You are on page 1of 6

Konsep bela negara dapat diartikan secara fisik dan non-fisik, secara fisik dengan

mengangkat senjata menghadapi serangan atau agresi musuh, secara non-fisik dapat
didefinisikan sebagai segala upaya untuk mempertahankan Negara dengan cara
meningkatkan rasa nasionalisme, yakni kesadaran berbangsa dan bernegara, menanamkan
kecintaan terhadap tanah air, serta berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara.
Landasan pembentukan bela negara adalah wajib militer. Bela negara adalah pelayanan
oleh seorang individu atau kelompok dalam tentara atau milisi lainnya, baik sebagai
pekerjaan yang dipilih atau sebagai akibat dari rancangan tanpa sadar (wajib militer).
Beberapa negara (misalnya Israel, Iran) meminta jumlah tertentu dinas militer dari
masing-masing dan setiap salah satu warga negara (kecuali untuk kasus khusus seperti
fisik atau gangguan mental atau keyakinan keagamaan). Sebuah bangsa dengan relawan
sepenuhnya militer, biasanya tidak memerlukan layanan dari wajib militer warganya,
kecuali dihadapkan dengan krisis perekrutan selama masa perang.
Di beberapa negara, seperti Amerika Serikat, Jerman, Spanyol dan Inggris, bela negara
dilaksanakan pelatihan militer, biasanya satu akhir pekan dalam sebulan. Mereka dapat
melakukannya sebagai individu atau sebagai anggota resimen, misalnya Tentara
Teritorial Britania Raya. Dalam beberapa kasus milisi bisa merupakan bagian dari
pasukan cadangan militer, seperti Amerika Serikat National Guard.
Di negara lain, seperti Republik China (Taiwan), Republik Korea, dan Israel, wajib untuk
beberapa tahun setelah seseorang menyelesaikan dinas nasional.
Sebuah pasukan cadangan militer berbeda dari pembentukan cadangan, kadang-kadang
disebut
sebagai cadangan militer, yang merupakan kelompok atau unit personil militer tidak
berkomitmen untuk pertempuran oleh komandan mereka sehingga mereka tersedia untuk
menangani situasi tak terduga, memperkuat pertahanan negara.
[sunting] Pengertian bela negara di Indonesia
Bela Negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya
kepada
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar
1945 dalam menjalin kelangsungan hidup bangsa dan negara yang seutuhnya.
Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara dan
Syarat-
syarat tentang pembelaan diatur dengan undang-undang[1]
.
Kesadaran bela negara itu hakikatnya kesediaan berbakti pada negara dan kesediaan
berkorban
membela negara. Spektrum bela negara itu sangat luas, dari yang paling halus, hingga
yang
paling keras. Mulai dari hubungan baik sesama warga negara sampai bersama-sama
menangkal
ancaman nyata musuh bersenjata.

