Professional Documents
Culture Documents
Melihat situasi konflik antara pendukung Orde Lama dengan Orde Baru semakin
bertambah gawat, DPR-GR berpendapat bahwa situasi konflik harus segera diselesaikan
secara konstitusional. Pada tanggal 3 Februari 1967 DPR-GR menyampaikan resolusi dan
memorandum yang berisi anjuran kepada Ketua Presidium Kabinet Ampera agar
diselenggarakan Sidang Istimewa MPRS.
Sekalipun situasi konflik berhasil diatasi, namun kristalisasi Orde Baru belum
selesai. Untuk mencapai stabilitas nasional diperlukan proses yang baik dan wajar, agar
dapat dicapai stabilitas yang dinamis, yang mendorong dan mempercepat pembangunan.
Proses ini dimulai dari penataan kembali kehidupan politik yang berlandaskan kepada
Pancasila dan UUD 1945. dengan adanya peralihan kekuasaan dari Soekarno kepada
Soeharto sebagai pemegang tampuk pemerintahan di Indonesia, maka dimulailah babak
baru yaitu sejarah Orde Baru.
Pada hakikatnya, Orde Baru merupakan tatanan seluruh kehidupan rakyat, bangsa
dan Negara yang diletakkan pada kemurnian pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 , atau
sebagai koreksi terhadap penyelewengan-penyelewengan yang terjadi di masa lampau. Di
samping itu juga berupaya menyusun kembali kekuatan bangsa untuk menumbuhkan
stabilitas nasional guna mempercepat proses pembangunan bangsas.
Usaha penataan kembali kehidupan politik ini dimulai pada awal tahun 1968
dengan penyegaran DPR-GR. Penyegaran ini bertujuan menumbuhkan hak-hak
demokrasi dan mencerminkan kekuatan-kekuatan yang ada di dalam masyarakat.
Komposisi anggota DPR terdiri dari wakil-wakil partai politik dan golongan karya. Taha
selanjutnya adalah penyederhanaan kehidupan kepartaian, keormasan, dan kekaryaan
dengan cara pengelompokkan partai-partai politik dan golongan karya. Usaha ini dimulai
tahun 1970 dengan mengadakan serangkaian konsultasi dengan pimpinan partai-partai
politik. Hasilnya lahirlah tiga kelompok di DPR yaitu :
1.Kelompok Demokrasi Pembangunan yang terdiri dari partai-partai PNI, Parkindo,
Katolik, IPKI, serta Murba.
Untuk memberikan arah dalam usaha mewujudkan tujuan nasional tersebut maka
MPR telah menetapkan Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) sejak tahun 1973.
Pada dasarnya GBHN merupakan pola umum pembangunan nasional dengan rangkaian
program-programnya. GBHN dijabarkan dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun
(Repelita) yang berisi program-program konkret yang akan dilaksanakan dalam kurun
waktu lima tahun. Pelaksanaan Repelita telah dimulai sejak tahun 1969.
Selain itu dikumandangkan juga bahwa pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi
sebagai akibat pelaksanaan pembangunan tidak akan bermakna apabila tidak diiringi oleh
pemerataan pembangunan. Oleh karena itu, sejak Pelita III pemerintah Orde Baru
menetapkan Delapan Jalur Pemerataan yaitu :