Professional Documents
Culture Documents
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, agar terwujud kesehatan yang optimal
sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan pembangunan nasional
unit organisasi pelayanan kesehatan terdepan yang mempunyai misi sebagai pusat
masyarakat yang tinggal di suatu wilayah kerja tertentu. Puskesmas sebagai salah
obatan merupakan unsur yang sangat penting. Untuk itu pembangunan di bidang
1
2
Kesehatan, masyarakat dan Bank Dunia selama tahun 1982/1983 dan tahun
ketersediaan obat baik dari segi jumlah dan jenis yang mencukupi, juga
dalam alokasi dan distribusi terutama di daerah dengan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) relatif kecil. Alokasi menjadi sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya Dana
Alokasi Umum (DAU) serta kemampuan manajer obat di daerah mengelola dana
obat ini, oleh karena itu perlu memperhatikan aspek-aspek yang tercakup
3
didalamnya antara lain perencanaan obat harus berdasarkan data pengelolaan obat
yang akurat.
biaya operasional Puskesmas, karena bahan logistik obat merupakan salah satu
obat adalah tersedianya obat setiap saat dibutuhkan baik mengenai jenis,jumlah
maupun kualitas secara efesien, dengan demikian manajemen obat dapat dipakai
sebagai sebagai proses penggerakan dan pemberdayaan semua sumber daya yang
ketersediaan obat setiap saat dibutuhkan untuk operasional efektif dan efesien
(Anonim, 2005).
kebutuhan obat yang belum tepat, belum efektif dan kurang efisien (Anonim,
2000).
permintaan dilakukan harus sesuai dengan kebutuhan obat yang ada agar tidak
terjadi suatu kelebihan atau kekurangan obat. Kelebihan obat atau kekosongan
obat tertentu ini dapat terjadi karena perhitungan kebutuhan obat yang tidak
4
akurat dan tidak rasional, agar hal-hal tersebut tidak terjadi maka pengelolaan
obat puskesmas perlu dilakukan sesuai yang ditetapkan dan diharapkan dimana
ketersediaan dana yang cukup untuk pengadaan obat esensial, namun lebih
penting lagi dalam mengelola dana penyediaan obat secara efektif dan efisien
(Anonim, 2005).
terdiri dari tujuh desa dan satu kelurahan yaitu: Desa Ahuhu, Larowiu,
tahun 2008 khususnya pada Triwulan ke empat pada Bulan Desember terjadi
kekurangan persediaan obat untuk beberapa item obat seperti CTM, Tetracycline
500 mg, Amoxicillin 500 mg, Cotrimokxazole syrup dan permintaan obat yang
tidak terealisasi sesuai yang diminta oleh puskesmas. Dalam mengatasi masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teori
2. Manfaat Praktis
Puskesmas Ahuhu.
7
A. Landasan Teori
pemberian obat, penyakit yang diderita oleh pasien dapat diukur tingkat
Menurut Ansel (1989), obat dapat didefinisikan sebagai suatu zat yang
mencegah penyakit pada manusia atau hewan. Menurut Tjay dan Rahardja
(2003), obat merupakan semua zat kimiawi, hewani maupun nabati dalam
berikut gejalanya.
7
8
pada hewan. Obat merupakan faktor penunjang dalam komponen yang sangat
b. Obat jadi yaitu obat dalam kemasan murni atau campuran dalam bentuk
serbuk, cairan, salep, tablet, pil, supositoria atau bentuk lain yang
buku lain.
c. Obat paten yaitu obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar atas nama
si pembuat atau yang dikuasakannya dan dijual dalam bungkus asli dari
d. Obat baru yaitu obat yang terdiri dari zat yang berkhasiat maupun tidak
f. Obat generik berlogo yaitu obat yang tercantum dalam DOEN (Daftar
dengan persyaratan CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik) dan diuji
g. Obat wajib apotek yaitu obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep
Obat dan bahan farmasi ini dapat digolongkan menjadi bahan Vital,
yang fast atau slow moving (tergantung kecepatan peredaran, penyerapan dan
berlaku”, sehingga kalau melebihi batas waktu tersebut tidak layak untuk
maupun untuk hewan. Disisi lain akan menimbulkan dampak negatif terhadap
undangan dan pengawasan dari pemerintah, dalam hal ini Direktorat Jenderal
untuk mencapai tujuan organisasi. Konsep ini dikenal dengan POAC yaitu
a. Man (manusia)
b. Money (uang)
c. Methods (metode)
d. Materials (bahan)
e. Machine (mesin)
11
Puskesmas
Dalam suplai mencakup semua aspek produsen, penyalur ke apotek, toko obat
dan sampai pada penggunaan obat dalam hal ini adalah pasien bersangkutan.
tujuan yakni:
a. Tujuan operasional adalah agar supaya tersedia barang serta bahan dalam
yang tidak wajar lainnya, serta nilai yang sesungguhnya dapat tercermin
penyediaan perlu dengan pengelolaan yang baik dan benar dari Puskesmas.
