Professional Documents
Culture Documents
Gugus fungsi merupakan bagian yang aktif dari suatu senyawa karbon.
Apabila senyawa karbon yang memiliki gugus fungsi bereaksi dengan suatu
zat, maka gugus fungsi itu akan mengalami perubahan, sedangkan bagian
yang lain umumnya tetap. Berdasarkan gugus fungsi yang dimilikinya,
senyawa-senyawa karbon dikelompokkan kedalam kelompok alkohol, eter,
aldehid, keton, asam karboksilat, ester.
Oksi
-O- Alkoksi alkana C 2 H 5 -O- C 2 H 5
Aldehid
-CHO Alkanal CH 3 -CHO
Karbonil
-CO Alkanon CH 3 -CO- CH 3
Karboksil
-COOH Asam alkanoat C 2 H 5 -COOH
Alkil-
-COO- Ester C 2 H 5 -COOC 2 H 5
alkanoat
ALKOHOL
ETER
Eter atau nama resminya berdasarkan aturan IUPAC alkoksi alkana, yang
dianggap sebagai turunan alkana, mempunyai rumus umum R-O-R’ atau
CnH2n+2O. Bila R=R’ disebut eter sederhana, sedangkan bila R bukan R’
disebut eter majemuk.
ALDEHID
KETON
ASAM KARBOKSILAT
Asam karboksilat atau Alkanoat memiliki rumus umum CnH2nO2 atau R-
COOH. Gugus karboksilat (-COOH) merupakan gabungan dari gugus karbonil
dan hidroksil. Senyawa ini dianggap turunan alkana dan diberi nama asam
alkanoat atau dengan nama yang lebih lama, asam alkana karboksilat.
ESTER
Sekarang kita sampai pada stuktur dan reaksi yang menyangkut gugus fungsi penting
dalam kimia organik, yaitu gugus karbonil, C = O. Gugus ini dimiliki oleh golongan
senyawa aldehida, keton, asam karboksilat, ester dan turunan lainnya. Senyawa ini
penting dalam banyak proses biologi dan merupakan mata niaga penting pula. Aldehida
mempunyai paling sedikit satu atom hidrogen melekat pada gugus karbonil. Gugus
lainnya dapat berupa gugus hydrogen, alkil atau aril.
Aldehid adalah suatu senyawa yang mengandung gugus karbonil (C=O) yang terikat
pada sebuah atau dua buah unsur hidrogen. Aldehid berasal dari “alkohol
dehidrogenatum“. (cara sintesisnya).
- Sifat-sifat kimia aldehid dan keton umumnya serupa, hanya berbeda dalam
derajatnya. Unsur C kecil larut dalam air (berkurang + C).
- Sifat-sifat : satu-satunya aldehid yang berbentuk gas pada suhu kamar, tak
berwarna, baunya tajam, larutanya dalam H2O dari 40 % disebut formalin.
Pembuatan aldehid :
Keton adalah suatu senyawa organik yang mempunyai sebuah gugus karbonil (C=O)
terikat pada dua gugus alkil, dua gugus aril atau sebuah alkil dan sebuah aril. Sifat-sifat
sama dengan aldehid.
Struktur: (R)2-C=O
- Asilasi Friedel-Craft
Dalam sistem IUPAC, aldehida diberi akhiran –al (berasal dari suku pertama aldehida).
Contoh-contohnya adalah sebagai berikut :
Karena aldehida telah lama dikenal, nama-nama umum masih sering digunakan. Nama-
nama tersebut dicantumkan dibawah nama IUPAC-nya. Karena nama ini sering
digunakan, anda perlu juga mempelajarinya juga.
Untuk aldehida yang mempunyai subtituen, penomoran rantai dimulai dari karbon
aldehida sebagai mana contoh berikut :
Dalam sistem IUPAC, keton diberi akhiran-on (dari suku kata terakhir keton).
Penomoran dilakukan sehingga gugus karbonil mendapat nomor kecil. Biasanya keton
diberi nama dengan menambahkan kata keton setelah nama-nama gugus alkil atau aril
yang melekat pada gugus karbonil. Sama halnya dengan aldehida nama umum sering
digunakan. Contohnya adalah sebagai berikut :
Prinsip dasar
Dalam kebanyakan kasus, penamaan yang tidak mengikuti kaidah penamaan yang baik
dan benar bisa menghasilkan nama yang masih bisa dimengerti strukturnya — tentu saja
penamaan yang baik dan benar direkomendasikan untuk menghindari ambiguitas.
