasi yang melibatkan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya (Day, dkk, 1986).
Larutan yang telah diketahui konsentrasinya disebut dengan titran. Titran ditambahkan sedikit demi
sedikit (dari dalam buret) pada titrat (larutan yang dititrasi) sampai terjadi perubahan warna indikator
baik titrat maupun titran biasanya berupa larutan. Saat terjadi perubahan warna indikator, maka titrasi
dihentikan. Saat terjadi perubahan warna indikator dan titrasi diakhiri disebut dengan titik akhir titrasi
dan diharapkan titik akhir titrasi sama dengan titik ekivalen. Semakin jauh titik akhir titrasi dengan titik
ekivalen maka semakin besar kesalahan titrasi dan oleh karena itu, pemilihan indikator menjadi sangat
penting agar warna indikator berubah saat titik ekivalen tercapai. Pada saat tercapai titik ekivalen maka
pH-nya 7 (netral).
Syarat zat yang bisa dijadikan standar primer:
1.Zat harus 100% murni.
2.Zat tersebut harus stabil baik pada suhu kamar ataupun pada waktu dilakukan pemanasan, standar
primer biasanya dikeringkan terlebih dahulu sebelum ditimbang.
3.Mudah diperoleh.
4.Biasanya zat standar primer memiliki massa molar (Mr) yang besar hal ini untuk memperkecil
kesalahan pada waktu proses penimbangan. Menimbang zat dalam jumlah besar memiliki kesalahan
relatif yang lebih kecil dibanding dengan menimbang zat dalam jumlah yang kecil.
5.Zat tersebut juga harus memenuhi persyaratan teknik titrasi (Anonim, 2009).
Proses penambahan larutan standar sampai reaksi tepat lengkap, disebut titrasi. Titik dimana reaksi itu
tepat lengkap, disebut titik ekivalen (setara) atau titik akhir teoritis. Pada saat titik ekivalen ini maka
proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan
tersebut. Dengan menggunakan data volume titran, volume dan konsentrasi titer maka kita bisa
menghitung kadar titran. Lengkapnya titrasi, harus terdeteksi oleh suatu perubahan, yang tak dapat
disalah lihat oleh mata, yang dihasilkan oleh larutan standar (biasanya ditambahkan dari dalam sebuah
buret) itu sendiri, atau lebih lazim lagi, oleh penambahan suatu reagensia pembantu yang dikenal
sebagai indikator (Anonim, 2009).

