You are on page 1of 22

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya seorang bidan harus mengerti model konseptual
asuhan kebidanan. Asuhan kebidanan dapat dimengerti melalaui teori-teori model konseptual
kenidanan dan macam-macam asuhan kebidanan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Model Konseptual Asuhan Kebidanan
Model adalah contoh atau peraga untuk menggambarkan sesuatu .
Model kebidanan adalah suatu bentuk pedoman atau acuan yang merupakan kerangka
kerja seorang bidan dalam memberikan asuhan kebidanan.
Konsep adalah penopang sebuah teori yang menjelaskan tentang suatu teori yang
menjelaskan tentang suatu teori yang dapat dites dalam suatu observasi atau penelitian.
Konseptual model adalah gambaran abstrak dari suatu ide yang menjadi dasar suatu
disiplin.
Model asuhan kebidanan yaitu kehamilan dan persalinan merupakan suatu proses
kehidupan yang normal
Model konseptual kebidanan adalah:
1. Gambaran abstrak suatu ide yang menjadi dasar suatu disiplin ilmu
2. Pada dasarnya sam a dengan pengertian konsep kerja,sistem,dan skema ,yaitu
menunjukan ide global tentang individu,kelompok,situasi dan kejadian yang menarik
untuk suatu ilmu. Model konseptual kebidanan biasanya berkembang datri teori
wawasan intuitif keilmuan yang sering kali disimpulkan dalam kerangka acuan
disiplin ilmu yang bersangkutan (Fawcett 1992) sehinga model konseptual
memberikan gambaran abstrak atau ide yang mendasari disiplin ilmu
3. Model memberikan kerangka untuk memahami dan mengembangkan praktik guna
membimbing tindakan dalam pendidikan untuk mengidentifikasi pertanyaan yang
harus dijawab dalam penelitian. Konsep model ditunjukan dalam banyak cara,yaitu
mental model,fisik mental,dan simbolik (Lancaster).
Kegunaan Modal Konseptual adalah sebagai berikut :
 Untuk menggambarkan beberapa aspek (konkret maupun abstrak).
 Merupakan gagasan mental sebagai bagian dari teori yang membantu ilmu-ilmu
sosial mengonsep dalam menyamakan aspek-aspek proses social.
 Menggambarkan suatu kenyataan gambaran abstrak sehingga banyak digunakan
displin ilmu lain sebagai parameter garis besar praktik.
Dalam asuhan kebidahan termasuk:
1. Memonitor kesejahteraan ibu baik fisik, psikologis maupun sosial dalam siklus kehamilan
dan persalinan.
2. Mempersiapkan ibu dengan memberikan pendidikan, konseling, asuhan prenatal, dalam
proses persalinan dan bantuan masa post partum.
3. Intervensi teknologi seminimal mungkin.
4. Mengidentifikasi dan memberikan bantuan obstetric yang dibutuhkan.
5. Ruang lingkup praktek kebidanan
 Menolong persalinan
 Konseling
 Penyuluhan
 Asuhan pada saat hamil, melahirkan; nifas dan BBL
  Deteksi dini penyakit
 Pengobatan terbatas ginekologi
 Pertolongan gawat darurat
 Pengawasan tumbuh kembang
 Supervisi
Praktek kebidanan, managemen kesehatan wanita secara mandiri berfokus pada
kehamilan, persalinan , nifas, asuhan BBL, KB dan kesehatan reproduksi wanita.

4 Elemen Model Praktek Kebidanan, Meliputi:


Orang (wanita, anak, pasangan dan lain-lain)
Kesehatan
Lingkungan
Kebidanan
Yang bisa di lihat dalam Skema di bawah ini:

WOMEN HEALTH ENVIRONMENT MIDWIFERY

THE MIDWIFE’S SELF KNOWLEDGE

Pengantar Teori Kebidanan


Teori adalah seperangkat konsep atau pernyataan yang dapat secara jelas menguraikan
fenomena penting dalam sebuah disiplin ilmu.
Kebidanan merupakan ilmu yang terbentuk dari sintesa berbagai disiplin ilmu (multi
disiplin) yang terkait dengan pelayanan kebidanan meliputi ilmu kedokteran, keperawatan,
sosial, perilaku, budaya, kesehatan masyarakat, menagemen untuk dapat memberikan
pelayanan kebidanan pada ibu dalam masa pra konsepsi, hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir
yang meliputi pendeteksian keadaan abnormal pada ibu dan anak, melaksanakan konseling
dan mendirikan kesehatan terhadap ibu, keluarga dan masyarakat. (50 Tahun IBI 2001).
Kebidanan adalah seni dan praktek yang mengkombinasikan ilmu, filosofi dan
pendekatan pada manusia sebagai syarat atau ketepatan dalam pemeliharaan kesehatan wanita
dan proses reproduksinya yang normal, termasuk kelahiran bayi dengan mengikutsertakan
keluarga dan orang yang berarti bagi dirinya. (Lang, 1979).
Jadi Teori Kebidanan merupakan seperangkat konsep yang dapat menguraikan
secara jelas tentang disiplin ilmu kebidanan
Pengantar teori dalam praktek kebidanan dituangkan dalam standar pelayanan
kebidanan yang berguna dalam penerapan norma dan tingkat kinerja yang diperlukan untuk
mencapai hasil yang diinginkan.
Penerapan standar pelayanan akan melindungi masyarakat karena penilaian  terhadap
proses dan hasil pelayanan dapat dilakukan dengan jelas.
Dengan adanya standar pelayanan dapat dibandingkan dengan pelayanan yang diperoleh
masyarakat akan memberikan kepercayaan yang lebih mantap terhadap pelaksana pelayanan.
Suatu standar akan efektif bila dapat diobservasi, diakui, realistic, mudah dilakukan dan
dibutuhkan. Bila setiap ibu diharapkan mempunyai akses terhadap pelayanan kebidanan
maka diperlukan standar pelayanan kebidanan untuk peningkatan kualitas pelayanan
kebidanan. Suatu pelayanan disebut berkualitas bila tingkat pelayanan tersebut seorang
memenuhi standar yang telah ditetapkan. Dengan demikian standar penting untuk
pelaksanaan, pemeliharaan dan penilaian kualitas pelayanan.
Masalah yang ditemukan dalam penyusunan standar pelayanan kebidanan adalah
bahwa diantara apa. yang telah biasa dilakukan dalam praktek kebidanan sebenamya
merupakan tindakan ritualistic yang tidak diriasarkan pada pengalaman praktek yang terbaik.
Dalam standar praktek kebidanan tindakan yang bersifat ritualistic seperti melakukan
episiotomi secara rutin dan memandikan bayi setelah lahir sudah tidak dianjurkan lagi.
Perubahan standar pelayanan seperti ini diriasarkan pada pengalaman yang terbaik dari para
praktisi di seluruh dunia.
Standar praktek kebidanan dapat pula digunakan untuk menentukan kompetensi yang
diperlukan bidan dalam menjalani praktek sehari-hari. Standar ini juga dapat digunakan
sebagai standar untuk menilai pelayanan, menyusun rencana pelatihan dan mengembangkan
kurikulum pendidikan. Juga dapat untuk membantu dalam menentukan kebutuhan
operasional dalam penerapannya, misalnya kebutuhan akan pengorganisasian, mekanisme
peralatan dan obat yang diperpukan.
Ketika audit terhadap pelayanan kebidanan dilakukan, maka berbagai kekurangan yang
berkaitan dengan hal-hal tersebut akan ditentukan sehingga dapat dilakukan perbaikan yang
lebih spesifik.

