You are on page 1of 8

Siti Khalimah Rohmah

08320089

KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA


KOMUNITAS ADAT TERPENCIL

PENDAHULUAN

Komunitas Adat Terpencil (KAT) merupakan salah satu


permasalahan kesejahteraan sosial di Indonesia yang memerlukan
perhatian semua pihak. Jumlah mereka masih cukup besar, tersebar di
lokasi yang relatif sulit dijangkau, dan pada umumnya jauh tertinggal
secara ekonomis maupun sosial budaya dibandingkan warga negara
lainnya. Mereka itu adalah sebagian warga negara yang memiliki
kewajiban dan hak yang sama dengan warga negara lainnya untuk
berpartisipasi dalam pembangunan.

KAT menjalani kehidupan dalam kekhasan secara sosial budaya,


sehingga mudah dibedakan dengan masyarakat yang relatif lebih maju.
Karakteristik umum yang melekat pada mereka, yaitu berbentuk
komunitas kecil, tertutup dan homogen; pranata sosial bertumpu pada
kekerabatan, terpencil secara geografis dan relatif sulit dijangkau, hidup
dengan sistem ekonomi subsisten, menggunakan peralatan dan teknologi
sederhana, ketergantungan pada lingkungan alam setempat relatif tinggi,
dan terbatasnya akses pelayanan sosial, ekonomi dan politik.

Untuk dapat berpartisipasi dalam pembangunan, maka diperlukan


upaya pemberdayaan sosial bagi KAT tersebut. Oleh karena KAT memiliki
kekhasan, maka diperlukan studi kasus dalam rangka mendalami
kehidupan sosial budaya KAT (Suku Osing). Melalui studi ini, maka akar
permasalahan, potensi dan sumber dalam sistem kehidupan sosial
budaya Suku Osing dapat diperoleh, yang selanjutnya dijadikan dasar
dalam merancang model pemberdayaan yang sesuai kebutuhan bagi
mereka.

Pertanyaan Penelitian:

1. Bagaimana substansi unsur-unsur kebudayaan Suku Osing?

2. Bagaimana implikasi unsur-unsur perubahan sosial terhadap


keberfungsian sosial Suku Osing?

Tujuan Penelitian:

1. Diperolehnya deskripsi tentang substansi unsur-unsur kebudayaan


Komunitas Adat Terpencil (bahasa, religi, nilai/adat istiadat, mata
pencaharian, kesenian, dan politik)

2. Diperolehnya deskripsi tentang implikasi unsur-unsur perubahan


dengan keberfungsian sosial Komunitas Adat Terpencil.

Manfaat Penelitian:

1. Manfaat praktis, memberikan masukan bagi instansi sosial pusat


(Depsos–Ditjen Dayasos) dan daerah (propinsi dan kabupatan/kota),
sebagai bahan untuk penyusunan kebijakan dan program
pemberdayaan sosial Komunitas Adat Terpencil

2. Manfaat teoritis, menambah kepustakaan (konsep-konsep) tentang


Komunitas Adat Terpencil, khususnya tentang Suku Osing di Jawa
Timur.
Metode Penelitian

Penelitian bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Dengan


memperhatikan karakteristik responden yang homogen, maka untuk
masing-masing Propinsi ditentukan sebanyak 20 orang (KK) sebagai
sampel yang diperoleh melalui teknik random sampling. Dalam penelitian
sampel ini akan digunakan data demografi yang tersedia di RT/RW,
Dusun atau Kantor Desa. Selain itu, dipilih sumber data dari unsur tokoh
masyarakat setempat, tokoh adat dan tokoh agama sebanyak 5 orang,
serta unsur pemerintah desa 2 orang.

Penelitian ini menggunakan pendekatan pekerjaan sosial, yang


memusatkan pada aspek keberfungsian sosial KAT. Implementasi dari
pendekatan pekerjaan sosial ini adalah mensinergikan perspektif
antropolgi budaya, sosiologi dan ilmu sosial lain yang relevan. Karena itu,
unsur-unsur kebudayaan dan interaksi sosial serta situasi sosial yang
mempengaruhi kehidupan KAT akan digunakan sebagai alat analisis
dalam mendeskripsikan kehidupan sosial budaya mereka.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara,


wawancara mendalam, dan studi dokumentasi.