Sebagai contoh nama senyawa ]] induk dan mengidentifikasi gugus fungsi pada molekul
tersebut. Penomoran alkana induk dilakukan dengan menggunakan [[kaidah prioritas
Cahn
NH2CH2CH2OH
jika mengikuti aturan kaidah prioritas Cahn Ingold Prelog adalah 2-aminoetanol. Namun
nama 2-hidroksietanaamina juga secara jelas merujuk pada senyawa yang sama.
1. Terdapat dua karbon pada rantai induk, maka diberi nama dasar "et"
2. Karbon-karbon pada senyawa tersebut berikatan tunggal, maka diberi akhiran
"an"
3. Terdapat dua gugus fungsi pada senyawa tersebut, yakni alkohol (OH) dan amina
(NH2). Alkohol memiliki nomor atom dan prioritas yang lebih tinggi dari amina,
dan akhiran dari alkohol adalah "ol", maka akhiran majemuk yang terbentuk
adalah "anol".
4. Gugus amina tidak berada pada satu karbon yang sama dengan gugus OH (karbon
nomor 1), namun melekat pada karbon nomor 2, oleh karena itu ia
diidentifikasikan dengan awalan "2-amino".
5. Setelah awalan, nama dasar, dan akhirannya digabung, kita mendapat "2-
aminoetanol".
Terdapat pula sistem penamaan lama untuk senyawa organik, dikenal sebagai tatanama
umum, yang sering digunakan untuk menamakan senyawa yang sederhana maupun
senyawa yang sangat kompleks sehingga nama IUPAC menjadi sangat panjang untuk
digunakan.
Alkana
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Alkana
Alkana yang berantai tunggal memiliki akhiran "-ana" dan diberikan awalan tergantung
pada jumlah atom dalam rantai tersebut mengikuti aturan imbuhan pengganda IUPAC:
Juml
ah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 20 30
karb
on
Awal Me Et Pro Bu Pen Hek Hep Ok No De Unde Dode Tride Tetrad Pentad Eiko Triak
an t- - p- t- t- s- t- t- n- k- k- k- k- ek- ek- s- ont
Sebagai contoh alkana paling sederhana CH4 adalah metana dan alkana berkarbon
sembilan CH3(CH2)7CH3 adalah nonana. Hal yang sama juga berlaku pada alkana
berkarbon 157 CH3(CH2)155CH3, dinamakan heptapentahektana.
Tanda kurung digunakan untuk mengindikasikan pengulangan dari molekul yang
dikurung, (CH2)155 mengindikasikan sebuah molekul yang terdiri dari 155 rantai CH2.
Alkana siklik diberi nama dengan menggunakan awalan "siklo-", sebagai contoh C4H8
dinamakan siklobutana dan C6H12 dinamakan sikloheksana
Alkana bercabang dinamakan dengan menggunakan nama alkana berantai tunggal yang
dilekatkan gugus alkil. Gugus alkil ini diberi awalan angka yang mengindikasikan di
mana ia melekat pada karbon tertentu. Gugus alkil ini diberi sisipan "-il-". Sebagai contoh
(CH3)2CHCH3 bisa dianggap sebagai rantai propana yang dilekatkan dua gugus metil di
karbon nomor 2. Senyawa ini diberi nama 2-metilpropana. Awalan angka dapat dihapus
jika ia tidak menimbulkan ambiguitas, jadi 2-metilpropana ditulis sebagai metilpropana
(struktur 1-metilpropana adalah identik dengan butana).
Jika terdapat ambiguitas dalam posisi substituen, yakni karbon mana yang dinomori
sebagai "1", dipilih penomoran dengan angka yang paling kecil. Sebagai contoh,
(CH3)2CHCH2CH3 (isopentana) dinamakan 2-metilbutana, bukan not 3-metilbutana. Oleh
karena tidak ada struktur lain yang bernama metilbutana kecuali 3-metilbutana, awalan
angka 3 ini dapat dihapus.
Jika terdapat cabang-cabang rantai dengan alkil yang sama, posisi mereka dipisahkan
dengan koma dan diberi awalan di-, tri-, tetra-, dsb., tergantung pada jumlah cabang
tersebut, contohnya C(CH3)4 dinamakan 2,2-dimetilpropana. Jika terdapat gugus alkil
yang berbeda, maka mereka disusun menurut susunan abjad dan dipisahkan dengan koma
maupun tanda hubung: 3-etil-4-metilheksana. Dalam hal ini rantai induk diambil dari
rantai yang paling panjang, oleh karena itu 2,3-dietilpentana adalah nama yang salah.
