You are on page 1of 45

Gambaran Materi

Gugus fungsi merupakan bagian yang aktif dari suatu senyawa karbon.
Apabila senyawa karbon yang memiliki gugus fungsi bereaksi dengan suatu
zat, maka gugus fungsi itu akan mengalami perubahan, sedangkan bagian
yang lain umumnya tetap. Berdasarkan gugus fungsi yang dimilikinya,
senyawa-senyawa karbon dikelompokkan kedalam kelompok alkohol, eter,
aldehid, keton, asam karboksilat, ester.

Gugus Nama Gugus Terdapat pada Senyawa Contoh


Hidroksi
-OH Alcohol C 2 H 5 OH

Oksi
-O- Alkoksi alkana C 2 H 5 -O- C 2 H 5

Aldehid
-CHO Alkanal CH 3 -CHO

Karbonil
-CO Alkanon CH 3 -CO- CH 3

Karboksil
-COOH Asam alkanoat C 2 H 5 -COOH

Alkil-
-COO- Ester C 2 H 5 -COOC 2 H 5
alkanoat

ALKOHOL

Alkohol merupakan kelompok senyawa karbon yang memiliki gugus fungsi


hidroksil (-OH) dengan rumus umum R-OH atau CnH2n+1OH. Senyawa ini
mempunyai nama IUPAC alkanol karena dianggap sebagai urutan alkana
dengan mensubstitusi satu atom H dengan gugus –OH.

ETER
Eter atau nama resminya berdasarkan aturan IUPAC alkoksi alkana, yang
dianggap sebagai turunan alkana, mempunyai rumus umum R-O-R’ atau
CnH2n+2O. Bila R=R’ disebut eter sederhana, sedangkan bila R bukan R’
disebut eter majemuk.

ALDEHID

Aldehid termasuk senyawa karbonil (-C=O). Aldehid merupakan singkatan


dari alkohol dehidrogenatus. Senyawa ini dianggap turunan dari alkana
sehingga disebut alkanal dan mempunyai rumus umum CnH2nO.Aldehid
dapat diperoleh dengan jalan oksidasi alkohol primer

KETON

Keton atau alkanon termasuk senyawa karbonil (-C=O). Senyawa ini


dianggap turunan dari alkana sehingga disebut alkanal dan mempunyai
rumus umum CnH2nO. Seperti halnya eter, R yang sama dengan R’ disebut
katon sederhana, sedangkan R yang tidak sama dengan R’ disebut keton
majemuk.

ASAM KARBOKSILAT
Asam karboksilat atau Alkanoat memiliki rumus umum CnH2nO2 atau R-
COOH. Gugus karboksilat (-COOH) merupakan gabungan dari gugus karbonil
dan hidroksil. Senyawa ini dianggap turunan alkana dan diberi nama asam
alkanoat atau dengan nama yang lebih lama, asam alkana karboksilat.

ESTER

Golongan Ester memiliki rumus umum CnH2nO2 atau R-COO-R’. Nama


IUPAC dari ester adalah alkyl alkanoat. Kebanyakan senyawa ester berbau
harum, karena itu banyak digunakan sebagai pengharum (esens). Ester
dibuat dari asam dan alkohol melalui reaksi esterifikasi yang berupa reaksi
setimbang.

Aldehida dan Keton


Kata Kunci: aldehid, aldehida siklik, alkohol dehidrogenatum, ciri-ciri aldehid, keton,
pembuatan aldehid, pembuatan keton, struktur aldehid, struktur keton, tatanama aldehid,
tatanama keton
Ditulis oleh Ratna dkk pada 02-01-2010

Sekarang kita sampai pada stuktur dan reaksi yang menyangkut gugus fungsi penting
dalam kimia organik, yaitu gugus karbonil, C = O. Gugus ini dimiliki oleh golongan
senyawa aldehida, keton, asam karboksilat, ester dan turunan lainnya. Senyawa ini
penting dalam banyak proses biologi dan merupakan mata niaga penting pula. Aldehida
mempunyai paling sedikit satu atom hidrogen melekat pada gugus karbonil. Gugus
lainnya dapat berupa gugus hydrogen, alkil atau aril.

Aldehid adalah suatu senyawa yang mengandung gugus karbonil (C=O) yang terikat
pada sebuah atau dua buah unsur hidrogen. Aldehid berasal dari “alkohol
dehidrogenatum“. (cara sintesisnya).

Struktur Aldehid : R – CHO


Ciri-ciri aldehid :

- Sifat-sifat kimia aldehid dan keton umumnya serupa, hanya berbeda dalam
derajatnya. Unsur C kecil larut dalam air (berkurang + C).

- Merupakan senyawa polar, TD aldehid > senyawa non polar

- Sifat fisika formaldehid : suatu gas yang baunya sangat merangsang

- Akrolein = propanal = CH2=CH-CHO : cairan, baunya tajam, sangat reaktif.

Contoh : Formaldehid = metanal = H-CHO

- Sifat-sifat : satu-satunya aldehid yang berbentuk gas pada suhu kamar, tak
berwarna, baunya tajam, larutanya dalam H2O dari 40 % disebut formalin.

- Penggunaan : sebagai desinfektans, mengeraskan protein (mengawetkan contoh-


contoh biologik), membuat damar buatan.

Pembuatan aldehid :

- Oksidasi dari alkohol primer

- Oksidasi dari metilbenzen

- Reduksi dari asam klorida

Keton adalah suatu senyawa organik yang mempunyai sebuah gugus karbonil (C=O)
terikat pada dua gugus alkil, dua gugus aril atau sebuah alkil dan sebuah aril. Sifat-sifat
sama dengan aldehid.

Struktur: (R)2-C=O

Contoh : propanon = dimetil keton = aseton = (CH3)2-C=O

- Sifat : cairan tak berwarna, mudah menguap, pelarut yang baik.

- Penggunaan : sebagai pelarut.

Contoh lain : asetofenon = metil fenil keton

- Sifat : berhablur, tak berwarna

- Penggunaan : sebagai hipnotik, sebagai fenasil klorida (kloroasetofenon) dipakai


sebagai gas air mata.
Pembuatan keton

- Oksidasi dari alkohol sekunder

- Asilasi Friedel-Craft

- Reaksi asam klorida dengan organologam

Tatanama aldehida dan keton

Dalam sistem IUPAC, aldehida diberi akhiran –al (berasal dari suku pertama aldehida).
Contoh-contohnya adalah sebagai berikut :

Karena aldehida telah lama dikenal, nama-nama umum masih sering digunakan. Nama-
nama tersebut dicantumkan dibawah nama IUPAC-nya. Karena nama ini sering
digunakan, anda perlu juga mempelajarinya juga.

