You are on page 1of 2

ISLAM DAN PERADABAN : ISLAM SEBAGAI SUMBER NILAI YANG

MEMBENTUK PERILAKU PEMELUKNYA, HINGGA MEREKA MEMILIKI Keberkembangannya sebagai inti perdaban sangat tergantung pada adanya komunitas yang
KUALITAS KOMUNITAS AGAMA YANG MAMPU MELETAKKAN LANDASAN aktif. Maka suatu peradaban harus dimulai oleh ”suatu komunitas kecil”. Semakin besar dan
BAGI TERCIPTANYA PERADABAN ISLAM ITU SENDIRI. membesarnya ”komunitas kecil” tersebut akan menjadikan semakin besar dan membesarnya
peradaban.
Oleh : Afiful Ikhwan
NIM. 2841104002 – PI. A – SMT 1 Rambu Peradaban Worldview yang terbentuk dalam pikiran seseorang secara perlahan-lahan
dimulai dari akumulasi konsep-konsep yang diterima dan sikap mental yang dikembangkan.
Di dalam perkembangan kebudayaan dan peradaban Islam, tujuan akhir dari berbagai Dari keduanya kerangka berpikir dibangun melalui proses alami maupun cara-cara ilmiah.
keilmuan harus dilihat dan didasarkan pada al-Qur’an al-Karim, kitab suci umat Islam. Pada Inilah gambaran proses pertumbuhan pandangan hidup pada umumnya.
dasarnya, kebudayaan Islam dengan arsitektur Islam sebagai salah satu bagiannya, merupakan
“budaya Qur’ani”. Karenanya, baik definisi, struktur, tujuan maupun metode untuk mencapai Berbeda dari cara tersebut, pandangan hidup Islam tidak termasuk dalam kategori scientific
tujuan tersebut secara keseluruhan diambil darinya. worldview, karena tidak dikembangkan oleh komunitas ilmiah melalui cara ilmiah, namun
dibangun berdasar wahyu Allah yang disampaikan dan dijelaskan oleh Nabi Muhammad
Dari al-Qur’an yang menjadi tuntunan, panduan hidup dan sumber keilmuan bagi umat Nabi kepada masyarakat. Oleh Prof Alparslan, ini dinamai dengan quasi-scientific worldview.
Muhammad ini, seorang muslim tidak hanya mengambil pengetahuan mengenai Realitas Meskipun demikian dapat berkembang menjadi scientific worldview setelah dikembangkan
Ultima. Secara mendasar, prinsip-prinsip yang diambil dari al-Qur’an juga mencakup tentang oleh Nabi dan para sahabat melalui penjelasan dan perluasan makna wahyu. Bukan dalam arti
alam, manusia, dan makhluk hidup lainnya. Berbagai ilmu pengetahuan juga tercantum dalam pematangan sebagaimana ilmu pengetahuan, melainkan lebih merupakan interpretasi dan
al-Qur’an, baik secara implisit maupun eksplisit di berbagai institusi sosial, politik serta elaborsasi yang bersifat permanen.
ekonomi yang diperlukan untuk menjalankan masyarakat yang sehat, sehingga al-Qur’an
diperlukan di setiap pengetahuan dan aktivitas manusia, termasuk juga di bidang keilmuan Gradualisasi dan proses pembangunan peradaban Islam bisa dilihat dari periodisasi dan
arsitektur. Di dalam kitab itu, prinsip-prinsip dasar sudah disediakan bagi pembentukan tahapan perkembangan seperti lahirnya pandangan hidup Islam dalam bentuk wahyu, lahirnya
sebuah kebudayaan yang lengkap. struktur ilmu pengetahuan dalam pandangan hidup dan tradisi keilmuan Islam. Periodisasi ini
mengacu pada inti persoalan, yakni desiminasi ayat-ayat Alquran yang berlangsung dalam
Membangun kembali peradaban Islam dimulai dari pembangunan ilmu pengetahuan Islam berbagai tahap.
karena pada dasarnya peradaban dibangun dari ilmu pengetahuan. Maka yang harus dibangun
adalah ilmu pengetahuan Islam. Dengan menguasainya, akan memungkinkan seseorang dapat Tahap awal (periode Makkah) adalah tahapan pembentukan pandangan hidup Islam dengan
memberikan respons terhadap masalah kehidupan yang terjadi disekitarnya, dan akan peran Nabi Muhammad yang menyampaikan dan menjelaskan wahyu-wahyu yang
mempengaruhi corak perilaku sebagai respons terhadap apa yang dihadapi. diturunkan Allah kepada masyarakat.