Awalan di-, tri-, dsb tidak dihiraukan ketika kita mengurutkan gugus alkil (contohnya 3-
etil-2,4-dimetilpentana, bukan 2,4-dimetil-3-etilpentana). Jika terdapat beberapa
kemungkinan rantai paling panjang, maka rantai yang memililki cabang terbanyaklah
yang digunakan.
Sub-cabang dari rantai samping diberikan imbuhan sesuai dengan sistem penomoran
sekunder pada cabang samping, penomoran dimulai dari titik cabang rantai utama dan
seluruh rantai samping dikurung dan dianggap sebagai substituen tunggal. Contohnya 4-
(1-metiletil)oktana adalah rantai oktana dengan cabang rantai di karbon nomor 4, cabang
tersebut terdiri dari gugus etil dengan gugus metil yang melekat pada cabang etil.
Alkena dinamakan dari rantai induk alkana dengan akhiran "-ena" dan awalan angka
yang mengindikasikan posisi ikatan rangkap karbon pada rantai: CH2=CHCH2CH3
dinamakan 1-butena. Etena (etilena) dan propena (propilena) tidak memerlukan imbuhan
angka karena tidak ada kemungkinan terjadinya ambiguasi pada struktur senyawa. Sama
seperti kaidah sebelumnya, nomor yang diambil adalah nomor yang paling kecil.
Ikatan rangkap yang lebih dari satu diberikan imbuhan majemuk -adiena, -atriena, dll.
sesuai dengan berapa banyaknya ikatan rangkap tersebut: CH2=CHCH=CH2 dinamakan
1,3-butadiena. Isomer cis dan trans diindikasikan dengan awalan cis- atau trans-: cis-2-
butena, trans-2-butena. Isomer geometrik lainnya yang lebih rumit dapat diindikasikan
dengan menggunakan kaidah prioritas Cahn Ingold Prelog.
Alkuna dinamakan dengan cara yang sama dengan alkena, namun dengan akhiran "-una"
yang mengindikasikan ikatan rangkap tiga, misalnya etuna dan propuna.
[sunting] Alkohol
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Alkohol
Alkohol (R-OH) dinamakan dengan menghilangkan huruf paling akhir "a" dari alkana
dan dipasangkan dengan akhiran "-ol" dengan imbuhan angka yang mengindikasikan
posisi ikatan gugus alkohol: CH3CH2CH2OH dinamakan 1-propanol. (Metanol dan etanol
tidak memerlukan imbuhan angka karena tidak ada ambiguasi dalam strukturnya).
Akhiran -diol, -triol, -tetraol, dll. digunakan jika gugus alkohol dalam suatu senyawa
lebih dari satu: Etilena glikol CH2OHCH2OH dinamakan 1,2-etanadiol.
Jika terdapat gugus fungsi lain yang memiliki prioritas lebih tinggi, maka awalan
"hidroksi" digunakan untuk mengind
SENYAWA HIDROKARBON
Disebut Hidrokarbon : mengandung unsur
C dan H
2. Alkena (CnH2n)
3. Alkuna (CnH2n-2)
ALKANA
Sukar bereaksi
sikloheksana
PEMBUATAN ALKANA :
Hidrogenasi senyawa Alkena
PENGGUNAAN ALKANA :
Metana : zat bakar, sintesis, dan carbon black
(tinta,cat,semir,ban)
Propana, Butana, Isobutana : zat bakar LPG
(Liquified Petrolium Gases)
Sisa destilasi :
ALKENA
Hidrokarbon tak jenuh ikatan rangkap dua
PENGGUNAAN ETENA :
Dehidrasi alkohol
Dehalogenasi dihalida
Reduksi alkuna
ALKUNA
Penggunaan etuna :
Untuk penerangan
PEMBUATAN ALKUNA
SENYAWA AROMATIK
BENZEN =C6H6
Pengunaan Benzen :
Dahulu sebagai bahan bakar motor
ALKIL HALIDA
CH3-CH2-CH2-CH2-Cl (CH3)2CH-Br
(CH3)3C-Br
Primer
sekunder tersier
CH2-Cl
CH2=CH2-Cl
Halogenasi
R R
Struktur Alkohol : R - OH
PEMBUATAN ALKOHOL :
Oksi mercurasi – demercurasi
Hidroborasi – oksidasi
Sintesis Grignard
PENGGUNAAN ALKOHOL :
Metanol : pelarut, antifreeze radiator mobil,
sintesis
formaldehid,metilamina,metilklorida,metilsalisila
t, dll
FENOL
Mudah dioksidasi
struktur OH
ETER
• Mudah terbakar
• Unsur C yang sama TD eter > TD alkana dan < TD
alkohol (metil, n-pentil eter 100oC, n-heptana 98oC,
heksil alkohol 157oC).
