You are on page 1of 23

TEORI

A. KAYU MANIS

 Martindale: The Complete Drug Reference

Nomenklatur Obat

Sinonim: Aetheroleum Cinnamomi Zeylanici; Canela, aceite de esencial; Ceiloninių cinamonų


žievės eterinis aliejus; Ceiloninių cinamonų žievės eterinis aliejus minyak kulit kayu manis,
Ceylon; Ceiloninių cinamonų Lapu eterinis minyak daun kayu manis aliejus, Ceylon, Ceylon
Cinnamon Bark Oil; Ceyloni kayu manis fahéjfakéreg-olaj kulit minyak, Ceylon; Ceyloni
fahéjfalevél-olaj minyak daun kayu manis, Ceylon; Cinnam.Minyak; Cinnamoni Zeylanicii
Corticus Aetheroleum; Esencia de Canela; Dzat de Cannelle de Ceylan; Kaneliöljy, Ceylonin
minyak kulit kayu manis, Ceylon, Kanelolja, ceylonesisk minyak kulit kayu manis, Ceylon, oleum
Cinnamomi; Silice skořicovníku cejlonského Kury minyak kulit kayu manis, Ceylon; Zimtöl

Farmakope:
Eur. mencakup minyak dari kedua kulit dan daun. JPN menentukan minyak dari Cinnamomum
cassia baik atau zeylanicum Cinnamomum.

Cinnamon minyak telah digunakan sebagai nama untuk minyak cassia di beberapa negara.

Ph Eur. 5.5 (Cinnamon Bark Oil, Ceylon). Minyak yang diperoleh dengan destilasi uap dari kulit
pucuk Cinnamomum zeylanicum (C. Verum). Ini berisi 55-75% dari sinamilaldehida dan kurang
dari 7,5% dari eugenol. A, jelas cair, kuning muda menjadi kemerahan dari waktu ke waktu,
dengan karakteristik bau sinamilaldehida. Disimpan baik dalam wadah kedap udara. Lindungi
dari cahaya dan panas.

Ph Eur. 5.5 (Cinnamon Leaf Oil, Ceylon). Minyak yang diperoleh dengan destilasi uap dari daun
C. zeylanicum (C. Verum). Mengandung kurang dari 3% dari sinamilaldehida, dan 70 sampai
85% dari eugenol. Yang jelas, mobile, berwarna coklat kemerahan dengan cairan coklat gelap,
dengan karakteristik bau eugenol.Simpan dalam wadah kedap udara baik diisi. Lindungi dari
cahaya dan panas.

Profile Obat

Cinnamon minyak kulit kayu memiliki sifat dan menggunakan mirip dengan kayu manis. Hal ini
juga termasuk dalam persiapan untuk gangguan muskuloskeletal dan bersama dan untuk
gangguan pernapasan-saluran. Ada sejumlah laporan hipersensitif terhadap sinamilaldehida
dan konstituen lainnya minyak kayu manis. Minyak daun kayu manis juga telah digunakan,
meskipun jumlah eugenol dan sinamilaldehida berbeda dari minyak kulit. Minyak kulit kayu
manis atau daun juga digunakan dalam aromaterapi.

 Herbal Medicines

Kayu manis

Spesies (Keluarga)

1. Cinnamomum zeylanicum Bl. (Lauraceae)


2. Cinnamomum loureirii Nees
3. Cinnamomum burmanii (Nees) Bl.

Sinonim-sinonim

1. Ceylon Cinnamon, Cinnamomum verum J.S. Presl., True Cinnamon


2. Cinnamomum obtusifolium Nees var.loureirii Perr. & Eb., Saigon Cassia, Saigon
Cinnamon
3. Batavia Cassia, Batavia Cinnamon, Padang-Cassia, Panang Cinnamon

Bagian-bagian yang digunakan

kulit Inner
Farmakope dan Monograf Lainnya

• BHP 1996 (G9)

• BP 2002 (G71)

• Jerman Lengkap Komisi E (G3)

• Martindale edisi 33 (G67)

• Ph Eur 2004 (G72)

• WHO volume 1 1999 (G63)

Hukum Kategori (Produk Berlisensi)

GSL (G37)

Tanin
Kental.

Volatile minyak sampai dengan 4%. Sinamilaldehida (60-75%), benzaldehida dan


cuminaldehyde; fenol (4-10%) termasuk eugenol, dan eugenol metil, pinene, phellandrene,
cymeme dan caryophyllene (hidrokarbon), eugenol asetat, asetat cinnamyl dan benzil benzoat
(ester), linalool (alkohol). Dari berbagai jenis minyak kulit kayu manis dari C. zeylanicum
dinyatakan mengandung jumlah tertinggi eugenol. Minyak Cinnamon berbeda dari minyak
cassia erat terkait dalam bahwa yang terakhir adalah dilaporkan tanpa eugenol, monoterpenoid
dan seskuiterpenoid.

Konstituen Lain

Kalsium oksalat, cinnzeylanin, cinnzeylanol, kumarin, permen karet, lendir, damar dan gula.

Bagian tanaman lainnya


Cinnamon minyak daun mengandung konsentrasi yang lebih tinggi dari eugenol, dari 80
menjadi 96% tergantung pada spesies. Sebuah daun kayu manis minyak asal Cina,
Cinnamomum japonicum Sieb., Mengandung konsentrasi tinggi safrol (60%) dan hanya sekitar 3
eugenol%.

Penggunaan sebagai makanan

Cinnamon terdaftar oleh Dewan Eropa sebagai sumber alami penyedap makanan (N2
kategori). Kategori ini menunjukkan kayu manis yang dapat ditambahkan ke bahan makanan
dalam jumlah kecil, dengan batasan kemungkinan sebuah prinsip yang aktif (belum tidak
ditentukan) dalam produk akhir. Hal ini biasanya digunakan sebagai bumbu dalam memasak,
meskipun di tingkat yang jauh lebih sedikit dari dosis terapi lain. Asupan harian yang dapat
diterima sinamilaldehida untuk sementara diperkirakan 700 mg / kg berat badan. Di Amerika
Serikat, kayu manis terdaftar sebagai GRAS (Umumnya Dikenal Sebagai Safe).