Untuk aldehida yang mempunyai subtituen, penomoran rantai dimulai dari karbon
aldehida sebagai mana contoh berikut :

Untuk aldehida siklik, digunakan awalan-karbaldehida. Aldehida aromatik sering


mempunyai nama umum.

Dalam sistem IUPAC, keton diberi akhiran-on (dari suku kata terakhir keton).
Penomoran dilakukan sehingga gugus karbonil mendapat nomor kecil. Biasanya keton
diberi nama dengan menambahkan kata keton setelah nama-nama gugus alkil atau aril
yang melekat pada gugus karbonil. Sama halnya dengan aldehida nama umum sering
digunakan. Contohnya adalah sebagai berikut :

Tata nama organik


Tatanama organik atau lengkapnya tatanama IUPAC untuk kimia organik adalah
suatu cara sistematik untuk memberi nama senyawa organik yang direkomendasikan oleh
International Union of Pure and Applied Chemistry (IUPAC). Idealnya, setiap senyawa
organik harus memiliki nama yang dari sana dapat digambarkan suatu formula struktural
dengan jelas.

Untuk komunikasi umum dan menghindari deskripsi yang panjang, rekomendasi


penamaan resmi IUPAC tidak selalu diikuti dalam prakteknya kecuali jika diperlukan
untuk memberikan definisi ringkas terhadap suatu senyawa atau jika nama IUPAC lebih
sederhana (bandingkan etanol dengan etil alkohol). Jika tidak, maka nama umum atau
nama trivial yang biasanya diturunkan dari sumber senyawa tersebutlah yang digunakan.

Prinsip dasar

Tatanama IUPAC menggunakan sejumlah awalan, akhiran, dan sisipan untuk


mendeskripsikan jenis dan posisi gugus fungsi pada suatu senyawa.

Pada kebanyakan senyawa, penamaan dapat dimulai dengan menentukan rantai


hidrokarbon Ingold Prelog jika ambiguitas masih saja ada pada struktur rantai
hidrokarbon induk. Nama dari rantai induk dimodifikasi dengan akhiran gugus fungsi
yang memiliki prioritas tertinggi, sedangkan gugus fungsi sisanya diindikasikan dengan
awalan yang dinomori dan disusun secara alfabetis.

Dalam kebanyakan kasus, penamaan yang tidak mengikuti kaidah penamaan yang baik
dan benar bisa menghasilkan nama yang masih bisa dimengerti strukturnya — tentu saja
penamaan yang baik dan benar direkomendasikan untuk menghindari ambiguitas.
Sebagai contoh nama senyawa ]] induk dan mengidentifikasi gugus fungsi pada molekul
tersebut. Penomoran alkana induk dilakukan dengan menggunakan [[kaidah prioritas
Cahn

NH2CH2CH2OH

jika mengikuti aturan kaidah prioritas Cahn Ingold Prelog adalah 2-aminoetanol. Namun
nama 2-hidroksietanaamina juga secara jelas merujuk pada senyawa yang sama.

Nama senyawa diatas dikonstruksi dengan cara sebagai berikut:

1. Terdapat dua karbon pada rantai induk, maka diberi nama dasar "et"
2. Karbon-karbon pada senyawa tersebut berikatan tunggal, maka diberi akhiran
"an"
3. Terdapat dua gugus fungsi pada senyawa tersebut, yakni alkohol (OH) dan amina
(NH2). Alkohol memiliki nomor atom dan prioritas yang lebih tinggi dari amina,
dan akhiran dari alkohol adalah "ol", maka akhiran majemuk yang terbentuk
adalah "anol".
4. Gugus amina tidak berada pada satu karbon yang sama dengan gugus OH (karbon
nomor 1), namun melekat pada karbon nomor 2, oleh karena itu ia
diidentifikasikan dengan awalan "2-amino".
5. Setelah awalan, nama dasar, dan akhirannya digabung, kita mendapat "2-
aminoetanol".

Terdapat pula sistem penamaan lama untuk senyawa organik, dikenal sebagai tatanama
umum, yang sering digunakan untuk menamakan senyawa yang sederhana maupun
senyawa yang sangat kompleks sehingga nama IUPAC menjadi sangat panjang untuk
digunakan.

Alkana
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Alkana

Alkana yang berantai tunggal memiliki akhiran "-ana" dan diberikan awalan tergantung
pada jumlah atom dalam rantai tersebut mengikuti aturan imbuhan pengganda IUPAC:

Juml
ah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 20 30
karb
on
Awal Me Et Pro Bu Pen Hek Hep Ok No De Unde Dode Tride Tetrad Pentad Eiko Triak
an t- - p- t- t- s- t- t- n- k- k- k- k- ek- ek- s- ont

Sebagai contoh alkana paling sederhana CH4 adalah metana dan alkana berkarbon
sembilan CH3(CH2)7CH3 adalah nonana. Hal yang sama juga berlaku pada alkana
berkarbon 157 CH3(CH2)155CH3, dinamakan heptapentahektana.
Tanda kurung digunakan untuk mengindikasikan pengulangan dari molekul yang
dikurung, (CH2)155 mengindikasikan sebuah molekul yang terdiri dari 155 rantai CH2.

Alkana siklik diberi nama dengan menggunakan awalan "siklo-", sebagai contoh C4H8
dinamakan siklobutana dan C6H12 dinamakan sikloheksana

Alkana bercabang dinamakan dengan menggunakan nama alkana berantai tunggal yang
dilekatkan gugus alkil. Gugus alkil ini diberi awalan angka yang mengindikasikan di
mana ia melekat pada karbon tertentu. Gugus alkil ini diberi sisipan "-il-". Sebagai contoh
(CH3)2CHCH3 bisa dianggap sebagai rantai propana yang dilekatkan dua gugus metil di
karbon nomor 2. Senyawa ini diberi nama 2-metilpropana. Awalan angka dapat dihapus
jika ia tidak menimbulkan ambiguitas, jadi 2-metilpropana ditulis sebagai metilpropana
(struktur 1-metilpropana adalah identik dengan butana).

Jika terdapat ambiguitas dalam posisi substituen, yakni karbon mana yang dinomori
sebagai "1", dipilih penomoran dengan angka yang paling kecil. Sebagai contoh,
(CH3)2CHCH2CH3 (isopentana) dinamakan 2-metilbutana, bukan not 3-metilbutana. Oleh
karena tidak ada struktur lain yang bernama metilbutana kecuali 3-metilbutana, awalan
angka 3 ini dapat dihapus.

