You are on page 1of 18

MAKALAH

EKOLOGI PERAIRAN

PARASIT IKAN

Oleh :
Rizki Alifia N J1B006028
Escha Firdaus K J1B006029

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN
PURWOKERTO
2010
PENDAHULUAN

Keberhasilan suatu usaha budidaya ikan tidak terlepas dari


masalah penyakit dan parasit ikan. Meskipun jarang terjadi pada
kolam kolam yang terawat dengan baik, wabah penyakit dan
parasit yang menyerang ikan dapat menimbulkan kerugian besar
bagi petani ikan karena sering menyebabkan kematian ikan
secara massal.
Adapun organisme penyebab penyakit dan parasit yang
biasa menyerang ikan umumnya berasal dari golongan jamur,
bakteri, virus, dan hewan invertebrata.
Sebenarnya kerugian yang timbul karena adanya serangan
penyakit dan parasit dapat diatasi dengan pengelolaan kolam
secara baik. Apabila kebersihan kolam, kualitas dan kuantitas air
terpelihara dengan baik, kemungkinan terjadinya serangan
penyakit atau parasit pada ikan yang dibudidayakan dapat
diperkecil.
Untuk mengatasi timbulnya masalah penyakit dan parasit
pada ikan peliharaan, ada baiknya kita mengetahui bagaimana
cara terjangkitnya maupun penularan penyakit dan parasit
terhadap ikan. Adapun caranya adalah sebagai berikut:
• Melalui air
• Melalui kontak atau gesekan secara langsung dengan ikan
yang terserang penyakit atau parasit.
• Melalui alat – alat yang telah digunakan untuk menangani
atau mengangkut ikan – ikan yang terserang penyakit atau
parasit.
• Terbawa oleh ikan, makan atau tumbuhan dari daerah
asalnya dan berkembang dengan pesat dikolam yang baru.
Meskipun usaha pencegahan yang telah dilakukan dengan
sungguh – sungguh kadangkala ikan masih juga terserang
penyakit maupun parasit. Hal ini mungkin disebabkan karena
adanya proses pembusukan di kolam, baik terhadap kotoran
hasil metabolisme maupun sisa makanan. Padat penebaran yang
terlalu tinggi, kondisi ikan yang lemah atau kualitas makanan
yang kurang memenuhi persyaratan dapat juga membantu
perkembangan penyakit maupun parasit. Untuk mencegah
penyerangan penyakit atau parasit ke seluruh ikan yang
dipelihara, perludiketahui secepat mungkin tanda – tanda
terjangkitnya. Adapun tanda – tanda dari ikan yang telah terkena
serangan penyakit atau parasit adalah:
1. Ikan terlihat pasif, lemah, dan kehilangan
keseimbangan.
2. Nafsu makan mulai berkurang.
3. Malas berenang dan cenderung mengapung di
permukaan air.
4. Adakalanya ikan bergerak secara cepat dan tiba –
tiba.
5. Selaput lendirnya berangsur – angsur berkurang,
sehingga tubuh ikan tidak licin lagi.
6. Pada permukaan tubuh ikan terjadi pendarahan.
7. Dibeberapa bagian tubuh ikan sisiknya tampak rusak
bahkan terlepas.
8. Sirip dada, punggung maupun ekor sering di jumpai
rusak dan pecah – pecah.
9. Insang mengalami kerusakan yang mengakibatkan
ikan sulit untuk bernafas.
10. Bagian isi perutnya terutama hati, berwarna
kekuning – kuningan dan ususnya menjadi rapuh.
ISI