Penggunaan herbal

Cinnamon dinyatakan memiliki sifat antispasmodik, karminatif, orexigenic, antidiarrhoeal,


antimikroba, refrigerant dan obat cacing. Telah digunakan untuk anoreksia, kolik usus, diare
infantil, pilek, influenza, dan khusus untuk perut mulas, dan dispepsia dengan mual (G7)
Cinnamon kulit juga dinyatakan sebagai zat., Dan minyak kayu manis dilaporkan memiliki
karminatif dan sifat antiseptik.

Dosis
Kulit kering

0,5-1,0 g sebagai infus tiga kali sehari.

Ekstrak cair

0,5-1,0 mL (1: 1 alkohol 70%) tiga kali sehari.

Tingtur kayu manis


(BPC 1949) 2-4 mL.

Tindakan Farmakologi Dalam penelitian in vitro dan hewan

Minyak Kayu manis memiliki sifat antijamur, antivirus, bakterisida dan Larvasida A karbon
dioksida ekstrak kulit kayu manis (0,1%). telah didokumentasikan untuk menekan sepenuhnya
pertumbuhan mikroorganisme banyak termasuk Escherichia coli, Staphylococcus aureus dan
Candida albicans.

Antiseptik dan sifat anestesi telah didokumentasikan untuk cinnzeylanin eugenol dan dua
senyawa insektisida, dan cinnzeylanol, telah diisolasi tanin diketahui memiliki sifat zat..
Lemahnya mempromosikan kegiatan tumor pada kulit tikus dan aktivitas sitotoksik lemah
terhadap sel HeLa telah didokumentasikan untuk eugenol.

Efek samping, Toksisitas

Tidak ada terdokumentasi untuk kulit kayu manis. Cinnamon mengandung minyak
sinamilaldehida, prinsip iritan dan sensitisasi. LD50 dermal minyak dilaporkan 690 mg / kg berat
badan. Asupan harian diterima eugenol sampai dengan 2,5 mg / kg.

Kontra-indikasi, Peringatan

Kontak dengan minyak kulit kayu manis atau dapat menyebabkan reaksi alergi minyak
Cinnamon. Dinyatakan menjadi suatu zat iritasi kulit dan selaput lendir, dan penyaring kulit ini.
Adalah minyak berbahaya dan tidak boleh digunakan pada kulit. Minyak tidak harus diambil
secara internal.

Kehamilan dan laktasi

Tidak ada diketahui masalah dengan penggunaan kayu manis selama kehamilan dan menyusui,
asalkan dosis tidak jauh melampaui jumlah yang digunakan dalam makanan.

Komentar Farmasi
Sifat-sifat terkenal antimikroba, antiseptik, anthelmintik, karminatif dan antispasmodic kayu
manis mungkin disebabkan oleh minyak atsiri. Sifat zat tanin dapat menjelaskan tindakan
antidiarrhoeal diklaim. Cinnamon tidak boleh digunakan dalam jumlah sangat melebihi yang
digunakan dalam makanan.

 Farmakope Indonesia edisi ketiga (1979) hal. 454

Oleum Cinnamomi (Minyak kayu manis)

Minyak kayu manis adalah minyak atsiri yang diperoleh dari penyulingan uap kulit batang dan
kulit cabang Cinnamomum zeylanicum Blumae.

Kadar aldehida dihitung sebagai sinamil aldehid C9H8O tidak kurang dari 60,0% dan tidak
kurang dari 75,0%.

Pemerian cairan: suling segar berwarna kuning; bau dan rasa khas. Jika disimpan dapat
berwarna coklat kemerahan.

Kelarutan dalam etanol Larutkan 1 ml dalam 8 ml etanol (70%) P; opalesensi yang terjadi tidak
lebih kuat dari opalesensi larutan yang dibuat dengan menambahkan 0,5ml perat nitrat 0,1N ke
dalam campuran 0,5 ml natrium klorida 0,02 N dan 50 ml air.

Bobot per ml 1,000 g sampai 1,035 g.

Rotasi optic 00 sampai -20

Indeks bias 1,573 sampai 1,595

Kadar aldehid Lakukan penetapan menurut cara Penetapan Kadar Aldehid Minyak Atsiri yang
tertera pada Olea volatilia mengandung lebih kurang 1 g zat yang ditimbang saksama,
tambahkan 5 ml toluene P dan 10 ml larutan hidroksilamin etanol (60%) P.
1 ml kalium hidroksida 0,5 N dalam etanol (60%) P setara dengan 66,61 mg
sinamildehida, C9H8O.

Penyimpanan dalam wadah tertutup rapat, terisi penuh, terlindung dari cahaya, di tempat
sejuk.

Khasiat dan penggunaan Zat tambahan; karminativum.

 http://id.wikipedia.org/wiki/Kulit_manis

Cinnamon

Daun dan bunga kayu manis

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan: Plantae

Divisi: Magnoliophyta

Kelas: Magnoliopsida

Ordo: Laurales

Famili: Lauraceae

Genus: Cinnamomum

Spesies: C. verum

Nama binomial

Cinnamomum verum
J.Presl
Kulit manis atau lebih dikenal dengan nama yang kurang tepat kayu manis (Cinnamomum
verum, synonym C. zeylanicum) ialah sejenis pohon penghasil rempah-rempah. Termasuk ke
dalam jenis rempah-rempah yang amat beraroma, manis, dan pedas. Orang biasa
menggunakan rempah-rempah ke dalam makanan yang dibakar manis, anggur panas.