Jika terdapat cabang-cabang rantai dengan alkil yang sama, posisi mereka dipisahkan
dengan koma dan diberi awalan di-, tri-, tetra-, dsb., tergantung pada jumlah cabang
tersebut, contohnya C(CH3)4 dinamakan 2,2-dimetilpropana. Jika terdapat gugus alkil
yang berbeda, maka mereka disusun menurut susunan abjad dan dipisahkan dengan koma
maupun tanda hubung: 3-etil-4-metilheksana. Dalam hal ini rantai induk diambil dari
rantai yang paling panjang, oleh karena itu 2,3-dietilpentana adalah nama yang salah.
Awalan di-, tri-, dsb tidak dihiraukan ketika kita mengurutkan gugus alkil (contohnya 3-
etil-2,4-dimetilpentana, bukan 2,4-dimetil-3-etilpentana). Jika terdapat beberapa
kemungkinan rantai paling panjang, maka rantai yang memililki cabang terbanyaklah
yang digunakan.

Sub-cabang dari rantai samping diberikan imbuhan sesuai dengan sistem penomoran
sekunder pada cabang samping, penomoran dimulai dari titik cabang rantai utama dan
seluruh rantai samping dikurung dan dianggap sebagai substituen tunggal. Contohnya 4-
(1-metiletil)oktana adalah rantai oktana dengan cabang rantai di karbon nomor 4, cabang
tersebut terdiri dari gugus etil dengan gugus metil yang melekat pada cabang etil.

[sunting] Alkena dan Alkuna


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Alkena dan Alkuna

Alkena dinamakan dari rantai induk alkana dengan akhiran "-ena" dan awalan angka
yang mengindikasikan posisi ikatan rangkap karbon pada rantai: CH2=CHCH2CH3
dinamakan 1-butena. Etena (etilena) dan propena (propilena) tidak memerlukan imbuhan
angka karena tidak ada kemungkinan terjadinya ambiguasi pada struktur senyawa. Sama
seperti kaidah sebelumnya, nomor yang diambil adalah nomor yang paling kecil.
Ikatan rangkap yang lebih dari satu diberikan imbuhan majemuk -adiena, -atriena, dll.
sesuai dengan berapa banyaknya ikatan rangkap tersebut: CH2=CHCH=CH2 dinamakan
1,3-butadiena. Isomer cis dan trans diindikasikan dengan awalan cis- atau trans-: cis-2-
butena, trans-2-butena. Isomer geometrik lainnya yang lebih rumit dapat diindikasikan
dengan menggunakan kaidah prioritas Cahn Ingold Prelog.

Alkuna dinamakan dengan cara yang sama dengan alkena, namun dengan akhiran "-una"
yang mengindikasikan ikatan rangkap tiga, misalnya etuna dan propuna.

[sunting] Alkohol
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Alkohol

Alkohol (R-OH) dinamakan dengan menghilangkan huruf paling akhir "a" dari alkana
dan dipasangkan dengan akhiran "-ol" dengan imbuhan angka yang mengindikasikan
posisi ikatan gugus alkohol: CH3CH2CH2OH dinamakan 1-propanol. (Metanol dan etanol
tidak memerlukan imbuhan angka karena tidak ada ambiguasi dalam strukturnya).
Akhiran -diol, -triol, -tetraol, dll. digunakan jika gugus alkohol dalam suatu senyawa
lebih dari satu: Etilena glikol CH2OHCH2OH dinamakan 1,2-etanadiol.

Jika terdapat gugus fungsi lain yang memiliki prioritas lebih tinggi, maka awalan
"hidroksi" digunakan untuk mengind

SENYAWA HIDROKARBON
Disebut Hidrokarbon : mengandung unsur
C dan H

Terdiri dari : 1. Alkana (CnH2n+2)

2. Alkena (CnH2n)

3. Alkuna (CnH2n-2)

ALKANA

 Hidrokarbon jenuh (alkana rantai lurus dan


siklo/cincin alkana)

 Disebut golongan parafin : affinitas kecil (=sedikit


gaya gabung)

 Sukar bereaksi

 C1 – C4 : pada t dan p normal adalah gas

 C4 – C17 : pada t dan p normal adalah cair

 > C18 : pada t dan p normal adalah padat

 Titik didih makin tinggi : terhadap penambahan


unsur C

 Jumlah atom C sama : yang bercabang


mempunyai TD rendah
 Kelarutan : mudah larut dalam pelarut non polar

 BJ naik dengan penambahan jumlah unsur C

 Sumber utama gas alam dan petrolium

Struktur ALKANA : CnH2n+2 CH3-CH2-CH2-CH2-CH2-


CH3 (heksana)

sikloheksana

PEMBUATAN ALKANA :
 Hidrogenasi senyawa Alkena

 Reduksi Alkil Halida

 Reduksi metal dan asam

PENGGUNAAN ALKANA :
 Metana : zat bakar, sintesis, dan carbon black
(tinta,cat,semir,ban)
 Propana, Butana, Isobutana : zat bakar LPG
(Liquified Petrolium Gases)

 Pentana, Heksana, Heptana : sebagai pelarut


pada sintesis

Fraksi tertentu dari Destilasi langsung Minyak


Bumi/mentah

TD (oC) Jumlah C Nama Penggunaan


< 30 1 - 4 Fraksi gas Bahab bakar gas
30 - 180 5 -10 Bensin Bahan bakar mobil
180 - 11 - 12 Minyak tanah Bahan bakar
230 memasak
230 - 13 - 17 Minyak gas Bahan bakar diesel
305 ringan
305 - 18 - 25 Minyak gas Bahan bakar
405 berat pemanas

Sisa destilasi :

1. Minyak mudah menguap, minyak pelumas, lilin


dan vaselin

2. Bahan yang tidak mudah menguap, aspal dan


kokas dari m. bumi

ALKENA
 Hidrokarbon tak jenuh ikatan rangkap dua

 Alkena = olefin (pembentuk minyak)

 Sifat fisiologis lebih aktif (sbg obat tidur) : 2-metil-


2-butena

 Sifat sama dengan Alkana, tapi lebih reaktif

STRUKTUR ALKENA : CnH2n CH3-CH2-CH=CH2


(1-butena)

ETENA = ETILENA = CH2=CH2

 Sifat-sifat : gas tak berwarna, dapat dibakar, bau


yang khas, eksplosif dalam udara (pada
konsentrasi 3 – 34 %)

 Terdapat dalam gas batu bara biasa pada proses


“cracking”

