You are on page 1of 29

MAKALAH

BAHASA INDONESIA
PEMAKAIAN TANDA BACA

Disusun Oleh :

Nama :
Kelas :
Semester :
NPM :

FAKULTAS PENDIDIKAN PANCOR KOPONG BARAT


INSTITUT PEMANDIAN AIR TERJUN
MASBAGIK LOMBOK TIMUR
2009/2010
KATA PENGANTAR

Kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah swt. Yang maha Pengasih
lagi maha penyayang berkat rahamt, hidayah, serta inayah Allah swt penulis dapat
menyelesaikan makalah Bahasa Indonesia yang berjudul pengajaran menulis fiksi
di sekolah dasar
Makalah bahasa Indonesia ini disusun dengna harapan dapat menjadi
pelengkap bagi siswa mahasiswa dan calon guru sekolah dasar dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang sesuai dengan metode yang terus
dikembangkan oleh pemerintah saat ini.
Penulis mengucapakan terima kasih kepada rektor IKIP Mataram, ketua
jurusan dan dosen bahsa Indonesia Drs. H. Nasaruddin M Ali yang telah penulis
dalam menyusun makalah Bahasa Indoensia ini
Penulis menyadari bahw penyusunan makalah ini masih perlu
penyempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari
berbagai pihak demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini. Akhir kata,
semoga keberadan makalah ini bermanfaat.

Praya, … Juli 2010

http://skripsi-ciwon.weebly.com

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................ii


DAFTAR ISI ..................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................1
1.1..........................................................................................................Latar
Belakang ...............................................................................................1
1.2..........................................................................................................Rum
usan Masalah ........................................................................................1
1.3..........................................................................................................Tuju
an ..........................................................................................................1
1.4..........................................................................................................Manf
aat .........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Bahasa Pembelajaran Menulis fiksi .....................................................2
1.1...................................................................................................Baha
n Pembelajaran Menulis Fiksi ........................................................2
1.2...................................................................................................Prins
ip-prinsip pembelajaran menulis fiksi ............................................4
1.3...................................................................................................Cont
oh fiksi anak-anak ..........................................................................7
B. Model-model pembelajaran menulis fiksi ............................................10
1.1 Model-model pembelajaran menulis puisi ...................................11
1.2 Model-model pembelajaran menulis cerpen ................................17
1.3 Model-model pembelajaran menulis drama..................................21
BAB III PENUTUP ........................................................................................25
3.1 Kesimpulan ..........................................................................................25
3.2 Saran .....................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................26

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menulis fiksi pada hakekatnya menulis kreatif, yaitu menulis dengan
maksud untuk mengungkapkan perasaan atau emosi, misalnya menulis puisi,
cerpen dan drama.
Pembelajaran menulis fiksi perlu mendapatkan perhatian dari para
guru SD karena mempunyai peran penting dalam mebantu siswa
mengembangkan daya khayal dan kecerdasaran emosionalnya. Perkembangan
kecerdasaran intelektual harus di barengi dengan perkembangan kecerdasan
emosionalnya agar kelak mereka tidak hanya menjadi manusia yang cerdas
otaknya saja melainkan juga menjadi manusia yang arip bijaksana.

1.2 Rumusan Masalah


A. Apa sajakah bahan pembelajaran menulis fiksi?
B. Bagaimankah prinsip-prinsip pembelajaran menulis fiksi
C. Sebutkan contoh fiksi anak-anak?
D. Apa sajakah model-model pembelajaran menulis puisi, cerpen dan drama?

1.3 Tujuan
Setelah mempelajari makalah ini, di harapkan dapat :
1. Memilih bahan pembelajaran menulis fiksi yang meliputi puisi, cerpen dan
drama
2. Membuat model-model pembelajaran menuolis puisi, cerpen dan drama

1.4 Manfaat
Setelah mempelajarai makalah ini pembaca akan mengetahui apa itu
menulis fiksi dan apa saja macam-macam tulisan fiksi itu.

1
BAB II

A. BAHAN PEMBELAJARAN MENULIS FIKSI


Menulis fiksi pada hakikantya menulis kreatif, yaitu menulis dengan
maksud untuk mengungkapkan perasaan atau emosi, misalnya menulis pusi,
cerpen, dan drama. Dengan dilaksanakannya pembelajaran menulis fiksi di
kelas 3 – 6 SD diharapkan siswa mampu mengungkapkan daya emosionla
yang sesuai dengan lingkungan budaya tempat mereka hidup.
Sesuai dengan tujuan dan pembelajaran yang tercantum dalam GBPP
Bahasa Indonesia SD dari kurikulum Pendidikan Dasar tahun 1994, menulis
kreatif yang akan dibahas dalam kegiatan belajar ini terbatas pada menulis
puisi, cerpen, dan drama untuk kelas 3 – 6 SD. Pembahasanannya pun akan
dibatasi pada bagiaman cara mengembnagkan bahan dan prinsip-prinsip yang
melandasi pembelajarannya.

1.1 Bahan Pembelajaran Menulis Fiksi


Banyak ragam puisi, cerpen dan drama yang kita kenal. Tetapi puisi,
sastra yang sederhana, yang dapat dijadikan sebagai wadah pengungkapan
perasaan atau emosi siswa SD yang bisa disebut puisi, cerpen, dan drama
anak-anak. Dinamakan puisi cerpen dan drama anak-anak, karena bentuk-
bentuk tulisan itu memiliki ciri-ciri khusus, yaitu bentuknya sederhana,
kalimat-kalimatnya lugas dan pendek-pendek, isinya tidak berbelit-belit
dan mudah ditangkap. Drama yang ditulis anak-anak berupa dialog
sederhana sesuai dengan apa yang merka lakukan dalam kesehariannya.
Bahan pembelajraan menulis fiksi untuk kelas 3 – 6 SD diperoleh
dengan cara mengkaji GBPP itu sebagai berikut.
1. Menginventarisasikan tujuan umum yang sesuai untuk pembelajran
menulis fiksi dari program pengajaran setiap kelas.
2. Memilih pembelajaran yang sesuai dengan tujuan umum itu dari
setiap caturwulan ;