TEORI RAMONA T. MERCER


Mercer banyak memfokuskan teorinya pada pengembangan teori dengan menerapkan
hasil penelitian dalam asuhan ibu. Dalam teorinya Mercer lebih menekankan pada stress
antepartum dalam pencapaian peran ibu. Penilaian orang; teori ini lebih ke arah praktek, ia
memperlihatkan wanita saat melahirkan, wanita pada awaf post partum, lebih mendekatkan
diri pada bayi daripada melakukan tugasnya sebagai ibu. Teori Mercer banyak digunakan
dalam keperawatan dalam bentuk Text Book Obstetri.
Pokok bahasan salam teori ini adalah :
1. Efek stress antepartum
2. Pencapaian peran ibu Efek Stress Antepartum

Tujuan : memberikan           dukungan          selama hamil untuk mengurangi


lemahnya lingkungan serta dukungan sosial serta kurangnya kepercayaan diri.

Dalam penelitiannya ia menemukan 6 faktor yang mempunyai hubungan dengan


status kesehatan :
 Hubungan interpersonal
 Peran keluarga
 Stress antepartum; komplikasi dari resiko kehamilan dan pengalaman negatif dalam
hidup.
 Dukungan sosial.
 Rasa percaya diri.
 Penguasaan rasa takut, depresi dan keraguan.

Mercer memberikan 3 model yang saling berhubungan antara peran individu, peran
timbal baik dan peran keluarga terhadap status kesehatan.
Famili sistem yang dinamik termasuk sub sistem individu dan pasangan.
Penting memperhatikan subsistem dan hubungan timbal baik antara ibu-bapak, ibu -
janin, ibu-orang lain.

Peran ibu (matemal role) menjadi seorang ibu berarti memperoleh identitas baru
yang membutuhkan pemikiran dan penguraian yang lengkap tentang diri sendiri.
Satu-dua juta ibu di amerika yang gagal memerankan peran ibu terbukti dengan
tingginya jumlah anak yang mendapat perlakukan kejam (Mercer, 1981).
Menurutnya menjadi seorang ibu tidak hanya pribadi wanita yang menjadi ibu,
tetapi ia juga melihat kesulitan-kesulitan yang dihadapi ibu dalam melaksanakan peran ibu.
Peran dan partisipasi suami sangat penting untuk menyakinkan dan memberikan penghargaan
terhadap peran baru ini.
Pencapaian peran ibu dalam kurun waktu tertentu dimana ibu menjadi dekat
dengan bayinya yang membutuhkan pendekatan yang berkompeten termasuk peran dalam
mengekspresikan kepuasan dan penghargaan peran. Peran aktif ibu dan pasangannya
berinteraksi satu dengan yang lain.
Menurut Mercer, stress yang disebabkan oleh adanya resiko kehamilan akan
mempengaruhi penilaian diri terhadap status kesehatan. Penghargaan diri, status kesehatan dan
dukungan sosial mempunyai efek langsung yang positif terhadap penguasaan. Dan mempunyai
efek negatif terhadap ketakutan dan depresi yang mempunyai efek negatif yang langsung
terhadap fungsi keluarga.
Hasil penelitian wanita dengan kehamilan resiko tinggi mengalami fungsi keluarga
yang kurang optimal daripada wanita dengan kehamilan resiko rendah.
Ekspresi peran banyak dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu. Mercer
menguraikan 4 langkah dalam pencapaian peran ibu:
1. Anticipatory
adalah suatu masa sebelum menjadi ibu, memulai penyesuaian sosial dan psikologi
terhadap peran barunya nanti dengan mempelajari apa saja yang dibutuhkan untuk
menjadi seorang ibu.

2. Fonnal
Dimulai dengan peran sesungguhnya seorang ibu. Pada masa ini bimbingan peran
secara formal dan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh sistem sosial dari wanita.
3. Informal
Dimulai pada saat wanita telah seorang menemukan jalan yang unik dalam
melaksanakan perannya sebagai ibu lahir telah seorang menentukan caranya sendiri
dalam melaksanakan peran bainya ini.
4. Personal
Dimulai pada saat wanita telah sepenuhnya seorang melaksanakan perannya sebagai
ibu.

Bila Rubin menyatakan bahwa pencapaian peran ibu ini dimulai sejak mulai hamil sampai
6 bulan setelah melahirkan. Mercer melihat bahwa peran aktif seorang wanita dalam
pencapaian peran  ini umumnya dimulai setelah bayi lahir yaitu pada 3 bulan sampai 7
bulan post partum.
Mercer menemukan 11 faktor yang mempengaruhi wanita dalam pencapaian peran
ibu yaitu:
 Factor ibu
 Umur ibu pada waktu melahirkan.
 Persepsi ibu pada waktu melahirkan anak pertama kali.
 Memisahkan ibu dan anak secepatnya.
 Stress sosial
 Dukungan sosial
 Konsep diri
 Sifat pribadi
 Sikap terhadap membesarkan anak
 Status kesehatan ibu.
 Factor bayi
 Temperamen
 Kesehatan bayi

 Factor-Faktor Lain
 Latar Belakang Etnik
 Status Perkawinan
 Status Ekonomi
Suatu hal yang sangat menarik yang  dikemukakan oleh Mercer adalah penekanannya
pada pengaruh bayi (infant personality) pada waktu ibu melaksanakan perannya sebagai
ibu.     .
Dengan mengambil factor sosial suppport, Mercer mengidentifikasi 4 faktor
pendukung yaitu :
1. Emosional Support
Adalah perasaan mencintai, penuh perhatian, percaya diri dan mengerti.
2. Informational Support
Yaitu membantu individu untuk menolong dirinya sendiri dengan memberikan
informasi yang berguna dan berhubungan dengan masalah situasi.
3. Physical Support
Adalah pertolongan yang langsung seperti membantu merawat bayi dan memberikan
dukungan dana.
4. Appraisal Support
Merupakan informasi yang menjelaskan tentang peran pelaksanaan, bagaimana ia
menampilkan dalam peran. Hal ini memungkinkan individu seorang mengevaluasi
dirinya sendiri yang berhubungan dengan penampilan orang lain.