Definisi Penyakit
Penyakit adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan
gangguan suatu fungsi atau struktur alat tubuh, baik secara
langsung maupun tidak langsung (Sachlan, 1972 dalam Afrianto
dan Liviawaty, 1992). Salah satu penyebab adanya gangguan
tersebut adalah parasit. Menurut Kordi (2004), parasit adalah
hewan atau tumbuhan yang hidup di dalam atau pada tubuh
organisme lain (berbeda jenis), sehingga memperoleh makanan
dari inangnya tanpa ada kompensasi apa pun. Parasit yang
dikenal menyerang berbagai ikan budidaya antara lain Protozoa
dan Metazoa.
Secara alami penyakit dibedakan menjadi dua yaitu
penyakit infeksi dan non infeksi. Penyakit infeksi disebabkan oleh
bakteri, jamur, virus dan parasit. Penyakit non infeksi disebabkan
oleh faktor pencemaran air, kerusakan akibat penangkapan dan
abnormalitas akibat faktor keturunan. Penyakit infeksi yang
disebabkan oleh parasit dibedakan yaitu parasit luar
(ektoparasit), merupakan parasit yang menginfeksi pada bagian-
bagian tubuh luar dan bagian insang termasuk sirip atau di
dalam liang-liang dalam kulit atau bagian tubuh lain yang
berhubungan dengan lingkungan (mata, hidung, mulut dan
sebagainya). Parasit dalam (endoparasit), merupakan parasit
yang menginfeksi pada bagian dalam tubuh ikan seperti usus,
lambung, hati dan organ dalam lainnya (Suyanto, 1981).
Organisme Parasit
Parasit adalah organisme yang hidupnya dapat
menyesuaikan diri dengan inangnya, sangat tergantung pada
inangnya sebagai habitat dan pemberi makannya dan merugikan
organisme yang ditempelinya (inang) (Noble and Noble, 1989
dalam Maswira, 2008). Menurut Van Duijn (1967), parasit dapat
dibagi menjadi 2 kelompok yang berbeda yaitu ektoparasit dan
endoparasit, menurut letak organ yang terinfeksi oleh parasit.
Ektoparasit adalah parasit yang melekat pada bagian
permukaaan tubuh, sedangkan endoparasit adalah parasit yang
hidup di dalam tubuh inang, seperti saluran pencernaan, hati dan
organ lain (Widyastuti, 2002). Menurut Fernando et al. (1972)
dalam Maswira (2008), setiap jenis parasit mempunyai habitat
yang berbeda pada organ inang sebagai tempat hidupnya,
parasit yang menginfeksi pada bagian luar tubuh adalah
Protozoa, Monogenea, Copepoda. Sedangkan parasit yang
menyerang bagian dalam tubuh ikan adalah termasuk Protozoa,
Digenea, Acanthocephala, Nematoda dan Crustacea.
Dilihat dari segi jumlahnya, parasit dibedakan menjadi
Protozoa dan Metazoa. Protozoa adalah hewan bersel satu
(uniseluler), sedangkan Metazoa adalah hewan bersel banyak
(Kordi, 2004). Organisme parasit umumnya menimbulkan
kerugian yang cukup besar. Dalam mendeteksi serangan
penyakit dari organisme parasit sering mengalami kesulitan
karena beberapa parasit dapat memperlihatkan gejala penyakit
yang sama, sehingga sering menyebabkan wabah penyakit
dengan timbulnya infeksi sekunder (Afrianto dan Liviawaty,
1992). Pada kondisi normal keberadaan parasit tidak akan
mengganggu aktivitas dan kesehatan ikan. Akan tetapi,
terjadinya penurunan kualitas lingkungan dan immunitas ikan
serta melimpahnya jumlah parasit pada perairan dapat
mendorong terjadinya penyakit yang disebabkan oleh infeksi
parasit.
Berdasarkan tempat tumbuhnya penyakit di dalam tubuh
ikan maka bagian tubuh ikan yang diserang penyakit dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu :bagian luar tubuh ikan yaitu
kulit, sirip, mata, hidung dan insang. Ikan yang terserang
penyakit pada kulitnya akan terlihat lebih pucat dan berlendir.
Ikan tersebut biasanya akan menggosokan tubuhnya pada
benda-benda yang ada di sekitarnya. Sedangkan serangan
penyakit pada insang menyebabkan ikan sulit bernafas, tutup
insang mengembang dan warna insang menjadi pucat. Pada
lembaran insang sering terlihat bintik-bintik merah karena
pendarahan kecil (peradangan). Pada bagian dalam tubuh ikan,
penyakit yang menyerang organ dalam sering mengakibatkan
perut ikan membengkak dengan sisik yang berdiri. Sering pula
dijumpai perut ikan menjadi kurus. Jika menyerang usus,
biasanya akan mengakibatkan peradangan dan jika menyerang
gelembung renang, ikan akan kehilangan keseimbangan pada
saat berenang.
Beberapa Jenis Penyakit
Ichthyophthirius multifiliis
Ichthyophthirius multifiliis adalah jenis parasit yang
digolongkan kedalam phylum Protozoa, subphylum Ciliophora,
kelas Ciliata, subkelas Holotrichia, Ordo Hymenostomatida, famili
Ophryoglenia dan genus Ichthyophthirius multifiliis (Hoffman,
1967). Kecuali pada bagian anterior yang berbentuk cincin
(cystome), hampir di seluruh permukaan tubuh Ichthyophthirius
multifiliis tertutup oleh silia yang berfungsi untuk pergerakannya,
bagian sitoplasmanya terdapat makronukleus yang berbentuk
seperti tapal kuda, mikronukleus (inti yang kecil) yang menempel
pada makronukleus dan sejumlah vakuola kontraktil.
Ichtyopthyrus multifilis merupakan parasit yang bersifat
kosmopolit pada ikan. Infeksi penyakit ini pernah dilaporkan
pada area akuakultur baik daerah tropik maupun sub arktik
(Nigrelli et al., 1976; Valtonen and Keranen, 1981). Umumnya
temperatur yang mendukung perkembangannya yaitu berkisar
antara (25-280C), di mana tingkat perkembangannya lebih
singkat dari pada temperatur dingin.
Aeromonas hydrophilla
Aeromonas hydrophilla adalah bakteri gram negative yang
hampir menyerang semua ikan air tawar. Ikan yang terserang
penyakit ini memeperlihatkan gejala-gejala: warna tubuh
menjadi gelap, kulit akan menjadi kasar, berenang dan bernafas
lemah dan megap-megap, sering terjadi pendarahan organ
dalam, mengalami kerusaskan sirip, mata mengalami kerusakan
dan agak menonjol.