2.2Asidi – alkalimetri
Asidimetri dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari
asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral.
Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor proton (asam) dengan penerima proton
(basa).
H+ + OH- H2O
Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-senyawa yang bersifat
basa dengan menggunakan baku asam, sebaliknya alkalimetri adalah penetapan kadar senyawa-
senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan baku basa.
Untuk menetapkan titik akhir pada proses netralisasi ini digunakan indikator. Menurut W. Ostwald,
indikator adalah suatu senyawa organik kompleks dalam bentuk asam atau dalam bentuk basa yang
mampu berada dalam keadaan dua macam bentuk warna yang berbeda dan dapat saling berubah warna
dari bentuk satu ke bentuk yang lain ada konsentrasi H+ tertentu atau pada pH tertentu.
Jalannya proses titrasi netralisasi dapat diikuti dengan melihat perubahan pH larutan selama titrasi, yang
terpenting adalah perubahan pH pada saat dan di sekitar titik ekuivalen karena hal ini berhubungan erat
dengan pemilihan indikator agar kesalahan titrasi sekecil-kecilnya.
Larutan asam bila direaksikan dengan larutan basa akan menghasilkan garam dan air. Sifat asam dan
sifat basa akan hilang dengan terbentuknya zat baru yang disebut garam yang memiliki sifat berbeda
dengan sifat zat asalnya. Karena hasil reaksinya adalah air yang memiliki sifat netral yang artinya jumlah
ion H+ sama dengan jumlah ion OH- maka reaksi itu disebut dengan reaksi netralisasi atau penetralan.
Pada reaksi penetralan, jumlah asam harus ekivalen dengan jumlah basa. Untuk itu perlu ditentukan titik
ekivalen reaksi. Titik ekivalen adalah keadaan dimana jumlah mol asam tepat habis bereaksi dengan
jumlah mol basa. Untuk menentukan titik ekivalen pada reaksi asam-basa dapat digunakan indikator
asam-basa. Ketepatan pemilihan indikator merupakan syarat keberhasilan dalam menentukan titik
ekivalen. Pemilihan indikator didasarkan atas pH larutan hasil reaksi atau garam yang terjadi pada saat
titik ekivalen.
Salah satu kegunaan reaksi netralisasi adalah untuk menentukan konsentrasi asam atau basa yang tidak
diketahui. Penentuan konsentrasi ini dilakukan dengan titrasi asam-basa. Titrasi adalah cara penentuan
konsentrasi suatu larutan dengan volume tertentu dengan menggunakan larutan yang sudah diketahui
konsentrasinya. Bila titrasi menyangkut titrasi asam-basa maka disebut dengan titrasi adisi-alkalimetri.
Asidi dan alkalimetri ini melibatkan titrasi basa yang terbentuk karena hidrolisis garam yang berasal dari
asam lemah (basa bebas) dengan suatu asam standar (asidimetri), dan titrasi asam yang terbentuk dari
hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah (asam bebas) dengan suatu basa standar (alkalimetri).
Bersenyawanya ion hidrogen dan ion hidroksida untuk membentuk air merupakan akibat reaksi-reaksi
tersebut.
Prinsip Titrasi Asam basa
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titran. Titrasi asam basa
berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan
sebaliknya.
Titran ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekivalen ( artinya secara
stoikiometri titran dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai “titik ekivalen”.
Pada saat titik ekivalen ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat volume titer yang
diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titran, volume dan
konsentrasi titer maka kita bisa menghitung kadar titran.
Cara Mengetahui Titik Ekivalen
Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekivalen pada titrasi asam basa, yaitu:
1. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan, kemudian membuat
plot antara pH dengan volume titran untuk memperoleh kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi
tersebut adalah titik ekuivalen.
2. Memakai indikator asam basa. Indikator ditambahkan pada titran sebelum proses titrasi dilakukan.
Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi kita hentikan.
Pada umumnya cara kedua dipilih disebabkan kemudahan pengamatan, tidak diperlukan alat tambahan,
dan sangat praktis.
Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indikator yang perubahan warnanya dipengaruhi
oleh pH. Penambahan indikator diusahakan sesedikit mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga
tetes.
Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedekat mungkin dengan titik
ekivalen, hal ini dapat dilakukan dengan memilih indiator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan
dilakukan.
Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indiator disebut sebagai titik
akhir titrasi (Anonim, 2009).
Titik akhir titrasi adalah keadaan dimana reaksi telah berjalan dengan sempurna yang biasanya ditandai
dengan pengamatan visual melalui perubahan warna indikator. Indikator yang digunakan pada titrasi
asam basa adalah asam lemah atau basa lemah. Asam lemah dan basa lemah ini umumnya senyawa
organik yang memiliki ikatan rangkap terkonjugasi yang mengkontribusi perubahan warna pada
indikator tersebut. Jumlah indikator yang ditambahkan kedalam larutan yang akan dititrasi harus
sesedikit mungkin, sehingga indikator tidak mempengaruhi pH larutan dengan demikian jumlah titran
yang diperlukan untuk terjadi perubahan warna juga seminimal mungkin. Umumnya dua atau tiga tetes
larutan indikator 0,1% ( b/v ) diperlukan untuk keperluan titrasi. Dua tetes ( 0,1 ml ) indikator ( 0,1%
dengan berat formula 100 ) adalah sama dengan 0,01 ml larutan titran dengan konsentrasi 0,1 M.
Indikator asam basa akan memiliki warna yang berbeda dalam keadaan tak terionisasi dengan keadaan
terionisasi. Sebagai contoh untuk indikator phenolphthalein ( pp ) seperti di atas dalam keadaan tidak
terionisasi ( dalam larutan asam ) tidak akan berwarna ( colorless ) dan akan berwarna merah keunguan
dalam keadaan terionisasi ( dalam larutan basa ).
Warna yang akan teramati pada penentuan titik akhir titrasi adalah warna indikator dalam keadaan
transisinya. Untuk indikator phenolphthalein karena indikator ini bertransisi dari tidak berwarna menjadi
merah keungguan maka yang teramati untuk titik akhir titrasi adalah warna merah muda. Contoh lain
adalah metil merah. Oleh karena metil merah bertransisi dari merah ke kuning, maka bila indikator metil
merah dipakai dalam titrasi maka pada titik akhir titrasi warna yang teramati adalah campuran merah
dengan kuning yaitu menghasilkan warna orange (Anonim, 2009).
2.3Asam Cuka
Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang dikenal sebagai
pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka memiliki rumus empiris C2H4O2. Rumus ini
seringkali ditulis dalam bentuk CH3-COOH, CH3COOH, atau CH3CO2H.
Asam cuka merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana, setelah asam format. Larutan asam
cuka dalam air merupakan sebuah asam lemah, artinya hanya terdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan
CH3COO-. Asam cuka merupakan pereaksi kimia dan bahan baku industri yang penting. Asam asetat
digunakan dalam produksi polimer seperti polietilena tereftalat, selulosa asetat, dan polivinil asetat,
maupun berbagai macam serat dan kain. Dalam industri makanan, asam asetat digunakan sebagai
pengatur keasaman. Di rumah tangga, asam asetat encer juga sering digunakan sebagai pelunak air.
Dalam setahun, kebutuhan dunia akan asam asetat mencapai 6,5 juta ton per tahun. 1,5 juta ton per
tahun diperoleh dari hasil daur ulang, sisanya diperoleh dari industri petrokimia maupun dari sumber
hayati.(anonim, 2009)