CH3-CH2-O-
C6H5 (fenil etil eter)
PEMBUATAN ETER :
Sintesis Williamson
PENGGUNAAN ETER :
ä Dietil eter : sbg obat bius umum, pelarut dari
minyak, dsb.
AMINA
CH3-CH2-CH2-CH2-NH2 (CH3)2NH
(CH3)3N
Primer
sekunder tersier
• Amina siklis
• Amina campuran
PEMBUATAN AMINA :
Reduksi senyawa nitro
PENGGUNAAN AMINA :
ä Sebagai katalisator
ALDEHID
KETON
Struktur : (R)2-C=O
PEMBUATAN KETON
Asilasi Friedel-Craft
Reaksi asam klorida dengan organologam
ASAM KARBOKSILAT
Valelat
PEMBUATAN AMIDA :
Reaksi asam karboksilat dengan amoniak
PENGGUNAAN AMIDA :
ä Formamida berbentuk cair, sebagai pelarut.
PEMBUATAN ESTER :
Reaksi alkohol dan asam karboksilat
PENGGUNAAN ESTER :
ä Sebagai pelarut, butil asetat (pelarut dalam
industri cat).
OOO
R – C R – C – R atau R – C – R’
aldehida keton
Aldehida dan keton adalah senyawa yang sangat penting beberapa diantaranya seperti
aseton (CH3COCH3), metil keton (CH3COC2H5) dipakai dalam jumlah besar sebagai
pelarut (Pire, 1988).
Ada beberapa perbedaan antara aldehid dan keton pada sifat dan struktur yang
mempengaruhinya:
b. Aldehid biasanya lebih reaktif dari keton, terhadap suau reagen yang sama. Hal ini
disebabkan karena atom karbonil dari aldehid kurang dilindungi dibandingkan
dengan keton, begitu pula aldehid lebih mudah dioksidasi dari keton
c. Aldehid kalau teroksidasi akan menghasilkan asam karboksilat dengan jumlah atom
yang sama tetapi untuk keton tidak, dikarenakan pada keton sering mengalami
pemutusan ikatan yang menghasilkan 2 ikatan asamkarboksilat dengan jumlah atom
karbon dari keton mula-mula (akibat putusnya ikatan karbon), keton siklik
menghasilkan asam karboksilat dengan jumlah atom karbon yang sama banyak.
Jadi perbedaan kereaktifan antara aldehid dan keton melalui oksidator dapat digunakan
untuk membedakan kedua senyawa tersebut (Fessenden, 1992).
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aldehid dan keton merupakan dua dari sekian banyak contoh kelompok senyawa organik
yang mengandung gugus karbonil. Aldehid itu sendiri merupakan salah satu senyawa
karbon yang mengandung gugus karbonil (-CO-), dimana satu tangan mengikat gugus
alkil dan tangan yang lain mengikat atom hidrogen. Sedangkan keton hampir sama
dengan aldehid, hanya saja pada keton kedua tangan atom karbon mengikat gugus alkil.
Struktur umum aldehid yaitu R-CHO.Struktur umum keton yaitu R-CO-R’.
Aldehid dan keton banyak terdapat dalam sistem makhluk hidup.Seperti gula ribosa dan
hormon progesteron merupakan contoh dari aldehid dan keton. Aldehid dan keton
mempunyai bau yang khas, yang pada umumnya aldehid berbau merangsang sedangkan
keton berbau harum.
Aldehid dan keton menyumbangkan manfaat yang cukup besar dalam kehidupan. Salah
stu contohnya yaitu metanal yang merupakan contoh dari senyawa aldehid. Metanal ini
lebih dikenal dengan nama formaldehida. Larutan formaldehida 40% digunakan sebagai
antiseptik atau yang dikenal dengan sebutan formalin. Sedangkan pada keton yang
pailing banyak dikenal yaitu aseton yang digunakan sebagai pelarut dan pembersih kaca.