 Pembuatan : pengawahidratan etanaol

PENGGUNAAN ETENA :

 Dapat digunakan sebagai obat bius (dicampur


dengan O2)

 Untuk memasakkan buah-buahan

 Sintesis zat lain (gas alam, minyak bumi, etanol)


PEMBUATAN ALKENA :
 Dehidrohalogenasi alkil halida

 Dehidrasi alkohol

 Dehalogenasi dihalida

 Reduksi alkuna

ALKUNA

 Hidrokarbon tak jenuh mempunyai ikatan rangkap


tiga

 Sifat-sifatnya menyerupai alkena, tetapi lebih


reaktif

Struktur ALKUNA : CnH2n-2 CH=CH


(etuna/asetilen)

ETUNA = ASETILEN => CH=CH


 Pembuatan : CaC2 + H2O ------ C2H2 + Ca(OH)2
 Sifat-sifat :

 Suatu senyawaan endoterm, maka mudah


meledak

 Suatu gas, tak berwarna, baunya khas

 Penggunaan etuna :

 Pada pengelasan : dibakar dengan O2 memberi


suhu yang tinggi (+- 3000oC), dipakai untuk
mengelas besi dan baja

 Untuk penerangan

 Untuk sintesis senyawa lain

PEMBUATAN ALKUNA

 Dehidrohalogenasi alkil halida

 Reaksi metal asetilida dengan alkil halida primer

SENYAWA AROMATIK

 Senyawa alifatis : turunan metana

 Senyawa aromatis : turunan benzen (simbol Ar =


aril)

 Permulaan abad ke-19 ditemukan senyawa-


senyawa organik yang mempunyai bau (aroma)
yang karakteristik yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan (damar benzoin, cumarin, asam sinamat
dll)

BENZEN =C6H6

 Senyawa aromatis yang paling sederhana

 Berasal dari batu bara dan minyak bumi

 Sifat fisika : cairan, td. 80oC, tak berwarna, tak


larut dalam air, larut dalam kebanyakan pelarut
organik, mudah terbakar dengan nyala yang
berjelaga dan berwarna (karena kadar C tinggi)

Pengunaan Benzen :
 Dahulu sebagai bahan bakar motor

 Pelarut untuk banyak zat

 Sintesis : stirena, fenol, nilon, anilin, isopropil


benzen, detergen, insektisida, anhidrida asam
maleat, dsb

ALKIL HALIDA

 Senyawa alkil halida merupakan senyawa


hidrokarbon baik jenuh maupun tak jenuh yang
satu unsur H-nya atau lebih digantikan oleh unsur
halogen (X = Br, Cl. I)
 Alkil halida = haloalkana = RX struktur primer,
sekunder, tersier

 Aril halida = ArX = senyawa halogen organik


aromatik

Sifat fisika Alkil Halida :


♦ Mempunyai TD lebih tinggi dari pada TD Alkana
dengan jumlah unsur C yang sama.

♦ Tidak larut dalam air, tapi larut dalam pelarut


organik tertentu.

♦ Senyawa-senyawa bromo, iodo dan polikloro lebih


berat dari pada air.

Struktur Alkil Halida : R-X (X=Br, Cl, I)

CH3-CH2-CH2-CH2-Cl (CH3)2CH-Br
(CH3)3C-Br

Primer
sekunder tersier
CH2-Cl
CH2=CH2-Cl

Benzil khlorida Vinil


khlorida

PEMBUATAN ALKIL HALIDA :


 Dari alkohol

 Halogenasi

 Adisi hidrogen halida dari alkena

 Adisi halogen dari alkena dan alkuna

PENGGUNAAN ALKIL HALIDA :


 Kloroform (CHCl3) : pelarut untuk lemak, obat
bius (dibubuhi etanol, disimpan dalam botol
coklat, diisi sampai penuh).

 Tetraklorometana = karbontetraklorida (CCl4) :


pelarut untuk lemak, alat pemadam kebakaran
(Pyrene, TD rendah 77oC, uapnya berat.

 Freon (Freon 12 = CCl2F2, Freon 22 = CHCl2F) :


pendingin lemari es, alat “air conditioner”,
sebagai propellant (penyebar) kosmetik,
insektisida, dsb.
ALKOHOL

 Alkohol : tersusun dari unsur C, H, dan O

 Struktur alkohol : R-OH primer, sekunder dan


tersier

Sifat fisika alkohol :


• TD alkohol > TD alkena dengan jumlah unsur C
yang sama (etanol = 78oC, etena = -88,6oC)

• Umumnya membentuk ikatan hidrogen


O - H-----------------O - H

R R

• Berat jenis alkohol > BJ alkena

• Alkohol rantai pendek (metanol, etanol) larut


dalam air (=polar)

Struktur Alkohol : R - OH

R-CH2-OH (R)2CH-OH (R)3C-


OH
Primer sekunder
tersier

PEMBUATAN ALKOHOL :
 Oksi mercurasi – demercurasi

 Hidroborasi – oksidasi

 Sintesis Grignard

 Hidrolisis alkil halida

PENGGUNAAN ALKOHOL :
 Metanol : pelarut, antifreeze radiator mobil,
sintesis
formaldehid,metilamina,metilklorida,metilsalisila
t, dll

 Etanol : minuman beralkohol, larutan 70 %


sebagai antiseptik, sebagai pengawet, dan
sintesis eter, koloroform, dll

FENOL

 Fenol : mengandung gugus benzen dan hidroksi


 Mempunyai sifat asam

 Mudah dioksidasi
struktur OH

 Mempunyai sifat antiseptik

 Penggunaan sbg antiseptikum dan sintesis

ETER

 Eter : isomer atau turunan dari alkohol (unsur H


pada OH diganti oleh alkil atau aril)

 Eter : mengandung unsur C, H, dan O

Sifat fisika eter :


• Senyawa eter rantai C pendek berupa cair pada
suhu kamar dan TD nya naik dengan penambahan
unsur C.

• Eter rantai C pendek medah larut dalam air, eter


dengan rantai panjang sulit larut dalam air dan
larut dalam pelarut organik.

• Mudah terbakar
• Unsur C yang sama TD eter > TD alkana dan < TD
alkohol (metil, n-pentil eter 100oC, n-heptana 98oC,
heksil alkohol 157oC).

Struktur eter : R – O – R CH3-CH2-O-CH2-CH3


(dietil eter)

CH3-CH2-O-
C6H5 (fenil etil eter)

PEMBUATAN ETER :
 Sintesis Williamson

 Alkoksi mercurasi – demercurasi

PENGGUNAAN ETER :
ä Dietil eter : sbg obat bius umum, pelarut dari
minyak, dsb.