Dactylogyrus
Dactylogyrus sp. digolongkan ke dalam phylum Vermes,
subphylum Platyhelmintes, kelas Trematoda, ordo Monogenea,
famili Dactylogyridae, subfamily Dactylogyrinae dan genus
Dactylogyrus. Hewan parasit ini termasuk cacing tingkat rendah
(Trematoda). Dactylogyrus sp sering menyerang pada bagian
insang ikan air tawar, payau dan laut. Pada bagian tubuhnya
terdapat posterior Haptor. Haptornya ini tidak memiliki struktur
cuticular dan memiliki satu pasang kait dengan satu baris
kutikular, memiliki 16 kait utama, satu pasang kait yang sangat
kecil. Dactylogyrus sp mempunyai ophistapor (posterior suvker)
dengan 1 – 2 pasang kait besar dan 14 kait marginal yang
terdapat pada bagian posterior. Kepala memiliki 4 lobe dengan
dua pasang mata yang terletak di daerah pharynx.

Saprolegnia sp.
Saprolegnia sp. termasuk jenis jamur yang sangat
berbahaya bila lingkungan air sangat tercemar oleh bahan
organik. Ciri-ciri jamur ini adalah adanya benang pada tubuh ikan
yang lemah kondisi tubuhnya. Hifa dari jamur dapat masuk ke
dalam otot ikan bagian dalam dan dapat menyebabkan kematian
ikan. Pada umumnya jamur ini biasanya menyerang ikan-ikan
yang lemah karena terserang penyakit lain seperti ektoparasit.
Selain itu dapat menyerang telur-telur ikan yang tidak dibuahi
atau yang berkualitas buruk. Secara kasat mata jamur ini hanya
terlihat berwarna putih dan untuk melihat secara jelas harus
menggunakan alat bantu mikroskop.

Trichodina sp.
Trichodina sp. merupakan parasit yang berbentuk seperti
setengah bola dengan bagian tengah (dorsal) cembung,
sedangkan mulut pada bagian ventral. Pada bagian mulut
dilengkapi alat penghisap dengan dilengkapi suatu alat dari
chitine yang melingkari mulut. Alat chitine ini berbentuk seperti
jangkar (anchor). Merupakan parasit yang menyerang kulit dan
sirip ikan dan menimbulkan luka atau kerusakan pada organ
yang diserang. Gejala adanya serangan parasit ini adalah
pendarahan pada kulit ikan, pucat, ikan berlendir banyak.