Menurutnya factor-faktor yang mempengaruhi pencapaian peran fungsi ibu adalah :


umur, tingkat pendidikan, ras, status perkawinan, status ekonomi dan konsep diri.
Mercer menguraikan 4 faktor dalam masa adaptasi yaitu :
o Physical Recovery Phase (Lahir-1 Bulan)
Merupakan adaptasi terhadap fungsi tubuh. Selain pemulihan sendiri juga termasuk di
dalamnya perkembangan bayi. Secara psikologis ibu khawatir terhadap resiko
menjadi seorang ibu. Masa pemulihan sangat penting karena bila fungsi tubuh tidak
kembali seperti semula akan menimbulkan keluhan psikologis dan sosiologis yang
berkepanjangan bagi ibu.
o Achievement Phase (Z- 4/5 Bulan)
o Disruption phase (6-8 bulan)
o Reorganisation Phase (8 -12 Bulan)

Bidan yang diharapkan mercer dalam teorinya membantu wanita dalam melaksanakan
tugasnya yang berhubungan dengan adaptasi peran ibu dan mengidentifikasi factor apa yang
mempengaruhi peran ibu dalam pencapaian peran ibu dalam pencapaian peran, fungsi dan
kontribusi dari stress antepartum.

TEORI REVA RUBIN   


Penekanan Rubin dalam teori maupun penelitian yang dilakukannya adalah
pencapaian peran ibu. Whurut Rubin untuk mencapai peran tersebut seorang wanita
membutuhkan proses belajar melalui serangkaian aktifitas berupa tafihan-latihan. dalam
proses ini wanita diharapkan seorang mengidentifikasi bagaimana seorang wanita mampu
mengambil peran seorang ibu. Walaupun proses ini mungkin dapat mengakibatkan efek yang
negatif misalnya dalam intervensi atau tindakan, namun teori ini sangat berarti bagi seorang
wanita terutama calon ibu untuk mempelajari peran yang akan dialaminya kelak sehingga ia
seorang beradaptasi dengan perubahan yang akan dihadapinya, khususnya perubahan
psikososial dalam kehamilan dan setelah melahirkan.
Rubin mengatakan sejak hamil seorang wanita sudah mempunyai harapan sebagai
berikut:
a. Kesejahteraan ibu dan bayi
b. Penerimaan masyarakat
o Penentuan identitas diri
o Mengerti tentang arti memberi dan menerima.

Perubahan yang umumnya terjadi pada wanita pada waktu hamil :


1.      Cenderung lebih tergantung dan membutuhkan perhatian yang lebih untuk dapat berperan
sebagai calon ibu dan seorang memperhatikan perkembangan janinnya.
2.      Membutuhkan sosialisasi.
Tahapan psikososial (psikososial stage):
1.      Anticipatory Stage
Pada tahap ini ibu-ibu . melakukan latihan peran dan memerlukan interaksi dengan anak
yang lain.
2.      Honeymoon Stage
Ibu mulai memahami sepenuhnya peran dasarnya. Pada tahap ini ibu memerlukan bantuan
anggota keluarga lain.
3.      Plateu Stage
Pada tahap ini ibu akan mencoba dengan sepenuhnya apakah ia telah seorang menjadi ibu.
Tahap ini membutukan waktu beberapa minggu dan ibu akan melanjutkan sendiri.
4.      Disengagement
Tahap ini merupakan tahap penyelesaian dimana latihan peran dihentikan. Pada tahap ini
berperan sebagai orang tua belum jelas.
Reaksi yang umum pada kehamilan:
1. Trimester I           :   Ambivalen, takut; fantasi, khawatir.
2. Trimester II         :   Perasaan          lebih     enak,    meningkatnya kebutuhan          
untuk mempelajari tentang perkembangan dan pertumbuhan janin, menjadi
narsistik, pasif, introvert, kadang kelihatan egosentrik dan self centered.
3. Trimester III        :   Berperasaan aneh, sembrono / jelek,     menjadi lebih introvert,
merealisasikan terhadap pengalaman masa kecil.
ARTI DAN EFEK KEHAMILAN PADA PASANGAN

1.      Pasangan merasakan perubahan tubuh pasangannya pada kehamilan 8 bulan - 3 bulan
setelah melahirkan.
2.      Laki-laki juga mengalami perubahan fisik dan psikososial selama pasangannya hamil.
3.      Anak yang akan dilahirkan merupakan gabungan dari 3 perbedaan yang ada yaitu :
a.       Hubungan ibu dengan pasangan.
b.      Hubungan ibu dengan janin yang berkembang,
c.       Hubungan ibu dengan individu yang unik.
4.      Ibu tidak pernah lagi menjadi sendiri.
5.      Tugas yang harus dilaksanakan seorang wanita atau pasangan dalam kehamilan :
a.       Percaya bahwa ia hamil dan berhubungan dengan janin dalam satu tubuh.
b.      Persiapan terhadap pemisahan secara fisik pada kelahiran janin.
c.       Penyelesaian dan identifikasi kebingungan seiring dengan peran transisi untuk
mempersiapkan fungsi keluarga.
3        Aspek yang diidentifikasi dalam peran ibu :
1.      Gambaran tentang idaman.
2.      Gambaran tentang diri.
Adalah bagaimana wanita tersebut memandang dirinya sebagai bagian dari pengalaman
dirinya. Gambaran ini yang digunakan oleh wanita untuk menggambarkan dirinya.