Tercakup di dalamnya adalah bersikap dan berbuat yang


terbaik bagi bangsa dan negara.
Unsur Dasar Bela Negara
1. Cinta Tanah Air
2. Kesadaran Berbangsa & bernegara
3. Yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara
4. Rela berkorban untuk bangsa & negara
5. Memiliki kemampuan awal bela negara
Dasar hukumBeberapa dasar hukum dan peraturan tentang Wajib Bela Negara :
1. Tap MPR No.VI Tahun 1973 tentang konsep Wawasan Nusantara dan Keamanan
Nasional.
2. Undang-Undang No.29 tahun 1954 tentang Pokok-Pokok Perlawanan Rakyat.
3. Undang-Undang No.20 tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok Hankam Negara RI.
Diubah oleh Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1988.
4. Tap MPR No.VI Tahun 2000 tentang Pemisahan TNI dengan POLRI.
5. Tap MPR No.VII Tahun 2000 tentang Peranan TNI dan POLRI.
6. Amandemen UUD '45 Pasal 30 ayat 1-5 dan pasal 27 ayat 3.
7. Undang-Undang No.3 tahun 2003 tentang Pertahanan Negara.
Mars bela negara
Mars Bela Negara diciptakan oleh Dharma Oratmangun.
Hari bela negaraTanggal 19 Desember ditetapkan sebagai Hari Bela Negara ditetapkan
oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melalui Keputusan Presiden Republik
Indonesia Nomor 28 tahun 2006.yang memiliki tekad, sikap dan perilaku yang dijiwai
cinta NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang rela berkorban demi
kelangsungan hidup bangsa dan negara. Adapun kriteria warga negara yg
memiliki kesadaran bela negara adalah mereka yg bersikap dan
bertindak senantiasa berorientasi pada nilai-nilai bela negara.
Nilai-nilai bela negara yang dikembangkan adalah Cinta Tanah air,
yaitu mengenal, memahami dan mencintai wilayah nasional, menjaga
tanah dan pekarangan serta seluruh ruang wilayah Indonesia,
melestarikan dan mencintai lingkungan hidup, memberikan kontribusi
pada kemajuan bangsa dan negara, menjaga nama baik bangsa dan negara
serta bangga sebagai bangsa indonesia dengan cara waspada dan siap
membela tanah air terhadap ancaman tantangan, hambatan dan gangguan
yang membahayakan kelangsungan hidup bangsa serta negara dari manapun
dan siapapun.
Nilai yang kedua adalah Sadar akan berbangsa dan bernegara, yaitu
dengan membina kerukunan menjaga persatuan dan kesatuan dari
lingkungan terkecil atau keluarga, lingkungan masyarakat, lingkunganpendidikan dan
lingkungan kerja, mencintai budaya bangsa dan produksi
dalam negeri, mengakui, menghargai dan menghormati bendera merah
putih, lambang negara dan lagu kebangsaan indonesia raya, menjalankan
hak dan kewajiban sesuai peraturan dan perundang-undangan yang
berlaku dan mengutamakan kepentingan bangsa di atas kepentingan
pribadi, keluarga dan golongan.
Nilai ketiga adalah yakin kepada Pancasila sebagai ideologi negara,
yaitu memahami hakekat atau nilai dalam Pancasila, melaksanakan nilai
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, menjadikan Pancasila sebagai
pemersatu bangsa dan negara serta yakin pada kebenaran Pancasila
sebagai ideologi negara.
Nilai keempat rela adalah berkorban untuk bangsa dan negara, yaitu
bersedia mengorbankan waktu, tenaga dan pikiran untuk kemajuan bangsa
dan negara, siap mengorbankan jiwa dan raga demi membela bangsa dan
negara dari berbagai ancaman, berpastisipasi aktif dalam pembangunan
masyarakat, bangsa dan negara, gemar membantu sesama warga negara
yg mengalami kesulitan dan yakin dan percaya bahwa pengorbanan untuk
bangsa dan negara tidak sia-sia.
Untuk nilai yang terakhir memiliki kemampuan awal bela negara secara
psikis dan fisik. Secara psikis, yaitu memiliki kecerdasan emosional,
spiritual serta intelegensia, senantiasa memelihara jiwa dan raganya
serta memiliki sifat-sifat disiplin, ulet, kerja keras dan tahan uji.
Sedangkan secara fisik yaitu memiliki kondisi kesehatan, ketrampilan
jasmani untuk mendukung kemampuan awal bina secara psikis dengan cara
gemar berolahraga dan senantiasa menjaga kesehatan.
Beberapa contoh bela negara dalam kehidupan nyata, yakni siskamling,
menjaga kebersihan, mencegah bahaya narkoba, mencegah perkelahian
antar perorangan sampai dengan antar kelompok, meningkatkan hasil
pertanian sehingga dapat mencukupi ketersediaan pangan daerah dan
nasional, cinta produksi dalam negeri agar dapat meningkatkan hasil
eksport, melestarikan budaya Indonesia dan tampil sebagai anak bangsa
yang berprestasi baik nasional maupun internasional