2.4Aplikasi
Pembuatan Asam Nitrat (HNO3) dalam Industri
Pembuatan asam nitrat skala industri memakai proses yang dinamakan “proses tekanan tunggal”. Dalam
proses ini sebuah kompresor putar bertahap banyak, yang mempunyai pendingin di antara tahap-
tahapnya, digerakkan oleh turbin uap dan turbin pemulih tenaga yang disebutkan alat ekspansi gas sisa
(tail gas expander). Pendingin antara tahap diatur sedemikian rupa agar suhu keluar adalah sekitar
230oC pada 1MPa.
Udara keluar dibelah, 85% masuk ke dalam konverter dan 15% ke dalam penukar kalor dan kolom putih.
Udara tekan yang panas itu dicampur dengan amonia lewat panas dan dikirim ke konverter yang
beroperasi pada tekanan 800 sampai 950 kPa. Campuran udara dan amonia yang mengandung kira-kira
10% amonia, dilewatkan melalui 30 lapisan kaca 80 mesh yang terbuat dari platina kurang lebih 10%
rhodium. Pembakaran berlangsung cepat dengan suhu keluar mencapai 940oC. Konversi menjadi NO
adalah 94-95% dan diperlukan 62 gram paduan platina per ton metrik kapasitas harian asam. Suhu gas
dan konsentrasi amonia yang masuk reaktor merupakan dua parameter yang sangat menentukan.
Pada konsentrasi amonia 11,5% sampai 12% bisa terjadi ledakan. Gas masuk harus mempunyai suhu
sedikitnya 205oC dan sebaiknya 230oC agar lapisan pertama kaca itu tetap berada pada suhu reaksi.
Pada konsentrasi amonia 10% kenaikan suhu adiabatik adalah 710oC, sehingga konsentrasi amonia
dibatasi pada 10%. Umur katalis biasanya 6-10 minggu; hal ini terutama adalah akibat erosi. Dengan
demikian, biaya katalis mencapai $5 per ton metrik HNO3 100% yang dihasilkan. Pelet yang
mengandung Kobalt Trioksida juga digunakan sebagai katalis, tetapi konversinya agak rendah.
Gas keluar dari konverter dilewatkan melalui pemanas, lanjut uap, ketel uap kalor limbah dan pemanas
gas sisa dan keluar pada suhu 2000C. Gas itu kemudian dilewatkan melalui pendingin kondensor yang
menghasilkan HNO3 40% sampai 45% sebagai produk yang mengandung 40% nitrogen terikat. Baik gas
keluar yang sudah diinginkan maupun asam nitrat encer, keduanya dilewatkan melalui absorber, masih
pada tekanan penuh sebesar 980 kPa. Absorber-absorber itu adalah suatu kolom piring tudung-
gelembung atau piring tapis dengan gelungan pendingin diatas setiap 20-50 piring. Gas masuk dari
bawah asam nitrat encer agak ke atas pada kolom dan air dingin masuk dari atas. Suhu gas yang keluar
bersuhu sekitar 10oC. Pada kolom ini terdapat dua titik cekik (pinch point) yang diakibatkan oleh
masalah kinetiknya. Di dekat dasar, laju reoksidasi NO cukup lambat karena asam pekat yang terdapat
disitu menghalangi absorbsi NO2 sehingga tidak dapat berlangsung lambat. Di dekat puncak kolom,
konsentrasi NOx dan oksigen menjadi sangat rendah, sehingga gaya dorong untuk absorbsi itu kecil saja.
Asam yang keluar dari dasar kolom mengandung sedikit NOx terutama N2O4 (tak berwarna) tetapi ada
juga NO2 yang berwarna merah. Gas ini diputihkan (bleach) dengan melewatkannya melalui kolom,
berlawanan arah dengan udara primer sebanyak 15% (yang diperlukan untuk oksidasi NO menjadi NO2)
yang dibocorkan dari kompresor udara. Beberapa pabrik ada yang mempunyai bagian pemutih dibawah
kolom absorber utama.

