Professional Documents
Culture Documents
Puji syukur dipanjatkan kepada Allah S.W.T atas rahmat dan hidayah-
Nya penelitian ini dapat diselesaikan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Metodelogi dan Historiografi.
Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penulisan
penelitian ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan yang
timbul dapat teratasi. Untuk itu atas segala bantuannya, disampaikan terima kasih
kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
3. Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Semua pihak yang telah membantu dalam penlisan skripsi ini.
Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari
Allah S.W.T.
Walaupun disadari dalam penulisan penelitian ini masih ada kekurangan,
namun diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan dan juga dunia pendidikan.
Surakarta, 6 Januari 2010
(Penulis)
B. Pembatasan Masalah.
Penelitian ini mengulas mengenai kebijakan pemerintah yang mengekang
kebebasan pers pada masa Orde Baru. Jurnalistik pers berarti proses kegaitan
mencari, menggali, mengumpulkan, mengolah, memuat dan menyebarkan berita
melalui media berkala pers yakni sura kabar, tabloid atau majalah kepada
khalayak seluas-luasnya dengan secepat-cepatnya. Apabila jurnalistik mengarah
kepada prosesnya, pers lebih mengarah kepada media, dan yang menjadi sorotan
pada penelitian ini adalah media penerbitan cetak atau yang menjadi produk
paling utamanya yakni surat kabar. Dalam penelitian ini akan dikaji mengenai
segala UU, peraturan-peraturan ataupun kebijakan pemerintah orde baru yang
mencoba menggerogoti kekuatan dari pers.
Scope permasalahan yang dikaji dalam masalah ini yakni mengenai
perkembangan pers di Indonesia. Baik mengenai bagaimana bentuk pergerakan
pers maupun arah gerak pers sesuai dengan kode etik jurnalistik yang berlaku
pada waktu itu. Sedang dari segi spasial yang menjadi pembahasan utama dari
penelitian ini adalah masa Orde Baru dimana pada masa itu banyak kontroversi-
kontroversi yang ditimbulkan dari peraturan-peraturan pemerintah yang
cenderung bersifat otoriter tanpa adanya kritik yang intensif dari seluruh lapisan
masyarakat.
C. Rumusan Masalah.
Yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini antara lain :
1. Bagaimana keadaan pers masa masa Orde Baru?
2. Bagaimana peraturan dan kebijakan pemerintah orde baru terhadap
kehidupan pers pada masa itu?
3. Bagaimana usaha dan tindakan yang diambil oleh kalangan pers untuk
bertahan menanggapi peraturan pemerintah masa orde baru?
D. Tujuan dan Manfaat.
1) Tujuan
Tujuan yang dapat diambil dari penelitian ini antara lain :
1. Penulis dapat mengetahui keadaan pers pasa awal masa Orde Baru.
2. Penulis dapat mengetahui peraturan dan kebijakan pemerintah orde baru
terhadap kehidupan pers pada masa itu.
3. Penulis dapat mengetahui usaha dan tindakan yang diambil oleh kalangan
pers untuk bertahan menanggapi peraturan pemerintah masa orde baru.
2) Manfaat
a) Manfaat Teoritis :
1) Memberikan sumbangan kepada ilmu sejarah pada umumnya dan sejarah
pers pada khususnya.
2) Menambah perbendaharaan tulisan tentang sejarah pers di Indonesia.
3) Mengembangkan kemampuan berfikir secara ilmiah dalam menganalisa
kebijakan pemerintah orde baru terhadap kehidupan pers.
b) Manfaat Praktis :
1) Sebagai bahan masukan atau informasi serta bahan perbandingan bagi
peneliti berikutnya dalam hal atau masalah yang sama
2) Memberikan gambaran yang jelas kepada mahasiswa program sejarah dan
mahasiswa program lain yang ingin mengetahui sejarah pers di masa orde
baru
E. Kajian Sumber
1. Buku
Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa buku yang
merupakan sumber-sumber sejaman sebagai sumber primer ataupun yang tidak
sejaman sebagai sumber sekunder. Buku-buku tersebut antara lain disebutkan
dibawah ini.
Buku dari Edward C. Smith, yang berjudul Sejarah Pembredelan Pers di
Indonesia. Buku ini terbit pada tahun 1983 diterbitkan oleh PT Grafiti Press
Jakarta. Hal-hal yang dimuat dalam buku ini adalah mengenai latar belakang
maraknya kasus pembredelan pers di Indonesia beserta kasus-kasus penjelasan
satu persatu mengenai kasus tersebut. Buku ini bukan hanya menyoroti pada masa
Orde Baru saja tetapi jauh padasaat munculnya pers pertama kali yakni akhir abad
ke 19 pada jaman pemerintahan Hindia Belanda.