2
3. Menentukan bahan pembelajaran yang akan dikembangkan dari
pembelajaran tersebut di atas
Hasil pengkajian yang diperoleh dituangkan ke dalam bentuktabel
sehingga mempermudah anda ketika membuat rencana pengajaran yang akan
anda laksanakan. Model pengembangan bahan pembelajaran menulis fiksi
berikut ini kiranya dapat anda gunkana sebagai acuan pada waktu anda
mengembangkan bahan pembelajaran menulis fiksi untuk kelas tertentu.
Bahan
Kls Tujuan Pembelajaran Pembelajaran
menulis
1 2 3 4
3 Siswa mampu 1. Menjawab atau membuat Pantun
menulis cerita teka-teki
berdasarkan 2. Bermain peran Drama
pengalaman 3. Melengkapi cerita dengan Cerpen/drama
sehari-hari urutan yang logis dan
bermakna
4 Siswa mampu
membuat 1. Melengkapi cerita Cerpen/drama
karangan / cerita 2. Menggunakan gambar seri Cerpen/drama
berdsarkan untuk menuliskan cerita
pengalaman atau
informasi dari 1. Mengurutkan gambar seri Cerpen/drama
bacaan yang diacak dan membuat
ceritanya
5 Siswa mampu 2. Menuliskan pengalaman Puisi
menulis karangan dalam bentuk puisi
secara runtut kemudian membacakannya
3. Menulis cerita Cerpen/drama
4. Menulis untuk majalah Puisi/cerpen/drama
dinding
5. Membuat pantun dengan Pantun
isi yang menyangkut
kehidupan anak
6. Menyusun cerita bersama- Cerpen/drama
sama
6 Siswa mampu 1. Melengkapi bagian awal, Cerpen
menyusun tengah atau akhir cerita
karangan dalam 2. Mementaskan naskah Drama
berbagai bentuk drama

3
Masih banyak lgi pembelajaran dan bahan pembelajaran menulis fiksi
yang dpat Anda kembangkan sendiri. Hal itu dimungkinkan sebab
pembelajaran aspek penggunaan dan pemahaman bahsa secara terpadu
dapat dimulai dari mana saja, baik secara ekspresif maupun secara reseptif.
Dengan demikian maka alur pembelajarannya mempunyai banyak variasil,
misalnya :
1. Mendengarkan  menulis  berdiskusi
2. Mendengarkan  bercakap-cakap  menulis
3. Bercakap  menulis  membaca
4. Membaca  berdiskusi  memerankan
5. Menulis  melaporkan  membahas
Masih banyak lagi variasi yang dapat ada buat sendiri
Dengan memperhatikan alur di atas, pembelajaran menulis fiksi
dapat diawali dengan mendegarkan cerita yang dibacakan guru, membaca
cerita, bercakap-cakap, dan sebagainya. Dapat pula pembelajaran menulis
fiksi diteruskan dengan mendengarkan pembacaan hasil karangan siswa,
membicarakan atau menganalisis isi atau bahasanya, dan sebagainya.

1.2 Prinsip-prinsip Pembelajaran Menulis Fiksi


Prinsip-prinsip pembelajaran menulis fiksi harus diketahui guru
agar dalam mengelola pembelajranya dapat berlangsung dengan baik
sehingga siswa dapat belajar dengan penuh makna. Kebermaknaan belajar
menulis fiksi bagi siswa merupakan modal dasar untuk
menumbuhkembangkan sikap positifnya terhadap bahasa Indonesia
sebagai bahsa nasional. Sikap seperti itu akan menubuhkan rasa bangga
pada diri siswa terhadap bahsa persatuan dan kesatuan kita
Prinsip-prinsip pembelajaran menulis fiksi antara lain sebagai berikut
1. Tujuan
Pembelajaran menulis fiksi harus memiliki tujuan yang jelas.
Kejelasan tujuan memungkinkan terciptanya suasana belajar yang
menyengankan sehingga siswa dapat belajar secara otpimal dan terarah

4
Contoh :
Pak Yoto, guru kelas 4 SD Tanjung 3 akan melaksanakan
pembelajaran menulis cerpen di kelasnya. Salah satu tujuan khusus
pembelajran yang telah dirumuskannya seperti berikut : Setelah membaca
cerpen, siswa kelas 4 SD dapat mengembngkan cerpen itu sesuai dengan
rambu-rambu yang ditentukan oleh guru. Sebelum kegiatan dimulai, Pak
Yoto memberitahukan bahwa pada jama pelajaran Bahasa Indonesia hari
itussiswa akan diminta melengkapi atau mengembangkan sebuah cerpen
yang tertulis di papan tulis. Setelah membaca, siswa diminta melanjutkan
cerpen itu secara tertulis berdasarkan rambu-rambu yang telah ditulis Pak
Guru di bagian bawah cerpen itu.
Dari cotoh di atas tampak bahwa seblum pembelajaran dimulai,
guru terlebih dahulu menginformasikan kepada siswa tujuan yang ingin
dicapai dari pembelajran itu dan bagiamana cara mencapainya

2. Pemilihan Bahasa
Bahsa pembelajaran menulis fiksi yang dipilih dan dikembangkan
harus sesuai dengan karakteristik siswa. Adanya kesesuaian antara bahan
pembelajaran menulis fiksi dengan karakteristik siswa, yang berkaitan
dengan perkembangan jiwa dan kemampuan bahasanya seperti lingkungan
hidupnya, merupakan kriteria yang harus digunakan sebagai pertimbangan
guru pada waktu memilih dan mengembangkan bahan pembelajaran
menulis fiksi. Dengan bahan yang sesuai siswa akan merasa senang belajar
shingga mereka dapat memperoleh hasil belajar yang optimal. Tidak dapat
dimungkiri bahwa anak berusia 6-9 tahu n(kelas 1-3 SD) sangat menykai
cerita-cerita sederhana dari kehidupan sehari-hari, terutama yang lucu-lucu
dan dongeng binatang anak beusia 9-12 tahun (kelas 4-6 SD) lebih
menyukai cerita-cerita yang menggambarkan pahit manisnya hidup
kekeluargaan yang dilukiskan secara lebih realistis, cerita-cerita fantasi
(science fiction) dan cerita-cerita petualangan.