Kayu manis adalah salah satu bumbu makanan tertua yang digunakan manusia. Bumbu ini
digunakan di Mesir Kuno sekitar 5000 tahun yang lalu, dan disebutkan beberapa kali di dalam
kitab-kitab Perjanjian Lama.

Kayu manis juga secara Tradisional dijadikan sebagai Supplement untuk berbagai penyakit,
dengan dicampur madu, misalnya untuk pengobatan penyakit radang
Sendi, Kulit, Jantung danPerut Kembung.

 http://www.detikhealth.com/read/2010/03/15/140356/1318506/769/he
rbal-kayu-manis

Kayu manis (Cinnamomun) dikenal sebagai bumbu masakan.


Dalam masakan fungsinya adalah membuat rasa wangi. Ciri khas
dari tumbuhan ini adalah aroma wanginya yang menyengat.
Dalam dunia kesehatan, kayu manis juga berfungsi untuk
mengobati beberapa penyakit.

Kandungan:
- senyawa sinamaldehid.

- minyak atsiri

- eugenol

- safrole

- tannin
- kalsium oksalat

- damar

Khasiat:
Hingga kini masih dicari kemungkinan kayu manis untuk dijadikan sebagai obat kanker.
Kemungkinan lain yang masih diteliti adalah kayu manis sebagai penurun kolesterol tinggi.

Sedangkan secara tradisional kayu manis dipercaya mampu melancarkan perdaran darah.

 http://clearinghouse.bplhdjabar.go.id/index.php?option=com_content&view=article
&id=255:kayu-manis&catid=58:cagar-alam-gunung-tilu&Itemid=182&lang=id

Kayu Manis (Cinamomum burmani BL)

Kayu manis memiliki kulit kayu berwarna kelabu dengan daun berwarna hijau dan merah.
Dalam beberapa resep digunakan sebagai korigens rasa dan bau. Selain itu, kulitnya untuk
sariawan, encok, mual, asma, mencret dan masuk angin.

Nama ilmiah : Cinamomum burmani BL

Sinonim : Glycyrrhiza glabra L

Suku : LAURACEAE

Deskripsi

 Habitus Pohon,
 Kulit kayu berwarna kelabu,
 Daunnya ada yang berwarna merah

Penggunaan

 Dalam beberapa resep sebagai korigens rasa dan bau


 Kulitnya untuk sariawan, encok, mual, asma, mencret dan masuk angin
 http://lordbroken.wordpress.com/2009/12/25/kayu-manis/

Komposisi Kimia

Komposisi kimiawi Cinnamomum menurut Gillifer dari Department of Agriculture Br. Salamon,
1971, dapat dilihat pada Tabel1.

Tabel 1. Komposisi Kimiawi Cinnamomum burmanni

Karakteristik Komposisi
Kadar Air 7,9%

Minyak Atsiri 3,4%

Alcohol Ekstrak 8,2%

Abu 4,5%

Abu larut air 2,23%

Abu tidak larut air 0,013%

Serat kasar 29,1%

Karbohidrat 23,3%

Ether ekstrak yang tidak terbang 4,2% (non-volatil)

Zat nitrogen 0,66%

BJ rata-rata 1,02-1,07
Sumber : Rismunandar, 1989

Susunan kadar-kadar kimiawi dari Cinnamomum menurut Rismunandar (1989) adalah sebagai
berikut :

 Dalam kulit tersebut masih banyak komponen-komponen kimiawi misalnya: dammar,


pelekat, tannin (zat penyamak), gula, kalsium, oksalat, dua jenis insektisida cinnzelanin
dan cinnzelanol, cumarin dsb.

 Minyak atsiri yang berasal dari kulit ini komponen terbesarnya ialah cinnaldehida 60-
75% ditambah dengan eugenol, beberapa jenis aldehida, benzoate, dan lainnya. Kadar
eugenolnya rata-rata 66-80%.

 Sifat dari kayu manis mengandung sejumlah besar komponen volatile yang memberikan
sifat aroma dan flavor, komponen penting itu adalah cinnamaldehida dan eugenol.

Cara Pembuatan:

Pengupasan

Biasanya Cinnamomom dipanen setelah umur 4 tahun. Panen dilakukan dengan mengupas kulit
batang, kemudian menebangnya, selanjutnya mengupas kulit cabang dan ranting. Pengambilan
kulit (pengupasan) dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satu cara pengambilan kulit
Cinnamomum yang diterapkan oleh petani adalah sebagai berikut:

a. Pengelupasan kulit batang

b. Pengelupasan kulit cabang dan ranting

Pemeraman

Kulit batang yang baru dikelupas diperam selama semalaman dengan cara menumpuk kulit
pada tempat yang terlindung dari cahaya matahari langsung.

Pengikisan

Kulit yang berukuran lebar, yaitu kilt dari batang dan kulit dari dahan yang cukup besar
sebaiknya dikikis bagian luarnya, sehingga kulit menjadi bersih. Pengikisan dilakukan dengan
pisau yang tajam. Pengikisan dapat juga dengan alat mekanis yang bekerja seperi mesin serut
papan (ketam). Sampai sekarang belum ada petani yang menggunakan alat mekanis untuk
mengikis kulit kayu manis basah.

Penjemuran

a. Kulit dijemur di bawah sinar matahari selama 3~4 hari hingga kadar air turun sampai
16%, atau berat bahan-bahan susut sampai 50%. Selama penjemuran bahan harus sering
dibolak-balik.

b.Kulit dri bahan atau dahan yang cukup besar yang brupa lembaran, selama pengeringan
akan mengkerut membentuk gulungan panjang serupa tongkat. Sedangkan kulitnya akan
membentuk serpihan atau lempengan yang tidak beraturan.
Penyimpanan

Cassiavera kering disimpan di tempat kering yang tidak panas.

Manfaat Kayu Manis

1. Kulit kayu manis adalah jenis rempah-rempah yang banyak digunakan sebagai bahan
pemberi aroma dan citarasa dalam makanan dan minuman, dan bahan aditif pada
pembuatan parfum serta obat-obatan.