Bela Negara Melalui Komponen Cadangan


Selasa, 25 Mei 2010 09:58 WIB
Beberapa minggu terakhir ini Kementerian Pertahanan (Kemenhan) mulai sibuk
menyosialisasikan Rancangan Undang-Undang (RUU) Komponen Cadangan Pertahanan
Negara
(Komcad) ke publik. Sosialisasi ini dilakukan dengan memuat draft naskah akademik dan
draft
RUU Komcad lengkap dengan penjelasannya dalam situs web Direktorat Jendral Potensi
Pertahanan (Ditjen Pothan). Seperti diketahui, Komcad yang sempat masuk dan gagal
dalam
paket pembahasan RUU rencana strategis (renstra) lima tahun Program Legislasi
Nasional
(Prolegnas) DPR 2004-2009 kembali masuk dalam antrean pembahasan Prolegnas DPR
tahun
2010 ini.
Gagasan yang sejak kemunculannya menuai kritik ini memang belum tuntas menjawab
beberapa
pertanyaan krusial publik. Pertanyaan seperti apakah komponen cadangan tersebut sama
dengan
konsep wajib militer yang dipahami selama ini? Jika bukan, seperti yang sering
dijelaskan oleh
pejabat Kemenhan bahwa ini hanya merupakan latihan dasar kemiliteran yang bersifat
wajib bagi
warga negara, maka pertanyaan berikutnya adalah bagaimana kita menyaring ekses
negatif dari
latihan yang sangat militeristik terhadap sipil ini.
Perlu untuk memikirkan dampak yang ditimbulkannya dalam jangka panjang mengingat
pengalaman negara lain tentang kekerasan yang dilakukan para milisi sipil yang pernah
dilatih
dasar-dasar kemiliteran. Selain itu, bagaimana sifat pelibatannya, wajib atau sukarela?
Jika
wajib, apakah berarti melibatkan seluruh warga negara, termasuk perempuan di
dalamnya? Jika
sukarela, bagaimana mekanismenya?
Mengapa RUU KCPN ini penting ada, apakah dalam penyusunannya telah didahului
dengan
suatu kaji ulang sistem pertahanan yang akan memberikan gambaran/perkiraan tentang
kondisi
nyata potensi pertahanan, yang meliputi sumber daya manusia, sumber daya alam, dan
sumber
daya buatan? Apakah pembentukan komponen cadangan yang diatur dalam RUU ini
dimaksudkan untuk melipatgandakan kekuatan TNI atau untuk memperkuat sistem
pertahanan
nasional sebagaimana diatur dalam UU No. 3/2002 tentang Pertahanan Negara? Karena
keduanya memiliki implikasi yang berbeda.
Jika kita mengacu pada Pasal 7 UU No. 3/2002 tegas menyatakan bahwa penggunaan
komponen
cadangan ditujukan untuk mendukung tugas komponen utama (TNI) dalam sistem
pertahanan
negara untuk menghadapi ancaman militer. Dalam konteks ini, sebaiknya gagasan
pembentukan
komponen cadangan tidak memiliki relasi dengan aspek-aspek yang berhubungan dengan
keadaan darurat sipil dan militer, karena hanya memiliki relasi langsung dengan kondisi
negara
dalam keadaan darurat perang.
Jika kita mengacu kepada keadaan darurat perang, jenis perang seperti apakah yang bakal
kita
hadapi masa kini dan masa depan? Bukankah dalam Buku Putih Pertahanan Indonesia
Tahun
2003 dinyatakan bahwa ancaman invasi atau agresi militer negara lain terhadap Indonesia
diperkirakan kecil kemungkinannya. Ditegaskan pula dalam Buku Putih Pertahanan
Indonesia
tahun 2008, yaitu dengan mencermati perkembangan lingkungan keamanan strategis
Indonesia
pasca-2003, pada saat ini dan dalam beberapa tahun mendatang belum terdapat indikasi
ancaman
militer konvensional yang mengarah ke wilayah Indonesia yang memerlukan mobilisasi
kekuatan rakyat.
Sebagian besar pertanyaan tersebut memang menyiratkan sebuah kekhawatiran publik.
Pertanyaan itu bukan datang dari sebuah ruang kosong yang menihilkan basis empirik,
melainkan sebuah pengalaman pahit dari masa lalu, tentang kekerasan dari sebuah rezim
yang
militeristik.
Persoalannya bukanlah sekedar direduksi menjadi menerima atau menolak Komcad,
tetapi
diperlukan sebuah dasar pemikiran komprehensif yang mampu mengawinkan antara
gagasan di
tingkat normatif dan pengalaman empirik. Yang perlu dipertimbangkan dalam
pembahasan
Komcad ini adalah, pertama, perlu dipahami bahwa penjelasan dalam bingkai kepatuhan
terhadap konstitusi semata tidak cukup untuk menggerakkan warga agar terlibat dalam
bela
negara. Perlu dasar filosofi yang kuat berbasiskan pengalaman empirik dan manfaat yang
menyertai
pentingnya Komcad ini. Beberapa landasan hukum yang sering ditengarai sebagai dasar
dari
diberlakukannya Komcad adalah UUD 1945 Pasal 27 tentang Warga Negara dan
Penduduk.
Dalam ayat (3) disebutkan bahwa setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
upaya
pembelaan negara. Ditegaskan lagi dalam Pasal 30 UUD 1945, terutama pada ayat (2),
bahwa
usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan
keamanan
rakyat semesta oleh Tentara nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik
Indonesia
sebagai kekuatan utama dan rakyat sebagai kekuatan pendukung.
Kalimat Komponen cadangan baru muncul dalam Pasal 7 UU No. 3/2002 tentang
Pertahanan
Negara pada ayat (2), yaitu sistem pertahanan negara dalam menghadapi ancaman militer
menempatkan TNI sebagai komponen utama dengan didukung oleh komponen cadangan
dan
komponen pendukung. Pasal-pasal di atas masih sangat bisa diperdebatkan. Misalnya,
apakah
format komponen cadangan merupakan satu-satunya pengejawantahan dari wajib bela
negara
yang diamanatkan konstitusi. Kedua, perlu dipertimbangkan dari besaran anggaran dan
mekanisme pembiayaannya agar tidak terlalu membebani keuangan negara. Menurut
penjelasan
Dirjen Pothan Kemenhan, Budi Susilo Supandji, pada 2007 lalu, kemungkinan dana
yang
diperlukan sekitar Rp 15 juta sampai Rp 40 juta per orang/tahun dalam 30 hari latihan.
Ketiga, pelibatan publik seperti akademisi, civil society organization, praktisi dan media
dalam
pembahasan RUU Komcad penting dilakukan secara terus-menerus, agar mendapatkan
pemahaman mendalam dalam rangka penyempurnaan draft RUU yang ada. Draft naskah
akademik yang kuat dan RUU Komcad yang menampung banyak aspirasi publik
menjadikannya
bukan lagi sebagai beban kewajiban yang memaksa warga negara, namun akan lebih
diterima
sebagai kesukarelaan warga dalam partisipasi bela negara.

You might also like