5
Selain memenuhi syarat kesesuaian dengan perkembangan jiwa,
pemilihan dan pengembangan bahan pembelajaran menulis fiksi juga
harus disesuaikan dengan kemampuan berbahsa anak. Kemampuan siswa
SD dalam menggunakan bahsa sebagai sarana untuk mengungkapkan
perasaannya masih terbatas. Penggunaan kata-kata yang telah mereka
kenal dari lingkup hidupnya sehari-hari dan susunan kalimat yang mereka
buat pendek-pendek.
Agar pembelajaran menulis fiksi dapat dilaksanakan secara terpadu
dengan pembelajaran keterampilan berbahsa dan aspek-aspek kebahsaan
lainnya, guru harus dapat memilih tema yang tepat sebagai alat
pengaitnya. Dengan tema yang tepat alur pembelajarannya akan
berlangsung dengan lancar. Perpindahan dari sekuen kegiatan yang satu ke
sekuen kegiatan berikutnya tidak akan tersendat-sendat.
3. Penilaian
Penilaian dalam pembelajaran menulis fiksi bertujuan untuk
memotivasi,bukan untuk menghakimi siswa. Penilaian terhadap karangna
siswa sebaiknya berupa komentar untuk kekurangna dan pujian untuk
kelebihan yang terdapat dalam karangan itu yang ditulis guru pada kertas
pekerjaan siswa. Karangan yang sudah diperiksa, diberi komentar atau
pujian dipasang di papan pajangan kelas. Siswa akan merasa bangga
sebab di samping mendapat pujian, teman-teman lainnya ikut membaca
karangannya. Sedangkan pengarang yang mendapat komentar terpacu
semangatnya untuk memperbaiki diri sebab ia malu bial pada kesempatan
berikutnya masih membuat kesalahan-kesalahan dalam karangannya.
Persaingan dalam belajar yang sportif dan positif, dengan demikian, akan
selalu terjadi antar siswa dalam kelas. Iklim belajar seperti inilah yang
mampu membuat kelas menjadi hidup.
Anda dapat membayangkan, apa yang mungkin terjadi jika setiap
kesalah yang terdapat dalam karangan siswa dicoret-coret tanpa komentar.
Apapun dang langsung diberi nilai dengna angka. Tentu siswa tidak
pernah tahu akan kekurangan atau kesalah dan kelebihannya. Akibatnya ia

6
menganggap belajr menulis fiksi itu hanyalah sekeder tugas yang
dibebankan oleh guru pada dirinya. Bagi siswa seperti ini, mengarang atau
menulis merupakan pelajaran yang sangat membosankan

1.3 Contoh Fiksi Anak-anak


Agar pembelajaran menulis fiski menantang kreativitas siswa, guru
perlu memiliki gambar yang jelas tentang apa dan bagiaman wujud pusi,
cerpen, dan drama yang sekiranya sesuai untuk siswa SD.
Cermatilah contoh-contoh berikut ini!
1. Puisi
a. Pantun
Elok rupanya kumbang janti,
Dibawa itik pulang petang
Tidak berkata besar hati,
Melihat ibu sudah datang

Rawamangun jalan berliku,


Penuh onak makanan badak
Gelak tersenym rupa kakekku,
Melihat nenek duduk berbedak

Buah semangka buah duku


Buah belimbing manis rasanya
Binatang apa, wahai, temanku
Siang tidur, malam berkelana?

Gedang gendut
Tali kecapi.
Kenyang perut
Senanglah hati.

7
b. Puisi bebas
GIRILANGAN
Kulangkahakan kaki ini
Menyusuri jalan yang sepi
Menuju girilangan yang indah
Kau tampak asri dengan pohon-pohon

Bukit yang indah


Penuh dengna tubuhan yang subur
Membaut aku tambah cinta akan alam
Dan menyukuri keagungan tuhan

Oleh : R. Nyrtutiji /wubdy Jybtiri


SD Jkinoij, Banjarnegara
(Si Kuncung, Nomor 20, tahun 1986)

2. Cerpen
SEPATU BOLA
Aku senang seklai main bola. Tapi aku belum punya sepatu bola.
Aku takut minta kepada Ayah. Aku tak ingin merepotkannya.
Pada suatu hari pak guru menyuruh murid-murid menggambar.
Gambarnya boleh bebas. Aku menggambar sepatu bola. Di bawahnya
kutulis “Aku ingin sepatu bola”
Setelah dinilaigambar itu, aku pulang. Besoknya, ketika aku pulang
sekolah, di kamrku tampak sepasang sepatu bola. “Ah, punya siapa ini?
Tanyaku dalam hati. Tiba-tiba ayah muncul di pintu sambilberkata, “Kau
mengingikannya bukan?” Oh, kiranya ayah membaca gambarku kemarin
malam.
Terima kasih ayah”. Ayah tersenym. Aku sangat gembira.