Lernea sp.
Lernea sp. termasuk crustacean (udang-udangan tingkat
rendah). Ciri parasit ini adalah jangkar yang menusuk pada kulit
ikan dengan bagian ekor (perut) yang bergantung, dua kantong
telur berwarna hijau. Jenis parasit ini biasa disebut dengan
cacing jangkar karena bentuk tubuhnya yaitu bagian kepalanya
seperti jangkar yang akan dibenamkan pada tubuh ikan sehingga
parasit ini akan terlihat menempel pada bagian tubuh ikan yang
terserang parasit ini. Parasit ini sangat berbahaya karena
menghisap cairan tubuh ikan untuk perkembangan telurnya.
Selain itu bila parasit ini mati, akan meninggalkan berkas
lubang pada kulit ikan sehingga akan terjadi infeksi sekunder
oleh bakteri. Parasit ini dalam siklus hidupnya mengalami tiga
kali perubahan tubuhnya yaitu nauplius, copepodit dan bentuk
dewasa. Dalam satu siklus hidupnya membutuhkan waktu
berkisar antara 21 – 25 hari. Individu dewasa dapat terlihat
secara kasat mata dan pada bagian bawah tubuhnya pada
individu betina mempunyai sepasang kantung telur. Kantung
telur ini akan menetas dan naupliusnya akan berenang keluar
dari dalam kantung untuk mencari ikan lainnya.
Epistylis sp.
Epistylis sp. merupakan hewan bersel satu yang dapat
melemahkan dan bahkan dapat menyebabkan kematian ikan.
Kondisi perairan yang buruk dapat mendukung pertumbuhan
Epistylis sp. pada ikan (Durborow, 2003). Pada dasarnya
merupakan protozoa yang hidup bebas dengan melekat pada
tanaman air. Pada kondisi kualitas air kaya akan bahan organik,
maka Epistylis sp. dapat berubah menjadi agensia penyakit.
Sering dijumpai sebagai parasit pada ikan-ikan liar bersisik atau
ikan budidaya terutama Salmo salar dan Ichtalurus punctatus,
dan penyakit tersebut dikenal sebagai red sore disease (Irianto,
2005).

Epistylis sp. adalah protozoa yang menginfeksi ikan air


tawar, air payau dan air laut, termasuk udang windu (Penaeus
monodon) dan udang galah (Macrobrachium rosenbergii). Ikan-
ikan yang terserang mula-mula memperlihatkan gejala “flashing”
yaitu tubuhnya bergerak secara berkelebat dan memantulkan
cahaya, biasanya terjadi pada saat menjelang tengah malam
atau malam hari (Ghufron dan Kordi, 2004). Epistylis sp. melekat
pada permukaan tubuh ikan yaitu kulit dan insang, sehingga
menimbulkan kerusakan pada bagian yang ditempeli tersebut.
Infeksi berat biasanya diikuti oleh infeksi sekunder oleh bakteri
dan jamur sehingga biasanya terjadi pendarahan. Selain
meyerang ikan, Epistylis sp. juga menyerang telur ikan (Moller et
al., 1986).
Trypanosoma sp.
Trypanosoma sp. merupakan parasit darah yang termasuk
dalam Subphylum Mastigophora dan endokomensal pada usus
tetapi juga berkoloni di kantung empedu dan organ internal
lainnya yang memberikan dampak pada kesehatan ikan (Rohde,
1932). Trypanosoma sp. biasa hidup di ikan air tawar dan ikan
laut (Hortman, 1970; Kudo, 1971; DuJjn, 1973: AI-Salim, 1980
dalam Al-Salim, 1990). Menurut Moller dan Kiel (1986),
Trypanosoma termasuk dalam Sarcomatigophora dan bergerak
dengan menggunakan flagel dan menyerang darah pada ikan
laut.

Gambar Trypanosoma sp. Pada Tahap Trypomastigote.


