You are on page 1of 12

c

  
c c

c
c
cc
c c
  c
c c c
c

ñ   
c
c
c
c
cc
c
c Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas tersusunnya makalah
agama islam.
Adapun makalah ini ditulis sebagai bentuk penilaiannyang merupakan satu kewajiban
dari mahasiswa angkatan 2010 khususnya jurusan Teknik Lingkungan.
Pada kesempatan ini saya ucapkan terima kasih atas saran, bantuan dan dorongan kepada
paradosen. Dan seluruh pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini, khususnya
buat teman-teman Teknik Lingkungan tercinta.

Atas keterbatasan kemampuan saya dalam menyusun makalah ini, tentulah dalam
makalah ini masih banyak kekurangan. Saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari semua pihak. Akhir kata semoga makalah ini berguna dan bermanfaat
bagi penyusun pada khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya

Yogyakarta, 12 Desember 2010

c
c

 c

   cc

  c   dan 
  

   c

ºc
c
ϡ ϱ Ρέϝ΍ ϥϡΡέϝ΍ ϩ ϝϝ΍ ϡ αΏ

ΩωΏ ΍ ϡ΃ .ϥϱϝ α
έϡ ϝ΍ ϑέ ε΃ ϯϝ ω ϡ΍ϝα
ϝ΍ ϭ Γ΍ϝι
ϭ ,ϥ ϱϡ ϝ΍ωϝ΍ Ώέ ϩϝϝΩϡΡ ϝ΍ :

c
  c
  cmenurut bahasa artinya adalah ³berkembang´ ( c  `) atau ³pensucian´ ( c  
!". Adapun menurut syara¶, zakat adalah hak yang telah ditentukan besarnya yang wajib
dikeluarkan pada harta-harta tertentu (  c 

! c# $ cc %  c
 & ## "c'  c()c*c"c

Dengan perkataan ³hak yang telah ditentukan besarnya´ (  c 

! ), berarti
zakat tidak mencakup hak-hak ±berupa pemberian harta± yang besarnya tidak ditentukan,
misalnya hibah, hadiah, wasiat, dan wakaf. Dengan perkataan ³yang wajib (dikeluarkan)´
'# $ ), berarti zakat tidak mencakup hak yang sifatnya sunnah atau tathawwu¶, seperti
shadaqah tathawwu¶ (sedekah sunnah). Sedangkan ungkapan ³pada harta-harta tertentu´ (c
%  c & ## ) berarti zakat tidak mencakup segala macam harta secara umum,
melainkan hanya harta-harta tertentu yang telah ditetapkan berdasarkan nash-nash syara¶
yang khusus, seperti emas, perak, onta, domba, dan sebagainya.

Bagaimana kaitan atau perbedaan definisi zakat ini dengan pengertian infaq dan shadaqah?
Al Jurjani dalam kitabnya At Ta¶rifaat menjelaskan bahwa infaq adalah penggunaan harta
untuk memenuhi kebutuhan ( ! c c c $ ) (Al Jurjani, tt : 39). Dengan
demikian, infaq mempunyai cakupan yang lebih luas dibanding zakat. Dalam
kategorisasinya, infak dapat diumpamakan dengan ³alat transportasi´ ±yang mencakup kereta
api, mobil, bus, kapal, dan lain-lain± sedang zakat dapat diumpamakan dengan ³mobil´,
sebagai salah satu alat transportasi.

Maka hibah, hadiah, wasiat, wakaf, nazar (untuk membelanjakan harta), nafkah kepada
keluarga, kaffarah (berupa harta) ±karena melanggar sumpah, melakukan zhihar, membunuh
dengan sengaja, dan jima¶ di siang hari bulan Ramadhan±, adalah termasuk infaq. Bahkan
zakat itu sendiri juga termasuk salah satu kegiatan infak. Sebab semua itu merupakan upaya
untuk memenuhi kebutuhan, baik kebutuhan pihak pemberi maupun pihak penerima.