8
PERISTIWA

pada hari minggu saya bagun lebih pagi dari biasanya. ibu
menyuruh saya mengantarkan barang dagangannya ke warung-warung.
setelah mengantarkan dagangan ke warung Bu Saleh, saya hendak
kewarung Bu Rakhamad. Ketika hampir sampai di warung Bu Rakhmat,
saya meliaht seorang pengendara sepeda motor menabrak seorang anak.
Pengendara sepeda motor itu tidak berhenti, sedangkan anak yang
tertabrak tergeletak di jalan. Tanpa berpkir lagi saya segera meletakan
dagangan dan berlari ke arah anak yang tergeletak itu.
Anak itu ternayta pingsan. Saya menjadi bingung. Untung ada
sebuah mobil lewat. Saya segera menghentikannya. Saya ceritakan apa
yang telah terjadi. Pemilik mobil itu berbaik hati. Anak itu segera dilarikan
kerumah sakit. Saya pun diajaknya serta. Sepulang dari rumah sakit, hari
sudah sore. Saya diantar mengambil barang dagangan dan segera pulang.
Semula ibu marah karena dagangan yang saya jajakan tidak habis
terjual, padahal sore hari saya baru pulang. Tetapi akhirnya kemarahan ibu
reda setelah saya menceritakan apa yang terjadi. Meskipun badan agak
lelah, saya tetap membantu ibu membereskan pekerjaannya.

(Bahasa Indonesia 4 a Hlm. 13-14)

3. Drama
CUCI TANGAN DULU
Sinta, siswa kelas 3 SD, pulang dari sekolah. Andi, adiknya, siswa kelas 1
SD, sudah pulang duluan
SINTA : “ Assalamu’alaikum!”
IBU : “Wa’alaikum Salam”
SINTA : “Andi sudah pulang, Bu?”
IBU : “Sudah”

9
SINTA : (Berjalan meninggalkan ibunya, mencari adiknya di ruang
makan). “Hai, belum ganti pakaian sudah mau makan. Ganti
baju dan cuci tangan dulu, baru makan!”
ANDI : “Laper, Kak”.
SINTA : “Sama. Tapi, ayo ganti baju. Nati kotor. Besok mau dipakai
lagi, kan”
ANDI : “Ya, deh. Tapi sama-sama, ayo” (lari kebelakang)
SINTA : “Ayo!” (lari mengikuti Andi)

MENYAPU HALAMAN
Suatu soer yang cerah. Budiman sedang asyik menyampu halaman
depan rumahnya. Anton dan yusuf, temannya, datang
ANTON : “Wah, rajin benar teman kita yang satu ini. Berhenti
sebentar, Budi!”
YUSUF : (Menimpali) “Nanti kalau terlalu bersih, besok tidak ada
yang disampu lagi”
BUDIMAN : “Wah, jangan menyindir. Siapa lagi kalau bukan kita sendiri
yang menjaga kebersihan? Bersih itu kan pangkal sehat”
ANTON : “Itu benar sekali. Tapi kan ada pembantu”.
YUSUF : (Menimpali) “kalau tinggal suruh dia, bud”
BUDIMAN : “Kita jangan selalu menggantungkan diri kepada pembantu.
Kurang baik”
ANTON dan YUSUF : (menganggut-manggut)

B. Model-model Pembelajaran Menulis Fiksi


Sesuai dengan karakteristik siswa , pembelajaran menulis fiksi di kelas 3-6 SD
masih mengikuti pola permainan. Para ahli, seprti Padgett, Georgia, Norton,
Huck, dan Fairtax, Mengemukakan plla permainan dalam modle pembelajaran
yang dicotohkannya. Serpti djoko Damono pun berpendpat bahwa menulis
(mengarang) adalah bermain-main. Mereka tampkanya bersepakat bahwa
menulis fiksi selayaknya menjadi bagian yang menyengangkan bagi anak-

10
anak. Pembelajaran menulis fiksi, seperti yang dicatumkan dalam GBPP
Bahasa Indonesia SD, mencakup penulisan puisi, cerpen dan drama. paparan
tentang model-model pembelajran yang akan dilakukan berikuti ni pun akan
dikaitkan dengan pembelajran ketiga jenis menulsi itu. Ada diharapkan dapat
menentukan sendiri model yang sekiranya sesuai diterakan di kelas.
1.1 Model-model Pembelajaran Menulis Puisi
Model-model pembelajran menulis puisi yang disajikan ini
merupkan cara-cara pembelajaran yang dapat diterapkan dalam mengajak
para siswa mulai menulis puisi.
a. Menjadi Juru Hipnotis
Padgett mulai memikat peran siswanya dnegna cara bercerita
tentang juru hipnotis sambil memerangakan beberapa jurusan hipnotis.
Melalui contoh yang sederhana, ia mencoba menjelaskan bahwa seitap
orang dapat menjadi juru hipnotis. Alat yang paling efektif untuk
menghipnotis atau menguasi orang lain adalah kata. Ia mengatakan,
“apakabila kalian dapat memilih kata yang tepat dan menyusun
kalimat yang kena, kalian pun akan berhasil menguasi ornag lain”.
Selanjutnya ia mengatkana bahwa kta yang tepat tidak berarti yang
sudah didapat dan kalimat yang kena tidak sama dengan yang berbelit-
belit.
Setelah melalui proeses yang hangat, yaitu beberapa orang
siswa bercerita tentang pengalamannya menonton pertujukan hipnotis,
akhirnya Padgett meninta supaya para siswa tenang. Ia akan
menjelaskan sesuatu. Dengan sederhana dikatakannya bahwa
menghipnotis orang itu boelh dikatakan sama dengan menulis puisi.
“asal kalian berusha menyusun kata-kata yang tepat dan kaliamt yang
kena, kalian pun akan dapat menghasilkan pusi yang memikat
pembaca. Pungut beberapa kata yang bertebaran di sekeliling kita,
susun dalam kalimat-kaliamt yang kena, jadikan sajak!” katanya.
Kemudian ia meminta tiap siswa menulis sajak dalam waktu lima belas
menit.