Teknis analisis data kualitatif, yaitu bentuk naratif tentang unsur-


unsur kebudayaan dan deskripsi implikasi unsur-unsur perubahan
terhadap keberfungsian sosial.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Ada dua variabel yaitu: “pemenuhan kebutuhan” dan “pertisipasi
KAT dalam kegiatan sosial kemasyarakatan”.

Unsur-Unsur Kebudayaan
Diuraikan dalam tinjauan konseptual, bahwa secara universal
manusia memiliki unsur-unsur kebudayaan yang terdiri dari :
 Sistem teknologi dan peralatan,
 Sistem mata pencaharian hidup,
 Kesenian,
 Bahasa,
 Sistem pengetahuan,
 Sistem dan organisasi kemasyarakatan,
 Sistem religi dan upacara keagamaan.
Unsur kebudayaan yang paling sulit berubah atau dirubah, yaitu
sistem religi dan upacara keagamaan.

Unsur-unsur perubahan tersebut secara antroplogis direduksi ke


dalam tiga wujud kebudayaan, yaitu (1) ide-ide, gagasan, nilai-nilai,
norma-norma, peraturan-peraturan dan sebagainya, (2) aktivitas
kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat, dan (3) sebagai benda-
benda hasil karya manusia. Kemudian di dalam perspektif sosiologis, yang
dikaitkan dengan upaya pemberdayaan masyarakat, unsur-unsur
kebudayaan tersebut direduksi ke dalam tiga unsur-unsur perubahan,
yaitu menjadi (1) teknologi, (2) interaksi sosial dan (3) nilai-nilai. Dalam
penelitian ini, unsur-unsur perubahan ini dikaitkan dengan variabel
keberfungsian sosial KAT, sehingga akan diperoleh informasi sejauhmana
implikasinya dalam kehidupan sosial budaya KAT.
Pemenuhan Kebutuhan
Dalam tinjauan konseptual, variable “pemenuhan kebutuhan”, di
turunkan ke dalam sub-variabel, yaitu pemenuhan “kebutuhan pokok”,
“kebutuhan psiko-sosial” dan “kebutuhan pengembangan”.

Dari analisa dan pembahasan temuan penelitian pada aspek


pemenuhan kebutuhan pokok ini, diperoleh informasi bahwa
“keterpencilan geografis” pada komunitas di tiga lokasi, menyebabkan
mereka mengalami keterbatasan dalam mengakses pelayanan sosial
dasar. Keterpencilan geografis ini juga menyebabkan potensi dan sumber
daya lokal yang ada belum dapat dibudidayakan secara optimal.
Akibatnya, komunitas pada tiga lokasi berada dalam lingkaran
keterbatasan secara ekonomis maupun sosial budaya secara turun
temurun.

Partisipasi Masyarakat
Aspek atau variabel kedua dari konsep keberfungsian sosial yang
digunakan di dalam penelitian ini, yaitu partisipasi masyarakat (KAT)
dalam kegiatan sosial kemasyarakatan. Partisipasi sosial masyarakat ini
selanjutnya di turunkan ke dalam aspek atau sub variable, yaitu:
1. Pemeliharaan sumber daya alam,
2. Pemeliharaan persatuan dan kesatuan,
3. Kontrol sosial,
4. Keamanan lingkungan,
5. Pemeliharaan identitas komunitas.

Pertama, dalam pemenuhan kebutuhan yang meliputi kebutuhan


pokok, sosial-psikologis dan pengembangan, mereka masih dihadapkan
oleh keterbatasan untuk mencapai standar kehidupan yang layak. Di sisi
lain masyarakat memiliki potensi alam, kelembagaan lokal dan kearifan
lokal.
Kedua, partisipasi masyarakat dalam kegiatan sosial kemasyarakatan
pada umumnya sudah mendukung terhadap kebijakan pembangunan.
Dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya nilai sosial budaya lokal
yang tidak mendukung terhadap kebijakan pemerintah dalam
pembangunan. Namun demikian, ada kecenderungan mulai memudarnya
kebanggaan masyarakat terhadap kekayaan sosial budaya lokal.