Dengan kata lain, infaq merupakan kegiatan penggunaan harta secara konsumtif ±yakni
pembelanjaan atau pengeluaran harta untuk memenuhi kebutuhan± bukan secara produktif,
yaitu penggunaan harta untuk dikembangkan dan diputar lebih lanjut secara ekonomis
' #  c "

c
c
Adapun istilah shadaqah, maknanya berkisar pada 3 (tiga) pengertian berikut ini :

!  
 adalah pemberian harta kepada orang-orang fakir, orang yang
membutuhkan, ataupun pihak-pihak lain yang berhak menerima shadaqah, tanpa disertai
imbalan (Mahmud Yunus, 1936 : 33, Wahbah Az Zuhaili, 1996 : 919). Shadaqah ini
hukumnya adalah sunnah, bukan wajib. Karena itu, untuk membedakannya dengan zakat
yang hukumnya wajib, para fuqaha menggunakan istilah shadaqah tathawwu¶ atau ash
shadaqah an nafilah (Az Zuhaili 1996 : 916). Sedang untuk zakat, dipakai istilah ash
shadaqah al mafrudhah (Az Zuhaili 1996 : 751). Namun seperti uraian Az Zuhaili (1996 :
916), hukum sunnah ini bisa menjadi haram, bila diketahui bahwa penerima shadaqah akan
memanfaatkannya pada yang haram, sesuai kaidah syara¶ :

+c%   c c ! c ! ,cc

³Segala perantaraan kepada yang haram, hukumnya haram pula´.

Bisa pula hukumnya menjadi wajib, misalnya untuk menolong orang yang berada dalam
keadaan terpaksa (mudhthar) yang amat membutuhkan pertolongan, misalnya berupa
makanan atau pakaian. Menolong mereka adalah untuk menghilangkan dharar (izalah adh
dharar) yang wajib hukumnya. Jika kewajiban ini tak dapat terlaksana kecuali
denganshadaqah, maka shadaqah menjadi wajib hukumnya, sesuai kaidah syara¶ :

+c- c c#  c% $ c c c % c% $ ´

³Segala sesuatu yang tanpanya suatu kewajiban tak terlaksana sempurna, maka sesuatu itu
menjadi wajib pula hukumnya´

Dalam µurf (kebiasaan) para fuqaha, sebagaimana dapat dikaji dalam kitab-kitab fiqh
berbagai madzhab, jika disebut istilah shadaqah secara mutlak, maka yang dimaksudkan
adalah shadaqah dalam arti yang pertama ini ±yang hukumnya sunnah± bukan zakat.


, shadaqah adalah identik dengan zakat (Zallum, 1983 : 148). Ini merupakan makna
kedua dari shadaqah, sebab dalam nash-nash syara¶ terdapat lafazh ³shadaqah´ yang berarti
zakat. Misalnya firman Allah SWT :

³Sesungguhnya zakat-zakat itu adalah bagi orang-orang fakir, orang-orang miskin, amil-amil
zakat «´ (QS At Taubah : 60)

Dalam ayat tersebut, ³zakat-zakat´ diungkapkan dengan lafazh ³ash shadaqaat´. Begitu pula
sabda Nabi SAW kepada Mu¶adz bin Jabal RA ketika dia diutus Nabi ke Yaman :

³«beritahukanlah kepada mereka (Ahli Kitab yang telah masuk Islam), bahwa Allah telah
mewajibkan zakat atas mereka, yang diambil dari orang kaya di antara mereka, dan diberikan
kepada orang fakir di antara mereka«´ (HR. Bukhari dan Muslim).

Pada hadits di atas, kata ³zakat´ diungkapkan dengan kata ³shadaqah´.

c
c
Berdasarkan nash-nash ini dan yang semisalnya, shadaqah merupakan kata lain dari zakat.
Namun demikian, penggunaan kata shadaqah dalam arti zakat ini tidaklah bersifat mutlak.
Artinya, untuk mengartikan shadaqah sebagai zakat, dibutuhkan qarinah (indikasi) yang
menunjukkan bahwa kata shadaqah ±dalam konteks ayat atau hadits tertentu± artinya adalah
zakat yang berhukum wajib, bukan shadaqah tathawwu¶ yang berhukum sunnah. Pada ayat
ke-60 surat At Taubah di atas, lafazh ³ash shadaqaat´ diartikan sebagai zakat (yang
hukumnya wajib), karena pada ujung ayat terdapat ungkapan ³faridhatan minallah´ (sebagai
suatu ketetapan yang diwajibkan Allah). Ungkapan ini merupakan qarinah, yang
menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan lafazh ³ash shadaqaat´ dalam ayat tadi, adalah
zakat yang wajib, bukan shadaqah yang lain-lain.

Begitu pula pada hadits Mu¶adz, kata ³shadaqah´ diartikan sebagai zakat, karena pada awal
hadits terdapat lafazh ³iftaradha´ (mewajibkan/memfardhukan). Ini merupakan qarinah
bahwa yang dimaksud dengan ³shadaqah´ pada hadits itu, adalah zakat, bukan yang lain.