11
Dengan cara itu ternyata padgett berhasil mengajak para siswa
menulis puisi. Setelah itu puisi-puisi cptaan siswa dibacakannya. Ia
menujukkan perhatinnya kepada setiap sajak yang dibaca.
Dari ilustrasi di atas tampak bahwa pembelajaran menulis puisi
berlangsung dengan santai, seperti sedang bermain-main. Sapardi
Djoko Damono, seperti para ahli yang pendapatnya dikutip di atas,
berpendapatbahwa bagian anak-anak, mengarang adalah bermain-main
dan menulis puisi adalah kegiatan karang-mengarang yangsangat
sederhana dan praktis. Mengarang juga termasuk permainan yang
murah dan praktis. Mengarang dapat berlangsugn hanya dengna
secaarik kertas dan pena. Oleh karena itu, kata sapardi Djoko Damono,
“ Sekolah yang miskin pun akan mampu menyelenggarakannya”.
(Sumardi, dkk., 1992).

b. Menulis Bersama
Menulis bersama dilaksanakan sebagai berikut.
a. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari
dua orang.
b. Siswa pertama menulsikan judul dan baris pertama puisi.
Jumlah kata dalam setiap baris ditentukan terelbih dulu.
c. Kertas kerja siswa pertama diberikan kepada temannya.
d. Temannya membaca judul dan baris pertama puisi tadi, kemudian
menulis baris kedua dengan jumlah kata yang sama, yang berhubungan
dengan baris pertama itu.
e. Kertas diserahkan kembali kepada siswa pertama. Ia menulis baris
ketiga, lalau menyerahkannya kembali kepada temannya itu. Bagitu
seterusnya sampai sejumlah baris yang diinginkan selesai ditulis
f. Bacakan puisi di depan klas oleh salah seorang siswa dari
kelompoknya.
Bagitulah menulis bersama itu berlangsung. Model pembelajaran seperti
ini disebut juga “model pesta kata”. Penerapan model ini perlu ditunjang

12
dengan suasana santai dan menyenangkan. Perlu diingat, sebelum siswa
mulai menulis, perlu dinformasikan lebih dulu aturan-aturan yang harus
diikuti.
c. Menulis Keinginan atau Harapan
Model penulisan puisi ini sangat mudah dilaksanakn sebab setiap
siswa pasti memiliki keinginan atau harapan dalam hidupnya. Guru
mengarahklan agar keinginan atau harapan siswa itu diungkapkan ke
dalam puisi. Jika sudah selesai, siswa diminta untuk membcakannya di
depan kelas. Berikan pujian untuk karya mereka. Pembicaraan dilakukan
dengna hati-hati agar gairah menulis siswa tidak padam
d. Menulis Hal Aneh
Kegiatan pembelajaran modle ini mirip dengan model menuliskan
keiginan atau harapan. bedanya, di dalam menuliskan hal aneh yang
dibayangkan siswa adalah segala sesuatu yang aneh. dalam hal ini
imajinasi siswa diperlukan. Guru perlu membantu mengembangkan
imajinasi sswa misalnya sebagai berikut.
Anak-anak bagiaman kalau tipi ini (memperlihatkan sebuha topi)
tiba-tiba menjadi besar dan dapat trbag? Nah, tulisakan yang kamu
bayangkan itu dalam bentuk puisi. Kamu boelh saja membayangkan benda
lain, bukan hanya topi saja. Benda itu tidak hanya dapt membesar, tetapi
juga dapat berubah menjadi apa saja sesuai dengan keinginanmu.
Jika sudah selesai, bicarakan puisi mereka. Jangan lupa memberi
pujian untuk karya mereka.
e. Menyusun nama sendiri
Merangsang menulis puisi dengancara ini akan mudah dan menyenangkan
bagi siswa. Hal ini terjadi karena sumber tulsian sudah sangat mereka
kenal, misalnya tentang diri sendiri, lingkungan atau keinginan mereka.
Semua itu ditulis dengan menghadirkan nama siswa.
Ikutilah penjelasna guru berikut ini.
“anak-anak, kamu semua mempunyai nama, bukan? Dari namamu itu
dapat ditulis sebuah puisi. Caranya susun kebawah huruf-hurf namamu.

13
Setiap huruf jaikan kata, kemudian ikuti dengna kata lain. Tentukan judul
yang sesuai. Perhatikan contohnya.
Guru menampilkan contoh berikut

Aku Ingin Berjasa


Aku anak desa
Namaku singkat sederhana
Ingin aku kelak dapat berjasa kepada negara

Seperti itulah puisi nama, anak-anak, kata pak guru. Siapa nama anak yang
terdapat dalam pusi itu?
Ani, jawab seroang siswa
Ya benar, kata guru, “sekarang coba kamu baut pusisi seperti yang sudah
Bapak contohkan
Bagitulah pembelajran menulis puisi nama itu berlangsung
f. Menyusun Puisi Abjad
Puisi abjad serupa dengan puisi nama. Abjad disusun ke bawah
mulai dari A samap Z. tiap huruf merupakan awal baris atau larik puisi.
tentu saja huruf yang diperlukan tidak harus samapi Z. hal itu bergantung
kepada panjang pendeknya puisi yang disusun.
Contoh :
Aku Ining Jam
Aku ingin jam
Belikan aku sebuah jam
Cantik melinkar di tangaku
Dengan itu aku mengenal waktu

g. Mengamati Gambar
Model ini menggunaka nmedia gambar. Isi gambar dapat berupa
apa saja : pemandangan, kegiatan (berkembah, bermain, bekerja, dan

14
sebagainya), binatang, tumbuh-tumbuhan, dan lain-lain. Cara
pembelajarannya sebagai berikut.
Guru memperliahtkan gambar keapda siswa. Ajukan pertanyaan
pertanyaan tentang gambar itu. Jawaban siswa akan beragam. Jangan
disalahkan. Jika telalu jauh melencengnya, tanyakan kepada mereka
tentang bagian gambar yang lebih menujukkan ciri kahsnya. Sesudah itu
ajaklah mereka menulis puisi.
Guru : “setelah meliaht dan memperhatikan gambar tadi, mungkin
kalian ingat akan sesuatu. Yang kalian ingat itu mungkin sesuatu yang
kalian alami di masa lalu, mungkin baru akan kalian lakukan atau mungkin
hanya kalian banyangkan. Nah, tuliskan itu kedalam bentuk puisi”