Buku yang kedua adalah buku yang berjudul Beberapa Segi
Perkembangan Sejarah Pers Indonesia, karangan Abdurrachman Surjomihardjo
dan Leo Suryadinata. Buku ini ditulis pada tahun 1980 dan Cet. Pertama
diproduksi oleh Deppen-Leknas, Jakarta. Secara umum buku ini memaparkan
mengenai Sejarah Pers di Indonesia sejak jaman berdirinya. Tidak hanya pers
nasional, pers local maupun dearah pun mendapatkan ruang di dalam buku ini.
Beberapa perkembangan pers yang menarik pun dimuat di dalam buku ini, baik
kemajuan-kemajuannya ataupun kemunduran terkait dengan kebijakan yang
diterapkan pemerintah pada masing-masing masa. Ulasan yang paling pokok
dalam buku ini mengacu pada perkembangan pers pada masa Orde Baru. Yang
lebih menarik lagi, di dalam buku ini dimuat dokumen-dokumen mengenai
peraturan-peraturan ataupun UU yang dikeluarkan pemerintah mengensi pers dan
penerbitan dimulai sejak jaman kolonial Belanda.
Sumber Pustaka yang digunakan penulis selanjutnya antara lain buku
yang berjudul Pers SIUPP dan Wartawan dikarang oleh DR. J. CT. Simorangkir,
SH, diterbitkan oleh penerbit Gunung Agung, Jakarta pada tahun 1986. Dalam
buku ini mengupas mengenai digantinya SIT menjadi SIUPP lewat ketentuan
Peraturan Menteri Penerangan RI No 01/PER/MENPEN/1984. Di dalam buku ini
disebutkan bahwa yang boleh mendirikan usaha penerbitan adalah warga Negara
yang tidak memiliki keterlibatan dengan G/30S/PKI. Buku ini juga memuat kode
etik wartawan yang digunakan sebagai landasan hukum wartawan dalam
melaksanakan tugasnya.
Buku yang selanjutnya adalah buku karangan Masduki yang diterbitkan
oleh UII Pers Jogjakarta pada tahun 2003. Buku ini berjudul Kebebasan Pers dan
Kode Etik Jurnalistik. Di dalam buku ini dijelaskan secara gamblang mengenai
ancaman-ancaman apa saja yang ditujukan kepada pers pada jaman Orde Baru.
Bagaimana langkah-langkah pemerintah Orde Baru untuk membatasi kebebasan
pers. Buku ini menjjelaskan pula kebebasan-kebebasan apa saja yang harus
dimiliki oleh pers namun yang sesuai dengan kode etik jurnalistik. Serta
bagaimana kebebasan pers yang diatur pada masa Orde lama dibandingkan
dengan pada masa Orde Baru.
2) Arsip.
Undang-Undang No. 11 Tahun 1966 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Pers. Dalam UU ini dijelaskan mengenai fungsi, hak, dan kewajiban pers sesuai
dengan semangat proklamasi dan pancasila, serta menjunjung nilai-nilai dalam
dekrit presiden 1956. Peraturan ini keluar pada masa orde lama.
Peraturan Menteri Penerangan Republik Indonesia No.
03/PER/MENPEN/1969. Di dalamnya mengatur tentang Lembaga Surat Ijin
Terbit dalam masa peralihan bagi penerbitan pers yang bersifat umum.
Dikeluarkan setelah tumbangnya Orde Lama dan berganti menjadi Orde Baru.
Kemudian, Surat Keputusan Nomor : KEP-007-PK/1974 tentang
pencabutan ijin cetak surat kabar “harian Indonesia raya”. Dikeluarkan oleh
Pelaksana Khusus Panglima Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan
Ketertiban Daerah Jakarta Raya dan Sekitarnya.
Surat Keputusan menteri Penerangan Republik Indonesia No.
20/SK/DIRJEN-PG/K/1974 tentang pencabutan Surat Ijin Terbit (SIT) surat kabar
harian “Indonesia Raya” dikeluarkan oleh Menteri Penerangan republik
Indonesia.