3.      Gambaran tubuh


Berhubungan dengan perubahan fisik yang terjadi selama kehamilan dan perubahan yang
spesifik yang terjadi selama kehamilan dan setelah melahirkan.
Rubin melihat beberapa tahap I fase aktivitas penting sebelum seseorang menjadi ibu:
Ø      Taking On
Wanita meniru dan melakukan peran ibu, fase ini dikenal sebagai tahap meniru
Ø      Taking In
Pada tahap ini fantasi wanita tidak hanya meniru tetapi sudah mulai membayangkan peran
yang dilakukanhya pada tahap sebelumnya : introjection, projection dan rejection merupakan
tahap dimana wanita menirukan model-model yang ada sesuai dengan pendapatnya.
Ø      Letting Go
Merupakan fase dimana wanita mengingat kembali. proses dan aktivitas yang sudah
dilakukannya.
Pengalaman baik interpersonal maupun situasional yang berhubungan dengan masa lalu
dirinya sebelum proses yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan serta harapan
untuk masa yang akan datang. Pada tahap ini wanita akan meninggalkan perannya pada masa
yang lalu.
TEORI JEAN BALL
"Teori kursi goyang keseimbangan emosional ibu"
Tujuan asuhan maternitas : agar ibu seorang melaksanakan tugasnya sebagai ibu baik
fisik maupun psikologis.
Psikologis dalam hal ini tidak hanya pengaruh emosional tetapi juga proses emosional
agar tujuan akhir memenuhi kebutuhan untuk menjadi orang tua terpenuhi. Kehamilan dan
persaingan dan masa post partum adalah masa untuk mengadopsi peran baru.
Teori ball:
1. Teori perubahan
2. Teori stress, coping dan support
3. Teori dasar
Hypotesa ball :
 Respon emosional wanita terhadap perubahan yang terjadi bersama dari dengan kelahiran
anak yang mempengaruhi personality seseorang dan dengan dukungan peran yang berarti
mereka mendapatkan sistem keluarga dan sosial. Persiapan yang sudah diantisipasi oleh
bidan dalam masa post natal akan mempengaruhi respon emosional wanita terhadap
perubahan yang dialaminya pada proses kelahiran anak.
Dalam teori kursi gojiand, kurti yang dibentuk dalam tiga elemen:
1. Pelayanan identitas
2. Pandangan masyarakat terhadap kelurga.
3. Sisi penyanggah support terhadap kepribadian wanita.

Kesejahteraan keibuan seorang wanita sangat tergantung terhadap efektifitas ketiga


elemen tersebut. Jika kursi goyang tidak bisa ditegakkan maka tidak nyaman untuk diduduki
Teori jean ball dalam konsep :
a. Women                      :      Ball memusatkan perhatiannya terhadap perkembangan emosional,
sosial dan psikological serang wanita dalam proses melahirkan.
b. Healfh                        :      Merupakan pusat dari model Ball. Tujuan dari post natal care agar
wanita seorang menjadi seorang ibu.
c. Environment      :      Aingkungan sosial dan organisasi dalam sistem dukungan. Asuhan post
natal misalnya membutuhkan dukungan sangat penting untuk mencapai kesejahteraan.
d. Midwifery          :      Penelitian asuhan post natal misalnya dikhawatirkan kurang efektif
karena kurangnya pengetahuan tentang kebidanan.
e. Self                    :      Secara jelas kita dapat melihat bahwa peran bidan dalam memberikan
dukungan dan membantu seorang wanita untuk menjadi yakin dengan perannya sebagai seorang
ibu.

Factor-faktor yang mepengaruhi keseimbangan emosional:


Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa wanita yang boleh dikatakan
sejahtera setelah melahirkah sangat tergantung pada personality kepribadiannya, sistem
dukungan pribadi dan dukungan yang dipersiapkan pelayanan maternitas.

TEORI ELA JOY LENRMAN


Dalam teori ini lehrman menginginkan agar bidan dapat melihat semua aspek praktik
memberikan asuhan pada wanita hamil dan memberikan pertolongan pada persalinan.
Macintyre (1980). Menurut lehrman menyelelidiki bahwa pelayanan antenatal menunjukkan
perbedaan antara prosedur administrasi yang dibebankan dengan manfaat antenataf dan jenis
pelayanan yang dialami seorang wanita di klinik kebidanan karena berhubungan antara
identifikasi factor resiko dan keefektifan dari ahtonatal care terhadap hasil yahg diinginkan
belum terpenuhi.
Lehrman dan koleganya ingin menjelaskan perbedaan antara pengalaman seorang
wanita dengan keseorangan bidan untuk mengaplikasikan konsep kebidanan dalam praktek.
Lehrman mengemukakan 8 konsep yang penting dalam pelayanan antenatal :
1. Asuhan yang berkesinambungan.
2. Keluarga sebagai pusat asuhan.
3. Pendidikan dan konseling merupakan bagian dari asuhan.
4. Tidak ada intenensi dalam asuhan.
5. Fleksibilitas dalam asuhan.
6. Keterlibatan dalam asuhan.
7. Advokasi dari klien.
8. Waktu.

Asuhan partisipastive
Bidan dapat melibatkan klien dalam pengkajian, evaluasi dan perencanaan. Pasien /
klien ikut bertanggung jawab ata ambil dalam pelayanan antenetal. Dalam pemeriksaaan fisik,
misalnya palipasi klien akan melakukan pada tempat tertentu atau ikut mendengarkan denyut
jantung.
Kedelapan komponen yang dibuat Leherman ini kemudian diuji cobakan oleh Morten
(1991) pada pasien post partium.
Dari hasil penerapan tersebut morten menambahkan 3 komponen lagi ke dalam 8
komponen yang telah dibuat oleh leherman, yaitu :

1.      Tehnik therapeutic.

2. Pemberdayaan
3. Hubungann sesama

Therapeutic

Proses komunikasi sangat bermanfaat dalam proses perkembangan dan


penyembuhan, misalnya :
Ø      Mendengar aktif

Ø      Mengkaji

Ø      Klarifikasi

Ø      Humor

Ø      Sikap yang tidak menuduh

Ø      Pengakuan

Ø      Fasilitasi

Ø      Pemberi ijin

Empowerment (pembberdayaan)
Suatu dalam memberi kekuasaan dan kekuataan. Bidan melalui penampilan dan
pendekatannya akan meningkatkan keseorangan pasien dalam mengoreksi, memvalidasi dan
memberi dukungan.
Lateral Relationship 
Menjalin hubungan yang baik terhadap klien, bersikap terbuka, sejalan dngan klien
sehingga antara bidan dan klienya nampak akrab. Misalnya sikap empati atau berbagi
pengalaman.