Siklus hidup pada Trypanosoma sp. terdiri dari 4 tahap
yaitu, amastigote, sphaermastigote, epimastigote,
trypomastigote. Pada darah ikan, hanya ditemukan Trypanosoma
sp. yang telah menjadi tahap trypomastigote. Kehadiran dari
Trypanosoma sp. yang berbeda ukuran pada darah ikan
mengindikasikan adanya infeksi ganda dibandingkan kehadiran
parasit. Trypanosoma sp. (tahap trypomstigote) yang telah
menjangkit lintah, akan kehilangan flagelnya dan berkembang
menjadi tahap amastigote. Setelah beberapa pembelahan,
ukurannya berkurang menjadi 3 µm. Perkembangan berikutnya
adalah sphaeromastigote membentuk flagel yang pendek tetapi
masih dapat bercabang. Setelah itu tidak terjadi perubahan
berikutnya. Infeksi karena Trypanosoma sp. menyebabkan
pengurangan dari nilai hematokrit, hemoglobin, dan protein
plasma (Burreson dan Zwerner, 1984 dalam Moller dan Kiel,
1986).
Chilodonella sp.
Chilodonella sp. merupakan protozoa bersilia yang
menyebabkan ikan mengeluarkan lendir (mucus) yang
berlebihan. Ikan yang terinfeksi akan berkelebatan dan akan
terlihat tanda iritasi pada tubuh. Banyak ikan yang mati
dikarenakan infestasi parasit yang terus meningkat (Klinger and
Ruth, 1987). Menurut (Durborrow, 2003), Chilodonella sp.
memiliki bentuk tubuh oval, datar dengan silia. Parasit ini
bergerak seperti Icthyobodo, tetapi lebih cepat. Chilodonella sp.
akan masuk kedalam insang dan permukaan kulit. Jumlah yang
banyak pada parasit ini akan menyebabkan kematian.
Bengkaknya insang merupakan infeksi yang disebabkan
Chilodonella sp.