Ilmu pengetahuan, dari berbagai konsep yang diperoleh seseorang akan membentuk totalitas Banyak diturunkan ayat yang berkaitan dengan konsep tentang Tuhan dan keimanan, hari
konsep yang saling terkait dalam satu jaringan struktur berpikir yang disebut architectonic akhir, surga - neraka, ilmu, ibadah, dan konsep-konsep dasar Islam yang merupakan elemen
whole atau suatu keseluruhan yang saling berhubungan. Inilah yang melahirkan pandangan penting pembentukan struktur worldview-nya. Periode ini bukan hanya telah memperjelas
hidup (worldview) seseorang. Di samping dipengaruhi oleh ilmu pengetahuannya, terbentuk pandangan hidup Islam tentang dunia yang berbeda dari pra-Islam (jahiliyah) tetapi juga
beberapa saat setelah terjadi saling berhubungan antara berbagai konsep pengetahuan yang menggantikannya. Contoh konkretnya adalah pandangan tentang kemuliaan dunia yang
telah diperoleh. Pandangan seperti itu juga sering disebut sebagai natural worldview. Pada sisi dalam konsep jahiliyah identik dengan harta dan banyaknya anak, sementara dalam konsep
lain, melalui kerangka konsep ilmiah atau kegiatan keilmuan, diharapkan lahir pengetahuan Islam kemuliaan dunia (dan akhirat) karena ketakwaan.
ilmiah untuk memunculkan pandangan hidup ilmiah (scientific worldview).
Tahapan berikutnya (periode Madinah), wahyu Allah lebih menyempurnakan yang
Pemosisian ilmu pengetahuan dalam membentuk peradaban suatu bangsa atau agama, diturunkan di Makkah. Pada periode ini wahyu disempurnakan ritual peribadatan, sistem
menurut Ibnu Khaldun adalah pada peran ilmu pengetahuan tersebut. Peradaban hanya akan hukum yang mengatur individu, keluarga dan masyarakat yang berkaitan dengan kehidupan
terwujud apabila ilmu pengetahuan berkembang. Maju mundurnya peradaban suatu bangsa komunitas muslim, di samping mengembangkan wahyu periode Makkah, dan lebih aplikatif.
atau agama tergantung pada maju mundurnya ilmu pangetahuan bangsa dan agama itu.
Pengembangan konsep-konsep worldview Islam ini ke dalam scientific worldview dilakukan
setelah periode Makkah dan Madinah.
Banyak sekali wahyu yang menjadi penuntun kehidupan bermasyarakat yang bukan hanya
dapat dikembangkan tetapi harus dikembangkan menjadi scientific woldview agar dapat
diaplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat baik dari sisi ilmu maupun agama.
Pengembangan ini tidak boleh lepas dari pengembangan nilai wahyu dengan wahyu. Sebagai
contoh, Allah menjanjikan kepada manusia yang mau beriman dan bertakwa akan hidup
dalam keberkahan. Kepada umat yang mau meyakini kebenaran ajaran Allah dan bertakwa,
akan diberi ”kecukupan” dalam hidupnya. Semua itu terdapat dalam Alquran, Surat Al A’raaf:
96.

Pada sisi lain diingatkan kepada yang berpaling dari (ingat akan) Allah dengan segala sifat-
Nya, akan mendapatkan kehidupan yang sempit atau ma’isyatan dhanka. Al Raaghib Al
Asfahani dalam ensiklopedi Mu’jam lima’ani al Quran mengartikannya sebagai ma’isyatan
dhoyyiqatan atau kehidupan yang sempit. Dalam bahasa sehari-hari bisa disebut sebagai hidup
yang serba susah atau krisis. Peringatan ini tertuang dalam Surat Thaaha: 124.

Pasti siapa pun akan memilih hidup yang penuh berkah, jauh dari hidup yang susah. Kalau
saja setiap manusia sadar konsekuensi dari apa yang diperbuatnya, pasti akan berhati-hati
dalam berperilaku. Kalau tiap orang sadar dan mau mengikuti tuntunan hidup dan aturan
bermasyarakat yang telah diterimanya, pasti hidupnya akan berjalan sebagaimana yang
dikehendaki. Namun dengan justifikasi sebagai makhluk tempat salah dan lupa, maka hidup
susah yang dialami sebenarnya merupakan buah dari kekhilafan dan kesalahannya.

Panduan pun diberikan, misalnya dalam Surat Al Hujarat: 9 sampai 13. Pertama, bila terjadi
perselisihan dalam hidup bermasyarakat agar ditempuh jalan damai. Kedua, sesama orang
mukmin itu bersaudara, maka diperintahkan untuk berdamai dalam kehidupan di antara
mereka. Ketiga, terhadap sesama saudara jangan mengolok-olok, (sebab jangan-jangan yang
diolok-olok itu ternyata lebih baik dari yang mengolok-olok), jangan mencela, jangan
memanggil seseorang dengan nama atau panggilan yang bukan sebenarnya (al qaab, atau
laqab adalah nama paraban (Jawa), jangan berprasangka, jangan mencari keburukan atau
kesalahan orang lain, jangan menggunjing kepada yang lain.

Nilai wahyu dalam Surat Al Hujarat ini seharusnya menjadi dasar lahirnya worldview yang
islami dan melahirkan peradaban mulia dalam pergaulan kemasyarakatan. Namun realitasnya,
masyarakat bangsa ini begitu enak melanggarnya. Dan, itu mestinya diyakini menjadi salah
satu sumber krisis.

Inilah di antara hal-hal yang diharapkan menjadi pionir pengembangan peradaban Islam yang
mampu menjelaskan quasi-scientific worldview ke dalam scientific worldview (dengan tidak
terkontaminasi pemikiran lain seperti sekularisasi) untuk mempercepat desiminasi wahyu dan
internalisasi nilai-nilai Islam, baik pada masyarakat atau komunitas muslim maupun
komunitas lain.

You might also like