TEORI OREM
Orem menamakan teori self-care deficit sebagai teori umum. Teori yang terkait di
dalamnya yaitu:
Self Care adalah :
 Kontribusi yang terus menerus dari seorang dewasa terhadap kelanjutan eksistensi,
kesehatan dan kesejahteraan.
 Individu pribadi yang memprakarsai dan melaksanakan sendiri aktivitas yang diperlukan
untuk mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan.
 Individu yang peribadi yang memperkrasai dan melaksanakan sendiri aktivitas yang
diperlukan
Self care model menekanakan bahwa setiap omg mempunyai kebutuhan untuk
merawat dirinya sendiri dan mereka mempunyai hak untuk memnuhi kebutuhan itu sendiri,
kecuafi bila tidak memungkinkan.
Orang yang dapat memenuhi kebutuhan self care sendiri disebut sefl-care agent.
Orang dewasa yang normal dan sehat merupakan agent untuk dirinya sendiri: Sedangkan untuk
bayi, anak dan orang tidak sadar atau luka berat, keluarga atau perawat merupakan dependent
care agent.
Menurut orem kebutuhan self-care dibadi 3 kategori :
1. Universal Self-Care
Bertaku untuk semua orang dikaitkan dengan fungsi dan proses kehidupan sering
disebut sebagai kebutuhan dasar manusia"           '
2. D e v e l o p m e n t a l Self-Care
Kebutuhan ini timbul menurut tahap perkembangan individu dan lingkungan dimana
individu tersebut berada dan mempengaruhi perkembangan hidup sesearang
dihubungkan dengan perubahan hidup seseorang atau siklus kehidupan.
3. Health D e v i a t i o n Self-Care
Kebutuhan ini dibutuhkan karena keseatan seseorang tergnggu, misalnya keadaan sakit
atau ketidakseorangan yang mengakibatkan perubahan dalam perilaku self-care.
Bila ada tuntutan merawat dirinya sendiri dan individu tersebut seorang memenuhi
tuntutan maka self-care ini memungkinkan, tetapi bila tuntutan lebih besar dari
keseorangan individu untuk memenuhinya maka akan terjadi ketidakseimbangan dan hal ini
disebut  self-care d e f i c i t .
S e l f - c a r e deficit merupakan inti dari teori orem general theory of nursing sebab hal ini
menggambarkan kapan keperawatan ini diperlukan. Self-care deficit merupakan criteria
untuk mengidentifikasi apakah seseorang memerlukan bantuan asuhan keperawatan. Dengan
demikian keperawatan diperlukan bila terdapat ketidak seorangan atau keterbatasan
seseorang dewasa atau oaring tua (untuk anak) dalam memenuhi kebutuhan self-care yang
diperlukan secara terus menerus atau bila timbul kebutuhan untuk menggunakan tehnik
khusus I menerapkan pengetahuan ilmiah dalam merencanakan 1 menentukan asuhan.

Tujuan untuk memenuhi kebutuhan self-care dapat dicapai dengan :


1. Menurunkan kebutuhan self-care ke tahap dimana pasien dapat memenuhinya.
2. Meningkatkan keseorangan pasien untuk memenuhi kebutuhan self-care.
3. Memperbolehkan keluarga l orang lain untuk memberikan dependent-care bila self-care tidak
dimungkinkan.
Untuk dapat melaksanakan bantuan kepada pasien ada 5 aspek yang perlu diperhatikan, yaitu :
1. Menjalin hubungan yang baik dengan pasien, keluarga, kelompok sampai dapat
melepaskan diri melaksanakan sendiri asuhan.
2. Menentukan bantuan yang bagaimana yang dibutuhkan pasien dalam memenuhi
kebutuhannya.
3. Memberikan bantuan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan pasien.
4. Merencanakan bantuan langsung bersama pasien dan keluarga I orang lain yang akan
melakukan asuhan.
5. Mengkoordinasikan dan mengintegrasikan asuhan kebidanan dengan kegiatan pasien
sehari-had, petayanan kesehatan yang lain diperlukan l diterima dan pelayanan sosial dan
pendidikan yang diperlukan I diterima.

Dari uraian di atas jelas bahwa untuk mencpai tujuan pemenuhan kebutuhan seperti yang
diuraikan oleh orem perlu pengetahuan tentang :
 Manusia    
 Kebutuhan self-care
 Self-care deficit
 Penerapan 5 metode bantuan
 Proses keperawatan berdasarkan self-care model. Definisi proses keperawatan menurut
orem :
 Menentukan mengapa seseorang membutuhkah asuhan kebidanan.
 Menentukan sistem bantuan kebidanan
 Merencanakan pelaksanaan bantuan kebidanan yang spesifik.
 Memberikan dan mengevaluasi pelaksanaan bantuan kebidanan.
Langkah-langkah pengkajian
Tujuan        :   menentukan kebutuhan self care individu, mengidentifikasi apakah ada atau
tidakan ada self care deficit.

Bidan bekerjasama dengan pasien I keluarga dalam merencanakan strategi yang akan
mengurangi l menghilangkan deficit yang ada dengan:
 Mengurangi kebutuhan self care
 Meningkatkan keseorangan pasien untuk memenuhi kebutuhan self care Memperbolehkan
keluarga I orang lain memberikan dependent care Memenuhi langsung kebutuhan self-care
 Mengkoordinasikan dan mengintegrasikan asuhan keperawatan dengan kegiatan pasien sehari-
hari, pelayanan kesehatan yang lain diperlukan 1 diterima dan pelayanan sosial dan pendidkan
yang diperlukan I diterima.

3 kategori kebutuhan self care dapat dipakai sebagai kerangka pengkajian :


1. Universal
Menggunakan observasi, pengukuran dan wawancara untuk mengidentifikasi pola normal
kebutuhan pasien sehari-hari, mengidentifikasi dan menganalisa ketidakseorangan melakukan
self-care.
2. Developmental
Mengidentifikasi perubahan gaya hidup pasien atau siklus kehidupan dan kebutuhan akan
pengembangan yang timbul dari perubahan tersebut.
3. Health Deviation
Pengaruh sakit atau penyakit terhadap atau observasi perilaku yang dapat mengarah pada
penyakit.
4. Perencanaan
Setelah mengidentifikasi self-care deficit maka data ini dapat dipakai sebagai pemyataan
masalah dalam rencana kebidanan.
5. ImpIementasi
Merupakan tindakan yang mengandung 5 bantuan yaitu melakukan untuk, memberi
penyuluhan, membimbing, mendukung dan menciptakan lingkungan yang menunjang
tumbuh kembang.
6. Evaluasi
Evaluasi dilakukan terus menerus dengan membandingkan perilaku yang diharapkan dalam
tujuan dengan hasil tindakan yang dilakukan.

TEORI ERNESTINE WIEDENBACH


Ernestine wiedenbach sudah pernah bekerja dalam suatu proyek yang mempersiapkan
persalinan berdasarkan teori dr. Dick read. Wiedenbach mengembangkan teorinya secara
induktif berdasarkan pengalaman dan observasinya dalam praktek.
Konsep yang luas menurut wiedenbach yang nyata ditemukan dalam kebidanan yaitu:
1.   The agent               :   perawat, bidan atau orang lain
2.   The recipient           :   wanita, keluarga, masyarakat
3.   The goal                  :  metode untuk mencapai bantuan
4.   The framework       :   organisasi sosial, lingkungan professional.