h. Membayangkan peristiwa
Hampir sama dengan model mengamati gambar, pada model
membayangkan peristiwa ini tiak igunakan gambar sebagai perangsang.
Model ini bentuk-bentuk menuntut keahlian guru dalam meberikan
gambaran objek untuk merangsang imajinasi siswa. Kegiatannya dapat
berlangsung sebagai berikut.
Guru : “ anak-anak, pada waktu ibu mengajar di … (sebut nama tempat),
pada suatu hari Ibu bersepeda pergi kesekolah.jarak dari rumah ke
sekolah kira-kira enam kilometer. Sekarang tutup matamu! Lihat
apa yang terjadi pada waktu itu”
(sekitar lima menit siswa dibiarkan menutup matanya. Setelah itu
guru meminta kepada para siswa untuk membuka kembali
matanya)
“apa yang kamu liaht?
Siswa 1 : Ibu ngebut, takut terlambat
Siswa 2 : ibu berkeringat karena hari amat panas
Siswa 3 : ibu tejtuh. Pakaiannya kotor kena lupur karena habis hujan
Guru : Bagus! Sekarang tulisahah segala yang kamu lihat itu ke dalam
bentuk puisi!

15
i. Memperkenalkan pengalaman baru
Memperkenalkan pengalaman baru dapat dialkukan, misalnya, dengan
mengajak siswa kekebun binatang. Di kebun binatang siswa diajak
mengamati binatang tertentu dengan segala perilakunya. Setelah itu
mereka diajak menuliskan hasil temuannya itu kedalam bentuk puisi.
mungkin tercipta puisi berikut
Gajah (1)
Gajah badanmu besar
Kulitmu kasar
Kupingmu lebar
Gajah jalanmu pelan
Beratkah kamu
Bawa belalai yang panjang itu?

Gajah (2)
Gajah,
Kamu pandai
Menangkap kacang dengan belalai
Gajah,
Kamu pandai
Mencuci rumput dengan belalai
Gajah,
Belalai panjang untuk apa?
Ternyata belalai sebagai tangan

j. Memperkenalkan puisi anak lain


Mengajak siswa mulai menulis puisi dapat dilakukan dengan cara mereka
pusi yang ditulis anak lain. Atau puisi itu ditulis di papan tulis. Siswa
diminta untuk membaca pusi itu tanpa bersuara (membaca dalam hati).
Kemudian, seorang atau dua orang siswa diminta untuk membaca puisi itu
dengan suara nyaring

16
Puisi yang dibaca siswa adalah sebagai beritkut
Cahaya Matahari
Kuning bersinar cemerlang
Perlahan menerpa lantai
Melewati sepenuh jendela
Terlukis bayang-bayang
Berbentuk aneh
Dikarpet dapur
Kira-kira dialog atnara guru dan siswa yang terjadi adalah sebagai berikut
Guru : Anak-anak puisi yang telah kaubaca itu ditulis oleh seorang anak
seusiamu, apa judlnya?
Siswa : Cahya matahari
Guru : betul. Temanmu menulis puisi itu setelah ia melihat cahay
matahari di dapur rumahnya yang berkarpet. Ia melihat bayang-
bayang itu berbentukj aneh. Kmu pun pernah melihat cahay
matahari bukan?
Guru : bagus. Sekarang tuliskanlah kedalam bentuk puisi Judulnya boleh
sama dengan puisi yang telah kaubaca tadi, boleh tidak.”
Setelah selesai menulis, siswa diminta membaca puisinya secar bergantian.
Sesekali guru mengomentari puisi itu.

1.2 Model-model pembelajaran menulis cerpen


Seperti halnya dengan modle pembelajaran menulis puisi, model
pembelajaran menulis cerpen pun hanya merupakan alternatif-alternatif yang
dapt diterapkan untuk membawa para siswa mulai menulis cerpen. Model-
model yang dimaksudkan adalah sebagai berikut
1. Menceritakan gambar
Model ini hampir sama dengan model mengamati gambar pada
pembelajaran menulis puisi. tetapi disini gambar tidak hanya satu,
melainkan beberapa yang menujukkan urutan kronologis atu gambart seri.
Misalnya, guru memperliahtkan empat gambar yang melukiskan

17
perjalanan syuran dari kebun dampai ke meja makan. Siwa diminta
mengamati gambar tersebut dengan teliti. Kmeudian, mereka diminta
untuk menuliskannya ke dalam bentuk cerita yang pendek.
Berikut ini dialogn yang kira-kira dapat terjadi antara guru dengan
siswa
Guru : anak-anak dari keempat gambar ini akan kita susun cerita supaya
ceritanya hidup, perlu kamu beri pelku. Dalam gambar itu ada pak
tanimk bukan?
Siswa : Ya, Pak
Guru : Pak tani boleh kau beri nama siap saja. Kamu juga beoleh memberi
nama kapung tempat pak tani itu hidup
Menceritakan gambar dengan cara itu dilakukan di kelas empat ke
atas. Jika diterapkan di kelas tiga cukup dengan cara sebagai berikut.
Siswa dimitna memperhatikan gambar itu dengan cermat.
Kemudian mereka diminta untuk membaut dua kaliamt yang tepat untuk
seitap gambar

2. Melanjutkan cerita lain


Model ini didahului dengan kegiatan membaca atau mendegarkan cerita
yang diplih guru, misalnya ceita berikut ini

Murti Anak Rajin


Murit baru berumur sebelas tahun. Ia kelas empat SD Tanjung 3 Ia
sudah terampil membantu ibunya bekerja di dapur.
Setiap hari murti bangun pukul lima pagi. Ia tahu bentul apa yang
harus dikerjakannya sesudah bagun pagi. Membuka jendela dan menyapu
lantai rumah serta halaman adalah pekerjaan yang bisa dilakukannya
setiap pagi.
Selesai mandi dan berdandan, murti makan pagi. Menjelang
berangkat sekolah, ia berpamitan dulu kepada ayah bundanya. Murti amat