sumber yang tersedia seperti tenaga, dana, sarana dan perangkat lunak
(metoda dan tata laksana) dalam upaya mencapai tujuan yang ditetapkan
obat antara lain dalam sistem manajemen informasi obat, dimana salah satu
13
mencapai tujuan tertentu yang dilakukan secara efektif dan efisien. Proses
(Anonim, 2001).
kesehatan melalui penyediaan obat-obatan yang tepat jenis, tepat jumlah, tepat
sistem ini pelaksanaan salah satu kegiatan pengelolaan obat dapat dengan
mudah diselaraskan dengan yang lain. Selain itu, berbagaim kendala yang
3). Wadah obat yang baik yangb dapat menjamin mutu obat.
antara lain:
meliputi:
15
3. Jika ada obat baru harus ada bukti yang spesifik untuk efek terapi yang
lebih baik.
5. Apabila jenis obat banyak, maka kita memilih berdasarkan obat pilihan
optimum.
kesehatan/puskesmas.
kabupaten/kota.
merupakan tantangan yang berat yang harus dihadapi oleh tenaga farmasi
seperti diatas, diharapkan obat yang direncanakan dapat tepat jenis, tepat
a. Metode konsumsi
b. Metode epidemiologi
time).
berikut:
kekosongan obat dan penanganan kejadian luar bias (KLB) serta obat
rusak.
jenis dan itemnya merujuk pada DOEN. Selain itu sesuai dengan Keputusan
kesehatan publik.
logistik yaitu:
b. Produksi sendiri. Beberapa jenis bahan farmasi dan obat sederhana dapat
Sosisal dan atau lembaga dari luar negeri yang tidak mengikat.
kurang baik, kualitas obat rendah dan jadwal penerimaan barang yang tidak
sesuai.
21
dalam jumlah, jenis, mutu yang di butuhkan secara ekonomis dan efektif
(Anonim, 1995).
rata setiap jenis obat, sisa stok obat, pola penyakit, jumlah kunjungan di
obat dan alat bantu kesehatan yang didistribusi ke sub unit pelayanan
pelayanan
dengan formulir LPLPO yang sudah ditanda tangani dan satu rangkap
sub unit.
2. Kualitas/kondisi obat
3. Isi kemasan
GFK
Sie Sie
Puskesmas
Gudang Obat
(Anonim, 1995).
Keterangan:
negatif yang diterima oleh pasien lebih besar daripada manfaatnya. Bisa
d. Obat yang diberikan harus efektif dengan mutu terjamin dan aman.
yang rasional.
25
sesuai dengan kondisi pasien memilih obat yang paling tepat dari berbagai
alternatif obat yang ada dan merespon obat dengan dosis yang cukup dan
b. Bahan/barang tidak dapat didaur ulang atau tidak ekonomis untuk didaur
ulang
2). Penerimaan
3). Peyimpanan
farmasi lainnya.
27
3). Mengamati mutu dan khasiat obat secara umum baik yang ada dalam
adalah Kepala Puskesmas, Petugas Gudang Obat dan Petugas Obat di sub
pelaporan.
persediaan obat.
28
Petugas obat pada sub unit pelayan bertanggung jawab dalam menerima,
B. Kerangka Konseptual
lain bertujuan tepat sesuai dengan kebutuhan dan mutu yang terjamin dan
tersebar secara merata dan teratur, sehingga mudah diperoleh pada waktu
yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut ditetapkan berbagai kebijakan bagi
semua upaya dan kegiatan dibidang obat antara lain penerapan konsep daftar
obat esensial (DOEN) dan obat generik. Konsep DOEN dan obat generik
dan ditingkatkan.
biaya untuk obat tersebut sekitar 40-50% dari seluruh biaya operasional
29
dimana masalah tersebut bukan hanya dipengaruhi oleh faktor dana tetapi juga
pengelolaan akan berjalan efektif dan efisien bila ditunjang dengan sistem
Perencanaan Obat
Pengadaan Obat
Penggunaan Obat
Penghapusan Obat
Keterangan :
A. Jenis Penelitian
2007).
yang terdiri dari 1 (satu) puskesmas pembantu, 1 (satu) polindes dengan wilayah
kerja 8 (delapan) desa berlangsung selama 1 (satu) bulan yaitu pada bulan April –
Mei 2009.
jelas, dapat dipercaya untuk dapat menjadi sumber data yang baik serta mampu
31
32
D. Triangulasi Sumber
sumber yaitu:
berdasarkan catatan peristiwa yang sudah berlalu yakni berupa catatan harian
1. Variabel Penelitian
penghapusan obat.
2. Definisi Operasional
33
dalam menentukan jenis dan jumlah dan jumlah obat yang dibutuhkan
penyimpanan.
obat.
1. Data Primer
penanggung jawab gudang obat, penanggung jawab apotik, petugas pustu dan
yang telah disiapkan dan alat bantu berupa tape recorder (terlampir).