3) Sumber On-Line
Sedangkan untuk sumber Online atau yang berasal dari internet, penulis
mendownload makalah karangan Moch. Syahri yang merupakan dosen Jurusan
Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang. Makalah ini
berjudul Intervensi Pemerintah Terhadap Kebebasan Pers dan Munculnya
Eufimisme, disampaikan pada Seminar Akademik tahun 2002. Di download pada
alamat http://sastra.um.ac.id/wp-content/uploads/2009/10/Intervensi-Pemerintah-
Terhadap-Kebebasan-Pers-dan-Munculnya-Eufimisme-Moch.-Syahri.pdf pada
tanggal 10 Desember 2009. Pada dasarnya makalah ini mengungkapkan mengenai
banyaknya intervensi dari pemerintah Orde Baru dalam dunia jurnalistik di
Indonesia pada masa itu. Yang menarik dari makalah ini disebutkan pula
bagaimana cara-cara kalangan pers untuk mengantisipasi serta menanggulangi
peraturan-peratura pemerintah yang bersifat ketat dan otoriter.
Media online lain yang digunakan oleh penulis berasal dari alamat
http://rajasidi.multiply.com/journal/item/1816 dengan judul artikel Kebebasan
Pers ala Soeharto. Artikel ini adalah karangan dari Agnes Samsoery wartawan
dari Suara Pembaruan Daily, di download pada 10 desember 2009. Dalam artikel
iini disebutkan instansi-instansi penerbitan mana saja yang menjadi korban
pembreidelan surat kabar oleh pemerinah Orde Baru.
F. Metode Penelitian
Metode Penelitian yang akan dilakukan ini metode historis yaitu dengan
langkah-langkah mengumpulkan sumber ( heuristic ), melakukan kritik terhadap
sumber yang telah ada, menginterpretasikan data yang ada dan menganalisa data
tersebut, kemudian tahap terakhir adalah Historiografi ( penulisan ).
Dalam menentukan metode penelitian penulis banyak menggunakan
sumber-sumber pustaka. Seperti yang telah dijelaskan dalam kajian sumber,
sumber-sumber yang digunakan oleh penulis sebagian besar adalah mengenai
sejarah pers serta perkembangannya pada jaman Orde Baru. Sebisa mungkin
penulis memilih sumber-sumber yang memiliki kelengkapan data-data di
dalamnya, berasal dari sumber yang dapat dipercaya pula yakni Monumen Pers
Nasional. Diantara berbagai macam sumber tersebut memuat beberapa kesamaan
yakni banyak ditemukan kasus pembreidelan Penerbitan serta intervensi dari
pemerintah sejak jaman munculnya pers pertama kali. Dalam menyusun penelitian
ini penulis tentunya meninjau persaturan-peraturan yang digunakan oleh
pemerintah dalam melaksanakan intervensinya dan peraturan-peraturan tersebut
tentunya ada di dalam buku yang dijadikan sumber penelitian ini.
Dalam hal kredibilitas ataupun otentitas tenntunya penulis lebih banyak
memasukkan sumber-sumber yang sejaman, untuk menjaga keakuratan data serta
kebenaran fakta. Seperti Undang-undang ataupun peraturan Menteri Penerangan
mengenai kebijakan terhadap pers.
Untuk menjamin kredibilitas dari sumber-sumber tersebut penulis
pelakukan perbandingan antara sumber yang satu dengan yang lainnya dan
tentunya yng sejaman. Dilakukan dengan mengambil kelebihan dari sumber yang
satu kemudian ditambah dengan fakta-fakta dari sumber yang lain agar dapat
mengurangi kelemahan-kelemahan di setiap sumber. Untuk mendapatkan data dan
fakta sumber penelitian yang paling akurat.
Dari situ penulis dapat mngungkapkan fakta yang sebenarnya terjadi karena buku-
buku tersebut mengungkapkan fakta-fakta yang sama dan saling berhubungan.
Dengan begitu memudahkan penulis untuk merangkaikan fakta-fakta serta
mengungkapkan kebenaran mengenai intervensi yang dilakukan pemerintah Orde
Baru terhadap Pers dan Jurnalistik di Indonesia. Kemudian merangkainya menjadi
sebuah pelitian mengenai “KEHIDUPAN PERS DI INDONESIA PADA MASA
ORDE BARU ( STUDI TENTANG PERATUTARN PEMERINTAH ORDE
BARU TERHADAP KEBEBASAN PERS)”
G. Kerangka Teori
1) Teori Pers tanggung jawab Sosial.
Secara teoritis sistem pers yang dianut di Indonesia adalah system pers
Tanggung Jawab Sosial. Pemikiran dasar teori ini sebagai berikut (Peterson,
1986:83), bahwa kebebasan, mengandung di dalamnya suatu tanggungjawab yang
sepadan; dan pers, yang telah menikmati kedudukan terhormat dalam
pemerintahan Amerika Serikat, harus bertanggungjawab kepada masyarakat
dalam menjalankan fungsi-fungsi penting komunikasi massa dalam masyarakat
modern. Asal saja pers tahu tanggung-jawabnya dan menjadikan itu landasan
operasional mereka.