 Aspek sosial, yang di dalamnya meliputi :


 Kearifan lokal dan kelembagaan lokal.
 Kesejahteraan keluarga.
 Sosial kemasyarakatan.
 Mental-spiritual.
 Kesehatan dan reproduksi.
 Pelestarian SDA.
 Kekayaan sosial budaya lokal.

 Aspek ekonomis, yang di dalamnya meliputi :


 Teknologi baru (Teknologi Tepat Guna).
 Usaha ekonomis dengan mekanisme kelompok.
 Jaringan pemasaran produksi.
 Manajemen usaha dan pemanfaatannya.
 Stimulan bergulir.

 Aspek darurat, yang di dalamnya meliputi :


 Kesehatan dan gizi anak.
 Bantuan natura.
 Pemugaran rumah.
 MCK umum.
LAPORAN mengenai ringkasan jurnal di atas:
a. Problem/masalah penelitian:

Peneliti ingin mengetahui mengenai kehidupan sosial budaya komunitas


adat terpencil yaitu meliputi bagaimana substansi unsur-unsur
kebudayaan Suku Osing, dan bagaimana implikasi unsur-unsur perubahan
sosial terhadap keberfungsian sosial Suku Osing.
b. Subjek/responden dengan memperhatikan karakteristik responden yang
homogen, maka masing-masing Propinsi ditentukan sebanyak 20 orang
(KK). Sampel diperoleh melalui teknik random sampling. Selain itu, dipilih
sumber data dari unsur tokoh masyarakat setempat, tokoh adat dan tokoh
agama sebanyak 5 orang, serta unsur pemerintah desa 2 orang.
c. Rancangan Penelitian:
Masalah : peneliti ingin mengetahui kehidupan sosial budaya komunitas
adat terpencil.
Tujuan penelitian :

1. Diperolehnya deskripsi tentang substansi unsur-unsur kebudayaan


Komunitas Adat Terpencil (bahasa, religi, nilai/adat istiadat, mata
pencaharian, kesenian, dan politik)

2. Diperolehnya deskripsi tentang implikasi unsur-unsur perubahan


dengan keberfungsian sosial Komunitas Adat Terpencil.

d. Metode penelitian yang dipakai adalah bersifat deskriptif dengan


pendekatan kualitatif. Dengan memperhatikan karakteristik responden
yang homogen masing-masing propinsi ditentukan sebanyak 20 orang
(KK) sebagai sampel yang diperoleh diperoleh melalui teknik random
sampling. Dalam penelitian sampel ini akan digunakan data demografi
yang tersedia di RT/RW, Dusun atau Kantor Desa. Selain itu, dipilih
sumber data dari unsur tokoh masyarakat setempat, tokoh adat dan tokoh
agama sebanyak 5 orang, serta unsur pemerintah desa 2 orang.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, wawancara
mendalam, dan studi dokumentasi. Selanjutnya teknis analisis datanya
secara kualitatif, yaitu bentuk naratif tentang unsur-unsur kebudayaan
dan deskripsi implikasi unsur-unsur perubahan terhadap keberfungsian
sosial.
e. Hasil-hasil penelitiannya adalah dua variabel yang menjadi perhatian di
dalam penelitian tentang Komunitas Adat Terpencil ini, yaitu
“pemenuhan kebutuhan” dan “pertisipasi KAT dalam kegiatan sosial
kemasyarakatan”. Di samping kedua variabel tersebut, penelitian juga
mencoba mendeskripsikan unsur-unsur kebudayaan pada tiga komunitas
adat terpencil. Studi terhadap unsur-unsur kebudayaan dalam upaya
memperoleh gambaran utuh tentang karakteristik komunitas adat
terpencil di tiga lokasi. Dengan mengenali unsur-unsur kebudayaan ini,
maka akan diperoleh informasi potensi mereka dalam upaya perubahan.

You might also like