Oleh karena banyak manfaatnya maka kita harus mampu membedakan mana senyawa
keton dan senyawa aldehid agar tidak terjadi kekeliruan dalam pemanfaatannya.
B. Tujuan
Membedakan senyawa aldehid dan keton dengan menggunakan “Uji Tollen“
B. Pembahasan
Hal yang membedakan Aldehid dengan keton yaitu kemampuan kedua senyawa ini
apabila dioksidasi. Aldehid hádala larutan yang mudah sekali dioksidasi dengan
menggunaknan Uji Tollens, sedangkan Keton tidak. Sifat inilah yang dimanfaatkan untuk
dapat membedakan Aldehid dengan Keton. Apabila statu sampel direaksikan dengan
pereaksi tollens kemudian dipanaskan dan muncul endapan cermin perak pada dinding
tabung reaksi maka dapat dikatakan bahwa sampel itu merupakan salah satu dari senyawa
aldehid.
Pada praktikum kali ini menggunakan empat jenis sampel yang diuji apakah dia termasuk
ke dalam senyawa aldehid atau senyawa keton. Sampel-sampel tersebut antara lain
asetaldehid, aseton, glucosa, dan fructosa.
Pada percobaan terhadap asetaldehid mula-mula ditambah dengan air, warnanya tetap
bening dan tidak ada endapan sama sekali pada dasar tabung reaksinya. Kemudian
ditambahkan dengan pereaksi tollens, maka terjadi perubahan. Warna larutan menjadi
keruh dan munculnya endapan. Lalu larutan ini dipanaskan, dan terjadi perubahan yaitu
warna larutan agak keruh abu-abu dan timbal cermin perak pada dinding tabung. Warna
larutan berubah menjadi gelap. Dengan munculnya cermin perak pada dinding tabung
reaksi pada percobaan kali ini maka dapat dinyatakan bahwa asetaldehid merupakan
salah satu contoh dari senyawa aldehid.
Selanjutnya menggunakan sampel kedua yaitu aseton. Aseton ditambahkan dengan air,
warna bening dan tidak terbentuk endapan. Kemudian ditambahkan pereaksi tollens,
tidak terjadi perubahan. Warna tetap bening dan tidak terbentuk endapan. Kemudian
larutan ini dipanaskan, warna larutan menjadi keruh coklat kehitaman dan tidak terbentuk
cermin perak melainkan terbentuk endapan warna kehitaman. Dari pengamatan ini dapat
dinyatakan bahwa aseton bukan merupakan salah satu senyawa aldehid, tetapi aseton
merupakan senyawa keton,
Sampel berikutnya yaitu glucosa. Telah diketahui bahwa glukosa merupakan salah satu
karbohidrat monosakarida yang merupakan sumber energi bagi makhluk hidup. Glukosa
pada praktikum kali ini ditambahkan dengan air, warna bening dan tidak terbentuk
endapan. Kemudian glukosa ditambahkan dengan pereaksi tollens, terjadi perubahan
yaitu pada warna menjadi agak keruh dan ada endapannya. Kemudian larutan ini
dipanaskan dan warna berubah menjadi keruh abu-abu, dan terbentuknya endapan cermin
perak pada dinidng tabung reaksi. Terdapatnya cermin perak ini membuktikan bahwa
glukosa merupakan salah satu dari senyawa aldehid.
Sampel tang terakhir yaitu fruktosa. Sama dengan glukosa, fruktosa juga merupakan
salah satu jenis karbohidrat monosakarida. Apabila fruktosa ditambahkan dengan air
warna yang terjadi tetap bening dan tidak ada endapan. Kemudian ditambahkan dengan
pereaksi tollens maka warna berubah menjadi keruh coklat kehitaman dan terdapat
endapan. Kemudian larutan ini dipanaskan maka warna menjadi keruh coklat dan
terbentuklah endapan cermin perak pada dinding tabung reaksi. Jadi sama seperti
glukosa, fruktosa juga merupakan salah satu senyawa aldehid.
Dari keempat sampel yang digunakan, yang bukan senyawa aldehid melainkan keton
adalah Aseton. Ketiga larutan yaitu asetaldehid, glukosa, dan fruktosa termasuk ke dalam
senyawa aldehid. Aseton tidak dapat membentuk cerminperak karena aseton tidak
mempunyai atom hidrogen yang terikat pada gugus karbon. Kedua tangan gugus
karbonnya sudah mengikat dua gugus alkil sehingga aseton tidak mengalami oksidasi
ketika ditambah pereaksi tollens dan dipanaskan. Pada asetaldehid, glukosa dan fruktosa
oksidasi terjadi denagn mudah karena ketiganya lebih reaktif.