18
hormat kepada kedua orang tuanya itu. Ayah bundanya sangat sayang
kepada murti.
Pembelajarannya adalah sebagai berikut.
Siswa diminta melajutkan cerita di atas, misalnya dengan rambu-
rambu seperti berikut.
Lanjutan cerita “murti anak rajin” itu. Sebagai anak yang rajin,
ceritakan keadaannya di sekolah :
- Kepatuhannya terhadap tata tertib sekolah
- Sikapnya yang suka menolong teman yang sedang mengalami
kesulitan
- Murah senym dan pandai bergaul
- Guru dan teman sekelasnya amat sayang keapdanya

3. Menceritakan mimpi
Model menulis cerpen dengan cara menceritakan mimpi ini
diasusmiskkan akan mudah dikerjakan siswa sebab semua anak pasti
pernah mimpi. Guru perlu memberikan gambaran bahwa cerita mimpi itu
dapat ditambah atau dikurangi suapay jelas alur ceritanya. Biarkan siswa
menyusun cerita sesuai dengan keingiannya
4. Menceriakan Pengalaman
Pengalaman yang dicaritakan dapat beupa pengalaman sehari-hari
atau pegalaman yang mereka laami pada waktu liburan sekolah,
darmawisata, bermain dan sebagainya. Panduan yang diberikan guru
adalah sebagai berikut.
“anak-anak, coba kamu ceritakan tentang perjalananmu dari rumah
sampai kesekolah atau sebaliknya dari sekolah sampai kerumah. Dalam
ceritamu itu termuat juga baiman kamu bertingkah laku selam perjalanamu
itu. Mungkin kamu kesal karena temanmu telambat menjemput, mungkin
kamu kesal karena temanumu terlambat menjemput, mungkin kamu
membaca buku selam dalam perjalanan, mungkin kamu bercakap-cakap
dengan temanmu. Jika kamu pulnag dari sekolah, kamu berjalan kaki

19
mungkin kamu berhenti bercakap-cakap dengan temanmu. Jika kamu
pulang dari sekolah, kamu berjalan kaki, mungkin kamu berhenti dalam
perjalanan untuk bermain-main sebenatar, dan sebagainya. Dalam
ceritamu dapat kamu lukiskan tentang kesedihan, kesenagnan, kelucuan
yang kamu alami

5. Menceritakan cita-cita
Cita-cita merupakan hal yang diakrabi siswa. Setiap anak tentu
mempunyai jawaban jika orang dewasa menanayakan tentang cita-citanya.
Namun tanpa bimbingan guru, penulisan cerpen yang bersumber cita-cita
ini tidak akan lancar. Mungkin siswa hanya akan menuliskan beberapa
barisan kalimat saja, misalnya :

Cinta-Citakau
Jika sudah besar, aku ingi jadi Polwan, karena itu, sekarang aku
giat belajar. Dengan dua baris kalimat itu, siswa tidak dapat melanjutkan
ceritanya lagi. Untuk menghndari hal demikian, guru perlu memberikan
bimbingan, misalnya sebagai berikut :
Guru : cita-cita, kamu punya cita-cita, bukan? Coba, tuti, apa cita-
citamu?
Tuti : Jadi peragawati, pak
Guru : bagus, mengapa kamu ingin jadi perawati?
Tuti : sebab perawati itu terkenal. Dapat mengenakan baju-baju bagus
dan dapat banyak uang
Guru : dari mana kamu tahu perawati itu seperti yang akmu katakan?
Tuti : dari televisi dan majalah, pak
Guru : bagus! Tuliskan cita-citamu itu. Yang harus ada dalam cita seperti
itu, (3) sejak kapan kamu bercita-cita seprti itu (4) bagaiman
kamu akan mencapai cita-citamu itu, dan (5) apa yang akan kamu
lakukan jika cita-citamu tercapai”

20
1.3 Model- model Pembelajaran Menulis Drama
Menulis drama jarang diajarkan di sekolah, lebih-lebih di SD. Padahal
dalam kesehariannya anak-anak sering bermain darama. Perhatikan, anak TK
yang sedang bermain. Ia pandai bermonolog. Ia sendiri jadi pengarang,
sutradara, sekaligus juga jadi pemainnya. Tidak ada yang mengajari se ara
formal, anak-anak umumnya mampu “mengarang” cerita untuk diperankannya
sendiri. Ia dapat berperan sebagai seorang pedagang dan sekaligus sebagai
pembeli dalam permainan jual-jualan yang dilakukian seidiri di belakang
rumah. Hal itu menujukkan bahwa anak-anak sebetulnya memiliki naluri
berdrama. Dengan demikian, menulis drama bagi anak-anak bukan merupakan
hal yang sudah asalkan orang dewasa mau mengajaknya dengan cara yang
baik dan menyenangkan.
Berikut ini akan dipaparkan beberapa model pembelajaran menulis
drama yang dapat anda terapkan di kelas Anda.
1. Mengisi dialog patonim
Model ini diawali dengan kegiatan siswa menonton pantonim yang
dilakukan oleh seorang siswa dari kelas itu sendiri. Dikelas 1 dan 2 siswa
pernah melakukan pantonom dengan cara mniru perilakunya. Perilaku
nyata yang mereka pantomimkan adalah prilaku yang sering mereka lihat,
yang telah mereka akrabi. Jadi, kriteria sesuai dengan lingkungan harus
senantiasa dieprhatikan guru. Selanjutnya, setelah menonton pantomim,
siswa diminta menuliskan percakapan yang sekiranya tepat untuk gerakan
pantomim itu.
Sekiranya masih ada waktu, mereka diminta melengkapi dialog tersebut
dengan petunjuk lak, busana, latar dan sebagainya, sehingga menjadi
naskah sederhana yang lengkap.
2. Mencatat dialog sosiodrama
Sosiodrama juga sudah dilakukan di kelas rendah. Pada saat itu siswa
hanya memerankan saja tanpa mencatat dialognya. Dalam pembelajaran
dengan model ini siswa diminta mencatat atau merekam dialog yang
diucapkan temannya. Untuk itu kegiatan pembelajarannya dilakkan dalam