1. The agent : the midwife


Filosofi wiedenbach tentang asuhan kebidanan dan tindakan dimana kebutuhan ibu dan bayi
yang _ segera untuk mengembangkan kebutuhan yang lebih luas yaitu kebutuhan ibu dan
ayah -dalam persiapan menjadi orang tua.
2. The goal : purpose
Disadari bahwa kebutuhan masing-masing individu perlu diketahui sebetum menentukan
goal. Bila sudah diketahui kebutuhan ini, maka dapat diperkirakan goal yang akan dicapai
dengan mempertimbangkan tingkah laku fisik, emosianal aiau fisiological yang berbeda dari
kebutuhan normal.
3. The recipient :
Wanita / masyarakat yang oleh sebab tertentu tidak seorang memenuhi kebutuhannya
wiedenbach sendiri berpandangan bahwa recipient adalah individu yang berkompeten dan
seorang menentukan kebutuhannya akan bantuan.
4. The means:
Untuk mencapai tujuan dan asuhan kebidanan, wiedenbach menentukan beberapa tahap
yaitu :       
Untuk mencapai tujuan dan asuhan kebidanan, wiedenbach menentukan beberapa
tahap yaitu :       

1. Identifikasi kebutuhan klien      


2. Ministration        :   Memberikan dukungan dalam mencari pertolongan yang
dibutuhkan
3. Validation           :   Bantuan      yang     diberikan          sungguh merupakan bantuan
yang dibutuhkan
4. Coordination      :   Dengan ketenagaan yang direncanakan untuk memberikan
bantuan.
Untuk mengidentifikasi kebutuhan ini diperlukan:
Ø      Pengetahuan
Ø      Judgement
Ø      Ketrampilan
PELAYANAN KEBIDANAN
Pelayanan kebidanan terintegrasi dengan pelayanan kesehatan.Selama ini pelayanan
kebidanan bergantung pada sikap sosial masyarakat dan keadaan lingkungan tempat bidan
bekerja.Kemajuan social ekonomi merupakan parameter yang amat penting dalam pelayanan
kebidanan.
Parameter kemajuaan sosial ekonomi dalam pelayanan kebidanan,antara lain:
1 . Perbaikan status gizi ibu dan bayi
2. Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan
3. Menurunnya angka kematian ibu melahirkan
4. Menurunnya angka kematian neonatusl
5. Cakupan penanganan resiko tinggi
6. Meningkatnya cakupan pemeriksaan antenatal
Beberapa penelitian menyatakan bahwa meningkatnya keaadaan sosial ekonomi
masyarakat akan mempengaruhi pemanfaatan penolong persalinan.Dalam hal ini bidan
merupakan pilihan untuk menolong persalinan.Disamping itu,meningkatnya pendidikan
masyarakat,khususnya pendidikan ibu,akan mempengaruhi pola pelayanan kebidanan selama
ini.
Bidan sebagai tenaga pemberi pelayanan kebidanan.pelayanan kb,dan pelay6anan
kesehatan masyarakat harus menyiapkan diri untuk mengantisipasi perubahan kebutuhan
masyarakat akan pelayanan kebidanan.
Keadilan dalam memberi pelayanan kebidanan adal;ah aspekj pokok dalam pelayanan
bidan di Indonesia.Keadilan dalam pelayanan ini di mulai dengan :
1. Pemenuhan kebutuhsn kliyen yang sesuai dengan kondisi kjlien
2. Keadaan sumber daya kebidanan yang selalu siap untuk melayani
3. Adanya penilitian untuk mengembangkan / meningkatkan pelayanan
4. Adanya keterjangkauan pelayanan
Ketersediaan hal tersebut di atas adalah syarat utama terlaksananya pelayanan
kebidanan yang aman.Selanjutnya ditunjang dengan sikap bidan yang tanggap dengan
kebutuhan dan sesuaio kondisi klien srta tidak membeda-bedakan dalam pemberiaan
pelayanan.
Pelayanan kebidanan diberikan secara holostik,yaitu memperhatikan aspek bio-psiko-
sosio-kultural dan spiritual yang sesuai dengan kebutuhan pasien.Pelayanan tersebut
diberikan dengan tujuan menyelamatkan kehidupan dan mempertahankan kelangsungan
pelayanan.Pasian memerlukan pelayanan dari petugas kesehatan (provider) yang memiliki
karakteristik sebagai berikut :
1. Semangat untuk melayani
2. Simpati
3. Empati
4. Tulus ikhlas
5. Memberi kepuasan
Selain hal di atas, Bidan sebagai pemberi pelayanan harus memperhatikan keamanan,
kenyamanan, privasi, kealamian, dan ketepatan pada saat memberikan asuhan pada klien.
Bidan adalah tenaga professional yang memberi pelayanan sesuai dengan ilmu dengan
kiat kebiudanan untuk dapat member pelayanna yang optimal pasien di perlukan data
masukan. Data tersenbut di kumpulkan menggunakan format poengumpul data yang di desain
sesui dengan kasus yang ada. Teknik pengumpulan data yang di gunakan mencakup metode
wawancara, observasi,inspeksi, palpasi, auskultasi serta pemeriksaaan penunjang lainnya.
Metode pelayanan kebidanan yang sistematis, terarah, dan terukur ini dinamakan
manajemen kebidanan.
Langkah-langkah dari manajemen kebidanan adalah sebagai berikut:
1. Mengumpulkan data, dilanjutkan dengan membuat atau menentukan diagnosis
kebidanan.
2. Membuat perencanaan tindakan dan asuhan
3. Melaksanakan tindakan kebidanan sesuai kebutuhan
4. Melakukan evaluasi
Semua langkah menejemen kebidanan di dokumentasikan sebagai aspek legal dan
informasi dalam asuhan kebidanan.
Pelayanan kebidanan yang bermutu adalah pelayanan kebidanan yang dapat memuaskan
setiap pemakai jasa pelayanan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk dan
penyelenggaranya di sesuaikan dengan Kode Etik serta standar pelayanan profesi pada
dasarnya merupakan kesepakatan diantara warga profesi sendiri. Oleh karena itu, keduanya
wajib di gunakan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan setiap kegiatan profesi.
Dimensi kepuasan pasien dapat di bedakan menjadi 2 macam :
1. Kepuasan yang mengacu pada penerapan kosde etik serta standar pelayanan profesi
kebidanan. Kepuasan yang di maksut pada dasarnya mencakup penilaian terhadap
kepuasan pasien mengenai :
a. Hubungan bidan dengan pasien
b. Kenyamanan pelayanan
c. Kebebasan melakukan pilihan
d. Pengetahuan dan kompetensi (Scientific knowledge and technical skill)
e. Efektifitas pelayanan (effectiveness)
2. Kepuassan yang mengacu pada penerapan semua persyaratan pelayanan kebidanan.
Suatu pelayanan di katakana bermutu bila penerapan semua hpersyaratan pelayanan
kebidanan dapat memuaskan pasien.
Ukuran pelayanan kebidanan yang bermutu adalah:
1. Ketersediaan pelayanan kesediaan ( available)
2. Kewajaran ppelayanan kebidanan (appropriate)
3. Kesinambungan pelayanan kebidanan (continue)
4. Penerimaan jasa pelayanan kebidanan (acceptable)
5. Ketercapaian pelayanan kebidanan (accessible)
6. Keterjangkuan pelayanan kebidanan (affordable)
7. Efisiensi pelayanan kebidanan (efficient)
8. Mutu pelayanan kebidanan (quality)
Mutu pelayanan kebidanan berorientasi pada penerapan kode etik dan standar
pelayanan kebidanan serta kepuasan yang mengacu pada penerapan semua persyaratan
pelayanan kebidanan. Dari dua dimensi mutu pelayanan kebidanan tersebut, tujuan ahirnya
adalah kepuasan pasien terhadap pelayanan kebidanan.
1. Dalam Lingkup nasional
Strategi pembangunan nasional berwawasan kesehatan Sebagai strategi nasional menuju
Indonesia Sehat 2010 4 Paradigma sehat
a.       Dasar Pembangunan Kesehatan
1. Landasan idiil                        :   Pancasila
2. Landasan konstitusional        :   UUD 1945
3. UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan
4. WHO 1948 : diperolehnya     derajad kesehatan yang tingginya adalah hak yang
fundamental bagi setiap orang tanpa membedakan ras, agama, politik, tingkat sosial
ekonomi.
5. Dasar pembangunan kesehatan
a)      Dasar perikemanusiaan
b)      Dasar adil dan merata
c)      Dasar pemberdayaan dan kemandirian d) Dasar pengutamaan dan manfaat
b.   Visi ® Indonesia Sehat 2010
Indikator Indonesia sehat 2010 adalah: sebagian atau seluruh masyarakat Indonesia :
1.      Mendapatkan petayanan kesehatan
2.      Mempunyai lingkungan yang sehat
3.      Bergizi baik
4.      Berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
5.      Status kesehatan I derajad kesehatan masyarakat optimal.
c.  Misi
1)      Menggerakkan pembangunan nasional berwawawan kesehatan.
2)      Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.
3)      Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan
terjangkau.
4)      Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat
beserfa lingkungannya.
d.      Strategi Untuk Mencapai Visi Dan Misi