2. Sebagai anti mikroba

kayu manis yang terdiri dari eugenol dan cinnaldehide, memiliki daya bunuh
terhadap mikroorganisme. Dalam ujicoba di sebuah lab, minyak cinnamon mampu
membunuh rickettsia (mikroorganisme berbentuk bakteri tetapi bersifat seperti
virus, penyebab penyakit tyfus) dalam waktu 12 menit.

Produk Olahan Kayu Manis

Produk kayu manis, baik Ceylon Cassia, Cassia Vera maupun Chinese Cassia, biasanya
diperdagangkan dalam bentuk kulit kering. Penggunaan kulit kayu manis, bisa berupa kulit utuh
untuk bumbu masakan. Misalnya pada gulai kambing. Bisa juga dalam bentuk serbuk. Tetapi
pemanfaatan kayu manis secara modern biasanya dalam bentuk minyak atsiri maupun
oleoresin. Minyak asiri atau minyak terbang adalah produk destilasi dari serbuk kulit kayumanis
atau bagian tanaman lainnya. Sementara oleoresin adalah hasil ekstraksi dari serbuk tersebut.
Nilai oleoresin lebih tinggi dibanding dengan minyak atsirinya. Sebab dalam oleoresin selain
terkandung minyak atsiri, juga terikut pula rasa pedas dari produk yang diekstrak.

Oleoresin

Kayu manis yang telah digiling diekstraksi beberapa kali dengan pelarut organik yang sesuai,
dengan cara perkolasi. Kemudian pelarut diuapkan, sebaiknya dalam kondisi vakum. Ekstrak
yang tertinggal merupakan oleoresin yang biasanya bercampur dengan minyak, lemak, pigmen
dan komponen flavor yang terekstrak dari bahan asal. Oleoresin yang diperoleh merupakan
cairan yang kental atau semi padat yang mempunyai karakteristik rasa dan aroma sama dengan
bahan asalnya.

Oleoresin dalam industri pangan banyak digunakan sebagai pemberi cita rasa dalam produk-
produk olahan daging (misalnya sosis, burger, kornet), ikan dan hasil laut lainnya, roti, kue,
puding, sirup, saus dan lain-lain.
Produk-produk tersebut antara lain :

 Dispered spices

Dibuat dengan mendispersikan oleoresin dalam suatu media pembawa tertentu. Dalam hal ini
media pembawa yang sering digunakan yaitu bahan-bahan yang larut dalam air, seperti garam,
tepung dan dekstrose. Dispered spices banyak digunakan pada pembuatan minuman (soft
drink) dan makanan-makanan yang kering, basah ataupun semi padat, misalnya kue-kue,
biskuit, sosis dan makanan bayi.

 fat-based spices

Oleoresin didispersikan pada lemak atau minyak (vegetable oil). Fat-based spicesini sering
digunakan pada makanan yang berlemak, seperti salad dressing, saus dan makanan
kaleng. Dispered spices dan fat-based spices tidak dapat disimpan lama karena flavornya mudah
menguap.

 encapsulated spices

Oleoresin dalam bentuk bubuk (spray dried) dikapsulkan untuk mengurangi kehilangan flavor,
sehingga dapat disimpan lebih lama. Teknik enkapsulasi pada oleoresin ini, dimana flavor
diperangkap dalam suatu pelapis polimer membentuk mikrokapsul bulat dengan ukuran antara
puluhan micron sampai beberapa milimeter. Adapun teknik mikroenkapsulasi yang sekarang
banyak digunakan secara komersial antara lain: Spray drying, air suspension coating, spray
cooling and spray chilling, centrifugal axstrusion, rotational suspension separationdan inclusion
complexing. Saat ini teknik spray drying merupakan teknik enkapsulasi yang paling banyak
digunakan untuk oleoresin.

Minyak Atsiri

Minyak atsiri kayu manis merupakan minyak yang dihasilkan dengan cara distilasi dari kayu
manis tersebut. Minyak atsiri saat ini banyak digunakan sebagai penambah aroma pada bahan
makanan atau dapat digunakan sebagai bahan campuran untuk membuat parfum. Minyak atsiri
mengandung eugennol dan formaldehida yang bersifat aromatic dan mudah menguap.

Cara pembuatan Minyak Atsiri :

Tahap persiapan, meliputi : memotong kulit kayu manis, mengambil air untuk proses destilasi
pada ketel uap, menyiapkan peralatan kondensor, ketel suling dan peralatan lain untuk
destilasi.

Tahap percobaan, meliputi : memasukkan air dalam ketel uap dan memasang tray pada ketel
destilasi, memasukkan kayu manis yang telah dihancurkan ke dalam tray, menyalakan kompor
gas untuk memanaskan ketel uap, menyalakan pompa air untuk pendingin kondensor,
meletakkan decanter (alat pemisah minyak) di bawah kondensor (tempat perubahan fase dari
uap menjadi fluida). Distilat yang tertampung pada bak penampung berupa minyak dan air.
Memisahkan minyak kulit kayu manis dengan air menggunakan corong pemisah sehingga
terdapat 2 lapisan, lapisan atas: minyak kayu manis dan lapisan bawah: air.