ä Eter-eter tak jenuh : pada opersi singkat : ilmu


kedokteran gigi dan ilmu kebidanan.

AMINA

 Senyawa organik bersifat basa lemah, dibanding


air lebih basa.
 Jumlah unsur C kecil sangat mudah larut dalam
air.

Sifat fisika Amina :

• Suku-suku rendah berbentuk gas.

• Tak berwarna, berbau amoniak, berbau ikan.

• Mudah larut dalam air

• Amina yang lebih tinggi berbentuk cair/padat.

• Kelarutan dalam air berkurang dengan naiknya


BM.

Struktur amina : R-NH2, (R)2NH, (R)3N =primer,


sekunder, tersier

CH3-CH2-CH2-CH2-NH2 (CH3)2NH
(CH3)3N

Primer
sekunder tersier

Struktur Amina berdasarkan rantai gugus


alkil/aril :
• Amina aromatis
• Amina alifatis

• Amina siklis

• Amina campuran

PEMBUATAN AMINA :
 Reduksi senyawa nitro

 Reaksi alkil halida dengan amonia dan amina

PENGGUNAAN AMINA :
ä Sebagai katalisator

ä Dimetil amina : pelarut, absorben gas alam,


pencepat vulkanisasi, membuat sabun, dll.

ä Trimetil amina : suatu penarik serangga.

ALDEHID

 Aldehid adalah suatu senyawa yang mengandung


gugus karbonil (C=O) yang terikat pada sebuah
atau dua buah unsur hidrogen.
 Aldehid berasal dari “ alkohol dehidrogenatum “
(cara sintesisnya).

 Sifat-sifat kimia aldehid dan keton umumnya


serupa, hanya berbeda dalam derajatnya. Unsur C
kecil larut dalam air (berkurang + C).

 Merupakan senyawa polar, TD aldehid > senyawa


non polar

 Sifat fisika formaldehid : suatu gas yang baunya


sangat merangsang

 Akrolein = propanal = CH2=CH-CHO : cairan,


baunya tajam, sangat reaktif.

FORMALDEHID = METANAL = H-CHO

♦ Sifat-sifat : satu-satunya aldehid yang berbentuk


gas pada suhu kamar, tak berwarna, baunya
tajam, larutanya dalam H2O dari 40 % disebut
formalin.

♦ Penggunaan : sebagai desinfektans, mengeraskan


protein (mengawetkan contoh-contoh biologik),
membuat damar buatan.

Struktur Aldehid : R – CHO


PEMBUATAN ALDEHID :
 Oksidasi dari alkohol primer

 Oksidasi dari metilbenzen

 Reduksi dari asam klorida

KETON

 Keton adalah suatu senyawa organik yang


mempunyai sebuah gugus karbonil (C=O) terikat
pada dua gugus alkil, dua gugus aril atau sebuah
alkil dan sebuah aril.

 Sifat-sifat sama dengan aldehid.

PROPANON = DIMETIL KETON = ASETON = (CH3)2-


C=O
♦ Sifat : cairan tak berwarna, mudah menguap,
pelarut yang baik.

♦ Penggunaan : sebagai pelarut

ASETOFENON = METIL FENIL KETON

♦ Sifat : berhablur, tak berwarna

♦ Penggunaan : sebagai hipnotik, sebagai fenasil


klorida (kloroasetofenon) dipakai sebagai gas air
mata

Struktur : (R)2-C=O

PEMBUATAN KETON

 Oksidasi dari alkohol sekunder

 Asilasi Friedel-Craft
 Reaksi asam klorida dengan organologam

ASAM KARBOKSILAT

 Mengandung gugus COOH yang terikat pada


gugus alkil (R-COOH) maupun gugus aril (Ar-COOH)

 Kelarutan sama dengan alkohol

 Asam dengan jumlah C 1 – 4 : larut dalam air

 Asam dengan jumlah C = 5 : sukar larut


dalam air

 Asam dengan jumlah C > 6 : tidak larut


dalam air

 Larut dalam pelarut organik seperti eter, alkohol,


dan benzen

 TD asam karboksilat > TD alkohol dengan jumlah


C sama.

Struktur Asam Karboksilat : R – COOH dan Ar –


COOH
CH3-CH2-CH2-CH2-COOH
COOH

Valelat

CH3-COOH (asam asetat) Asam benzoat

ASAM FORMAT = HCOOH

♦ Sifat fisika : cairan, tak berwarna, merusak kulit,


berbau tajam, larut dalam H2O dengan sempurna.

♦ Penggunaan : untuk koagulasi lateks,


penyamakkan kulit, industri tekstil, dan fungisida.

ASAM ASETAT = CH3-COOH

♦ Sifat : cair, TL 17oC, TD 118oC, larut dalam H2O


dengan sempurna

♦ Penggunaan : sintesis anhidrat asam asetat, ester,


garam, zat warna, zat wangi, bahan farmasi,
plastik, serat buatan, selulosa dan sebagai
penambah makanan.

PEMBUATAN ASAM KARBOKSILAT

 Oksidasi alkohol primer

 Oksidasi alkil benzen

 Carbonasi Reagen Grignard


 Hidrolisin nitril
AMIDA

 Amida adalah turunan asam karboksilat, dimana


gugus –OH digan-ti dengan –NH2 atau amoniak,
dimana 1 H diganti dengan asil.

 Sifat fisika : zat padat kecuali formamida yang


berbentuk cair, tak berwarna, suku-suku yang
rendah larut dalam air, bereaksi kira-kira netral.

Struktur Amida : R – CONH2

PEMBUATAN AMIDA :
 Reaksi asam karboksilat dengan amoniak

 Garam amoniumamida dipanaskan

 Reaksi anhidrid asam dengan amponiak

PENGGUNAAN AMIDA :
ä Formamida berbentuk cair, sebagai pelarut.

ä Untuk identifikasi asam yang berbentuk cair.

ä Untuk sintesis nilon, ds.


ESTER

 Ester adalah turunan asam karboksilat, dimana


gugus H pada –OH diganti dengan gugus R.

 Sifat fisika : berbentuk cair atau padat, tak


berwarna, sedikit larut dalm H2O, kebanyakan
mempunyai bau yang khas dan banyak terdapat di
alam.

Struktut ester : R – COOR

PEMBUATAN ESTER :
 Reaksi alkohol dan asam karboksilat

 Reaksi asam klorida atau anhidrida

PENGGUNAAN ESTER :
ä Sebagai pelarut, butil asetat (pelarut dalam
industri cat).