1)          P a r a d i g m a s e h a t ® p e m b a n g u n a n berwawasan kesehatan.


a.       Berorientasi pada peningkatan perlindungan pendidikan kesehatan.
b.      Pembangunan kesehatan ditekankan pada upaya preventif dan prornotif disamping
upaya kuratif dan rehabilitatif.
2)          Profesionalisme ® Dilaksanakan melalui penerapan kemajuan ilmu :
a)      Pemantapan managemen SDM
b)      Pemantapan ilmu pengetahuan dan teknologi, iman dan taqwa, etika.
c)      Penajaman konsep profesi kedokteran dan kesehatan.
d)      Penciptaan aliansi strategis dengan pihak lain --> dokter, bidan, obat, dll.
3)          JPKM (Jaminan Pemeliharaan K e s e h a t a n Masyarakat)
Cara penyelenggaraan kesehatan yang peripurna berdasarkan usaha bersama dan
kekeluargaan serta berkesenambungan dengan mutu tedamin dan pembiayaan secara
pra upaya.
Tujuan       :       Mewujudkan derajad kesehatan yang optimal melalui pemeliharaan
kesehatan paripuma.
4)          Desentralisasi Dan Otonomi
a)              Otonomi daerah dengan prinsip demokratisasi.
b)             Otonomi luas.
c)              Otonomi luas pada kabupaten dan kota.
d)             Tetap menjamin keserasian pusat dan daerah.
e)              Harus lebih meningkatkan kemandirian daerah otonomi.
f)                 Lebih meningkatkan peran dan fungsi DPRD.
Dasar      :     UU tentang pembangunan daerah No. 22 UU No. 25 tahun 1999 fentang perimbangan
keuangan pusat dan daerah. Pendelegasian wewenang yang lebih besar pada pemerintah daerah untuk
mengatur sistem pemerintahan dan rumah tangganya sendiri.

e. Pendekatan untuk mencapai Indonesia sehat 2010 :


1)             PKMD (Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa) dan PSM (Peran Serta Masyarakat).
2)             Mutu pelayanah. kesehatan dan kerjasama lintas program dan lintas sektoral.
3)             Keterkaitan semua unsure kesehatan.
4)             Kesehatan keluarga.
5)             Epidemiologi.
6)              Utamakan resiko tinggi.
f.   Tujuan pembangurlan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat  2010         
"Menindkatkan kesadaran, kemauan dan keseorangan hidup sehat bagi setiap orang agar tetwujud
detajad kesehatan yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang
diteindai oleh:"
Ø            Penduduknya tiidup dalam lingkungan dan dengan perilaku yang sehat.
Ø            Memiliki keseorangan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara
adil dan merata.
g. Sasaran pembangunan kesehatan menuju indonesia sehat 2010:
1)              Perilaku hidup sehat.
2)             Lingkungan sehat
3)             Upaya kesehatan.
4)      Managemen pembangunan kesehatan.
5)      Derajad kesehatan.

2.  HEALTH FOR ALL


 Diperkenalkan oleh WHO di Alma Atta tahun 1978.
 Focus : wanita, keluarga, komunitas.
 Memberi kesempatan untuk berkomunikasi antar bidan.
 Pengaruh tersembunyi 4 kebijakan pemerintah adalah nyata 4 konsekuensi yang penting
bagi praktek kebidanan.
 Mendukung definisi WHO tentang sehat.