B. MINYAK ATSIRI

Kimia dan Penyebarannya

Pada minyak atsiri yang bagian utamanya terpenoid, biasanya terpenoid itu terdapat pada
fraksi atsiri yang tersuling uap. Zat inilah penyebab wangi,harum, atau bau yang khas pada
banyak tumbuhan. Secara ekonomi senyawa tersebut penting sebagai dasar wewangian alam
dan juga untuk rempah-rempah serta sebagai senyawa cita-rasa di dalam industri makanan.
Suku tumbuhan yang kaya akan minyak atsiri ialah suku Compositae, Matricaria, Labiatae;
misalnya Mentha spp, Mytaceae, Eucalyptus, Pinaceae, Pinus Rosaceae, bunga mawar,
Rutaceae, Citrus, dan Umbelliferae, Pimpinella anisum, caruum carvi, Cuminum cyminum,
Anhetum, dll. Golongan senyawa lainnya mungkin terdapat bersama-sama dengan terpena di
dalam minyak atsiri. Misalnya, bau senyawa yang mengandung belerang dalam alium, Liliaceae.
Terpena juga sering kali terdapat dalam fraksi yang berbau, bersama-sama dengan senyawa
aromatic seperti fenilpropanoid. Secara kimia,t erpena minyaka tsiri dapat dipilih menjadi dua
golongan, yaitu monoterpena dan seskuiterpena, berupa isoprenoid C10 dan C15 yang jangka titik
didihnya berbeda (titik didih monoterpena 140-1800 C ,titik didih seskuiterpena >2000C).
Pertama-tama monoterpena dapat dipilah lebih lanjut menjadi tiga golongan, bergantung pada
apakah struktur kimianya asiklik (misalnya graniol), monosiklik (misalnya limonene), atau
bisiklik (misalnya α β). Dalam setiap golongan, monoterpena dapat berupa hidrokarbon tak
jenuh (misalnya lomonena) atau dapat mempunyai gugus fungsi dan berupa alcohol (misalnya
mentol), aldehida, atau keton (misalnya menton).

Monoterpena lakton (lebih dikenal sebagai iridoid, lihat batc Semithdan Swain 1966)
dan tropolon dimasukan juga kedalam monoterpena karena alas an biosintesis. Contoh suatu
monoterpena lakton ialah nepetalakton yang merupakan kandungan bau utama Nepetacataria,
Labiata, suatu tumbuhan yang mempunyai daya tarik istimewa bagi kucing peliharaan karena
baunya itu. Iridoid lain seperti loganin menarik perhatian karena merupakan senyawa-senyawa
pada biosistesis alkaloid indol. Contoh suatu tropolon ialah ϒ-tujablisin penyebaran senyawa ini
terbatas pada jamur tertentu dan juga dijumpai sebagai kandungan kayu pada Cupressaceae.

Monoterpena sederhana tersebar luas dan cenderung merupakan bagian dari


kebanyakan minyak atsiri. Beberapa senyawa biasa dijumpai bersama-sama dalam minyak
daun, terutama α dan β pinena, limonene, ∆3 karena α-felandrena, dan Mirsena. Minyak
bunga dan biji cenderung mempunyai monoterpena yang lebih khas. Tetapi, apapun jenis
jaringannya, rupanya campuran rumit sudah merupakan hal yang umum dan bukan
perkecualian. Disatu pihak mungkin terdapat sepuluh sampai lima belas komponen yang mudah
terditeksi, sementara dipihak lain mungkin saja masih banyak terpenoid lain yang jumlahnya
sesepora.

Secara kimia, seperti monoterpena, seskuiterpena dipilah-pilah berdasarkan kerangka


karbon dasarnya. Yang umum ialah asiklik (misalnya farnesol), monosiklik (misalnya
bisabolena), atau bisiklik ( misalnya β-selinena, karotol), Tetapi, dalam setiap golongan dikenal
banyak senyawa yang berbeda. Memang, menurut perkiraan baru-baru ini terdapat beberapa
ribu seskuiterpenoid yang berstruktur jelas dan termasuk kedalam kira-kira 200 jenis kerangka.
Dua turunan seskuiterpenoid, yaitu asam absisat dan xantini, patut mendapat perhatian khusus
karena sifat pengatur tumbuhnya.

Asam absisat, suatu asam seskuiterpena karkoksilat yang strukturnya berkaitan dengan struktur
karotenoid violasantin lebih dikenal sebagai hormone utama yang mengendalikan dormansi
pada biji tumbuhan terna dan pada kuncup tumbuhan berkayu. Peranan xantinum (yang
terdapat dalam Xanthium pennsyluanicum) sebagai antagonis auksin dalam fisiologi tumbuhan,
kurang jelas. Tetapi, ia mewakili golongan seskuiterpena yang penting, yang juga berupa
senyawa lakton, dan penyebarannya luas dalam Compositae (Seamen, 1980). Sifat lain
seskuiterpena lakton ini ialah rasanya yang kadang-kadang pahit atau pedas dan
kemampuannya untuk berlaku sebagai allergen (Rodriguez., 1976).
Untuk mengisolasinya dari jaringan tumbuhan, sekarang, mono-dan seskuiterpena dipisahkan
dengan ekstraksi memakai eter, eter minyak bumi, atau aseton. Cara klasik untuk mengisolasi
minyak atsiri ialah memisahkannya dari jaringan segar dengan penyulingan-uap. Sekarang
langkah ini jarang dilakukan karena ada bahaya terbentuknya senyawa jadian pada suhu yang
dinaikan. Terpena dapat mengalami tata susun-ulang (misalnya dehidrasi pada alcohol tersier)
atau polimerisasi. Keatsirian terpena sederhana mempunyai arti bahwa terpena itu merupakan
bahan yang ideal untuk pemisahan dengan kromatografi gas. Banyak terpena yang berbau
harum dan dengan demikian seringkali dapat dikenali langsung dalam sulingan tumbuhan biala
terdapat sebagai kandungan utama.

Cara yang dianjurkan untuk mono-dan seskuiterpena :

Kromatografi gas cair (KGC)

Tidak diragukan lagi bahwa KCG merupaan cara terpenting untuk menelaah minyak atsiri
karena dengan sekaliTidak diragukan lagi bahwa KGC merupaan cara terpenting untuk
menelaah minyak atsiri karena dengan sekalija KGC memungkinkan analisis kualitatif dan
kuantitatif. Hal ini terutama penting bila sejumlah senyawa yang serupa terdapat dalam semua
anggota kelompok tertentu; dengan demikian, perbedaan kuantitatiflah yang paling
berarti.Sudahlah pasti, KGC merupakan alat yang tak tergantikan untuk telaah kemotaksonomi
minyak atsiri dalam daun dan kulit , seperti dalam gimnospermae.