VI. PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan menggunakan uji tollens ternyata mudah untuk membedakan mana senyawa
aldehid dan keton. Suatu sampel dap
Keton / Alkanon
1. Rumus Umum
Alkanon merupakan golongan senyawa karbon dengan gugus fungsi karbonil (–C=O).
Gugus fungsi karbonil terletak di tengah, diapit dua buah alkil. Sehingga alkanon
mempunyai rumus umum sebagai berikut : R-CO-R1
2. Tata Nama
Penamaan senyawa-senyawa alkanon atau keton juga ada dua cara yaitu :
1) Menurut IUPAC mengikuti nama alkanannya dengan mengganti akhiran “ ana “ dalam
alkana menjadi “ anom “ dalam alkanon.
2) Dengan cara Trivial yaitu dengan menyebutkan nama kedua gugus alkilnya, kemudian
diikuti akhiran “ Keton “.
Contoh :
Tabel TATA NAMA ALKANON/KETON
4. Kegunaan Alkanon
Senyawa alkanon yang paling banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah
aseton (propanon). Aseton banyak digunakan sebagai :
1) Pelarut senyawa karbon misalnya : sebagai pembersih cat kuku
2) Bahan baku pembuatan zat organik lain seperti klaroform yang digunakan sebagai obat
bius.
3) Selain aseton, beberapa senyawa alkanon banyak yang berbau harum sehingga
digunakan sebagai campuran parfum dan kosmetika lainnya.
5. REAKSI-REAKSI KETON
Keton adalah golongan senyawa organik yang memiliki rumus umum R-COR' . Reaksi
yang dapat terjadi pada keton adalah:
Reduksi
Keton merupakan reduktor yang lebih lemah daripada aldehida. Zat-zat pengoksidasi
lemah seperti pereaksi Tollens dan pereksi Fehling tidak dapat mengoksidasi keton. Oleh
karena itu, aldehida dan keton dapat dibedakan dengan menggunakan pereaksi-pereaksi
tersebut.
Reduksi keton oleh hidrogen akan menghasilkan alkohol sekunder:
SENYAWA KARBON
Bikarbonat karbonat
di lautan, danau,
dan sungai
2. ALKANA DAN GUGUS ALKIL
Alkana
Rumus Umum
: C n H 2n+2
Tata Nama
: Deret homolog alkana
Contoh: CH4 metana CH3CH3
etana, dst
Sifat Fisik
: Non polar, titik didih rendah, tidak larut dalam air
Sifat Kimia
:
7. Reaksi Halogenasi melalui mekanisme radikal bebas
8. Reaksi Pembakaran
Alkil
A lkana yang kehilangan satu atom hidrogen.
Rumus umum
: R-
Tata nama
: deret homolog alkana dimana akhiran–ana diganti–il.
Contoh: CH3- metil
CH3CH2- etil dst.
SENYAWA KARBON
1. MOLEKUL SEDERHANA YANG MENGANDUNG KARBON
CO2
+ H 2 O
H2CO3
H2CO3
H+
+
HCO3- (pK1)
HCO3
-
H+
+
CO32- (pK2)
CaCO3 + H2CO3
Ca(HCO3)2
Karbon dioksida di atmosfer
Respirasi
Fotosintesis
Senyawa organik
pada binatang
Senyawa organik
pada tumbuhan
Mati dan meluruh
Hidrokarbon karbon dalam batu bara,
minyak, dan gas
Bikarbonat dalam air tanah
Mineral karbonat
Asam karbonat
dalam air hujan
Bikarbonat karbonat
di lautan, danau,
dan sungai
2. ALKANA DAN GUGUS ALKIL
Alkana
Rumus Umum
: C n H 2n+2
Tata Nama
: Deret homolog alkana
Contoh: CH4 metana CH3CH3
etana, dst
Sifat Fisik
: Non polar, titik didih rendah, tidak larut dalam air
Sifat Kimia
:
7. Reaksi Halogenasi melalui mekanisme radikal bebas
8. Reaksi Pembakaran
Alkil
A lkana yang kehilangan satu atom hidrogen.
Rumus umum
: R-
Tata nama
: deret homolog alkana dimana akhiran–ana diganti–il.
Contoh: CH3- metil
CH3CH2- etil dst.