H. Sistematika Penulisan
BAB I, merupakan pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori, kajian sumber, metode
penelitian dan sistematika penulisan.
Bab IV mengenai cara kalangan pers surat kabar untuk bertahan ditengah
terpaan intervensi dari pemerintah namun tetap bisa menjalankan fungsinya
dengan baik. Walaupun banyak ganjalan yang diberikan oleh pemerintah tidak
berarti pers berdiam diri dan tidak melakukan kontrol terhadap pemerintah.
Berbagai upaya dilakukan untuk menyiasati keadaan tersebut. Seorang wartawan
senior, Jakob Oetama pernah mengemukakan, agar tetap selamat, pers Indonesia
harus berlaku seperti kepiting bebelok jika terhalang batu. Salah satu yang
digunakan adalah penggunaan bahasa eufimisme dalam melaporkan suatu
peristiwa yang sensitif.
Eufimisme merupakan gaya bahasa yang menuntut pembaca untuk bisa
melihat hal yang tersirat. Akibatnya muncullah dalam khasanah surat kabar kata-
kata diamankan untuk mengganti kata ditangkap, diminta keterangan untuk
mengganti-kan kata hukuman, penyesuaian harga untuk menggantikan istilah
kenaikan harga, perbedaan pendapat untuk menggambarkan adanya perpecahaan
dalam organisasi, kekurangan gizi untuk me-nggantikan kata kelaparan.
Kata-kata yang demikian merupakan produksi media un-tuk membungkus
sebuah fakta agar kelihatan lebih halus. Bagi sebagian kalangan penggunaan
bahasa eufimistik mendapat dukungan, karena dianggap lebih sopan atau untuk
sopan santun. Tetapi, bagi pers sebetulnya tidak bisa diterima, hal tersebut sama
saja dengan menutupi kebenaran yang sebenarnya. Fakta yang ditulis bukanlah
fakta yang sesungguhnya. Seringkali kata-kata yang digunakan tidak merujuk ke
fak-ta yang ada . Gaya penulisan eufimistik memaksa pembaca yang tidak kritis
menelan mentah-mentah kebenaran, atau buat mereka yang kritis harus mengais-
ngais fakta dan kebenaran dari balik berita itu. Namun dengan cara seperti itulah
pers masa orde baru mengakali situasi agar tetap bisa bertahan ditengah intervensi
dari pemerintah agar tetap bisa memberikan berita kepada masyarakat walaupun
terkadan fungsi kontrol sosial sendiri menjadi kurang maksimal.
c. Saran.
Akhirnya saran yang dapat diberikan penulis demi kemajuan historiografi
di Indonesia pada khususnya serta dunia pendidikan sejarah pada umumnya,
antara lain :
1. Untuk para pendidik sejarah hendaknya memperdalam bacaan mengenai
sejarah perkembangan pers, karena pers berperan penting dalam
menciptakan pergerakan revolusi dan reformasi di Indonesia.
2. Untuk para calon pendidik sejarah bacalah sebanyak-banyaknya sumber-
sumber sejarah yang kredibel dan otentik sebagai bekal sebelum terjun ke
dunia pendidikan.
3. Untuk semua pembaca perluas wawasan dengan membaca surat kabar,
karena lewat berita-berita yang disebarkan dalam surat kabar kita akan
lebih peka terhadap kondisi sosial dan berpikir lebih kritis dalam
menanggapi kebijakan pengusa.
DAFTAR PUSTAKA
Arsip :
Undang-Undang No. 11 Tahun 1966 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pers.
Peraturan Menteri Penerangan Republik Indonesia No. 03/PER/MENPEN/1969.
Surat Keputusan Nomor : KEP-007-PK/1974 tentang pencabutan ijin cetak surat
kabar “harian Indonesia raya”.
tentang Lembaga Surat Ijin Terbit dalam masa peralihan bagi penerbitan pers
yang bersifat umum.
Surat Keputusan menteri Penerangan Republik Indonesia No. 20/SK/DIRJEN-
PG/K/1974 tentang pencabutan Surat Ijin Terbit (SIT) surat kabar harian
“Indonesia Raya”.
Data-data :
http://sastra.um.ac.id/wp-content/uploads/2009/10/Intervensi-Pemerintah-
Terhadap-Kebebasan-Pers-dan-Munculnya-Eufimisme-Moch.-
Syahri.pdfhttp://rajasidi.multiply.com/journal/item/1816
KEHIDUPAN PERS DI INDONESIA
PADA MASA ORDE BARU
( STUDI TENTANG PERATURAN PEMERINTAH ORDE BARU
TERHADAP KEBEBASAN PERS)
Oleh :
PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009