21
kelompok. Siswa berbagi tugas, siapa yang bersosiodrama dan siapa yang
mencatat atau merekam dialog yang diucapkan temanna. Kegiatan
selanjutnya melengkapi dialog tersebut dengan unsur-unsur lain, seperti
yang dilakukan dalam menulis drama melalui menonton pantomim.
Kegiatan ini dapat dilakukan di rumah. Hasil pekerjaan mereka kemudian
dibacarakan bersama. Setiap siswa mendapat peran sesuai dengan
pembagian yang telah mereka tetapkan.
3. Mencatat dialog tentang suatu benda
Kegiatan yang dilakukan hampir sama dengan kegiatan pembelajaran
dalam kedua model terdahulu. Dalam model ini dialog dirangsang dengan
menggunakan suatu benda yang diambil dari lingkungan sekitar. Benda itu
dapat berupa ranting, daun, bunga, bat atau apa saja yang dapat diperoleh
dengan mudah. Caranya, pertama mintalah dua orang siswa atau lebih
tampil ke depan kelas setelah terlebih dulu Anda perlihatkan kepada
mereka suatu benda. Biarkan mereka ertanya jawab tentang benda itu.
Mungkin dialog yang terjadi apa adanya sesuai dengan tanggapan mereka,
misalnya:
Siswa 1 : “Bawa apa itu?”
Siswa 2 : “Bunga”
Siswa 1 : “Dari mana kaudapat?”
Siswa 2 : “Kupetik di pinggir jalan”
Siswa 1 : “Kamu, mencuri ya?”
Siswa 2 : “Tidak, bunga itu tumbuh liar”
Siswa 1 : “Untuk apa bunga itu?”
Siswa 2 : “Kutaruh dalam vas untuk penghias kamarku”
Sampai disitu saja sudah bagus, bukan? Siswa sudah dapat berdialog. Bila
ingin dialog itu berkembang, anda perlu menempuh cara kedua, yaitu
merangsang timbulnya daya fantasi siswa, misalnya anda mengatakan
demikian: “Anak-anak, ibu punya bunga yang ibu petik dari halaman
rumah. Kamu semua dapat membayangkan bunga itu dipetik dimana, oleh
siapa dan untuk apa. Kamu boleh berkhayal tentang apa saja tentang bunga

22
ini. Misalnya kamu boleh berkhayal tentang bunga obat yang dapat
mengobati putri raja atau pangeran dari suatu kerajaan. Putri raja atau
pangeran itu boleh kaubari nama siapa saja. Coba kaubuat cerita tentang
hal itu dalam bentuk dialog!”
Dengan cara seperti itu, fantasi siswa akan terangsang sehingga mereka
tergerak menyusun dialog yang lebih imajinatif lagi. Setelah selesai,
bacakan dialog yang mereka susun di depan kelas. Selanjutnya,
pembacaan naskah dilakukan oleh beberap orang siswa sesuai dengan
peran yang ada, pemilihan pembaca dilakukan oleh si penulis dialog.
4. Menulis dialog boneka
Pembelajaran menulis drama melalui boneka ini hampir sama kegiatannya
dengan kegiatan dari model mencatat dialog tentang suatu benda. Di sini
benda itu diganti dengan boneka. Boneka yang dijadikan sebagai
perangsang lahirnya dialog dapat berjumlah beberapa buah. Dialog yang
dihasilkan dapat berupa dialog beberapa orang siswa tentang boneka atau
dialog bagi setiap boneka yang akan dimainkan. Selain itu, dialog yang
dihasilkan dpat berupa dialog nyata atau dialog fantasi.
5. Menulis dialog topeng
Pembelajaran menulis dialog topeng, sama kegiatannya dengan model
pembelajaran menulis dialog dengan menggunakan benda atau boneka.
Siswa diminta mengamati topeng-topeng yang ada. Kemudian
menyimpulkan karakter atau watak topeng-topeng itu. Selanjutnya,
kegiatan dapat berjalan melalui dua cara. Cara pertama dengan
memerankan terlebih dulu dan kedua langung menulis dialog untuk setiap
topeng.
Kedua cara itu dapat ditempuh bersama-sama sesuai dengan kondisi kelas
dan pertimbangan lainnya. Yang penitng siswa dapat bermain, bersenang-
senang, dan menghasilkan tulisan berupa naskah drama.
Beberapa model pembelajaran menulis fiksi yang dapat digunakan untuk
kelas 3-6 SD telah Anda pelajari. Model-model itu sebenarnya hanya
sebagai perangsang awal untuk mengajak siswa mulai menulis fiksi. Jika

23
mereka sudah mampu, anda dapat mengajaknya tanpa bantuan benda,
boneka atau topeng dalam pembelajaran menulis fiksi selanjutnya.

24
BAB III
PENUTUP

a. Kesimpulan
Pembelajaran menulis fiksi mencakup penulis puisi. Cerpen dan
drama. Agar dalam diri siswa tubuh sikap positif tehadap pembelajaran
menulis fiksi, penilaian yang diberikan guru harus dapat membuat suasana
belajar yang kompetitif dalam kelas.
Penggunaan model-model pembelajaran menulis fiksi diperlukan
untuk mengajak siswa muali menulis fiksi.

b. Saran
Sebagai penerus bangsa rajin-rajin lah belajar dan tuntutlah ilmu setinggi
mungkin. Selalu bersemangat dan tanamkan pada diri anda bahwa :
“saya pasti bisa jika saya pkir saya bisa”

25
DAFTAR PUSTAKA

Calkins, Lucy McCormick. 1989. The art of teaching Writing. Portsmounth :


Heinemann
Dikdasmen. 1993. Kurikulum Pendidikan Dsar : Garis-Garis Besar rogram
pengajaran (GBPP) Bahasa Indonesia sekolah dasar. Jakarta :
Depdikbud.

26

You might also like