You are on page 1of 2

Penerapan Iptek dalam Islam

Oleh : H. Mas’oed Abidin


Firman Allah dalam QS. 3, Ali Imran : 110, artinya, “Kamu adalah umat

yang paling baik (khaira ummah, umat pilihan), yang dilahirkan untuk kepentingan manusia;
menyuruh mengerjakan yang benar dan melarang membuat salah, serta beriman kepada Allah.
Sekranya orang-orang keturunan Kitab itu beriman, sesungguhnya itu baik untuk mereka. Sebahagian
mereka beriman, tetapi kebanyakannya orang-orang yang jahat”. Dijelaskan bahwa Umat Islam
adalah umat

pilihan, terbaik. Bila keturunan Kitab sebelumnya mau menerima dinul Islam , mereka akan lebih baik dari
umat ini. Tetapi mereka kufur, dan sebahagian lagi jahat, menolak ajaran Allah SWT. Disinilah terdapat
tantangan disamping peluang terhadap umat pilihan (umat Islam) sepanjang masa dalam meniti setiap
perubahan zaman.

Khaira ummah yang menjadi identitas umat Islam itu selalu istiqamah (Konsisten) dengan
perangai utama. Tetap membawa, menyeru, mengajak umat kepada yang baik, amar makruf. Melarang
membuat salah, nahyun ‘anil munkar. Tetap beriman dengan Allah.

Amar makruf, hanya bisa dilaksanakan dengan ilmu pengatahuan. Karena itulah tatkala pertama
kali manusia diciptakan kepadanya beberapa perangkatilm u (QS.2:30-35). Dalam mengemban misi
mulia,khalifah di permukaan bumi. Nahyun ‘anil munkar, melarang dari yang salah. Perlu ilmu
pengetahuan tentang makruf dan munkar artinya mengerti tentang suruhan berbuat baik dan larangan
berbuat salah (QS.3:104,114; QS.5:78-79; QS.9:71,112; QS.22:41; QS.31:17). Amar Makruf Nahi Munkar
sangat sesuai dengan martabat manusia.

Patokan makruf (baik, disuruh) dan munkar (salah, terlarang) dipagari


olehhalal (right, benar) danharam (wrong, salah) . Bukan like or dislike
(suka atau tidak). Kerancuan menerapkan benar dan salah dikehidupan

sehari-hari disebab kurangnya ilmu pengetahuan tentang right dan wrong. Selain dari kebiasaan
meninggalkan ajaran agama, tidak teguh (tidak istiqamah) menjalankan right dan wrong tersebut.

Bila diteliti bahwa ayat pertama turun adalah (Iqra’, artinya baca)QS.
96, Al ‘Alaq 1-5. Membaca dan menulis, adalah “jendela ilmu pengetahuan”.
Dijelaskan, dengan membaca dan menulis akan mendapatkan ilmu
pengetahuan yang sebelumnya tidak diketahui (‘allamal-insana maa lam
ya’lam). Ilham dan ilmu belum berakhir. Wahyu Allah berfungsi sebagai sinyal

dan dorongan kepada manusia untuk mendalami pemahaman sehingga mampu membaca setiap perubahan
zaman dan pergantian masa. Keistimewaan ilmu, menurut wahyu Allah,antara lain ; Yang mengetahui

pengertian ayat-ayat mutasyabihat hanyalah Allah dan orang-orang yang dalam ilmunya(QS.2:7). Orang
berilmu mengakui bahwa tidak ada Tuhan selain Allah(QS .3:18). Diatas orang berilmu, masih ada lagi
yang Maha Tahu,

(QS.12:76). Bertanyalah kepada ahli ilmu kalau kamu tidak tahu, (QS.16:43,
dan 21:7). Jangan engkau turut apa-apa yang engkau tidak mempunyai ilmu
tentang itu(QS.17:36). Kamu hanya mempunyai ilmu tentang ruh sedikit
sekali(QS.17:85). Memohonlah kepada Allah supaya ilmu bertambah
(QS.20:114). Ilmu mereka (orang yang menolak ajaran agama) tidak sampai
tentang akhirat(QS.27:66). Hanyalah orang-orang berilmu yang bisa mengerti
(QS.29:43). Yang takut kepada Tuhan hanyalah orang-orang berilmu
(QS.35:28). Tuhan meninggikan orang-orang beriman dan orang-orang
berilmu beberapa tingkatan(QS.58:11). Tuhan mengajarkan dengan pena
(tulis baca) dan mengajarkan kepada manusia ilmu yang belum diketahuinya
(QS.96:4-5).
Sebenarnya umat yang menjadi pengamal wahyu Allah (Islam) memiliki
identitas (ciri, sibghah) yang jelas diantaranya menguasai ilmu pengetahuan.
Dalam mewujudkan keberadaannya ditengah masyarakat mereka menjadi
innovator dan memiliki daya saingserta memiliki imajinasiyang kuat
disampingkreatif dan memiliki pulainisiatif serta teguh dalam prinsip
(istiqamah, consern), bahkan senantiasa berfikir objektif dan mempunyai akal
budi.

Teknologi hanyalah suatu keterampilan, hasil dari ilmu pengetahuan berkenaan dengan teknik,
serba mesin itu. Teknologi tidak berarti bila manusia dibelakang teknologi itu tidak berfungsi, tidak
berperan dan mati. Sebelum teknologi dihidupkan, wajib lebih dahulu menghidupkandhami r manusia
yang akan mempergunakan perangkat teknologi, agar hasil yang diperoleh bermanfaat untuk kehidupan
manusia. Jangan sebaliknya merusak kehidupan itu sendiri. Pemilik ilmu pengetahuan dan pengguna
teknologi mestinya mampu mencipta dan menampilkan produk teknologi ditengah kehidupan dunia
menyeluruh (global) tanpa merusak harkat manusia melalui produk hasil ciptaan teknologi tersebut.

Disini sebenarnya arti penerapan Iptek dari sudut pandang agama Islam. Iptek menjadi musuh
kemanusian bila hasilnya menghancurkan harkat (derajat) manusia. Iptek juga sangat penting teramat
berguna dalam meningkatkan taraf hidup manusia. Karena itu perlu ada saringan pengguna iptek itu.
Saringannya adalah agama, akal budi, dan di Minangkabau adalah

adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah. Segera laksanakan dan


jangan sebatas semboyan.***
Padang, 1 Juli 2000.

You might also like