Untuk mengidentifikasi terpena aatsiri dalam suatu bahan tumbuhan penggunaan KGC harus
digabung dengan cara lain, terurtama dengan KLT. Misalnya, KLT berguna untuk memantau
fraksi yang dipisahkan dengan KGC preparative; sebaliknya, bila redas KGC preparati tidak
tersedia, pemisahan sekala besar dapat dilakukan pada KLT kemudian fraksi KLT dipantau
dengan KGC. Untuk memastikan identitas, pada waktu lapau, spectrum inframerah minyak
atsiri yang telah diipisahkan dibuat secara rutin, tetapi sekarang lebih lazim membuat spectrum
massanya karena kebanyakan terpena memberikan pola pecahan yang khas. Dalam hal kritis,
baik spectrum inframerah maupun spectrum massa harus ditentukan. Fraksinasi-pendahuluan
ekstrak eter kasar atau ekstrak eter minyak bumi kasar tumbuhan dengan kromatografi kolom
asam silica kadang-kadang menguntungkan karena cara ini mencegah pencemaran kolom KGC
oleh pencemar yang bertitik didih tinggi, yang mungkin terdapat dalam ekstrak kasar tersebut.
Tetapi, hasil yang memuaskan telah diperoleh dilaboratorium ini dengan mengkromatografi
langsung ekstrak eter kering dari daun atau serbuk biji. Berbagai jenis fase diam untuk kolom
telah digunakan untuk mengkromatografi minyak atsiri. Barangkali fase nonpolar yang paling
popular ialah apiezon L dan silicon SE 30. Fase polar paling banyk diguanakan ialah polyester
dietilena glokol adipat dan Carbowax 400. Harus bebas dari sesepora besi, basa, atau asam,
karena terpena peka terhadap pencemar demikian. Pada KGC minyak atsiri kasar diperlukan
pemprogaman suhu agar dapat memisahkan monoterpena, seskuiterpena, dan turunan
teroksigenasi lainnya denganbaik. Pda kolom nonpolar hidrokarbon terelusi menurut titk
didihnya, tetapi pada kolom jenis lain tidak selalu dapat diperkirakan waktu retensi nisbinya.
Beberapa contoh waktu retensi nisbi terlihat pada table 3.2. Ini diberikan untuk member
gambaran bahwa perlu menggunakan lebih dari satu kolom untuk memisahkan dan
mengidentifikasi terpena. Jadi, pasangan senyawa yang berkaitan (misalnya ∆3 karena dan α
felandrena) tidak dapat terpisahkan pada satu kolom (Apiezon N),tetapi dapat dipisahkan pada
kolom lain (polietilen glikol). Pada analisis terinci sudah menjadi kebiasaan untuk menggunakan
beberapa kolom berjangka kepolaran tertentu untuk mengidentifikasi komponen minyak atsiri
suatu bahan tumbuhan. Ketika menelaah keragaman susunan minyak atsiri dalam suatu
populasi tumbuhan yang terdiri atas satu jenis, kita harus membatasi analisis dengan hanya
memakai satu kolom saja, sehingga kita harus mencari dahulu fase cair yang menghasilkan
pemisahan terbaik. Pada penelitian taksonomi kimia, perlu diperhatikan bahwa kit adapt
langsung menganalisis potongan kecil bahan tumbuhan yang ditempatkan langsung dalam
lubang masuk radas KGC. Cara ini telah digunakan dengan berhasil bik pada potongan bahan
herbarium , yang walaupun telah disimpan pada lembara kertas selama masih bertahun-tahun
menghasilkan cukup minyak atsiri untuk dpat ditentukan pola susunannya. Bila kit menjumpai
campuran rumit minyak, seperti pada analisis bahan cita-raa, sekarang gabungan KGC, klt tetap
berguna pada setiap tahap pemisahan dan analisis terpena itu. Bila kita
menghadapisskuiterpenoid yang keatsirian nya rendah, mungkin KLT merupakan cara pilihan.
Silika gel merupakan penjerap yag paling banyak digunakan dengan pengembang seperti
benzene, kloroform, benzene-kloroform 91:1), dan benzene-etil asetat (19:1). Untuk analisis
terpena yang mengandung oksigen (misalnya karvon) lapisan silica gel jangan diaktifkan dulu
sebelum dipakai karena air yang ada membantu pemisahan. Terpena alcohol paling baik
dipisahkan memakai pelat yang dibaccm dengan paraffin, dengan pengembang methanol 70%.
Pelat silica gel yang telah diaktifkan harus dicelupkan dulu kedalam larutan paraffin 5% dalam
eter minyak bumi selama satu menit, kemudian dibiarkan mongering sebelum dipakai.
Pengembangnya , methanol 70 % harus dijenuhkan juga dengan minyak paraffin. Modifikasi
lain, untuk memisahkan terpena berdasarkan jumlah ikatan rangkap ialah menggunakan pelat
KLT silica gel yang waktu penyaputannya menggunakan bubur silica gel yang dibuat dengan
larutan 2.5% AgNO3 dalam air, sebagai pengganti air. Pengembang yang digunakan untuk pelat
silica gel Agno3 ialah metilena klorida-kloroform-etil aseta% dalam air, antimony klorida dalam
kloroform, H2SO4 pekat, atau vanillin H2SO4 pekat. Setelah disemprot pelat dipanaskan pada
100-1050 C SAMPAI PEMBENTUKAN WARNA SEMPURNA. Ada Pereaksi yang lebih selektif untuk
mendeteksi terpena yang mempunyai gugus keton(2,4-dinitrofenilhidrazin).