Gambar 2.1 Flowsheet Pembuatan Asam Nitrat


Anonim, 2009
BAB III
BAHAN DAN PERALATAN

3.1Alat Bahan dan fungsi


3.1.1 Sampel ( Cuka )
Fungsi : Sebagai zat yang akan diidentifikasi kadar asam asetatnya.
Sifat fisika :
1.Rumus molekul : CH3COOH
2.Massa molar : 60.05 g/mol
3.Densitas dan fase : 1.049 g cm−3, cairan
1.266 g cm−3, padatan
4.Titik lebur : 16.5 °C (289.6 ± 0.5 K) (61.6 °F)[1]
5.Titik didih : 118.1 °C (391.2 ± 0.6 K) (244.5 °F)[1]
6.Penampilan : Cairan higroskopis tak berwarna.
Sifat kimia :
1.Melarut dengan mudah dalam air
2.Bersifat higroskopik dan korosif
3.Asam asetat merupakan asam lemah.
4.Asam asetat merupakan monobasic.
5.Asam asetat merubah latmus biru menjadi merah.
6.Asam asetat membebaskan CO2 dari karbonat.
7.Asam asetat menyerang logam yang melibatkan hidrogen.
(anonim, 2009)
3.1.2Natrium Hidroksida
Fungsi : Sebagai larutan standar untuk mentritrasi asam cuka. (titran)
Sifat Fisika :
1.Rumus molekul : NaOH
2.Densitas dan fase : 2.100 g cm−3, cairan
3.Titik lebur : 318 °C
4.Titik didih : 1390 °C
5.Penampilan : Cairan higroskopis tak berwarna.
Sifat kimia :
1.NaOH sangat mudah menyerap gas CO2
2.Senyawa ini sangat mudah larut dalam air
3.Merupakan larutan basa kuat
4.Sangat korosif terhadap jaringan Organik
5.Tidak Berbau
(mulyono, 2008)
3.1.3 Indikator Phenolphtalein (PP)
Fungsi : Sebagai indikator yang menunjukkan titik akhir titrasi (titik ekivalen)
Sifat Fisika :
1.Rumus molekul : C20H14O4
2.Penampilan : Padatan Kristal tak berwarna
3.Massa jenis : 1,227
4.Berbentuk larutan
5.Merupakan asam lemah
6.Larut dalam air
Sifat kimia :
1.Trayek pH 8,2 – 10
2.Merupakan indikator dalam analisa kimia
3.Tidak dapat bereaksi dengan larutan yang direaksikan, hanya sebagai indikator
4.Larut dalam 95% etil alkohol
5.Asam dwiprotik
6.Tidak berwarna saat asam
7.Berwarna merah rosa saat basa
(mulyono, 2009)
3.1.4 Aquades (air)
Fungsi Aquades : Sebagai pelarut kristal NaOH
Sifat fisika Air :
1.Rumus molekul : H2O
2.Massa molar : 18.0153 g/mol
3.Densitas dan fase : 0.998 g/cm³, cairan
a.0.92 g/cm³, padatan
4.Titik lebur : 0 °C (273.15 K) (32 ºF)
5.Titik didih : 100 °C (373.15 K) (212 ºF)
6.Penampilan : Cairan tak Berwarna, Tidak berbau
(mulyono, 2009)
Sifat Kimia Air :
1.Pelarut yang baik
2.Memiliki pH 7 (netral)
3.Bukan merupakan zat pengoksidasi kuat.
4.Lebih bersifat reduktor daripada oksidator.
5.Reaksi oksidasi dari air sendiri dapat terjadi jika direaksikan dengan logam alkali atau alkali tanah.
Ca + 2 H2O Ca2+ + 2 OH- + H2
(anonim, 2009)