ä Sebagai zat wangi dan sari wangi.


Aldehid dan keton adalah dua senyawa yang mengandung gugus karbonil dengan
atom oksigen berikatan rangkap (C=O) dengan karbon. Reaksi dari segi mekanisme
sangat mirip sehingga

OOO
R – C R – C – R atau R – C – R’

aldehida keton

Aldehida dan keton adalah senyawa yang sangat penting beberapa diantaranya seperti
aseton (CH3COCH3), metil keton (CH3COC2H5) dipakai dalam jumlah besar sebagai
pelarut (Pire, 1988).

Ada beberapa perbedaan antara aldehid dan keton pada sifat dan struktur yang
mempengaruhinya:

a. Aldehid sangat mudah untuk beroksidasi, sedangkan keton mengalami kesukaran


dalam beroksidasi

b. Aldehid biasanya lebih reaktif dari keton, terhadap suau reagen yang sama. Hal ini
disebabkan karena atom karbonil dari aldehid kurang dilindungi dibandingkan
dengan keton, begitu pula aldehid lebih mudah dioksidasi dari keton

c. Aldehid kalau teroksidasi akan menghasilkan asam karboksilat dengan jumlah atom
yang sama tetapi untuk keton tidak, dikarenakan pada keton sering mengalami
pemutusan ikatan yang menghasilkan 2 ikatan asamkarboksilat dengan jumlah atom
karbon dari keton mula-mula (akibat putusnya ikatan karbon), keton siklik
menghasilkan asam karboksilat dengan jumlah atom karbon yang sama banyak.

Jadi perbedaan kereaktifan antara aldehid dan keton melalui oksidator dapat digunakan
untuk membedakan kedua senyawa tersebut (Fessenden, 1992).

D. UJI TOLLEN UNTUK ALDEHID DAN KETON

{ Desember 26, 2008 @ 9:12 am } · { Uncategorized }


{ Tags: Laporan Kimia }

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aldehid dan keton merupakan dua dari sekian banyak contoh kelompok senyawa organik
yang mengandung gugus karbonil. Aldehid itu sendiri merupakan salah satu senyawa
karbon yang mengandung gugus karbonil (-CO-), dimana satu tangan mengikat gugus
alkil dan tangan yang lain mengikat atom hidrogen. Sedangkan keton hampir sama
dengan aldehid, hanya saja pada keton kedua tangan atom karbon mengikat gugus alkil.
Struktur umum aldehid yaitu R-CHO.Struktur umum keton yaitu R-CO-R’.
Aldehid dan keton banyak terdapat dalam sistem makhluk hidup.Seperti gula ribosa dan
hormon progesteron merupakan contoh dari aldehid dan keton. Aldehid dan keton
mempunyai bau yang khas, yang pada umumnya aldehid berbau merangsang sedangkan
keton berbau harum.
Aldehid dan keton menyumbangkan manfaat yang cukup besar dalam kehidupan. Salah
stu contohnya yaitu metanal yang merupakan contoh dari senyawa aldehid. Metanal ini
lebih dikenal dengan nama formaldehida. Larutan formaldehida 40% digunakan sebagai
antiseptik atau yang dikenal dengan sebutan formalin. Sedangkan pada keton yang
pailing banyak dikenal yaitu aseton yang digunakan sebagai pelarut dan pembersih kaca.
Oleh karena banyak manfaatnya maka kita harus mampu membedakan mana senyawa
keton dan senyawa aldehid agar tidak terjadi kekeliruan dalam pemanfaatannya.
B. Tujuan
Membedakan senyawa aldehid dan keton dengan menggunakan “Uji Tollen“

II. TINJAUAN PUSTAKA


Aldehid dan keton bereaksi dengan berbagai senyawa, tetapi pada umumnya aldehid
lebih reaktif dibanding keton. Kimiawan memanfaatkan kemudahan oksidasi aldehid
dengan mengembangkan beberapa uji untuk mendeteksi gugus fungsi ini (Willbraham,
1992).
Uji Tollen merupakan salah satu uji yang digunakan untuk membedakan mana yang
termasuk senyawa aldehid dan mana yang termasuk senyawa keton. Selain dengan
menggunakan Uji Tollen untuk membedakan senyawa aldehid dan keton dapat juga
menggunakan Uji Fehling dan Uji Benedict.
Aldehid lebih mudah dioksidasi dibanding keton. Oksidasi aldehid menghasilkan asam
dengan jumlah atom karbon yang sama ( Hart, 1990). Hampir setiap reagensia yang
mengoksidasi alkohol juga dapat mengoksidasi suatu aldehid.
Pereaksi tollens, pengoksidasi ringan yang digunakan dalam uji ini, adalah larutan basa
dari perak nitrat. Larutannya jernih dan tidak berwarna. Untuk mencegah pengendapan
ion perak sebagi oksida pada suhu tinggi, maka ditambahkan beberapa tetes larutan
amonia. Amonia membentuk kompleks larut air dengan ion perak (Willbraham,1992).
Pereaksi Tollens sering disebut sebagai perak amoniakal, merupakan campuran dari
AgNO3 dan amonia berlebihan. Gugus aktif pada pereaksi tollens adalh Ag2O yang bila
tereduksi akan menghasilakan endapan perak. Endapan perak ini akan menempel pada
tabung reaksi yang akn menjadi cermin perak. Oleh karena itu Pereaksi Tollens sering
juga disebut pereaksi cermin perak (Sudarmo, 2006).
Aldehid dioksidasi menjadi anion karboksilat, ion Ag+ dalam reagensia Tollens direduksi
menjadi logam Ag. Uji positf ditandai dengan terbentuknya cermin perak pada dinding
dalam tabung reaksi.Reaksi dengan pereaksi Tollens mampu mengubah ikatan C-H pada
aldehid menjadi ikatan C-O. Alkohol sekunder dapat dioksidasi menjadi keton
selanjutnya keton tidak dapat dioksidasi lagi dengan menggunakan pereaksi Tollens. Hal
ini disebabkan karena keton tidak mempunyai atom hidrogen yang menempel pada atom
karbon karbonil. Keton hanya dapat dioksidasi dengan keadaan reaksi yang lebih keras
dibandingkan dengan aldehid. Ikatan antara karbon karbonil dan salah satu karbonnya
putus, memberikan hasil-hasil oksidasidengan jumlah atom karbon yang lebih sedikit
daripada bahan keton asalnya. Kekecualian adalah dalam oksidasi keton siklik, karena
jumlah atom karbonnya tetap sama. Misalnya, sikloheksanon dioksidasi secar besar-
besaran menjadi asam dipat, bahan kimia pentinh dalam pembuatan Nylon.