Dengan demikian, kata ³shadaqah´ tidak dapat diartikan sebagai ³zakat´, kecuali bila
terdapat qarinah yang menunjukkannya.

Ketiga, shadaqah adalah sesuatu yang ma¶ruf (benar dalam pandangan syara¶). Pengertian ini
didasarkan pada hadits shahih riwayat Imam Muslim bahwa Nabi SAW bersabda : ³Kullu
ma¶rufin shadaqah´ (Setiap kebajikan, adalah shadaqah).

Berdasarkan ini, maka mencegah diri dari perbuatan maksiat adalah shadaqah, memberi
nafkah kepada keluarga adalah shadaqah, beramar ma¶ruf nahi munkar adalah shadaqah,
menumpahkan syahwat kepada isteri adalah shadaqah, dan tersenyum kepada sesama muslim
pun adalah juga shadaqah.

Agaknya arti shadaqah yang sangat luas inilah yang dimaksudkan oleh Al Jurjani ketika
beliau mendefiniskan shadaqah dalam kitabnya At Ta¶rifaat. Menurut beliau, shadaqah
adalah segala pemberian yang dengannya kita mengharap pahala dari Allah SWT (Al Jurjani,
tt : 132). Pemberian (al µathiyah) di sini dapat diartikan secara luas, baik pemberian yang
berupa harta maupun pemberian yang berupa suatu sikap atau perbuatan baik.

Jika demikian halnya, berarti membayar zakat dan bershadaqah (harta) pun bisa dimasukkan
dalam pengertian di atas. Tentu saja, makna yang demikian ini bisa menimbulkan kerancuan
dengan arti shadaqah yang pertama atau kedua, dikarenakan maknanya yang amat luas.
Karena itu, ketika Imam An Nawawi dalam kitabnya Sahih Muslim bi Syarhi An Nawawi
mensyarah hadits di atas (³Kullu ma¶rufin shadaqah´) beliau mengisyaratkan bahwa
shadaqah di sini memiliki arti majazi (kiasan/metaforis), bukan arti yang hakiki (arti
asal/sebenarnya). Menurut beliau, segala perbuatan baik dihitung sebagai shadaqah, karena
disamakan dengan shadaqah (berupa harta) dari segi pahalanya (min haitsu tsawab).
Misalnya, mencegah diri dari perbuatan dosa disebut shadaqah, karena perbuatan ini
berpahala sebagaimana halnya shadaqah. Amar ma¶ruf nahi munkar disebut shadaqah, karena
aktivitas ini berpahala seperti halnya shadaqah. Demikian seterusnya (An Nawawi, 1981 :
91).

Walhasil, sebagaimana halnya makna shadaqah yang kedua, makna shadaqah yang . ini
pun bersifat tidak mutlak. Maksudnya, jika dalam sebuah ayat atau hadits terdapat kata
³shadaqah´, tak otomatis dia bermakna segala sesuatu yang ma¶ruf, kecuali jika terdapat
qarinah yang menunjukkannya. Sebab sudah menjadi hal yang lazim dan masyhur dalam

c
c
ilmu ushul fiqih, bahwa suatu lafazh pada awalnya harus diartikan sesuai makna hakikinya.
Tidaklah dialihkan maknanya menjadi makna majazi, kecuali jika terdapat qarinah.
Sebagaimana diungkapkan oleh An Nabhani dan para ulama lain, terdapat sebuah kaidah
ushul menyebutkan :

+c  cc  c c  ,c

³Pada asalnya suatu kata harus dirtikan secara hakiki (makna aslinya).´ (Usman, 1996 : 181,
An Nabhani, 1953 : 135, Az Zaibari : 151)

Namun demikian, bisa saja lafazh ³shadaqah´ dalam satu nash bisa memiliki lebih dari satu
makna, tergantung dari qarinah yang menunjukkannya. Maka bisa saja, ³shadaqah´ dalam
satu nash berarti zakat sekaligus berarti shadaqah sunnah. Misalnya firman Allah :

³Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka«´ (At Taubah : 103)

Kata ³shadaqah´ pada ayat di atas dapat diartikan ³zakat´, karena kalimat sesudahnya ³kamu
membersihkan dan mensucikan mereka´ menunjukkan makna bahasa dari zakat yaitu ³that-
hiir´ (mensucikan). Dapat pula diartikan sebagai ³shadaqah´ (yang sunnah), karena sababun
nuzulnya berkaitan dengan harta shadaqah, bukan zakat. Menurut Ibnu Katsir (1989 : 400-
401) ayat ini turun sehubungan dengan beberapa orang yang tertinggal dari Perang Tabuk,
lalu bertobat seraya berusaha menginfakkan hartanya. Jadi penginfakan harta mereka, lebih
bermakna sebagai ³penebus´ dosa daripada zakat.