3.2Alat dan fungsi


1. Pipet tetes
Fungsi : Untuk mengambil indikator dan memasukkannya ke dalam Erlenmeyer
2. Erlenmeyer
Fungsi : Sebagai wadah zat yang akan dititrasi.
3. Statif dan klem
Fungsi : Sebagai penyanggah berdirinya buret.
4. Buret
Fungsi : Sebagai wadah pentiter.
5. Beaker Glass
Fungsi : Sebagai tempat / wadah campuran zat diaduk.
6. Corong
Fungsi : Untuk memasukkan larutan standar ke dalam buret. Maupun kedalam Erlenmeyer
7.Batang Pengaduk
Fungsi : Untuk mengaduk dua zat yang dicampur agar terjadi larutan yang homogen.
3.3Rangkaian Peralatan

Gambar 3.1 Beaker Glass + Batang pengaduk untuk tempat melarutkan pentiter yaitu NaOH

Gambar 3.2 Pipet tetes + corong + Erlenmeyer sebagai tempat sampel dan pencampurn indikator

Gambar 3.3 Statif dan klem + Buret + Erlen meyer yaitu peralatan untuk melakukan titirasi
BAB IV
PROSEDUR PERCOBAAN

4.1Prosedur
4.1.1 Penyiapan Larutan NaOH 0.6 N
Cuci dan bilas botol 500 ml
Bila larutan ini akan disimpan dalam waktu yang lama, sediakan botol plastik, sebab larutan NaOH pasti
akan bereaksi dengan wadah kaca, walaupun perlahan.
Timbang 2,0 gram NaOH, larutkan kedalam beaker glass 500 ml yang berisi aquades, kocok sampai larut.
4.1.2 Menentukan Kadar Asam Asetat dalam Cuka
Sampel dimasukkan sebanyak 25 ml kedalam Erlenmeyer
Tambahkan 4 tetes Phenolpthalein kedalam sampel tersebut
Titrasi dengan menggunakan larutan NaOH, sampai terjadi perubahan warna indikator menjadi Merah
Rosa yang stabil.
Catat volume NaOH yang terpakai.
Lakukan prosedur diatas secara duplo, hitung kadar asam asetat yang diperoleh.
Lakukan prosedur diatas terhadap sampel I dan sampel II

4.2Flowchart
4.2.1 Flowchart Penyiapan Larutan NaOH 0,6 N
Gambar 4.1 Flowchart Persiapan Larutan NaOH 0,6 N

4.2.2 Flowchart Penentuan Kadar Asam Asetat dalam Cuka

Tidak

Ya
Gambar 4.2 Flowchart Penentuan Kadar Asam Asetat dalam Cuka

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan


Tabel 4.1 Penyiapan Larutan Natrium Hidroksida (NaOH) 0,6 N
Berat kristal NaOH
9,6 gr
Volume pelarut
400 ml
Konsentrasi As. Oksalat
0.6 N

Tabel 4.2 Perhitungan Kadar Asam Asetat


No
V CH3COOH
V NaOH
Konsentrasi CH3COOH
Kadar CH3COOH
pH
1
25 ml
53,5 ml
1,27 M
7,2 %
9,17
2
25 ml
52,5 ml
Rata-rata
25 ml
53 ml
1,27 M
7,2 %
9,17