Perincian lebih lanjut mengenai KLT minyak atsiri terdapat dalam buku Stahl (1969). Dalam
buku tersebut cara yang dapat digunakan untuk memisahkan minyak atsiri dalam kira-kira 70
jenis tumbuhan telah disusun berupa table.

Tropolon

Tropolon dapat dipisahkan dengan memuaskan dengan kromatografi kertas tau KLT pada pelat
selolusa. Zavari dkk. (1959) telah menggunakan kertas yang dibacem dengan asam fosfat dan
memakai pengembang iso-oktana-toluena, sementara Wachtmeister dan Wickberg(1958)
menggunkan kertas yang dibacem dengan etilenadiamina tetra dan pengembang eter minyak
bumi. Tropolon dideteksi dengan larutan FeCl3 1%.

Iridoid

Senywa monoterpena lakton ini paling sering dalam tumbuhan, terikat kepada gula sebagai
glikosida. Karena itu, untuk menganalisisnya diperlukan cara khusus, misalnya, KKt digunakan
secaraa luas untuk mendeteksinya. Untuk memeriksa iridoid umum dalam bahan tumbuhan,
Weiffering (1966) telah memaparkan sara sederhana berdasarkan uji warna Trim-Hill. Jaringan
segar satu gram atau bila perlu bahan herbarium dipotong-potong kecil dan dimasukan
kedalam tabung reakksi dengan 5 ml HCL 1% . Setelah 3-6 jammaserat dienaptuangkan kedalam
tabung lain yang berisi 1ml pereaksi Trim-Hill ( dibuat dari 10 ml asam asetat, 1 ml larutan
CUSO4.5H2O 0,2 % dalam air, dan 0,5 ml HCL pekat). Bila tabung dipanaskan sejenak pada
nyala api,, akan terjadi warna bila ada iridoid tertentu. Asperulin, aukubin, dan monotropein
menghasilkan warna biru, harpagid merah jadam. Iridoid tertentu (katalpin, loganin) tak dapat
dideteksi dengan cara ini dan hanya memberikan reaksi positif dengan pereaksi umum
glikosida, misalnya benzidin-trikloroasetat. Untuk identifikasi yang lebih terinci, 100 mg jaringan
kering digerus dengan 100 mg pasir dan ditambahkan 10 ml larutantimbal asetat 2% dalam air.
Setelah disaring, ditambah H2SO4 encer, lalu dipusingkan. Cairannya dimasukan kedalam
cawan petri, kemudian ditambahkan 50 mg pasir dan 50 mg celete; airnya diuapkan dengan
pemanasan. Sisa diekstraksi semalam dengan 4 ml eetanol 96%. Ekstrak dipusngkan dan
dipekatkan sampai 0,1 ml. Cuplikan dikromatografi kertas (TABEL 3.4) untuk memeriksa apakah
ada iridoid khas. Pereaksi H2SO4. Dapat juga kita melakukan uji warna Trim-Hill pada kertas bila
HCL diganti dengan asam toluene p-sulfonat dan setelah disemprott kertas dipanaskan dalam
lingkungan uap asam asetat.Pemisahan preparative iridoid dalam ekstrak tumbuhan dapat
dilakukan dengan kramatografi kolom pada selulosa CF-11 memakai pengelusi n-butanol yag
dijenuhkan dengan air atau ppada silica gel memakai pengelusi CHCL3-metanol dalam berbagai
perbandingan. KCKT dapat dilakukan pada kolom πBondapak C18 memakai fase gerak air-
metanol (1:1).

Seskuiterpena lakton

Cara umum mendeteksi senyawa ini dalam tumbuhan tlahh diikhtisarkan oleeh Mabry (1970).
Daun kering (20 g dihaluskan dalam pelumat waring dengan 100 ml CHCL3. Bubur yang
diperoleh disaring dan ekstrak diuapkan sampai kering pada tekanan rendah. Sisa dilarutkan
dalam etanol 95%, lalu ditambahkan larutan timbale asetat 4% larutan disarig dan filtrt
dipekkatkan. Campuran air minyak diekstraksikan dengan CHCL3 ekstrak yang diperoleh
dikeringkan, lalu diuapkan. Sisa dianaliisi langsug dengan KLT dan RMI.KLT dilakukan pada silica
gel G memakai CHCL3-eter (4:1), kloroform-metanol (99:1), benzene-metano l(9:1) , benzene-
eter (2:3), atau eter minyak bumi CHCL3 etil asetat (2:2:1). Lakton dideteksi berupa bercak
coklat bila pelat yang telah dikembangkan diletakan dalam bejana yang berisi Kristal iodium.
Cara lain, lakton tampak berupa bercak hiju, coklat, kunung, merah, atau biru bila pelat
disemprot dengan H2SO4 pekat dan dipanaskan pada 100-1100 C selama lima menit. Warna
yang terbentuk dapat dipakai untuk menetapkn cirri struktur tertentu pada senywa lakton .
Misalnya xantinin dan kuman brin B secara kimia berkerabat dan keduanya menghasilkan
warna merah λmaks 540 nm. Perekasi penyemprot lain ialah larutan resorsinol 1% dalam
methanol asam fosfat 5% (1:1) dan vanillin H2SO4 yng telah dikembangkan untuk mendeteksi
lakton ini secarra selektif. Untuk memantau pemurnian seskuterpena lakton mungkin
pemakaian KCKT bersama KLT bermanfaat.