Karena itu, Ibnu Katsir berpendapat bahwa kata ³shadaqah´ dalam ayat di atas bermakna
umum, bisa shadaqah wajib (zakat) atau shadaqah sunnah (Ibnu Katsir, 1989 : 400). As
Sayyid As Sabiq dalam kitabnya Fiqhus Sunnah Juz I (1992 : 277) juga menyatakan,
³shadaqah´ dalam ayat di atas dapat bermakna zakat yang wajib, maupun shadaqah
tathawwu¶.

Ñc
c


    cc c c c


c c
  c
 cc cc c c
 ccc c
  c 
 cc
c  cc!c
cc c c
cc
c
 c
c      cc
c
c c"  cc  c
cc  

Adapun perbedaannya yaitu zakat hukumnya wajib sedangkan infaq dan sedekah hukumnya
sunnah. Atau zakat yang dimaksudkan adalah sesuatu yang wajib dikeluarkan, sementara
infaq dan shadaqah adalah istilah yang digunakan untuk sesuatu yang tidak wajib
dikeluarkan. Jadi pengeluaran yang sifatnya sukarela itu yang disebut infaq dan shadaqah.
zakat ditentukan nisabnya sedangkan infaq dan sedekah tidak memiliki batas, zakat
ditentukan siapa saja yang berhak menerimanya sedangkan infaq boleh diberikan kepada
siapa saja.

Perbedaannya juga dapat dicermati antara lain yaitu;

1) Zakat itu sifatnya wajib dan adanya ketentuannya/batasan jumlah harta yang harus zakat
dan siapa yang boleh menerima.

2.Infaq : sumbangan sukarela atau seikhlasnya (materi)

3.Sedekah: lebih luas dari infaq, karena yang disedekahkan tidak terbatas pada materi saja.

Sedangkan pengertian sedekah, zakat dan infaq yaitu sebagai berikut;

a"c/
 berasal dari kata m yang berarti benar. Orang yang suka bersedekah adalah
orang yang benar pengakuan imannya. Adapun secara terminologi syariat shadaqah makna
asalnya adalah  m 
 m  atau menetapkan / menerapkan sesuatu pada sesuatu.
Sikapnya sukarela dan tidak terikat pada syarat-syarat tertentu dalam pengeluarannya baik
mengenai jumlah, waktu dan kadarnya. Atau pemberian sukarela yang dilakukan oleh
seseorang kepada orang lain, terutama kebada orang-orang miskin setiap kesempatan terbuka
yang tidak di tentukan baik jenis, jumlah maupun waktunya, sedekah tidak terbatas pada
pemberian yang bersifat material saja tetapi juga dapat berupa jasa yang bermanfaat bagi
orang lain. Bahkan senyum yang dilakukan dengan ikhlas untuk menyenangkan orang lain
termasuk kategori sedekah. Shadaqoh mempunyai cakupan yang sangat luas dan digunakan
al-qur'an untuk mencakup segala jenis sumbangan.

/
 berarti memberi derma, termasuk memberikan derma untuk mematuhi hukum
dimana kata zakat digunakan didalam al-qur'an dan sunah. Zakat telah disebut pula sedekah
c
c
karena zakat merupakan sejenis derma yang diwajibkan sedangkan sedekah adalah sukarela,
zakat dikumpulkan oleh pemerintah sebagai suatu pengutan wajib, sedegkan sedekah lainnya
dibayarkan secara sukarela. Jumlah dan nisab zakat di tentukan, sedangkan jumlah sedekah
yang lainya sepenuhnya tergantung keinginan yang menyumbang.c

 .! csedekah sama dengan pengertian infaq, termasuk juga hukum dan ketentuan-
ketentuannya. Hanya saja shadaqoh mempunyai makna yang lebih luas lagi dibanding infaq.
Jika infaq berkaitan dengan materi, sedekah memiliki arti lebih luas, menyangkut juga hal
yang bersifat nonmateriil. Shadaqah ialah segala bentuk nilai kebajikan yang tidak terikat
oleh jumlah, waktu dan juga yang tidak terbatas pada materi tetapi juga dapat dalam bentuk
non materi, misalnya menyingkirkan rintangan di jalan, menuntun orang yang buta,
memberikan senyuman dan wajah yang manis kepada saudaranya, menyalurkan syahwatnya
pada istri dsb. Dan shadaqoh adalah ungkapan kejujuran (shiddiq) iman seseorang.