3.   REFORMASI KESEHATAN


Ada 5 fenomena yang mempunyai pengaruh kesehatan terhadap pembangunan kesehatan :
a.       Perubahan-perubahan mendasar pada dinamika kependudukan yang mendorong
lahimya transisi demografis dan epidemiologis.
b.       Temuan-temuan substansial dalam ilmu dan teknologi kedokteran yang membuka
cakrawala baru dalam memandang proses hidup sehat, sakit dan mati.
c.       Tantangan global sebagai akibat kebijaksanaan perdagangan bebas, revolusi dalam
bidang informasi, telekomunikasi dan transportasi.
d.      Perubaan lingkungan yang berpengaruh terhadap derajad kesehatan dan upaya
kesehatan.
e.       Demokratisasi di segala bidang yang menuntut pemberdayaan dan kemitraan dalam
pembangunan kesehatan.

Paradigma pembangunan k6sellatan yang lebih mengutamakan pelayanan kesehatan yang


bersifat kuratif dan rehabilitatif  ® PARADIGMA SEHAT
 Merupakan upaya untuk lebih meningkatkan kesehatan bangsa yang bersifat pro aktif.
 Mendorong masyarakat untuk bersikap mandiri dalam menjaga kesehatan mereka sendiri
melalui kesadaran yang lebih tinggi pada pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat
promotif dan preventif.
Pokok-pokok program pembangunan kesehatan:
a.       Perilaku, pemberdayaan dan kemandirian masyarakat.
b.      Lingkungan sehat.
c.       Upaya kesehatan.
d.      POM (Pengawasan Obat dan Makanan) dan bahan berbahaya.
e.       Pengembangan sumber daya kesehatan.
f.        Pengembangan kebijakan dan managemen pembangunan kesehatan.
g.       Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan.

4. PROGRAM KESEHATAN UNGGULAN

a.       Kebijakan kesehatan, pembiayaan kesehatan dan hokum kesehatan.


b.      Perbaikan gizi.
c.       Pencegahan penyakit menular termasuk imunisasi.
d.      Peningkatan perilaku hidup sehat dan kesehatan mental.
e.       Lingkungan pemukiman, air dan udara sehat.
f.        Kesehatan keluarga, kesehatan reproduksi dan KB.
g.       Keselamatan dan kesehatan kerja.
h.       Anti ternbakau, alcohol dan madat.
i.         POM dan bahan berbahaya.
j.        Pencegahan, rudapaksa dan kecelakaan termasuk keselamatan lalu liritas.
5. INDIKATOR

o Indicator kebijakan kesehatan:


 Komitmen politik mengenai kesehatan untuk semua.
 Alokasi sumber daya.
 Tingkat pemerataan pembagidn sumber daya.
 Ketetlibatan masyarakat dalam mencapai kesehatan untuk semua.
 Kerangka orgariisasi dan pros es manAgerial.
o Indicator sosial ekoiiomi dan lingkungan yang berkaitan dengan kesehatan.
 Tingkat pertumbuhan peduduk
 Penyebaran pendapatan.
 Kondisi kerja.
 Angka melek huruf orang dewasa.
 Perumahan dan pemukiman.
 Tersedianya pangan.
o Indicator pengadaan pelayanan kesehatan:
 Cakupan untuk pelayanan kesehatan dasar."
 Cakupan sistem rujukan.
o Indicator status kesehatan:
 Status gizi dan perkembangan psikososial anak-anak.
 AKB (Angka Kematian Bayi).
 AKA (Angka Kematian Anak).
 UHH (Umur Harapan Hidup).
 AKI (Angka Kematian Ibu).

6. KEBIJAKAN

a.       Peningkatan perilaku,pemberdayaan dan kemandirian masyarakat.


 Perilaku hidup sehat masyarakat sejak usia dini.
 Peran swasta.
 Peran organisasi profesi.

b.      Peningkatan kesehatan lingkungan


c.       Peningkatan upaya kesehatan
 Prioritas untuk mengatasi dampak krisis.
 Diringkatkan melalui pencegahan dan penurunan moralitas, mortalitas dan kecacatan
dalam masyarakat terutama bayi, anak, balita, ibu hamil, melahirkan dan nifas.
 Dilakukanhya dengan menggalang kemitraan sekitar swasta dan potensi mastarakat
 Pelayanan kesehatan dasar yang diselenggarakan melalui puskesma§, pustu, biddn
dbsa.
 Kesehatan primer dilukiskan sebagai kendaraan untuk kesehatan, suatu parid6tigart
yang kontras sebagai model medical yang betl'okus pdda ketentuan spesialistik,
pelayanan berbasis di rumah sakit.
d.   Peningkatan sumber daya kesehatan
Untuk menciptakan tenaga kesehatan yang ahli dan trampil sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan iman dan taqwa ® berpegang teguh pada
pengabdian bangsa, negara dan etika profesi.
e.   Peningkatan kebijakan dan managemen pembangunan kesehatan.
f.        Peningkatan ilmu pengetahuan kesehatan.

7. PHC (Primary Health Care)

Adalah suatu pelayanan kesehatan yang esensial berdasarkan metode yang praktis
berdasarkan ilmu pengetahuan yang dapat diandalkan dan dapat diterima oleh masyarakat
dan secara teknis dapat diterima secara universal untuk individu, keluarga dan masyarakat
melalui partisipasi penuh dan dengan biaya yang dapat dijangkau oleh masyarakat.

Konsep PHC (WHO 1998)


a.       Keadilan ketentuan pelayanan kesehatan oleh pencakupan universal dari populasi
dengan pemberian pelayanan berdasarkan kebutuhan.
b.      Pelayanan harus promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dan beragam pelayanan
kesehatan yang diberikan ini harus diberikan dengan cara yang terintegrasi (pelayanan di
bawah satu atap).
c.       Pelayanan harus efektif dan dapat diterima secara cultural, terjangkau dan dapat
ditangani.
d.      Masyarakat harus dilibatkan dalam pengembangan, ketentuan dan monitor dari
pelayanan. Jadi pengadaan pelayanan kesehatan merupakan tanggung jawab seluruh
masyarakat.
e.       Kolaborasi secara inter sektoral.

8. Tiga Pesanan Unicef (WHO) Yang Berhubungan. Dengan Kesehatan Ibu Dan
Anak Dan Dapat Diterapkan Di Seluruh Dunia

a.    Kesehatan baik untuk ibu maupun bayi dapat diringkatkan secara nyata dengan
menjarangkan kehamilan paling sedikit berjarak 2 tahun dengan menghindari kehamilan
kurang dari umur 18 tahun dan membatasi total kehamilan 4 kali.
b.   Mengurangi bahaya persalinan, semua wanita hamil harus pergi ke petugas kesehatan
untuk memeriksakan antenatal dan semua persalinan harus ditolong oleh orang yang
terlatih.
c.   Untuk beberapa bulan pertama kehidupan bayi, ASI adalah satu-satunya makanan /
minuman yang terbaik.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

You might also like