ALAT dan BAHAN

Alat :

 Perangkat alat destilasi


 Erlenmeyer

Bahan :

 Serbuk simplisia
 Aquadest
 Eter
 Natrium sulfat anhidrat
CARA KERJA

1. Timbang 60 gram simplisia, masukkan ke dalam labu destilasi, tambahkan aquadest ad


2/3 volume labunya, pasang alat destilasi, set suhu 60o c (tergantung jenis simplisia larut
berapa lama), kalau sudah mendidih kecilkan pemanas, panaskan 2-3 jam, jenuhkan eter
dengan air
2. Eter 30 ml x (4 x siklus pengocokan) jadi ambil kira-kira 150 ml eter jenuhkan dengan
aquadest 5 ml, kocok dalam corong pisah (bagian bawah air, bagian atas eter), dibagi
eter tiap ±30 ml
3. Masukkan 30 ml ke dalam corong pisah ditambah destilat minyak atsiri, dikocok ±5
menit, biarkan sampai memisah
4. Ambil bagian aquadest, pisahkan ke dalam erlenmeyer, bagian minyak dalam eter
masukkan ke dalam erlenmeyer terpisah pula
5. Bagian aquadest dikocok lagi dengan 30 ml eter biarkan sampai memisah (bagian
minyak dalam eter yang kedua masukkan ke dalam erlenmeyer yang minyak dalam eter
1), lakukan hingga 4 kali siklus
6. Hasil minyak dalam eter diuapkan dengan rotavapor hingga terbentuk minyak atsiri
murni

IDENTIFIKASI :

A. Dengan cara Kromatografi Lapis Tipis (KLT)


1. Lapisan (fasa diam): silika gel GF254
2. Pengembang (fasa gerak): Penjenuhan bejana kromatografi dengan n-heksan-
etilasetat (96:4), elusi dua kali setinggi 10 cm, pengeringan antara dua
pengembangan 5 menit pada suhu kamar
3. Deteksi dengan lampu UV, penampak bercak dengan dengan pereaksi anisaldehid-
asam sulfat, panaskan 5 menitpada suhu 100-110o c
4. Larutan cuplikan: minyak atsiri dilarutkan dalam toluen dengan konsentrasi 1%,
totolkan 3 ul-5 ul
B. Dengan Kromatografi Gas-Cair (KGC)
1. Fasa diam untuk kolom adalah silikon SE 30, mampu memisahkan komponen
monoterpen dan sesquiterpen dari minyak atsiri

HASIL (lampiran)

PEMBAHASAN

Pada praktikum ekstraksi/isolasi dan identifikasi minyak atsiri


dari simplisia tanaman secara KLT menggunakan sampel
simplisia kayu manis (Cinamomum burmani BL) Suku :
LAURACEAE. Pada kayu manis mengandung Volatile minyak sampai dengan
4%. Sinamilaldehida (60-75%), benzaldehida dan cuminaldehyde; fenol (4-10%) termasuk
eugenol, dan eugenol metil, pinene, phellandrene, cymeme dan caryophyllene (hidrokarbon),
eugenol asetat, asetat cinnamyl dan benzil benzoat (ester), linalool (alkohol). Konstituen Lain :
Kalsium oksalat, cinnzeylanin, cinnzeylanol, kumarin, permen karet, lendir, damar dan gula.

Minyak atsiri adalah senyawa mudah menguap yang tidak larut di dalam ir yang bersal
dari tanaman. Secara umum minyak atsiri adalah senyawa yang mengandung karbon dan
hidrogen yang tidak bersifat aromatik yang disebut terpenoid. Sebagian besar terpenoid
mempunyai kerangka karbon yang dibangun oleh dua atau lebih unit C-5 yang disebut isoprena.
Pada minyak atsiri yang bagian utamanya terpenoid, biasanya terpenoid itu terdapat pada
fraksi atsiri yang tersuling uap. Zat inilah penyebab wangi, harum, atau bau yang khas pada
banyak tumbuhan.

Minyak atsiri kayu manis merupakan minyak yang dihasilkan dengan cara distilasi upa-
air dari kayu manis tersebut. Tahap persiapan, meliputi : memotong kulit kayu manis,
mengambil air untuk proses destilasi pada ketel uap, menyiapkan peralatan kondensor, ketel
suling dan peralatan lain untuk destilasi. Tahap percobaan, meliputi : memasukkan air dalam
ketel uap dan memasang tray pada ketel destilasi, memasukkan kayu manis yang telah
dihancurkan ke dalam tray, menyalakan kompor gas untuk memanaskan ketel uap, menyalakan
pompa air untuk pendingin kondensor, meletakkan decanter (alat pemisah minyak) di bawah
kondensor (tempat perubahan fase dari uap menjadi fluida). Distilat yang tertampung pada bak
penampung berupa minyak dan air. Memisahkan minyak kulit kayu manis dengan air
menggunakan corong pemisah sehingga terdapat 2 lapisan, lapisan atas: minyak kayu manis
dan lapisan bawah: air.

Pada proses distiasi minyak atsiri kayu manis yaitu jaringan tanaman dipanasi dengan air
mendidih. Minyak atsiri akan menguap dari jaringan bersama uap air, kemudian dilewatkan
melaui kondensor untuk kondensasi. Campuran uap air dan minyak atsiri dikondensasikan pada
suatu saluran yang suhunya relative rendah. Hasil kondensasi berupa campuran air dan minyak
atsiri yang sangat mudah dipisahkan karena kedua bahan tidak dapat saling dilarutkan.
(http://lordbroken.wordpress.com/2010/ )

Sinamaldehid merupakan kandungan utama tanaman kayu manis yang bersifat


fungisida. Selain itu, bahan aktif sinamaldehid yang terkandung pada tanaman kayu manis
bersifat racun terhadap hama Blatella germanica L. Kandungan sinamaldehid dalam minyak
kulit, ranting, dan daun berturut-turut adalah sebesar 66,51%, 12,15%, dan 38,31%.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Farmakope Indonesia edisi ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik


Indonesia. 1979.

Harborne, J.B. Metode Fitokimia:Penuntun cara modern menganalisis tumbuhan terbitan


kedua, diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro. Bandung: ITB press. 1987

Joanne Barnes, Linda A Anderson, J David Phillipson. Herbal Medicines Second Edition ©
Pharmaceutical Press 2005

Martindale 35: The Complete Drug Reference © 2007 The Pharmaceutical Press.

You might also like