Hadits riwayat Imam Muslim dari Abu Dzar, Rasulullah menyatakan bahwa jika tidak
mampu bersedekah dengan harta, maka membaca tasbih, takbir, tahmid, tahlil, berhubungan
suami-istri, atau melakukan kegiatan amar ma¶ruf nahi munkar adakah sedekah.
Dalam hadist Rasulullah memberi jawaban kepada orang-orang miskin yang cemburu
terhadap orang kaya yang banyak bershadaqah dengan hartanya, beliau bersabda: !  
m   m  m  m  m  m  m  
 m  
 
m  


m 
 m
m  !(HR. Muslim)

b"c   secara bahasa (lughat), berarti : tumbuh; berkembang dan berkah (0c
!
1) atau dapat pula berarti membersihkan atau mensucikan (2/c  c*c"
Seorang yang membayar zakat karena keimanannya nicaya akan memperoleh kebaikan yang
banyakc c/3 berfirman : "Pungutlah zakat dari sebagian kekayaan mereka dengan
zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka.". (2/c*c  c*c)).
Sedangkan menurut terminologi syari'ah (istilah syara') zakat berarti kewajiban atas harta
atau kewajiban atas sejumlah harta tertentu untuk kelompok tertentu dalam waktu tertentu.

Zakat juga berarti derma yang telah ditetapkan jenis, jumlah, dan waktu suatu kekayaan atau
harta yang wajib diserahkan; dan pendayagunaannya pun ditentukan pula, yaitu dari umat
Islam untuk umat Islam. Atau Zakat adalah nama dari sejumlah harta tertentu yang telah
mencapai syarat tertentu (  " yang diwajibkan Allah SWT untuk dikeluarkan dan
diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu pula (2/c(*)c

). Ulama' Hanafiyyah mendefinisikan zakat dengan menjadikan hak milik bagian harta
tertentu dan harta tertentu untuk orang tertentu yang telah ditentukan oleh Syari' karena
Allah.c

Demikian halnya menurut mazhab Imam Syafi'i zakat adalah sebuah ungkapan keluarnya
harta atau tubuh sesuai dengan secara khusus. Sedangkian menurut mazhab Imam Hambali,
zakat ialah hak yang wajib dikeluarkan dari harta yang khusus untuk kelompok yang khusus
pula, yaitu kelompok yang disyaratkan dalam Al-Qur'an. Zakat mempunyai fungsi yang jelas
untuk menyucikan atau membersihkan harta dan jiwa pemberinya.

šc
c
c"c4   berasal dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan sesuatu (harta) untuk
kepentingan sesuatu. Menurut terminologi syariat, infaq berarti mengeluarkan sebagian dari
harta atau pendapatan/penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan Islam. Jika
zakat ada nishabnya, infaq tidak mengenal nishab. Infaq dikeluarkan setiap orang yang
beriman, baik yang berpenghasilan tinggi maupun rendah, apakah ia di saat lapang maupun
sempit (QS. 3:134). Jika zakat harus diberikan pada mustahik tertentu (8 asnaf), maka infaq
boleh diberikan kepada siapapun. Misalnya, untuk kedua orang tua, anak-yatim, dan
sebagainya (QS. 2:215).

4   adalah pengeluaran sukarela yang di lakukan seseorang, setiap kali ia memperoleh


rizki, sebanyak yang ia kehendakinya. Allah memberi kebebasan kepada pemiliknya untuk
menentukan jenis harta, berapa jumlah yang yang sebaiknya diserahkan.

Terkait dengan infak ini Rasulullah SAW bersabda dalam hadits yang diriwayatkan Bukhari
dan Muslim ada malaikat yang senantiasa berdo'a setiap pagi dan sore : !  
 

 
 


 

! 
 



 

  

!(HR. Bukhori)

c
c
c
c
c
c
c
c
c
c
c
c
c
c
c
c
c
c
c
c
 c
!
c4  c
c/ 5
5 .