III. ALAT DAN BAHAN


A. Alat
· Pipet tetes
· Tabung reaksi
· Alat pemanas air
B. Bahan
· Larutan 10% NaOH
· Larutan 10% Ag NO3
· NH4OH
· Aquades
· Etanol 95%
· Asetaldehid
· Glukosa
· Aseton
· Fruktosa
· Air mendidih

IV. METODE KERJA


Ø Menambahkan 20 tetes larutan 10% NaOH ke dalam 20 tetes larutan 10% AgNO3.
Ø Kemudian menambahkan NH4OH tetes demi tetes sampai endapannya hilang. Maka
inilah yang disebut dengan pereaksi tollens.
Ø Melarutkan satu tetes sampel cair atau satu spatula sampel dalam sedikit air atau etanol
95%. Sampel yang digunakan abtara lain :
· Asetaldehid
· Aseton
· Glukosa
· Fruktosa
Ø Menambahkan sampel tetes demi tetes ke dalam pereaksi Tollens sambil mengocok-
ngocoknya kemudian mengamati endapan Ag yang terbentuk.
Ø Memanaskan tabung reaksi dalam air yang mendidih.
Ø Mengamati hasil atau perubahan yang terjadi.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Pengamatan
Larutan Warna Endapan
A 10% AgNO3 + 10% NaOH Keruh Ada
B Larutan A + NH4OH Bening Tidak ada
C Asetaldehid (sampel) + air Bening Tidak ada
D Larutan B + Larutan C Keruh Ada
E Larutan D dipanaskan Agak keruh (abu-abu), ada cermin perak pada dinding tabung
reaksi Ada gelap
F Aseton (sampel) + air Bening Tidak ada
G Larutan B + Larutan F Bening Tidak ada
H Larutan G dipanaskan Keruh coklat kehitaman Tidak terbentuk cermin perak
melainkan warna kehitaman
I Glukosa (sampel) + air Bening Tidak ada
J Larutan B + Larutan I Agak keruh Ada
K Larutan J dipanaskan Keruh abu-abu Ada endapan dan cermin perak
L Fructosa (sampel) + air Bening Tidak ada
M Larutan B + Larutan L Keruh coklat kehitaman Ada
N Larutan M dipanaskan Keruh coklat Ada endapan warna perak

B. Pembahasan
Hal yang membedakan Aldehid dengan keton yaitu kemampuan kedua senyawa ini
apabila dioksidasi. Aldehid hádala larutan yang mudah sekali dioksidasi dengan
menggunaknan Uji Tollens, sedangkan Keton tidak. Sifat inilah yang dimanfaatkan untuk
dapat membedakan Aldehid dengan Keton. Apabila statu sampel direaksikan dengan
pereaksi tollens kemudian dipanaskan dan muncul endapan cermin perak pada dinding
tabung reaksi maka dapat dikatakan bahwa sampel itu merupakan salah satu dari senyawa
aldehid.
Pada praktikum kali ini menggunakan empat jenis sampel yang diuji apakah dia termasuk
ke dalam senyawa aldehid atau senyawa keton. Sampel-sampel tersebut antara lain
asetaldehid, aseton, glucosa, dan fructosa.
Pada percobaan terhadap asetaldehid mula-mula ditambah dengan air, warnanya tetap
bening dan tidak ada endapan sama sekali pada dasar tabung reaksinya. Kemudian
ditambahkan dengan pereaksi tollens, maka terjadi perubahan. Warna larutan menjadi
keruh dan munculnya endapan. Lalu larutan ini dipanaskan, dan terjadi perubahan yaitu
warna larutan agak keruh abu-abu dan timbal cermin perak pada dinding tabung. Warna
larutan berubah menjadi gelap. Dengan munculnya cermin perak pada dinding tabung
reaksi pada percobaan kali ini maka dapat dinyatakan bahwa asetaldehid merupakan
salah satu contoh dari senyawa aldehid.
Selanjutnya menggunakan sampel kedua yaitu aseton. Aseton ditambahkan dengan air,
warna bening dan tidak terbentuk endapan. Kemudian ditambahkan pereaksi tollens,
tidak terjadi perubahan. Warna tetap bening dan tidak terbentuk endapan. Kemudian
larutan ini dipanaskan, warna larutan menjadi keruh coklat kehitaman dan tidak terbentuk
cermin perak melainkan terbentuk endapan warna kehitaman. Dari pengamatan ini dapat
dinyatakan bahwa aseton bukan merupakan salah satu senyawa aldehid, tetapi aseton
merupakan senyawa keton,
Sampel berikutnya yaitu glucosa. Telah diketahui bahwa glukosa merupakan salah satu
karbohidrat monosakarida yang merupakan sumber energi bagi makhluk hidup. Glukosa
pada praktikum kali ini ditambahkan dengan air, warna bening dan tidak terbentuk
endapan. Kemudian glukosa ditambahkan dengan pereaksi tollens, terjadi perubahan
yaitu pada warna menjadi agak keruh dan ada endapannya. Kemudian larutan ini
dipanaskan dan warna berubah menjadi keruh abu-abu, dan terbentuknya endapan cermin
perak pada dinidng tabung reaksi. Terdapatnya cermin perak ini membuktikan bahwa
glukosa merupakan salah satu dari senyawa aldehid.
Sampel tang terakhir yaitu fruktosa. Sama dengan glukosa, fruktosa juga merupakan
salah satu jenis karbohidrat monosakarida. Apabila fruktosa ditambahkan dengan air
warna yang terjadi tetap bening dan tidak ada endapan. Kemudian ditambahkan dengan
pereaksi tollens maka warna berubah menjadi keruh coklat kehitaman dan terdapat
endapan. Kemudian larutan ini dipanaskan maka warna menjadi keruh coklat dan
terbentuklah endapan cermin perak pada dinding tabung reaksi. Jadi sama seperti
glukosa, fruktosa juga merupakan salah satu senyawa aldehid.
Dari keempat sampel yang digunakan, yang bukan senyawa aldehid melainkan keton
adalah Aseton. Ketiga larutan yaitu asetaldehid, glukosa, dan fruktosa termasuk ke dalam
senyawa aldehid. Aseton tidak dapat membentuk cerminperak karena aseton tidak
mempunyai atom hidrogen yang terikat pada gugus karbon. Kedua tangan gugus
karbonnya sudah mengikat dua gugus alkil sehingga aseton tidak mengalami oksidasi
ketika ditambah pereaksi tollens dan dipanaskan. Pada asetaldehid, glukosa dan fruktosa
oksidasi terjadi denagn mudah karena ketiganya lebih reaktif.