Pengobatan Penyakit Ikan


Pengobatan merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh
para pembudidaya ikan jika ikan yang dipelihara terserang
penyakit. Sebelum melakukan pengobatan terhadap ikan yang
sakit, terlebih dahulu harus diketahui jenis penyakit yang
menyebabkan ikan sakit agar dapat diketahui jenis obat yang
akan digunakan untuk menyembuhkan penyakit tersebut. Ada
tiga hal yang harus diperhatikan oleh para pembudidaya ikan
yang akan melakukan pengobatan terhadap beberapa jenis
penyakit infeksi yaitu (Gusrina, 2008):
1. Jika penyakit ikan disebabkan oleh virus maka tidak ada
obat yang dapat memberantas virus tersebut. Yang bisa
dilakukan adalah mengurangi hal-hal yang menyebabkan
terjadinya penyakit.
2. Jika penyakit disebabkan oleh bakteri maka obat yang
dapat digunakan adalah bahan kimia sintetik atau alami
atau antibiotika.
3. Jika penyakit disebabkan oleh jamur dan parasit maka obat
yang digunakan adalah bahan kimia.
Dalam melakukan pengobatan dengan menggunakan
bahan kimia harus diperhatikan beberapa hal yaitu :
1. Bahan kimia yang digunakan harus larut dalam air
2. Bahan tersebut tidak mempunyai pengaruh yang besar
terhadap produksi kolam. Bahan yang digunakan harus
selektif yaitu bahan yang digunakan hanya
3. Mematikan sumber penyakit tidak mematikan ikan.
4. Bahan tersebut mudah terurai.
Pengobatan ikan sakit dapat dilakukan beberapa metoda.
Metoda yang dilakukan harus mempertimbangkan antara lain;
ukuran ikan, ukuran wadah, bahan kimia atau obat yang
diberikan dan sifat ikan. Beberapa metoda pengobatan adalah
sebagai berikut :
1. Melalui suntikan dengan antibiotika metoda penyuntikan
dilakukan bila yang diberikan adalah sejenis obat seperti
antibiotik atau vitamin. Penyuntikan dilakukan pada daerah
punggung ikan yang mempunyai jaringan otot lebih tebal.
Penyuntikan hanya dilakukan pada ikan yang berukuran
besar terutama ukuran induk. Sedangkan yang kecil tidak
dapat dilakukan.
2. Melalui makanan obat atau vitamin dapat diberikan melalui
makanan. Akan tetapi bila makanan yang diberikan tidak
segera dimakan ikan maka konsentrasi obat atau vitamin
pada makanan akan menurun karena sebagian akan larut
dalam air. Oleh karena itu metoda ini efektif diberikan pada
ikan yang tidak kehilangan nafsu makannya.
3. Metoda perendaman dilakukan bila yang diberikan adalah
bahan kimia untuk membunuh parasit maupun
mikroorganisme dalam air atau untuk memutuskan siklus
hidup parasit. Pengobatan ikan sakit dengan metoda
perendaman adalah sebagai berikut:
• Pengolesan dengan bahan kimia atau obat, metoda
ini dilakukan bila bahan kimia atau obat yang digunakan
dapat membunuh ikan, bahan kimia atau obat dioleskan
pada luka di tubuh ikan.
• Pencelupan; Ikan sakit dicelupkan pada larutan
bahan kimia atau obat selama 15 – 30 detik, metoda ini
pun dilakukan bila bahan kimia atau obat yang
digunakan dapat meracuni ikan.
• Perendaman; dilakukan bila bahan kimia atau obat
kurang sifat racunnya atau konsentrasi yang diberikan
tidak akan membunuh ikan. Pada perendaman jangka
pendek (15 – 30 menit) dapat diberikan konsentrasi
yang lebih tinggi daripada pada perendaman dengan
waktu yang lebih lama (1 jam lebih sampai beberapa
hari).
Pengobatan jamur
Ikan yang terserang penyakit ini tubuhnya ditumbuhi
sekumpulan benang halus seperti kapas dan dapat menyerang
telur sehingga menghambat pernafasan yang dapat
mengakibatkan kematian. Penyakit ikan yang disebabkan oleh
jamur dapat diobati dengan tiga cara, yaitu direndam larutan
kalium permanganate, larutan garam dapur, dan larutan
malachite green. Ikan direndam dalam larutan kalium
permanganate 1 gram per 100 liter, selama 60 – 90 menit. Ikan
direndam dalam larutan garam dapur (10 gram per liter) selama
1 menit. Sedangkan untuk mengobati penyakit ikan dengan
malachite green, sebelumnya dibuat larutan baku (1 mg serbuk
dilarutkan dalam 450 ml air). Untuk merendam ikan, 1–2 ml
larutan baku itu dilarutkan (diencerkan) dalam 1 liter air, untuk
dipakai merendam ikan selama 1 jam. Pengobatan diulang
sampai tiga hari berturut-turut. Selain itu juga dapat dilakukan
dengan perendaman selama 24 jam tetapi dosisnya dikurangi
menjadi 0,15 – 0,70 ppm. Dapat juga menggunakan formalin 100
– 200 ppm selama 1 – 3 jam dan perendaman dengan larutan
garam dapur (NaCl) 20 ppm selama 1 jam.
Pengobatan bakteri
Ikan yang terserang penyakit ini akan bergerak lambat,
bernafas megap-megap di permukaan air, warna insang pucat
dan warna tubuh berubah gelap. Juga terdapat bercak-bercak
merah pada bagian luar tubuhnya dan kerusakan pada insang
dan kulit. Pengobatan penyakit dari kelompok bakteri ini dapat
dilakukan dengan beberapa metode diantaranya adalah :
1. Metode perendaman dalam larutan PK 10 - 20 ppm selama
30 - 60 menit atau PK 3 – 5 ppm selama 12 – 24 jam.
Dengan larutan Nitrofuran 5 – 10 ppm selama 24 jam dan
dengan larutan antibiotik oksitetrasiklin 5 ppm selama 24
jam, tetrasiklin/ kemisitin/Chloramphenikol 250 mg dalam
500 liter air selama 2 jam dan dilakukan setiap hari selama
3 – 5 hari.
2. Pada ikan besar, pengobatan dapat dilakukan dengan
metode penyuntikan menggunakan antibiotik
oksitetrasiklin sebanyak 20 – 40 mg/kg ikan, Kanamysine
sebanyak 20 – 40 mg/kg ikan dan Streptomysin sebanyak
20 – 60 mg/kg ikan. Obat-obat antibiotika seperti Kemicitin,
Tetrasiklin, Streptomisin yang berupa serbuk, dicampurkan
ke dalam makanan ikan. Dosisnya harus diperhitungkan
agar setiap 100 gram berat ikan, dapat memakan 1 mg
antibiotika itu per hari. Lama pemberian obat ini 2 – 3
minggu. Dosis penyuntikan antibiotik larutan
chloramphenicol (kemicitin) 1 : 1,5 sebanyak 1 – 2 ml
disuntikkan ke dalam rongga perut (intra abdomincal
cavity) untuk setiap berat badan ikan 200 gram.
Penyuntikan perlu diulang setiap 2 – 3 hari sampai jangka
waktu 2 minggu. Kalau cara ini berhasil, biasanya dapat
terlihat gejala penyembuhan dari hari ke hari.
3. Metoda oral yaitu dengan pemberian pakan yang dicampur
dengan antibiotik misalnya oksitetrasiklin sebanyak 50
mg/kg ikan diberikan setiap hari selama 7 – 10 hari.
Pengobatan Trematoda
Pada ikan budidaya salah satu jenis parasit dari kelompok
Trematoda yaitu Dactylogyrus dan Gyrodactylus biasa
menyerang ikan pada bagian insang dan kulit. Insang yang
dirusaknya akan menjadi luka dan menimbulkan pendarahan
yang akan mengakibatkan terganggunya pernafasan ikan.
Pengobatan yang dapat dilakukan dengan metode perendaman
dalam larutan formalin teknis (formalin 40%) sebanyak 250 ml
dalam 1 m3 selama 15 menit atau dengan larutan Methylene
Blue 3 ppm selama 24 jam dan larutan Malachite Green 2 – 3
ppm selama 30 – 60 menit.
DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, E and Liviawaty Evi. 1993. Pengendalian Hama dan