Secara makna, infaq dan shodaqoh adalah sama. karena kedua-duanya sama-sama digunakan
untuk amalan wajib dan sunnah. Allah berfirman :

ϥ
˴ Ϯ˵Ϙϔ˶ ˸Ϩϳ˵ Ύ˴ϟϭ˴ Ϯ˵ϧΎ˴ϛ Ύ˴ϣ Ϧ
˴δ
˴ ˸Σ΃˴ Ϫ˵ Ϡ˴˷ϟ΍ Ϣ˵ Ϭ˵ ˴ϳΰ˶ ˸Πϴ˴ ϟ˶ ˸ϢϬ˵ ϟ˴ ΐ
˴ Θ˶ ϛ˵ Ύ˷ϟ˴·˶ Ύ˱ϳΩ˶ ΍˴ϭ ϥ
˴ Ϯ˵ότ
˴ ˸Ϙϳ˴ Ύ˴ϟϭ˴ Γ˱ ή˴ ϴ˶Βϛ˴ Ύ˴ϟϭ˴ Γ˱ ή˴ ϴ˶ϐλ
˴ Δ˱ Ϙ˴ ϔ˴ ϧ˴ ϥ
˴ Ϯ˵ϠϤ˴ ˸ό˴ϳ ΍

Artinya : "dan mereka tiada menafkahkan suatu nafkah yang kecil dan tidak (pula) yang besar
dan tidak melintasi suatu lembah, melainkan dituliskan bagi mereka (amal saleh pula) karena
Allah akan memberi balasan kepada mereka yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan."(QSAt-Taubah:121)

 c# .c! c ! c


 6   c
c

ϥ
˴ Ϯ˵Ϙϔ˶ ˸Ϩϳ˵ ˸Ϣϫ˵ Ύ˴Ϩ˸ϗί˴ έ˴ Ύ˷Ϥ˴ ϣ˶ ϭ˴ Γ˴ Ύ˴Ϡμ
˴˷ ϟ΍ ϥ
˴ Ϯ˵Ϥϴ˶Ϙϳ˵ϭ˴ ΐ
˶ ˸ϴϐ˴ ˸ϟΎ˶Α ϥ
˴ Ϯ˵Ϩϣ˶ ˸Άϳ˵ Ϧ
˴ ϳ˶άϟ˴˷΍

Artinya : "(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan
menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka. " (QS Al-Baqoro:3)

Jumhur (kebanyakan) ulama mengatakan dalam hal nafkah : nafkah disini meliputi nafkah
wajib kepada keluarga, anak-anak dan kerabat-kerabat serta meliputi shodaqoh
mustahabbah(sunnah).(SumberTafsirAl-Mannar)

c  '  "c  ! c1  c

Allah berfirman :

ϭ˴ Ώ
˶ Ύ˴ϗή˶˷ ϟ΍ ϲ˶ϓϭ˴ ˸ϢϬ˵ Α˵Ϯ˵Ϡϗ˵ Δ˶ ϔ˴ ϟ˴˷Ά˴ Ϥ˵ ˸ϟ΍˴ϭ Ύ˴Ϭ˸ϴϠ˴ϋ
˴ Ϧ
˴ ϴ˶Ϡϣ˶ Ύ˴ό˸ϟ΍˴ϭ Ϧ
˶ ϴ˶ϛΎ˴δϤ˴ ˸ϟ΍˴ϭ ˯˶ ΍˴ήϘ˴ ϔ˵ ˸Ϡϟ˶ Ε
˵ Ύ˴ϗΪ˴ μ
˴˷ ϟ΍ Ύ˴Ϥϧ˴˷·˶ ˸Α΍˴ϭ Ϫ˶ Ϡ˴˷ϟ΍ Ϟ
˶ ϴ˶Βγ
˴ ϲ˶ϓϭ˴ Ϧ
˴ ϴ˶ϣέ˶ Ύ˴ϐ˸ϟ΍ Ϟ
˶ ϴ˶Βδ
˴˷ ϟ΍ Ϧ
˶
˲Ϣϴ˶ϜΣ˴ ˲Ϣϴ˶Ϡϋ
˴ Ϫ˵ Ϡ˴˷ϟ΍˴ϭ Ϫ˶ Ϡ˴˷ϟ΍ Ϧ
˴ ϣ˶ Δ˱ π
˴ ϳ˶ήϓ˴

Artinya : "Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang


miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan)
budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam
perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Bijaksana." (QS At-Taubah : 60)

Allah menentukan 8 pihak yang berhak menerima zakat. orang fakir, miskin, pengurus zakat,
mu'allaf, untuk memerdekakan budak, yang berhutang, untuk yang dijalan Allah dan yang
bepergian yang kehabisan bekal.

c
c
c

c
c

You might also like