VI. PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan menggunakan uji tollens ternyata mudah untuk membedakan mana senyawa
aldehid dan keton. Suatu sampel dap

Keton / Alkanon
1. Rumus Umum
Alkanon merupakan golongan senyawa karbon dengan gugus fungsi karbonil (–C=O).
Gugus fungsi karbonil terletak di tengah, diapit dua buah alkil. Sehingga alkanon
mempunyai rumus umum sebagai berikut : R-CO-R1

2. Tata Nama
Penamaan senyawa-senyawa alkanon atau keton juga ada dua cara yaitu :
1) Menurut IUPAC mengikuti nama alkanannya dengan mengganti akhiran “ ana “ dalam
alkana menjadi “ anom “ dalam alkanon.
2) Dengan cara Trivial yaitu dengan menyebutkan nama kedua gugus alkilnya, kemudian
diikuti akhiran “ Keton “.
Contoh :
Tabel TATA NAMA ALKANON/KETON

Rumus Struktur Nama IUPAC Nama Trivial


CH3–CO–CH3 2, Propanon Dimetil Keton

CH3–CH2–CO –CH2–CH3 3, Pentanon Dietil Keton

CH3–CO –CH2–CH2–CH3 2, Pentanon Metil Propil Keton


CH3–CH2–CO –CH3 2, Butanon Etil Metil Keton

Untuk senyawa-senyawa keton dengan rumus struktur bercabang akan lebih


mudah jika penamaannya menggunakan aturan IUPAC, sebagai berikut :
a) Tentukan rantai utama dengan cara pilih deretan C yang terpanjang dan
mengandung gugus fungsi kemudian beri nama seperti tabel 5.6 di atas.
b) Penomoran rantai utama dimulai dari ujung yang memberikan nomor serendah-
rendahnya bagi atom C gugus fungsi. Aturan selanjutnya sama dengan yang
berlaku pada senyawa hidrokarbon.

3. Sifat – Sifat Alkanon


Beberapa sifat yang dimiliki senyawa-senyawa Alkanon antara lain :
1) Alkanon dengan jumlah C 1 s/d 5 berupa cairan tak berwarna
2) Pada umumnya larut dalam air
3) Alkanon seperti aldehide mempunyai titik didih yang relatif lebih tinggi dari pada
senyawa non polar.
4) Alkanon dapat direduksi oleh gas H2 menghasilkan alkohol sekundernya.

4. Kegunaan Alkanon
Senyawa alkanon yang paling banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah
aseton (propanon). Aseton banyak digunakan sebagai :
1) Pelarut senyawa karbon misalnya : sebagai pembersih cat kuku
2) Bahan baku pembuatan zat organik lain seperti klaroform yang digunakan sebagai obat
bius.
3) Selain aseton, beberapa senyawa alkanon banyak yang berbau harum sehingga
digunakan sebagai campuran parfum dan kosmetika lainnya.

5. REAKSI-REAKSI KETON
Keton adalah golongan senyawa organik yang memiliki rumus umum R-COR' . Reaksi
yang dapat terjadi pada keton adalah:

Reduksi

Keton merupakan reduktor yang lebih lemah daripada aldehida. Zat-zat pengoksidasi
lemah seperti pereaksi Tollens dan pereksi Fehling tidak dapat mengoksidasi keton. Oleh
karena itu, aldehida dan keton dapat dibedakan dengan menggunakan pereaksi-pereaksi
tersebut.
Reduksi keton oleh hidrogen akan menghasilkan alkohol sekunder:

SENYAWA KARBON

1. MOLEKUL SEDERHANA YANG MENGANDUNG KARBON


CO2
+ H 2 O
H2CO3
H2CO3
H+
+
HCO3- (pK1)
HCO3
-
H+
+
CO32- (pK2)
CaCO3 + H2CO3
Ca(HCO3)2
Karbon dioksida di atmosfer
Respirasi
Fotosintesis
Senyawa organik
pada binatang
Senyawa organik
pada tumbuhan
Mati dan meluruh
Hidrokarbon karbon dalam batu bara,
minyak, dan gas
Bikarbonat dalam air tanah
Mineral karbonat
Asam karbonat
dalam air hujan

Bikarbonat karbonat
di lautan, danau,
dan sungai
2. ALKANA DAN GUGUS ALKIL
Alkana
Rumus Umum
: C n H 2n+2
Tata Nama
: Deret homolog alkana
Contoh: CH4 metana CH3CH3
etana, dst
Sifat Fisik
: Non polar, titik didih rendah, tidak larut dalam air
Sifat Kimia
:
7. Reaksi Halogenasi melalui mekanisme radikal bebas
8. Reaksi Pembakaran
Alkil
A lkana yang kehilangan satu atom hidrogen.
Rumus umum
: R-
Tata nama
: deret homolog alkana dimana akhiran–ana diganti–il.
Contoh: CH3- metil
CH3CH2- etil dst.
SENYAWA KARBON
1. MOLEKUL SEDERHANA YANG MENGANDUNG KARBON
CO2
+ H 2 O
H2CO3
H2CO3
H+
+
HCO3- (pK1)
HCO3
-
H+
+
CO32- (pK2)
CaCO3 + H2CO3
Ca(HCO3)2
Karbon dioksida di atmosfer
Respirasi
Fotosintesis
Senyawa organik
pada binatang
Senyawa organik
pada tumbuhan
Mati dan meluruh
Hidrokarbon karbon dalam batu bara,
minyak, dan gas
Bikarbonat dalam air tanah
Mineral karbonat
Asam karbonat
dalam air hujan

Bikarbonat karbonat
di lautan, danau,
dan sungai
2. ALKANA DAN GUGUS ALKIL
Alkana
Rumus Umum
: C n H 2n+2
Tata Nama
: Deret homolog alkana
Contoh: CH4 metana CH3CH3
etana, dst
Sifat Fisik
: Non polar, titik didih rendah, tidak larut dalam air
Sifat Kimia
:
7. Reaksi Halogenasi melalui mekanisme radikal bebas
8. Reaksi Pembakaran
Alkil
A lkana yang kehilangan satu atom hidrogen.
Rumus umum
: R-
Tata nama
: deret homolog alkana dimana akhiran–ana diganti–il.
Contoh: CH3- metil
CH3CH2- etil dst.

You might also like