Penyakit Ikan. Kanisius, Yogyakarta. Hal 54-77.

AL-salim. 1990. Trypanosoma arabicasp. n. From The Fresh


Water Fish Silurus triostegus Heckel In Iraq. Act A
Ichthyologica Vol. XX Phrase. 2

Durborrow, R. M. 2003. Protozoan Parasites. Southern Regional


Aquaculture Center Publications. Journal of Parasites. 7 hal.

Grabda, J. 1981. Marine Fish Parasitology. An Outline. PWN-Polish


Scientific Publisher, Warszawa

Gusrina. 2008. Budidaya Ikan Untuk SMK. Direktorat Pembinaan


Sekolah Menengah Kejuruan. Departemen Pendidikan
Nasional. Jakarta.

Hambali, Supriyadi. 2002. Menanggulangi Penyakit Mewaspadai


dan Pada Lou Han. Agro Media, Jakarta.

Huseyin, S and B. Selcuk. 2005. Prevalence of Epistylis sp.


Ehrenberg, 1832 (Peritrichia, Sessilida) on the Narrow-
clawed Crayfish, Astacus leptodactylus (Eschscholtz, 1823)
from Manyas Lake in Turkey Journal of Animal and
Veterimry Advances.

Irianto, A. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Gajah Mada University


Press, Yogyakarta.

Klinger, R. E. and R. F. Floyd. 1987. University of Florida


Introduction to Freshwater Fish Parasites University of
Florida IFAS Extension. Fisheries and Aquatic Sciences
Department, Cooperative Extension Service, Institute of
Food and Agricultural Sciences, Florida

Moller, Y. and K. Anders. 1986. Disease and Parasites of Marine


Fishes, Germany.

Nigrelli, R. F., Pokorny, K. S and Ruggieri, G. D. 1976. Notes on


Icthyopthyrus multifilis, A Ciliate Parasitic on Freshwater
Fishes, With Some Remarks on Possible Physiological
Races and Species. Transactions of The American
Microscopial Society 95, 607-613

Rohde, K. 1932. Marine Parasitology. National Library of


Australia Cataloguing-in-Publication entry, Australia.
Suyanto, R. 1981. Parasit Ikan dan Cara-Cara Pemberantasnya.
Pusat Penelitian Yayasan Sosial Tani Membangun, Jakarta.

Van Duijn, C. 1967. Disease of Fishes. Eliffe Book, London.

Widyastuti, R. 2002. Materi Pokok Parasitologi. Pusat Penerbit


Universitas Terbuka, Jakarta.

Wiliam, J. 2003. Parasites of North American Freshwater Fishes.


Los Angeles. Jurnal Penelitian Parasit. 7 hal

You might also like