You are on page 1of 2

Nama : Annis Desiliani

NIM : 0904088
Jurusan : PGSD
Mata Kuliah : Bimbingan dan Konseling
Dosen : Drs. M. Solehuddin, M.A., M.Pd.

Rabu, 29 September 2010

ESENSI BIMBINGAN DAN KONSELING

Proses bimbingan dan konseling merupakan proses pemberian bantuan yang


memberdayakan bukan yang memperdayakan. Hal ini berarti dalam memberikan bimbingan
dan konseling konselor bukan mengambil alih masalah yang dihadapi konseli (taking over)
melainkan memfasilitasi konseli dalam menghadapi masalah.
Bimbingan dimaksudkan untuk memberikan bantuan dalam upaya mengembangkan
potensi yang dimiliki peserta didik untuk mencapai perkembangan yang optimal. Ada dua
kata kunci yang perlu dimaknai lebih lanjut yakni bantuan dan perkembangan optimal.
Pertama, bantuan yang berarti bimbingan mengandung makna memfasilitasi konseli dalam
memilih dan mengambil keputusan atas tanggung jawab sendiri. Kedua, perkembangan
optimal berarti perkembangan sesuai dengan potensi dan sistem nilai yang dianut. Kondisi
perkembangan optimal adalah kondisi dinamis yang ditandai dengan kesiapan dan
kemampuan individu untuk memperbaiki diri (self improvement) agar dia mejadi pribadi
yang berfungsi penuh (full-functioning person) di dalam lingkungannya.
Konseling juga adalah proses bantuan, beberapa ahli menyatakan bahwa bimbingan
merupakan inti atau jantung hati dari kegiatan bimbingan (counseling is the heart of
guidance) karena bantuan konseling lebih langsung bersentuhan dengan kebutuhan dan
masalah individu secara individual maupun berkelompok. Pelayanan konseling menuntut
keahlian khusus, sehingga tidak semua orang yang dapat memberikan bimbingan mampu
memberikan jenis layanan konseling ini (Winkel dalam Soetjipto dan Raflis Kosasi, 2009:
63). Hal ini dapat dilihat dari penggunaan istilah konselor dan konseli yang menunjukan
bahwa bimbingan dan konseling merupakan suatu layanan khusus dalam pendidikan yang
diberikan oleh seorang profesional.
Esensi bimbingan dan konseling terletak pada proses memfasilitasi perkembangan
individu di dalam lingkungannya. Perkembangan terjadi melalui interaksi secara sehat antara

Learning Journal – Bimbingan dan Konseling


individu dengan lingkungan, dan oleh karena itu upaya bimbingan dan konseling tertuju pula
pada upaya membangun lingkungan perkembangan manusia (ecology of human
development) yang sehat.
Secara filsofis kebebasan manusia untuk memlilih dan mengambil keputusan
mengandung makna bahwa manusia bertanggung jawab atas pilihan yang diambilnya. Ini
berarti esensi tujuan bimbingan dan konseling terletak pada kemandirian mengambil pilihan
dan bertanggung jawab atas pilihan yang dipilihnya itu. Tanggung jawab menjadi hal yang
amat esensial dalam kemandirian, sebagai sesuatu yang bersifat ada dalam diri manusia dan
harus dikembangkan sesuai dengan hakikat manusia. Tanggung jawab bukan hal yang bisa
diajarkan sebagai pengetahuan melainkan sesuatu yang harus dialami dan diwujudkan dalam
tindakan.
Dalam konteks pengembangan kemandirian, tujuan bimbingan dan konseling tidak
sebatas pada proses pemecahan masalah yang hanya bersifat kekinian melainkan terarah
kepada penyiapan individu untuk menghadapi persoalan-persoalan masa depan dan menjalani
kehidupan sebagai anggota masyarakat maupun sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
Karena kemandirian terjadi melalui interaksi antara individu dengan lingkungannya
maka konselor bertugas dan bertanggungjawab dalam membangun lingkungan yang
memandirikan. Lingkungan yang memandirikan adalah lingkungan perkembangan, sebuah
lingkungan belajar dan sebagai wahana untuk mendeskripsikan, menjelaskan, meramalkan,
dan mengendalikan interaksi dan transaksi dinamik antara individu dengan lingkungan dan
segala perangkatnya harus dipelihara.
Untuk menjadi pribadi yang mandiri, konseli perlu memiliki pengetahuan,
pemahaman, sikap, dan keterampilan yang mendukung diantaranya adalah (1) pemahaman
diri dan lingkungan yang tepat, (2) cara pandang, motivasi dan sikap hidup yang sehat dan
positif, (3) keterampilan dalam merencanakan dan mengambil keputusan dalam
perkembangan (pribadi-sosial, akademik dan karir) serta merealisasikannya secara tepat dan
bertanggung jawab, dan (4) kemampuan memecahkan masalah yang dihadapi.

Referensi:
Soetjipto dan Raflis Kosasi. 2009. Profesi Keguruan. Jakarta : Rineka Cipta.
Kartadinata, Sunaryo. 2007. Teori Bimbingan dan Konseling [Online]. Tersedia:
http://file.upi.edu/Direktori/A FIP/JUR. PSIKOLOGI PEND DAN
BIMBINGAN/195003211974121 - SUNARYO KARTADINATA/TEORI
BIMBINGAN DAN KONSELING-2.pdf [10 Oktober 2010]

Learning Journal – Bimbingan dan Konseling

You might also like