Professional Documents
Culture Documents
Suprasegmental
Oleh:
Ailah Dahlia
Indria Hapsari
Mardhana Ksatrya
Niken Prameswari
Novita Raini
Venni Astria
Yofiandhy Dwi Indrayana
Selain vokal dan konsonan masih ada
lagi unsur ucapan lainnya, unsur
tersebut kemudian disebut unsur
suprasegmental. Unsur ini adalah
aksen, jeda atau pause, intonasi dan
prominen.
Aksen Nada
• Jenis aksen bahasa Jepang adalah aksen nada,
tinggi dan rendah. Berfungsi sebagai pembeda
makna. Contoh dari Amanuma:
Kata Aksen Makna
Kami Tinggi-rendah Tuhan/dewa
Kami Rendah-tinggi Kertas
Kashiya Rendah-tinggi- Toko kue
rendah
Kashiya Rendah-tinggi- Rumah kontrakan
tinggi
Aksen bahasa Jepang memiliki ciri-ciri:
Dua makna:
a) “Ibu dari si Merry yang cantik”
b) “Ibu si Merry, yang cantik”
Pengucapan berpause (ditandai
dengan ?) :
a) /kire:namerisaNno?oka:saN
berakibat pemerian diantara /kire:na/
dan /merisaN/ menjadi berfungsi
sehingga yang cantik adalah Merry
b) /kire:na?merisaNnooka:saN
berakibat hubungan pemeriannya
dengan kata /merisaN/ menjadi
terputus sehingga yang cantik adalah
ibunya
Intonasi
• Intonasi : Perubahan tinggi
rendahnya nada pada akhir
kalimat yang mengungkapkan
sisi psikologis dari penutur.
• Ket:
– / / berarti intonasi menaik
– / / berarti intonasi menurun
• Verba:
– Aruku? / /
“jalan kaki nih?”
– Aruku. / /
“ya, jalan kaki.”
• Adjektif:
– Ookii? / /
“ Apakah besar?”
– Ookii. / /
“Ya, besar.”
• Nomina:
– Gakusei? / /
“ Anda mahasiswa ya?”
– Gakusei. / /
“Ya, saya Mahasiswa”
Dalam kalimat tanya, intonasi menaik dan
menurun tetap digunakan, tetapi intonasi
menurun bukan berarti mengungkapkan
jawaban afirmatif, melainkan mengungkapkan
keheranan penutur akan jawaban yang
diberikan oleh lawan bicaranya. Contoh:
• Contoh:
– Soo desu ka? / /
“bukankah begitu? Bagaimana pendapatmu?”
• Yamenasai! / /
“jangan begitu!” (melarang lawan)
• Yamenasai!? / /
“apa, tidak boleh!?” (mengejek larangan lawan)
• Ame. / /
“hujan.” (memberitahu lawan)
• Ame? / /
“Hujan ya?” (bertanya secara reflek)
• Ame!? / /
“apa betul nih hujan!?” (balik bertanya setengah tidak percaya)
Intonasi dasar atau intonasi penyambung
(setsuzokuchoo)
• Intonasi ini digunakan untuk mengungkapkan
makna penutur menjawab secara acuh. Contoh:
– …To omoundakedo… / /
“terserah sajalah…”
• Contoh:
– Moshi moshi, yamada san no otaku desu ka.
Tanaka desu kedo… / /
“halo, apakah ini rumah tuan yamada? Saya
tanaka..” (memenggal pembicaraan sambil
menunggu jawaban lawan)
Prominen
• Prominen : Penekanan secara khusus pada bagian
kalimat tertentu agar lawan bicara fokus pada bagian itu
• Di luar intonasi:Amanuma, Ootsubo, Mizutani, Okumura
Mitsuo
• Menurut Amanuma dkk: Penekanan atau penegasan
pada kalimat tertentu secara sengaja supaya lawan
bicara tertarik
• Menurut Saito Yoshio: prominen sebagai penegasan
yang sengaja dilakukan penutur
• Di dalam intonasi:Sugito Miyoko dan Koori Shiro
• Bentuk penekanan dalam bahasa Jepang:
Oto no takasa (suara yang tinggi) atau oto no
tsuyosa (suara yang keras)
• Contoh:
1) Nakamura-san wa
/tinggi-keras/ kiraida to iimashita
rendah-lemah
2) kiraida
/tinggi-keras/
Nakamura-san wa to iimashita
rendah-lemah rendah-lemah
Makna:
1) “Ada yang berkata tidak menyukai Tuan
Nakamura.”