Tabel 4.3 Perhitungan Kadar Sampel I


No
V sampel I
V NaOH
Konsentrasi Sampel I
Kadar Sampel I
pH
1
25 ml
43 ml
1,074 M
6,08 %
9,16
2
25 ml
46,5 ml
Rata-rata
25 ml
44,75 ml
1,074 M
6,08 %
9,16

Tabel 4.4 Perhitungan Kadar Asam Asetat


No
V sampel II
V NaOH
Konsentrasi sampel II
Kadar sampel II
pH
1
25 ml
56,3 ml
1,36M
7,7%
9,18
2
25 ml
57,2 ml
Rata-rata
25 ml
53 ml
1,36M
7,7%
9,18

4.2 Pembahasan
Prinsip titrasi asidi alkalimetri adalah penetapan kadar secara kuantitatif terhadap suatu senyawa
dengan cara mereaksikannya dengan suatu larutan baku yang sudah diketahui konsentrasinya dengan
tepat. Dalam percobaan ini, sampel yang dianalisis adalah asam cuka CH3COOH yang kadarnya dapat
ditentukan melalui metode titrasi dengan larutan baku NaOH. Cuka dapur yang digunakan sebagai
sampel dengan merek: Cap bintang
Kurva perubahan pH asam Asetat terhadap tiap penambahan 10 ml larutan NaOh

Volume NaOH
Gambar 4.1 Grafik perubahan pH asam Asetat
Kurva perubahan pH asam asetat terhadap tiap penambahan 10 ml larutan NaOH
Volume NaOH

Gambar 4.2 Kurva Titrasi NaOH 0,6N terhadap sampel I

Kurva perubahan pH asam asetat terhadap tiap penambahan 10 ml larutan NaOH

Volume NaOH

Gambar 4.3 Kurva Titrasi NaOH 0,6N terhadap sampel II

Pada percobaan, dari hasil titrasi didapat kadar cuka yang terdapat dalam sampel adalah sebesar 7,2 %,
6,8 % dan 7,7 % sedangkan dalam label cuka sampel tertulis kadar cuka tersebut sebesar 5 %. Hal ini
terjadi disebabkan beberapa faktor diantaranya:
1.Kurang telitinya dalam melakukan proses titrasi.
2.Kurang tepatnya pada saat pembuatan larutan NaOH, seperti pada saat penimbangan.
3.Terjadi perubahan skala buret yang tidak konstan.
4.Kurangnya ketelitian dalam memperhatikan perubahan warna indikator
BAB V
KESIMPULAN

5.1Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan Penentuan Asam Asetat dengan Titrasi Asidi-Alkalimetri maka praktikan
dapat menarik kesimpulan yaitu :
1. Dari percobaan didapat kadar asam cuka sebesar 7,2 %, 6,8 % dan 7,7 %. Sedangkan dalam teori kadar
asam cuka sebesar 5 %.
2. Reaksi yang ada pada titrasi ini adalah reaksi netralisasi yaitu reaksi antara asam dengan basa untuk
mencapai titik ekivalen.
3. Pada titrasi asam lemah dengan basa kuat indikator yang sesuai adalah phenolphthalein.
4. Metode titrasi asidi-alkalimetri dapat digunakan untuk menentukan kadar zat yang bersifat asam
ataupun basa dalam sampel.
5. Larutan baku yang digunakan dalam titrasi asidi-alkalimetri adalah asam kuat ataupun basa kuat yang
telah diketahui konsentrasinya secara tepat.
6. Pada titrasi asam lemah dan basa kuat, pH larutan akan terus meningkat seiring dengan
bertambahnya volume larutan dari basa kuat.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2009 a. Asam Asetat. http://id.wikipedia.org


26 agustus 2009
Anonim.2009 b. Air. http://id.wikipedia.org
26 agustus 2009
Anonim.2009 c. Titrasi Asam Basa. http://belajarkimia.com
26 agustus 2009
Anonim.2009d. Analisis Volumetri atau Titrimetri. http://belajarkimia.com
26 agustus 2009
Anonim.2009 e. Kumpulan laporan praktikum. http://sulae.blogspot.com
26 agustus 2009
Day, RA dan Underwood. 1986. Analisis Kimia kuantitatif. Edisi Kelima: Erlangga. Jakarta
HAM, Mulyono. 2006. Kamus Kimia . Edisi Pertama. Bumi Aksara : Jakarta

You might also like