2. Data Sekunder
Tehnik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini guna membahas
1. Pengolahan data/informasi
fenomena.
b. Pengumpulan informasi
2. Analisis data/informasi
A. Hasil Penelitian
a. Keadaan Geografis
Kecamatan Meluhu dengan luas wilayah kerja 22.882 Ha, terdiri dari 7
Amonggedo Baru
Wawotobi
b). Demografi
berdasarkan data yang dikumpulkan dari tiap-tiap desa adalah 4923 jiwa.
36
37
antara lain:
informan kunci adalah mereka yang mengetahui langsung dan turut terlibat
dalam manajemen pengelolaan obat, yang terdiri dari 3 orang dan informan
biasa adalah mereka yang mengetahui tetapi tidak terlibat secara langsung,
yang terdiri dari 2 orang petugas kesehatan (distribusi informan kunci dan
a). Perencanaan
berikut ini,
mengatakan bahwa,
bahwa,
perencanaan obat.
bahwa,
b). Pengadaan/Permintaan
memperoleh jenis dan jumlah obat, obat dengan mutu yang tinggi,
menjamin tersedianya obat dengan cepat dan tepat waktu. Oleh karena
Dinas Kesehatan Kota dan GFK dengan mengajukan LPLPO. Hal ini di
41
bahwa,
bahwa,
bahwa,
mengatakan bahwa,
bahwa,
bahwa,
43
mengatakan bahwa,
c). Pendistribusian
sehingga setiap saat tersedia dalam jumlah, jenis, mutu yang dibutuhkan
secara ekonomis dan efektif. Hal ini di dukung oleh hasil wawancara
minta itu tidak ada, hal ini disebabkan stok dari GFK itu sendiri
tidak ada atau habis tetapi jika stoknya ada kami diperbolehkan
untuk mengambilnya ” Informan RM
d). Penggunaan
yang baik, kemasan dan etiket yang baik serta informasi yang jelas tentang
penggunaan obat. Hal ini didukung oleh hasil wawancara dengan Kepala
bahwa,
” kalau ada yang sakit terus berobat kepustu saya sendiri yang
memeriksa setelah itu saya memberikan obat kemudian saya
menjelaskan bagaimana cara mengkonsumsinya ” Informan IN
e). Penghapusan
yang tembusannya dikirim ke Instansi terkait. Hal ini didukung oleh hasil
beberapa jenis item obat yang berlebih karena jarang digunakan seperti
kerusakan/kadaluarsa (expire).
B. Pembahasan
1. Perencanaan
menetukan jumlah obat dan menetukan jumlah obat dalam rangka pengadaan
untuk mendapatkan jenis dan jumlah obat yang tepat sesuai dengan kebutuhan
2. Pengadaan/Permintaan
merupakan bagian dari tugas distribusi obat oleh Gudang Farmasi Kabupaten
dan Polindes) dan sub unit pelayanan (Poli Umum, Poli Gigi, Poli KIA)
sangat baik karena mudah dipahami dan dimengerti oleh petugas seperti stok
awal, penerimaan persedian, pemakaian dan sias stok. Adapun fungsiu daftar
dipenuhi sesuai jumlah yang diminta dalam LPLPO, hal ini bergantung
3. Pendistribusian
dalam jumlah, jenis, mutu yang di butuhkan secara ekonomis dan efektif
(Anonim, 1995).
apakah obat sesuai dengan jenis dan jumlah yang diminta dalam LPLPO.
(Puskesmas Pembantu, Polindes) dan sub Unit (Apotik, Poli Umum, Poli Gigi
dilakukan ke gudang obat Puskesmas setiap minggu atau setiap bulannya. Hal
55
tersebut diatas dilakukan agar pendistribusian obat berjalan lancar dan setiap
unit dan sub unit memperoleh obat sesuai jenis dan jumlah kebutuhannya
setiap saat.
4. Penggunaan
yang baik, kemasan dan etiket yang baik serta informasi yang jelas tentang
penggunaanya.
sesuai dengan kondisi pasien memilih obat yang paling tepat dari berbagai
alternatif obat yang ada dan merespon obat dengan dosis yang cukup dan
Puskesmas adalah obat generik yang harganya lebih murah dari obat paten
mengemas obat dalam sak obat yang telah dituliskan informasi tentang aturan
5. Penghapusan
yang berlaku.
obat di Puskesmas Ahuhu sudah sesuai dengan prosedur yang ada yaitu
adalah melindungi pasien dari efek samping obat yang tidak layak pakai.
57
V. PENUTUP
A. Simpulan
Obat di Puskesmas.
prosedur. Hal ini dapat dilihat dengan dilaksanakannya peresepan obat yang
57
58
5. Penghapusan obat di Puskesmas Ahuhu sudah sesuai prosedur. Hal ini dapat
B. Saran
sebagai berikut:
Obat agar sistem manajemen pengelolaan obat di Puskesmas lebih baik lagi
pengelola obat.